4. Politisi Blusukan Banjir
1. Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan polisi
melakukan blusukan termasuk Darman (maaf bukan
nama sebenarnya dan bukan sebenarnya nama).
Darman mendatangi kampung yang diterjang banjir
paling parah. Kebetulan di sana banyak wartawan yag
meliput sehingga dia makin antusias.
2. Darman juga tidak mau menyia-nyiakan sorotan kamera
wartawan. Dia mencari strategi agar tetap menjadi
perhatian media. Darman berusaha masuk ke tempat
banjir dan menceburkan diri ke air. Sial baginya, dia
terperosok ke selokan dan terseret derasnya air.
Darman berusaha sekuat tenaga melawan arus, tetapi
tak berdaya, dia hanyut.
5. 3. Untung regu penolong sangat sigap. Meskipun
terseret cukup jauh, Darman masih bisa
diselamtkan. Dia dibawa ke posko kesehatan dan
dibaringkan di bangsal. Waktu itu semua bangsal
penuh oleh orang pingsan. Darman kaget melihat
orang yang ada di situ. Semuanya dia kenal, para
politisi sedang blusukan. Lebih kaget lagi ketika dia
melihat doa tertulis di dinding : “Ya Allah,
hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas”. Darman
pingsan.
6. Struktur Teks Anekdot
Judul : Politisi Blusukan Banjir
Abstraksi : Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan
politisi melakukan blusukan.
Orientasi : Darman mendatangi kampung yang diterjang
banjir paling parah dan tidak ingin menyia-
nyiakan sorotan kamera wartawan.
Krisis : Darman terperosok ke selokan dan terseret
derasnya air hingga hanyut.
Reaksi : Regu penolong membawa Darman ke posko
kesehatan dan membaringkannya di bangsal
penuh orang pingsan. Darman melihat doa
tertulis di
dinding : “Ya Allah, hanyutkanlah mereka yang
tak
ikhlas”.
Koda : Darman pingsan
7. Anekot Hukum Peradilan
Teks Anekdot pada halaman 102 – 104 Buku
Bahasa Indonesia “Ekspresi Diri dan Akademik”
2013 untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X
8. Struktur Teks Anekdot
1). Bedahlah struktur teks anekdot!
Judul
Anekdot Hukum Peradilan
Abstraksi
Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara
kita) ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Suatu
pagi dia melewati jembatan yang tidak kuat sehingga dia
terjatuh ke sungai.
Orientasi I
Pengawal memanggil si Pembuat Jemabatan untuk diadili.
Krisis I
Hakim menjatuhkan vonis kepada si Pembuat jembatan.
Reaksi I
Namun si Pembuat jembatan menolak untuk diadili dan
disalahkan.
9. Struktur Teks Anekdot
Orientasi II
Pengawal memanggil si Tukang kayu untuk diadili.
Krisis II
Hakim memvonis si Tukang kayu karena dianggap telah
bersalah atas jatuhnya si Tukang pedati.
Reaksi II
Si Tukang kayu tidak ingin disalahkan dan menolak vonis yang
diberikan kepadanya.
Orientasi III
Hakim menyuruh pengawal memanggil si Penjual kayu untuk
diadili.
Krisis III
Hakim memberikan vonis kepada si Penjual kayu.
Reaksi III
Si Penjual kayu menolak vonis yang dijatuhkan kepadanya.
10. Struktur Teks Anekdot
Orientasi IV
Pengawal memanggil si Tukang kayu untuk diadili.
Krisis IV
Hakim memvonis si Tukang kayu karena dianggap telah
bersalah atas jatuhnya si Tukang pedati.
Reaksi IV
Si Tukang kayu tidak ingin disalahkan dan menolak vonis
yang diberikan kepadanya.
Orientasi IV
Pengawal memanggil si Tukang kayu untuk diadili.
Krisis IV
Hakim memvonis si Tukang kayu karena dianggap telah
bersalah atas jatuhnya si Tukang pedati.
11. Struktur Teks Anekdot
Krisis Puncak
Hakim menjatuhkan vonis terkahir kepada si Pembantu yang
berbadan kurus, pendek dan beruang.
Reaksi
Si Pembantu berbadan kurus, pendek dan beruang tidak bisa
membela dirinya sendiri sehingga ia masuk penjara.
Koda
Peradilan selesai dan hakim bertanya kepada khalayak ramai,
“Apakah peradilan ini sudah adil?”. Dan khalayak ramai
menjawab : “Adilllll”
12. 2). Sebutkan partisipan manusia yang lain selain Hakim
Yang Mulia!
Tukang pedati.
Pembuat jembatan.
Pengawal.
Tukang kayu.
Penjual kayu.
Pembantu penjual kayu berbadan tinggi, gemuk, dan tidak
punya uang.
Pembantu penjual kayu berbadan pendek, kurus, dan
punya uang.
Masyarakat.
13. 3). Mengapa si Pembantu yang kurus dan pendek dihukum
dan dipenjara, tetapi si Pembantu yang gemuk dan tinggi
tidak?
Karena penjaranya tidak muat untuk ukuran si Pembantu
yang tinggi dan gemuk. Di sisi lain, si Pembantu yang
tinggi dan gemuk tidak memiliki uang maka dicarilah
Pembantu yang pendek dan kurus memiliki uang yang
muat dimasukkan ke penjara.
14. 4). Dalam teks anekdot itu terkandung sindiran, yaitu
keputusan yang tidak adil dikatakan adil. Siapa yang
disindir?
Yang disindir dalam teks anekdot tersebut adalah Yang
Mulia Hakim karena dia menjadikan sesuatu yang tidak
adil menjadi adil. Hakim memenjarakan pembantu yang
pendek, kurus, beruang yang tidak bersalah.
15. 5). Pengandaian lainnya yang terdapat pada teks anekdot tersebut
antara lain :
“Tukang pedati yang melewati jembatan yang baru dibangun
namun kayu yang dibuat untuk jembatan tidak kuat”.
Dimaksudkan suatu proyek yang dananya telah dikorupsi. Atau
bisa dimaksudkan untuk hukum di Indonesia yang tertulis
dengan baik namun tidak berjalan dengan maksimal.
Tukang pedati dimaksudkan pejalan kaki biasa atau pemakai.
Pembuat jembatan dimaksudkan kontraktor bangunan.
Tukang kayu dimaksudkan tukang yang ikut berpartisipasi dalam
penggarapan proyek.
Penjual kayu dimaksudkan toko bangunan atau orang yang
menyediakan bahan untuk penggarapan proyek.
Pembantu penjual kayu dimaksudkan para buruh toko bangunan
atau rakyat jelata.
16. “Si Pembantu tidak sepandai 3 orang tersangka lainnya
yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga Ia tidak
mampu memberikan alasan atau pembelaan terhadap diri
sendiri”. Ini dimaksudkan untuk para rakyat jelata yang
tidak bisa berkutik dan diperlakukan adil di depan hukum.
Penjara tidak muat bagi orang yang berbadan gemuk,
tinggi, dan tidak beruang dimaksudkan untuk orang-orang
kaya yang bisa terbebas dari hukum dengan memberi
sogokan kepada hakim.
“Termasuk si Pembuat jembatan, para tersangka
menimpakan kesalahan kepada masing-masing kepada
orang lain”. Dimaksudkan untuk perilaku manusia yang
tidak mau disalahkan dan ingin merasa benar sendiri.