SlideShare a Scribd company logo
1 of 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sistem yang ada dalam tubuh seseorang adalah sistem
pernapasan dimana sistem pernapasan merupakan proses ganda yaitu
terjadi pertukaran gas dalam jaringan ataau pernapasan dalam dan yang
terjadi diluar paru-paru adalah pernapasan luar. Dengan bernapas setiap sel
di dalam tubuh menerima persediaan oksigen yang diperlukan oleh tubuh,
dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Secara harfiah
pernapasan berarti pergerakan oksigen dari atmosfir menuju sel-sel tubuh
dan mengeluarkan karbondioksida dari sel-sel tubuh ke udara bebas.
Pemakain oksigen dan pengeluaran karbondioksida perlu untuk
menjalankan fungsi normal seluler di dalam tubuh, tetapi kebanyakan sel-
sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas dengan baik
karena adanya gangguan atau kelainan pada sel tersebut, karena itu sel-sel
memerlukan struktur tertentu baik untuk menukar maupun untuk
mengangkut gas-gas tersebut melalui suatu proses yang disebut oksidasi
(Yasmin, 2004).
Gangguan yang dapat terjadi pada sistem pernapasan sangat
banyak salah satu diantaranya adalah penyakit empiema yaitu penyakit
yang ditandai dengan pengumpulan pus dalam kavitas pleura akibat
adanya infeksi yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
2
kebutuhan dasar manusia seperti gangguan pertukaaran gas, peningkatan
suhu tubuh (hypertermi), sesak napas dan mungkin terdapat pernapasan
kuping hidung, penurunan berat badan, pucat, lemah, lesu, sulit tidur,
batuk-batuk yang tidak produktif setelah suatu infeksi paru atau
bronkopneumonia, nyeri dada, intoleransi aktivitas, dan cemas. Penyakit
empiema dapat terjadi sebagai akibat komplikasi infeksi paru apabila
pengobatan terlambat. Golongan penyakit infeksi paru tersebut diantaranya
tuberkolosis, pneumonia, PPOK dan efusi pleura yang mempunyai
pengaruh kuat baik fisik, sosial maupun ekonomi terhadap masyarakat
secara keseluruhan sehingga pencegahan, diagnosa dan pengobatan
mempunyai makna yang penting sekali (Marjono & Sidharta, 2004).
Di banyak negara industri uang, sumber daya, standar hidup yang
tinggi, dan kemoterapi yang dipakai luas selama kurang lebih 40 tahun
belakangan ini telah membantu mengurangi penyakit empiema menjadi
suatu masalah yang relatif kecil. Namun, di negara – negara berkembang,
penyakit empiema tetap merupakan masalah besar yang hampir sama
seperti sediakala, karena di negara berkembang pertumbuhan penduduk
masi sulit ditekan dengan pola perilaku yang masi rendah serta tingkat
sosial ekonomi juga masih rendah sehingga dengan bertambahnya jumlah
penduduk tersebut akan berdampak pada pertambahan jumlah penderita
empiema (John, C.B. dkk. 2002).
3
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004
penyakit Empiema merupakan komplikasi yang paling sering dari
pneumonia pneumokokus, yang terjadi sekitar 2% dari semua kasus.
Meskipun telah ada antibiotik yang potensial, pneumonia bakterial masih
menyebabkan morbiditas dan mortalitas di Amerika. Setiap tahun angka
kejadian pneumonia bakterial diperkirakan sekitar 4 juta dengan rata-rata
20% yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Karena sebanyak 40%
penderita yang dirawat di rumah sakit dengan pneumonia bakterial
memiliki efusi pleura. Efusi terjadi akbibat pneumonia merupakan
persentase yang besar dari efusi pleura. Angka morbiditas dan mortalitas
pada penderita pneumonia yang disertai dengan efusi pleura lebih tinggi
dari pada penderita yang hanya menderita pneumonia saja.
Sementara di Indonesia empiema telah menyebabkan kematian
dengan jumlah 91% kematian yang terdapat di rumah sakit di seluruh
indonesia. Kebanyakan penyebab yang paling sering terjadi adalah akibat
dari infeksi bakteri parah (49,5%). Pneumonia atau ampiema sebanyak
29% kematian di rumah sakit pada kelompok kotri dan 39% pada
kelompok plasebo. Apabila penerimaan di rumah sakit dipertimbangkan
berdarkan penyebabnya, pneumonia atau empiema adalah yang paling
utama, baik secara tunggal atau bersamaan dengan TB, malaria, dan
kurang gizi.bakteri staphylococcus aureus dan salmonnela adalah bakteri
yang paling sering ditemukan dari biakkan darah. Meskipun tidak
diketahui kapan sebenarnya empiema dimulai, namun tampaknya terjadi
4
dalam beberapa tahun antara perubahan patofisiologi awal dan onset
timbulnya gejala. Karena secara klinik tidak mungkin untuk menentukan
apakah pasien menderita bronkitis kronis atau empiema, dan pasien
biasanya memiliki beberapa keadaan yang ada pada keduanya, kriterianya
akan ditampilkan pada pembahasan mengenai Asuhan Keperawatan
Empiema (Silvia, 2006).
Menurut catatan Medical Record di Ruang Bedah Umum Rumah
Sakit Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai April 2014,
terdapat 1 kasus Gangguan Pernapasan yaitu Post Pemasangan CTT a/i
Empiema namun tidak termaksud dalam 10 besar penyakit di Ruang
Bedah Umum Kemuning Lantai IV. Meskipun demikan Empiema
merupakan masalah yang sangat memerlukan perhatian dan
penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenaga
kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan
klien dengan masalah kesehatan dan keperawatan klien dengan masalah
pernapasan.
Melihat keadaan tesebut dan mengingat dampak yang dapat
ditimbulkan pada klien, sehingga penulis tertarik untuk menyusun Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A
dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT A/I
Empiema Di Ruang Bedah Umum Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung”.
5
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam pelaksanaan studi kasus, penulis membatasi ruang lingkup
masalah yang dibahas yaitu “ Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A
dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT A/I
Empiema Di Ruang Bedah Umum Rumah Sakit dr. Hasan sadikin
Bandung”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Post Pemasangan CTT a/i Empiema,
secara langsung pada situasi nyata dan komprehensif meliputi aspek
bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif
pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post
Pemasangan CTT a/i Empiema
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i
Empiema.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT
Empiema.
6
d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i
Empiema.
e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan
pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post
Pemasangan CTT a/i Empiema.
f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan
pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post
Pemasangan CTT a/i Empiema.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Merupakan pengalaman berharga bagi penulis dalam meningkatkan
wawasan dan dapat memberi dorongan semangat sebagai calon
tenaga keperawatan dimasa yang akan datang.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi bagi rumah sakit dalam menentukan
kebijakan dan penyusunan perancangan program dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan khususnya penanganan
klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT
a/i Empiema.
7
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah atau bahan perbandingan dalam
mengembangkan ilmu keperawatan di Akper Pemkab Muna
khususnya penulis Karya Tulis Ilmiah lebih lanjut dengan Gangguan
Sistem Pernapasan : Empiema.
4. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai salah satu literatur bagi tenaga perawat yang bertugas
melaksanakan Asuhan Keperawatan khususnya pada klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema.
E. Metode Telaahan
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini
yaitu metode analisis dekriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan
proses keperawatan, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan
klien dan keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh
informasi yang akurat.
2. Observasi, yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung
meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual.
8
3. Pemeriksaan Fisik, yaitu pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan fisik pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi dari kepala sampai ujung kaki.
4. Studi Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengumpulan data atau
informasi melalui catatan atau arsip dari medical record yang
berhubungan dengan perkembangan klien.
5. Studi Kepustakaan, yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau
buku-buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan
kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien.
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 22 Maret sampai
dengan 24 Maret 2014.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Umum Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Karya Tulis Ilmiah disusun secara sistematis yang dijabarkan
dalam 4 BAB yaitu sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Ruang
Lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan,
Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan Sistematika
Telaahan.
9
BAB II : Tujuan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema,
yang membahas konsep dasar terdiri dari Defenisi, Anatomi
Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala,
Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan Penataksanaan
Medik, Perawatan dan Tinjauan Teoritis tentang Asuhan
Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, yang berisi laporan kasus
tentang Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i
Empiema, di Ruang Bedah Umum Kemuning Lantai IV
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung ,
yang disusun berdasarkan proses keperawatan. Sedangkan
Pembahasan berisikan kesenjangan antara teori yang ada
pada tinjauan studi kasus, dibahas secara sistematis mulai
dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi.
BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, dimana berisikan
Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
saran-saran terkait.
10
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : CCT A/I EMPIEMA
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam kavitas
pleura. Pada awalnya cairan purulen sedikit, dengan hitungan leukosit
rendah, tetapi sering cairan ini berkembang ke tahap fibropurulent dan
akhirnya ketahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam
membran eksudatif yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru
meluas sampai kavitas pleura ( Brunner, 2002).
2. Anatomi dan Fisiolgi Sistem Pernapasan
a. Anatomi Sistem Pernapasan
Sumber : Struktur Sistem Pernapasan, (Price & Wilson, 2002).
11
Secara cara umum pernapasan dibagi menjadi 2 (dua) bagian
yaitu Saluran Pernapasan Atas dan Saluran Pernapasan Bawah.
Saluran prnapasan atas terdiri dari : hidung, faring, dan laring.
Saluran pernapasan bawah terdiri dari : trachea, semua segmen dan
percabangan bronkus, dan paru-paru (Asih & Effendi, 2005).
1) Salran Pernapasan Atas
a) Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (cavum nasi), dipisahkan oleh sekat
hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu dan kotora-kotoran
yang masuk kedalam lubang hidung.
Bagian-bagian hidung yaitu :
(1) Bagian luar diding terdiri dari kulit.
(2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang
rawan.
(3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang
belipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka
nasalis), yang berjumlah tiga buah yaitu konka
nasalis inferior (karang hidung bagian bawah),
konka nasalis media (karang hidung bagian tengah),
konka nasalis superior (karang hidung bagian atas).
12
Fungsi Hidung Yaitu :
(1) Bekerja sebagai saluran udara pernapasan.
(2) Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-
bulu hidung.
(3) Dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.
(4) Membunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara
pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir
(mukosa) hidung.
b) Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak,
dibelakang rongga hidung dan mulut, sebelah depan ruas tulang leher.
Rongga faring di bagi dalam tiga bagian :
(1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang
disebut nasufaring.
(2) Bagian ttengah yang sama tingginya dengan istmus fausium
disebut orofaring.
(3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.
c) Laring
Laring merupakan saluran udara yang bertindak sebagai
pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk kedalam trachea di bawahnya. Pangkal
tenggorokan dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang
13
disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
Laring terdiri darilima tulang rawan antara lain :
(1) Kartilago tiroid (satu buah) depamn jakun (adam’s apple),
sangat jelas terlihat pada pria.
(2) Kartilago aritenoid (dua buah) yang berbentuk beker.
(3) Kartilago krikoid (satu buah) yang berbentuk cincin.
(4) Kartilago epiglotis (satu buah).
2) Saluran Pernapasan Bawah
a) Trachea.
Travhea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulan-tulang rawan yang
berbentuk sepertti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi
oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,
hanya bergerak kearah luar. Sel-sel bersilia berguna untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.
Panjang trachea 9-11cm dan dibelakang terdiri dari
jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Yang memisahkan
trachea menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan disebut
karina.
14
b) Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trachea, ada dua
buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV
dan ke V mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan
kebawah dan kesamping kearah tampuk paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada
bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan,
terdiri dari 9-12 cincin mempunyai dua cabang. Bronkus
bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut Bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada
ujung bronkioli terdapat gelembung paru / gelembung hawa
atau alveoli (Syaifuddin, 2006).
c) Paru-paru
Paru-paru merupakan lat pernapasan pertama. Paru-paru
mengisi rongga dada, terletak disebelah kiri dan kanan dan
tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besar
dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru-
paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex
(puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula
didalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landai
rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai
15
permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam
yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang
menyentuh tulang belakang dan sisi depan yangg menutupi
sebagian sisi depan jantung (Pearce.E.C, 2002).
Bagian – bagian yang terdapat di paru – paru yaitu sebagia
berikut :
(1) Hilium Paru
Hilium adalah cekungan berbentuk segitiga
pada permukaan medial cekung paru-paru. Struktur
yang berbentuk akar paru memasuki dan meninggalkan
hilium, yang terletak sejajar vertebra torasikke lima
sampai ke tujuh. Struktur mencapai bronkus utama,
arteri pulmoner, vena bronkiolus, dan pembuluh-
pembulh darah limfatik, yang meninggalkan akar paru-
paru. Terdapat jjuga banyak nodus limfe disekitar akar
paru-paru.
(2) Pleura
Paru-paru dibungkus oleh pleura, pleura ini
membungkus setiap lobus dari paru-paru dan
membentuk batas lateral pada mediastinum. Pleura
adalah suatu membran serosa yang mengelilingi paru-
paru. Pleura disusun oleh sel-sel epitel datar pada dasar
membrandan memiliki dua lapisan. Pleura viseral
16
melekat kuat pada paru-paru, melapisi permukaan
paru-paru, dan masuk kedalam visura inter-lobus.
Pada akar paru, lapisan viseral direfleksikan
kembali menjadi lapisan parietalis yang
menghubungkan dinding dada dan menmbungkus
lapisan diafragma superior. Kedua lapisan pleura
tersebut bersentuhan, dinding yang satu dengan
dinding yang lainnya hanya dipisahkan oleh satu film
cair yang memungkinkan mereka menggelinding sattu
sama laintanpa terjadi gesekan. Ruang yang terdapat
diantara lapisan ini disebut rongga pleura (Roger.W,
2002).
b. Fisiologi Sistem Pernapasan
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dindahkan dari udara
kedalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara.
Respirasi dapat dibagi menjadi 3 stadium, stdium pertama adalah
ventilasi yaitu masuk dan keluarnya campuran gas – gas kedalam dan
keluar paru - paru.
Stadium kedua adalah transportasi, terdiri dari beberapa aspek yaitu :
1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna)
dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus
17
3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
Stadium ketiga adalah respirasi sel atau respirasi interna yaitu saat
dimana metabolik dioksida untuk mendapatkan energi, dan
karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru (Pearce E.C, 2002).
Pada pernapasan paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dihirup
melalui hidung dan mulut pada waktu menarik napas, oksigen masuk melalui
trakhea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungannya dengan
darah di dalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapisan membran yaitu
membran alveoli kapiler memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membran ini dan diambil oleh hemoglobin sel darah merah lalu dibawa ke
jantung.di jantung dipompa kedalam aorta kesemua bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat
ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Sebaliknya pada saat menghembuskan
napas karbondioksida melalui membran alveoli kapiler dan masuk kedalam
alveoli untuk dibuang ke udara luar (Pearce E.C, 2002).
Mekanisme pernapsan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama yaitu
kimiawai dan pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang
pusat pernapasan yang terletak didalam medulla oblongata, dan bila
dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf
spinalis ke otot pernapasan yaitu otot diafragma dan otot interkostalis.
Pengendalian secara kimiawi adalah faktor utama dalam pengendalian
dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan dalamnya pergerakan pernapasan.
18
Pusat pernapasan didalam sum-sum tulang belakang sangat peka pada reaksi
kadar alkali darah dan harus dipertahankan. Karbondioksida adalah produk
asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat
pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot
pernapasan.
Sedangkan pengendalian oleh saraf merupakan pusat pernapasan
adalah suatu pusat otomatik di dalam medulla oblongata yang mengeluarkan
impuls aferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf servikalis
impuls ini diantarkan ke diafrakma oleh saraf frenikus dan dibagian yang
lebih rendah pada sum – sum tulang belakang, impulsnya berjalan dari daerah
toraks melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls
ini menimbulkan kontraksi pada otot diafragma dan intrkostal yang kecepatan
kira- kira 15 kali setiap menit.
Faktor lain yang menyebabkan penambahan kecepatan dan dalamnya
pernapaasan adalah gerakan badan yang kuat, emosi, rasa sakit dan takut,
impuls aferen kulit serta pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan
yang dapat mengakibatkan pembesaran ventilasi paru – paru.
Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi dari pada pria.
Bernapas secara normal dengan cara ekspirasi dan akan menyusul inspirasi,
kemudian ada istrahat sebentar lalu disusul kembali ekspirasi dan inspirasi
secara terus menerus.
19
Frekunsi pernapasan normal setiap menit :
1) Bayi bari lahir : 30 – 40 kali/menit
2) Dua belas bulan : 30 kali/menit
3) Dua – lima tahun : 24 kali/menit
4) Orang dewasa : 16 – 20 kali/menit ( Pearc E. C, 2002).
3. Etiologi
Berdasarkan etiologinya maka empiema diklasifikasikan menjadi dua
golongan :
a. Empiema akut
Disebabkan oleh infeksi akut di paru atau di luar paru. Mungkin
pada fase infeksi cairan tidak tampak sebagai pus, tetapi sebagai cairan
jernih, kuning atau kekuning – kuningan. Sering timbul endapan fibrin
sehingga sulit mengeluarkan nanahnya. Empiema dapat berasal dari
radang paru seperti pneumonia atau abses. Infeksi dari luar dapat
disebabkan oleh trauma atau secara laktogenik. Abses ambu atau infeksi
pleuritis eksudatif juga dapat mengakibatkan empiema akut.
20
Penyebab empiema pleura akut berdasarkan pedoman
diagnosisnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 : Penyebab Empiema Pleura Akut
Penyebab Pedoman diagnosis
Pneumonia
Abses paru
Ruptur abses
Cedera atau operasi
Abses subfrenik
Abses amuba
Tuberculosis
Infeksi jamur paru
Nanah, sediaan garam dan biakan
Nanah, sediaan garam dan biakan
Piopneumotoraks
Infeksi hemothoraks, sediaan garam
dan biakan
Efusi seropurulent, diagnosis abses
(USG)
Nanah coklat, abses hati, amuba di
nanah atau feses
Pleuritis eksudativa, TBC paru ( BTA
di sputum atau rongga pleura )
Jamur di sputum atau di isi rongga
pleura
Sumber : (Samsuhidajat, 2002)
b. Empiema kronis
Empiema disebut kronis bila paru sudah mengempis lagi ketiak
rongga pleura dibuka atau ketika dibuat hubungan langsung dengan
dunia luar. Umumnya keadaan ini disebabkan oleh terbentuknya fibrin
atau fibrosis yang merupakan pembungkus tebal ( sampai 1 cm ) dan
keras yang disebut korteks empiema. Karena adanya korteks ini, paru
21
tidak menguncup bila rongga pleura dibuka. Kadang empiema
menembus dinding dada sampai menyebabkan fistel kulit. Keadaan ini
disebut empiema nasesitasis.
Apabila pleura parietails dan viseralis menyatu sampai tempat
tertentu terjadi disebut lakunasi sehingga empiema terdapat di beberapa
ruang. Keadaan kronik ini dapat terjadi karena penyebab empiema tidak
dihilangkan mungkin karena adanya benda asing ( Doengoes, 2002).
4. Patofisiologi
Penimbunan eksudat ( nanah ) dalam cavum pleura yang
mengkibatkan empiema dapat disebabkan oleh peradangan atau
keganasan akibat permeabilitas kapiler atau gangguan absorbsi dan
merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau perforasi
karsinoma ke dalam rongga pleura. Sebagai akibat keadaan tersebut dapat
terjadi sesak atau dipsnea, hipoventilasi dan nyeri dada. Bila eksudat atau
nanah dalam cavum pleura tidak dikeluarkam melalui tindakan
drainaseyang baik dapat membahayakan rangka thoraks.
Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi dan terjadi
perlekatan fibrosaantara pleura parietalis dan viseralis keadaan ini dikenal
dengan nama fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas, dapat menimbulkan
hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan dibawahnya (Price,
2002).
22
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari empiema akut yaitu dari anamnesi
ditemukan batuk-batuk yang tidak produktif setelah suatu infeksi
paru atau bronkopneumonia atau terdapat gejala dan tanda yang
sesuai dengan penyebab lain. Biasanya penderita nyeri pada dada
kalu cairan belum banyak. Penderita tampak sakit berat, pucat, sesak
napas dan terdapat napas cuping hidung. Pada paspasi fokalfremitus
melemah, pada perkusi ditemukan pekak, sedangkan auskulasi
terdengar bunyi krepiasi, bising napas yang hilang dan ronchi yang
hilang dibatas cairan.
Manifestasi klinis dari empiema kronik ; Dari anamnnesis
dapat diiketahui adanya penyakit yang sudah lama diderita, misalnya
tuberculosis paru, bronkiektasi, abses hepar, abses paru, atau kanker
paru. Pada pemeriksaan biasanya keadaan umum lemah, demam, gizi
kurang, dada yang terkenalebih kecil dari yang sebelahnya dan
gerakan napas tertinggal baik pada inspirasi atau ekspirasi tergantung
pada keadaan fibrosisnya. Pada palpasi fremitus fokal sering
meninggi, tetapi kadang melemah. Perkusi redup sampai pekak.
23
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dapat ditegakkan dengan dasar rontgen
dada dan torasentesis.
7. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan adalah mengalirkan cairan dalam kavitas
pleura dan untuk mencapai ekspansi paru yang sempurna. Cairan
dialirkan melalui tindakan Water Sel Drainase (WSD) dan diresepkan
antibiotik yang sesuai berdasarkan pada organisme penyebab.
Biasanya diberikan antibiotik dalam dosis yang besar.
Streptokinase dapat juga dimsukkan kedalam ruang pleura untuk
mencegah akumulasi cairan yang lebih lanjut. Drainase cairan pleura
tergantung pada tahap penyakit daan dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1) Aspirasi jarum (toorasentesis) dengan kateter perkutan yang
kecil, jika cairan tidak terlalu banyak.
2) Drainase dada tertutup mengguanakan selang interkostal
dengan diameter besar yang disambuungkan kedrainase
water-seal.
3) Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat
jaringan paru yang sakit dibawahnya.
Jika inflamsi belangsung lama, eksudat dapat terjadi
diatas paru dan menggnggu ekspansi normal paru. Dalam
keadaan ini diperlkan pembuangan eksudat melalui tindakan
24
bedah (dekortikasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya
sampai PUS yang mengisi pleural dikeluarkan seluruhnya.
Obliterasi komplit ruang pleural dipantau melalui
rontgen dada, dan pasien harus diberi tahu bahwa pengobatan
ini membutuhkan waktu lama ( Samsuhidajat, 2002).
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan provesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan dalam bentuk bio, psiko, sosial dan spiritual yang
komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit, mencakup seluruh proses kehidupan manusia
dimana pelayanan yang diberikan untuk membantu mmemecahkan masalah
klien untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia dengan melalui suatu
pendekatan yang sistematis yaitu pproses keperawatan (Gaffar, 2000).
Pendekatan proses keperawatan yang digunakan dalam asuhan
keperawatan tersebut meliputi pengkajian data, membuat diagnosa
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi
hasil.
1. Pengkajian
Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan informasi
tentangg klien yang dilakukan secara sistematis untuk menenttukan
masalah-masalah serta kebbutuhan-kebutuhan klien, biasanya
25
menggunakan anamnesa atau wawancara, observasi, pemeriksaan fisik
dan dokumentasi. Data dapat diperoleh dari klien sendiri, keluarga
klien, atau orang lain yang ada hubungannya dengan klien, catataan
medik serta tim kesehatan lain (Prihardjo R, 2006).
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan
informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah - masalah serta kebutuhan - kebutuhan
klien, biasanya mengguanakan anamnesa atau wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Data
diperoleh dari klien sendiri, keluarga klien atau orang lain yang
ada hubungannya dengan klien, catatan medik, serta tim
kesehatan lainnya (Nursalam, 2005).
1) Biodata
a) Identitas Klien.
Pada biodata ini terdapat identitas klien yang
mencakup nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
register, diagnosa medik dan alamat.
26
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat
dilakukan pengkajian sehingga klien minta
pertolongan. Keluhan utama dikumpulkan untuk
menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan
untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang
kondisi kesehatannya saat ini.
b) Riwayat keluhan utama
Menggambarkan keluhan saat dilakukan
pengkajian serta mengggambarkan kejadian sampai
terjadinya penyakit saat ini dengan menggunakan
metode PQRS :
(1) Paliative : Apa yang menyebabkan timbulnya
keluhan dan bertambah atau berkurangnya
keluhan. Pada penderita post op empiema
umumnya disebabkan oleh pembedahan.
(2) Qualitatif : Bagaimana bentuk atau gambaran
keluhan dan sejauh mana tingkat keluhan. Pada
27
pasien post op empiema keluhan yang dirasakan
terus – menerus dan hilang timbul.
(3) Region : Lokasi keluhan dirasakan dan
penyebarannya pada saluran pernapasan dan
daerah dada sebelah kiri tempa post op empiema.
(4) Skala/Severity : Skala tergantung dari kualitas
nyeri yang dirasakan (skala 0-10).
(5) Timing : Kapan waktu mulai terjadi keluhan dan
berapa lama kejadian ini berlangsung, pada saat
apa serangan terjadi pada Pos Pemasangan CTT
a/i Empiema (Priharjo R, 2006).
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu, pernakah
klien menderita penyakit yang berat atau suatu
kebiasaan tertentu yang memungkinkan akan
berpengaruh pada kesehatanya sekarang
(Samsuhidajat, 2002).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dengan menggunakan genogram tiga
generasi, apakah dalam keluarga klien ada yang
pernah menderita penyakit yang sama dengan klien
atau penyakit keturunan.
28
e) Riwayat Psikososial
Klien yang menderita post op empiema akan
mengalami gangguan psikologis baik itu diri sendiri
maupun keluarganya, adapun gangguan psikologis
yang muncul adalah klien nampak gelisah, lemas dan
klien sering bertanya tentang penyakitnya.
f) Riwayat Spiritual
Hal-hal yang perlu dikaji adalah bagaimana
pelaksanaan ibadah sebelum dan selama sakit.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Yang perlu diperhatikan pada keadaan umum pasien
meliputi penampilan, postur tubuh dan gaya bicara. Pada pasien
dengan Post Pemasangan CTT a/i Empiema umumnya lemah.
b) Kesadaran
Apakah klien sadar sepenuhnya (composmentis), apatis,
samnolen, delirium dan koma. Pada penderita Post Pemasangan
CTT a/i Empiema dengan nilai tingkat kesadaran (GCS) yaitu 9-
12 kesadaran lethargi, stupor.
29
c) Tanda-tanda vital
Biasanya terjadi peningkatan tanda-tanda vital, seperti
tekanan darah menurun, peningkatan pernapasan, suhu
meningkat dan nadi meningkat.
d) Sistem penginderaan
Alat-alat pengideraan seperti mata, telinga dan lidah
terpengaruh pada kondisi pre maupun post op empiema.
e) Sistem pernapasan
Biasanya pada klien post op empiema nampak nyeri
pleura dan dispnea. Bernapas cepat dengan menggunakan otot-
otot asesori. Ada pernapasan cuping hidung, terdapat bunyi datar
pada saat perkusi dada dan terdapat bunyi ronchi.
f) Sistem kardiovaskuler
Dalam pemeriksaan didapatkan perubahan tekanan darah
menurun kecuali apabila terjadi peningkatan tekanan intra
kranial maka tekanan darah meningkat, denyut nadi tachikardi,
kemudian bradikardi atau iramanya tidak teratur sebagai
kompresi kerja jantung untuk membantu mengurangi tekanan
intra kranial.
30
g) Sistem pencernaan
Pada klien Post Pemasangan CTT a/i Empiema biasanya
didapatkan bising usus yang normal atau bisa juga menurun
apabila masih ada pengaruh anestesi, perut kembung, bibir dan
mukosa mulut tampak kering, klien dapat mual dan muntah.
kadang-kadang konstipasi karena klien tidak boleh mengedan
atau inkontinensia karena klien tidak sadar. Pada perkusi
abdomen terdengar timpani, nyeri tekan pada daerah
epigastrium, penurunan berat badan.
h) Sistem perkemihan
Pada pengkajian akan didapatkan retensi urine pada klien
sadar, sedangkan pada klien tidak sadar akan didapatkan
inkontinensia urine dan fekal, jumlah urine output biasanya
berkurang. Terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
dimana terdapat hiponatremia atau hipokalemia.
i) Sistem reproduksi
Pada pasien Post Pemasangan CTT a/i Empiema akan
mengalami penurunan seksualitas.
31
j) Sistem muskuloskeletal
Data yang didapat pada sistem muskuloskeletal dari klien
yang mengalami penyakit Post Pemsangan CTT a/i Empiema
adalah terjadi kelemahan.
4) Pola Aktifitas Sehari – hari
Yang perlu dikaji dalam kegiatan sehari – hari adalah :
a) Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan klien, apakah ada perubahan
selama di rumah sakit, perlu dikaji frkuensi makanan yang
disuka dan yang tidak disukai. Biasanya klien empiema
mengeluh mual, tidak ada nafsu makan, porsi makaan tidak
dihabiskan, dan badan terasa lemah.
b) Eliminasi
Bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB, apakah ada
perubahan selama sakit atau tidak. Sebelum sakit kebiasaan pola
eliminasi BAK dan BAB klien empiema teratur namun setelah
sakit tergantung dari kondisi pasien yang dialami.
c) Istrahat dan Tidur
Menyangkut kebiasaan istrahat klien, apakah ada
perubahan selama sakit atau tidak. Perubahan yang terjadi pada
klien empiema adalah kelemahan umum dan kelelahan, serta
kesulitan tidur pada malam hari.
32
d) Olah Raga dan Aktifitas
Bagaimana kebiasaan olahraga dan aktivitas klien, apakah
ada perubahan selama sakit atau tidak. Biasanya klien
mengalami sesak pada saat beraktivitas atau bekerja berat atau
ringan.
e) Personal Hygiene
Bagaimana kebiasaan mandi klien, apakah ada perubahan
selama sakit atau tidak. Biasanya klien tidak mengalami
gangguan pada personal hygiene.
f) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik terdiri dari dua pemeriksaan yaitu
pemeriksaan radiologi dan laboratorium serta torasentesis. Pada
pemeriksaan laboratorium biasanyan LED meningkat.
(1) Pemeriksaan Laboratorium
(a) Pemeriksaan darah : pada kasus bronchopneumonia
oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah neutrofil).
(b) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi
dan status asam dan basa.
(c) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
(d) Sampel darah, sputum dan urin untuk tes imunologi
untuk mendeteksi antigen mikroba.
33
(2) Pemeriksaan Radiologi
(a) Rontgenogram thoraks: menunjukkan konsolidasi lobar
yang sering kali dijumpai pada infeksi pneumokokul
atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
(b) Laringoskopi / bronkoskopi : untuk menentukan apakah
jalan napas tersumbat oleh benda padat.
g) Pengobatan
Pemberian obat yang diberikan pada klien pada saat dilakukan
pengkajian sesuai dengan program pengobatan. Penatalksanaan pada
penderita Post Pemasangan CTT a/i Empiema biasanya pemberian diit
TKTP, mengalirkan cairan dalam cavum pleura dan memperbaiki
ekspansi paru supaya sempurna serta pemberian antibiotik untuk
mengatasi infeksi.
b. Pengelompokan Data
Pengelompokkan data adalah data-dat klien atau keadaan
tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau
keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah data
dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah
keperawatan klien dengan merumuskannya (Nursalam, 2005).
34
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan
mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokkan
data serta mangaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam
bentuk diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan data subjektif
dan data objektif (Carpenito, 2002).
Analisa data terdiri dari :
1) Problem yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan.
2) Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah
keperawatan.
3) Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu
masalah.
Serta masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan kriteri
prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera
diatasi
yaitu :
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien.
2) Masalah aktual.
3) Masalah potensial atau resiko.
d. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dalam dituliskan dalam urutan tertentu
untuk memudahkan pengurutan diagnosa keperawatan berkaitan
35
yang dipilih, yang tersaji dalam pedoman perawatan (Doengoes,
2002).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah
aktual dan resiko tinggi.
Adapun diagnosa yang timbul pada klien Post Pemasangan CTT a/i
Empiema (Doengoes, 2002) antara lain :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sekret yang berlebihan.
b. Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan pada paru dan
pleura.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang atau anoreksia.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
perubahan status nutrisi.
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya
pemasangan CTT.
f. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya pemasangan
CTT.
36
3. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu kegiatan pokok dalam manajemen
Asuhan Keperawatan. Perencanaan digunakan untuk memastikan bahwa
sumber daya yang ada saat ini dan masa yang akan datang dialokasikan
dengan efektif dan efisien untuk mencapaai tujuan ( Dpkes RI, 2005 ).
Berdasarkan Diagnosa Keperawatan yang mungkin terjadi pada
klien Post Pemasangan CTT a/i Empiema, maka Perencanaan yang akan
dibuat untuk masing – masing diagnosa adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
produksi sekret yang berlebihan.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
beberapa hari bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil : Suara nafas bersih dan sesak berkurang.
Intervensi :
1) Observasi fungsi pernapasan, kecepatan,
irama, kedalaman dan penggunaan otot
asesoris.
2) Beri posisi semifowler.
3) Anjurkan pembatasan dalam aktivitas
klien.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai
indikasi.
37
Rasional :
1) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan
atelaktasis.
2) Posisi semi fowler membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernapasan.
3) Dapat mengurangi sesak.
4) Obat susai indikasi dapat membantu
dalam melancarkan pola nafas.
b. Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan pada paru dan
pleura.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
beberapa hari diharapkan nyeri teratasi.
Kriteria Hasil : Nyeri teratasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri.
2) Kaji tanda – tanda vital.
3) Beri tindakan kenyamanan dengan cara
tehnik distraksi, relaksasi dan peralihan
perhatian klien.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
sesuai indikasi.
38
Rasional :
1) Dengan mengetahui tingkat nyeri dapat
dilakukan tindakan intervensi selanjutnya.
2) Mengidentifikasi kemampuan
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3) Membantu menurunkan atau mengurangi
rasa nyeri.
4) Analgetik dapat menurunkan ambang rasa
nyeri.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang atau anoreksia.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
beberapa hari diharapkan nutrisi terpenuhi.
Kriteri Hasil : Nutrisi terpenuhi dan barat badan naik.
Intervensi :
1) Kaji pola makan, frekuensi dan selera
makan.
2) Beri makan dalam porsi yang sedikit tetapi
sering.
3) Beri penjelasan tentang pentingnya
makanan bagi tubuh.
4) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
dalam pemberian nutrisi.
39
Rasional :
1) Indikator untuk mengetahui kebutuhan
nutrisi yang diperlukan dan memberi
gambaran sejauh mana tingkat adaptasi
terhadap diit.
2) Porsi sedikit tapi sering dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
3) Klien dan keluarga dapat mengetahui
tentang pentingnya nutirsi bagi kesehatan.
4) Pemberian makanan sesuai diit yang
dianjurkan dapat membantu proses
penyembuhan.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik, perubahan status nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
beberapa hari diharapkan intoleransi aktifitas
teratasi.
Kriteria Hasil : Dapat melakukan aktifitas sendiri.
Intervensi :
1) Kaji tingakt kelemahan klien dan sejauh
mana kebutuhan klien akan bantuan
daro keluarga.
40
2) Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADL – nya.
3) Ajarkan latihan – latihan fisik sesuai
dengan kondisi klien.
4) Jelaskan pentingnya istrahat, rencana
pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktifitas dan istrahat.
Rasional :
1) Mendapatkan data dasar untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
2) Memungkinkan klien untuk dapat
melakukan aktifitas.
3) Dengan latihan fisik dapat membantu
klien untuk meningkatkan kekuatan
otot – otot kilen.
4) Membantu mempercepat proses
penyembuhan.
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan
adanya pemasangan CTT.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama beberapa hari diharapkan tidak
terjadi penyebaran infeksi.
Kriteria Hasil : Resiko penyebaran infeksi dapat dihindari.
41
Intervensi :
1) Kaji patologi penyakit.
2) Observasi tanda – tanda vital.
3) Ajarkan klien tindakan hygienis.
4) Beri pendidikan kesehatan tentang
pentingnya terapi pengobatan.
5) Kolaborasi dengan dokter bila terjadi
tanda – tanda infeksi.
Rasional :
1) Membantu klien menyadari dan
menerima perlunya mematuhi program
pengobatan.
2) Peningkatan suhu tubuh dan tanda –
tanda vital lainnya indikator adanya
infeksi.
3) Membantu klien dalam pemahaman
pentingnya merawat luka tempat
pemasangan CTT.
4) Menambah pengetahuan klien tentang
fungsi dari pada pentingnya pengobatan
yang teratur.
42
5) Obat antibiotik jika terjadi tanda – tanda
infeksi dapat mencegah penyebaran
infeksi.
f. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan pemasangan
CTT.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama beberapa hari diharapkan tidak terjadi injuri.
Kriteria Hasil : Resiko injuri terhindari
Intervensi :
1) Observasi adanya tanda – tanda
respirasi distres bila kateter thoraks
tercabut.
2) Usahakan CTT berfunsi dengan baik
dan aman dengan meletakkannya
lebih rendah dari bed klien.
3) Fiksasi kateter thoraks pada dinding
dada dan sisakan panjang kateter.
4) Anjurkan klien untuk tidak menekan
atau membebaskan selang dari
tekanan ( tertindih tubuh ).
Rasional :
1) Respirasi distres bila kateter thoraks
tercabut dapat menimbulkan injuri.
43
2) Dengan meletakkan tempat
penmpungan CTT lebih rendah dapat
memperlancar mengalirnya nanah ke
tempat penampungan.
3) Mencegah tercabutnya kateter thoraks
dan agar klien dapat bergerak.
4) Mencegah tercabutnya kateter
thoraks.
4. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan,
melaksanakan anjuran – anjuran dokter dan menjalankan ketentuan -
ketentuan Rumah Sakit. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
rencana yang telah ditetapkan dengan harapan mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Catatan yang dibuat dalam implementasi merupakan
sumber yang ditujukan untuk evaluasi keberhasilan tindakan perawatan
yang telah direncanakan sebelumnya (Effendi, 2006).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperwatan. Eveluasi
menyediakan nilai informasi mngenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalam evaluasi,
44
proses perkembangan klien dinilai selama 24 jam terus-menerus yang
ditulis dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan yang ditulis oleh
perawat jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya (Hidayat, 2004).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi yang
dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap intervensi yang
dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada
masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
data pada respon (Hidayat, 2004).
45
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Kp. Patrol, Ds. Arjagan
Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Dx. Medis : Post Pemesangan CTT a/i Empiema
No. RM : 0001352426
Tanggal Masuk : 15-03-2014
Tanggal Pengkajian : 21-03-2014
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
46
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan Dengan Klien : Istri klien
Alamat : Kp. Patrol, Ds. Arjagan
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan utama : Nyeri pada luka operasi
(2) Riwayat keluhan utama :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21
Maret 2014, Klien mengatakan 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit, klien mengeluh sesak napas. Sebelumnya
klien pernah dirawat di Puskesmas Garut selama 2 hari
namun karena keadaan klien semakin lemah, klien
kemudian dirujuk di rumah sakit umum pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung. Setelah dilakukan perawatan klien
dianjurkan untuk melakukan operasi. Klien mengeluh
nyeri pada bagian dada sebelah kiri karena luka operasi.
Nyeri seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam yang
dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri 6 (0-10),
nyeri bertambah berat apabila klien bergerak.
47
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sudah lama menderita sesak napas dan
batuk - batuk. Klien mengatakan sering merokok. Klien juga
mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan
maupun obat – obatan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami penyakit yang sama. Keluarga klien tidak ada yang
menderita penyakit DM, hipertensi, TBC dan penyakit
menular.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4,V5,M6)
c) Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
ND : 80 x/ menit
P : 28 x/ menit
S : 36,5 ºC
d) Sistem Panca Indra
Ekspresi wajah meringis saat nyeri, tidak ada radang dan
udema pada palpebra, nampak bola mata menonjol, sklera
tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor. Telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda radang. Klien
48
tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada nyeri
tekan. Tidak terdapat pengeluaran sekret pada hidung.
e) Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, mukosa hidung lembab
dan berwarna merah muda, terdapat nyeri tekan pada dada
bagian kiri yang terpasang WSD,terpasang O2, bentuk dada
simetris kiri dan kanan. Pemeriksaan dengan perkusi bunyi
napas redup.
f) Sistem Kardiovasculer
Konjungtiva tampak pucat, tidak terdapat peningkatan JVP
(junggularis vena pressure), tidak terdapat clubbing finger,
palpasi denyut nasi teraba kuat dengan irama regular dengan
frekuensi 80 kali/ menit, tekanan darah 110/70 mmHg. CRT
(cafillary refilling time) kembali dalam waktu ± 3 detik, ictus
cordi teraba pada ICS V garis mid klavikula kiri, bunyi S¹ dan
S² murni dengan irama reguler.
g) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir simetris kiri dan kanan, bibir pucat, gigi klien
tidak ada yang tanggal, lidah bergerak dengan bebas, bentuk
abdomen datar dan terdapat luka operasi yang lembab serta
kemerahan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak teraba
pembesaran hepar dan limpa.
49
h) Sistem Perkemihan
Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada udema pada
daerhpreorbital, tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi pada
kandung kemih.
i) Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pengkajian karena klien menolak untuk
dilakukan pemeriksaan.
j) Sistem Integumen
Kulit kepala kotor, warna kulit kuning langsat, kuku panjang
dan kotor.
k) Sistem Muskuloskeletal
(1) Ekstremitas atas
(a) Kekuatan otot
5 5
(b) Tidak ada udema pada tungkai atas
(c) Terpasang infus pada tangan kanan
(2) Ekstremitas bawah
(a) Tungkai bawah dapat difleksikan
(b) Jari kaki dapat digerakkan
(c) Kekuatan otot
5 5
(d) Aktifitas klien dibantu oleh keluarga
(e) Tidak ada udema pada tungkai bawah
50
(f) Terdapat luka dekubitus pada bagian bokong
l) Sistem Neurosensori
(1) Tes Fungsi Serebral
(a) Fungsi kesadaran
Saat dilakukan pengkajian kesadaran klien compos mentis,
GCS 15 (E4 M6 V5).
(b) Status mental
- Orientasi
Klien terhadap orang, tempat dan waktu tidak terganggu
dibuktikan klien mengenal anak - anaknya dan klien
mampu menyebutkan tanggal masuk rumah sakit.
- Daya ingat
Long term memory
Memori jangka panjang klien baik dibuktikan dengan klien
dapat menyebutkan tahun kelahirannya.
Short term memory
Memori jangka pendek klien baik, dibuktikan dengan klien
dapat menyebutkan menu makanan yang baru saja
dimakannya dengan benar.
- Perhatian dan perhitungan
Kemampuan perhatian dan perhitungan klien baik,
dibuktikan dengan klien dapat menjawab dengan benar
hitungan yang diberikan 1-10.
51
(c) Bicara dan bahasa
Fungsi bicara dan bahasa klien baik, dibuktikan dengan klien
dapat berkomunikasi dengan perawat.
(2) Tes Fungsi Kranial
(a) Nervus I (olvaktorius) : klien mampu membedakan dan
mencium bau
(b) Nervus II (optikus) : klien mampu membaca papan nama
perawat dengan jarak 30 cm
(c) Nervus III, IV, dan V (okulomotorius, tochlearis dan
abdusen)
- Klien mampu menggerakkan bola mata ke atas, ke bawah
dan ke samping
- Klien dapat berkedip dengan spontan
Akomodasi pupil negatif
(d) Nervus V (trigeminus) : klien dapat menggerakkan
rahangnya
(e) Nervus VII (fasialis) : klien dapat mengkrutkan dahinya,
membedakan rasa pahit dan manis pada lidahnya
(f) Nervus VIII (austikus) : klien dapat mendengar dengan baik
(g) Nervus IX dan X (glasofaringeus dan vagus) : suara klien
nampak jelas dan klien menelan tanpa rasa nyeri
(h) Nervus XI (aksesorius) : klien dapat menggerakan lehernya
kekiri dan kekanan
52
(i) Nervus XII (hipoglosus) : letak lidah simetris dan pergerakan
baik
(3) Pemeriksaan Motorik
(a) Massa otot
Tidak terdapat atropi dan hipertropi, ukuran otot LLA kanan
: 19 cm, LLA kiri : 19 cm
(b) Tonus otot
Tidak terdapat tahanan
(c) Reflek
Reflek fisiologi
Biseps : +/+, trisep : +/+, patella : +/+, achiles : +/+,
superfisial : +/+
Reflek patologis
Babinski : -/-, Caddock : -/-
53
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
Tabel. 1 : kegiatan sehari-hari
No Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Nutisri
a. Makan
Frekuensi
Porsi makan
Jenis makanan
Makanan pantangan
b. Minum
Frekuensi
Jenis minuman
Minuman pantangan
3x / hari
1 porsi dihabiskan
Nasi, lauk, sayur
-
6-8 gelas/ hari
Air mineral, susu,
kopi dan teh
Alkohol dan
cofein
Nafsu makan berkurang
½ porsi makanan saja yang
dihabiskan
Bubur, sayur, lauk (Diit TKTP)
Makanan yang keras dan pedas
Tidak menentu
Air mineral, teh dan susu
Alkohol dan minuman yang
mengandung cofein
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Warna
Konsistensi
Keluhan
b. BAK
Frekuensi
Jumlah
1-2x / hari
Kuning
kecoklatan
Lembek
4-5x / hari
1500 cc / hari
Kuning
Tidak menentu
Kuning
lembek
susah untuk BAB
Tidak menentu
54
Warna
3. Istrahat
Tidur siang
Tidur malam
13.00-16.000
22.00-05.00
Kurang tidur
Kurang tidur
4. Personal hygiene
Mandi
Sikat gigi
Mencuci rambut
Menggunting kuku
2x sehari
2x sehari
2x seminggu
1x seminggu
Belum pernah mandi
Belum pernah sikat gigi
Belum pernah mencuci rambut
Belum pernah memotong kuku
5. Aktifitas Klien setiap
harinya bekerja
Klien tidak bisa banyak
bergerak. Aktifitas klien dibantu
oleh keluarga dan perawat
5) Data Psikologi
a) Identitas klien
Klien mengatakan bahwa ia seorang laki- laki, kini berusia 43
tahun
b) Gambaran diri
Klien mengatakan malu dengan adanya pemasangan kantong
kateter thoraks (CTT).
c) Ideal diri
Klien berharap cepat sembuh sehingga klien bisa berkumpul
kembali dengan keluarganya dan kembali bekerja lagi.
55
d) Harga diri
Klien tidak mengalami harga diri rendah (HDR).
e) Aktualisasi diri
Klien mengatakan ia anak pertama dari 3 orang bersaudara.
f) Penampilan diri
Klien mengatakan lemah. Klien juga mengatakan badannya
semakin kurus.
g) Status emosi
Klien mengatakan takut dengan kondisinya saat ini dan sering
bertanya tentang penyakitnya.
6) Data Sosial
Orang yang terdekat klien adalah orang tuanya. Klien jarang
berinteraksi dengan orang lain.
7) Data Spiritual
Klien beragama islam. Klien mengatakan selalu berdoa agar cepat
sembuh.
56
8) Pemeriksaan Penunjang
Tabel. 2 : hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12-03-2013
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Cpk. C Pleura
Cairan Tubu
- Leukosit
Hitungan Jenis Sel
- PMN
- MN
- Warna cairan
- Kejernihan
- Kalium C. Pleura
- Magnecium C. Pleura
- Phosphor
Lain – lain :
Glukosa C. Pleura
Protein C. Pleura
Albumin
LDH C. Pleura
2680
62538
99
10
Coklat
kemerahan
Keruh
1
1
3,95
37
1478
430
39825
40 - 90
7 – 100
Putih bening
Putih bening
< 2500
500 - 1400
n/137º C
L/ul
%
%
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
IU/L
57
9) Pengobatan
a) Terapi obat
(1) IVFD Nacl 0.9% 20 tetes/ menit IV
(2) Ciprofloxaxim 2 x 1 g 2 x 1 IV
(3) Tramadol 2 x 100 mg 2 x 1 IV
(4) Metronidazol 3 x 500 mg 3 x 1 IV
(5) Ranitidin 2 x 50 mg 2 x 1 IV
(6) Ameprazol 2 x 1 P/O
b) Perawatam luka operasi illeustomi
(1) Alat dan bahan
(a) Larutan NaCl 0,9 %
(b) Betadhine
(c) Plester
(d) Gunting
(e) Kassa steril dan non steril
(f) Pinset anatomi
(g) Hendschoon
(2) Perawatan WSD
(a) Gunakan hendscoon
(b) Bersihkan luka pemasangan kateter thoraks dengan Nacl
0,9%
(c) Selanjutnya oleskan bethadine dengan menggunakan
kssa steril
58
(d) Tutup luka kateter thoraks dengan cara melingkar
dengan menggunakan kassa yang telah diberi bethadine
(e) Eratkan dengan menggunakan plester
b. Pengelompokan Data
1) Data subjektif
a) Klien mengeluh nyeri pada daerah tempat pemsangan CTT
b) Klien mengeluh kurang nafsu makan
c) Klien mengatakan sesak napas
d) Klien mengatakan badannya semakin kurus
e) Klien mengatakan tidak bisa terlalu banyak bergerak
f) Klien mengatakan belum pernah mandi selama dirawat
g) Klien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini
h) Klien mengatakan kantong CTT cepat penuh
2) Data objektif
a) Keadaan umum lemah
b) Ekspresi wajah nampak meringis saat nyeri
c) Wajah nampak pucat
d) Skala nyeri 6 (0-10)
e) R = 28 x/ menit
f) Klien nampak sesak
g) Terpasang O2 3 L/menit
h) Terpasang IVFD Nacl 0,9% pada tangan kanan
i) Pada pemeriksaan perkusi bunyi napas redup
59
j) Hanya ½ porsi makanan saja yang dihabiskan
k) Aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
l) Klien sering bertanya tentang kondisinya
m) Terpasang katetr thoraks pada dada bagian kiri
n) Nampak basah pada daerah luka operasi klien
a. Analisa Data
Tabel 3: Analisa data
No. Symptom Etiologi Problem
1. DS :
- Klien mengatakan sesak
nafas
DO :
- Klien nampak sesak
- R = 28 x/ menit
- Terpasang O2 3 L/ menit
- Pada pemeriksaan perkusi
bunyi nafas redup
Proses inflamasi pleura
Akumulasi cairan pleura
Ketidak seimbangan
ventilasi – perfusi
Alveoli paru kolabs
Gangguan pola nafas
tidak efektif
Gangguan pola
nafas tidak efektif
2. DS :
- Klien mengeluh nyeri pada
daerah bekas operasinya
DO :.
- Ekspresi wajah meringis
saat nyeri
Pemasanmgan CTT
(empiema)
Menyebabkan tekanan
pada pleura parietal
Nyeri
60
- Skala nyeri 6 (0-10) Terputusnya kontinuitas
jaringan
Merangsang pengeluaran
zat kimia (bradikinin,
histamine, serotinin)
Disampaikan ke corteks
serebri
Nyeri
3. DS :
- Klien mengatakan kurang
nafsu makan
- Klien mengatakan
badannya semakin kurus
DO :
- Hanya ½ porsi makanan
saja yang dihabiskan
- Keadaan umum lemah
- Klien hanya makan bubur
- Muka nampak pucat
Pemasangan CTT
Meningkatkan aktivitas
seluler
peningkatan produksi
pus/ nanah
sesak nafas
anoreksia
Transport nutrisi ke
jaringan menurun
Gangguan pemenuhan
Gangguan
pemenuhan nutrisi
61
nutrisi
4. DS :
- Klien mengatakan belum
pernah mandi selama
dirawat
DO :
- Klien belum bisa banyak
bergerak
- Aktifitas klien dibantu oleh
keluarga dan perawat
- Keadaan umum lemah
Kelemahan
Keterbatasan rentang
gerak
Penururnan aktivitas
Klien tidak mampu
mandi dan cuci rambut
sendiri
Gangguan pemenuhan
ADL
Gangguan
pemenuhan ADL
: personal hygiene
5. DS :
- Klien mengatakan cemas
dengan kondisinya saat ini
DO :
- Klien sering bertanya
tentang kondisinya
Kurangnya pengetahuan
tentang pemasangan
CTT
Faktor pencetus stresor
psikologis
Menimbulkan perasaan
takut
Ansietas
Ansietas
62
d. Prioritas Masalah Keperawatan
1) Gangguan pola nafas tidak efektif
2) Nyeri
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene
5) Ansietas
6) Resiko infeksi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d adanya inflamasi pada pleura
Data subjektif :
Klien mengatakan sesak nafas
Data Objektif :
1) Klien nampak sesak
2) R = 28 x/ menit
6. DS :
DO :
Adanya luka
pemasangan CTT
Port de entri
mikroorganisme
Resiko infeksi
Resiko infeksi
63
3) Terpasang O2 3L/ menit
4) Pada pemeriksaan perkusi bunyi nafas redup
b. Nyeri b/d pemasangan Chest Tube Thoracostomy
Data subjektif :
Klien mengeluh nyeri pada daerah pemasangan CTT.
Data Objektif :
1) Ekspresi wajah meringis saat nyeri.
2) Skala nyeri 6 (0-10).
c. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake nutrisi yang tidak adekuat
akibat inflamasi pleura.
Data subjektif :
1) Klien mengatakan kurang nafsu makan.
2) Klien mengatakan badannya semakin kurus.
Data objektif :
1) Hanya ½ porsi makanan saja yang dihabiskan
2) Keadaan umum lemah
3) Muka nampak pucat
d. Gangguan pemenuhan ADL ; personal hygiene b/d kelemahan
Data subjektif :
Klien mengatakan belum pernah mandi selama dirawat.
Data objektif :
1) Klien tidak bisa terlalu banyak bergerak
64
2) Aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
3) Keadaan umum klien lemah.
e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya
Data subjekti :
Klien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini.
Data objektif :
Klien sering bertanya tentang penyakitnya.
f. Resiko infeksi b/d luka pemasangan Chest tube thoracostomy
Data subjektif :
Data objektif :
65
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama : Tn. A Tanggal Masuk RS : 15 Maret 2014
Umur : 43 tahun Tanggal Pengkajian : 21-24 Maret 2014
Alamat : Kp. Patrol, Ds. Arjagan Ruang : Bedah Umum Lt IV
No. RM : 0001352426 Diagnosa Medis : Post Pemasangan CTT a/i Empiema
Tabel 4 : Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
ketidak seimbangan ventilas – perfusi pada pleura,
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan sesak nafas
Selama dilakukan tindakan
selama 3 hari , pola nafas
kembeli efefktif.
Kriteri hasil :
a. Klien tidak sesak nafas lagi
a. Monitor fungsi
pernapasan , cepat
dangkalnya
pernapasan, frekuensi
pernapasan serta
a. Penemuan secara dini dan
adanya tanda – tanda
pertukaran gas sehingga
dapat memudahkan dalam
menentukan intervensi
66
DO :
a. Klien nampak sesak
b. R = 28 x/ menit
c. Terpasang O2 3L/ menit
d. Pada pemeriksaan perkusi terdapat bunyi
nafas redup
b. Frekuensi nafas kembali
normal ( 16 – 18 x/ menit )
adanya perubahan
TTV
b. Ajarkan tehnik nafas
dalam
c. Berikan posisi semi
fowler
d. Berikan oksigen
melalui nasal kanul
e. Penatalaksanaan
dalam pemberian obat
selanjutnya
b. Memudahkan oksigen masuk
sebanyak – banyaknya ke
dalam paru – paru sehingga
kebutuhan oksigen terpenuhi
c. Ekspansi paru menjadi lebih
leluasa sehingga saluran
pernapasan menjadi longgar
d. Meningkatkan distres
respirasi
e. Membantu mempercepat
penyembuhan
2. Nyeri berhubungan dengan pemasangan CTT, ditandai
dengan :
DS :
Setelah dilakukan tidakan
keperawatan selama 3 hari, rasa
nyeri hilang.
a. Kaji tingkat nyeri a. Respon nyeri merupakan
langkah perawat daalam
tindakan keperawatan
67
f. a. Klien mengeluh nyeri pada daerah
pemasangan CTT
g. Klien mengeluh nyeri pada luka bagian dada
kirinya
DO :
a. Ekspresi wajah meringis saat nyeri
b. Skala nyeri 6 (0-10)
Kriteria hasil :
a. Wajah klien tidak meringis
kesakitan lagi
b. Skala nyeri 0
b. Pantau tanda-tanda
vital
c. Melakukan
penyuluhan
manajemen nyeri
tentang teknik
distraksi, relaksasi
dan masase kepada
klien dan keluarga
d. Berikan posisi yang
nyaman
e. Kolaborasi dalam
pemberian obat sesuai
indikasi
b. Kenaikan tanda-tanda vital
mengidentifikasi peningkatan
nyeri
c. Untuk memfokuskan
kemampuan klien dalam
koping terhadap nyeri dan
masase dapat mengurangi rasa
nyeri
d. Mengurangi rasa nyeri
e. Obat sesuai indikasi daapat
menurunkan nyeri
3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengaan Setelah dilakukan tindakan a. Pantau kebutuhan a. Pemberian asupan nutrisi
68
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat pemasangan
CTT, ditandai dengan :
DS :
a. Klien mengatakan kurang nafsu makan
b. Klien mengatakan badanya semakin kurus
DO :
a. Hanya ½ porsi makanan saja yaang
dihabiskan
b. Klien nampak pucat
c. Keadaan umum lemah
keperawatan selama 4 hari
diharapkan kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Pola makan kembali normal
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
nutrisi
b. Beri asupan nutrisi
sesuai kebutuhan
c. Pantau intake dan
output
d. Anjurkan klien untuk
menghindari
makanan yang pedas
dan keras
e. Kolaborasi dalam
pemberian obat
sangat penting dalam proses
penyembuhan
b. Untuk memperbaiki
kebutuhaan nutrisi sesuai
kebutuhan tubuh
c. Untuk menentukan intervensi
selanjutnya
d. Makanan pedas dan keras
dapat mepengaruhi kerja usus
e. Dapat membantu proses
penyembuhan
69
4. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene
berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan belum pernah mandi selama
dirawat
DO :
a. Klien tidak bisa terlalu banyak bergerak
b. Aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan
perawat
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selam 4 hari
diharapkan kebutuhan ADL dan
personal hygiene terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Badan klien bersih
b. Klien dapat beraktifitas
tanpa bantuan orang lain
a. Observasi sejauh
mana kemampuan
klien untuk
melakukan aktivitas
b. Beri bantuan klien
dalam memenuhi
personal hygienenya
c. Libatkan keluarga
klien untuk
memenuhi kebutuhan
ADL klien
d. Beri motifasi kepada
kilen dalam
melakukan personal
hygiene secara
mandiri
a. Untuk menilai kemampuan
atau sejauh mana aktivitas
yang bisa dilakukan oleh
klien
b. Untuk memenuhi personal
hygiene klien
c. Agar keluarga mengetahui
cara memandikan klien diatas
tempat tidur
d. Dapat membantu klien untuk
terus meningkatkan dan
mempertahankan kemampuan
dirinya dalam melakukan
kebersihan diri
70
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakitnya, ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan cemas dengan kondisinya saat
ini
DO :
Klien sering bertanya tentang penyakitnya
Setelah dilakukan tindaakan
keperawatan selama 1 hari
diharapkan cemas teratasi
Kriteria hasil :
Klien tidak lagi mengatakan
cemas dengaan kondisinya
a. Kaji tingkat
kecemasan klien
b. Ciptakan lingkungan
yang nyaman dan
tenang
c. Beri informasi
kepada klien dan
keluarga tentang
pemasangan CTT
a. Dapat mengetahui sejauh
mana cemas yang dialami
klien
b. Lingkungan yang nyaman dan
tenang dapat menguragi
cemas klien
c. Dapat meningkatkan
pemahaman klien dan
keluarga
6. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya
pemasangan CTT, ditandai dengan :
DS :
DO :
Jumlah sel leukosit 62538/ UL
Setelah diberikan tindakaan
keperawatan selam 3 hari
diharapkan infeksi tidak
terjadi.
Kriteri hasil :
a. Observasi adaanya
tanda – tanda infeksi
b. Penatalaksanaan
dalam pemberian
antibiotik
a. Melindungi klien dari
kontaminasi silang
b. Mempercepat proses
penyembuhan luka
71
a. Tidak ada darah dan nanah
pada luka pemasangan CTT
4. Implementasi Dan Evaluasi
Tabel 5 :Implementasi dan Evaluasi
No. DX Hari/ Tgl Jam Implementasi Hari/ Tgl Jam Evaluasi
1. Jumat,
21-03-2014
07.30 a. Memonitoring fungsi pernapasan, cepat dangkalnya
pernapasan daan mengobservasi TTV
Hasil :
- TD : 110/70 mmHg
- ND : 80x/ menit
- P : 28x/ menit
Jumat,
21-03-2014
14.00 S :
Klien mengatakan sesak nafas
O :
a. Klien nampak sesak
b. Terpasang O2 3L/ menit
A :
72
07.35
07.50
08.00
08.00
- S : 36, 5 ºC
b. Mengajarkan tehnik nafas dalam
Hasil :
- Klien menarika nafas lewat hidung dan
mengeluarkannya lewat mulut secara perlahan
c. Memberikan posisi semi fowler
Hasil :
- Klien kooperatif
- Klien merasa nyaman dengan 2 bantal yang
disusun dipunggung klien
d. Memberikan oksigenasi melalui nasal kanul
Hasil :
- O2 3L/ menit
e. Penatalaksanaan daalam pemberian obat
Hasil :
- Ameprazol 1 tablet P/O
Tujuan belum tercapai
P :
Lanjutkan intervensi a, b, c, d
dan e
73
2. Jumat,
21-03-2014
08.10
08.45
09.07
a. Mengkaji tingkat nyeri
Hasil :
- Skala nyeri 6 (0-10)
b. Memantau tanda-tanda vital
Hasil :
- TD : 110/70 mmHg
- ND : 80x/ menit
- P : 28x/ menit
- S : 36, 5 ºC
c. Melakukan penyuluhan tentang manajemen nyeri
yaitu teknik distrkasi, dengan mengajak klien
mengobrol, teknik relaksasi dengan menarik nafas
dalam dan masasse pijatan atau elusan pada daeraah
yang nyeri secara perlahan
Hasil :
- Klien merasa nyaman dengan mengikuti ajaran
Jumat,
21-03-2014
14.00 S :
Klien mengatakan masih nyeri
pada luka pemasaangan CTT
O :
a. Ekspresi wajah meringis
b. Skala nyeri 6 (0-10)
A :
Tujuan belum tercapai
P :
Lanjutkan intervesi a, b, c dan d
74
09.15
09.15
perawat
d. Memberikan posisi yang nyaman dengan cara
menyusun 2 bantal dipunggung klien
Hasil :
- Klien baring dengan posisi semifowler
e. Melanjutkan pemberian obat analgetik
Hasil :
- Tramatol 1 amp 2x1 IV
- Metronidazol 3 x 500 mg IV
3. Jumat,
21-03-2014
09.30
09.45
a. Memantau kebutuhan nutrisi
Hasil :
- Klien lebih suka makan bubur lunak bersama
lauknya
b. Memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan
Hasil :
- Bubur lunak dan lauk pauk
Jumat,
21-03-2014
14.00 S :
Klien mengatakan kurang nafsu
makan
O :
½ porsi makanan saja yang
dihabiskan
A :
75
10.00
11.00
11.08
c. Memantau intake dan output
Hasil :
- Klien makan tetapi porsi makannya sangat
sedikit
d. Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang
pedas dan keras
Hasil :
- Klien dan keluarga kooperatif
e. Kolaborasi dalam pemberian obat
Hasil :
- Ranitidine 2 x 50 mg IV
Tujuan belum tercapai
P :
Lanjutkan intervensi a, b, c, d
dan e
4. Jumat,
21-03-2014
11.15 a. Mengobservasi sejauh mana kemampuan klien untuk
melakukan aktivitas
Hasil :
- Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga dan
perawat
Jumat,
21-03-2014
14.00 S :
Klien mengatakan belum bisa
banyak bergerak
O :
Aktivitas dibantu keluarga dan
76
11.30
11.45
12.00
b. Memberi bantuan klien dalam memnuhi personal
hygiennya
Hasil :
- Badan klien bersih, kuku bersih, rambut bersih dan
kantong CTT jika penuh di keluarkan
c. Melibatkan keluarga klien untuk memenuhi
kebutuhan ADL klien
Hasil :
- Keluarga klien selalu membantu klien
beraktifitas
d. Motifasi klien dalam personal hygienenya
Hasil :
- Klien kooperatif
perawat
A :
Tujuan belum tercapai
P :
Lanjutkan Intervesi a, b, c dan
d
5. Jumat,
21-03-2014
12.09 a. Mengkaji tingkat kecemasan klien
Hasil :
- Klien masih takut dan khawatir dengan
Jumat,
21-03-2014
14.00 S :
Klien mengatakan mengerti
dengan kondisinya saat ini
77
12.15
12.30
kondisinya saat ini
b. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Hasil :
- Klien merasa lebih tenang dengan lingkungan yang
tenang dan nyaman
c. Memberi penyuluhan kepada keluarga dan klien
tentang pemasangan CTT
Hasil :
- Klien dan keluarga kooperatif
O :
Klien nampk lebih tenang
A :
Tujuan telah tercapai
P :
Pertahankan intervensi a, b dan c
6. Jumat,
21-03-2014
12.45
12.59
14.00
a. Mengobservasi tanda – tanda infeksi
Hasil :
-Masih terpasang CTT
b. Melakukaan perawatan luka tiap hari
Hasil :
- Perawatan luka dengan menggunakan alat steril
c. Pentalaksanaan dalam pemberian obat
Jumat,
21-03-2014
14.00 S :
Klien mengatakan masih
terpasang CTT di dada bagian
kirinya
O :
Nampak terpasang CTT di dada
kiri klien
78
Hasil :
-Cefotaxime 2 x 1 gr IV
A :
Tujuan belum tercapai
P :
Pertahankan intervensi a, b dan c
79
5. Catatan Perkembangan
Tabel 6 : Catatan Perkembangan
No Dx.Kep Hari/ Tgl Jam Catatan Perkembangan
1. I Jumat,
21-03-2014
14.00
07.30
07.35
07.50
08.00
08.00
S :
- Klien mengatakan masih sesak nafas
O :
- Klien nampka sesak
- Terpasang O2 3L/ menit
- R = 28 x/menit
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c, d dan e
I :
- Monitoring fungsi pernapasan, cepat
dangkalnya pernapasan dan
mengobservasi TTV
- Mengajarkan tehnik pernapasan dalam
- Memberikan posisi semi fowler
- Memberikan oksigenasi
- Penatalaksanaan dalam pemberian obat
E :
- TD : 110/70 mmHg
ND : 80 x/menit
R : 28 x/menit
S : 36, 5º C
80
- Klien menarika nafas lewat hidung dan
mengeluarkannya lawat mulut secara
perlahan
- Menaruh 2 batal dipunggung klien dan
klien merasa nyaman
- Terpasang O2 3L/menit
- Ameprazol 1 tablet P/O
2. II Jumat,
21-03-2014
14.00
08.10
08.45
09.07
09.15
10.00
S :
- Klien mengatakan nyeri pada lulka
pemasangan CTT
O :
- Ekspresi wajah meringis
- Skala nyeri 6 (0-10)
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c dan d
I :
- Kaji tingkat nyeri
- Pantau tanda-tanda vital
- Ajarkan teknik distraksi, relaksasi dan
masasse
- Beri posisi yang nyaman
- Pemberian obat analgetik
E :
- Skala nyeri 6 (0-10)
- TD : 110/70 mmHg
81
ND : 80 x/ menit
P : 28 x/ menit
S : 36, 5 ºC
- Klien merasa nyaman dengan teknik
masasse
- Klien nyaman dengan posisi semi fowler
- Tramatol 1 amp 1 x 2 IV
Metronidazol 3 x 500 mg IV
3. III Jumat,
21-03-2014
14.00
09.30
09.45
10.00
11.00
11.32
S :
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
O :
- ½ porsi makanan saja yang dihabiskan
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c dan d
I :
- Memantau kebutuhan nutrisi
- Memberikan asupan nutrisi sesuai
kebutuhan
- Memantau inteke dan output
- Menganjurkan klien untuk menghindari
makanan yang pedas dan keras
- Kolaborasi dalam pemberian obat
E :
- Klien lebih suka makan bubur lunak
bersama lauknya
82
- Bubur lunak dan lauk pauk
- Klien makan tetapi porsi makannya sangat
sedikit
- Klien dan keluarga kooperatif
- Ranitidine 2 x 50 mg IV
4. IV Jumat,
21-03-2014
14.00
11.15
11.30
11.45
12.00
S :
- Klien mengatakan belum bisa banyak
bergerak
O :
- Aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b dan c
I :
- Mengobservasi sejauh mana kemampuan
klien untuk melakukan aktivitas
- Memberi bantuan kepada klien dalam
memenuhi personal hygienenya
- Melibatkan keluarga klien untuk
memenuhi kebutuhan ADL klien
- Motifasi klien dalam personal hyginenya
E :
- Aktivitas klien masih dibantu oleh
keluarga daan perawat
83
- Badan klien bersih, kuku bersih, rambut
bersih dan kantong illeustomi dan
kolostomi klien telah diganti dengan
kantong baru
- Keluarga selalu membantu aktivitas
klien
- Klien mandi dengan menggunakan
waslap dan dibantu oleh perawat dan
keluarga klien
5. V Jumat,
21-03-2014
14.00
12.09
12.15
12.30
S :
- Klien mengatakan mengerti dengan
kondisinya saat ini
O :
- Klien nampak lebih tenang
A :
- Tujuan tercapai
P :
- Pertahankan intervensi
I :
- Mengkaji tingkat kecemasan klien
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
dan tenang
- Memberi informasi kepada klien dan
keluarga tentang illeustomi
E :
- Klien masih takut dan khawatir dengan
kondisinya saat ini
84
- Klien merasa tenang dengan lingkungan
yang tenang dan nyaman
- Klien dan keluarga kooperatif.
6. VI Jumat,
21-03-2014
14.00
12.45
12.59
14.00
S :
- Klien mengatakan masih terpasang CTT
di dada bagian kirinya
O :
- Nampak terpasang CTT di dada kiri
klien
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b dan c
I :
- Mengobservasi adanya tanda – tanda
infeksi
- Melaksanakan perawatan luka setiap hari
- Penatalaksanaan dalam pemberian obat
E :
- Masih terpasang CTT
- Perawatan luka dengan menggunakan
alat steril
- Cefotaxime 2 x 1 gr IV.
7. I Sabtu,
22-03-2014
14.00 S :
- Klien mengatakan masih sesak nafas
O :
85
07.30
07.35
07.50
08.00
08.00
- Klien nampka sesak
- Terpasang O2 3L/ menit
- R = 28 x/menit
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c, d dan e
I :
- Monitoring fungsi pernapasan, cepat
dangkalnya pernapasan dan
mengobservasi TTV
- Mengajarkan tehnik pernapasan dalam
- Memberikan posisi semi fowler
- Memberikan oksigenasi
- Penatalaksanaan dalam pemberian obat
E :
- TD : 110/70 mmHg
ND : 80 x/menit
R : 28 x/menit
S : 36, 5º C
- Klien menarika nafas lewat hidung dan
mengeluarkannya lawat mulut secara
perlahan
- Menaruh 2 batal dipunggung klien dan
klien merasa nyaman
- Terpasang O2 3L/menit
- Ameprazol 1 tablet P/O`
86
8. II Sabtu,
22-03-2014
14.00
08.10
08.45
09.07
09.15
10.00
S :
- Klien mengatakan nyeri pada lulka
pemasangan CTT
O :
- Ekspresi wajah meringis
- Skala nyeri 6 (0-10)
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c dan d
I :
- Kaji tingkat nyeri
- Pantau tanda-tanda vital
- Ajarkan teknik distraksi, relaksasi dan
masasse
- Beri posisi yang nyaman
- Pemberian obat analgetik
E :
- Skala nyeri 6 (0-10)
- TD : 110/70 mmHg
ND : 80 x/ menit
P : 28 x/ menit
S : 36, 5 ºC
- Klien merasa nyaman dengan teknik
masasse
- Klien nyaman dengan posisi semi fowler
- Tramatol 1 amp 1 x 2 IV
87
- Metronidazol 3 x 500 mg IV
9. III Sabtu,
22-03-2014
14.00
09.30
09.45
10.00
11.00
11.32
S :
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
O :
- ½ porsi makanan saja yang dihabiskan
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c dan d
I :
- Memantau kebutuhan nutrisi
- Memberikan asupan nutrisi sesuai
kebutuhan
- Memantau inteke dan output
- Menganjurkan klien untuk menghindari
makanan yang pedas dan keras
- Kolaborasi dalam pemberian obat
E :
- Klien lebih suka makan bubur lunak
bersama lauknya
- Bubur lunak dan lauk pauk
- Klien makan tetapi porsi makannya sangat
sedikit
- Klien dan keluarga kooperatif
- Ranitidine 2 x 50 mg IV
88
10. IV Sabtu,
22-03-2014
14.00
11.15
11.30
11.45
12.00
S :
- Klien mengatakan belum bisa banyak
bergerak
O :
- Aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b dan c
I :
- Mengobservasi sejauh mana kemampuan
klien untuk melakukan aktivitas
- Memberi bantuan kepada klien dalam
memenuhi personal hygienenya
- Melibatkan keluarga klien untuk
memenuhi kebutuhan ADL klien
- Motifasi klien dalam personal hyginenya
E :
- Aktivitas klien masih dibantu oleh
keluarga daan perawat
- Badan klien bersih, kuku bersih, rambut
bersih dan kantong illeustomi dan
kolostomi klien telah diganti dengan
kantong baru
- Keluarga selalu membantu aktivitas
klien
89
- Klien mandi dengan menggunakan
waslap dan dibantu oleh perawat dan
keluarga klien
11. V Sabtu,
22-03-2014
14.00
12.09
12.15
12.30
S :
- Klien mengatakan mengerti dengan
kondisinya saat ini
O :
- Klien nampak lebih tenang
A :
- Tujuan tercapai
P :
- Pertahankan intervensi
I :
- Mengkaji tingkat kecemasan klien
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
dan tenang
- Memberi informasi kepada klien dan
keluarga tentang illeustomi
E :
- Klien masih takut dan khawatir dengan
kondisinya saat ini
- Klien merasa tenang dengan lingkungan
yang tenang dan nyaman
- Klien dan keluarga kooperatif.
90
12. VI Sabtu,
22-03-2014
14.00
12.45
12.59
14.00
S :
- Klien mengatakan masih terpasang CTT
di dada bagian kirinya
O :
- Nampak terpasang CTT di dada kiri
klien
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b dan c
I :
- Mengobservasi adanya tanda – tanda
infeksi
- Melaksanakan perawatan luka setiap hari
- Penatalaksanaan dalam pemberian obat
E :
- Masih terpasang CTT
- Perawatan luka dengan menggunakan
alat steril
- Cefotaxime 2 x 1 gr IV.
13. I Senin,
24-03-2014
14.00 S :
- Klien mengatakan masih sesak nafas
O :
- Klien nampka sesak
- Terpasang O2 3L/ menit
- R = 28 x/menit
91
07.30
07.35
07.50
08.00
08.00
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c, d dan e
I :
- Monitoring fungsi pernapasan, cepat
dangkalnya pernapasan dan
mengobservasi TTV
- Mengajarkan tehnik pernapasan dalam
- Memberikan posisi semi fowler
- Memberikan oksigenasi
- Penatalaksanaan dalam pemberian obat
E :
- TD : 110/70 mmHg
ND : 80 x/menit
R : 28 x/menit
S : 36, 5º C
- Klien menarika nafas lewat hidung dan
mengeluarkannya lawat mulut secara
perlahan
- Menaruh 2 batal dipunggung klien dan
klien merasa nyaman
- Terpasang O2 3L/menit
- Ameprazol 1 tablet P/O
92
14. II Senin,
24-03-2014
14.00
08.10
08.45
09.07
09.15
10.00
S :
- Klien mengatakan nyeri pada lulka
pemasangan CTT
O :
- Ekspresi wajah meringis
- Skala nyeri 6 (0-10)
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c dan d
I :
- Kaji tingkat nyeri
- Pantau tanda-tanda vital
- Ajarkan teknik distraksi, relaksasi dan
masasse
- Beri posisi yang nyaman
- Pemberian obat analgetik
E :
- Skala nyeri 6 (0-10)
- TD : 110/70 mmHg
ND : 80 x/ menit
P : 28 x/ menit
S : 36, 5 ºC
- Klien merasa nyaman dengan teknik
masasse
- Klien nyaman dengan posisi semi fowler
93
- Tramatol 1 amp 1 x 2 IV
- Metronidazol 3 x 500 mg IV
15. III Senin,
24-03-2014
14.00
09.30
09.45
10.00
11.00
11.32
S :
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
O :
- ½ porsi makanan saja yang dihabiskan
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b, c dan d
I :
- Memantau kebutuhan nutrisi
- Memberikan asupan nutrisi sesuai
kebutuhan
- Memantau inteke dan output
- Menganjurkan klien untuk menghindari
makanan yang pedas dan keras
- Kolaborasi dalam pemberian obat
E :
- Klien lebih suka makan bubur lunak
bersama lauknya
- Bubur lunak dan lauk pauk
- Klien makan tetapi porsi makannya sangat
sedikit
- Klien dan keluarga kooperatif
- Ranitidine 2 x 50 mg IV
94
16. IV Senin,
24-03-2014
14.00
11.15
11.30
11.45
12.00
S :
- Klien mengatakan belum bisa banyak
bergerak
O :
- Aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b dan c
I :
- Mengobservasi sejauh mana kemampuan
klien untuk melakukan aktivitas
- Memberi bantuan kepada klien dalam
memenuhi personal hygienenya
- Melibatkan keluarga klien untuk
memenuhi kebutuhan ADL klien
- Motifasi klien dalam personal hyginenya
E :
- Aktivitas klien masih dibantu oleh
keluarga daan perawat
- Badan klien bersih, kuku bersih, rambut
bersih dan kantong illeustomi dan
kolostomi klien telah diganti dengan
kantong baru
- Keluarga selalu membantu aktivitas
klien
95
- Klien mandi dengan menggunakan
waslap dan dibantu oleh perawat dan
keluarga klien
17. V Senin,
24-03-2014
14.00
12.09
12.15
12.30
S :
- Klien mengatakan mengerti dengan
kondisinya saat ini
O :
- Klien nampak lebih tenang
A :
- Tujuan tercapai
P :
- Pertahankan intervensi
I :
- Mengkaji tingkat kecemasan klien
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
dan tenang
- Memberi informasi kepada klien dan
keluarga tentang illeustomi
E :
- Klien masih takut dan khawatir dengan
kondisinya saat ini
- Klien merasa tenang dengan lingkungan
yang tenang dan nyaman
- Klien dan keluarga kooperatif.
96
18. VI Senin,
24-03-2014
14.00
12.45
12.59
14.00
S :
- Klien mengatakan masih terpasang CTT
di dada bagian kirinya
O :
- Nampak terpasang CTT di dada kiri
klien
A :
- Tujuan belum tercapai
P :
- Lanjutkan intervensi a, b dan c
I :
- Mengobservasi adanya tanda – tanda
infeksi
- Melaksanakan perawatan luka setiap hari
- Penatalaksanaan dalam pemberian obat
E :
- Masih terpasang CTT
- Perawatan luka dengan menggunakan
alat steril
- Cefotaxime 2 x 1 gr IV.
97
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, penulis menguraikan kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan khasus yang ditemukan pada klien Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pernapasan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema
dengan tijauan teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan
penyakit tersebut.
Dalam praktek klinik keperawatan pada klien Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pernapasan: Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema telah
diterapkan pendekatan proses keperawatan sesuai teori yang ada, yakni
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, daan evaluasi untuk lebih
memudahkan dalam memahami kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan khusus. Penulis menggunakan urutan proses keperawatan.
1. Pengkajian
Tahap awal proses keeperawatan adalah pengkajian yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan anlisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data
yang dilkukn adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi dan studi kepustakaan, (Potter, 2005).
Data-data pengkajin pada tinjauan teoritis dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema antara lain,
terjadi peningkatan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah meningkat,
98
peningkatan pernapasan karena kompensasi tubuh terhadap nyeri, suhu
tubuh meningkat dan nadi meningkat, nyeri tekan pada dada bagian kiri
tempat pemasangan CTT serta aktivitaf klien terganggu.
Data-data yang ada pada tinjauan kasus dengan Gangguan Sistem
Pernapasan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema yang merupakan
hasil pengkajian tanggal 21 Maretl 2014 antara lain klien mengeluh
nyeri pada daerah bekas operasi tidak bisa melakukan aktifitasnya
sendiri, selama dirawat, mandi hanya dilap dengan menggunakan waslap,
mual, naampak lemah, ekspresi wajah meringis saat nyeri, nyeri skala 6
(0-10), hanya ¼ porsi makan saja yaang dihabiskan, aaktivitas dibantu
oleh keluarga, ADL klien dibantu perawat dan keluarga, kulit kepala
kotor, kuku panjang dan kotor, nafsu makan kuran.
Data yang ada pada tijauan teoritis tidak ada pada tinjauan khusus
dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Op Pemasangan CTT a/i
Empiema antara lain tekanan darah meningkat, peningkatan pernapasan
karena kompensaasi tubuh terhaadap nyeri, suhu tubuh meningkat dan
nadi meningkat, pada masa post operaasi respirassi meningkat karena
merupakan respon tubuh terhadap nyeri,
Adanya kesenjangan di pengkajian diatas dapaat disebabkan manusia
merupakan mahluk yang unik dimana dapat memberikan respon bio-
psiko-sosial dan spritual berbeda-beda dan juga pengaruh pengobatan
yang telah diberikan serta berat ringannya penyakit yang dialami.
99
2. Diagnosa Keperwatan
Dalam penetapan diagnosa keperawatan terdapat pula kesenjangan
antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana dalam tinjauan teori
masalah keperawatan yang ditemukan atau mungkin ada pada Gangguan
Sistem Pernapasan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema, (Doengoes,
2002).
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sekret yang berlebihan.
b. Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan pada paru dan
pleura.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang atau anoreksia.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
perubahan status nutrisi.
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya
pemasangan CTT.
f. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya pemasangan
CTT.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam studi
kasus sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan
ditemukan 6 diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut :
a. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d adanya inflamasi pada pleura
100
b. Nyeri b/d pemasangan Chest Tube Thoracostomy
c. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat inflamasi pleura.
d. Gangguan pemenuhan ADL ; personal hygiene b/d kelemahan
e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya
f. Resiko infeksi b/d luka pemasangan Chest tube thoracostomy
3. Perencanaan
Pada tahap ini, penulis bersama klien dan keluarga klien menyusun
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
masalah yang muncul. Perencanaan ini disesuaikan dengan kemampuan,
situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada diruangan.
Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah :
a. Adanya kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien
sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan.
b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat
memperlancar dalam penyusunan perencanaan.
Perencanaan yang penulis lakukan pada klien Tn. A pada dasarnya
ada kesenjangan antara teori dan kasus, hal ini terjadi karena tidak semua
Diagnosa Keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada dalam
kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus
prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus penulis
berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, sedangkan Diagnosa yang
101
muncul pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis bersama klien dan
keluarga klien membuat intervensi berdasarkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
4. Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari Perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada Perencanaan. Yang
merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien sehingga
memudahkan dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor
penghambat dalam proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan
prasarana yang terdapat diruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana
dan prasarana, namun setiap intervensi yang telah disusun dapat di
Implementasikan kepada klien.
5. Evaluasi
Setelah mengimplementasiakan Asuhan Keperawatan yang telah
direncanakan selama 3 hari, yang dimulai tanggal 21-03-2014
maka seluruh tujuan yang telah ditetapkan diharapkan dapat tercapai. Dalam
studi kasus ini terdapat 6 diagnosa yang mana 1 diagnosa tercapai dan 5
diagnosa lainnya belum tercapai namun sudah ada kemajuan. Hal tersebut
menunjukan bahwa dalam mengimplementasi semua perencanaan yang telah
disusun akan berpengaruh besar terhadap kesembuhan klien.
102

More Related Content

What's hot

Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
Penatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
Penatalaksanaan Gangguan Masalah PernapasanPenatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
Penatalaksanaan Gangguan Masalah PernapasanUmpungeng
 
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis GravidarumLaporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarumnorrahmahacik
 
Lp b bl_feran
Lp b bl_feranLp b bl_feran
Lp b bl_ferankris_16
 
Desiminasi awal Manajemen Keperawatan
Desiminasi awal Manajemen KeperawatanDesiminasi awal Manajemen Keperawatan
Desiminasi awal Manajemen KeperawatanKonveksi Pandawa
 
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresAsuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresf' yagami
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisipjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Analisa data
Analisa dataAnalisa data
Analisa data
 
Penatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
Penatalaksanaan Gangguan Masalah PernapasanPenatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
Penatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
 
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis GravidarumLaporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
 
Lp b bl_feran
Lp b bl_feranLp b bl_feran
Lp b bl_feran
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Santi askep dm
Santi askep dmSanti askep dm
Santi askep dm
 
Desiminasi awal Manajemen Keperawatan
Desiminasi awal Manajemen KeperawatanDesiminasi awal Manajemen Keperawatan
Desiminasi awal Manajemen Keperawatan
 
Prematur
PrematurPrematur
Prematur
 
askep Hernia
askep Herniaaskep Hernia
askep Hernia
 
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
 
Askep Anak dengan ISPA
Askep Anak dengan ISPAAskep Anak dengan ISPA
Askep Anak dengan ISPA
 
Askep faringitis
Askep faringitisAskep faringitis
Askep faringitis
 
Askep tinea kapitis
Askep tinea kapitisAskep tinea kapitis
Askep tinea kapitis
 
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresAsuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
 

Similar to PERNAPASAN EMPIEMA

pedoman pengorganisasian ppi
pedoman pengorganisasian ppipedoman pengorganisasian ppi
pedoman pengorganisasian ppiEka Siam
 
Askep tumor dan TB paru
Askep tumor dan TB paruAskep tumor dan TB paru
Askep tumor dan TB paruKampus-Sakinah
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnDwi Ap
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisfirman002
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisfirman002
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisfirman002
 
Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Uma To'os
 
Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2Uma To'os
 

Similar to PERNAPASAN EMPIEMA (20)

Bab i..
Bab i..Bab i..
Bab i..
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
pedoman pengorganisasian ppi
pedoman pengorganisasian ppipedoman pengorganisasian ppi
pedoman pengorganisasian ppi
 
Askep tumor dan TB paru
Askep tumor dan TB paruAskep tumor dan TB paru
Askep tumor dan TB paru
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
 
Pneumonia.pptx
Pneumonia.pptxPneumonia.pptx
Pneumonia.pptx
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
 
Komunitas ske 2
Komunitas ske 2Komunitas ske 2
Komunitas ske 2
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
 
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
 
Pneumococcus
PneumococcusPneumococcus
Pneumococcus
 
Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2
 
Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2
 
Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 

Recently uploaded (19)

Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 

PERNAPASAN EMPIEMA

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sistem yang ada dalam tubuh seseorang adalah sistem pernapasan dimana sistem pernapasan merupakan proses ganda yaitu terjadi pertukaran gas dalam jaringan ataau pernapasan dalam dan yang terjadi diluar paru-paru adalah pernapasan luar. Dengan bernapas setiap sel di dalam tubuh menerima persediaan oksigen yang diperlukan oleh tubuh, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Secara harfiah pernapasan berarti pergerakan oksigen dari atmosfir menuju sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari sel-sel tubuh ke udara bebas. Pemakain oksigen dan pengeluaran karbondioksida perlu untuk menjalankan fungsi normal seluler di dalam tubuh, tetapi kebanyakan sel- sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas dengan baik karena adanya gangguan atau kelainan pada sel tersebut, karena itu sel-sel memerlukan struktur tertentu baik untuk menukar maupun untuk mengangkut gas-gas tersebut melalui suatu proses yang disebut oksidasi (Yasmin, 2004). Gangguan yang dapat terjadi pada sistem pernapasan sangat banyak salah satu diantaranya adalah penyakit empiema yaitu penyakit yang ditandai dengan pengumpulan pus dalam kavitas pleura akibat adanya infeksi yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
  • 2. 2 kebutuhan dasar manusia seperti gangguan pertukaaran gas, peningkatan suhu tubuh (hypertermi), sesak napas dan mungkin terdapat pernapasan kuping hidung, penurunan berat badan, pucat, lemah, lesu, sulit tidur, batuk-batuk yang tidak produktif setelah suatu infeksi paru atau bronkopneumonia, nyeri dada, intoleransi aktivitas, dan cemas. Penyakit empiema dapat terjadi sebagai akibat komplikasi infeksi paru apabila pengobatan terlambat. Golongan penyakit infeksi paru tersebut diantaranya tuberkolosis, pneumonia, PPOK dan efusi pleura yang mempunyai pengaruh kuat baik fisik, sosial maupun ekonomi terhadap masyarakat secara keseluruhan sehingga pencegahan, diagnosa dan pengobatan mempunyai makna yang penting sekali (Marjono & Sidharta, 2004). Di banyak negara industri uang, sumber daya, standar hidup yang tinggi, dan kemoterapi yang dipakai luas selama kurang lebih 40 tahun belakangan ini telah membantu mengurangi penyakit empiema menjadi suatu masalah yang relatif kecil. Namun, di negara – negara berkembang, penyakit empiema tetap merupakan masalah besar yang hampir sama seperti sediakala, karena di negara berkembang pertumbuhan penduduk masi sulit ditekan dengan pola perilaku yang masi rendah serta tingkat sosial ekonomi juga masih rendah sehingga dengan bertambahnya jumlah penduduk tersebut akan berdampak pada pertambahan jumlah penderita empiema (John, C.B. dkk. 2002).
  • 3. 3 Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 penyakit Empiema merupakan komplikasi yang paling sering dari pneumonia pneumokokus, yang terjadi sekitar 2% dari semua kasus. Meskipun telah ada antibiotik yang potensial, pneumonia bakterial masih menyebabkan morbiditas dan mortalitas di Amerika. Setiap tahun angka kejadian pneumonia bakterial diperkirakan sekitar 4 juta dengan rata-rata 20% yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Karena sebanyak 40% penderita yang dirawat di rumah sakit dengan pneumonia bakterial memiliki efusi pleura. Efusi terjadi akbibat pneumonia merupakan persentase yang besar dari efusi pleura. Angka morbiditas dan mortalitas pada penderita pneumonia yang disertai dengan efusi pleura lebih tinggi dari pada penderita yang hanya menderita pneumonia saja. Sementara di Indonesia empiema telah menyebabkan kematian dengan jumlah 91% kematian yang terdapat di rumah sakit di seluruh indonesia. Kebanyakan penyebab yang paling sering terjadi adalah akibat dari infeksi bakteri parah (49,5%). Pneumonia atau ampiema sebanyak 29% kematian di rumah sakit pada kelompok kotri dan 39% pada kelompok plasebo. Apabila penerimaan di rumah sakit dipertimbangkan berdarkan penyebabnya, pneumonia atau empiema adalah yang paling utama, baik secara tunggal atau bersamaan dengan TB, malaria, dan kurang gizi.bakteri staphylococcus aureus dan salmonnela adalah bakteri yang paling sering ditemukan dari biakkan darah. Meskipun tidak diketahui kapan sebenarnya empiema dimulai, namun tampaknya terjadi
  • 4. 4 dalam beberapa tahun antara perubahan patofisiologi awal dan onset timbulnya gejala. Karena secara klinik tidak mungkin untuk menentukan apakah pasien menderita bronkitis kronis atau empiema, dan pasien biasanya memiliki beberapa keadaan yang ada pada keduanya, kriterianya akan ditampilkan pada pembahasan mengenai Asuhan Keperawatan Empiema (Silvia, 2006). Menurut catatan Medical Record di Ruang Bedah Umum Rumah Sakit Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai April 2014, terdapat 1 kasus Gangguan Pernapasan yaitu Post Pemasangan CTT a/i Empiema namun tidak termaksud dalam 10 besar penyakit di Ruang Bedah Umum Kemuning Lantai IV. Meskipun demikan Empiema merupakan masalah yang sangat memerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan klien dengan masalah kesehatan dan keperawatan klien dengan masalah pernapasan. Melihat keadaan tesebut dan mengingat dampak yang dapat ditimbulkan pada klien, sehingga penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT A/I Empiema Di Ruang Bedah Umum Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
  • 5. 5 B. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam pelaksanaan studi kasus, penulis membatasi ruang lingkup masalah yang dibahas yaitu “ Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT A/I Empiema Di Ruang Bedah Umum Rumah Sakit dr. Hasan sadikin Bandung”. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Post Pemasangan CTT a/i Empiema, secara langsung pada situasi nyata dan komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT Empiema.
  • 6. 6 d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema. e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema. f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema. D. Manfaat 1. Bagi Penulis Merupakan pengalaman berharga bagi penulis dalam meningkatkan wawasan dan dapat memberi dorongan semangat sebagai calon tenaga keperawatan dimasa yang akan datang. 2. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan informasi bagi rumah sakit dalam menentukan kebijakan dan penyusunan perancangan program dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan keperawatan khususnya penanganan klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema.
  • 7. 7 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan bacaan ilmiah atau bahan perbandingan dalam mengembangkan ilmu keperawatan di Akper Pemkab Muna khususnya penulis Karya Tulis Ilmiah lebih lanjut dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Empiema. 4. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai salah satu literatur bagi tenaga perawat yang bertugas melaksanakan Asuhan Keperawatan khususnya pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema. E. Metode Telaahan Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini yaitu metode analisis dekriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini adalah : 1. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat. 2. Observasi, yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual.
  • 8. 8 3. Pemeriksaan Fisik, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dari kepala sampai ujung kaki. 4. Studi Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengumpulan data atau informasi melalui catatan atau arsip dari medical record yang berhubungan dengan perkembangan klien. 5. Studi Kepustakaan, yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau buku-buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien. F. Waktu Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 22 Maret sampai dengan 24 Maret 2014. G. Tempat Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Umum Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. H. Sistematika Telaahan Karya Tulis Ilmiah disusun secara sistematis yang dijabarkan dalam 4 BAB yaitu sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan Sistematika Telaahan.
  • 9. 9 BAB II : Tujuan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema, yang membahas konsep dasar terdiri dari Defenisi, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan Penataksanaan Medik, Perawatan dan Tinjauan Teoritis tentang Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, yang berisi laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Pemasangan CTT a/i Empiema, di Ruang Bedah Umum Kemuning Lantai IV Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung , yang disusun berdasarkan proses keperawatan. Sedangkan Pembahasan berisikan kesenjangan antara teori yang ada pada tinjauan studi kasus, dibahas secara sistematis mulai dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, dimana berisikan Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan saran-saran terkait.
  • 10. 10 BAB II TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : CCT A/I EMPIEMA A. KONSEP DASAR 1. Defenisi Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam kavitas pleura. Pada awalnya cairan purulen sedikit, dengan hitungan leukosit rendah, tetapi sering cairan ini berkembang ke tahap fibropurulent dan akhirnya ketahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membran eksudatif yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai kavitas pleura ( Brunner, 2002). 2. Anatomi dan Fisiolgi Sistem Pernapasan a. Anatomi Sistem Pernapasan Sumber : Struktur Sistem Pernapasan, (Price & Wilson, 2002).
  • 11. 11 Secara cara umum pernapasan dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Saluran Pernapasan Atas dan Saluran Pernapasan Bawah. Saluran prnapasan atas terdiri dari : hidung, faring, dan laring. Saluran pernapasan bawah terdiri dari : trachea, semua segmen dan percabangan bronkus, dan paru-paru (Asih & Effendi, 2005). 1) Salran Pernapasan Atas a) Hidung Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotora-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Bagian-bagian hidung yaitu : (1) Bagian luar diding terdiri dari kulit. (2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. (3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang belipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah tiga buah yaitu konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah), konka nasalis media (karang hidung bagian tengah), konka nasalis superior (karang hidung bagian atas).
  • 12. 12 Fungsi Hidung Yaitu : (1) Bekerja sebagai saluran udara pernapasan. (2) Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu- bulu hidung. (3) Dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa. (4) Membunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) hidung. b) Faring Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut, sebelah depan ruas tulang leher. Rongga faring di bagi dalam tiga bagian : (1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasufaring. (2) Bagian ttengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring. (3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring. c) Laring Laring merupakan saluran udara yang bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trachea di bawahnya. Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang
  • 13. 13 disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring terdiri darilima tulang rawan antara lain : (1) Kartilago tiroid (satu buah) depamn jakun (adam’s apple), sangat jelas terlihat pada pria. (2) Kartilago aritenoid (dua buah) yang berbentuk beker. (3) Kartilago krikoid (satu buah) yang berbentuk cincin. (4) Kartilago epiglotis (satu buah). 2) Saluran Pernapasan Bawah a) Trachea. Travhea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulan-tulang rawan yang berbentuk sepertti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Panjang trachea 9-11cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Yang memisahkan trachea menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan disebut karina.
  • 14. 14 b) Bronkus Bronkus merupakan lanjutan dari trachea, ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping kearah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai dua cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut Bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli (Syaifuddin, 2006). c) Paru-paru Paru-paru merupakan lat pernapasan pertama. Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kiri dan kanan dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besar dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru- paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai
  • 15. 15 permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan yangg menutupi sebagian sisi depan jantung (Pearce.E.C, 2002). Bagian – bagian yang terdapat di paru – paru yaitu sebagia berikut : (1) Hilium Paru Hilium adalah cekungan berbentuk segitiga pada permukaan medial cekung paru-paru. Struktur yang berbentuk akar paru memasuki dan meninggalkan hilium, yang terletak sejajar vertebra torasikke lima sampai ke tujuh. Struktur mencapai bronkus utama, arteri pulmoner, vena bronkiolus, dan pembuluh- pembulh darah limfatik, yang meninggalkan akar paru- paru. Terdapat jjuga banyak nodus limfe disekitar akar paru-paru. (2) Pleura Paru-paru dibungkus oleh pleura, pleura ini membungkus setiap lobus dari paru-paru dan membentuk batas lateral pada mediastinum. Pleura adalah suatu membran serosa yang mengelilingi paru- paru. Pleura disusun oleh sel-sel epitel datar pada dasar membrandan memiliki dua lapisan. Pleura viseral
  • 16. 16 melekat kuat pada paru-paru, melapisi permukaan paru-paru, dan masuk kedalam visura inter-lobus. Pada akar paru, lapisan viseral direfleksikan kembali menjadi lapisan parietalis yang menghubungkan dinding dada dan menmbungkus lapisan diafragma superior. Kedua lapisan pleura tersebut bersentuhan, dinding yang satu dengan dinding yang lainnya hanya dipisahkan oleh satu film cair yang memungkinkan mereka menggelinding sattu sama laintanpa terjadi gesekan. Ruang yang terdapat diantara lapisan ini disebut rongga pleura (Roger.W, 2002). b. Fisiologi Sistem Pernapasan Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dindahkan dari udara kedalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara. Respirasi dapat dibagi menjadi 3 stadium, stdium pertama adalah ventilasi yaitu masuk dan keluarnya campuran gas – gas kedalam dan keluar paru - paru. Stadium kedua adalah transportasi, terdiri dari beberapa aspek yaitu : 1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan 2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus
  • 17. 17 3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium ketiga adalah respirasi sel atau respirasi interna yaitu saat dimana metabolik dioksida untuk mendapatkan energi, dan karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru (Pearce E.C, 2002). Pada pernapasan paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dihirup melalui hidung dan mulut pada waktu menarik napas, oksigen masuk melalui trakhea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungannya dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli kapiler memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan diambil oleh hemoglobin sel darah merah lalu dibawa ke jantung.di jantung dipompa kedalam aorta kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Sebaliknya pada saat menghembuskan napas karbondioksida melalui membran alveoli kapiler dan masuk kedalam alveoli untuk dibuang ke udara luar (Pearce E.C, 2002). Mekanisme pernapsan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama yaitu kimiawai dan pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang terletak didalam medulla oblongata, dan bila dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan yaitu otot diafragma dan otot interkostalis. Pengendalian secara kimiawi adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan dalamnya pergerakan pernapasan.
  • 18. 18 Pusat pernapasan didalam sum-sum tulang belakang sangat peka pada reaksi kadar alkali darah dan harus dipertahankan. Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan. Sedangkan pengendalian oleh saraf merupakan pusat pernapasan adalah suatu pusat otomatik di dalam medulla oblongata yang mengeluarkan impuls aferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf servikalis impuls ini diantarkan ke diafrakma oleh saraf frenikus dan dibagian yang lebih rendah pada sum – sum tulang belakang, impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi pada otot diafragma dan intrkostal yang kecepatan kira- kira 15 kali setiap menit. Faktor lain yang menyebabkan penambahan kecepatan dan dalamnya pernapaasan adalah gerakan badan yang kuat, emosi, rasa sakit dan takut, impuls aferen kulit serta pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan yang dapat mengakibatkan pembesaran ventilasi paru – paru. Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Bernapas secara normal dengan cara ekspirasi dan akan menyusul inspirasi, kemudian ada istrahat sebentar lalu disusul kembali ekspirasi dan inspirasi secara terus menerus.
  • 19. 19 Frekunsi pernapasan normal setiap menit : 1) Bayi bari lahir : 30 – 40 kali/menit 2) Dua belas bulan : 30 kali/menit 3) Dua – lima tahun : 24 kali/menit 4) Orang dewasa : 16 – 20 kali/menit ( Pearc E. C, 2002). 3. Etiologi Berdasarkan etiologinya maka empiema diklasifikasikan menjadi dua golongan : a. Empiema akut Disebabkan oleh infeksi akut di paru atau di luar paru. Mungkin pada fase infeksi cairan tidak tampak sebagai pus, tetapi sebagai cairan jernih, kuning atau kekuning – kuningan. Sering timbul endapan fibrin sehingga sulit mengeluarkan nanahnya. Empiema dapat berasal dari radang paru seperti pneumonia atau abses. Infeksi dari luar dapat disebabkan oleh trauma atau secara laktogenik. Abses ambu atau infeksi pleuritis eksudatif juga dapat mengakibatkan empiema akut.
  • 20. 20 Penyebab empiema pleura akut berdasarkan pedoman diagnosisnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 : Penyebab Empiema Pleura Akut Penyebab Pedoman diagnosis Pneumonia Abses paru Ruptur abses Cedera atau operasi Abses subfrenik Abses amuba Tuberculosis Infeksi jamur paru Nanah, sediaan garam dan biakan Nanah, sediaan garam dan biakan Piopneumotoraks Infeksi hemothoraks, sediaan garam dan biakan Efusi seropurulent, diagnosis abses (USG) Nanah coklat, abses hati, amuba di nanah atau feses Pleuritis eksudativa, TBC paru ( BTA di sputum atau rongga pleura ) Jamur di sputum atau di isi rongga pleura Sumber : (Samsuhidajat, 2002) b. Empiema kronis Empiema disebut kronis bila paru sudah mengempis lagi ketiak rongga pleura dibuka atau ketika dibuat hubungan langsung dengan dunia luar. Umumnya keadaan ini disebabkan oleh terbentuknya fibrin atau fibrosis yang merupakan pembungkus tebal ( sampai 1 cm ) dan keras yang disebut korteks empiema. Karena adanya korteks ini, paru
  • 21. 21 tidak menguncup bila rongga pleura dibuka. Kadang empiema menembus dinding dada sampai menyebabkan fistel kulit. Keadaan ini disebut empiema nasesitasis. Apabila pleura parietails dan viseralis menyatu sampai tempat tertentu terjadi disebut lakunasi sehingga empiema terdapat di beberapa ruang. Keadaan kronik ini dapat terjadi karena penyebab empiema tidak dihilangkan mungkin karena adanya benda asing ( Doengoes, 2002). 4. Patofisiologi Penimbunan eksudat ( nanah ) dalam cavum pleura yang mengkibatkan empiema dapat disebabkan oleh peradangan atau keganasan akibat permeabilitas kapiler atau gangguan absorbsi dan merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Sebagai akibat keadaan tersebut dapat terjadi sesak atau dipsnea, hipoventilasi dan nyeri dada. Bila eksudat atau nanah dalam cavum pleura tidak dikeluarkam melalui tindakan drainaseyang baik dapat membahayakan rangka thoraks. Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi dan terjadi perlekatan fibrosaantara pleura parietalis dan viseralis keadaan ini dikenal dengan nama fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas, dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan dibawahnya (Price, 2002).
  • 22. 22 5. Manifestasi klinis Manifestasi klinis dari empiema akut yaitu dari anamnesi ditemukan batuk-batuk yang tidak produktif setelah suatu infeksi paru atau bronkopneumonia atau terdapat gejala dan tanda yang sesuai dengan penyebab lain. Biasanya penderita nyeri pada dada kalu cairan belum banyak. Penderita tampak sakit berat, pucat, sesak napas dan terdapat napas cuping hidung. Pada paspasi fokalfremitus melemah, pada perkusi ditemukan pekak, sedangkan auskulasi terdengar bunyi krepiasi, bising napas yang hilang dan ronchi yang hilang dibatas cairan. Manifestasi klinis dari empiema kronik ; Dari anamnnesis dapat diiketahui adanya penyakit yang sudah lama diderita, misalnya tuberculosis paru, bronkiektasi, abses hepar, abses paru, atau kanker paru. Pada pemeriksaan biasanya keadaan umum lemah, demam, gizi kurang, dada yang terkenalebih kecil dari yang sebelahnya dan gerakan napas tertinggal baik pada inspirasi atau ekspirasi tergantung pada keadaan fibrosisnya. Pada palpasi fremitus fokal sering meninggi, tetapi kadang melemah. Perkusi redup sampai pekak.
  • 23. 23 6. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik dapat ditegakkan dengan dasar rontgen dada dan torasentesis. 7. Penatalaksanaan medis Tujuan pengobatan adalah mengalirkan cairan dalam kavitas pleura dan untuk mencapai ekspansi paru yang sempurna. Cairan dialirkan melalui tindakan Water Sel Drainase (WSD) dan diresepkan antibiotik yang sesuai berdasarkan pada organisme penyebab. Biasanya diberikan antibiotik dalam dosis yang besar. Streptokinase dapat juga dimsukkan kedalam ruang pleura untuk mencegah akumulasi cairan yang lebih lanjut. Drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit daan dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Aspirasi jarum (toorasentesis) dengan kateter perkutan yang kecil, jika cairan tidak terlalu banyak. 2) Drainase dada tertutup mengguanakan selang interkostal dengan diameter besar yang disambuungkan kedrainase water-seal. 3) Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat jaringan paru yang sakit dibawahnya. Jika inflamsi belangsung lama, eksudat dapat terjadi diatas paru dan menggnggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlkan pembuangan eksudat melalui tindakan
  • 24. 24 bedah (dekortikasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai PUS yang mengisi pleural dikeluarkan seluruhnya. Obliterasi komplit ruang pleural dipantau melalui rontgen dada, dan pasien harus diberi tahu bahwa pengobatan ini membutuhkan waktu lama ( Samsuhidajat, 2002). B. Tinjauan Asuhan Keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan provesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dalam bentuk bio, psiko, sosial dan spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit, mencakup seluruh proses kehidupan manusia dimana pelayanan yang diberikan untuk membantu mmemecahkan masalah klien untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia dengan melalui suatu pendekatan yang sistematis yaitu pproses keperawatan (Gaffar, 2000). Pendekatan proses keperawatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan tersebut meliputi pengkajian data, membuat diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi hasil. 1. Pengkajian Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentangg klien yang dilakukan secara sistematis untuk menenttukan masalah-masalah serta kebbutuhan-kebutuhan klien, biasanya
  • 25. 25 menggunakan anamnesa atau wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Data dapat diperoleh dari klien sendiri, keluarga klien, atau orang lain yang ada hubungannya dengan klien, catataan medik serta tim kesehatan lain (Prihardjo R, 2006). a. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah - masalah serta kebutuhan - kebutuhan klien, biasanya mengguanakan anamnesa atau wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Data diperoleh dari klien sendiri, keluarga klien atau orang lain yang ada hubungannya dengan klien, catatan medik, serta tim kesehatan lainnya (Nursalam, 2005). 1) Biodata a) Identitas Klien. Pada biodata ini terdapat identitas klien yang mencakup nama, umur, jenis kelamin, status, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik dan alamat.
  • 26. 26 b) Identitas Penanggung Jawab Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat. 2) Riwayat kesehatan sekarang a) Keluhan Utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian sehingga klien minta pertolongan. Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. b) Riwayat keluhan utama Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta mengggambarkan kejadian sampai terjadinya penyakit saat ini dengan menggunakan metode PQRS : (1) Paliative : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan dan bertambah atau berkurangnya keluhan. Pada penderita post op empiema umumnya disebabkan oleh pembedahan. (2) Qualitatif : Bagaimana bentuk atau gambaran keluhan dan sejauh mana tingkat keluhan. Pada
  • 27. 27 pasien post op empiema keluhan yang dirasakan terus – menerus dan hilang timbul. (3) Region : Lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya pada saluran pernapasan dan daerah dada sebelah kiri tempa post op empiema. (4) Skala/Severity : Skala tergantung dari kualitas nyeri yang dirasakan (skala 0-10). (5) Timing : Kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa lama kejadian ini berlangsung, pada saat apa serangan terjadi pada Pos Pemasangan CTT a/i Empiema (Priharjo R, 2006). c) Riwayat kesehatan dahulu Pada riwayat kesehatan dahulu, pernakah klien menderita penyakit yang berat atau suatu kebiasaan tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatanya sekarang (Samsuhidajat, 2002). d) Riwayat kesehatan keluarga Dengan menggunakan genogram tiga generasi, apakah dalam keluarga klien ada yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien atau penyakit keturunan.
  • 28. 28 e) Riwayat Psikososial Klien yang menderita post op empiema akan mengalami gangguan psikologis baik itu diri sendiri maupun keluarganya, adapun gangguan psikologis yang muncul adalah klien nampak gelisah, lemas dan klien sering bertanya tentang penyakitnya. f) Riwayat Spiritual Hal-hal yang perlu dikaji adalah bagaimana pelaksanaan ibadah sebelum dan selama sakit. 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Yang perlu diperhatikan pada keadaan umum pasien meliputi penampilan, postur tubuh dan gaya bicara. Pada pasien dengan Post Pemasangan CTT a/i Empiema umumnya lemah. b) Kesadaran Apakah klien sadar sepenuhnya (composmentis), apatis, samnolen, delirium dan koma. Pada penderita Post Pemasangan CTT a/i Empiema dengan nilai tingkat kesadaran (GCS) yaitu 9- 12 kesadaran lethargi, stupor.
  • 29. 29 c) Tanda-tanda vital Biasanya terjadi peningkatan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah menurun, peningkatan pernapasan, suhu meningkat dan nadi meningkat. d) Sistem penginderaan Alat-alat pengideraan seperti mata, telinga dan lidah terpengaruh pada kondisi pre maupun post op empiema. e) Sistem pernapasan Biasanya pada klien post op empiema nampak nyeri pleura dan dispnea. Bernapas cepat dengan menggunakan otot- otot asesori. Ada pernapasan cuping hidung, terdapat bunyi datar pada saat perkusi dada dan terdapat bunyi ronchi. f) Sistem kardiovaskuler Dalam pemeriksaan didapatkan perubahan tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi peningkatan tekanan intra kranial maka tekanan darah meningkat, denyut nadi tachikardi, kemudian bradikardi atau iramanya tidak teratur sebagai kompresi kerja jantung untuk membantu mengurangi tekanan intra kranial.
  • 30. 30 g) Sistem pencernaan Pada klien Post Pemasangan CTT a/i Empiema biasanya didapatkan bising usus yang normal atau bisa juga menurun apabila masih ada pengaruh anestesi, perut kembung, bibir dan mukosa mulut tampak kering, klien dapat mual dan muntah. kadang-kadang konstipasi karena klien tidak boleh mengedan atau inkontinensia karena klien tidak sadar. Pada perkusi abdomen terdengar timpani, nyeri tekan pada daerah epigastrium, penurunan berat badan. h) Sistem perkemihan Pada pengkajian akan didapatkan retensi urine pada klien sadar, sedangkan pada klien tidak sadar akan didapatkan inkontinensia urine dan fekal, jumlah urine output biasanya berkurang. Terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiponatremia atau hipokalemia. i) Sistem reproduksi Pada pasien Post Pemasangan CTT a/i Empiema akan mengalami penurunan seksualitas.
  • 31. 31 j) Sistem muskuloskeletal Data yang didapat pada sistem muskuloskeletal dari klien yang mengalami penyakit Post Pemsangan CTT a/i Empiema adalah terjadi kelemahan. 4) Pola Aktifitas Sehari – hari Yang perlu dikaji dalam kegiatan sehari – hari adalah : a) Nutrisi Bagaimana kebiasaan makan klien, apakah ada perubahan selama di rumah sakit, perlu dikaji frkuensi makanan yang disuka dan yang tidak disukai. Biasanya klien empiema mengeluh mual, tidak ada nafsu makan, porsi makaan tidak dihabiskan, dan badan terasa lemah. b) Eliminasi Bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Sebelum sakit kebiasaan pola eliminasi BAK dan BAB klien empiema teratur namun setelah sakit tergantung dari kondisi pasien yang dialami. c) Istrahat dan Tidur Menyangkut kebiasaan istrahat klien, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Perubahan yang terjadi pada klien empiema adalah kelemahan umum dan kelelahan, serta kesulitan tidur pada malam hari.
  • 32. 32 d) Olah Raga dan Aktifitas Bagaimana kebiasaan olahraga dan aktivitas klien, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Biasanya klien mengalami sesak pada saat beraktivitas atau bekerja berat atau ringan. e) Personal Hygiene Bagaimana kebiasaan mandi klien, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada personal hygiene. f) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik terdiri dari dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan radiologi dan laboratorium serta torasentesis. Pada pemeriksaan laboratorium biasanyan LED meningkat. (1) Pemeriksaan Laboratorium (a) Pemeriksaan darah : pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (b) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam dan basa. (c) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia. (d) Sampel darah, sputum dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba.
  • 33. 33 (2) Pemeriksaan Radiologi (a) Rontgenogram thoraks: menunjukkan konsolidasi lobar yang sering kali dijumpai pada infeksi pneumokokul atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (b) Laringoskopi / bronkoskopi : untuk menentukan apakah jalan napas tersumbat oleh benda padat. g) Pengobatan Pemberian obat yang diberikan pada klien pada saat dilakukan pengkajian sesuai dengan program pengobatan. Penatalksanaan pada penderita Post Pemasangan CTT a/i Empiema biasanya pemberian diit TKTP, mengalirkan cairan dalam cavum pleura dan memperbaiki ekspansi paru supaya sempurna serta pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi. b. Pengelompokan Data Pengelompokkan data adalah data-dat klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah data dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan klien dengan merumuskannya (Nursalam, 2005).
  • 34. 34 c. Analisa Data Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokkan data serta mangaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan data subjektif dan data objektif (Carpenito, 2002). Analisa data terdiri dari : 1) Problem yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan. 2) Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah keperawatan. 3) Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu masalah. Serta masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan kriteri prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi yaitu : 1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien. 2) Masalah aktual. 3) Masalah potensial atau resiko. d. Prioritas Masalah Prioritas masalah dalam dituliskan dalam urutan tertentu untuk memudahkan pengurutan diagnosa keperawatan berkaitan
  • 35. 35 yang dipilih, yang tersaji dalam pedoman perawatan (Doengoes, 2002). 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Adapun diagnosa yang timbul pada klien Post Pemasangan CTT a/i Empiema (Doengoes, 2002) antara lain : a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan. b. Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan pada paru dan pleura. c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang atau anoreksia. d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik, perubahan status nutrisi. e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya pemasangan CTT. f. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya pemasangan CTT.
  • 36. 36 3. Perencanaan Perencanaan adalah salah satu kegiatan pokok dalam manajemen Asuhan Keperawatan. Perencanaan digunakan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada saat ini dan masa yang akan datang dialokasikan dengan efektif dan efisien untuk mencapaai tujuan ( Dpkes RI, 2005 ). Berdasarkan Diagnosa Keperawatan yang mungkin terjadi pada klien Post Pemasangan CTT a/i Empiema, maka Perencanaan yang akan dibuat untuk masing – masing diagnosa adalah sebagai berikut : a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari bersihan jalan nafas efektif. Kriteria Hasil : Suara nafas bersih dan sesak berkurang. Intervensi : 1) Observasi fungsi pernapasan, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot asesoris. 2) Beri posisi semifowler. 3) Anjurkan pembatasan dalam aktivitas klien. 4) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi.
  • 37. 37 Rasional : 1) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelaktasis. 2) Posisi semi fowler membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. 3) Dapat mengurangi sesak. 4) Obat susai indikasi dapat membantu dalam melancarkan pola nafas. b. Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan pada paru dan pleura. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari diharapkan nyeri teratasi. Kriteria Hasil : Nyeri teratasi Intervensi : 1) Kaji tingkat nyeri. 2) Kaji tanda – tanda vital. 3) Beri tindakan kenyamanan dengan cara tehnik distraksi, relaksasi dan peralihan perhatian klien. 4) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi.
  • 38. 38 Rasional : 1) Dengan mengetahui tingkat nyeri dapat dilakukan tindakan intervensi selanjutnya. 2) Mengidentifikasi kemampuan penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 3) Membantu menurunkan atau mengurangi rasa nyeri. 4) Analgetik dapat menurunkan ambang rasa nyeri. c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang atau anoreksia. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari diharapkan nutrisi terpenuhi. Kriteri Hasil : Nutrisi terpenuhi dan barat badan naik. Intervensi : 1) Kaji pola makan, frekuensi dan selera makan. 2) Beri makan dalam porsi yang sedikit tetapi sering. 3) Beri penjelasan tentang pentingnya makanan bagi tubuh. 4) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian nutrisi.
  • 39. 39 Rasional : 1) Indikator untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan dan memberi gambaran sejauh mana tingkat adaptasi terhadap diit. 2) Porsi sedikit tapi sering dapat memenuhi kebutuhan nutrisi klien. 3) Klien dan keluarga dapat mengetahui tentang pentingnya nutirsi bagi kesehatan. 4) Pemberian makanan sesuai diit yang dianjurkan dapat membantu proses penyembuhan. d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik, perubahan status nutrisi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari diharapkan intoleransi aktifitas teratasi. Kriteria Hasil : Dapat melakukan aktifitas sendiri. Intervensi : 1) Kaji tingakt kelemahan klien dan sejauh mana kebutuhan klien akan bantuan daro keluarga.
  • 40. 40 2) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL – nya. 3) Ajarkan latihan – latihan fisik sesuai dengan kondisi klien. 4) Jelaskan pentingnya istrahat, rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktifitas dan istrahat. Rasional : 1) Mendapatkan data dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya. 2) Memungkinkan klien untuk dapat melakukan aktifitas. 3) Dengan latihan fisik dapat membantu klien untuk meningkatkan kekuatan otot – otot kilen. 4) Membantu mempercepat proses penyembuhan. e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya pemasangan CTT. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari diharapkan tidak terjadi penyebaran infeksi. Kriteria Hasil : Resiko penyebaran infeksi dapat dihindari.
  • 41. 41 Intervensi : 1) Kaji patologi penyakit. 2) Observasi tanda – tanda vital. 3) Ajarkan klien tindakan hygienis. 4) Beri pendidikan kesehatan tentang pentingnya terapi pengobatan. 5) Kolaborasi dengan dokter bila terjadi tanda – tanda infeksi. Rasional : 1) Membantu klien menyadari dan menerima perlunya mematuhi program pengobatan. 2) Peningkatan suhu tubuh dan tanda – tanda vital lainnya indikator adanya infeksi. 3) Membantu klien dalam pemahaman pentingnya merawat luka tempat pemasangan CTT. 4) Menambah pengetahuan klien tentang fungsi dari pada pentingnya pengobatan yang teratur.
  • 42. 42 5) Obat antibiotik jika terjadi tanda – tanda infeksi dapat mencegah penyebaran infeksi. f. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan pemasangan CTT. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari diharapkan tidak terjadi injuri. Kriteria Hasil : Resiko injuri terhindari Intervensi : 1) Observasi adanya tanda – tanda respirasi distres bila kateter thoraks tercabut. 2) Usahakan CTT berfunsi dengan baik dan aman dengan meletakkannya lebih rendah dari bed klien. 3) Fiksasi kateter thoraks pada dinding dada dan sisakan panjang kateter. 4) Anjurkan klien untuk tidak menekan atau membebaskan selang dari tekanan ( tertindih tubuh ). Rasional : 1) Respirasi distres bila kateter thoraks tercabut dapat menimbulkan injuri.
  • 43. 43 2) Dengan meletakkan tempat penmpungan CTT lebih rendah dapat memperlancar mengalirnya nanah ke tempat penampungan. 3) Mencegah tercabutnya kateter thoraks dan agar klien dapat bergerak. 4) Mencegah tercabutnya kateter thoraks. 4. Implementasi Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan, melaksanakan anjuran – anjuran dokter dan menjalankan ketentuan - ketentuan Rumah Sakit. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah ditetapkan dengan harapan mengatasi masalah yang dihadapi klien. Catatan yang dibuat dalam implementasi merupakan sumber yang ditujukan untuk evaluasi keberhasilan tindakan perawatan yang telah direncanakan sebelumnya (Effendi, 2006). 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperwatan. Eveluasi menyediakan nilai informasi mngenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalam evaluasi,
  • 44. 44 proses perkembangan klien dinilai selama 24 jam terus-menerus yang ditulis dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan yang ditulis oleh perawat jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya (Hidayat, 2004). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut : S : Respon subjektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. O : Respon objektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. A : Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada respon (Hidayat, 2004).
  • 45. 45 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kasus 1. Pengkajian a. Pengumpulan data 1) Biodata a) Identitas Klien Nama : Tn. A Umur : 43 Tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Agama : Islam Pendidikan : SMP Alamat : Kp. Patrol, Ds. Arjagan Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia Pekerjaan : Swasta Dx. Medis : Post Pemesangan CTT a/i Empiema No. RM : 0001352426 Tanggal Masuk : 15-03-2014 Tanggal Pengkajian : 21-03-2014 b) Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny. L Umur : 45 Tahun Jenis kelamin : Perempuan
  • 46. 46 Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu rumah tangga Hubungan Dengan Klien : Istri klien Alamat : Kp. Patrol, Ds. Arjagan 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Keluhan utama : Nyeri pada luka operasi (2) Riwayat keluhan utama : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Maret 2014, Klien mengatakan 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh sesak napas. Sebelumnya klien pernah dirawat di Puskesmas Garut selama 2 hari namun karena keadaan klien semakin lemah, klien kemudian dirujuk di rumah sakit umum pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. Setelah dilakukan perawatan klien dianjurkan untuk melakukan operasi. Klien mengeluh nyeri pada bagian dada sebelah kiri karena luka operasi. Nyeri seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam yang dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri 6 (0-10), nyeri bertambah berat apabila klien bergerak.
  • 47. 47 b) Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan sudah lama menderita sesak napas dan batuk - batuk. Klien mengatakan sering merokok. Klien juga mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan maupun obat – obatan. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama. Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit DM, hipertensi, TBC dan penyakit menular. 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum : Lemah b) Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4,V5,M6) c) Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg ND : 80 x/ menit P : 28 x/ menit S : 36,5 ºC d) Sistem Panca Indra Ekspresi wajah meringis saat nyeri, tidak ada radang dan udema pada palpebra, nampak bola mata menonjol, sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor. Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda radang. Klien
  • 48. 48 tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada nyeri tekan. Tidak terdapat pengeluaran sekret pada hidung. e) Sistem Pernapasan Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, mukosa hidung lembab dan berwarna merah muda, terdapat nyeri tekan pada dada bagian kiri yang terpasang WSD,terpasang O2, bentuk dada simetris kiri dan kanan. Pemeriksaan dengan perkusi bunyi napas redup. f) Sistem Kardiovasculer Konjungtiva tampak pucat, tidak terdapat peningkatan JVP (junggularis vena pressure), tidak terdapat clubbing finger, palpasi denyut nasi teraba kuat dengan irama regular dengan frekuensi 80 kali/ menit, tekanan darah 110/70 mmHg. CRT (cafillary refilling time) kembali dalam waktu ± 3 detik, ictus cordi teraba pada ICS V garis mid klavikula kiri, bunyi S¹ dan S² murni dengan irama reguler. g) Sistem Pencernaan Bentuk bibir simetris kiri dan kanan, bibir pucat, gigi klien tidak ada yang tanggal, lidah bergerak dengan bebas, bentuk abdomen datar dan terdapat luka operasi yang lembab serta kemerahan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak teraba pembesaran hepar dan limpa.
  • 49. 49 h) Sistem Perkemihan Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada udema pada daerhpreorbital, tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi pada kandung kemih. i) Sistem Reproduksi Tidak dilakukan pengkajian karena klien menolak untuk dilakukan pemeriksaan. j) Sistem Integumen Kulit kepala kotor, warna kulit kuning langsat, kuku panjang dan kotor. k) Sistem Muskuloskeletal (1) Ekstremitas atas (a) Kekuatan otot 5 5 (b) Tidak ada udema pada tungkai atas (c) Terpasang infus pada tangan kanan (2) Ekstremitas bawah (a) Tungkai bawah dapat difleksikan (b) Jari kaki dapat digerakkan (c) Kekuatan otot 5 5 (d) Aktifitas klien dibantu oleh keluarga (e) Tidak ada udema pada tungkai bawah
  • 50. 50 (f) Terdapat luka dekubitus pada bagian bokong l) Sistem Neurosensori (1) Tes Fungsi Serebral (a) Fungsi kesadaran Saat dilakukan pengkajian kesadaran klien compos mentis, GCS 15 (E4 M6 V5). (b) Status mental - Orientasi Klien terhadap orang, tempat dan waktu tidak terganggu dibuktikan klien mengenal anak - anaknya dan klien mampu menyebutkan tanggal masuk rumah sakit. - Daya ingat Long term memory Memori jangka panjang klien baik dibuktikan dengan klien dapat menyebutkan tahun kelahirannya. Short term memory Memori jangka pendek klien baik, dibuktikan dengan klien dapat menyebutkan menu makanan yang baru saja dimakannya dengan benar. - Perhatian dan perhitungan Kemampuan perhatian dan perhitungan klien baik, dibuktikan dengan klien dapat menjawab dengan benar hitungan yang diberikan 1-10.
  • 51. 51 (c) Bicara dan bahasa Fungsi bicara dan bahasa klien baik, dibuktikan dengan klien dapat berkomunikasi dengan perawat. (2) Tes Fungsi Kranial (a) Nervus I (olvaktorius) : klien mampu membedakan dan mencium bau (b) Nervus II (optikus) : klien mampu membaca papan nama perawat dengan jarak 30 cm (c) Nervus III, IV, dan V (okulomotorius, tochlearis dan abdusen) - Klien mampu menggerakkan bola mata ke atas, ke bawah dan ke samping - Klien dapat berkedip dengan spontan Akomodasi pupil negatif (d) Nervus V (trigeminus) : klien dapat menggerakkan rahangnya (e) Nervus VII (fasialis) : klien dapat mengkrutkan dahinya, membedakan rasa pahit dan manis pada lidahnya (f) Nervus VIII (austikus) : klien dapat mendengar dengan baik (g) Nervus IX dan X (glasofaringeus dan vagus) : suara klien nampak jelas dan klien menelan tanpa rasa nyeri (h) Nervus XI (aksesorius) : klien dapat menggerakan lehernya kekiri dan kekanan
  • 52. 52 (i) Nervus XII (hipoglosus) : letak lidah simetris dan pergerakan baik (3) Pemeriksaan Motorik (a) Massa otot Tidak terdapat atropi dan hipertropi, ukuran otot LLA kanan : 19 cm, LLA kiri : 19 cm (b) Tonus otot Tidak terdapat tahanan (c) Reflek Reflek fisiologi Biseps : +/+, trisep : +/+, patella : +/+, achiles : +/+, superfisial : +/+ Reflek patologis Babinski : -/-, Caddock : -/-
  • 53. 53 4) Pola Aktivitas Sehari-hari Tabel. 1 : kegiatan sehari-hari No Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit 1. Nutisri a. Makan Frekuensi Porsi makan Jenis makanan Makanan pantangan b. Minum Frekuensi Jenis minuman Minuman pantangan 3x / hari 1 porsi dihabiskan Nasi, lauk, sayur - 6-8 gelas/ hari Air mineral, susu, kopi dan teh Alkohol dan cofein Nafsu makan berkurang ½ porsi makanan saja yang dihabiskan Bubur, sayur, lauk (Diit TKTP) Makanan yang keras dan pedas Tidak menentu Air mineral, teh dan susu Alkohol dan minuman yang mengandung cofein 2. Eliminasi a. BAB Frekuensi Warna Konsistensi Keluhan b. BAK Frekuensi Jumlah 1-2x / hari Kuning kecoklatan Lembek 4-5x / hari 1500 cc / hari Kuning Tidak menentu Kuning lembek susah untuk BAB Tidak menentu
  • 54. 54 Warna 3. Istrahat Tidur siang Tidur malam 13.00-16.000 22.00-05.00 Kurang tidur Kurang tidur 4. Personal hygiene Mandi Sikat gigi Mencuci rambut Menggunting kuku 2x sehari 2x sehari 2x seminggu 1x seminggu Belum pernah mandi Belum pernah sikat gigi Belum pernah mencuci rambut Belum pernah memotong kuku 5. Aktifitas Klien setiap harinya bekerja Klien tidak bisa banyak bergerak. Aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat 5) Data Psikologi a) Identitas klien Klien mengatakan bahwa ia seorang laki- laki, kini berusia 43 tahun b) Gambaran diri Klien mengatakan malu dengan adanya pemasangan kantong kateter thoraks (CTT). c) Ideal diri Klien berharap cepat sembuh sehingga klien bisa berkumpul kembali dengan keluarganya dan kembali bekerja lagi.
  • 55. 55 d) Harga diri Klien tidak mengalami harga diri rendah (HDR). e) Aktualisasi diri Klien mengatakan ia anak pertama dari 3 orang bersaudara. f) Penampilan diri Klien mengatakan lemah. Klien juga mengatakan badannya semakin kurus. g) Status emosi Klien mengatakan takut dengan kondisinya saat ini dan sering bertanya tentang penyakitnya. 6) Data Sosial Orang yang terdekat klien adalah orang tuanya. Klien jarang berinteraksi dengan orang lain. 7) Data Spiritual Klien beragama islam. Klien mengatakan selalu berdoa agar cepat sembuh.
  • 56. 56 8) Pemeriksaan Penunjang Tabel. 2 : hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12-03-2013 Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Cpk. C Pleura Cairan Tubu - Leukosit Hitungan Jenis Sel - PMN - MN - Warna cairan - Kejernihan - Kalium C. Pleura - Magnecium C. Pleura - Phosphor Lain – lain : Glukosa C. Pleura Protein C. Pleura Albumin LDH C. Pleura 2680 62538 99 10 Coklat kemerahan Keruh 1 1 3,95 37 1478 430 39825 40 - 90 7 – 100 Putih bening Putih bening < 2500 500 - 1400 n/137º C L/ul % % Mg/dl Mg/dl Mg/dl Mg/dl Mg/dl Mg/dl IU/L
  • 57. 57 9) Pengobatan a) Terapi obat (1) IVFD Nacl 0.9% 20 tetes/ menit IV (2) Ciprofloxaxim 2 x 1 g 2 x 1 IV (3) Tramadol 2 x 100 mg 2 x 1 IV (4) Metronidazol 3 x 500 mg 3 x 1 IV (5) Ranitidin 2 x 50 mg 2 x 1 IV (6) Ameprazol 2 x 1 P/O b) Perawatam luka operasi illeustomi (1) Alat dan bahan (a) Larutan NaCl 0,9 % (b) Betadhine (c) Plester (d) Gunting (e) Kassa steril dan non steril (f) Pinset anatomi (g) Hendschoon (2) Perawatan WSD (a) Gunakan hendscoon (b) Bersihkan luka pemasangan kateter thoraks dengan Nacl 0,9% (c) Selanjutnya oleskan bethadine dengan menggunakan kssa steril
  • 58. 58 (d) Tutup luka kateter thoraks dengan cara melingkar dengan menggunakan kassa yang telah diberi bethadine (e) Eratkan dengan menggunakan plester b. Pengelompokan Data 1) Data subjektif a) Klien mengeluh nyeri pada daerah tempat pemsangan CTT b) Klien mengeluh kurang nafsu makan c) Klien mengatakan sesak napas d) Klien mengatakan badannya semakin kurus e) Klien mengatakan tidak bisa terlalu banyak bergerak f) Klien mengatakan belum pernah mandi selama dirawat g) Klien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini h) Klien mengatakan kantong CTT cepat penuh 2) Data objektif a) Keadaan umum lemah b) Ekspresi wajah nampak meringis saat nyeri c) Wajah nampak pucat d) Skala nyeri 6 (0-10) e) R = 28 x/ menit f) Klien nampak sesak g) Terpasang O2 3 L/menit h) Terpasang IVFD Nacl 0,9% pada tangan kanan i) Pada pemeriksaan perkusi bunyi napas redup
  • 59. 59 j) Hanya ½ porsi makanan saja yang dihabiskan k) Aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat l) Klien sering bertanya tentang kondisinya m) Terpasang katetr thoraks pada dada bagian kiri n) Nampak basah pada daerah luka operasi klien a. Analisa Data Tabel 3: Analisa data No. Symptom Etiologi Problem 1. DS : - Klien mengatakan sesak nafas DO : - Klien nampak sesak - R = 28 x/ menit - Terpasang O2 3 L/ menit - Pada pemeriksaan perkusi bunyi nafas redup Proses inflamasi pleura Akumulasi cairan pleura Ketidak seimbangan ventilasi – perfusi Alveoli paru kolabs Gangguan pola nafas tidak efektif Gangguan pola nafas tidak efektif 2. DS : - Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasinya DO :. - Ekspresi wajah meringis saat nyeri Pemasanmgan CTT (empiema) Menyebabkan tekanan pada pleura parietal Nyeri
  • 60. 60 - Skala nyeri 6 (0-10) Terputusnya kontinuitas jaringan Merangsang pengeluaran zat kimia (bradikinin, histamine, serotinin) Disampaikan ke corteks serebri Nyeri 3. DS : - Klien mengatakan kurang nafsu makan - Klien mengatakan badannya semakin kurus DO : - Hanya ½ porsi makanan saja yang dihabiskan - Keadaan umum lemah - Klien hanya makan bubur - Muka nampak pucat Pemasangan CTT Meningkatkan aktivitas seluler peningkatan produksi pus/ nanah sesak nafas anoreksia Transport nutrisi ke jaringan menurun Gangguan pemenuhan Gangguan pemenuhan nutrisi
  • 61. 61 nutrisi 4. DS : - Klien mengatakan belum pernah mandi selama dirawat DO : - Klien belum bisa banyak bergerak - Aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat - Keadaan umum lemah Kelemahan Keterbatasan rentang gerak Penururnan aktivitas Klien tidak mampu mandi dan cuci rambut sendiri Gangguan pemenuhan ADL Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene 5. DS : - Klien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini DO : - Klien sering bertanya tentang kondisinya Kurangnya pengetahuan tentang pemasangan CTT Faktor pencetus stresor psikologis Menimbulkan perasaan takut Ansietas Ansietas
  • 62. 62 d. Prioritas Masalah Keperawatan 1) Gangguan pola nafas tidak efektif 2) Nyeri 3) Gangguan pemenuhan nutrisi 4) Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene 5) Ansietas 6) Resiko infeksi 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d adanya inflamasi pada pleura Data subjektif : Klien mengatakan sesak nafas Data Objektif : 1) Klien nampak sesak 2) R = 28 x/ menit 6. DS : DO : Adanya luka pemasangan CTT Port de entri mikroorganisme Resiko infeksi Resiko infeksi
  • 63. 63 3) Terpasang O2 3L/ menit 4) Pada pemeriksaan perkusi bunyi nafas redup b. Nyeri b/d pemasangan Chest Tube Thoracostomy Data subjektif : Klien mengeluh nyeri pada daerah pemasangan CTT. Data Objektif : 1) Ekspresi wajah meringis saat nyeri. 2) Skala nyeri 6 (0-10). c. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat inflamasi pleura. Data subjektif : 1) Klien mengatakan kurang nafsu makan. 2) Klien mengatakan badannya semakin kurus. Data objektif : 1) Hanya ½ porsi makanan saja yang dihabiskan 2) Keadaan umum lemah 3) Muka nampak pucat d. Gangguan pemenuhan ADL ; personal hygiene b/d kelemahan Data subjektif : Klien mengatakan belum pernah mandi selama dirawat. Data objektif : 1) Klien tidak bisa terlalu banyak bergerak
  • 64. 64 2) Aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat. 3) Keadaan umum klien lemah. e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya Data subjekti : Klien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini. Data objektif : Klien sering bertanya tentang penyakitnya. f. Resiko infeksi b/d luka pemasangan Chest tube thoracostomy Data subjektif : Data objektif :
  • 65. 65 3. Rencana Asuhan Keperawatan Nama : Tn. A Tanggal Masuk RS : 15 Maret 2014 Umur : 43 tahun Tanggal Pengkajian : 21-24 Maret 2014 Alamat : Kp. Patrol, Ds. Arjagan Ruang : Bedah Umum Lt IV No. RM : 0001352426 Diagnosa Medis : Post Pemasangan CTT a/i Empiema Tabel 4 : Rencana Asuhan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilas – perfusi pada pleura, ditandai dengan : DS : Klien mengatakan sesak nafas Selama dilakukan tindakan selama 3 hari , pola nafas kembeli efefktif. Kriteri hasil : a. Klien tidak sesak nafas lagi a. Monitor fungsi pernapasan , cepat dangkalnya pernapasan, frekuensi pernapasan serta a. Penemuan secara dini dan adanya tanda – tanda pertukaran gas sehingga dapat memudahkan dalam menentukan intervensi
  • 66. 66 DO : a. Klien nampak sesak b. R = 28 x/ menit c. Terpasang O2 3L/ menit d. Pada pemeriksaan perkusi terdapat bunyi nafas redup b. Frekuensi nafas kembali normal ( 16 – 18 x/ menit ) adanya perubahan TTV b. Ajarkan tehnik nafas dalam c. Berikan posisi semi fowler d. Berikan oksigen melalui nasal kanul e. Penatalaksanaan dalam pemberian obat selanjutnya b. Memudahkan oksigen masuk sebanyak – banyaknya ke dalam paru – paru sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi c. Ekspansi paru menjadi lebih leluasa sehingga saluran pernapasan menjadi longgar d. Meningkatkan distres respirasi e. Membantu mempercepat penyembuhan 2. Nyeri berhubungan dengan pemasangan CTT, ditandai dengan : DS : Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 3 hari, rasa nyeri hilang. a. Kaji tingkat nyeri a. Respon nyeri merupakan langkah perawat daalam tindakan keperawatan
  • 67. 67 f. a. Klien mengeluh nyeri pada daerah pemasangan CTT g. Klien mengeluh nyeri pada luka bagian dada kirinya DO : a. Ekspresi wajah meringis saat nyeri b. Skala nyeri 6 (0-10) Kriteria hasil : a. Wajah klien tidak meringis kesakitan lagi b. Skala nyeri 0 b. Pantau tanda-tanda vital c. Melakukan penyuluhan manajemen nyeri tentang teknik distraksi, relaksasi dan masase kepada klien dan keluarga d. Berikan posisi yang nyaman e. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi b. Kenaikan tanda-tanda vital mengidentifikasi peningkatan nyeri c. Untuk memfokuskan kemampuan klien dalam koping terhadap nyeri dan masase dapat mengurangi rasa nyeri d. Mengurangi rasa nyeri e. Obat sesuai indikasi daapat menurunkan nyeri 3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengaan Setelah dilakukan tindakan a. Pantau kebutuhan a. Pemberian asupan nutrisi
  • 68. 68 intake nutrisi yang tidak adekuat akibat pemasangan CTT, ditandai dengan : DS : a. Klien mengatakan kurang nafsu makan b. Klien mengatakan badanya semakin kurus DO : a. Hanya ½ porsi makanan saja yaang dihabiskan b. Klien nampak pucat c. Keadaan umum lemah keperawatan selama 4 hari diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. Kriteria hasil : a. Pola makan kembali normal b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi nutrisi b. Beri asupan nutrisi sesuai kebutuhan c. Pantau intake dan output d. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang pedas dan keras e. Kolaborasi dalam pemberian obat sangat penting dalam proses penyembuhan b. Untuk memperbaiki kebutuhaan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh c. Untuk menentukan intervensi selanjutnya d. Makanan pedas dan keras dapat mepengaruhi kerja usus e. Dapat membantu proses penyembuhan
  • 69. 69 4. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan : DS : Klien mengatakan belum pernah mandi selama dirawat DO : a. Klien tidak bisa terlalu banyak bergerak b. Aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 4 hari diharapkan kebutuhan ADL dan personal hygiene terpenuhi. Kriteria hasil : a. Badan klien bersih b. Klien dapat beraktifitas tanpa bantuan orang lain a. Observasi sejauh mana kemampuan klien untuk melakukan aktivitas b. Beri bantuan klien dalam memenuhi personal hygienenya c. Libatkan keluarga klien untuk memenuhi kebutuhan ADL klien d. Beri motifasi kepada kilen dalam melakukan personal hygiene secara mandiri a. Untuk menilai kemampuan atau sejauh mana aktivitas yang bisa dilakukan oleh klien b. Untuk memenuhi personal hygiene klien c. Agar keluarga mengetahui cara memandikan klien diatas tempat tidur d. Dapat membantu klien untuk terus meningkatkan dan mempertahankan kemampuan dirinya dalam melakukan kebersihan diri
  • 70. 70 5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya, ditandai dengan : DS : Klien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini DO : Klien sering bertanya tentang penyakitnya Setelah dilakukan tindaakan keperawatan selama 1 hari diharapkan cemas teratasi Kriteria hasil : Klien tidak lagi mengatakan cemas dengaan kondisinya a. Kaji tingkat kecemasan klien b. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang c. Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang pemasangan CTT a. Dapat mengetahui sejauh mana cemas yang dialami klien b. Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat menguragi cemas klien c. Dapat meningkatkan pemahaman klien dan keluarga 6. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya pemasangan CTT, ditandai dengan : DS : DO : Jumlah sel leukosit 62538/ UL Setelah diberikan tindakaan keperawatan selam 3 hari diharapkan infeksi tidak terjadi. Kriteri hasil : a. Observasi adaanya tanda – tanda infeksi b. Penatalaksanaan dalam pemberian antibiotik a. Melindungi klien dari kontaminasi silang b. Mempercepat proses penyembuhan luka
  • 71. 71 a. Tidak ada darah dan nanah pada luka pemasangan CTT 4. Implementasi Dan Evaluasi Tabel 5 :Implementasi dan Evaluasi No. DX Hari/ Tgl Jam Implementasi Hari/ Tgl Jam Evaluasi 1. Jumat, 21-03-2014 07.30 a. Memonitoring fungsi pernapasan, cepat dangkalnya pernapasan daan mengobservasi TTV Hasil : - TD : 110/70 mmHg - ND : 80x/ menit - P : 28x/ menit Jumat, 21-03-2014 14.00 S : Klien mengatakan sesak nafas O : a. Klien nampak sesak b. Terpasang O2 3L/ menit A :
  • 72. 72 07.35 07.50 08.00 08.00 - S : 36, 5 ºC b. Mengajarkan tehnik nafas dalam Hasil : - Klien menarika nafas lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut secara perlahan c. Memberikan posisi semi fowler Hasil : - Klien kooperatif - Klien merasa nyaman dengan 2 bantal yang disusun dipunggung klien d. Memberikan oksigenasi melalui nasal kanul Hasil : - O2 3L/ menit e. Penatalaksanaan daalam pemberian obat Hasil : - Ameprazol 1 tablet P/O Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi a, b, c, d dan e
  • 73. 73 2. Jumat, 21-03-2014 08.10 08.45 09.07 a. Mengkaji tingkat nyeri Hasil : - Skala nyeri 6 (0-10) b. Memantau tanda-tanda vital Hasil : - TD : 110/70 mmHg - ND : 80x/ menit - P : 28x/ menit - S : 36, 5 ºC c. Melakukan penyuluhan tentang manajemen nyeri yaitu teknik distrkasi, dengan mengajak klien mengobrol, teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam dan masasse pijatan atau elusan pada daeraah yang nyeri secara perlahan Hasil : - Klien merasa nyaman dengan mengikuti ajaran Jumat, 21-03-2014 14.00 S : Klien mengatakan masih nyeri pada luka pemasaangan CTT O : a. Ekspresi wajah meringis b. Skala nyeri 6 (0-10) A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervesi a, b, c dan d
  • 74. 74 09.15 09.15 perawat d. Memberikan posisi yang nyaman dengan cara menyusun 2 bantal dipunggung klien Hasil : - Klien baring dengan posisi semifowler e. Melanjutkan pemberian obat analgetik Hasil : - Tramatol 1 amp 2x1 IV - Metronidazol 3 x 500 mg IV 3. Jumat, 21-03-2014 09.30 09.45 a. Memantau kebutuhan nutrisi Hasil : - Klien lebih suka makan bubur lunak bersama lauknya b. Memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan Hasil : - Bubur lunak dan lauk pauk Jumat, 21-03-2014 14.00 S : Klien mengatakan kurang nafsu makan O : ½ porsi makanan saja yang dihabiskan A :
  • 75. 75 10.00 11.00 11.08 c. Memantau intake dan output Hasil : - Klien makan tetapi porsi makannya sangat sedikit d. Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang pedas dan keras Hasil : - Klien dan keluarga kooperatif e. Kolaborasi dalam pemberian obat Hasil : - Ranitidine 2 x 50 mg IV Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi a, b, c, d dan e 4. Jumat, 21-03-2014 11.15 a. Mengobservasi sejauh mana kemampuan klien untuk melakukan aktivitas Hasil : - Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga dan perawat Jumat, 21-03-2014 14.00 S : Klien mengatakan belum bisa banyak bergerak O : Aktivitas dibantu keluarga dan
  • 76. 76 11.30 11.45 12.00 b. Memberi bantuan klien dalam memnuhi personal hygiennya Hasil : - Badan klien bersih, kuku bersih, rambut bersih dan kantong CTT jika penuh di keluarkan c. Melibatkan keluarga klien untuk memenuhi kebutuhan ADL klien Hasil : - Keluarga klien selalu membantu klien beraktifitas d. Motifasi klien dalam personal hygienenya Hasil : - Klien kooperatif perawat A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan Intervesi a, b, c dan d 5. Jumat, 21-03-2014 12.09 a. Mengkaji tingkat kecemasan klien Hasil : - Klien masih takut dan khawatir dengan Jumat, 21-03-2014 14.00 S : Klien mengatakan mengerti dengan kondisinya saat ini
  • 77. 77 12.15 12.30 kondisinya saat ini b. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang Hasil : - Klien merasa lebih tenang dengan lingkungan yang tenang dan nyaman c. Memberi penyuluhan kepada keluarga dan klien tentang pemasangan CTT Hasil : - Klien dan keluarga kooperatif O : Klien nampk lebih tenang A : Tujuan telah tercapai P : Pertahankan intervensi a, b dan c 6. Jumat, 21-03-2014 12.45 12.59 14.00 a. Mengobservasi tanda – tanda infeksi Hasil : -Masih terpasang CTT b. Melakukaan perawatan luka tiap hari Hasil : - Perawatan luka dengan menggunakan alat steril c. Pentalaksanaan dalam pemberian obat Jumat, 21-03-2014 14.00 S : Klien mengatakan masih terpasang CTT di dada bagian kirinya O : Nampak terpasang CTT di dada kiri klien
  • 78. 78 Hasil : -Cefotaxime 2 x 1 gr IV A : Tujuan belum tercapai P : Pertahankan intervensi a, b dan c
  • 79. 79 5. Catatan Perkembangan Tabel 6 : Catatan Perkembangan No Dx.Kep Hari/ Tgl Jam Catatan Perkembangan 1. I Jumat, 21-03-2014 14.00 07.30 07.35 07.50 08.00 08.00 S : - Klien mengatakan masih sesak nafas O : - Klien nampka sesak - Terpasang O2 3L/ menit - R = 28 x/menit A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c, d dan e I : - Monitoring fungsi pernapasan, cepat dangkalnya pernapasan dan mengobservasi TTV - Mengajarkan tehnik pernapasan dalam - Memberikan posisi semi fowler - Memberikan oksigenasi - Penatalaksanaan dalam pemberian obat E : - TD : 110/70 mmHg ND : 80 x/menit R : 28 x/menit S : 36, 5º C
  • 80. 80 - Klien menarika nafas lewat hidung dan mengeluarkannya lawat mulut secara perlahan - Menaruh 2 batal dipunggung klien dan klien merasa nyaman - Terpasang O2 3L/menit - Ameprazol 1 tablet P/O 2. II Jumat, 21-03-2014 14.00 08.10 08.45 09.07 09.15 10.00 S : - Klien mengatakan nyeri pada lulka pemasangan CTT O : - Ekspresi wajah meringis - Skala nyeri 6 (0-10) A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Kaji tingkat nyeri - Pantau tanda-tanda vital - Ajarkan teknik distraksi, relaksasi dan masasse - Beri posisi yang nyaman - Pemberian obat analgetik E : - Skala nyeri 6 (0-10) - TD : 110/70 mmHg
  • 81. 81 ND : 80 x/ menit P : 28 x/ menit S : 36, 5 ºC - Klien merasa nyaman dengan teknik masasse - Klien nyaman dengan posisi semi fowler - Tramatol 1 amp 1 x 2 IV Metronidazol 3 x 500 mg IV 3. III Jumat, 21-03-2014 14.00 09.30 09.45 10.00 11.00 11.32 S : - Klien mengatakan kurang nafsu makan O : - ½ porsi makanan saja yang dihabiskan A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Memantau kebutuhan nutrisi - Memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan - Memantau inteke dan output - Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang pedas dan keras - Kolaborasi dalam pemberian obat E : - Klien lebih suka makan bubur lunak bersama lauknya
  • 82. 82 - Bubur lunak dan lauk pauk - Klien makan tetapi porsi makannya sangat sedikit - Klien dan keluarga kooperatif - Ranitidine 2 x 50 mg IV 4. IV Jumat, 21-03-2014 14.00 11.15 11.30 11.45 12.00 S : - Klien mengatakan belum bisa banyak bergerak O : - Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b dan c I : - Mengobservasi sejauh mana kemampuan klien untuk melakukan aktivitas - Memberi bantuan kepada klien dalam memenuhi personal hygienenya - Melibatkan keluarga klien untuk memenuhi kebutuhan ADL klien - Motifasi klien dalam personal hyginenya E : - Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga daan perawat
  • 83. 83 - Badan klien bersih, kuku bersih, rambut bersih dan kantong illeustomi dan kolostomi klien telah diganti dengan kantong baru - Keluarga selalu membantu aktivitas klien - Klien mandi dengan menggunakan waslap dan dibantu oleh perawat dan keluarga klien 5. V Jumat, 21-03-2014 14.00 12.09 12.15 12.30 S : - Klien mengatakan mengerti dengan kondisinya saat ini O : - Klien nampak lebih tenang A : - Tujuan tercapai P : - Pertahankan intervensi I : - Mengkaji tingkat kecemasan klien - Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang - Memberi informasi kepada klien dan keluarga tentang illeustomi E : - Klien masih takut dan khawatir dengan kondisinya saat ini
  • 84. 84 - Klien merasa tenang dengan lingkungan yang tenang dan nyaman - Klien dan keluarga kooperatif. 6. VI Jumat, 21-03-2014 14.00 12.45 12.59 14.00 S : - Klien mengatakan masih terpasang CTT di dada bagian kirinya O : - Nampak terpasang CTT di dada kiri klien A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b dan c I : - Mengobservasi adanya tanda – tanda infeksi - Melaksanakan perawatan luka setiap hari - Penatalaksanaan dalam pemberian obat E : - Masih terpasang CTT - Perawatan luka dengan menggunakan alat steril - Cefotaxime 2 x 1 gr IV. 7. I Sabtu, 22-03-2014 14.00 S : - Klien mengatakan masih sesak nafas O :
  • 85. 85 07.30 07.35 07.50 08.00 08.00 - Klien nampka sesak - Terpasang O2 3L/ menit - R = 28 x/menit A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c, d dan e I : - Monitoring fungsi pernapasan, cepat dangkalnya pernapasan dan mengobservasi TTV - Mengajarkan tehnik pernapasan dalam - Memberikan posisi semi fowler - Memberikan oksigenasi - Penatalaksanaan dalam pemberian obat E : - TD : 110/70 mmHg ND : 80 x/menit R : 28 x/menit S : 36, 5º C - Klien menarika nafas lewat hidung dan mengeluarkannya lawat mulut secara perlahan - Menaruh 2 batal dipunggung klien dan klien merasa nyaman - Terpasang O2 3L/menit - Ameprazol 1 tablet P/O`
  • 86. 86 8. II Sabtu, 22-03-2014 14.00 08.10 08.45 09.07 09.15 10.00 S : - Klien mengatakan nyeri pada lulka pemasangan CTT O : - Ekspresi wajah meringis - Skala nyeri 6 (0-10) A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Kaji tingkat nyeri - Pantau tanda-tanda vital - Ajarkan teknik distraksi, relaksasi dan masasse - Beri posisi yang nyaman - Pemberian obat analgetik E : - Skala nyeri 6 (0-10) - TD : 110/70 mmHg ND : 80 x/ menit P : 28 x/ menit S : 36, 5 ºC - Klien merasa nyaman dengan teknik masasse - Klien nyaman dengan posisi semi fowler - Tramatol 1 amp 1 x 2 IV
  • 87. 87 - Metronidazol 3 x 500 mg IV 9. III Sabtu, 22-03-2014 14.00 09.30 09.45 10.00 11.00 11.32 S : - Klien mengatakan kurang nafsu makan O : - ½ porsi makanan saja yang dihabiskan A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Memantau kebutuhan nutrisi - Memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan - Memantau inteke dan output - Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang pedas dan keras - Kolaborasi dalam pemberian obat E : - Klien lebih suka makan bubur lunak bersama lauknya - Bubur lunak dan lauk pauk - Klien makan tetapi porsi makannya sangat sedikit - Klien dan keluarga kooperatif - Ranitidine 2 x 50 mg IV
  • 88. 88 10. IV Sabtu, 22-03-2014 14.00 11.15 11.30 11.45 12.00 S : - Klien mengatakan belum bisa banyak bergerak O : - Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b dan c I : - Mengobservasi sejauh mana kemampuan klien untuk melakukan aktivitas - Memberi bantuan kepada klien dalam memenuhi personal hygienenya - Melibatkan keluarga klien untuk memenuhi kebutuhan ADL klien - Motifasi klien dalam personal hyginenya E : - Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga daan perawat - Badan klien bersih, kuku bersih, rambut bersih dan kantong illeustomi dan kolostomi klien telah diganti dengan kantong baru - Keluarga selalu membantu aktivitas klien
  • 89. 89 - Klien mandi dengan menggunakan waslap dan dibantu oleh perawat dan keluarga klien 11. V Sabtu, 22-03-2014 14.00 12.09 12.15 12.30 S : - Klien mengatakan mengerti dengan kondisinya saat ini O : - Klien nampak lebih tenang A : - Tujuan tercapai P : - Pertahankan intervensi I : - Mengkaji tingkat kecemasan klien - Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang - Memberi informasi kepada klien dan keluarga tentang illeustomi E : - Klien masih takut dan khawatir dengan kondisinya saat ini - Klien merasa tenang dengan lingkungan yang tenang dan nyaman - Klien dan keluarga kooperatif.
  • 90. 90 12. VI Sabtu, 22-03-2014 14.00 12.45 12.59 14.00 S : - Klien mengatakan masih terpasang CTT di dada bagian kirinya O : - Nampak terpasang CTT di dada kiri klien A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b dan c I : - Mengobservasi adanya tanda – tanda infeksi - Melaksanakan perawatan luka setiap hari - Penatalaksanaan dalam pemberian obat E : - Masih terpasang CTT - Perawatan luka dengan menggunakan alat steril - Cefotaxime 2 x 1 gr IV. 13. I Senin, 24-03-2014 14.00 S : - Klien mengatakan masih sesak nafas O : - Klien nampka sesak - Terpasang O2 3L/ menit - R = 28 x/menit
  • 91. 91 07.30 07.35 07.50 08.00 08.00 A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c, d dan e I : - Monitoring fungsi pernapasan, cepat dangkalnya pernapasan dan mengobservasi TTV - Mengajarkan tehnik pernapasan dalam - Memberikan posisi semi fowler - Memberikan oksigenasi - Penatalaksanaan dalam pemberian obat E : - TD : 110/70 mmHg ND : 80 x/menit R : 28 x/menit S : 36, 5º C - Klien menarika nafas lewat hidung dan mengeluarkannya lawat mulut secara perlahan - Menaruh 2 batal dipunggung klien dan klien merasa nyaman - Terpasang O2 3L/menit - Ameprazol 1 tablet P/O
  • 92. 92 14. II Senin, 24-03-2014 14.00 08.10 08.45 09.07 09.15 10.00 S : - Klien mengatakan nyeri pada lulka pemasangan CTT O : - Ekspresi wajah meringis - Skala nyeri 6 (0-10) A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Kaji tingkat nyeri - Pantau tanda-tanda vital - Ajarkan teknik distraksi, relaksasi dan masasse - Beri posisi yang nyaman - Pemberian obat analgetik E : - Skala nyeri 6 (0-10) - TD : 110/70 mmHg ND : 80 x/ menit P : 28 x/ menit S : 36, 5 ºC - Klien merasa nyaman dengan teknik masasse - Klien nyaman dengan posisi semi fowler
  • 93. 93 - Tramatol 1 amp 1 x 2 IV - Metronidazol 3 x 500 mg IV 15. III Senin, 24-03-2014 14.00 09.30 09.45 10.00 11.00 11.32 S : - Klien mengatakan kurang nafsu makan O : - ½ porsi makanan saja yang dihabiskan A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b, c dan d I : - Memantau kebutuhan nutrisi - Memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan - Memantau inteke dan output - Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang pedas dan keras - Kolaborasi dalam pemberian obat E : - Klien lebih suka makan bubur lunak bersama lauknya - Bubur lunak dan lauk pauk - Klien makan tetapi porsi makannya sangat sedikit - Klien dan keluarga kooperatif - Ranitidine 2 x 50 mg IV
  • 94. 94 16. IV Senin, 24-03-2014 14.00 11.15 11.30 11.45 12.00 S : - Klien mengatakan belum bisa banyak bergerak O : - Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b dan c I : - Mengobservasi sejauh mana kemampuan klien untuk melakukan aktivitas - Memberi bantuan kepada klien dalam memenuhi personal hygienenya - Melibatkan keluarga klien untuk memenuhi kebutuhan ADL klien - Motifasi klien dalam personal hyginenya E : - Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga daan perawat - Badan klien bersih, kuku bersih, rambut bersih dan kantong illeustomi dan kolostomi klien telah diganti dengan kantong baru - Keluarga selalu membantu aktivitas klien
  • 95. 95 - Klien mandi dengan menggunakan waslap dan dibantu oleh perawat dan keluarga klien 17. V Senin, 24-03-2014 14.00 12.09 12.15 12.30 S : - Klien mengatakan mengerti dengan kondisinya saat ini O : - Klien nampak lebih tenang A : - Tujuan tercapai P : - Pertahankan intervensi I : - Mengkaji tingkat kecemasan klien - Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang - Memberi informasi kepada klien dan keluarga tentang illeustomi E : - Klien masih takut dan khawatir dengan kondisinya saat ini - Klien merasa tenang dengan lingkungan yang tenang dan nyaman - Klien dan keluarga kooperatif.
  • 96. 96 18. VI Senin, 24-03-2014 14.00 12.45 12.59 14.00 S : - Klien mengatakan masih terpasang CTT di dada bagian kirinya O : - Nampak terpasang CTT di dada kiri klien A : - Tujuan belum tercapai P : - Lanjutkan intervensi a, b dan c I : - Mengobservasi adanya tanda – tanda infeksi - Melaksanakan perawatan luka setiap hari - Penatalaksanaan dalam pemberian obat E : - Masih terpasang CTT - Perawatan luka dengan menggunakan alat steril - Cefotaxime 2 x 1 gr IV.
  • 97. 97 B. Pembahasan Pada pembahasan ini, penulis menguraikan kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan khasus yang ditemukan pada klien Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema dengan tijauan teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Dalam praktek klinik keperawatan pada klien Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema telah diterapkan pendekatan proses keperawatan sesuai teori yang ada, yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, daan evaluasi untuk lebih memudahkan dalam memahami kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan khusus. Penulis menggunakan urutan proses keperawatan. 1. Pengkajian Tahap awal proses keeperawatan adalah pengkajian yang meliputi pengumpulan data, klasifikasi data dan anlisa data yang kemudian dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data yang dilkukn adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan, (Potter, 2005). Data-data pengkajin pada tinjauan teoritis dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema antara lain, terjadi peningkatan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah meningkat,
  • 98. 98 peningkatan pernapasan karena kompensasi tubuh terhadap nyeri, suhu tubuh meningkat dan nadi meningkat, nyeri tekan pada dada bagian kiri tempat pemasangan CTT serta aktivitaf klien terganggu. Data-data yang ada pada tinjauan kasus dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema yang merupakan hasil pengkajian tanggal 21 Maretl 2014 antara lain klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi tidak bisa melakukan aktifitasnya sendiri, selama dirawat, mandi hanya dilap dengan menggunakan waslap, mual, naampak lemah, ekspresi wajah meringis saat nyeri, nyeri skala 6 (0-10), hanya ¼ porsi makan saja yaang dihabiskan, aaktivitas dibantu oleh keluarga, ADL klien dibantu perawat dan keluarga, kulit kepala kotor, kuku panjang dan kotor, nafsu makan kuran. Data yang ada pada tijauan teoritis tidak ada pada tinjauan khusus dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema antara lain tekanan darah meningkat, peningkatan pernapasan karena kompensaasi tubuh terhaadap nyeri, suhu tubuh meningkat dan nadi meningkat, pada masa post operaasi respirassi meningkat karena merupakan respon tubuh terhadap nyeri, Adanya kesenjangan di pengkajian diatas dapaat disebabkan manusia merupakan mahluk yang unik dimana dapat memberikan respon bio- psiko-sosial dan spritual berbeda-beda dan juga pengaruh pengobatan yang telah diberikan serta berat ringannya penyakit yang dialami.
  • 99. 99 2. Diagnosa Keperwatan Dalam penetapan diagnosa keperawatan terdapat pula kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana dalam tinjauan teori masalah keperawatan yang ditemukan atau mungkin ada pada Gangguan Sistem Pernapasan : Post Op Pemasangan CTT a/i Empiema, (Doengoes, 2002). a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan. b. Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan pada paru dan pleura. c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang atau anoreksia. d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik, perubahan status nutrisi. e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya pemasangan CTT. f. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya pemasangan CTT. Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam studi kasus sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan ditemukan 6 diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut : a. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d adanya inflamasi pada pleura
  • 100. 100 b. Nyeri b/d pemasangan Chest Tube Thoracostomy c. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat inflamasi pleura. d. Gangguan pemenuhan ADL ; personal hygiene b/d kelemahan e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya f. Resiko infeksi b/d luka pemasangan Chest tube thoracostomy 3. Perencanaan Pada tahap ini, penulis bersama klien dan keluarga klien menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang muncul. Perencanaan ini disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada diruangan. Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah : a. Adanya kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan. b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat memperlancar dalam penyusunan perencanaan. Perencanaan yang penulis lakukan pada klien Tn. A pada dasarnya ada kesenjangan antara teori dan kasus, hal ini terjadi karena tidak semua Diagnosa Keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada dalam kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus penulis berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, sedangkan Diagnosa yang
  • 101. 101 muncul pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga klien membuat intervensi berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. 4. Implementasi Tahap ini merupakan realisasi dari Perencanaan yang telah disusun sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada Perencanaan. Yang merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien sehingga memudahkan dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat diruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana, namun setiap intervensi yang telah disusun dapat di Implementasikan kepada klien. 5. Evaluasi Setelah mengimplementasiakan Asuhan Keperawatan yang telah direncanakan selama 3 hari, yang dimulai tanggal 21-03-2014 maka seluruh tujuan yang telah ditetapkan diharapkan dapat tercapai. Dalam studi kasus ini terdapat 6 diagnosa yang mana 1 diagnosa tercapai dan 5 diagnosa lainnya belum tercapai namun sudah ada kemajuan. Hal tersebut menunjukan bahwa dalam mengimplementasi semua perencanaan yang telah disusun akan berpengaruh besar terhadap kesembuhan klien.
  • 102. 102