Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). ISPA merupakan masalah kesehatan penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi. Dokumen tersebut menjelaskan tentang konsep dasar, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan ISPA pada anak.
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih
merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini
pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %,
sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.
Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.
Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah
ISPA. (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim, 2009).
2.1. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan ISPA
2.Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian pada anak dengan ISPA
b. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada anak dengan
ISPA
c.Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan ISPA
d.Untuk mengetahui Implementasi keperawatan apa yang tetapat pada anak
dengan ISPA
e. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan serta rencana tindakan apa
yang akan dilakukan pada anak dengan ISPA.
3. 3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada
saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan
mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional
ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute
Respiratory Infections (ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran
nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan,
influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang
bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia.(WHO)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka
kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/
kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu;
usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak
tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
4. 4
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. Etiologi
Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada
hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai
negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylusinfluenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru
dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa
ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.
a. Faktor Pencetus ISPA
1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua
karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan
asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
b. Faktor Pendukung terjadinya ISPA
1) Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya
menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah
Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA.
Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia
pada Balita.
5. 5
2) Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita
yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih
rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3) Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa
penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus
maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam
pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih
dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan
penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam
menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya
memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
5) Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang
sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan
terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu,
kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit
ISPA
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan
penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka
dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
6. 6
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan
musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991;
1420.
2.2. Patofisiologi
2.3. Manifestasi Klinis
1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt.
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran
pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau
minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
2. Demam.
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-
40,5OC.
3. Meningismus.
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan
nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
4. Anorexia.
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
5. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
6. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
7. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
8. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
7. 7
9. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
10. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
2.4. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
:
1. Biakan virus
2. Serologis
3. Diagnostik virus secara langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan
pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura. Fokus utama pada
pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari
pernafasan :
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita
amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya
bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati
adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.
2.5. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat
batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula
8. 8
petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek.
3. Pengobatan antara lain :
a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
2.6. Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah
1. Meningitis
9. 9
2. OMA
3. Mastoiditis
4. Kematian
2.7. Prognosis
Jika penanganannya tepat dan cepat maka prognosis baik. Namun, jika
penanganan lambat dan tidak tepat maka akan terjadi komplikasi yang
menyebabkan prognosis buruk.
10. 10
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
PENGKAJIAN (Menurut Khaidir Muhaj (2008):
Identitas Pasien
Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah
3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang
lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka
kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark
(Anggana Rafika, 2009).
Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al
(2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara
bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan
penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam
rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya
ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti
yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak
(Anggana Rafika, 2009).
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam
2) Riwayat penyakit sekarang:
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan
lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
11. 11
4) Riwayat penyakit keluarga:
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.
5) Riwayat sosial:
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya.
Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
1) Inspeksi:
· Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
· Tonsil tanpak kemerahan dan edema
· Tampak batuk tidak produktif
· Tidak ada jaringna parut pada leher
· Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan
cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
2) Palpasi
· Adanya demam
· Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan
pada nodus limfe servikalis
· Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
· Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
· Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi
B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga,
terjadi gangguan penciuman
B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis
Minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan
12. 12
B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010
Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.
3.2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan, aadanya sekret
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik
dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
c. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh
anak, hospitalisasi pada anak
e. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
h. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake
inadekuat
i. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi
3.3. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan, aadanya sekret
· Tujuan : Pola nafas kembali efektif
· Kriteria : Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai
oksigen ke paru-paru.
13. 13
Intervensi Rasional
a. Observasi tanda vital, adanya
cyanosis, serta pola, kedalaman dalam
pernafasan
b. Berikan posisi yang nyaman pada
pasien
c. Ciptakan dan pertahankan jalan
nafas yang bebas.
d. Anjurkan untuk tidak memberikan
minum selama periode tachypnea.
e. Kolaborasi
· Pemberian oksigen
· Nebulizer
· Pemberian obat bronchodilator
· sebagai dasar dalam menentukan
intervensi selanjutnya
· Semi fowler dapat meningkatkan ekspansi
paru dan memperbaiki ventilasi
· Untuk memperbaiki ventilasi
· Agar tidak terjadi aspirasi
· untuk memenuhi kebutuhan oksigen
· Mengencerkan sekret dan memudahkan
pengeluaran sekret
· Untuk vasodilatasi saluran pernapasan
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik
dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
· Tujuan :Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
· Kriteria Hasil : Jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya
pengeluaran sekret, suara napas bersih
Intervensi Rasional
a. Kaji bersihan jalan napas klien
b. Auskultasi bunyi napas
c. Berikan posisi yang nyaman
· Sebagai indicator dalam menentukan
tindakan selanjutnya
· Ronchi menandakan adanya sekret pada
jaan nafas
· Mencegah terjadinya aspirasi sekret
(semiprone dan side lying position).
14. 14
d. Lakukan suction sesuai indikasi
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan air
minum yang hangat
f. Kolaborasi
· Pemberian ekspectorant
· Pemberian antibiotic
· membantu mengeluarkan sekret
· membantu mengencerkan dahak sehingga
mudah untuk dikelurkan
· Untuk mengencerkan dahak
· Mengobati infeksi sehingga terjadi
penurunan produksi sekret
3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
· Tujuan :Nyeri terkontrol atau menghilang
· Kriteria Hasil :Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan
nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
Intervensi Rasional
a. Kaji nyeri yang dirasakan klien ,
perhatikan respon verbal dan nonverbal
b. Anjurkan keluarga memberikan
minum air hangat
c. Berikan lingkungan yang nyaman
d. Kolaborasi
· Pemberian antibiotik
· Pemberian ekspectoran
· sebagai indicator dalam menentukan
intervensi selajutnya
· Mengurangi nyeri pada tenggorokan
· Memudahkan pengeluaran sekret
sehingga mengurang rasa sakit saat batuk
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh
anak, hospitalisasi pada anak.
· Tujuan :Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan
peningkatan melakukan koping
· Kriteria Hasil :Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat,
mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif
dalam perawatan anak
15. 15
Intervensi Rasional
a. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan
orang tua untuk informasi dukungan
b. Gali perasaan keluarga dan masalah
sekitar hospitalisasi
c. Berikan dukungan sesuai kebutuhan
d. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat
secara langsung dan aktif dalam perawatan
anaknya.
e. Jelaskan terapi yang diberikan dan
respon anak terhadap terapi yang diberikan.
· Sebagai dasar dalam menentukan
tindakan selanjutnya
· Mengetahui masalah dan perasaan
yang dirasakan oleh keluarga. Dapat
mengurangi kecemasan
· dukungan yang adekuat menghasilkan
mekanisme coping yang efektif
· Dapat mengurangi rasa cemas karena
dapat memantau langsung perkembangan
anaknya
· Peningkatan pengetahuan
mengembangkan kooperatif dan mengurangi
kecemasan
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
· Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
· KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi
hilang.
Intervensi Rasional
a. Kaji peningkatan suhu tubuh yang
dialami oleh klien
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Berikan dan anjurkan keluarga untuk
memberikan kompres dengan air pada daerah
dahi dan ketiak
d. Anjurkan keluarga untuk
· sebagai dasar dalam menentukan
intervensi selanutnya
· Pemantauan tanda vital yang teratur
dapat menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya.
· Dengan memberikan kompres maka
akan terjadi proses konduksi / perpindahan
panas dengan bahan perantara .
· Kebutuhan cairan meningkat karena
penguapan tubuh meningkat.
16. 16
mempertahankan pemberian cairan melalui rute
oral sesuai indikasi
e. Anjurkan keluarga untuk menghindari
pakaian yang tebal dan menyerap keringat
f. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat antipiuretik
· Proses hilangnya panas akan
terhalangi untuk pakaian yang tebal dan
tidak akan menyerap keringat.
· Untuk mengontrol panas
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan
· Tujuan :Volume cairan tetap seimbang
· Kriteria Hasil :Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit
baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
b. Observasi TTV
c. Anjurkan orang tua untuk tetap
memberikan cairan peroral
d. Jelaskan kepada orang tua pentingnya
cairan yang adekuat bagi tubuh
e. Kolaborasi pemberian cairan
parenteral
· Sebagai dasar dalam menentukan
tindakan selanjutnya
· Perubahan TTV merupakan indicator
terjadinya dehidrasi
· Untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang
· Peningkatan pengetahuan
mengembangkan kooperatif orang tua dalam
tindakan keperawatan
· Untuk memenuhi kebutuhan cairan
klien
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
· Tujuan : Pola tidur kembali optimal
· Kriteria Hasil :Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua
melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar.
17. 17
Intervensi Rasional
a. Kaji gangguan pola tidur yang
dialami klien
b. Ciptakan lingkungan yang
tenang
c. Berikan bantal dan seprei yang
bersih
d. Kolaborasi
· Pemberian obat sedatif
· Pemberian antibiotic
· sebagai indicator dalam
melakukan tindakan selanjutnya
· Mengurangi rangsangan suara
yang dapat menyebabkan klien tidak
nyaman untuk tidur
· meningkatkan kenyamanan
· Mengobati infeksi sional
:membantu klien untuk istirahat
8. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake
inadekuat
· Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
· Kriteria Hasil : Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien
meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi
penurunan berat badan 15-20%.
Intervensi Rasional
a. Kaji status nutrisi klien
b. Timbang berat badan setiap hari
c. Berikan diet dalam porsi kecil
tapi sering
d. Anjurkan keluarga untuk
menyajikan makanan dalam keadaan
· Sebagai indikator dalam
menentukan intervensi selanjutnya
· Mengetahui perkembangan
terapi
· untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi klien
· Meningkatkan nafsu makan
18. 18
hangat
e. Jelaskan kepada keluarga
pentingnya nutrisi yang adekuat
dalam proses kesembuhan
f. Kolaborasi dengan bagian gizi
· Peningkatan pengetahuan
mengembangkan kooperatif keluarga
dalam pemberian tindakan
· untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi klien sesuai kebutuhan
9. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi
· Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit
anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
· Kriteria Hasil :Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan
orang tua mengerti tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya,
terlibat aktif dalam proses perawatan.
Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat pengetahuan orang
tua klien tentang proses penyakit
anaknya
b. Jelaskan pada keluarga klien
tentang Pengertian, penyebab, tanda
dan gejala,pengobatan, pencegahan
dan komplikasi dengan memberikan
penkes.
c. Bantu orang tua klien untuk
mengembangkan rencana asuhan
keperawatan dirumah sakit seperti :
diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
d. Beri kesempatan pada orang tua
klien untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengertinya
· sebagai dasar dalam menetukan
tindakan selanjutnya
· Meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman keluarga
· Melibatkan keluarga dalam
perencanaan dapat meningkatkan
pemahaman keluarga
· Menghindari melewatkan hal
yang tidak dijelaskan dan belum
19. 19
dimengerti oleh keluarga
3.4. Evaluasi :
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan dari penderita penyakit ISPA adalah :
1. Pola nafas kembali efektif ditandai dengan usaha nafas kembali normal dan
meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
2. Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan jalan nafas yang
bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih
3. Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi
wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
4. Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan koping
ditandai dengan orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan
kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam
perawatan anak
5. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh dalam batan
norma, keluarga melaporkan anaknya tidak demam
6. Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, TTV dalam batas normal
7. Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah
dapat tidur, klien nampak segar
8. Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan
yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat badan 15-20%
9. Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti
tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam
proses perawatan
20. 20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Didapat beberapa faktor resiko ISPA pada penderita yaitu 1) faktor agen;
2) faktor manusia, yangterdiri dari faktor umur, jenis kelamin, dan status gizi;
3)lingkungan, yang terdiri dari faktor kelembaban udara,suhu ruangan, ventilasi,
penggunaan anti nyamuk, bahanbakar untuk memasak, dan keberadaan perokok.
Gejala yang dirasakan penderita yaitu nafsu makan menurun,pasien merasa lesu,
demam, disertai batuk dan pilek selama 5hari, sakit tenggorokan dan terdapat
tonsilitis dan faringitis akutsetelah di periksa dokter.
4.2 Saran
1. Bagi orang tua hindarilah faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian
ISPA pada anak, kecuali faktor resiko yang tidak dapat diubah seperti umur dan
jenis kelamin
2. Membiasakan hidup sehat dan menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan
21. 21
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3.EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Achmadi, U.F, 2003.Waspadai Penyakit Menular, Badan Peneliti
danPengembangan Depkes RI, Jakarta. Agustama., 2005.Kajian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita
:http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review.%5BAccessed22
April
http://mantelbangetsatuaskep.blogspot.com/2012/06/askep-ispa.html
http://www.detikhealth.com/read/2009/10/30/143946/1231859/770/miokarditis