SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
yang sering bersamaan dengan kondisi bakteremia dan sindroma
sepsis. (Harrison Textbook 8th Edition, 2011)
Sebagaimana dalam penelitian Tarigan pada tahun 2014,
peritonitis didefenisikan suatu proses inflamasi membran serosa
yang membatasi ronggaabdomen dan organ-organ yang terdapat
didalamnya. Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata,
bakterial ataupun kimiawi. Peradangan peritoneum dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan
benda asing. Kemudian disebutkan juga bahwa peritonitis
merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita
bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%. Peritonitis difus
sekunder yang merupakan 90% penderita peritonitis dalam
praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu perforasi
gastrointestinal ataupun kebocoran. (Tarigan, M.H, 2014)
Suatu perforasi dapat terjadi akibat trauma dan non
trauma. Non trauma misalnya akibat volvulus, spontan pada bayi
baru lahir, ingesti obat-obatan, tukak, malignansi, dan benda
asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam maupun
2
trauma tumpul, misalnya iatrogenik akibat pemasangan pipa
nasogastrik. Sementara itu beberapa contoh lokasi kebocoran atau
perforasi gastrointestinal yang menyebabkan peritonitis sekunder
adalah kebocoran pada lambung maupun kebocoran pada usus
(duodenum, jejenum, ileum, colon, maupun appendik).
Kebocoran lambung dapat disebabkan oleh ulkus gaster atau yang
biasanya disebut tukak lambung. Tukak lambung umumnya
terjadi pada pria, orang tua, dan kelompok dengan tingkat
sosioekonomi rendah. Sementara itu tukak duodenum lebih sering
terjadi dua kali dari pada tukak lambung. (NMS Surgery 5th
Edition, 2008)
Walaupun tukak duodenum lebih sering terjadi dari pada
tukak lambung, tetapi tukak lambung yang perforasi mempunyai
mortalitas lebih tinggi daripada tukak duodenum yang perforasi.
Pada kebanyakan kasus tingkat kematiannya mencapai 15-20%
dan kebanyakan perforasi lambung tersebut terjadi pada daerah
antrum atau prepilorik. (Maingot 11th Edition, 2007)
Tukak lambung adalah penyakit yang umum ditemukan,
mempengaruhi sekitar lebih dari 6 juta penduduk di Amerika
Serikat, menjadikannya suatu penyakit yang dipertimbangkan dan
menjadi salah satu penyakit dengan pengeluaran besar. Walaupun
jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit berangsur turun pada
tahun 1980 dan 1990, laju ini masih dapat dikatakan
3
tinggi.(Feinstein, L.B., 2010). Di Amerika Serikat angka
kematian tukak lambung adalah sekitar 1 kasus per 1.000.000
orang. Angka kematian lebih tinggi pada pasien yang lebih tua,
yang dapat disebabkan oleh tingginya tingkat penggunaan
NSAID (non steroid anti inflammation drugs) dalam kelompok
usia ini. Kelompok berisiko tinggi lainnya termasuk orang dengan
diabetes. Tukak lambung juga terkait dengan morbiditas yang
cukup berhubungan dengan nyeri epigastrium kronis, mual,
muntah, dan anemia. (Shrestha, 2009)
Di Indonesia tukak lambung ditemukan antara 6-15%
pada usia 20-50 tahun. Terutama pada lesi yang hilang timbul dan
paling sering didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan
sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul sejak
usia muda. (Nasif et al, 2008) Studi seroepidemiologik populasi
umum di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi tukak
lambung yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada
anakanak berumur 0-14 tahun sekitar 7,2-28%, sedangkan pada
umur diatas 15 tahun antara 36.54,3%. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin meningkatnya umur, maka prevalensinya pun
semakin tinggi. Sebuah survei di Jakarta menunjukkan bahwa
penderita tukak lambung karena H. pylori lebih banyak
ditemukan pada etnik Batak dan Cina dari pada etnik lainnya.
4
Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki data pasien peritonitis yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil data
pencatatan dan pelaporan medical record di seluruh rumah sakit se-Sumatera
Barat, tercatat sebanyak 103 orang peritonitis pada tahun 2012, pada tahun
2013 sebanyak 98 orang, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 105 orang
(Habibie, 2014).
Masalah kesehatan sistem pencernaan yang bersifat akut seperti
peritoniti akan memberikan respon maladaptif terhadap konsep diri pasien
sehingga tingkat stress emosional dan mekanisme koping yang digunakan
berbeda-beda. Dampak psikologis pada pasien peritonitis adanya
perubahan fungsi struktur tubuh, adanya dialisis akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri, kecemasan,
ketidakpastian, ketakutan, kegagalan pengobatan, biaya yang harus
dikeluarkan dan depresi merupakan kondisi umum ditemukan pada pasien
dengan penyakit kronis. Kondisi tersebut diakibatkan oleh ketidakpastian
pasien menerima diagnosa mengenai penyakitnya. Dampak fisik dan
spiritual pasien akan merasa terganggu dengan kelemahan fisik dalam
beraktivitas karena klien mengalami kelemahan dan nyeri. Dan di dalam
kehidupan sosial dan masyarakat pasien akan menarik diri dan
mengurangi interaksi sosial. (Muttaqin, 2011).
Banyaknya kejadian peritonitis di masyarakat perlu mendapatkan
perhatian serius karena mengingat banyak permasalahan yang terjadi pada
klien dengan pritonitis. Maka upaya perawat sebagai tenaga kesehatan
5
yaitu dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan untuk
mengatasi berbagai komplikasi yang akan timbul. Upaya perawat sebagai
promotif mampu memberikan penyuluhan dan menyampaikan akibat yang
akan timbul jika peritonitis tidak tertangani dengan baik, seperti kelebihan
volume cairan dengan memonitor intake dan output, status nutrisi, tanda-
tanda vital dan pitting edema. Upaya perawat sebagai preventif yaitu
mampu melakukan pencegahan dini dari dampak peritonitis, dengan
menganjurkan kepada keluarga agar menerapkan atau melakukan pola
hidup yang sehat. Upaya perawat sebagai kuratif bertujuan untuk
memberikan pengobatan dengan menerapkan asuhan keperawatan yang
baik. Dan upaya perawat yang terakhir yaitu rehabilitatif merupakan
upaya pemulihan kesehatan pada pasien yang mengalami peritonitis
dirumah sakit.
Berdasarkan kondisi diatas dan data-data diatas juga menunjukkan
angka kejadian penderita CKD di RSUP DR. M. Djamil Padang paling
banyak dirawat di bangsal penyakit dalam, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
PERITONITIS Di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M.
Djamil Padang sebagai kajian dalam laporan hasil evaluasi praktek
klinik.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan
permasalahannya yaitu, “Bagaimana menerapkan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan PERITONITIS di Instalasi Rawat Inap
Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang ???”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam
memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan peritonitis secara
komprehensif di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil
Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan pada klien
dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M.
Djamil Padang.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil
Padang.
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil
Padang.
7
d. Mampu melakukan tindakan untuk mengatasi masalah atau diagnosa
keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap
Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang.
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
dilaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan peritonitis di
Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang.
f. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan yang sudah dievaluasi pada klien dengan peritonitis di
Instalasi Rawat Inap Bedah PriaRSUP DR. M. Djamil Padang.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada klien, khususnya pada klien dengan peritonitis.
2. Bagi Pasien
Dengan adanya studi kasus tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
peritonitis ini, diharapkan pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang
baik dari tenaga perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
bermanfaat bagi para perawat yang berada di RSUP DR. M. Djamil
Padang, agar dapat menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan peritonitis.
8
4. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau
referensi akademi untuk pengembangan pembelajaran studi kasus
selanjutnya.
5. Bagi Pembaca
Dengan adanya hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan
pengertian, pengetahuan dan pengambilan keputusan yang tepat kepada
pembaca khususnya dalam menyikapi jika ada pasien dengan penyakit
peritonitis.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Peritonitis
1. Pengertian
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum suatu
membrane yang melapisi rongga abdomen. Peritonitis
biasanya terjadi akibat masunya bakteri dari saluran cerna
atau organ-organ abdomen ke dalam ruang perotonium
melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. (Corwin,
2000).
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang
biasanya di akibatkan oleh infeksi bakteri, organisme yang
berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ-
organ reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley,
2000).
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh
infeksi pada selaput organ perut (peritonieum). Peritonieum
adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut
dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa
terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronik dan
patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis
merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai
10
dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering
menular dan sering dikaitkan dengan perforasi
viskus(secondary peritonitis). Apabila tidak ditemukan
sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori
sebagai primary peritonitis. (Fauci et al, 2008).
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut
(peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
(Ratu dan Adwan, 2013).
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang
merupakan pembungkus visera dalam rongga perut.
Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari
peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi
bakteri. ( Sibuea dkk, 2009).
8
11
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 Gambar Anatomi Hati(Syaifuddin, 2011)
Saluran pencernaan di tubuh manusia dimulai dari rongga
mulut, esofagus, lambung, usus halus hingga anus. Sistem
pencernaan meliputi :
1. Rongga mulut
Rongga mulut merupakan awal saluran pencernaan,
proses pencernaan dimulai dengan aktivitas mengunyah dimana
makanan dipecah ke dalam partikel kecil dan dicampur dengan
enzim-enzim pencernaan. Di dalam mulut terdapat saliva yang
mengandung mukus yang fungsinya membantu melumasi
makanan saat dikunyah. Kemudian saat makanan ditelan epiglotis
bergerak menutup lubang trakea untuk mencegah terjadinya
aspirasi makanan ke paru-paru sehingga mengakibatkan bolus
makanan berjalan ke dalam esofagus.
12
2. Esofagus
Esofagus memiliki panjang + 25 cm dan terletak di
mediastinum rongga thorakal, anterior terhadap tulang punggung
dan posterior terhadap trakea dan jantung. Otot halus di dinding
esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari esofagus ke arah
lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran.
Selama proses peristaltik esofagus, sfingter esofagus bawah rileks
dan memungkinkan bolus makanan masuk ke lambung kemudian
sfingter esofagus menutup dengan rapat untuk mencegah refluks
isi lambung ke dalam esofagus.
3. Lambung
Lambung terletak di bagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung
adalah suatu kantong yang dapat berdistensi dengan
kapasitas + 1.500 ml. Lambung terdiri dari 4 bagian yaitu kardia
(jalan masuk), fundus, korpus, dan pilorus. Lambung mensekresi
cairan yang sangat asam, cairan ini mempunyai pH serendah 1
dan memperoleh keasamannya dari asam hidrochlorida yang
disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam untuk
memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat
diabsorbsi dan untuk membantu destruksi bakteri pencernaan.
Lambung dapat menghasilkan sekresi kira-kira 2,4 liter/hari.
4. Usus halus
13
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, memiliki
panjang 2/3 dari panjang total saluran pencernaan. Bagian
permukaan usus halus untuk sekresi dan absorbsi. Usus halus
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Duodenum
Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang
panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda dan kepalanya
mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran
pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang
yang disebut ampula hepatopankreatika 10 cm dari
pilorus.
b. Yeyunum
Yeyunum menempati 2/5 sebelah atas dari usus
halus.
c. Ileum
Ileum menempati 3/5 akhir dari usus halus.
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan yang sama dengan
lambung yaitu
a. Dinding lapisan luar adalah membran serosa, yaitu
peritoneum yang membalut usus dengan erat.
14
b. Dinding lapisan berotot terdiri atas 2 lapisan serabut
yaitu lapisan luar terdiri atas serabut longitudinal, dan di
bawahnya yaitu lapisan tebal terdiri dari atas serabut
sirkuler. Diantara kedua lapisan serabut berotot terdapat
pembuluh darah, pembuluh limfe dan plexus saraf.
c. Dinding sub mukosa, terdapat antara otot sirkuler
dan lapisan yang terdalam yang merupakan
perbatasannya. Dinding sub mukosa ini terdiri dari
jaringan areolar dan berisi banyak pembuluh darah,
saluran limfe, kelenjar dan plexus saraf yang disebut
plexus meissner. Di dalam duodenum terdapat kelenjar
bruner yang mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang
bekerja untuk melindungi lapisan duodenum dari
pengaruh isi lambung yang asam.
Di dalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel
termasuk banyak leukosit juga terdapat beberapa nodula jaringan
limfe yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ileum terdapat
kelompok-kelompok nodula, membentuk tumpukan kelenjar
peyer dan dapat berisi 20-30 kelenjar soliter yang panjangnya 1
cm sampai beberapa cm. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi
melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus
atau tifoid.
15
Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorbsi
khime dari lambung isi duodenum yaitu alkali.
a. Empedu
Empedu diperlukan untuk pencernaan lemak yang
diemulsikan untuk membantu kerja lipase. Sifatnya alkali dan
membantu membuat makanan yang keluar dari lambung yang
asam menjadi netral. Garam Empedu mengurangi tegangan
permukaan isi usus dan membantu membentuk emulsi dari lemak
yang dimakan.
b. Pankreas
Getah pankreas berisi tiga jenis enzim pencernaan yang
memecah atas 3 jenis makanan. Amilase, mencerna hidrat karbon,
mengubah zat tepung menjadi disakharida. Lipase, ialah enzim
yang memecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak. Tripsin,
merupakan enzim pembeku susu mengubah protein menjadi
pepton.
5. Usus Besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang kira-kira 1,5
meter. Refleks gastrokolik terjadi ketika makanan masuk
lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus besar.
Refleks ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar.
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum
terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon
16
melalui katup ileosekal. Katup ini secara normal tertutup,
membantu mencegah isi colon mengalir kembali ke usus halus.
Populasi bakteri adalah komponen utama dari isi usus besar.
Bakteri membantu menyelesaikan pemecahan materi sisa dan
garam empedu. Dua jenis sekresi kolon ditambah pada materi sisa
mukus dan larutan elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan
bikarbonat yang bekerja untuk menetralisasi. Prosedur akhir yang
terbentuk melalui kerja bakteri kolonik. Mukus ini melindungi
mukosa colon dari isi interluminal dan juga memberikan
perlekatan untuk massa fekal. Aktifitas peristaltik yang lemah
menggerakkan isi kolonik dengan perlahan sepanjang saluran.
Gelombang peristaltik kuat intermiten mendorong isi untuk jarak
tertentu. Hal ini terjadi secara umum setelah makanan lain
dimakan, bila hormon perangsang usus dilepaskan. Materi sisa
dari makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus,
biasanya dalam 12 jam. sebanyak seperempat dari materi sisa dari
makanan mungkin tetap berada di rektum selama 3 hari setelah
makanan dicerna.
6. Rektum : Defekasi, Faeces dan Flatus
Rektum terletak 10 cm di bawah dari usus besar dimulai
pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Saluran
ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan
eksternal. Rektum serupa dengan kolon tetapi dindingnya yang
17
berotot lebih tebal dan membran mukosanya memuat lipatan-
lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini
menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam saluran anus ini
serabut otot sirkuler menebal membentuk otot sfingter anus
internal. Sel-sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya
epitelium bergaris menggantikan sel-sel silinder. Sfingter
eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup.
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi.
3. ETIOLOGI
Menurut
1. Infeksi bakteri
a. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
b. Appendisitis yang meradang dan perforasi
c. Tukak peptik (lambung / dudenum)
d. Tukak thypoid
e. Tukan disentri amuba / colitis
f. Tukak pada tumor
g. Salpingitis
h. Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus
alpha dan beta hemolitik, stapilokokus aurens,
18
enterokokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridium wechii.
4. Patofisiologi
Disebabkan oleh kebocoren dari organ abdomen kedalam
rongga abdomen bisanya sebagai akibat dari
inflamasi,infeksi,iskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadi
proliferasi bacterial, yang menimbulkan edema jaringan, dan
dalam waktu yang singkat terjadi eksudasi cairan. cairan dalam
peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan protein, sel darah
putih, debris seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus
adalah hipermotilitas, diikut oleh oleh ileus pralitik, disertai
akumudasi udara dan cairan dalam usus.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik
intra abdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor activator
plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan
jajaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme
terpenting dari system pertahanan tubuh, sengan cara ini akan
terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak diantara matrika
fibrin. Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya
merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi
pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk
menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah
19
kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu
mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran
kuman dengan membentuk kompartemen yang dikenal sebagai
abses.
Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari
berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri
transien akibat penyakit visceral atau intervensi bedah yang
merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri transien yang
terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis juga terjadi
karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses
fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan
makin buruk jika infeksinya disertai dengan pertumbuhan bakteri
lain atau jamur (Clevo, 2012).
20
WOC PERITONITIS
21
6. Klasifikasi
Berdasarkan pathogenesis peritonitis dapat di
klasifikasikan sebagai berikut:
a. Peritonitis bacterial primer
Akibat kontaminasi bacterial secara hematogen
pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan focus infeksi
dalam abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial,
biasanya E.coli, Streotokokus atau Pneumococus,
peritonitis ini dibagi menjadi dua yaitu:
Spesifik : Seperti Tuberculosa.
Non-spesifik : Pneumonia non tuberculosis dan
tonsillitis. Factor yang beresiko pada peritonitis ini adalah
malnutrisi, keganasan intra abdomen, imunosupresi dan
splenektomi. Kelompok resiko tinggi adalah dengan
sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus
sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.
b. Peritonitis bacterial akut sekunder(supurative)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akaut atau
perforasi traktus gastrointestinal atau tractus urinarius.
Pada umunya organism tunggal tidak akan menyebabkan
peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multiple organism
dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakteri anaerob,
khususnya spesies bacteroides dapat memperbesar
22
pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi. Luas
dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat
memperberat peritonitis. Kuman dapat berasal:
Luka trauma atau penetrasi, yang membawa
kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal.
Perforasi organ-organ dalam perut. Seperti di
akibatkan oleh bahan kimia. Perforasi usus sehingga feces
keluar dari usus. Komplikasi dari proses inflamasi organ-
organ intra abdominal, misalnya appendicitis.
c. Peritonitis Tersier
Peritonitis ini terjadi akibat timbulnya abses atau
flagmon dengan atau tanpa fistula. Yang disebabkan oleh
jamur, peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat
ditemukan. Seperti disebabkan oleh iritan langsung,
seperti misalnya empedu, getah lambung, getah pancreas,
dan urine(Andra & Yessie, 2013)
7. Tanda dan Gejala
Menurut Corwin (2000), gambaran klinis pada penderita
peritonitis adalah sebagai berikut :
a. Nyeri terutama diatas daerah yang meradang.
b. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia
karena perpindahan cairan kedalam peritoneum.
c. Mual dan muntah.
23
d. Abdomen yang kaku.
e. Ileus paralitik (paralisis saluran cerna akibat respon
neurogenik atau otot terhadap trauma atau peradangan)
muncul pada awal peritonitis.
f. Tanda-tanda umum peradangan misalnya demam,
peningkatan sel darah putih dan takikardia.
g. Rasa sakit pada daerah abdomen
h. Dehidrasi
i. Lemas
j. Nyeri tekan pada daerah abdomen
k. Bising usus berkurang atau menghilang
l. Nafas dangkal
m. Tekanan darah menurun
n. Nadi kecil dan cepat
o. Berkeringat dingin
p. Pekak hati menghilang
8. Komplikasi
Menurut (Haryono, 2013) komplikasi potensial Peritonitis yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
a. Septikemia dan syok septic.
b. Syok hipovelmia.
c. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat
dikontrol dengan kegagalan multi system.
24
d. Abses residual intraperitoneal
e. Eviserasi luka.
f. Obstruksi usus
g. Oliguri
9. Penatalaksanaan
Menurut Netina (2001), penatalaksanaan pada peritonitis adalah
sebagai berikut :
a. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus
utama dari penatalaksanaan medik.
b. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan
muntah.
c. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan
distensi abdomen.
d. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk
memperbaiki fungsi ventilasi.
e. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan
ventilator juga diperlukan.
f. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab
kematian utama).
g. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi (
appendks ), reseksi , memperbaiki (perforasi ), dan
drainase ( abses ).
h. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal
25
10. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (1999),
pemeriksaan diagnostic pada peritonitis adalah sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih meningkat
kadang-kadang lebih dari 20.000 /mm3.Sel darah merah
mungkin meningkat menunjukan hemokonsentrasi.
b. Albumin serum, mungkin menurun karena perpindaahan
cairan.
c. Amylase serum biasanya meningkat.
d. Elektrolit serum, hipokalemia mungkin ada.
e. Kultur, organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari
darah, eksudat/sekret atau cairan asites.
f. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan distensi
usus ileum. Bila perforasi visera sebagai etiologi, udara
bebas akan ditemukan pada abdomen.
g. Foto dada, dapat menyatakan peninggian diafragma.
h. Parasentesis, contoh cairan peritoneal dapat mengandung
darah, pus/eksudat, amilase, empedu, dan kreatinin.
26
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan awal dalam proses keperawatan, meliputi
identitas klien (nama, alamat, no. MR, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, data penanggung jawab dan lain lain (Muttaqin, 2011).
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien
sebelum masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan peritonitis biasanya
didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari nyeri di bagian
perut dan di sertai dengan keluar keringat dingin (Muttaqin, 2011).
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Biasanya klien berkemungkinan memiliki riwayat
pembedahan pada perut , memeiliki riwayat penyakit gastro
intestinal seperti apendiksitis, memilki riwayat tertusuk di bagian
perut.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Biasanya klien mengalami nyeri abdomen, mual dan muntah,
abdomn terasa kaku, biasanya di sertai dengan demam, terasa
lemah, nyeri tekan pada abdomen dan berkeringat dingin.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Biasanya klien tidak mempunyai anggota keluarga yang
pernah menderita penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan Fisik
27
1) Keadaan Umum dan TTV
a. Biasanya keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit
berat.
b. Biasanya tingkat kesadaran klien composmentis
c. TTV : Biasanya RR meningkat, biasanya tekanan darah naik
2) Kepala
Mengamati bentuk kepala, tidak ada hematoma atau edema,
perlukaan (rincian luka, adanya jahitan, dan kondisi luka).
a) Mata : Biasanya simetris kiri dan kanan,
konjungtiva tidak anemis, dan sklera tidak
ikterik
b) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakan polip
dan simetris kiri dan kanan.
c) Bibir : Biasanya bibir pucat
d) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
e) Lidah : Biasanya klien tidak mengalami
pendarahan lidah
3) Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar
getah bening dan pembesaran vena leher.
4) Dada / Thorak
1) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan
2) Palpasi : Biasanya fremitus lemah kiri dan kanan
3) Perkusi : Biasanya terdengar sonor
28
4) Auskultasi : Biasanya terdapat bunyi vesicular.
5) Jantung
1) Inspeksi : Biasanya letak ictus cordis normal yang
berada pada ICS 5 pada linea
medio clavicularis sinistra selebar 1 cm.
Ictus cordis tidak terlihat.
2) Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba
3) Perkusi : Biasanya tidak ada nyeri
4) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang
cepat
6) Perut / Abdomen
1) Inspeksi : Biasanya tidak ada pembesaran pada
abdomen, simetris kiri dan kanan
2) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar
antara 5-35 kali/menit.
3) Palpasi : Biasanya tidak adanyeri tekan, tidak ada
pembesaan hepar dan lien.
4) Perkusi : biasanya terdapat nyeri tekan.
7) Genitourinaria
Biasanya tidak terpasang kateter
8) Ekstremitas
Biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas
29
9) Sistem Integumen
Biasanya warnanya sawo matang, dan tidak ada gatal pada kulit
10) Sistem Neurologi
Biasanya tidak terjadi penurunan kesadaran
d. Data Pola Kebiasaan Sehari-hari
No Data Sehat Sakit
1 Nutrisi :
1. Pola Makan
a. Frekuensi
b. Komposisi
c. Jenis
d. Kebiasaan
Biasanya 3 x sehari
habis satu porsi
Biasanya seperti Nasi,
daging, tempe, tahu,
sayur.
Biasanya bersifat
padat
Biasanya klien suka
mengkonsumsi yang
mengandung protein
tinggi seperti ; ayam,
Biasanya 3 x sehari
habis ¼ porsi
Biasanya seperti
Nasi, sayuran,
bubur, ikan, buah-
buahan.
Biasanya bersifat
lunak, rendah
garam dan protein.
Biasanya klien
sering makan
melebihi jumlah
kalori yang
30
2. Pola Minum
a. Frekuensi
b. Jenis
c. Kebiasaan
daging, udang,
mengkonsumsi
makanan yang
berlebihan garam,
gorengan dan ngemil
seperti biskuit, keripik
kentang dan kue manis
lainnya.
Biasanya 6-7 gelas
(+1500-1750cc)/hari
Biasanya air putih, teh
manis dan minuman
bersoda.
Biasanya klien suka
minum teh manis dan
bersoda dibandingkan
air putih.
dibutuhkan.
Biasanya 4-
5(+1000-1500)/hari
Biasanya air putih
saja
Biasanya klien
hanya sedikit
minum akibat
pembatasan
pemasukan cairan
akibat dari
penumpukan cairan
31
dalam tubuh.
2 Pola Eliminasi
1. Miksi
a. Frekuensi
b. Jenis
c. Kebiasaan
2. Defekasi
a. Frekuensi
b. Warna
c. Konsistensi
d. Bau
e. Kebiasaan
Biasanya 7-8 x/hari
(500-750cc)
Kuning jernih
Biasanya klien BAK
teratur, 3-5 x/hari
1x sehari
Biasanya berwarna
kuning
Biasanya padat
Biasanya berbau
menyengat
Biasanya klien BAB
2xsehari
Melalui uretra 7-
8x/hari (+700-
800cc), melalui
nefrostomi ± 500-
700cc/hari
Kuning keruh
Biasanya klien
hanya sedikit BAK
dan kesulitan BAK
1x sehari
Biasanya berwarna
kuning kecoklatan
Biasanya padat
Biasanya berbau
khas dan menyengat
Biasanya klien
susah BAB, seperti
mengalami diare,
konstipasi dan
pendarahan saluran
32
cerna.
3 Istirahat dan tidur
a. Siang
b. Malam
c. Kebiasaan
Biasanya 1-2 jam
perhari
Biasanya tidur
nyenyak 7-8 jam
perhari
Biasanya klien tidak
ada mengalami
gangguan tidur
Biasanya 1-2 jam
perhari
Biasanya susah
tidur dan sering
terbangun
Biasanya klien
mengalami
kelemahan, malaise,
kelelahan ektrem,
gangguan pola tidur,
gelisah atau
somnolen.
4 Aktivitas sehari-hari
dan perawatan diri
Biasanya dilakukan
secara mandiri
Biasanya klien
mengalami
ketidakmampuan
dalam beraktivitas
karena mengalami
gangguan pada
ekstremitas, otot,
dan saraf.
33
e. Data Sosial Ekonomi
Biasanya klien tidak bisa menjalankan tugasnya sehari-hari karena
perawatan yang lama.
f. Data Psikososial
Biasanya klien mengalami faktor stress contoh: financial,
hubungan dan sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan,
tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah
tersinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan
proses kognitif.
g. Data Spritual
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih
meningkat kadang-kadang lebih dari 20.000 /mm3.Sel
darah merah mungkin meningkat menunjukan
hemokonsentrasi.
b. Albumin serum, mungkin menurun karena
perpindaahan cairan.
c. Amylase serum biasanya meningkat.
d. Elektrolit serum, hipokalemia mungkin ada.
e. Kultur, organisme penyebab mungkin teridentifikasi
dari darah, eksudat/sekret atau cairan asites.
34
f. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan
distensi usus ileum. Bila perforasi visera sebagai
etiologi, udara bebas akan ditemukan pada abdomen.
g. Foto dada, dapat menyatakan peninggian diafragma.
h. Parasentesis, contoh cairan peritoneal dapat
mengandung darah, pus/eksudat, amilase, empedu,
dan kreatinin.
(Padila, 2012)
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, data-data yang di dapatkan dalam
pengkajian tersebut dianalisa dan dapat ditegakkan diagnosa keperawatannya
sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi klien, maka kemungkinan
diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan peritonitis yaitu :
a) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jarigan
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
c) Devisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kognitif
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
NOC NIC
1 Resiko infeksi
berhubungan
dengan trauma
Immune Status
a. Knowledge : Infection
1. Pertahankan teknik aseptif
2. Batasi pengunjung bila perlu
(NANDA, 2013)
35
jarigan control
b. Risk control
kriteria hasil:
a) Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
b) Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
nfeksi
c) Jumlah leukosit dalam
batas normal
d) Menunjukkan perilaku
hidup sehat
e) Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal
3.Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah indakan
keperawatan Gunakan baju,
sarung tangan sebagai
alat pelindung
4. Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
5. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
6. Tingkatkan intake nutrisi
7. Berikan terapi
8. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
9. Pertahankan teknik isolasi
k/p
10. Inspeksi kulit dan membran
36
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
11. Monitor adanya luka
12. Dorong masukan cairan
13.Dorong istirahat
14. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
15. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4 jam
2 Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cidera fisik
a. Pain Level,
b. pain control,
c. comfort level
Setelah dilakukan tinfakan
kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol
a. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal
37
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
e. Tanda vital dalam
rentang normal
f. Tidak mengalami
dari ketidaknyamanan
c. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
d. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
e. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
f. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
g. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
h. Berikan analgetik untuk
38
gangguan tidur mengurangi nyeri:
i. ingkatkan istirahat
j. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi ketidak nyamanan
3 Devisit
perawatan diri
berhubungan
dengan gangguan
kognitif
self care : Activity of Daily
Living (ADLs)
kriteria hasil:
a. Klien terbebas dari bau
badan
b. Menyatakan kenyamanan
terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs
c. Dapat melakukan ADLS
dengan bantuan
Self Care assistane : ADLs
a. Monitor kemempuan klien
untuk perawatan diri yang
mandiri.
b. Monitor kebutuhan klien
untuk alatalat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
c. Sediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
d. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
39
yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
e. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
f. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai kemampuan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien
itu sendiri, oleh perawat secara mandiri atau dilakukan secara bekerja
40
sama dengan anggota tim kesehatan lain, misalnya ahli gizi atau
fisioterapi.
Hal yang akan dilakukan ini sangat bergantung pada jenis tindakan,
pada kemampuan/ keterampilan dan keinginan pasien, serta pelaksanaan
keperawatan bukan semata-mata tugas perawat, tetapi melibatkan banyak
pihak. Namun demikian, yang memiliki tanggung jawab secara
keseluruhan adalah tenaga perawat.
Dalam tindakan keperawatan terdiri atas langkah-langkah yang harus
dilakukan, yaitu langkah persiapan dan langkah pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan.
a. Langkah persiapan
Pada langkah persiapan, tenaga perawat hendaknya :
a) Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan.
b) Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan.
c) Menyiapkan lingkungan teraupetik, sesuai dengan jenis tindakan
yang akan dilakukan.
b. Langkah pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan, tenaga perawat harus
mengutamakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien.
Oleh karena itu, tenaga perawat harus :
a) Menunjukkan sikap yang meyakinkan
b) Peka terhadap respons pasien dan efek samping dari tindakan
keperawatan yang dilakukan.
41
c) Melakukan sistematika kerja dengan tepat
d) Mempertimbangkan hukum dan etika
e) Bertanggung jawab dan tanggung gugat
f) Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan
Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses
pengumpulan data dan analisis data berjalan terus menerus guna
perubahan dan penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor
dapat mempengaruhi pelaksanaan kepearawatan, antara lain
fasilitas dan alat yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat,
serta lingkungan fisik di mana asuhan keperawatan dilakukan
(Suarli, 2012).
1. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang rencana keperawatan.
Evaluasi bertujuan untuk menentukan kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai aktifitas rencana
keperawatan dan strategi asuhan keperawatan. Hal-hal yang perlu
dievaluasi antara lain :
a. Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif.
b. Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu.
c. Apakah perubahan pasien seperti yang diharapkan.
d. Strategi keperawatan manakah yang efektif.
Langkah-lagkah yang dilakukan dalam evaluasi adalah :
42
a. Mengumpulkan data perkembangan pasien.
b. Menafsirkan (menginterprestasikan) perkembangan pasien.
c. Membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan,
dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
d. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar
normal yang berlaku.
Ada tiga simpulan dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :
a. Tujuan tercapai
b. Tujuan tercapai sebagian
c. Tujuan sama sekali tidak tercapai
Penilaian tentang perkembangan pasien dibuat melalui observasi,
interaksi dan pemeriksaan oleh tenaga keperawatan, pasien dan keluarga
dan anggota tim kesehatan lainnya.
Apakah kemajuan tidak tercapai sesuai dengan tujuan, tenaga
keperawatan mengkaji ulang dan memperbaiki rencana keperawatan.
Evaluasi kemajuan pasien dapat juga menunjukkan masalah sarana yang
perlu dikaji dan direncanakan kembali.
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan, namun tidak
berhenti sampai disini. Evaluasi hanya menunjukkan masalah mana yang
telah dapat dipecahkan dan masalah mana yang perlu dikaji ulang,
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi kembali. Jadi, proses
43
keperawatan merupakan siklus yang dinamis dan berkelanjutan (Suarli,
2012).
Istilah SOAP yang sering digunakan dalam evaluasi tersebut memilki
pengertian sebagai berikut :
S Subjektif : Keluhan-keluhan pasien (apa yang dikatakan
pasien)
O Objektif : Apa yang dilihat, dicium, diraba dan diukur
oleh perawat
A Assesment : Kesimpulan perawat tentang kondisi pasien
P Plan of care : Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah pasien

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Septian Muna Barakati
 
Konsep keperawatan-keluarga
Konsep keperawatan-keluargaKonsep keperawatan-keluarga
Konsep keperawatan-keluarga
Adel Delis
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
ﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 

What's hot (20)

Askep hepatitis
Askep hepatitisAskep hepatitis
Askep hepatitis
 
154028779 case-labioskhisis
154028779 case-labioskhisis154028779 case-labioskhisis
154028779 case-labioskhisis
 
Askep kanker serviks
Askep kanker serviksAskep kanker serviks
Askep kanker serviks
 
Perspektif keperawatan Medikal Bedah
Perspektif keperawatan Medikal BedahPerspektif keperawatan Medikal Bedah
Perspektif keperawatan Medikal Bedah
 
Askep anak dengan hemofilia
Askep anak dengan hemofilia Askep anak dengan hemofilia
Askep anak dengan hemofilia
 
Askep bph keperawatan dewasa ii
Askep bph keperawatan dewasa iiAskep bph keperawatan dewasa ii
Askep bph keperawatan dewasa ii
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
 
Lp faringitis
Lp faringitisLp faringitis
Lp faringitis
 
Konsep keperawatan-keluarga
Konsep keperawatan-keluargaKonsep keperawatan-keluarga
Konsep keperawatan-keluarga
 
askep demam rematik
askep demam rematikaskep demam rematik
askep demam rematik
 
Kti nurkhalida
Kti nurkhalidaKti nurkhalida
Kti nurkhalida
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Pathways ggk
Pathways ggkPathways ggk
Pathways ggk
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
 
Leaflet bph
Leaflet bphLeaflet bph
Leaflet bph
 
Konsep Keperawatan Maternitas
Konsep Keperawatan Maternitas Konsep Keperawatan Maternitas
Konsep Keperawatan Maternitas
 

Viewers also liked (10)

Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
 
Laporan pendahuluan-peritonitis
Laporan pendahuluan-peritonitisLaporan pendahuluan-peritonitis
Laporan pendahuluan-peritonitis
 
Peritonitis AKPER PEMKAB MUNA
Peritonitis  AKPER PEMKAB MUNA Peritonitis  AKPER PEMKAB MUNA
Peritonitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Peritonitis generalisata
Peritonitis generalisataPeritonitis generalisata
Peritonitis generalisata
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAHLAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
 
PERITONITIS
PERITONITISPERITONITIS
PERITONITIS
 
Peritonitis
PeritonitisPeritonitis
Peritonitis
 
Peritonitis
PeritonitisPeritonitis
Peritonitis
 

Similar to Laporan pendahuluan peritonitis

8+DIAGNOSIS+DAN+PENDEKATAN+TERAPI+PASIEN+PERITONITIS (2).pdf
8+DIAGNOSIS+DAN+PENDEKATAN+TERAPI+PASIEN+PERITONITIS (2).pdf8+DIAGNOSIS+DAN+PENDEKATAN+TERAPI+PASIEN+PERITONITIS (2).pdf
8+DIAGNOSIS+DAN+PENDEKATAN+TERAPI+PASIEN+PERITONITIS (2).pdf
kiki568035
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang rara
Pocut Kasim
 

Similar to Laporan pendahuluan peritonitis (20)

appendisitis
appendisitisappendisitis
appendisitis
 
JURNAL RACHEL.pdf
JURNAL RACHEL.pdfJURNAL RACHEL.pdf
JURNAL RACHEL.pdf
 
Makalah GERD
Makalah GERDMakalah GERD
Makalah GERD
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
8+DIAGNOSIS+DAN+PENDEKATAN+TERAPI+PASIEN+PERITONITIS (2).pdf
8+DIAGNOSIS+DAN+PENDEKATAN+TERAPI+PASIEN+PERITONITIS (2).pdf8+DIAGNOSIS+DAN+PENDEKATAN+TERAPI+PASIEN+PERITONITIS (2).pdf
8+DIAGNOSIS+DAN+PENDEKATAN+TERAPI+PASIEN+PERITONITIS (2).pdf
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Bab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copperBab i ikhsan copper
Bab i ikhsan copper
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang rara
 
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamil
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamilGambaran periodontitis pada_ibu_hamil
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamil
 
PPT PROPOSAL ANISA USWATUN.pptx
PPT PROPOSAL ANISA USWATUN.pptxPPT PROPOSAL ANISA USWATUN.pptx
PPT PROPOSAL ANISA USWATUN.pptx
 
Bab i..
Bab i..Bab i..
Bab i..
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 
asuhan keperawatan pada Tn. M dengan gangguan sistem perkemihan
asuhan keperawatan pada Tn. M dengan gangguan sistem perkemihanasuhan keperawatan pada Tn. M dengan gangguan sistem perkemihan
asuhan keperawatan pada Tn. M dengan gangguan sistem perkemihan
 
Asuhan myometritis
Asuhan myometritisAsuhan myometritis
Asuhan myometritis
 
Askep gastritis erosiva
Askep gastritis erosivaAskep gastritis erosiva
Askep gastritis erosiva
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
136 169-1-p bplebitis
136 169-1-p bplebitis136 169-1-p bplebitis
136 169-1-p bplebitis
 
Pneumonia.pptx
Pneumonia.pptxPneumonia.pptx
Pneumonia.pptx
 
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxAnamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
 
3. appendisitis 1
3. appendisitis 13. appendisitis 1
3. appendisitis 1
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
dheaprs
 

Recently uploaded (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 

Laporan pendahuluan peritonitis

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering bersamaan dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis. (Harrison Textbook 8th Edition, 2011) Sebagaimana dalam penelitian Tarigan pada tahun 2014, peritonitis didefenisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi ronggaabdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi. Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan benda asing. Kemudian disebutkan juga bahwa peritonitis merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%. Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90% penderita peritonitis dalam praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu perforasi gastrointestinal ataupun kebocoran. (Tarigan, M.H, 2014) Suatu perforasi dapat terjadi akibat trauma dan non trauma. Non trauma misalnya akibat volvulus, spontan pada bayi baru lahir, ingesti obat-obatan, tukak, malignansi, dan benda asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam maupun
  • 2. 2 trauma tumpul, misalnya iatrogenik akibat pemasangan pipa nasogastrik. Sementara itu beberapa contoh lokasi kebocoran atau perforasi gastrointestinal yang menyebabkan peritonitis sekunder adalah kebocoran pada lambung maupun kebocoran pada usus (duodenum, jejenum, ileum, colon, maupun appendik). Kebocoran lambung dapat disebabkan oleh ulkus gaster atau yang biasanya disebut tukak lambung. Tukak lambung umumnya terjadi pada pria, orang tua, dan kelompok dengan tingkat sosioekonomi rendah. Sementara itu tukak duodenum lebih sering terjadi dua kali dari pada tukak lambung. (NMS Surgery 5th Edition, 2008) Walaupun tukak duodenum lebih sering terjadi dari pada tukak lambung, tetapi tukak lambung yang perforasi mempunyai mortalitas lebih tinggi daripada tukak duodenum yang perforasi. Pada kebanyakan kasus tingkat kematiannya mencapai 15-20% dan kebanyakan perforasi lambung tersebut terjadi pada daerah antrum atau prepilorik. (Maingot 11th Edition, 2007) Tukak lambung adalah penyakit yang umum ditemukan, mempengaruhi sekitar lebih dari 6 juta penduduk di Amerika Serikat, menjadikannya suatu penyakit yang dipertimbangkan dan menjadi salah satu penyakit dengan pengeluaran besar. Walaupun jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit berangsur turun pada tahun 1980 dan 1990, laju ini masih dapat dikatakan
  • 3. 3 tinggi.(Feinstein, L.B., 2010). Di Amerika Serikat angka kematian tukak lambung adalah sekitar 1 kasus per 1.000.000 orang. Angka kematian lebih tinggi pada pasien yang lebih tua, yang dapat disebabkan oleh tingginya tingkat penggunaan NSAID (non steroid anti inflammation drugs) dalam kelompok usia ini. Kelompok berisiko tinggi lainnya termasuk orang dengan diabetes. Tukak lambung juga terkait dengan morbiditas yang cukup berhubungan dengan nyeri epigastrium kronis, mual, muntah, dan anemia. (Shrestha, 2009) Di Indonesia tukak lambung ditemukan antara 6-15% pada usia 20-50 tahun. Terutama pada lesi yang hilang timbul dan paling sering didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul sejak usia muda. (Nasif et al, 2008) Studi seroepidemiologik populasi umum di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi tukak lambung yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada anakanak berumur 0-14 tahun sekitar 7,2-28%, sedangkan pada umur diatas 15 tahun antara 36.54,3%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, maka prevalensinya pun semakin tinggi. Sebuah survei di Jakarta menunjukkan bahwa penderita tukak lambung karena H. pylori lebih banyak ditemukan pada etnik Batak dan Cina dari pada etnik lainnya.
  • 4. 4 Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki data pasien peritonitis yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil data pencatatan dan pelaporan medical record di seluruh rumah sakit se-Sumatera Barat, tercatat sebanyak 103 orang peritonitis pada tahun 2012, pada tahun 2013 sebanyak 98 orang, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 105 orang (Habibie, 2014). Masalah kesehatan sistem pencernaan yang bersifat akut seperti peritoniti akan memberikan respon maladaptif terhadap konsep diri pasien sehingga tingkat stress emosional dan mekanisme koping yang digunakan berbeda-beda. Dampak psikologis pada pasien peritonitis adanya perubahan fungsi struktur tubuh, adanya dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri, kecemasan, ketidakpastian, ketakutan, kegagalan pengobatan, biaya yang harus dikeluarkan dan depresi merupakan kondisi umum ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis. Kondisi tersebut diakibatkan oleh ketidakpastian pasien menerima diagnosa mengenai penyakitnya. Dampak fisik dan spiritual pasien akan merasa terganggu dengan kelemahan fisik dalam beraktivitas karena klien mengalami kelemahan dan nyeri. Dan di dalam kehidupan sosial dan masyarakat pasien akan menarik diri dan mengurangi interaksi sosial. (Muttaqin, 2011). Banyaknya kejadian peritonitis di masyarakat perlu mendapatkan perhatian serius karena mengingat banyak permasalahan yang terjadi pada klien dengan pritonitis. Maka upaya perawat sebagai tenaga kesehatan
  • 5. 5 yaitu dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan untuk mengatasi berbagai komplikasi yang akan timbul. Upaya perawat sebagai promotif mampu memberikan penyuluhan dan menyampaikan akibat yang akan timbul jika peritonitis tidak tertangani dengan baik, seperti kelebihan volume cairan dengan memonitor intake dan output, status nutrisi, tanda- tanda vital dan pitting edema. Upaya perawat sebagai preventif yaitu mampu melakukan pencegahan dini dari dampak peritonitis, dengan menganjurkan kepada keluarga agar menerapkan atau melakukan pola hidup yang sehat. Upaya perawat sebagai kuratif bertujuan untuk memberikan pengobatan dengan menerapkan asuhan keperawatan yang baik. Dan upaya perawat yang terakhir yaitu rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan pada pasien yang mengalami peritonitis dirumah sakit. Berdasarkan kondisi diatas dan data-data diatas juga menunjukkan angka kejadian penderita CKD di RSUP DR. M. Djamil Padang paling banyak dirawat di bangsal penyakit dalam, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan PERITONITIS Di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang sebagai kajian dalam laporan hasil evaluasi praktek klinik.
  • 6. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahannya yaitu, “Bagaimana menerapkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan PERITONITIS di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang ???” C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan peritonitis secara komprehensif di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang.
  • 7. 7 d. Mampu melakukan tindakan untuk mengatasi masalah atau diagnosa keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. e. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. f. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan yang sudah dievaluasi pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah PriaRSUP DR. M. Djamil Padang. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi penulis Untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien, khususnya pada klien dengan peritonitis. 2. Bagi Pasien Dengan adanya studi kasus tentang asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis ini, diharapkan pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang baik dari tenaga perawat. 3. Bagi Rumah Sakit Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi para perawat yang berada di RSUP DR. M. Djamil Padang, agar dapat menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis.
  • 8. 8 4. Bagi Institusi Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau referensi akademi untuk pengembangan pembelajaran studi kasus selanjutnya. 5. Bagi Pembaca Dengan adanya hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan pengertian, pengetahuan dan pengambilan keputusan yang tepat kepada pembaca khususnya dalam menyikapi jika ada pasien dengan penyakit peritonitis.
  • 9. 9 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Peritonitis 1. Pengertian Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum suatu membrane yang melapisi rongga abdomen. Peritonitis biasanya terjadi akibat masunya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang perotonium melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. (Corwin, 2000). Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi bakteri, organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ- organ reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000). Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut (peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai
  • 10. 10 dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menular dan sering dikaitkan dengan perforasi viskus(secondary peritonitis). Apabila tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagai primary peritonitis. (Fauci et al, 2008). Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. (Ratu dan Adwan, 2013). Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri. ( Sibuea dkk, 2009). 8
  • 11. 11 2. Anatomi Fisiologi Gambar 2.1 Gambar Anatomi Hati(Syaifuddin, 2011) Saluran pencernaan di tubuh manusia dimulai dari rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus hingga anus. Sistem pencernaan meliputi : 1. Rongga mulut Rongga mulut merupakan awal saluran pencernaan, proses pencernaan dimulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan dipecah ke dalam partikel kecil dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Di dalam mulut terdapat saliva yang mengandung mukus yang fungsinya membantu melumasi makanan saat dikunyah. Kemudian saat makanan ditelan epiglotis bergerak menutup lubang trakea untuk mencegah terjadinya aspirasi makanan ke paru-paru sehingga mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esofagus.
  • 12. 12 2. Esofagus Esofagus memiliki panjang + 25 cm dan terletak di mediastinum rongga thorakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Otot halus di dinding esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari esofagus ke arah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama proses peristaltik esofagus, sfingter esofagus bawah rileks dan memungkinkan bolus makanan masuk ke lambung kemudian sfingter esofagus menutup dengan rapat untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus. 3. Lambung Lambung terletak di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantong yang dapat berdistensi dengan kapasitas + 1.500 ml. Lambung terdiri dari 4 bagian yaitu kardia (jalan masuk), fundus, korpus, dan pilorus. Lambung mensekresi cairan yang sangat asam, cairan ini mempunyai pH serendah 1 dan memperoleh keasamannya dari asam hidrochlorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat diabsorbsi dan untuk membantu destruksi bakteri pencernaan. Lambung dapat menghasilkan sekresi kira-kira 2,4 liter/hari. 4. Usus halus
  • 13. 13 Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, memiliki panjang 2/3 dari panjang total saluran pencernaan. Bagian permukaan usus halus untuk sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi menjadi 3 bagian yaitu : a. Duodenum Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika 10 cm dari pilorus. b. Yeyunum Yeyunum menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus. c. Ileum Ileum menempati 3/5 akhir dari usus halus. Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan yang sama dengan lambung yaitu a. Dinding lapisan luar adalah membran serosa, yaitu peritoneum yang membalut usus dengan erat.
  • 14. 14 b. Dinding lapisan berotot terdiri atas 2 lapisan serabut yaitu lapisan luar terdiri atas serabut longitudinal, dan di bawahnya yaitu lapisan tebal terdiri dari atas serabut sirkuler. Diantara kedua lapisan serabut berotot terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe dan plexus saraf. c. Dinding sub mukosa, terdapat antara otot sirkuler dan lapisan yang terdalam yang merupakan perbatasannya. Dinding sub mukosa ini terdiri dari jaringan areolar dan berisi banyak pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar dan plexus saraf yang disebut plexus meissner. Di dalam duodenum terdapat kelenjar bruner yang mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang bekerja untuk melindungi lapisan duodenum dari pengaruh isi lambung yang asam. Di dalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel termasuk banyak leukosit juga terdapat beberapa nodula jaringan limfe yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ileum terdapat kelompok-kelompok nodula, membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisi 20-30 kelenjar soliter yang panjangnya 1 cm sampai beberapa cm. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus atau tifoid.
  • 15. 15 Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorbsi khime dari lambung isi duodenum yaitu alkali. a. Empedu Empedu diperlukan untuk pencernaan lemak yang diemulsikan untuk membantu kerja lipase. Sifatnya alkali dan membantu membuat makanan yang keluar dari lambung yang asam menjadi netral. Garam Empedu mengurangi tegangan permukaan isi usus dan membantu membentuk emulsi dari lemak yang dimakan. b. Pankreas Getah pankreas berisi tiga jenis enzim pencernaan yang memecah atas 3 jenis makanan. Amilase, mencerna hidrat karbon, mengubah zat tepung menjadi disakharida. Lipase, ialah enzim yang memecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak. Tripsin, merupakan enzim pembeku susu mengubah protein menjadi pepton. 5. Usus Besar Usus besar atau kolon memiliki panjang kira-kira 1,5 meter. Refleks gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus besar. Refleks ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar. Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon
  • 16. 16 melalui katup ileosekal. Katup ini secara normal tertutup, membantu mencegah isi colon mengalir kembali ke usus halus. Populasi bakteri adalah komponen utama dari isi usus besar. Bakteri membantu menyelesaikan pemecahan materi sisa dan garam empedu. Dua jenis sekresi kolon ditambah pada materi sisa mukus dan larutan elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan bikarbonat yang bekerja untuk menetralisasi. Prosedur akhir yang terbentuk melalui kerja bakteri kolonik. Mukus ini melindungi mukosa colon dari isi interluminal dan juga memberikan perlekatan untuk massa fekal. Aktifitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolonik dengan perlahan sepanjang saluran. Gelombang peristaltik kuat intermiten mendorong isi untuk jarak tertentu. Hal ini terjadi secara umum setelah makanan lain dimakan, bila hormon perangsang usus dilepaskan. Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus, biasanya dalam 12 jam. sebanyak seperempat dari materi sisa dari makanan mungkin tetap berada di rektum selama 3 hari setelah makanan dicerna. 6. Rektum : Defekasi, Faeces dan Flatus Rektum terletak 10 cm di bawah dari usus besar dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan eksternal. Rektum serupa dengan kolon tetapi dindingnya yang
  • 17. 17 berotot lebih tebal dan membran mukosanya memuat lipatan- lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam saluran anus ini serabut otot sirkuler menebal membentuk otot sfingter anus internal. Sel-sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya epitelium bergaris menggantikan sel-sel silinder. Sfingter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup. Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. 3. ETIOLOGI Menurut 1. Infeksi bakteri a. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal b. Appendisitis yang meradang dan perforasi c. Tukak peptik (lambung / dudenum) d. Tukak thypoid e. Tukan disentri amuba / colitis f. Tukak pada tumor g. Salpingitis h. Divertikulitis Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta hemolitik, stapilokokus aurens,
  • 18. 18 enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii. 4. Patofisiologi Disebabkan oleh kebocoren dari organ abdomen kedalam rongga abdomen bisanya sebagai akibat dari inflamasi,infeksi,iskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadi proliferasi bacterial, yang menimbulkan edema jaringan, dan dalam waktu yang singkat terjadi eksudasi cairan. cairan dalam peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikut oleh oleh ileus pralitik, disertai akumudasi udara dan cairan dalam usus. Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor activator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jajaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari system pertahanan tubuh, sengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak diantara matrika fibrin. Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah
  • 19. 19 kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen yang dikenal sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit visceral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis juga terjadi karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya disertai dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur (Clevo, 2012).
  • 21. 21 6. Klasifikasi Berdasarkan pathogenesis peritonitis dapat di klasifikasikan sebagai berikut: a. Peritonitis bacterial primer Akibat kontaminasi bacterial secara hematogen pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan focus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E.coli, Streotokokus atau Pneumococus, peritonitis ini dibagi menjadi dua yaitu: Spesifik : Seperti Tuberculosa. Non-spesifik : Pneumonia non tuberculosis dan tonsillitis. Factor yang beresiko pada peritonitis ini adalah malnutrisi, keganasan intra abdomen, imunosupresi dan splenektomi. Kelompok resiko tinggi adalah dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites. b. Peritonitis bacterial akut sekunder(supurative) Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akaut atau perforasi traktus gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umunya organism tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multiple organism dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakteri anaerob, khususnya spesies bacteroides dapat memperbesar
  • 22. 22 pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi. Luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat peritonitis. Kuman dapat berasal: Luka trauma atau penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal. Perforasi organ-organ dalam perut. Seperti di akibatkan oleh bahan kimia. Perforasi usus sehingga feces keluar dari usus. Komplikasi dari proses inflamasi organ- organ intra abdominal, misalnya appendicitis. c. Peritonitis Tersier Peritonitis ini terjadi akibat timbulnya abses atau flagmon dengan atau tanpa fistula. Yang disebabkan oleh jamur, peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan. Seperti disebabkan oleh iritan langsung, seperti misalnya empedu, getah lambung, getah pancreas, dan urine(Andra & Yessie, 2013) 7. Tanda dan Gejala Menurut Corwin (2000), gambaran klinis pada penderita peritonitis adalah sebagai berikut : a. Nyeri terutama diatas daerah yang meradang. b. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan kedalam peritoneum. c. Mual dan muntah.
  • 23. 23 d. Abdomen yang kaku. e. Ileus paralitik (paralisis saluran cerna akibat respon neurogenik atau otot terhadap trauma atau peradangan) muncul pada awal peritonitis. f. Tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkatan sel darah putih dan takikardia. g. Rasa sakit pada daerah abdomen h. Dehidrasi i. Lemas j. Nyeri tekan pada daerah abdomen k. Bising usus berkurang atau menghilang l. Nafas dangkal m. Tekanan darah menurun n. Nadi kecil dan cepat o. Berkeringat dingin p. Pekak hati menghilang 8. Komplikasi Menurut (Haryono, 2013) komplikasi potensial Peritonitis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup : a. Septikemia dan syok septic. b. Syok hipovelmia. c. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multi system.
  • 24. 24 d. Abses residual intraperitoneal e. Eviserasi luka. f. Obstruksi usus g. Oliguri 9. Penatalaksanaan Menurut Netina (2001), penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut : a. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan medik. b. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah. c. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen. d. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi. e. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan. f. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama). g. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi ( appendks ), reseksi , memperbaiki (perforasi ), dan drainase ( abses ). h. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal
  • 25. 25 10. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (1999), pemeriksaan diagnostic pada peritonitis adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih dari 20.000 /mm3.Sel darah merah mungkin meningkat menunjukan hemokonsentrasi. b. Albumin serum, mungkin menurun karena perpindaahan cairan. c. Amylase serum biasanya meningkat. d. Elektrolit serum, hipokalemia mungkin ada. e. Kultur, organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret atau cairan asites. f. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan distensi usus ileum. Bila perforasi visera sebagai etiologi, udara bebas akan ditemukan pada abdomen. g. Foto dada, dapat menyatakan peninggian diafragma. h. Parasentesis, contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus/eksudat, amilase, empedu, dan kreatinin.
  • 26. 26 B. Asuhan Keperawatan Teoritis 1. Pengkajian Pengkajian merupakan awal dalam proses keperawatan, meliputi identitas klien (nama, alamat, no. MR, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, data penanggung jawab dan lain lain (Muttaqin, 2011). a. Keluhan Utama Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan peritonitis biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari nyeri di bagian perut dan di sertai dengan keluar keringat dingin (Muttaqin, 2011). b. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) Biasanya klien berkemungkinan memiliki riwayat pembedahan pada perut , memeiliki riwayat penyakit gastro intestinal seperti apendiksitis, memilki riwayat tertusuk di bagian perut. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Biasanya klien mengalami nyeri abdomen, mual dan muntah, abdomn terasa kaku, biasanya di sertai dengan demam, terasa lemah, nyeri tekan pada abdomen dan berkeringat dingin. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK) Biasanya klien tidak mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama. c. Pemeriksaan Fisik
  • 27. 27 1) Keadaan Umum dan TTV a. Biasanya keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat. b. Biasanya tingkat kesadaran klien composmentis c. TTV : Biasanya RR meningkat, biasanya tekanan darah naik 2) Kepala Mengamati bentuk kepala, tidak ada hematoma atau edema, perlukaan (rincian luka, adanya jahitan, dan kondisi luka). a) Mata : Biasanya simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik b) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakan polip dan simetris kiri dan kanan. c) Bibir : Biasanya bibir pucat d) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi. e) Lidah : Biasanya klien tidak mengalami pendarahan lidah 3) Leher Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening dan pembesaran vena leher. 4) Dada / Thorak 1) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan 2) Palpasi : Biasanya fremitus lemah kiri dan kanan 3) Perkusi : Biasanya terdengar sonor
  • 28. 28 4) Auskultasi : Biasanya terdapat bunyi vesicular. 5) Jantung 1) Inspeksi : Biasanya letak ictus cordis normal yang berada pada ICS 5 pada linea medio clavicularis sinistra selebar 1 cm. Ictus cordis tidak terlihat. 2) Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba 3) Perkusi : Biasanya tidak ada nyeri 4) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat 6) Perut / Abdomen 1) Inspeksi : Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen, simetris kiri dan kanan 2) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit. 3) Palpasi : Biasanya tidak adanyeri tekan, tidak ada pembesaan hepar dan lien. 4) Perkusi : biasanya terdapat nyeri tekan. 7) Genitourinaria Biasanya tidak terpasang kateter 8) Ekstremitas Biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas
  • 29. 29 9) Sistem Integumen Biasanya warnanya sawo matang, dan tidak ada gatal pada kulit 10) Sistem Neurologi Biasanya tidak terjadi penurunan kesadaran d. Data Pola Kebiasaan Sehari-hari No Data Sehat Sakit 1 Nutrisi : 1. Pola Makan a. Frekuensi b. Komposisi c. Jenis d. Kebiasaan Biasanya 3 x sehari habis satu porsi Biasanya seperti Nasi, daging, tempe, tahu, sayur. Biasanya bersifat padat Biasanya klien suka mengkonsumsi yang mengandung protein tinggi seperti ; ayam, Biasanya 3 x sehari habis ¼ porsi Biasanya seperti Nasi, sayuran, bubur, ikan, buah- buahan. Biasanya bersifat lunak, rendah garam dan protein. Biasanya klien sering makan melebihi jumlah kalori yang
  • 30. 30 2. Pola Minum a. Frekuensi b. Jenis c. Kebiasaan daging, udang, mengkonsumsi makanan yang berlebihan garam, gorengan dan ngemil seperti biskuit, keripik kentang dan kue manis lainnya. Biasanya 6-7 gelas (+1500-1750cc)/hari Biasanya air putih, teh manis dan minuman bersoda. Biasanya klien suka minum teh manis dan bersoda dibandingkan air putih. dibutuhkan. Biasanya 4- 5(+1000-1500)/hari Biasanya air putih saja Biasanya klien hanya sedikit minum akibat pembatasan pemasukan cairan akibat dari penumpukan cairan
  • 31. 31 dalam tubuh. 2 Pola Eliminasi 1. Miksi a. Frekuensi b. Jenis c. Kebiasaan 2. Defekasi a. Frekuensi b. Warna c. Konsistensi d. Bau e. Kebiasaan Biasanya 7-8 x/hari (500-750cc) Kuning jernih Biasanya klien BAK teratur, 3-5 x/hari 1x sehari Biasanya berwarna kuning Biasanya padat Biasanya berbau menyengat Biasanya klien BAB 2xsehari Melalui uretra 7- 8x/hari (+700- 800cc), melalui nefrostomi ± 500- 700cc/hari Kuning keruh Biasanya klien hanya sedikit BAK dan kesulitan BAK 1x sehari Biasanya berwarna kuning kecoklatan Biasanya padat Biasanya berbau khas dan menyengat Biasanya klien susah BAB, seperti mengalami diare, konstipasi dan pendarahan saluran
  • 32. 32 cerna. 3 Istirahat dan tidur a. Siang b. Malam c. Kebiasaan Biasanya 1-2 jam perhari Biasanya tidur nyenyak 7-8 jam perhari Biasanya klien tidak ada mengalami gangguan tidur Biasanya 1-2 jam perhari Biasanya susah tidur dan sering terbangun Biasanya klien mengalami kelemahan, malaise, kelelahan ektrem, gangguan pola tidur, gelisah atau somnolen. 4 Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri Biasanya dilakukan secara mandiri Biasanya klien mengalami ketidakmampuan dalam beraktivitas karena mengalami gangguan pada ekstremitas, otot, dan saraf.
  • 33. 33 e. Data Sosial Ekonomi Biasanya klien tidak bisa menjalankan tugasnya sehari-hari karena perawatan yang lama. f. Data Psikososial Biasanya klien mengalami faktor stress contoh: financial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif. g. Data Spritual Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan. h. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium : a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih dari 20.000 /mm3.Sel darah merah mungkin meningkat menunjukan hemokonsentrasi. b. Albumin serum, mungkin menurun karena perpindaahan cairan. c. Amylase serum biasanya meningkat. d. Elektrolit serum, hipokalemia mungkin ada. e. Kultur, organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret atau cairan asites.
  • 34. 34 f. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan distensi usus ileum. Bila perforasi visera sebagai etiologi, udara bebas akan ditemukan pada abdomen. g. Foto dada, dapat menyatakan peninggian diafragma. h. Parasentesis, contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus/eksudat, amilase, empedu, dan kreatinin. (Padila, 2012) 2. Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukan pengkajian, data-data yang di dapatkan dalam pengkajian tersebut dianalisa dan dapat ditegakkan diagnosa keperawatannya sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi klien, maka kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan peritonitis yaitu : a) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jarigan b) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik c) Devisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kognitif 3. Rencana Asuhan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan NOC NIC 1 Resiko infeksi berhubungan dengan trauma Immune Status a. Knowledge : Infection 1. Pertahankan teknik aseptif 2. Batasi pengunjung bila perlu (NANDA, 2013)
  • 35. 35 jarigan control b. Risk control kriteria hasil: a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya nfeksi c) Jumlah leukosit dalam batas normal d) Menunjukkan perilaku hidup sehat e) Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal 3.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah indakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung 4. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 5. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing 6. Tingkatkan intake nutrisi 7. Berikan terapi 8. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 9. Pertahankan teknik isolasi k/p 10. Inspeksi kulit dan membran
  • 36. 36 mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase 11. Monitor adanya luka 12. Dorong masukan cairan 13.Dorong istirahat 14. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 15. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam 2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik a. Pain Level, b. pain control, c. comfort level Setelah dilakukan tinfakan kriteria hasil: a. Mampu mengontrol a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi b. Observasi reaksi nonverbal
  • 37. 37 nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang e. Tanda vital dalam rentang normal f. Tidak mengalami dari ketidaknyamanan c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan e. Kurangi faktor presipitasi nyeri f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin h. Berikan analgetik untuk
  • 38. 38 gangguan tidur mengurangi nyeri: i. ingkatkan istirahat j. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan 3 Devisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kognitif self care : Activity of Daily Living (ADLs) kriteria hasil: a. Klien terbebas dari bau badan b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs c. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan Self Care assistane : ADLs a. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. b. Monitor kebutuhan klien untuk alatalat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. c. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
  • 39. 39 yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. e. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. f. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. g. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan 4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri, oleh perawat secara mandiri atau dilakukan secara bekerja
  • 40. 40 sama dengan anggota tim kesehatan lain, misalnya ahli gizi atau fisioterapi. Hal yang akan dilakukan ini sangat bergantung pada jenis tindakan, pada kemampuan/ keterampilan dan keinginan pasien, serta pelaksanaan keperawatan bukan semata-mata tugas perawat, tetapi melibatkan banyak pihak. Namun demikian, yang memiliki tanggung jawab secara keseluruhan adalah tenaga perawat. Dalam tindakan keperawatan terdiri atas langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu langkah persiapan dan langkah pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan. a. Langkah persiapan Pada langkah persiapan, tenaga perawat hendaknya : a) Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan. b) Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan. c) Menyiapkan lingkungan teraupetik, sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan. b. Langkah pelaksanaan Pada langkah pelaksanaan, tenaga perawat harus mengutamakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Oleh karena itu, tenaga perawat harus : a) Menunjukkan sikap yang meyakinkan b) Peka terhadap respons pasien dan efek samping dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
  • 41. 41 c) Melakukan sistematika kerja dengan tepat d) Mempertimbangkan hukum dan etika e) Bertanggung jawab dan tanggung gugat f) Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses pengumpulan data dan analisis data berjalan terus menerus guna perubahan dan penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan kepearawatan, antara lain fasilitas dan alat yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat, serta lingkungan fisik di mana asuhan keperawatan dilakukan (Suarli, 2012). 1. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi bertujuan untuk menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai aktifitas rencana keperawatan dan strategi asuhan keperawatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain : a. Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif. b. Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu. c. Apakah perubahan pasien seperti yang diharapkan. d. Strategi keperawatan manakah yang efektif. Langkah-lagkah yang dilakukan dalam evaluasi adalah :
  • 42. 42 a. Mengumpulkan data perkembangan pasien. b. Menafsirkan (menginterprestasikan) perkembangan pasien. c. Membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. d. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku. Ada tiga simpulan dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu : a. Tujuan tercapai b. Tujuan tercapai sebagian c. Tujuan sama sekali tidak tercapai Penilaian tentang perkembangan pasien dibuat melalui observasi, interaksi dan pemeriksaan oleh tenaga keperawatan, pasien dan keluarga dan anggota tim kesehatan lainnya. Apakah kemajuan tidak tercapai sesuai dengan tujuan, tenaga keperawatan mengkaji ulang dan memperbaiki rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan pasien dapat juga menunjukkan masalah sarana yang perlu dikaji dan direncanakan kembali. Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan, namun tidak berhenti sampai disini. Evaluasi hanya menunjukkan masalah mana yang telah dapat dipecahkan dan masalah mana yang perlu dikaji ulang, direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi kembali. Jadi, proses
  • 43. 43 keperawatan merupakan siklus yang dinamis dan berkelanjutan (Suarli, 2012). Istilah SOAP yang sering digunakan dalam evaluasi tersebut memilki pengertian sebagai berikut : S Subjektif : Keluhan-keluhan pasien (apa yang dikatakan pasien) O Objektif : Apa yang dilihat, dicium, diraba dan diukur oleh perawat A Assesment : Kesimpulan perawat tentang kondisi pasien P Plan of care : Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pasien