SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dalam perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan logika dalam berfikir
dan membuat aturan. Kebanyakan orang-orang tersebut menganggap remeh tentang logika
dan berfikir seenaknya saja, mereka mengiginkan suatu hal yang mudah dan praktis.
Sehingga yang terjadi adalah kejanggalan-kejanggalan dalam komunitas mesyarakat
banyak.
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar bisa memahami apa itu logika, dan bagaimana
memerankannya dalm kehidupan sehari-hari. Dengan adanya logika kita dapat berfikir dan
mengambil keputusan yang benar dan tepat dalm memenuhi hajat hidup kita sendiri dan
juga masyakat umumnya kita dapat mengartika dan mengambil kesimpulan setelah melalui
pemikiran-pemikiran atua pernyataan-pernyataan yang ada, dan kebenaran-kebenaran akan
muncul.
Istilah Logika yang dicukkan dicuatkan oleh Prof.Dr.N.Drijarka bahawa logika adlah ilmu
pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia, yang
menyebabkan pikiran mencapai kebenaran.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang,maka dapat dirumuskan pada konsep makalah ini adalah:
1. Apa itu logika.?
2. Bagaimana pengaruh logika dalam berpikir yang tepat dan benar.?
C. Tujuan dan kegunaan
Untuk mengetahui hubungan antara ilmu logika dan ilmu pemerintahan.
ii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Logika dapat di simpulakan tentang penalaran dan ilmu berfikir. Jadi ilmu logika adalah satu
ilmu pengetahuan yang dibicarakan tentang aturan-atura berfikir dan bekomunikasi,agar
dengan aturan-aturan tersebut dapat diambil kesimpulan yang benar dan tepat.
Dalam penalaran logika dibagi atas dua unsur, deduktif dan induktif. Penalaran
deduktif kadang disebut logika, deduktif adalah penalaran yang membangun atau
mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari
kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen
deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif
dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari
premis-premisnya. Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep
yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk
himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan
dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan
diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan
diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika
dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem
penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya
serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya.
Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut
dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain
karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah.
Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang
utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.
Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang
sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip
penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu
kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada
bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti.
Jika dikonsepkan bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan
bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh
isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan
antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik
tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran
deduktif kadang disebut logika deduktif adalah penalaran yang membangun atau
mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari
kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen
deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah
ii
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam logika ilmu pemerintahan dapat dibedakan antara kasus yang tepat dan yang tidak
tidak tepat untuk memposisikan logika yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
Logika yang keliru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono salah satu pemimpin yang loyar tapi tidak tegas, bukti salah satunya presiden
SBY sangat lemah dalam mennegakkan keadilan, hal itu dibuktikan oleh beberapa
kejanggalan dalam proses hukum diantaranya proses hukum Bibit dan Chandra dengan
tuduhan penyalahgunaan wewenang, sementara jika dilogikakan proses hukum tidak jelas
kesalahannya,sehingga yang terjadi seperti mengambil kucing dalam karung, kesalahan
dalam mengambil keputusan tersebut adalah bukti bahwa ada kepentingan politik sehinggga
saling menjatuhkan kelompok satu dengan kelompok lainnya, contohnya seperti orang-
orang intelektual yang akan menjadi bumerang dalam propaganda politik para koruptor, dan
peperangan politik yang dijalani adlah mencemarkat nama baik ke masyarat agar legitimasi
rakya berputar balik.dan jika di logikakan lebih spesifikkasus yang dijalani tersebut sangat
berkaitan dengan kasus yang lain, sehinggga hukum yang dijatuhkan membuat kebenaran
dipersalahkan dan kebalikan kesalahan dibenarkan.
Contoh:
1. Dari kejanggalan Presiden adalah mempolitisi partai. Seperti Peneliti Pusat Studi Hukum
dan Kebijakan (PSHK), Nur Solihin, mengatakan, dalam kosus Century yang dipansuskan
oleh DPR, seharusnya tidak memberi rekomendasi.
Kerja Pansus seharusnya berhenti pada pernyataan ada-tidaknya pelanggaran hukum.
Apabila terdapat pelanggaran hukum, tambahnya, angket bisa ditindaklanjuti dengan
menggunakan hak-hak DPR lain seperti hak menyatakan pendapat. Akan sia-sia jika tidak
ada tindak lanjut dari sebuah kesimpulan yang dihasilkan oleh penyelidikan Pansus.”Kalau
tidak dilanjutkan, lantas buat apa mereka melakukan penyelidikan? Hasilnya mau
diapakan?” tanya Solihin.
Hal senada juga diungkapkan oleh hakim konstitusi Akil Mochtar. Sementara itu, pengajar
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Hasyim Asy‟ari, menjelaskan, hal tersebut
tergantung dari konstelasi politik di DPR, apakah akan melanjutkan proses tersebut atau
tidak. Namun, Fajrul menilai hasil Pansus tidak cukup kuat dijadikan dasar untuk
menggalang hak menyatakan pendapat yang bisa berujung pada pemakzulan.
Meskipun DPR mengamini kesimpulan adanya pelanggaran hukum, tidak serta-merta hal
tersebut dapat digunakan sebagai bukti melakukan langkah pemakzulan kepada Wakil
Presiden Boediono. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyatakan, sejauh ini
Boediono masih aman karena tidak ada tanda-tanda menuju pemakzulan. Mantan Ketua MK
Jimly Asshiddiqie pun menyatakan hal serupa.Proses menuju pemakzulan memang panjang
dan berliku. Setidaknya masih harus melalui dua jembatan.
Pertama, hak menyatakan pendapat. Kedua, rapat paripurna untuk menentukan bahwa DPR
akan membawa proses tersebut ke MK.
ii
Menurut Solihin, hak menyatakan pendapat ini pun bisa berujung pada dua hal. Pertama,
berujung ke presiden, misalnya menyangkut hal-hal yang membutuhkan perbaikan. Kedua,
berujung di MK apabila hak menyatakan pendapat itu berkenaan dengan mereka yang
duduk di lembaga kepresidenan (presiden atau wapres).”Untuk itu, perlu beberapa anggota
DPR yang mengajukan inisiatif jika ingin menggunakan hak menyatakan pendapat,” kata
Solihin.
Usulan ini kemudian dibawa ke Rapat Paripurna DPR untuk disetujui penggunaan hak
menyatakan pendapat. Apabila disetujui, DPR membentuk Pansus untuk Hak Menyatakan
Pendapat, kemudian hasilnya dibawa ke paripurna lagi untuk memutuskan akan dibawa ke
manakah hak menyatakan pendapat tersebut.
Dalam uraian dua tokoh tersebut bahwa sangat dampak kejanggalan yang terjadi dalam
penyelesaian kasus Century tersebut, sehingga penyelesaian kasus Century tidak ada
kejelasan.
2. Logika politik pidato Presiden SBY pasca Keputusan Rapat Paripurna DPR RI seakan
menegaskan bahwa sikap presiden adalah sikap 60,8% rakyat Indonesia (dukungan rakyat
hasil pada pilpres 2009). Dengan cara demikian maka logikanya mengesampingkan
keputusan sikap politik DPR. Melalui pidato tersebut terkesan ingin membangun dan
menegaskan bahwa legitimasi politik presiden lebih kuat dari parlemen.
Satu hal yang nampaknya terlupakan bahwa keputusan DPR RI adalah representasi sikap
politik rakyat. Karena DPR juga dipilih secara langsung oleh rakyat. Quorum rapat pleno
dengan total 537 suara adalah representasi 100% suara rakyat. Jika pada rapat paripurna
DPR RI pada 3 Maret lalu dengan komposisi 212 ( 39.5%) opsi A melawan 325 ( 60,5%)
suara pada opsi C maka apa yang diputuskan DPR mempunya niai legitimasi politik sebesar
60,5% suara rakyat.
Pidato Preiden seakan menegaskan bahwa opsi A dengan 212 suara (39,5%) di DPR
ditambahkan dengan kekuatan dukungan 60,8% (hasil pilpres 2009) sebagai gambaran
kekuatan legitimasi politik pemerintahan SBY-Budiono. Jika logika politik semacam ini yang
ingin disampaikan dengan pidato tersebut maka nilai legitimasi politiknya menjadi false
sebab 39,5% ditambah 60,8% adalah 103% tentu menjadi mustahil adanya.
Dalam posisi setara dimana Pemerintah SBY-Budiono ( dipilih melalui Pilpres 2009 ) pada
satu sisi dengan DPR ( dipilih melalui Pileg 2008 ) pada sisi lain maka legitimasi politik yang
dipunyai pemerintah adalah 60,8% berbanding legitimasi politik yang dimiliki parlemen
dengan 60,5%. Pemerintahan SBY-Budiono hanya unggul 0,3% atas parlemen, suatu nilai
legitimasi politik yang tidak memadai untuk meneruskan pemerintahan.
Pemerintahan SBY-Budiono harus memperkuat legitimasi politiknya untuk dapat
meneruskan dan menjamin stabilitas pemerintahan. Pemerintah SBY-Budiono agaknya tidak
mempunyai pilihan lain kecuali mendorong agar parlemen menggunakan hak menyatakan
pendapat dan mengajukan keputusan ‟opsi C” tersebut untuk diuji melalui pengadilan
Mahkamah Konstitusi. Jika keputusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa kebijakan
pemerntah mempunyai dasar hukum, maka seluruh argumentasi dari „opsi C‟ akan runtuh,
pemerintahan SBY-Budiono kembali tegak dengan legitimasi politik yang kokoh.
Opsi C yang menyatakan terdapat adanya pelanggaran hukum dalam kebijakan bail out BC
bermakna bahwa pemerintahan diselenggarakan tidak sesuai dengan amanah UUD 1945
ii
yang mewajibkan bahwa pemerintahan dijalankan berdasarkan hukum bukan atas dasar
kekuasaan , tidak terkecuali dalam keadaan krisis sekalipun. Keputusan rapat paripurna
DPR yang menetapkan „opsi C‟ merupakan tuduhan serius terhadap pemerintah. Sementara
itu, Prsiden SBY sendiri telah menegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas
kebijakan bail out BC tersebut.
Sebaliknya jika pengadilan oleh Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa tuduhan „opsi C‟
dapat dibuktikan, memang benar telah terjadi pelanggaran hukum dalam kebijakan bail out
BC. Maka mengundurkan diri adalah pilihan bijaksana.
dewasa ini dapat disimpulkan logika pemerinthan indonesia masih keliru,peraturan yang
dibuat dan di langgarkannya lagi.dan jika dilogikakan itu semua belum teapt dan belum
benar…
ii
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika
Logika merupakan cabang filsafat dan juaga sebagai cabang ilmu pengetahuan ,logika
adalah istilah yang yang dibentuk dari katalogikos, yang berasal dari kata benda logos. Kata
logos berarti suatu yang di utamakan, suatu pertimbangan akal (pikran), kata, percakapan,
atau ungkapan lewat bahasa.
Logos berarti yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai
dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu
karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara
terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada
dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu
kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut
sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran
bentuk sesuai dengan isi.
Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan
konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
1. Setiap mamalia punya sebuah jantung
2. Semua kuda adalah mamalia
3. Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari
serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh argumen induktif:
1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
2. Kuda Australia punya sebuah jantung
3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
5. Setiap kuda punya sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif
dan deduktif dalam logika.
Deduktif Induktif
Jika semua premis benar maka
kesimpulan pasti benar
Jika premis benar, kesimpulan mungkin
benar, tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada
kesimpulan sudah ada, sekurangnya
secara implisit, dalam premis.
Kesimpulan memuat informasi yang tak
ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
ii
B. Bahasa Logika
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia.
Dan khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang
merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting
juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana
caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian secara
benar dan jelas. Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan.
Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu,
yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan
bahasa biasa. Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu, yang dibedakan antara
bahasa istilahi dan bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah,
dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan
menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian
tertentu.
Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia
karena bahasa mempunyai 3 fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif
atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa
ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah bertujuan
untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini
berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus logik terbebas dari unsur-
unsur emotif.
Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika ditinjau
berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernyataan analitik dan
pernyataan sintetik.
Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang
dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi atau pernyataan
berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara 3 macam, yakni proposisi tunggal, proposisi
kategorik, dan proposisi majemuk.
Tiga macam proposisi atau pernyataan di atas yang sebagai dasar penalaran adalah
proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran
majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk
dalam penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk.
C. Sejarah Perkembangan Logika
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang
hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai
ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya
tulis Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya
tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap
kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah
menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge,
ii
yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan
zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi.
Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal mahir dalam
bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan
karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh
bagian logika dan menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam buku Organon dikenal di dunia Barat selengkapnya
ialah sesudah berlangsung penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak ahli
pikir Islam ke dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa
dunia Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun pelajaran logika berbentuk sajak, seperti
All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi buku dasar bagi pelajaran logika
sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yang mula-mula mempergunakan berbagai
nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam perkaitan bentuk silogisme kategorik
dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama
Summulae.
Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan sengketa terhadap logika dan
menganjurkan penggunaan sistem induksi secara lebih luas. Serangan Bacon terhadap
logika ini memperoleh sambutan hangat dari berbagai kalangan di Barat, kemudian
perhatian lebih ditujukan kepada penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-lain penulis di antaranya adalah
Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan dengan
simbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga
Leonard Euler, seorang ahli matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan tentang
term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm
yang terkenal dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem induksi dengan sistem deduksi.
Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya induksi
memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan
penyelidikan. Jadi, kedua-duanya bukan merupakan bagian-bagian yang saling terpisah,
tetapi sebetulnya saling membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem
induksi, terkenal dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian banyak buku-buku baru dan ulasan-ulasan
baru tentang logika. Dan sejak pertengahan abad ke-19 mulai lahir satu cabang baru yang
disebut dengan Logika-Simbolik. Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh
Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole dan Augustus de Morgan. Boole
secara sistematik dengan memakai simbol-simbol yang cukup luas dan metode analisis
menurut matematika, dan Augustus De Morgan (1806-1871) merupakan seorang ahli
matematika Inggris memberikan sumbangan besar kepada logika simbolik dengan
pemikirannya tentang relasi dan negasi.
ii
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia berusaha
menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran
yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn‟s diagram) untuk menggambarkan
hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan
hubungan merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing
dianggap sebagai himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal abad ke-20 dengan
terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris Alfred North Whitehead dan Bertrand
Arthur William Russell berjudul Principia Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992
halaman. Karya tulis Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang
besar bagi pertumbuhan logika simbolik.
Dalam dunia islam logika berkembang yaitu pada zaman kejayaan islam. Islam ketika itu
telah berkembang sampai ke Spanyol di barat dan ke timur mencapi perbatasan Cina.
Zaman itu adalah zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan dilakukan penterjemahan
buku-buku Yunani kuno, Persia dan Sansekerta ke bahasa Arab di zaman Khalifah Al-Ma‟un
dari daulat Abbasyiah di Babdad dan Khalifah
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata pelajaran pada perguruan-
perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai pada pesantren-pesantren Islam dan
perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan buku-buku berbahasa Arab. Pada
masa sekarang ini logika di Indonesia sudah mulai berkembang sesuai perkembangan
logika pada umumnya yang mendasarkan pada perkembangan teori himpunan.
D. Batasan Logika dari Para Filsuf Ilmuan
Dalam kontek ini bidan penalaran logika sudah banyak mendapat perhatian dari khalayak
Indonesia. Hal ini mebuktiakn dari adanya berbagai buku logika yang terbigt dalam bahasa
Indonesia, meskipun masih terbatas pada Logika tradisional. Berikut ini beberapa pengertian
logika.
- Hasbullah Bakry. Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penitian hukum-
hukum akal manusia sehingga menyebab pikirannya dapat mencapai kebenaran.
- N. Djirkara Logika adalah ilmu pengetahuan yng memandang hukum-hukum susunan
atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
- Fudyartanda. Logika adlah ilmu yang mempelajari tentang kebenaran berpikir
- Nurul Huda. Logika adlah olmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah
dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berpikir tepat dan praktis bagi mencapi
kesimpulan yang valid dan pemecahan persoalan yang bijak sana.
- Ir. Poedjawijatna. Logika adalah Filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik
berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir denagn semestinya.
- A.B. Hutabarat. Logika adalah ilmu berpikir yang tepat, dan sekadar dapat
menunjukkakan adanya kekeliruan dalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu
dapat dielakkan maka hakikat dari Logika dapt pula disebut tknik berfikir.
ii
E. Objek Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi
dua, yaitu objek material dan objek formal.
1. Objek material, yaitu suatu bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu.
Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu
disiplin ilmu.
2. Ojek formal, yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan terhadap pengetahuan itu.
Perlu digaris bawahi yang pantas menjadi suatu objek material suatu ilmu ialah suatu
lapang, bidang atau materi yang benar-benar kongkrit dan dapt diamati. Hal itu perlu di
pertegaskan jarena kebenaran ilmiah adlah penyesuaian antara apa yang di ketahui dengan
objek meteiralnya.
Ada yang mengatakan objek material logika ialah akal budi atau pikiran manusia. Namun ,
akal budi atau pikiran manusia tidak dapt diamati. Hal itu perlu ditegaskan karena
kebenaran lmiah adalh kesesuaian antara apa yang diketahui dengan objek materialnya.
Aristoteles (384-322) membagi ilmu pengetahuan kedalam tiga komfonen. Pada masa
Aristoteles seluruh ilmu pengetuan masih berada dipangkuan atau bahkan di kandungan
induknya YaitufFilsafat. Olrh karena itu filsafat masih merangkum seluruh ilmu pengetahuan,
maka ap yan disebut filsfat adalh ilmu pengetahuan dan yang disebut ilmu pengetahuan
adlah filsafat. Tiga kelompok ilmu pengetahuan tersebut adalah :
1. Filsfat Spekulatif atau Filsafat Teoritis, yang bersifat objektif dan bertujuan pengetahuan
demi pengetahuan itu sendiri. Kelompok ini adalah terdiri dari:
- Fisika.
- Metafisika.
- Biopsikologi.
- Teologi.
2. Filsfat praktika, yang memberi pedoman bagi tingkah laku manusia. Kelompok ini terdiri
atas:
- Etika.
- Politik.
3. Filsfat produktif,yang membibing manusia menjadi produktif lewat keterampilan khusus.
Kelompok ini terdiri atas:
- Kritik sastra.
- Retorika.
- Etestika.
Aristoteles tidak memasukkan logika kedalam salah satu kelompok diatas karena, logika
ialah prasyarat bagi ilmu-ilmu lainnya agar lebih dulu dipelajari.
ii
F. Hubungan Logika dengan Ilmu Pemerintahan
Sebelum mengkaji ilmu pemerintahan sebenarnya lebih dahulu kita harus mengetahui apa
itu ilmu pemerintahan, dan bagainama cara mengajinya, Ilmu pemerintahan adalah ilmu
yang mengkaji merupakan ilmu yang mengkaji secara logika Hubungan logika dengan ilmu
pemerintahan juga adalah pada perumusan kaidah-kaidah dan pegangan untuk berpikir
tepat dan praktis bagi mencapai kesimpulan yang valit dan pemecahan persoalan yang
bijaksana, tapi pada kontek lain logikEtika, Artistika, Etestika, dan Religi dalam
pemerintahan itu sendiri. contohnya Untuk mencapai rekomendasi dukungan suara dari
masyarakat banyak.
Ditinjau dari persfektif keilmuan, Ilmu Pemerintahan juga merupakan cabang ilmu yang
harus di landasi dengan logika, karena dalam ilmu pemerintahan juga mengkaji kebenaran-
kebenaran dalam mencapai keberhasilan. Keberan itu dibuktikan oleh adanya hukum-
hukum atau bentuk pikiran manusia untuk menciftakan pemerintahan yang benar dan tepat.
ii
BAB V
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa logika adalah sebuah aturan dan cara berfikir
yang tepat dan benar, baik itu secara lisan maupun tulisan.
Suatu argumen dapat di peroleh dan diterima oleh orang lain, jika kita bisa meminit dan
memisahkan antara kebenaran dengan kesalahan, dan tepat dengan tidak tepat.
Memisahkan dua unsur tersebut hingga di peroleh kesimpulan yang tepat dan benar”logis”.
Sering orang dalam mengambil keputusan terjadi keragu-raguan bahkan mengambil
keputusan yang salah , ini didasarkan mereka mengambil keputusan tanpa menganalogikan
terlebih dahulu, sehingga suatu kebenaran tidak tercapai.
Oleh karean itu dalam aturan harus juga disertai dengan logika yang tepat dan benar.
ii
DAFTAR PUSTAKA
 Suria, Sumantri . 2005 . Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer . Jakarta : Surya
Multi Grafika.
 Muhadjir, Noeng . 2001 . Filsafat Ilmu . Yogyakarata : Rakesarasain.
 Gie, The Liang . 2000 . Pengantar Filsafat Ilmu . Yogyakarta . Liberty Yogyakarta.
 Bagus, Lorens . 2005 . Kamus Filsafat . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka utama
ii
MID TEST : ILMU LOGIKA
HUBUNGNA LOGIKA DAN
ILMU PEMERINTAHAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : ALIMUDIN
STAMBUK : 21208251
SEMESTER : II
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
ii
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................1
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................2
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................4
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................6
A. Pengertian Logika........................................................................................6
B. Bahasa Logika............................................................................................7
C. Sejarah Perkembangan Logika...................................................................7
D. Batasan Logika dari para Filsuf Ilmuan........................................................9
E. Objek Logika...............................................................................................10
F. Hubungan Logika dan Ilmu pemerintahan...................................................11
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“HUBUNGAN ILMU LOGIKA DAN ILMU PEMERINTAHAN”
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Raha, Juni 2013
"Penulis"

More Related Content

What's hot

Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafatJennyJenny47
 
makalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahmakalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahMuhammad Idris
 
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 2
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 2 Materi Kuliah Metodologi Penelitian 2
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 2 Lia Rusdyana Dewi
 
Daftar Tajuk Subjek PerpusNas kumulasi tahun 2002-2010
Daftar Tajuk Subjek PerpusNas kumulasi tahun 2002-2010Daftar Tajuk Subjek PerpusNas kumulasi tahun 2002-2010
Daftar Tajuk Subjek PerpusNas kumulasi tahun 2002-2010Tyo SBS
 
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitianBahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitianJey Queenn
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Alfis Khisoli
 
Filsafat aristoteles
Filsafat aristotelesFilsafat aristoteles
Filsafat aristotelesIsna Fitrotin
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaSiti Hardiyanti
 
Filsafat karya ilmiah
Filsafat karya ilmiahFilsafat karya ilmiah
Filsafat karya ilmiahKristinaMala
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuanObyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuanOperator Warnet Vast Raha
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanEkoBowo2
 
Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Toni Isbandi
 
Positivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam Pendidikanalvianica nanda
 
Pengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogismePengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogismeDesi Mustopa
 

What's hot (20)

Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafat
 
makalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahmakalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiah
 
Presentasi penalaran ilmiah
Presentasi penalaran ilmiahPresentasi penalaran ilmiah
Presentasi penalaran ilmiah
 
Filsafat etika
Filsafat etikaFilsafat etika
Filsafat etika
 
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 2
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 2 Materi Kuliah Metodologi Penelitian 2
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 2
 
etika profesional
etika profesionaletika profesional
etika profesional
 
Daftar Tajuk Subjek PerpusNas kumulasi tahun 2002-2010
Daftar Tajuk Subjek PerpusNas kumulasi tahun 2002-2010Daftar Tajuk Subjek PerpusNas kumulasi tahun 2002-2010
Daftar Tajuk Subjek PerpusNas kumulasi tahun 2002-2010
 
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitianBahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
 
Filsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - EpistemologiFilsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - Epistemologi
 
Filsafat aristoteles
Filsafat aristotelesFilsafat aristoteles
Filsafat aristoteles
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
 
Filsafat karya ilmiah
Filsafat karya ilmiahFilsafat karya ilmiah
Filsafat karya ilmiah
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuanObyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
 
Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2
 
Positivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam Pendidikan
 
Pengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogismePengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogisme
 

Viewers also liked (20)

Makalah logika
Makalah logika Makalah logika
Makalah logika
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
Makalah logika (1)
Makalah logika (1)Makalah logika (1)
Makalah logika (1)
 
Macam macam definisi
Macam macam definisiMacam macam definisi
Macam macam definisi
 
Logika pada micrsoft excel
Logika pada micrsoft excelLogika pada micrsoft excel
Logika pada micrsoft excel
 
SEJARAH LOGIKA
SEJARAH LOGIKASEJARAH LOGIKA
SEJARAH LOGIKA
 
soal Logika
soal Logikasoal Logika
soal Logika
 
Logika sain madlazim
Logika sain madlazimLogika sain madlazim
Logika sain madlazim
 
DASAR DASAR LOGIKA
DASAR DASAR LOGIKADASAR DASAR LOGIKA
DASAR DASAR LOGIKA
 
Diskret II Logika
Diskret II LogikaDiskret II Logika
Diskret II Logika
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Logika pendahuluan
Logika pendahuluanLogika pendahuluan
Logika pendahuluan
 
Makalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahanMakalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahan
 
Bab i. dasar dasar logika
Bab i. dasar dasar logikaBab i. dasar dasar logika
Bab i. dasar dasar logika
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
02.logika
02.logika02.logika
02.logika
 
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli FilsafatMakalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Resume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraResume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata Negara
 

Similar to Makalah ilmu logika

MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).pptMATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).pptKukuhDt
 
Makalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikaMakalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikamuel sihombing
 
Konsep Dasar Politik dan Pemerintahan
Konsep Dasar Politik dan PemerintahanKonsep Dasar Politik dan Pemerintahan
Konsep Dasar Politik dan PemerintahanSiti Hardiyanti
 
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdfTUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdfkarisma46
 
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaruTugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaruairlangga03
 
Tugas Riyandika_compressed.pdf
Tugas Riyandika_compressed.pdfTugas Riyandika_compressed.pdf
Tugas Riyandika_compressed.pdfLuluAfriyanti
 
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.pdf
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.pdfArgumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.pdf
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.pdfZukét Printing
 
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.docx
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.docxArgumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.docx
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.docxZukét Printing
 
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptxPERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptxIlyasAlbar
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Tri Widodo W. UTOMO
 
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.henrifayol2
 
Metode Penelitian Hukum Empiris.pptx
Metode Penelitian Hukum Empiris.pptxMetode Penelitian Hukum Empiris.pptx
Metode Penelitian Hukum Empiris.pptxMohammadIqbalnuruddi
 
Slide penemuan hukum 2
Slide penemuan hukum 2Slide penemuan hukum 2
Slide penemuan hukum 2Fey910
 

Similar to Makalah ilmu logika (20)

Makalah ilmu logika
Makalah ilmu logikaMakalah ilmu logika
Makalah ilmu logika
 
Nur Sania Dasopang
Nur Sania DasopangNur Sania Dasopang
Nur Sania Dasopang
 
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).pptMATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
 
Makalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikaMakalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vika
 
Materi Logika Hukum 1.pptx
Materi Logika Hukum 1.pptxMateri Logika Hukum 1.pptx
Materi Logika Hukum 1.pptx
 
Konsep Dasar Politik dan Pemerintahan
Konsep Dasar Politik dan PemerintahanKonsep Dasar Politik dan Pemerintahan
Konsep Dasar Politik dan Pemerintahan
 
Law Sociology
Law SociologyLaw Sociology
Law Sociology
 
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdfTUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
TUGAS MAKALAH SOSHUM KARISMA SULASTRI.pdf
 
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaruTugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
 
Tugas Riyandika_compressed.pdf
Tugas Riyandika_compressed.pdfTugas Riyandika_compressed.pdf
Tugas Riyandika_compressed.pdf
 
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.pdf
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.pdfArgumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.pdf
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.docx
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.docxArgumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.docx
Argumentasi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat.docx
 
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptxPERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
PERANAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SOSIAL.pptx
 
Ki impeachment
Ki impeachmentKi impeachment
Ki impeachment
 
Dasar dasar politik hukum
Dasar dasar politik hukumDasar dasar politik hukum
Dasar dasar politik hukum
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
 
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
 
Metode Penelitian Hukum Empiris.pptx
Metode Penelitian Hukum Empiris.pptxMetode Penelitian Hukum Empiris.pptx
Metode Penelitian Hukum Empiris.pptx
 
Slide penemuan hukum 2
Slide penemuan hukum 2Slide penemuan hukum 2
Slide penemuan hukum 2
 
penyebab manusia menaati hukum
penyebab manusia menaati hukumpenyebab manusia menaati hukum
penyebab manusia menaati hukum
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Makalah ilmu logika

  • 1. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dalam perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan logika dalam berfikir dan membuat aturan. Kebanyakan orang-orang tersebut menganggap remeh tentang logika dan berfikir seenaknya saja, mereka mengiginkan suatu hal yang mudah dan praktis. Sehingga yang terjadi adalah kejanggalan-kejanggalan dalam komunitas mesyarakat banyak. Tujuan penulisan makalah ini adalah agar bisa memahami apa itu logika, dan bagaimana memerankannya dalm kehidupan sehari-hari. Dengan adanya logika kita dapat berfikir dan mengambil keputusan yang benar dan tepat dalm memenuhi hajat hidup kita sendiri dan juga masyakat umumnya kita dapat mengartika dan mengambil kesimpulan setelah melalui pemikiran-pemikiran atua pernyataan-pernyataan yang ada, dan kebenaran-kebenaran akan muncul. Istilah Logika yang dicukkan dicuatkan oleh Prof.Dr.N.Drijarka bahawa logika adlah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia, yang menyebabkan pikiran mencapai kebenaran. B. Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang,maka dapat dirumuskan pada konsep makalah ini adalah: 1. Apa itu logika.? 2. Bagaimana pengaruh logika dalam berpikir yang tepat dan benar.? C. Tujuan dan kegunaan Untuk mengetahui hubungan antara ilmu logika dan ilmu pemerintahan.
  • 2. ii BAB II KAJIAN PUSTAKA Logika dapat di simpulakan tentang penalaran dan ilmu berfikir. Jadi ilmu logika adalah satu ilmu pengetahuan yang dibicarakan tentang aturan-atura berfikir dan bekomunikasi,agar dengan aturan-aturan tersebut dapat diambil kesimpulan yang benar dan tepat. Dalam penalaran logika dibagi atas dua unsur, deduktif dan induktif. Penalaran deduktif kadang disebut logika, deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut. Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal. Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti. Jika dikonsepkan bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal. Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif kadang disebut logika deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah
  • 3. ii BAB III METODE PENELITIAN Dalam logika ilmu pemerintahan dapat dibedakan antara kasus yang tepat dan yang tidak tidak tepat untuk memposisikan logika yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Logika yang keliru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono salah satu pemimpin yang loyar tapi tidak tegas, bukti salah satunya presiden SBY sangat lemah dalam mennegakkan keadilan, hal itu dibuktikan oleh beberapa kejanggalan dalam proses hukum diantaranya proses hukum Bibit dan Chandra dengan tuduhan penyalahgunaan wewenang, sementara jika dilogikakan proses hukum tidak jelas kesalahannya,sehingga yang terjadi seperti mengambil kucing dalam karung, kesalahan dalam mengambil keputusan tersebut adalah bukti bahwa ada kepentingan politik sehinggga saling menjatuhkan kelompok satu dengan kelompok lainnya, contohnya seperti orang- orang intelektual yang akan menjadi bumerang dalam propaganda politik para koruptor, dan peperangan politik yang dijalani adlah mencemarkat nama baik ke masyarat agar legitimasi rakya berputar balik.dan jika di logikakan lebih spesifikkasus yang dijalani tersebut sangat berkaitan dengan kasus yang lain, sehinggga hukum yang dijatuhkan membuat kebenaran dipersalahkan dan kebalikan kesalahan dibenarkan. Contoh: 1. Dari kejanggalan Presiden adalah mempolitisi partai. Seperti Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Nur Solihin, mengatakan, dalam kosus Century yang dipansuskan oleh DPR, seharusnya tidak memberi rekomendasi. Kerja Pansus seharusnya berhenti pada pernyataan ada-tidaknya pelanggaran hukum. Apabila terdapat pelanggaran hukum, tambahnya, angket bisa ditindaklanjuti dengan menggunakan hak-hak DPR lain seperti hak menyatakan pendapat. Akan sia-sia jika tidak ada tindak lanjut dari sebuah kesimpulan yang dihasilkan oleh penyelidikan Pansus.”Kalau tidak dilanjutkan, lantas buat apa mereka melakukan penyelidikan? Hasilnya mau diapakan?” tanya Solihin. Hal senada juga diungkapkan oleh hakim konstitusi Akil Mochtar. Sementara itu, pengajar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Hasyim Asy‟ari, menjelaskan, hal tersebut tergantung dari konstelasi politik di DPR, apakah akan melanjutkan proses tersebut atau tidak. Namun, Fajrul menilai hasil Pansus tidak cukup kuat dijadikan dasar untuk menggalang hak menyatakan pendapat yang bisa berujung pada pemakzulan. Meskipun DPR mengamini kesimpulan adanya pelanggaran hukum, tidak serta-merta hal tersebut dapat digunakan sebagai bukti melakukan langkah pemakzulan kepada Wakil Presiden Boediono. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyatakan, sejauh ini Boediono masih aman karena tidak ada tanda-tanda menuju pemakzulan. Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie pun menyatakan hal serupa.Proses menuju pemakzulan memang panjang dan berliku. Setidaknya masih harus melalui dua jembatan. Pertama, hak menyatakan pendapat. Kedua, rapat paripurna untuk menentukan bahwa DPR akan membawa proses tersebut ke MK.
  • 4. ii Menurut Solihin, hak menyatakan pendapat ini pun bisa berujung pada dua hal. Pertama, berujung ke presiden, misalnya menyangkut hal-hal yang membutuhkan perbaikan. Kedua, berujung di MK apabila hak menyatakan pendapat itu berkenaan dengan mereka yang duduk di lembaga kepresidenan (presiden atau wapres).”Untuk itu, perlu beberapa anggota DPR yang mengajukan inisiatif jika ingin menggunakan hak menyatakan pendapat,” kata Solihin. Usulan ini kemudian dibawa ke Rapat Paripurna DPR untuk disetujui penggunaan hak menyatakan pendapat. Apabila disetujui, DPR membentuk Pansus untuk Hak Menyatakan Pendapat, kemudian hasilnya dibawa ke paripurna lagi untuk memutuskan akan dibawa ke manakah hak menyatakan pendapat tersebut. Dalam uraian dua tokoh tersebut bahwa sangat dampak kejanggalan yang terjadi dalam penyelesaian kasus Century tersebut, sehingga penyelesaian kasus Century tidak ada kejelasan. 2. Logika politik pidato Presiden SBY pasca Keputusan Rapat Paripurna DPR RI seakan menegaskan bahwa sikap presiden adalah sikap 60,8% rakyat Indonesia (dukungan rakyat hasil pada pilpres 2009). Dengan cara demikian maka logikanya mengesampingkan keputusan sikap politik DPR. Melalui pidato tersebut terkesan ingin membangun dan menegaskan bahwa legitimasi politik presiden lebih kuat dari parlemen. Satu hal yang nampaknya terlupakan bahwa keputusan DPR RI adalah representasi sikap politik rakyat. Karena DPR juga dipilih secara langsung oleh rakyat. Quorum rapat pleno dengan total 537 suara adalah representasi 100% suara rakyat. Jika pada rapat paripurna DPR RI pada 3 Maret lalu dengan komposisi 212 ( 39.5%) opsi A melawan 325 ( 60,5%) suara pada opsi C maka apa yang diputuskan DPR mempunya niai legitimasi politik sebesar 60,5% suara rakyat. Pidato Preiden seakan menegaskan bahwa opsi A dengan 212 suara (39,5%) di DPR ditambahkan dengan kekuatan dukungan 60,8% (hasil pilpres 2009) sebagai gambaran kekuatan legitimasi politik pemerintahan SBY-Budiono. Jika logika politik semacam ini yang ingin disampaikan dengan pidato tersebut maka nilai legitimasi politiknya menjadi false sebab 39,5% ditambah 60,8% adalah 103% tentu menjadi mustahil adanya. Dalam posisi setara dimana Pemerintah SBY-Budiono ( dipilih melalui Pilpres 2009 ) pada satu sisi dengan DPR ( dipilih melalui Pileg 2008 ) pada sisi lain maka legitimasi politik yang dipunyai pemerintah adalah 60,8% berbanding legitimasi politik yang dimiliki parlemen dengan 60,5%. Pemerintahan SBY-Budiono hanya unggul 0,3% atas parlemen, suatu nilai legitimasi politik yang tidak memadai untuk meneruskan pemerintahan. Pemerintahan SBY-Budiono harus memperkuat legitimasi politiknya untuk dapat meneruskan dan menjamin stabilitas pemerintahan. Pemerintah SBY-Budiono agaknya tidak mempunyai pilihan lain kecuali mendorong agar parlemen menggunakan hak menyatakan pendapat dan mengajukan keputusan ‟opsi C” tersebut untuk diuji melalui pengadilan Mahkamah Konstitusi. Jika keputusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa kebijakan pemerntah mempunyai dasar hukum, maka seluruh argumentasi dari „opsi C‟ akan runtuh, pemerintahan SBY-Budiono kembali tegak dengan legitimasi politik yang kokoh. Opsi C yang menyatakan terdapat adanya pelanggaran hukum dalam kebijakan bail out BC bermakna bahwa pemerintahan diselenggarakan tidak sesuai dengan amanah UUD 1945
  • 5. ii yang mewajibkan bahwa pemerintahan dijalankan berdasarkan hukum bukan atas dasar kekuasaan , tidak terkecuali dalam keadaan krisis sekalipun. Keputusan rapat paripurna DPR yang menetapkan „opsi C‟ merupakan tuduhan serius terhadap pemerintah. Sementara itu, Prsiden SBY sendiri telah menegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas kebijakan bail out BC tersebut. Sebaliknya jika pengadilan oleh Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa tuduhan „opsi C‟ dapat dibuktikan, memang benar telah terjadi pelanggaran hukum dalam kebijakan bail out BC. Maka mengundurkan diri adalah pilihan bijaksana. dewasa ini dapat disimpulkan logika pemerinthan indonesia masih keliru,peraturan yang dibuat dan di langgarkannya lagi.dan jika dilogikakan itu semua belum teapt dan belum benar…
  • 6. ii BAB IV PEMBAHASAN A. Pengertian Logika Logika merupakan cabang filsafat dan juaga sebagai cabang ilmu pengetahuan ,logika adalah istilah yang yang dibentuk dari katalogikos, yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti suatu yang di utamakan, suatu pertimbangan akal (pikran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Logos berarti yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Contoh argumen deduktif: 1. Setiap mamalia punya sebuah jantung 2. Semua kuda adalah mamalia 3. Setiap kuda punya sebuah jantung Penalaran induktif kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen induktif: 1. Kuda Sumba punya sebuah jantung 2. Kuda Australia punya sebuah jantung 3. Kuda Amerika punya sebuah jantung 4. Kuda Inggris punya sebuah jantung 5. Setiap kuda punya sebuah jantung Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif dalam logika. Deduktif Induktif Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar. Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis. Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
  • 7. ii B. Bahasa Logika Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Dan khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian secara benar dan jelas. Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu, yang dibedakan antara bahasa istilahi dan bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia karena bahasa mempunyai 3 fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus logik terbebas dari unsur- unsur emotif. Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernyataan analitik dan pernyataan sintetik. Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi atau pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara 3 macam, yakni proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk. Tiga macam proposisi atau pernyataan di atas yang sebagai dasar penalaran adalah proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk dalam penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk. C. Sejarah Perkembangan Logika Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian. Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge,
  • 8. ii yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian. Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika dan menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian. Karya Aristoteles tentang logika dalam buku Organon dikenal di dunia Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua. Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun pelajaran logika berbentuk sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi buku dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yang mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae. Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari berbagai kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada penggunaan sistem induksi. Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-lain penulis di antaranya adalah Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonard Euler, seorang ahli matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm yang terkenal dengan sebutan circle-Euler. John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem induksi dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi, kedua-duanya bukan merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem induksi, terkenal dengan sebutan Four Methods. Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian banyak buku-buku baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak pertengahan abad ke-19 mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan Logika-Simbolik. Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz. Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole dan Augustus de Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai simbol-simbol yang cukup luas dan metode analisis menurut matematika, dan Augustus De Morgan (1806-1871) merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan sumbangan besar kepada logika simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan negasi.
  • 9. ii Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn‟s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan. Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal abad ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi pertumbuhan logika simbolik. Dalam dunia islam logika berkembang yaitu pada zaman kejayaan islam. Islam ketika itu telah berkembang sampai ke Spanyol di barat dan ke timur mencapi perbatasan Cina. Zaman itu adalah zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan dilakukan penterjemahan buku-buku Yunani kuno, Persia dan Sansekerta ke bahasa Arab di zaman Khalifah Al-Ma‟un dari daulat Abbasyiah di Babdad dan Khalifah Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata pelajaran pada perguruan- perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai pada pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan buku-buku berbahasa Arab. Pada masa sekarang ini logika di Indonesia sudah mulai berkembang sesuai perkembangan logika pada umumnya yang mendasarkan pada perkembangan teori himpunan. D. Batasan Logika dari Para Filsuf Ilmuan Dalam kontek ini bidan penalaran logika sudah banyak mendapat perhatian dari khalayak Indonesia. Hal ini mebuktiakn dari adanya berbagai buku logika yang terbigt dalam bahasa Indonesia, meskipun masih terbatas pada Logika tradisional. Berikut ini beberapa pengertian logika. - Hasbullah Bakry. Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penitian hukum- hukum akal manusia sehingga menyebab pikirannya dapat mencapai kebenaran. - N. Djirkara Logika adalah ilmu pengetahuan yng memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran. - Fudyartanda. Logika adlah ilmu yang mempelajari tentang kebenaran berpikir - Nurul Huda. Logika adlah olmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berpikir tepat dan praktis bagi mencapi kesimpulan yang valid dan pemecahan persoalan yang bijak sana. - Ir. Poedjawijatna. Logika adalah Filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir denagn semestinya. - A.B. Hutabarat. Logika adalah ilmu berpikir yang tepat, dan sekadar dapat menunjukkakan adanya kekeliruan dalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu dapat dielakkan maka hakikat dari Logika dapt pula disebut tknik berfikir.
  • 10. ii E. Objek Logika Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. 1. Objek material, yaitu suatu bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. 2. Ojek formal, yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan terhadap pengetahuan itu. Perlu digaris bawahi yang pantas menjadi suatu objek material suatu ilmu ialah suatu lapang, bidang atau materi yang benar-benar kongkrit dan dapt diamati. Hal itu perlu di pertegaskan jarena kebenaran ilmiah adlah penyesuaian antara apa yang di ketahui dengan objek meteiralnya. Ada yang mengatakan objek material logika ialah akal budi atau pikiran manusia. Namun , akal budi atau pikiran manusia tidak dapt diamati. Hal itu perlu ditegaskan karena kebenaran lmiah adalh kesesuaian antara apa yang diketahui dengan objek materialnya. Aristoteles (384-322) membagi ilmu pengetahuan kedalam tiga komfonen. Pada masa Aristoteles seluruh ilmu pengetuan masih berada dipangkuan atau bahkan di kandungan induknya YaitufFilsafat. Olrh karena itu filsafat masih merangkum seluruh ilmu pengetahuan, maka ap yan disebut filsfat adalh ilmu pengetahuan dan yang disebut ilmu pengetahuan adlah filsafat. Tiga kelompok ilmu pengetahuan tersebut adalah : 1. Filsfat Spekulatif atau Filsafat Teoritis, yang bersifat objektif dan bertujuan pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. Kelompok ini adalah terdiri dari: - Fisika. - Metafisika. - Biopsikologi. - Teologi. 2. Filsfat praktika, yang memberi pedoman bagi tingkah laku manusia. Kelompok ini terdiri atas: - Etika. - Politik. 3. Filsfat produktif,yang membibing manusia menjadi produktif lewat keterampilan khusus. Kelompok ini terdiri atas: - Kritik sastra. - Retorika. - Etestika. Aristoteles tidak memasukkan logika kedalam salah satu kelompok diatas karena, logika ialah prasyarat bagi ilmu-ilmu lainnya agar lebih dulu dipelajari.
  • 11. ii F. Hubungan Logika dengan Ilmu Pemerintahan Sebelum mengkaji ilmu pemerintahan sebenarnya lebih dahulu kita harus mengetahui apa itu ilmu pemerintahan, dan bagainama cara mengajinya, Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mengkaji merupakan ilmu yang mengkaji secara logika Hubungan logika dengan ilmu pemerintahan juga adalah pada perumusan kaidah-kaidah dan pegangan untuk berpikir tepat dan praktis bagi mencapai kesimpulan yang valit dan pemecahan persoalan yang bijaksana, tapi pada kontek lain logikEtika, Artistika, Etestika, dan Religi dalam pemerintahan itu sendiri. contohnya Untuk mencapai rekomendasi dukungan suara dari masyarakat banyak. Ditinjau dari persfektif keilmuan, Ilmu Pemerintahan juga merupakan cabang ilmu yang harus di landasi dengan logika, karena dalam ilmu pemerintahan juga mengkaji kebenaran- kebenaran dalam mencapai keberhasilan. Keberan itu dibuktikan oleh adanya hukum- hukum atau bentuk pikiran manusia untuk menciftakan pemerintahan yang benar dan tepat.
  • 12. ii BAB V KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa logika adalah sebuah aturan dan cara berfikir yang tepat dan benar, baik itu secara lisan maupun tulisan. Suatu argumen dapat di peroleh dan diterima oleh orang lain, jika kita bisa meminit dan memisahkan antara kebenaran dengan kesalahan, dan tepat dengan tidak tepat. Memisahkan dua unsur tersebut hingga di peroleh kesimpulan yang tepat dan benar”logis”. Sering orang dalam mengambil keputusan terjadi keragu-raguan bahkan mengambil keputusan yang salah , ini didasarkan mereka mengambil keputusan tanpa menganalogikan terlebih dahulu, sehingga suatu kebenaran tidak tercapai. Oleh karean itu dalam aturan harus juga disertai dengan logika yang tepat dan benar.
  • 13. ii DAFTAR PUSTAKA  Suria, Sumantri . 2005 . Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer . Jakarta : Surya Multi Grafika.  Muhadjir, Noeng . 2001 . Filsafat Ilmu . Yogyakarata : Rakesarasain.  Gie, The Liang . 2000 . Pengantar Filsafat Ilmu . Yogyakarta . Liberty Yogyakarta.  Bagus, Lorens . 2005 . Kamus Filsafat . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka utama
  • 14. ii MID TEST : ILMU LOGIKA HUBUNGNA LOGIKA DAN ILMU PEMERINTAHAN DISUSUN OLEH : NAMA : ALIMUDIN STAMBUK : 21208251 SEMESTER : II PRODI : ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
  • 15. ii 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1 1.2Rumusan Masalah......................................................................................1 1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................1 BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................2 BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................4 BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................6 A. Pengertian Logika........................................................................................6 B. Bahasa Logika............................................................................................7 C. Sejarah Perkembangan Logika...................................................................7 D. Batasan Logika dari para Filsuf Ilmuan........................................................9 E. Objek Logika...............................................................................................10 F. Hubungan Logika dan Ilmu pemerintahan...................................................11 BAB V KESIMPULAN.............................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13
  • 16. ii KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “HUBUNGAN ILMU LOGIKA DAN ILMU PEMERINTAHAN” Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat. Raha, Juni 2013 "Penulis"