SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
DASAR – DASAR LOGIKA

       Ilmu-ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-argumen) dan
       hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut.
       Tujuannya memberikan aturan-aturan sehingga orang dapat menentukan apakah suatu
       kalimat bernilai benar.
       Kalimat yang dipelajari bersifat umum baik dengan bahasa sehari-hari maupun bukti
       matematika
       Jadi ilmu matematika lebih mengarah pada bentuk kalimat (sintaks) dibandingkan arti
       kalimat itu sendiri (semantik).
1. Kalimat Deklaratif /Proposisi/Pernyataan
  Kalimat yang mengandung nilai kebenaran, yaitu dapat bernilai benar atau salah tetapi
  tidak mungkin keduanya.
  Merupakan komponen penyusun logika dasar yang dilambangkan dengan huruf kecil
  (p,q,r, ...)

  Contoh :
  p : 9 adalah bilangan ganjil
  q : 10 x 8 = 88
  r : 4 adalah bilangan prima


  Lawan kalimat deklaratif adalah kalimat terbuka, artinya kalimat yang nilai kebenarannya
  tidak bisa ditentukan.
  Contoh :
  1. Ke mana Anda akan pergi?
  2. Kerjakan latihan soal ini!
  3. Jam berapakah saat ini?
  Latihan :
  Kalimat berikut termasuk deklaratif atau bukan :
  1. 2 + 2 = 4                                   ( ya )
  2. Dimanakah letak pulau Bali?                 (tidak)
  3. Siapakah namamu?                            (tidak)
  4. Jakarta adalah ibukota negara Indonesia     ( ya )
  5. Penduduk Indonesia berjumlah 50 juta        ( ya )
  6. Rina lebih tinggi dari Lina                 (tidak)
  7. x + y = 2                                   (tidak)
  8. 2 mencintai 3                               (tidak)


2. Penghubung Kalimat
  Seringkali beberapa kalimat perlu digabungkan menjadi satu kalimat yang lebih panjang.
  Contoh :
  Kalimat 1         : 4 adalah bilangan genap
  Kalimat 2         : 3 adalah bilangan ganjil


  Dasar – Dasar Logika                                                              Page 1
Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari!


                             Tabel 1.1. Penghubung dalam logika

        Simbol                        Arti                         Bentuk

            ¬           Tidak / not / Negasi       Tidak ....

            ˄           Dan / And / Konjungsi      ... dan ....
            ˅           Atau / or / Disjungsi      ... atau ....

            ⇒           Implikasi                  Jika ... maka ....

            ⇔           Bi – Implikasi             ... bila dan hanya bila ....


Contoh :
p menyatakan “4 adalah bilangan genap”
q menyatakan kalimat “3 adalah bilangan ganjil’
dengan demikian maka kalimat “4 adalah bilangan genap dan 3 adalah bilangan ganjil
dapat dinyatakan dengan simbol p ∧ q.


Latihan :
Misal
p : hari ini panas
q ; hari ini cerah
Nyatakan kalimat di bawah ini dengan simbol logika :
a. Hari ini tidak panas tapi cerah.
b. Hari ini tidak panas dan tidak cerah.
c. Tidak benar bahwa hari ini panas dan cerah.


Penyelesaian :
a. Kata-kata “tapi” memiliki arti yang sama dengan “dan” sehingga kalimat (a) dapat
   dinyatakan dengan : ¬p ∧ q.
b. ¬p ∧¬ q.
c. Kalimat “hari ini panas dan cerah” dapat dinyatakan sebagai p ∧ q sehingga kalimat (c)
   bisa dinyatakan sebagai ¬(p ∧ q).


Perhatikan pernyataan berikut:
a. Apabila saya lulus, maka ayah akan membelikan sepeda motor.
b. Apabila kamu tidak belajar, maka kamu tidak akan lulus.
c. jika 2+2=4, maka bunga melati berwarna putih.




Dasar – Dasar Logika                                                              Page 2
Untuk menghindari terjadinya perbedaan konotasi tersebut penggunaan kata-kata
penghubung harus diatur sehingga hanya memiliki satu arti saja. Tabel nilai akan
mendefinisikan nilai kebenaran keseluruhan kalimat berdasarkan nilai kebenaran masing-
masing kalimat penyusunnya.


                                   Tabel 1.2. Tabel Kebenaran

      p           q        ¬p          p∧q              pvq         p⇒q        p⇔q
      T           T         F            T                T           T          T
      T           F         F            F                T           F          F
      F           T         T            F                T           T          F
      F           F         T            F                F           T          T


Latihan :
Berikan contoh beberapa pernyataan yang berhubungan dengan tabel di atas.


Kalimat kondisi ganda (biconditional) p ⇔ q dibaca “p bila dan hanya bila q”) berarti
(p ⇒ q) ∧ ( q ⇒ p). Supaya p ⇔ q bernilai benar maka p ⇒ q maupun q ⇒ p harus
bernilai benar.
                                Tabel 1.3. Kalimat Kondisi Ganda

      p               q           p⇒q         q⇒p             p ⇔ q atau (p ⇒ q) ∧ ( q ⇒ p)
      T               T            T                T                      T
      T               F            F                T                      F
      F               T            T                F                      F
      F               F            T                T                      T



Contoh :
Misal :
k : Monde orang kaya
s : Monde bersuka cita

Tulislah bentuk simbolis kalimat-kalimat berikut:
a. Monde orang yang miskin tetapi bersuka cita
b. Monde orang kaya atau sedih.
c. Monde tidak kaya ataupun bersuka cita.
d. Monde seorang yang miskin atau ia kaya tetapi sedih.
Anggaplah ingkaran dari kaya adalah miskin dan ingkaran dari bersuka cita adalah sedih.




Dasar – Dasar Logika                                                                      Page 3
Jawab :
a. Kata penghubung “tetapi” memiliki arti yang sama dengan kata penghubung “dan” sehingga
   bentuk simbolisnya adalah ¬ k ∧ s.
b. k ∧ ¬ s.
c. Kalimat tersebut berarti bahwa monde tidak kaya dan sekaligus Monde tidak bersuka
   cita. Bentuk simbolisnya adalah ¬ k ∧ ¬ s.


Latihan :
Buatlah tabel kebenaran untuk kalimat dalam bentuk simbol-simbol logika di bawah ini!
a. ¬ (¬p v ¬ q)
      ¬
b. ¬ (¬p ⇔ q)
      ¬


Penyelesaian :
Pada masing-masing kasus, tabel kebenaran disusun berdasarkan sub-sub bagian. Ingatlah
kembali bahwa jika bentuk simbol logika terdiri dari n variabel, maka tabel kebenaran
terdiri atas 2n baris.
a. ¬ (¬p v ¬ q)
      ¬
          p        q          ¬p          ¬q        ¬pv¬q         ¬ (¬p v ¬ q)
                                                                     ¬
          T        T           F           F            F              T
          T        F           F           T            T              F
          F        T           T           F            T              F
          F        F           T           T            T              F


b. ¬ (¬p ⇔ q)
      ¬
          P        Q          ¬p       ¬p ⇔ q           ¬ (¬p ⇔ q)
                                                           ¬
          T        T           F           F                 T
          T        F           F           T                 F
          F        T           T           T                 F
          F        F           T           F                 T




Dasar – Dasar Logika                                                              Page 4
3. Tautologi dan Kontradiksi
  Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (T), tidak peduli
  bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Sebaliknya
  kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (F), tidak peduli
  bagaimanapun nilai masing-masing kalimat penyusunnya.


  1. Tunjukkan bahwa kalimat-kalimat di bawah ini adalah tautologi dengan menggunakan
  tabel kebenaran.
  a. (p ∧ q) ⇒ q
  b. q ⇒ ( p V q)


  Penyelesaian :
  a. Tabel implikasi . (p ∧ q) ⇒ q adalah :

             p              Q           p∧q              (p ∧ q) ⇒ q
             T              T             T                    T
             T              F             F                    T
             F              T             F                    T
             F              F             F                    T


  Oleh karena semua baris pada kolom (p ∧ q) ⇒ q bernilai T, maka (p ∧ q) ⇒ q
  merupakan tautologi. (ingat tabel kebenaran implikasi)


  b. Tabel kebenaran implikasi q ⇒ ( p V q) adalah :

             p              Q           pVq              q ⇒ ( p V q)
             T              T             T                    T
             T              F             T                    T
             F              T             T                    T
             F              F             F                    T


  Oleh karena semua baris pada kolom q ⇒ ( p V q) bernilai T, maka q ⇒ ( p V q)
  merupakan Tautologi.

  TUGAS :
  1. Tentukan pernyataan berikut yang merupakan proposisi:
    a. 64 = 26
    b. 1024 adalah bilangan bulat 4 digit terkecil yang merupakan kuadrat suatu bilangan bulat.
    c. Pascal adalah bahasa pemrogaman yang terbaik.
    d. X = 25



  Dasar – Dasar Logika                                                               Page 5
Tuliskan tabel kebenaran :
    2. ¬ p ∧ q
    3. p ∧ ( q ∧ r )
    4. ¬ p ∧ ( q ∧ ¬ r )
    5. p ∧ ¬ r ⇔ q V r


1.4. Konvers, Invers dan Kontraposisi


    Misal diketahui implikasi     p⇒q
    Maka :
    Konversnya adalah             q⇒p
    Inversnya adalah              ¬p ⇒ ¬q
    Kontraposisinya adalah        ¬q ⇒ ¬p


    Suatu hal yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu
    ekuivalen dengan kontraposisinya. Akan tetapi tidak demikian dengan Invers dan konvers.
    Suatu implikasi tidak selalu ekuivalen dengan Invers ataupun konversnya. Hal itu dapat
    dilihat pada tabel kebenaran berikut :

       p         q         ¬p        ¬q       p⇒q        q⇒p         ¬p ⇒ ¬q    ¬q ⇒ ¬p
       T         T           F        F         T          T           T            T
       T         F           F        T         F          T           T            F
       F         T           T        F         T          F            F           T
       F         F           T        T         T          T           T            T


    Dalam tabel terlihat bahwa nilai kebenaran kolom p ⇒ q selalu sama dengan nilai
    kebenaran kolom ¬p ⇒ ¬q, tetapi tidak selalu sama dengan kolom q ⇒ p (konvers)
    maupun kolom ¬p ⇒ ¬q (Invers).
    Dapat disimpulkan bahwa (p ⇒ q) ⇔ (¬q ⇒ ¬p) atau (p ⇒ q) ⇔ (¬q ⇒ ¬p) merupakan
                                       ¬                        ¬
    suatu tautologi.


    Contoh :
    Apakah konvers, invers dan kontraposisi kalimat di bawah ini :
    a. Jika A merupakan suatu bujur sangkar maka A merupakan suatu empat persegi
       panjang.
    b. Jika n adalah bilangan prima > 2, maka n adalah bilangan ganjil.

    Penyelesaian :
    a. Konvers          : Jika A merupakan empat persegi panjang maka A adalah suatu
                        bujursangkar.
       Invers          : Jika A bukan bujur sangkar maka A bukan empat persegi panjang.
       Kontraposisi : Jika A bukan empat persegi panjang maka A bukan bujur sangkar.


    Dasar – Dasar Logika                                                                Page 6
Tampak bahwa konvers tidak selalu benar karena empat persegi panjang belum tentu
       merupakan suatu bujursangkar. Demikian juga invers. Jika A bukan bujur sangkar,
       maka A mungkin saja merupakan empat persegi panjang.
       Sebaliknya kontraposisi selalu bernilai sama seperti implikasi mula-mula (dalam hal ini
       bernilai benar).


     b. Konvers          : Jika n adalah bilangan ganjil maka n adalah bilangan prima >2.
        Invers          : Jika n bukan bilangan prima >2 maka n bukan bilangan ganjil.
        Kontraposisi : Jika n bukan bilangan ganjil, maka n bukan bilangan prima >2.


       Sama seperti contoh a, konvers dan imvers implikasi mula-mula tidak selalu bernilai
       benar.
       Konvers salah, misalnya n = 9 (ganjil), tetapi n bukan bilangan prima >2.
       Invers juga salah. Misalkan n = 9 (bukan bilangan prima >2), tetapi n merupakan
       bilangan ganjil.
       Sebaliknya kontraposisi selalu bernilai sama seperti implikasi mula-mula (dalam hal ini
       bernilai benar).


 1.5 Inferensi Logika
     Logika selalu berhubungan dengan pernyataan-pernyataan yang ditentukan nilai
     kebenarannya. Seringkali diinginkan untuk menentukan benar tidaknya kesimpulan
     berdasarkan sejumlah kalimat yang diketahui nilai kebenarannya. Dalam subbab ini akan
     dipelajarai teknik-teknik penurunan dengan contoh-contoh dalam dunia nyata.


1.5.1 Argumen Valid dan Invalid
     Argumen adalah rangkaian kalimat. Semua kalimat tersebut, kecuali yang terakhir disebut
     hipotesis (asumsi/premise). Kalimat terakhir adalah kesimpulan (conclusi).


     Secara umum, hipotesis dan kesimpulan dapat digambarkan sebagai berikut :
            p1
            p2
                     hipotesa
            ...
            pn
            ∴ q    } kesimpulan
            (tanda ∴ q dibaca “jadi q”)


     Suatu argumen dikatakan valid jika untuk sembarang pernyataan yang disubstitusikan ke
     dalam hipotesis, jika semua hipotesis tersebut benar, kesimpulan juga benar. Sebaliknya,
     meskipun semua hipotesis benar, tetapi ada kesimpulan yang salah, maka argumen tersebut
     dikatakan Invalid.


     Jika suatu argumen dan semua hipotesisnya bernilai benar, maka kebenaran nilai konklusi
     dikatakan sebagai “diinferensikan (diturunkan) dari kebenaran hipotesis.”



     Dasar – Dasar Logika                                                                   Page 7
Untuk mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Tentukan hipotesis dan kesimpulan kalimat.
2.    Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesis dan kesimpulan.
3.    Carilah baris kritis, yaitu baris di mana semua hipotesis bernilai benar.
4.    Dalam baris kritis tersebut jika semua nilai kesimpulan benar, maka argumen itu
      valid. jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan kesimpulan yang salah, maka
      argumen tersebut adalah invalid.

Contoh 1:
Tentukan apakah argumen di bawah ini Valid/Invalid.
a. p V ( q V r )
      ¬r
     ∴ pV q


b. p ⇒ (q V ¬r)
      q ⇒ (p ∧ r)
     ∴ p⇒ r


Penyelesaian :
a. Terdapat 2 hipotesis, masing-masing p V ( q V r ) dan ¬ r. Kesimpulannya adalah
   p V q. Jika dimasukkan ke dalam tabel kebenaran hipotesis-hipotesis dan kesimpulan
   adalah sebagai berikut (ingat langkah-langkah membuat Tabel kebenaran):


                                       Tabel kebenaran :
     Baris ke       p    q         r       qVr        pV(qVr)           ¬r         pVq

        1           T    T        T          T             T             F           T
        2           T    T        F          T             T             T           T
        3           T    F        T          T             T             F           T

        4           T    F        F          F             T             T           T
        5           F    T        T          T             T             F           T
        6           F    T        F          T             T             T           T
        7           F    F        T          T             T             F           F
        8           F    F        F          F             F             T           F


Baris kritis adalah baris 2,4 dan 6 (baris yang semua hipotesisnya bernilai T, ditandai
dengan blok). Pada baris-baris tersebut kesimpulannya juga bernilai T. Dengan demikian,
argumen tersebut Valid.




Dasar – Dasar Logika                                                                  Page 8
b. Hipotesisnya adalah p ⇒ (q V ¬r) dan q ⇒ (p ∧ r) sedangkan kesimpulannya p ⇒ r
                                        Tabel kebenaran
Baris ke       p   q    r   ¬r    q V ¬r     p∧r     p ⇒ (q V ¬r) q ⇒ (p ∧ r)    p⇒ r
   1           T   T    T    F       T         T           T              T         T

   2           T   T    F    T       T         F           T              F         F
   3           T   F    T    F       T         T           F              T         T
   4           T   F    F    T       T         F           T              T         F
   5           F   T    T    F       T         F           T              F         T
   6           F   T    F    T       T         F           T              F         T
   7           F   F    T    F       F         F           T              T         T

   8           F   F    F    T       T         F           T              T         T

 Baris kritis adalah baris ke – 1,4,7 dan 8 (baris yang di blok). Pada baris ke-4 nilai nilai
 konklusinya adalah F. Dengan demikian argumen tersebut adalah Invalid.

 1.5.2 Metode-metode Inferensi
 Metode inferensi yaitu teknik untuk menurunkan kesimpulan berdasarkan hipotesis yang
 ada, tanpa harus menggunakan tabel kebenaran. Metode inferensi meliputi:
 a. Modus Ponens
    Perhatikan implikasi “bila p maka q” yang diasumsikan bernilai benar. Apabila
    selanjutnya diketahui bahwa anteseden (p) benar, supaya implikasi p ⇒ q benar, maka q
    juga harus bernilai benar. Inferensi seperti itu disebut Modus Ponens.
    Secara simbolis, Modus Ponens dapat dinyatakan sebagai berikut:
    p⇒q
    p
    ∴ q
                            Hal ini dapat dilihat pada tabel kebenaran:
       Baris ke         p           q              p⇒q            p             Q

           1            T           T               T             T             T
           2            T           F               F             T             F
           3            F           T               T             F             T
           4            F           F               T             F             F


    Baris kritis adalah baris pertama. Pada baris tersebut, konklusi (q) bernilai T sehingga
    argumennya valid.




 Dasar – Dasar Logika                                                                   Page 9
contoh
  Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10.
  Digit terakhir bilangan 1470 adalah 0
  ∴ bilangan 1470 habis dibagi 10


b. Modus Tollens
  Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Ponens, hanya saja hipotesis kedua dan
  kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesis pertama Modus Ponens. Kevalidan
  hipotesis diperoleh mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan
  kontraposisinya.
  Secara simbolis, bentuk inferensi modus tollens adalah sebagai berikut:
  p⇒q
  ¬q
  ∴ ¬p

  Contoh :
  Jika Zeus seorang manusia, maka ia dapat mati
  Zeus tidak dapat mati
  ∴ Zeus bukan seorang manusia

c. Penambahan Disjungtif
  Inferensi Penambahan Disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat
  digeneralisasikan dengan penghubung “V”. Alasannya adalah karena penghubung “V”
  bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar.
  Bentuk simbolis metode Inferensi Penambahan Disjungtif adalah:
  a.     p                   b.     q
       ∴pVq                               ∴pVq

  Contoh :
  Simon adalah siswa SMA
  ∴ Simon adalah siswa sekolah menengah (SMA atau SMP)

d. Penyederhanaan Konjungtif
  Inferensi Penyederhanaan Konjungtif merupakan kebalikan dari inferensi Disjungtif.
  Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan penghubung “∧”, maka kalimat tersebut
  dapat diambil salah satunya secara khusus. Penyempitan kalimat itu merupakan
  kebalikan dari penambahan disjungtif yang merupakan perluasan suatu kalimat.
  Bentuk simbolis metode inferensi penyederhanaan konjungtif adalah sebagai berikut:
  a.   p∧q                   b.   p∧ q
       ∴p                         ∴q

  Contoh :
  Lina menguasai bahasa Basic dan Pascal
  ∴ Lina menguasai bahasa Basic


Dasar – Dasar Logika                                                                Page 10
e. Silogisme Disjungtif
  Prinsip dasar Silogisme Disjungtif adalah kenyataan bahwa apabila kita diperhadapkan
  pada satu diantara 2 pilihan yang ditawarkan (A atau B), sedangkan kita tidak memilih
  A, maka satu-satunya pilihan yang mungkin adalah B.
  Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Disjungtif adalah sebagai berikut:
  a.   pVq                   b.   pV q
       ¬p                             ¬q
       ∴q                         ∴p

  Contoh :
  Kunci Kamarku ada di sakuku atau tertinggal di rumah
  Kunci kamarku tidak ada di sakuku
  ∴ Kunci kamarku tertinggal di rumah


f. Silogisme Hipotesis
  Prinsip inferensi Silogisme Hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi
  p ⇒ q maupun q ⇒ r bernilai benar, maka implikasi p ⇒ r bernilai benar pula.
  Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Hipotesis adalah sebagai berikut:
        p⇒q
        q⇒r
       ∴ p⇒r
  Contoh:
  Jika 18486 habis dibagi 18, maka 18486 habis dibagi 9
  Jika 18486 habis dibagi 9, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9
   ∴ Jika 18486 habis dibagi 18, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9


g. Dilema (Pembagian dalam Beberapa Kasus)
  Kadang-kadang dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung “V”, masing-
  masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama. Berdasarkan hal itu, suatu
  kesimpulan dapat diambil.
  Secara simbolis, bentuk metode inferensi Dilema adalah sebagai berikut:
        pVq
        p⇒r
        q⇒r
        ∴ r


  Contoh :
   Nanti malam Adi akan mengajak saya nonton atau mengajak saya makan di restoran.
   Jika Adi mengajak saya nonton, maka saya akan senang
   Jika Adi mengajak saya makan di restoran, maka saya akan senang
   ∴ Nanti malam saya akan senang



Dasar – Dasar Logika                                                                 Page 11
h. Konjungsi
  Inferensi Konjungsi sebenarnya sudah dibahas pada subbab awal. Jika ada 2 kalimat
  yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut dengan
  menggunakan penghubung “∧” (Konjungsi) juga bernilai benar.
  Bentuk inferensi dengan konjungsi adalah sbb:
        p
        q
        ∴ p∧q


  TUGAS :
  1. Buktikan kevalidan argumen di bawah ini menggunakan prinsip-prinsip inferensi
     logika:
       p∧q
       (p V q) ⇒ r
        ∴ r
   2. Gunakan tabel kebenaran untuk menentukan apakah inferensi berikut ini valid!
       a. p ⇒q
            q⇒p
            ∴ pV q
       b. p V q
            p⇒¬q
            p⇒r
            ∴ r
       c. p
            p⇒q
            ¬q V r
            ∴ r




Dasar – Dasar Logika                                                           Page 12

More Related Content

What's hot

Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02KuliahKita
 
Metode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaMetode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaDidik Sadianto
 
Dalil Titik tengah segitiga
Dalil Titik tengah segitigaDalil Titik tengah segitiga
Dalil Titik tengah segitigaEri Krismiya
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianFahrul Usman
 
Logika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianLogika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianFahrul Usman
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilanganUjang Kbm
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriNia Matus
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 
Logika matematika 1
Logika matematika 1Logika matematika 1
Logika matematika 1Neon Cinta
 
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Fatma Qolbi
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 

What's hot (20)

Limit
LimitLimit
Limit
 
teori graf (planar
teori graf (planarteori graf (planar
teori graf (planar
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
 
Metode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematikaMetode pembuktian matematika
Metode pembuktian matematika
 
Dalil Titik tengah segitiga
Dalil Titik tengah segitigaDalil Titik tengah segitiga
Dalil Titik tengah segitiga
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
 
Logika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianLogika dan Pembuktian
Logika dan Pembuktian
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Logika matematika 1
Logika matematika 1Logika matematika 1
Logika matematika 1
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
 
Logika lanjutan
Logika lanjutanLogika lanjutan
Logika lanjutan
 
Contoh ruang metrik
Contoh ruang metrikContoh ruang metrik
Contoh ruang metrik
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskrit
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 

Viewers also liked

Logika pendahuluan
Logika pendahuluanLogika pendahuluan
Logika pendahuluanIda Ananda
 
Diktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logikaDiktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logikaChupking
 
Membangun Kerangka Berfikir Ilmiah
Membangun Kerangka Berfikir IlmiahMembangun Kerangka Berfikir Ilmiah
Membangun Kerangka Berfikir IlmiahSuedi Ahmad
 
Materi 2 konsep dasar berfikir kritis
Materi 2 konsep dasar berfikir kritisMateri 2 konsep dasar berfikir kritis
Materi 2 konsep dasar berfikir kritistarmizitaherrr
 
Dasar dasar logika= generalisasi berpikir
Dasar dasar logika= generalisasi berpikirDasar dasar logika= generalisasi berpikir
Dasar dasar logika= generalisasi berpikirEka Widyastuti
 
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganPerspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganFikri Rasyid
 
Makalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahanMakalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahanRoberto Pecah
 
Psikologi pendidikan pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai p...
Psikologi pendidikan   pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai p...Psikologi pendidikan   pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai p...
Psikologi pendidikan pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai p...Andi Humaira
 

Viewers also liked (20)

Logika pendahuluan
Logika pendahuluanLogika pendahuluan
Logika pendahuluan
 
Intro To Logic
Intro To LogicIntro To Logic
Intro To Logic
 
Proposisi
ProposisiProposisi
Proposisi
 
Diktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logikaDiktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logika
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
pembuktian logika
 pembuktian logika pembuktian logika
pembuktian logika
 
Makna aqidah
Makna aqidahMakna aqidah
Makna aqidah
 
Membangun Kerangka Berfikir Ilmiah
Membangun Kerangka Berfikir IlmiahMembangun Kerangka Berfikir Ilmiah
Membangun Kerangka Berfikir Ilmiah
 
Materi 2 konsep dasar berfikir kritis
Materi 2 konsep dasar berfikir kritisMateri 2 konsep dasar berfikir kritis
Materi 2 konsep dasar berfikir kritis
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Dasar dasar logika= generalisasi berpikir
Dasar dasar logika= generalisasi berpikirDasar dasar logika= generalisasi berpikir
Dasar dasar logika= generalisasi berpikir
 
Makalah ilmu logika
Makalah ilmu logikaMakalah ilmu logika
Makalah ilmu logika
 
SEJARAH LOGIKA
SEJARAH LOGIKASEJARAH LOGIKA
SEJARAH LOGIKA
 
Makalah logika (1)
Makalah logika (1)Makalah logika (1)
Makalah logika (1)
 
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganPerspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
 
Makalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahanMakalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahan
 
Psikologi pendidikan pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai p...
Psikologi pendidikan   pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai p...Psikologi pendidikan   pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai p...
Psikologi pendidikan pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai p...
 
makalah psikologi
makalah psikologimakalah psikologi
makalah psikologi
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 

Similar to DASAR LOGIKA (20)

Materi logika informatika
Materi logika informatikaMateri logika informatika
Materi logika informatika
 
Proposisi Logika Informatika
Proposisi Logika InformatikaProposisi Logika Informatika
Proposisi Logika Informatika
 
2 proposisi
2 proposisi2 proposisi
2 proposisi
 
Tabel Kebenaran (Logika ... lagi)
Tabel Kebenaran (Logika ... lagi)Tabel Kebenaran (Logika ... lagi)
Tabel Kebenaran (Logika ... lagi)
 
2. logika
2. logika 2. logika
2. logika
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
logika.pdf
logika.pdflogika.pdf
logika.pdf
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Matdis-logika matematika
Matdis-logika matematikaMatdis-logika matematika
Matdis-logika matematika
 
logika-matematika.ppt
logika-matematika.pptlogika-matematika.ppt
logika-matematika.ppt
 
Logika matdis
Logika matdisLogika matdis
Logika matdis
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Mathematicallogic
MathematicallogicMathematicallogic
Mathematicallogic
 
Mathematicallogic
MathematicallogicMathematicallogic
Mathematicallogic
 
Logika matematika kalkulus proposisi
Logika matematika kalkulus proposisiLogika matematika kalkulus proposisi
Logika matematika kalkulus proposisi
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
02.logika
02.logika02.logika
02.logika
 
5. Proposisi.pdf
5. Proposisi.pdf5. Proposisi.pdf
5. Proposisi.pdf
 
Logika-(2016).pdf
Logika-(2016).pdfLogika-(2016).pdf
Logika-(2016).pdf
 

More from Yahya D'Liquifaction (20)

Tugas b log
Tugas b logTugas b log
Tugas b log
 
Tugas yahya
Tugas yahyaTugas yahya
Tugas yahya
 
Sap -pde
Sap  -pdeSap  -pde
Sap -pde
 
Pde bab 4
Pde bab 4Pde bab 4
Pde bab 4
 
Pde bab 2
Pde bab 2Pde bab 2
Pde bab 2
 
Pde bab 1
Pde bab 1Pde bab 1
Pde bab 1
 
Pde bab 5
Pde bab 5Pde bab 5
Pde bab 5
 
Pertemuan 1
Pertemuan  1Pertemuan  1
Pertemuan 1
 
Pertemuan 5
Pertemuan 5Pertemuan 5
Pertemuan 5
 
Pertemuan 4
Pertemuan 4Pertemuan 4
Pertemuan 4
 
Pertemuan 3
Pertemuan 3Pertemuan 3
Pertemuan 3
 
Pertemuan 2
Pertemuan 2Pertemuan 2
Pertemuan 2
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Nur laily rahmati
Nur laily rahmatiNur laily rahmati
Nur laily rahmati
 
Makalah yulianti b.indo
Makalah yulianti b.indoMakalah yulianti b.indo
Makalah yulianti b.indo
 
soal paket b
soal paket bsoal paket b
soal paket b
 
tinkom paket A
tinkom paket Atinkom paket A
tinkom paket A
 
intelegensi
intelegensiintelegensi
intelegensi
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 

DASAR LOGIKA

  • 1. DASAR – DASAR LOGIKA Ilmu-ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-argumen) dan hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya memberikan aturan-aturan sehingga orang dapat menentukan apakah suatu kalimat bernilai benar. Kalimat yang dipelajari bersifat umum baik dengan bahasa sehari-hari maupun bukti matematika Jadi ilmu matematika lebih mengarah pada bentuk kalimat (sintaks) dibandingkan arti kalimat itu sendiri (semantik). 1. Kalimat Deklaratif /Proposisi/Pernyataan Kalimat yang mengandung nilai kebenaran, yaitu dapat bernilai benar atau salah tetapi tidak mungkin keduanya. Merupakan komponen penyusun logika dasar yang dilambangkan dengan huruf kecil (p,q,r, ...) Contoh : p : 9 adalah bilangan ganjil q : 10 x 8 = 88 r : 4 adalah bilangan prima Lawan kalimat deklaratif adalah kalimat terbuka, artinya kalimat yang nilai kebenarannya tidak bisa ditentukan. Contoh : 1. Ke mana Anda akan pergi? 2. Kerjakan latihan soal ini! 3. Jam berapakah saat ini? Latihan : Kalimat berikut termasuk deklaratif atau bukan : 1. 2 + 2 = 4 ( ya ) 2. Dimanakah letak pulau Bali? (tidak) 3. Siapakah namamu? (tidak) 4. Jakarta adalah ibukota negara Indonesia ( ya ) 5. Penduduk Indonesia berjumlah 50 juta ( ya ) 6. Rina lebih tinggi dari Lina (tidak) 7. x + y = 2 (tidak) 8. 2 mencintai 3 (tidak) 2. Penghubung Kalimat Seringkali beberapa kalimat perlu digabungkan menjadi satu kalimat yang lebih panjang. Contoh : Kalimat 1 : 4 adalah bilangan genap Kalimat 2 : 3 adalah bilangan ganjil Dasar – Dasar Logika Page 1
  • 2. Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari! Tabel 1.1. Penghubung dalam logika Simbol Arti Bentuk ¬ Tidak / not / Negasi Tidak .... ˄ Dan / And / Konjungsi ... dan .... ˅ Atau / or / Disjungsi ... atau .... ⇒ Implikasi Jika ... maka .... ⇔ Bi – Implikasi ... bila dan hanya bila .... Contoh : p menyatakan “4 adalah bilangan genap” q menyatakan kalimat “3 adalah bilangan ganjil’ dengan demikian maka kalimat “4 adalah bilangan genap dan 3 adalah bilangan ganjil dapat dinyatakan dengan simbol p ∧ q. Latihan : Misal p : hari ini panas q ; hari ini cerah Nyatakan kalimat di bawah ini dengan simbol logika : a. Hari ini tidak panas tapi cerah. b. Hari ini tidak panas dan tidak cerah. c. Tidak benar bahwa hari ini panas dan cerah. Penyelesaian : a. Kata-kata “tapi” memiliki arti yang sama dengan “dan” sehingga kalimat (a) dapat dinyatakan dengan : ¬p ∧ q. b. ¬p ∧¬ q. c. Kalimat “hari ini panas dan cerah” dapat dinyatakan sebagai p ∧ q sehingga kalimat (c) bisa dinyatakan sebagai ¬(p ∧ q). Perhatikan pernyataan berikut: a. Apabila saya lulus, maka ayah akan membelikan sepeda motor. b. Apabila kamu tidak belajar, maka kamu tidak akan lulus. c. jika 2+2=4, maka bunga melati berwarna putih. Dasar – Dasar Logika Page 2
  • 3. Untuk menghindari terjadinya perbedaan konotasi tersebut penggunaan kata-kata penghubung harus diatur sehingga hanya memiliki satu arti saja. Tabel nilai akan mendefinisikan nilai kebenaran keseluruhan kalimat berdasarkan nilai kebenaran masing- masing kalimat penyusunnya. Tabel 1.2. Tabel Kebenaran p q ¬p p∧q pvq p⇒q p⇔q T T F T T T T T F F F T F F F T T F T T F F F T F F T T Latihan : Berikan contoh beberapa pernyataan yang berhubungan dengan tabel di atas. Kalimat kondisi ganda (biconditional) p ⇔ q dibaca “p bila dan hanya bila q”) berarti (p ⇒ q) ∧ ( q ⇒ p). Supaya p ⇔ q bernilai benar maka p ⇒ q maupun q ⇒ p harus bernilai benar. Tabel 1.3. Kalimat Kondisi Ganda p q p⇒q q⇒p p ⇔ q atau (p ⇒ q) ∧ ( q ⇒ p) T T T T T T F F T F F T T F F F F T T T Contoh : Misal : k : Monde orang kaya s : Monde bersuka cita Tulislah bentuk simbolis kalimat-kalimat berikut: a. Monde orang yang miskin tetapi bersuka cita b. Monde orang kaya atau sedih. c. Monde tidak kaya ataupun bersuka cita. d. Monde seorang yang miskin atau ia kaya tetapi sedih. Anggaplah ingkaran dari kaya adalah miskin dan ingkaran dari bersuka cita adalah sedih. Dasar – Dasar Logika Page 3
  • 4. Jawab : a. Kata penghubung “tetapi” memiliki arti yang sama dengan kata penghubung “dan” sehingga bentuk simbolisnya adalah ¬ k ∧ s. b. k ∧ ¬ s. c. Kalimat tersebut berarti bahwa monde tidak kaya dan sekaligus Monde tidak bersuka cita. Bentuk simbolisnya adalah ¬ k ∧ ¬ s. Latihan : Buatlah tabel kebenaran untuk kalimat dalam bentuk simbol-simbol logika di bawah ini! a. ¬ (¬p v ¬ q) ¬ b. ¬ (¬p ⇔ q) ¬ Penyelesaian : Pada masing-masing kasus, tabel kebenaran disusun berdasarkan sub-sub bagian. Ingatlah kembali bahwa jika bentuk simbol logika terdiri dari n variabel, maka tabel kebenaran terdiri atas 2n baris. a. ¬ (¬p v ¬ q) ¬ p q ¬p ¬q ¬pv¬q ¬ (¬p v ¬ q) ¬ T T F F F T T F F T T F F T T F T F F F T T T F b. ¬ (¬p ⇔ q) ¬ P Q ¬p ¬p ⇔ q ¬ (¬p ⇔ q) ¬ T T F F T T F F T F F T T T F F F T F T Dasar – Dasar Logika Page 4
  • 5. 3. Tautologi dan Kontradiksi Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (T), tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Sebaliknya kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (F), tidak peduli bagaimanapun nilai masing-masing kalimat penyusunnya. 1. Tunjukkan bahwa kalimat-kalimat di bawah ini adalah tautologi dengan menggunakan tabel kebenaran. a. (p ∧ q) ⇒ q b. q ⇒ ( p V q) Penyelesaian : a. Tabel implikasi . (p ∧ q) ⇒ q adalah : p Q p∧q (p ∧ q) ⇒ q T T T T T F F T F T F T F F F T Oleh karena semua baris pada kolom (p ∧ q) ⇒ q bernilai T, maka (p ∧ q) ⇒ q merupakan tautologi. (ingat tabel kebenaran implikasi) b. Tabel kebenaran implikasi q ⇒ ( p V q) adalah : p Q pVq q ⇒ ( p V q) T T T T T F T T F T T T F F F T Oleh karena semua baris pada kolom q ⇒ ( p V q) bernilai T, maka q ⇒ ( p V q) merupakan Tautologi. TUGAS : 1. Tentukan pernyataan berikut yang merupakan proposisi: a. 64 = 26 b. 1024 adalah bilangan bulat 4 digit terkecil yang merupakan kuadrat suatu bilangan bulat. c. Pascal adalah bahasa pemrogaman yang terbaik. d. X = 25 Dasar – Dasar Logika Page 5
  • 6. Tuliskan tabel kebenaran : 2. ¬ p ∧ q 3. p ∧ ( q ∧ r ) 4. ¬ p ∧ ( q ∧ ¬ r ) 5. p ∧ ¬ r ⇔ q V r 1.4. Konvers, Invers dan Kontraposisi Misal diketahui implikasi p⇒q Maka : Konversnya adalah q⇒p Inversnya adalah ¬p ⇒ ¬q Kontraposisinya adalah ¬q ⇒ ¬p Suatu hal yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya. Akan tetapi tidak demikian dengan Invers dan konvers. Suatu implikasi tidak selalu ekuivalen dengan Invers ataupun konversnya. Hal itu dapat dilihat pada tabel kebenaran berikut : p q ¬p ¬q p⇒q q⇒p ¬p ⇒ ¬q ¬q ⇒ ¬p T T F F T T T T T F F T F T T F F T T F T F F T F F T T T T T T Dalam tabel terlihat bahwa nilai kebenaran kolom p ⇒ q selalu sama dengan nilai kebenaran kolom ¬p ⇒ ¬q, tetapi tidak selalu sama dengan kolom q ⇒ p (konvers) maupun kolom ¬p ⇒ ¬q (Invers). Dapat disimpulkan bahwa (p ⇒ q) ⇔ (¬q ⇒ ¬p) atau (p ⇒ q) ⇔ (¬q ⇒ ¬p) merupakan ¬ ¬ suatu tautologi. Contoh : Apakah konvers, invers dan kontraposisi kalimat di bawah ini : a. Jika A merupakan suatu bujur sangkar maka A merupakan suatu empat persegi panjang. b. Jika n adalah bilangan prima > 2, maka n adalah bilangan ganjil. Penyelesaian : a. Konvers : Jika A merupakan empat persegi panjang maka A adalah suatu bujursangkar. Invers : Jika A bukan bujur sangkar maka A bukan empat persegi panjang. Kontraposisi : Jika A bukan empat persegi panjang maka A bukan bujur sangkar. Dasar – Dasar Logika Page 6
  • 7. Tampak bahwa konvers tidak selalu benar karena empat persegi panjang belum tentu merupakan suatu bujursangkar. Demikian juga invers. Jika A bukan bujur sangkar, maka A mungkin saja merupakan empat persegi panjang. Sebaliknya kontraposisi selalu bernilai sama seperti implikasi mula-mula (dalam hal ini bernilai benar). b. Konvers : Jika n adalah bilangan ganjil maka n adalah bilangan prima >2. Invers : Jika n bukan bilangan prima >2 maka n bukan bilangan ganjil. Kontraposisi : Jika n bukan bilangan ganjil, maka n bukan bilangan prima >2. Sama seperti contoh a, konvers dan imvers implikasi mula-mula tidak selalu bernilai benar. Konvers salah, misalnya n = 9 (ganjil), tetapi n bukan bilangan prima >2. Invers juga salah. Misalkan n = 9 (bukan bilangan prima >2), tetapi n merupakan bilangan ganjil. Sebaliknya kontraposisi selalu bernilai sama seperti implikasi mula-mula (dalam hal ini bernilai benar). 1.5 Inferensi Logika Logika selalu berhubungan dengan pernyataan-pernyataan yang ditentukan nilai kebenarannya. Seringkali diinginkan untuk menentukan benar tidaknya kesimpulan berdasarkan sejumlah kalimat yang diketahui nilai kebenarannya. Dalam subbab ini akan dipelajarai teknik-teknik penurunan dengan contoh-contoh dalam dunia nyata. 1.5.1 Argumen Valid dan Invalid Argumen adalah rangkaian kalimat. Semua kalimat tersebut, kecuali yang terakhir disebut hipotesis (asumsi/premise). Kalimat terakhir adalah kesimpulan (conclusi). Secara umum, hipotesis dan kesimpulan dapat digambarkan sebagai berikut : p1 p2 hipotesa ... pn ∴ q } kesimpulan (tanda ∴ q dibaca “jadi q”) Suatu argumen dikatakan valid jika untuk sembarang pernyataan yang disubstitusikan ke dalam hipotesis, jika semua hipotesis tersebut benar, kesimpulan juga benar. Sebaliknya, meskipun semua hipotesis benar, tetapi ada kesimpulan yang salah, maka argumen tersebut dikatakan Invalid. Jika suatu argumen dan semua hipotesisnya bernilai benar, maka kebenaran nilai konklusi dikatakan sebagai “diinferensikan (diturunkan) dari kebenaran hipotesis.” Dasar – Dasar Logika Page 7
  • 8. Untuk mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tentukan hipotesis dan kesimpulan kalimat. 2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesis dan kesimpulan. 3. Carilah baris kritis, yaitu baris di mana semua hipotesis bernilai benar. 4. Dalam baris kritis tersebut jika semua nilai kesimpulan benar, maka argumen itu valid. jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan kesimpulan yang salah, maka argumen tersebut adalah invalid. Contoh 1: Tentukan apakah argumen di bawah ini Valid/Invalid. a. p V ( q V r ) ¬r ∴ pV q b. p ⇒ (q V ¬r) q ⇒ (p ∧ r) ∴ p⇒ r Penyelesaian : a. Terdapat 2 hipotesis, masing-masing p V ( q V r ) dan ¬ r. Kesimpulannya adalah p V q. Jika dimasukkan ke dalam tabel kebenaran hipotesis-hipotesis dan kesimpulan adalah sebagai berikut (ingat langkah-langkah membuat Tabel kebenaran): Tabel kebenaran : Baris ke p q r qVr pV(qVr) ¬r pVq 1 T T T T T F T 2 T T F T T T T 3 T F T T T F T 4 T F F F T T T 5 F T T T T F T 6 F T F T T T T 7 F F T T T F F 8 F F F F F T F Baris kritis adalah baris 2,4 dan 6 (baris yang semua hipotesisnya bernilai T, ditandai dengan blok). Pada baris-baris tersebut kesimpulannya juga bernilai T. Dengan demikian, argumen tersebut Valid. Dasar – Dasar Logika Page 8
  • 9. b. Hipotesisnya adalah p ⇒ (q V ¬r) dan q ⇒ (p ∧ r) sedangkan kesimpulannya p ⇒ r Tabel kebenaran Baris ke p q r ¬r q V ¬r p∧r p ⇒ (q V ¬r) q ⇒ (p ∧ r) p⇒ r 1 T T T F T T T T T 2 T T F T T F T F F 3 T F T F T T F T T 4 T F F T T F T T F 5 F T T F T F T F T 6 F T F T T F T F T 7 F F T F F F T T T 8 F F F T T F T T T Baris kritis adalah baris ke – 1,4,7 dan 8 (baris yang di blok). Pada baris ke-4 nilai nilai konklusinya adalah F. Dengan demikian argumen tersebut adalah Invalid. 1.5.2 Metode-metode Inferensi Metode inferensi yaitu teknik untuk menurunkan kesimpulan berdasarkan hipotesis yang ada, tanpa harus menggunakan tabel kebenaran. Metode inferensi meliputi: a. Modus Ponens Perhatikan implikasi “bila p maka q” yang diasumsikan bernilai benar. Apabila selanjutnya diketahui bahwa anteseden (p) benar, supaya implikasi p ⇒ q benar, maka q juga harus bernilai benar. Inferensi seperti itu disebut Modus Ponens. Secara simbolis, Modus Ponens dapat dinyatakan sebagai berikut: p⇒q p ∴ q Hal ini dapat dilihat pada tabel kebenaran: Baris ke p q p⇒q p Q 1 T T T T T 2 T F F T F 3 F T T F T 4 F F T F F Baris kritis adalah baris pertama. Pada baris tersebut, konklusi (q) bernilai T sehingga argumennya valid. Dasar – Dasar Logika Page 9
  • 10. contoh Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10. Digit terakhir bilangan 1470 adalah 0 ∴ bilangan 1470 habis dibagi 10 b. Modus Tollens Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Ponens, hanya saja hipotesis kedua dan kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesis pertama Modus Ponens. Kevalidan hipotesis diperoleh mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya. Secara simbolis, bentuk inferensi modus tollens adalah sebagai berikut: p⇒q ¬q ∴ ¬p Contoh : Jika Zeus seorang manusia, maka ia dapat mati Zeus tidak dapat mati ∴ Zeus bukan seorang manusia c. Penambahan Disjungtif Inferensi Penambahan Disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat digeneralisasikan dengan penghubung “V”. Alasannya adalah karena penghubung “V” bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar. Bentuk simbolis metode Inferensi Penambahan Disjungtif adalah: a. p b. q ∴pVq ∴pVq Contoh : Simon adalah siswa SMA ∴ Simon adalah siswa sekolah menengah (SMA atau SMP) d. Penyederhanaan Konjungtif Inferensi Penyederhanaan Konjungtif merupakan kebalikan dari inferensi Disjungtif. Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan penghubung “∧”, maka kalimat tersebut dapat diambil salah satunya secara khusus. Penyempitan kalimat itu merupakan kebalikan dari penambahan disjungtif yang merupakan perluasan suatu kalimat. Bentuk simbolis metode inferensi penyederhanaan konjungtif adalah sebagai berikut: a. p∧q b. p∧ q ∴p ∴q Contoh : Lina menguasai bahasa Basic dan Pascal ∴ Lina menguasai bahasa Basic Dasar – Dasar Logika Page 10
  • 11. e. Silogisme Disjungtif Prinsip dasar Silogisme Disjungtif adalah kenyataan bahwa apabila kita diperhadapkan pada satu diantara 2 pilihan yang ditawarkan (A atau B), sedangkan kita tidak memilih A, maka satu-satunya pilihan yang mungkin adalah B. Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Disjungtif adalah sebagai berikut: a. pVq b. pV q ¬p ¬q ∴q ∴p Contoh : Kunci Kamarku ada di sakuku atau tertinggal di rumah Kunci kamarku tidak ada di sakuku ∴ Kunci kamarku tertinggal di rumah f. Silogisme Hipotesis Prinsip inferensi Silogisme Hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi p ⇒ q maupun q ⇒ r bernilai benar, maka implikasi p ⇒ r bernilai benar pula. Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Hipotesis adalah sebagai berikut: p⇒q q⇒r ∴ p⇒r Contoh: Jika 18486 habis dibagi 18, maka 18486 habis dibagi 9 Jika 18486 habis dibagi 9, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9 ∴ Jika 18486 habis dibagi 18, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9 g. Dilema (Pembagian dalam Beberapa Kasus) Kadang-kadang dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung “V”, masing- masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama. Berdasarkan hal itu, suatu kesimpulan dapat diambil. Secara simbolis, bentuk metode inferensi Dilema adalah sebagai berikut: pVq p⇒r q⇒r ∴ r Contoh : Nanti malam Adi akan mengajak saya nonton atau mengajak saya makan di restoran. Jika Adi mengajak saya nonton, maka saya akan senang Jika Adi mengajak saya makan di restoran, maka saya akan senang ∴ Nanti malam saya akan senang Dasar – Dasar Logika Page 11
  • 12. h. Konjungsi Inferensi Konjungsi sebenarnya sudah dibahas pada subbab awal. Jika ada 2 kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut dengan menggunakan penghubung “∧” (Konjungsi) juga bernilai benar. Bentuk inferensi dengan konjungsi adalah sbb: p q ∴ p∧q TUGAS : 1. Buktikan kevalidan argumen di bawah ini menggunakan prinsip-prinsip inferensi logika: p∧q (p V q) ⇒ r ∴ r 2. Gunakan tabel kebenaran untuk menentukan apakah inferensi berikut ini valid! a. p ⇒q q⇒p ∴ pV q b. p V q p⇒¬q p⇒r ∴ r c. p p⇒q ¬q V r ∴ r Dasar – Dasar Logika Page 12