Makalah ini membahas tentang perkembangan dan kesiapan janin dari dalam rahim ke luar rahim dari perspektif imunologi. Makalah ini menjelaskan sistem imun, HLA, dan sel-sel imun di rahim serta beberapa hipotesis terkait keberhasilan kehamilan."
1. Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN YME yang telah memberikan rahmatnya
kepada kita semua, serta telah memberikan kita kesehatan sehingga bisa
menyelesaikan makalh ini dengan cukup baik.
Didalam makalh ini kami telah menyusun beberapa pengetahuan tentang
Perkembangan Dan Kesiapan Kehidupan Neonatus Dari Intra Uterin Ke Ekstra
Uterin yang mengenai IMUNOLOGI .Dengan kemampuan kami, kami telah
mengambil dari bebrapa sumber untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar jika makalah ini belum cukup sempurna tetapi kami berharap
supaya makalah ini bisa menambah wawasan bagi yang membacanya.Untuk
ketidaksempurnaan itu kami juga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.
Bengkulu, 01 Januari 2011
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................2
Pendahuluan
......................................................................................4
-latar belakan
......................................................................................4
2. -Rumusan masalah
......................................................................................4
-Tujuan khusus ......................................................................................4
-Tujuan umum
......................................................................................4
Landasan Teori ......................................................................................5
-sistem imun
......................................................................................5
-HLA
......................................................................................6
-Sel sel imun di uterus.................................................................................8
Gambar dasar imunologi.............................................................................13
Penutup
......................................................................................15
-Kesimpulan
......................................................................................15
-Saran
......................................................................................15
Daftar pustaka
......................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup
kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam
keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi
(penyakit
autoimun,
hipersensitivitas,
defisiensi
imun,
penolakan
allograft);
3. karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro,
in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin
ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.Oleh karena itu kami
akan memberikan uraian mengenai dasar dasar IMUNOLOGI.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan system imun?
2. Apa yang dimaksud HLA?
3. Bagaimana penerapan sel sel imun di uterus?
4. Apa saja Hipotesis yang berkaitan dengan Keberhasilan Kehamilan Terkait
dengan respons imun?
C.TUJUAN UMUM
Memahami kehamilan sebagai suatu kejadian paradoks dalam bidang imunologi
D.TUJUAN KHUSUS
a. Memahami janin sebagai suatu jaringan yang bersifat semialogenik
b. Memahami dasar dasar respons imun innate dan adaptif
c.
Memahami fungsi dan peran HLA dalam pengenalan antigen
d. Memahami bagaimana HLA diturunkan dari orang tua ke anak
e. Memahami sel sel imun diuterus
f.
Mengetahui beberapa hipotesis tentang toleransi system imun maternal pada antigen
janin
BAB 2
LANDASAN TEORI
SISTEM IMUNOLOGI
System imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel sel dan molekul
molekul yang memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu system
pertahanan tubuh terhadap infeksi atau benda asing.terdapat 2 jenis respons
imun yang bebeda secara fundamental yaitu
4. A.respons yang bersifat innate(alami/nonspesifik): respons imun tersebut
akan selalu sama seberapapun seringnya antigen tersebut masuk kedalam tubuh.
Respons ini akan menggunakan :
1. Sel sel yng bersifat fagositik seperti neutrofil, monosit dan makrofag
2. Sel sel yang akan menghasilkan mediator mediator inflamasi seperti basofil, sel
mast, dan eosinofil
3. Sel NATURAL KILLER(NK)
Selain itu system respons imun juga memiliki molekul molekul, seperti komplemen,
protein fase akut, dan sitokin.
B.respons yang bersifat adaptif (didapat/spesifik): akan terjadi perubahan
respons imun menjadi adekuat seiring dengan semakin seringnya antigen tersebut
masuk ke dalam tubuh.
Respons adaptif akan terlihat dengan adanya poliferasi sel sel limfosit T dan
B.Sel limfosit akan B akan menghasilkan antibodi dan sel limfosit T akan membunuh
pathogen intraselular dengan cara mengaktifkan makrofag atau membunuh secara
langsung sel sel yang terinfeksi oleh virus.
System imun dalam tubuh manusia akan bereaksi apabila mampu mengenali
kuman atu benda asing yang masuk ke dalam tubuh.Molekul molekul yang dapat
dikenali oleh reseptor sel sel imun disebut sebagai antigen.LOkasi tempat berikatan
reseptor dengan molekul molekul tersebut ukurannya sangat terbatas.Oleh karena
itu, pada molekul molekul dengan struktur yang kompleks hanya mengenali
sebagian dari struktur yang kompleks disebut sebagai epitop.Artinya, suatu molekul
dengan struktur yang kompleks akan memiliki epitop yang bervariasi (mosaik).
Mikroorganisme yang ditemukan sehari hari oleh seorang manusia yang
sehat umumnya tidak akan menimbulkan gejala penyakit sama sekali, karena
umumnya akan berhasil dikenali dan dihancurka oleh respons imun innate dalam
hitungan menit atau jam.Untuk dapat bekerja dengan efektif reseptor imun innate
harus mampu mendeteksi antigen antigen yang bersifat asing.Namun bebeda
dengan reseptor yang ada pada respons imun adaptif mka dalam proses imun
innate reseptor reseptor yang ada relative lebih terbatas dan konstan dari generasi
ke generasi.Meski demikian system imun innate tetap mampu mengenali
mikroorganisme walaupun tingkat mutasi yang terjadi pada mikroorganisme tersebut
cukup tinggi keadaannya.Meski demikian reseptor2 imun innate akan kesulitan
5. berkembang biak didalam sel sehingga komponen komponennya akan dibentuk
dalam sel contohnya virus.
Apabila mikroorganisme tersebut mampu mengatasi hadangan dari system
imun innate, maka akan dihadapi oleh system imun adaptif.Mikroorganisme beserta
produk produknya yang berada di ekstraselular akan dikenali pada reseptor reseptor
yang ada pada limfosit B, dalam hal ini adalah antibodi.Sementara untuk
mikroorganisme yang ada di intraselular , produk produknya akan dikenali oleh
reseptor reseptor yang ada di limfosit T (T cell reseptor =TCR).TCR akan mengenali
fragmen fragmen peptide yang berasal dari mikroorganisme intrasel dan
dipresentasikan oleh HLA pada permukaan sel atau sel sel khusus yang disebut
sebagai Antigen Presenting Cells(APC) seperti sel dendritik, makrofag, dan limfosit
B.
Human Leukocyte Antigen (HLA)
Seperti disebutkan sebelumnya HLA memegang peranan penting dalam
aktivasi respons imun baik yang bersifat innate maupun adaptif. Kalau sistem innate
cara mengenali antigennya lebih kepada pengenalan struktur karbohidrat ataupun
lipid yang asing, yang tidak ditemukan di dalam tubuh (non-self), maka respons imun
adaptif lebih melakukan pengenalan kepada struktur peptide yang berasal dari
protein asing (non-self). Pengenalan terhadap struktur peptide ini akan lebih
menguntungkan karena diversitas struktur peptide ternyata lebih banyak jika
dibandingkan dengan karbohidratataupun lipid. Oleh karena itu, diharapkan sistem
imun adaptif dapat lebih mengenali secara spesifik suatu imunogen sehingga dapat
memicu suatu respons imun yang lebih spesifik.
HLA adalah suatu molekul yang akan mempresentasikan fragmen peptida
pada permukaan sel. Fragmen peptide yang dipresentasikan oleh HLA berasal dari
protein eksogen ataupun endogen yang diproses baik melalui jalur endositik (HLA
kelas II maupun jalur sitosolik (HLA kelas I). fragmen peptide yang dipresentasikan
juga berasal dari protein self dan non-self. Oleh karena proses tadi berjalan secara
terus menerus, maka permukaan sel akan dipenuhi oleh HLA-HLA dengan fragmen
peptidanya masing-masing. Sel-sel yang tidak terinfeksi tentu saja hanya akan
mempresentasikan fragmen-fragmen peptida self. Oleh karena itu, HLA juga bersifat
sebagai pertanda imunogenik dimana memiliki fungsi untuk membedakan antara selsel yang berasal dari diri sendiri (self) dengan sel-sel yang berasal dari orang lain
6. (non-self) atau histokompatibilitas. Oleh karena itu, HLA sering disebut pula Major
Histocompatibility
complex
(MHC)
yang
ada
pada
manusia.
Dasar-dasar
pengetahuan mengenai HLA saat ini telah jauh berkembang seiring dengan semakin
majunya ilmu kedokteran transplantasi. Hal ini jugalah yang mendasari pemikiranpemikiran mengenai keilmuan imunoilogi reproduksi.
HLA berdasarkan struktur dan fungsinya terdiri atas 2 kelas, yaitu kelas I dan
kelas II. HLA akan dikoding oleh gen yang terletak pada kromosom no 6 tepatnya
pada region 6p21.31 (lengan pendek).tiap HLA memiliki kemampuan untuk mengikat
fragmen peptide pada peptide binding site-nya. Masing-masing HLA memiliki peptide
binding site yang bentuknya berbeda,sehingga fragmen peptide yang akan terikat
juga akan berbeda. Hal ini sangat ditentukan oleh protein HLA yang dikoding oleh
kromosom 6. seorang manusia akan menerima gen yang berasal dari kedua orang
tuanya. Satu gen yang berasal dari ayah dan satu gen yang berasal dari ibu. Oleh
karena itu, apabila HLA kelas I terdapat 3 lokus gen dan HLA kelas II memiliki 3
lokus gen, maka setiap individu akan memiliki 6 jenis HLA kelas I dan 6 jenis HLA
kelas II. Saat ini diketahui tiap lokus gen HLA memiliki beberapa alel, contohnya
HLA-A dapat memiliki 115 alel, sementara HLA-B dapat memiliki 301 alel. Oleh
karena itu, gen HLA dikenal sebagai sistem gen yang bersifat paling polimorfik.
Bagian yang polimorfik ini justru umumnya terdapat pada peptide binding site. Oleh
karena itu, tiap jenis HLA dari alel yang berbeda dapat mengikat fragmen peptida
yang berbeda-beda pula. Selain bersifat polimorfik, HLA akan diekspresikan secara
kodominan, yang berarti apabila seseorang memiliki 6 jenis HLA kelas I, maka
keenam-enamnya akan diekspresikan pada setiap permukaan sel somatik.
Sel-sel imun di uterus
Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan berlangsung tentu memiliki
peranan penting dalam proses penerimaan embrio. Lapisan endometrium dapat
dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah jaringan limfoid primer pada
sumsum tulang dan timus serta jaringan limfoid sekunder pada kelenjar getah
bening, limpa, dan Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT). Hal ini disebabkan
leukosit ditemukan jumlahnya cukup banyak baik pada daerah stroma maupun epitel
Dari lapisan endometrium.sejumlah sel leukosit didapatkan baik secara tersebar
maupun berkelompok bersebelahan dengan kelenjar endometrium pada stratum
fungsional akan sangat berbeda pada setiap fase dari siklus haid. Yang paling
7. menonjol adalah perubahan pada jumlah sel NK. Jumlah sel NK akan meningkat
secara bermakna pascaovulasi dan jumlahnya akan tetap banyak pada lapisan
desidua saat usia kehamilan dini.
Beberapa
Hipotesis
Mengenai
Keberhasilan
Kehamilan
Terkait Dengan Respons Imun
Dalam kehamilan jaringan lpasentalah yang akan langsung mengadakan
kontak dengan sistem sistem imun maternal. Hal ini disebabkan ole karena sel-sel
trofoblas akan menginvasi hingga ke pembuluh darah maternal. Respons imun yang
terjadi ternyata tidak sesuai dengan hukum transplantasi dimana seharusnya terjadi
reaksi penolakan, karena sel-sel trofoblas yang berasal dari janin seharusnya juga
memiliki HLA paternal. Namun, ada hal-hal yang ahrus dipertimbangkan bahwa selsel trofoblas itu berbeda dengan sel-sel somatic lainnya. Oleh karena itu, respons
imun yang ditimbulkannya tenyu akan sangat berbeda.
Hipotesis mengenai ekspresi HLA-G di sel-sel trofoblas
Sel-sel sinsisiotrofoblas yang merupakan lapisan terluar dari jaringan janin
dan akan berkontak dengan sistem imun maternal ternyata tidak mengekspresikan
HLA-LA dan HLA-B dan hanya sedikit mengekspresikan HLA-C. Sebaliknya, sel-sel
sinsisiotrofoblas tersebut mengekspresikan salah satu HLA nonklasik, yaitu HLA-G.
HLA-G tampaknya berinteraksi dengan KIR seperti layaknya jenis-jenis HLA
yang lain dan akan menekan aktivitas sitotoksitas dari sel NK. Diperkirakan inhibisi
terhadap aktivit6as sel NK tersebut akan memicu toleransi sistem imun maternal
pada embrio. HLA-G yang bersifat monomorfik tampaknya menunjukkan bahwa
inhibisi terhadap sel NK berlaku secara umum tidak terkait dengan genom
paternalnya. HLA-G dapat ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu yang ada pada
permukaan sel dan yang bersifat solubel (sHLA-G).
Hipotesis mengenai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) dan reseptor
Lapisan endometrium uterus tampaknya menghasilkan suatu molekul yang
bersifat hidrosoluber, yang disebut sebagai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) salama
siklus haid terkait dengan kadar progesteron. Sementara di sisi lain blastokista juga
akan menghasilkan LIF-reseptor. Selama periode implantasi lapisan desidua
bersama dengan limfosit-limfosit Th2 akan menghasilkan LIF, dan sel-sel
sinsiotrofoblas akan menghasilkan reseptor LIF. Diperkirakan ekspresi LIF pada
desidua san reseptor LIF pada blastokista akan memfasilitasi proses implantasi.
8. Selain itu, interaksi antara LIF dan reseptornya juga terbukti dapat memicu
pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel trofoblas.
Hipotesisi mengenai Indoleamine 2,3-dioksigenase (IDO)
IDO adalah suatu protein enzimatik yang berfungsi untuk katabolisme
tripofan. Enzim tersebut telah dibuktikan dapat dihasilkan oleh sel-sel sinsiotrofoblas.
Diperkirakan IDO yang dihasilkan oleh sel-sel sinsiotrofoblas akan merusak triptofan
pada lapisan desidua yang dibutuhkan oleh proliferasi sel-sel imun di lapisan
desidua sehingga dapat memicu toleransi dari sel-sel imun maternal terhadap
embrio.
Hipoteis mengenai keseimbangan Th1-Th2
Sel helper (CD4+) naïve (Th0) saat mengenali antigen yang dipresentasikan
oleh APC dapat berdiferensiasi menjadi Th1 apabila mendapat sinyal serupa IL-12
dan IFN, atau menjadi Th2 apabila mendapat sinyal serupa IL-4. Pada penelitianpenelitian sebelumnya ditunjukkan bahwa dominasi sitokin-sitokin proinflamasi yang
dihasilkan oleh Th1 akan berkolerasi dengan peningkatan kejadian keguguran. Oleh
karena itu, yang dianggap sebagai sitokin yang akan mempertahankan kehamilan
adalah sitokin-sitokin yang dihasilkan ole sel-sel imun saja, tetapi juga oleh sel-sel
trofoblas.
Hipotesis Mengenai Makrofag Supresor
Tampaknya ada jenis makrofag lain selain makrofag yang telah dikenal
secara klasik akan teraktivasi setelah terstimulasi oleh IFN atau lipoposakarida
(LPS), dan kemudian akan menghasilkan sitokin-sitokin proinflamasi. Makrofag
supresor ini diperkirakan akan menjaga rahim tetap sebagai tempat yang bersifat
immuno-privileged, dengan cara menghasilkan sitokin-sitokin yang bersifat nonimflamasi seperti IL-10 atau antagonis reseptor IL-1 dan juga menghasilkan turunan
oksigen bebas yang minimal atau tidak sama sekali.
Hipotesis Mengenai Hormon
Beberapa jenis sitokin dan hormone telah terbukti dapat dihasilkan oleh
plasenta. Hormon yang cukup penting yang dihasilkan oleh plasenta adalah
progesteron, di mana pada beberapa penelitian menunjukkan progesteron terbukti
akan memicu produksi LIF pada emdometrium, dan juga akan memodulasi sistem
imun maternal sehingga keseimbangan Th1 dan Th2 akan bergerak ke arah
dominasi th2. selain progesteron tampaknya hormone pertumbuhan juga akan
memegang peranan dalam mmemodulasi sistem imun, meski saat ini baru terbukti
9. pada spesies Roden. Dalam masa kehamilan plasenta akan menghasilkan placental
Growth Hormone (pGH) yang memiliki perbedaan 13 asam amino dibandingkan
dengan Growth Hormone (GH) yang dihasilakn oleh hipofisis. pGH akan
menggantikan GH dalam sirkulasi maternal pada trimester kedua dan diperkirakan
dapat pula memodulasi sistem imun maternal.
HIPOTESIS MENGENAI CD95 DAN LIGANNYA (CD95L)
Interaksi antara CD95L dan ligannya yaitu CD95 telah lama dikenal dalam
bidang imunologi yang berperan untuk memicu reaksi apoptosis.Mekanisme
interaksi CD95-CD95L
umumnya digunakan untuk menjelaskan pengaturan
pergantian sel, pemusnahan sel sel tumor, respons antiviral, dan yang terpenting
adalah untuk melindungi organ organ tertentu dari aktifitas sel sel imun , contohnya
pada organ organ yang harus dilindungi seperti mata dan testis(organ organ yang
bersifat immune privileged).Mekanismenya adalah sel sel imun memiliki ekspresi
CD95, sehungga apabila sel sel imun mengadakan kontak akan terjadi interaksi
CD95-CD95L yang akan memicu apoptosis sel sel imun tersebut sehingga organ
organ tersebut akan dilindungi.
Dalam penelitian penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sel sel
trofoblas Mampu menghasilkan CD95 dan dalam medium kultur mampu memicu
apoptosis pada sel sel limfosit T yang mengekspresikan CD95L.Oleh karena itu,
dapat diambil kesimpulan bahwa sel sel trofoblas mampu memicu apoptosis sel sel
imun maternal apabila sel sel imun mencoba untuk melakukan kontak dengan sel sel
trofoblas.
HIPOTESIS MENGENAI ANEKSIN II
Aneksin II adalah anggota keluarga dari glikoprotein yang dapat berikatan
dengan fosfolipid bermuatan negatif.Aneksin adalah membrane associated protein
yang umunya dihasilkan baik oleh sel sel normal maupun sel sel tumor.Namun, telah
dibuktikan plasenta juga mampu untuk menhasilkan aneksin.Dalam suatu penelitian
telah dibuktikan bahwa aneksinII dapat menghambat poliferasi sel sel limfosit dan
juga menghambat produksi antibody IgG ataupun IgM oleh sel sel imun
maternal.Oleh karena itu, molekul ini ditengarai juga memiliki peran dalam hal
memicu toleransi system imun maternal pada embrio.
HIPOTESIS MENGENAI RENDAHNYA AKTIFITAS KOMPLEMEN
Dalam system imun innate, komplemen memegang peranan yang cukup
penting dalam menghasilkan sel sel tumor atau asing dengan cara bekerjasama
10. dengan antibodi.Antibodi akan mengenali antigen asing pada permukaan sel
tersebut dan selanjutnya antibody akan bergabung dengan komplemen untuk
menghasilkan Membrane Attack Complex (MAC) yang mampu melubangi
permukaan sel yang memiliki antigen asing tersebut sehingga sel tersebut akan
mengalami kehancuran.Namun, terdapat beberapa factor yang dapat menghambat
mekanisme penghancuran tersebut, diantaranya adalah Membrane Complement
Protein (MCP) yang akan menduduki tempat berikatannya antibody dengan
komplemen sehingga tidak dapat terjadi interaksi antara antibodi dan komplemen
atau terdapatnya peningkatan Decary Accelerating Factor(DAF), Dimana factor
tersebut dapat meningkatkan tingkat penghancuran complement.
HIPOTESIS MENGENAI PENYEMBUNYIAN ANTIGEN TROFOBLAS
Hipotesis ini masih bersifat spekulatif.Diperkirakan antigen antigen paternal
pada permukaan sel trofoblas dikamuflase oleh suatu blocking antibody dan materi
materi fibrin atau lapisan sialomusin.Selain itu ada pula teori mengenai antigen
paternal pada sel sel trofoblas, sehingga antibody tersebut tidak dapat mengaktivasi
system imun lainnya.Hal hal tersebut diatas akan menyembunyikan ekspresi antigen
paternal pada janin sehingga dapat memicu reaksi toleransi dari system imun
maternal.
GAMBAR-GAMBAR DASAR IMUNOLOGI
13. PENUTUP
KESIMPULAN
System imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel sel dan molekul molekul
yang memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu system pertahanan tubuh
terhadap infeksi atau benda asing.
HLA adalah suatu molekul yang akan mempresentasikan fragmen peptida pada
permukaan sel. Fragmen peptide yang dipresentasikan oleh HLA berasal dari
protein eksogen ataupun endogen yang diproses baik melalui jalur endositik (HLA
kelas II maupun jalur sitosolik (HLA kelas I).
Penerapan sel imun diuterus adalah Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan
berlangsung tentu memiliki peranan penting dalam proses penerimaan embrio.
Lapisan endometrium dapat dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah
jaringan limfoid primer pada sumsum tulang dan timus serta jaringan limfoid
sekunder pada kelenjar getah bening, limpa, dan Gut Associated Lymphoid Tissue
(GALT). Hal ini disebabkan leukosit ditemukan jumlahnya cukup banyak baik pada
daerah stroma maupun epitel.
Beberapa Hipotesis Mengenai Keberhasilan Kehamilan Terkait Dengan Respons
Imun yaitu :
1.Hipotesis mengenai ekspresi HLA-G di sel-sel trofoblas
2.Hipotesis mengenai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) dan reseptor
3.Hipotesisi mengenai Indoleamine 2,3-dioksigenase (IDO)
4.Hipoteis mengenai keseimbangan Th1-Th2
5.Hipotesis Mengenai Makrofag Supresor
6.Hipotesis Mengenai Hormon
7.Hipotesis mengenai cd95 dan ligannya (cd95l)
8.Hipotesis mengenai aneksin ii
9.Hipotesis mengenai rendahnya aktifitas komplemen
10.Hipotesis mengenai penyembunyian antigen trofoblas
SARAN
Oleh karena itu untuk untuk menjaga kehamilan agar tetap sehat hingga
neonatus maka system imunologi dalam tubuh harus disertai dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan sehat untuk janin dan ibu.
14. DAFTAR PUSTAKA
Klein J, Sato A.The HLA system.N Engl J Med. 2000;343:702-9
Prawirohardjo, Sarwono(2008).ilmu kebidanan.Jakarta:Penerbit PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Chaouat G.Fetal-Maternal immunological relationship.Encyclopedia of Life
Sciences.2001:1-7