Dokumen tersebut membahas tentang imunologi reproduksi dan beberapa hipotesis yang berkaitan dengan keberhasilan kehamilan terkait dengan respons imun. Secara singkat, dibahas mengenai peranan sel-sel imun di uterus seperti sel NK, ekspresi HLA-G pada sel trofoblas, dan hipotesis interaksi antara LIF dan reseptornya yang dapat memfasilitasi implantasi embrio. Juga dibahas mengenai peranan enzim IDO, keseimbangan sel Th1 dan Th
Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan non-spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag, sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap sel yang rusak. Repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis pertahanan kedua yang terakhir yaitu substansi mikroba.
as health providers especially nurses, midwives, and obstetrican we must know how the blastocyst can implantation on the endometrium. One of the important factors is tolerance of immunology.
Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan non-spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag, sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap sel yang rusak. Repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis pertahanan kedua yang terakhir yaitu substansi mikroba.
as health providers especially nurses, midwives, and obstetrican we must know how the blastocyst can implantation on the endometrium. One of the important factors is tolerance of immunology.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 />< 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringanparu
Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk meng
1. BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara
lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit;
malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas,
defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponenkomponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan
pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.Oleh karena
itu kami akan memberikan uraian mengenai dasar dasar IMUNOLOGI.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan aplikasi imun?
2. Apa yang dimaksud HLA?
3. Bagaimana penerapan sel sel imunologi di uterus?
4. Apa saja Hipotesis yang berkaitan dengan Keberhasilan Kehamilan Terkait dengan
respons imun?
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
1. APLIKASI IMUNOLOGI
System imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel sel dan molekul molekul
yang memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu system pertahanan tubuh terhadap
infeksi atau benda asing.terdapat 2 jenis respons imun yang bebeda secara fundamental
yaitu
A.respons yang bersifat innate(alami/nonspesifik): respons imun tersebut akan selalu
sama seberapapun seringnya antigen tersebut masuk kedalam tubuh.
Respons ini akan menggunakan :
1. Sel sel yng bersifat fagositik seperti neutrofil, monosit dan makrofag
2. Sel sel yang akan menghasilkan mediator mediator inflamasi seperti basofil, sel mast,
dan eosinofil
3. sel natural killer(nk)
Selain itu system respons imun juga memiliki molekul molekul, seperti komplemen,
protein fase akut, dan sitokin.
B.respons yang bersifat adaptif (didapat/spesifik): akan terjadi perubahan respons
imun menjadi adekuat seiring dengan semakin seringnya antigen tersebut masuk ke dalam
tubuh.
Respons adaptif akan terlihat dengan adanya poliferasi sel sel limfosit T dan B.Sel
limfosit akan B akan menghasilkan antibodi dan sel limfosit T akan membunuh pathogen
intraselular dengan cara mengaktifkan makrofag atau membunuh secara langsung sel sel yang
terinfeksi oleh virus.
System imun dalam tubuh manusia akan bereaksi apabila mampu mengenali kuman
atu benda asing yang masuk ke dalam tubuh.Molekul molekul yang dapat dikenali oleh
reseptor sel sel imun disebut sebagai antigen.LOkasi tempat berikatan reseptor dengan
molekul molekul tersebut ukurannya sangat terbatas.Oleh karena itu, pada molekul molekul
dengan struktur yang kompleks hanya mengenali sebagian dari struktur yang kompleks
disebut sebagai epitop.Artinya, suatu molekul dengan struktur yang kompleks akan memiliki
epitop yang bervariasi (mosaik).
Mikroorganisme yang ditemukan sehari hari oleh seorang manusia yang
sehat umumnya tidak akan menimbulkan gejala penyakit sama sekali, karena umumnya akan
berhasil dikenali dan dihancurka oleh respons imun innate dalam hitungan menit atau
jam.Untuk dapat bekerja dengan efektif reseptor imun innate harus mampu mendeteksi
antigen antigen yang bersifat asing.Namun bebeda dengan reseptor yang ada pada respons
imun adaptif mka dalam proses imun innate reseptor reseptor yang ada relative lebih terbatas
dan konstan dari generasi ke generasi.Meski demikian system imun innate tetap mampu
mengenali mikroorganisme walaupun tingkat mutasi yang terjadi pada mikroorganisme
tersebut cukup tinggi keadaannya.Meski demikian reseptor2 imun innate akan kesulitan
berkembang biak didalam sel sehingga komponen komponennya akan dibentuk dalam sel
contohnya virus.
2
3. Apabila mikroorganisme tersebut mampu mengatasi hadangan dari system imun
innate, maka akan dihadapi oleh system imun adaptif.Mikroorganisme beserta produk
produknya yang berada di ekstraselular akan dikenali pada reseptor reseptor yang ada pada
limfosit B, dalam hal ini adalah antibodi.Sementara untuk mikroorganisme yang ada di
intraselular , produk produknya akan dikenali oleh reseptor reseptor yang ada di limfosit T (T
cell reseptor =TCR).TCR akan mengenali fragmen fragmen peptide yang berasal dari
mikroorganisme intrasel dan dipresentasikan oleh HLA pada permukaan sel atau sel sel
khusus yang disebut sebagai Antigen Presenting Cells(APC) seperti sel dendritik, makrofag,
dan limfosit B.
2. Human Leukocyte Antigen (HLA)
Seperti disebutkan sebelumnya HLA memegang peranan penting dalam aktivasi
respons imun baik yang bersifat innate maupun adaptif. Kalau sistem innate cara mengenali
antigennya lebih kepada pengenalan struktur karbohidrat ataupun lipid yang asing, yang tidak
ditemukan di dalam tubuh (non-self), maka respons imun adaptif lebih melakukan
pengenalan kepada struktur peptide yang berasal dari protein asing (non-self). Pengenalan
terhadap struktur peptide ini akan lebih menguntungkan karena diversitas struktur peptide
ternyata lebih banyak jika dibandingkan dengan karbohidratataupun lipid. Oleh karena itu,
diharapkan sistem imun adaptif dapat lebih mengenali secara spesifik suatu imunogen
sehingga dapat memicu suatu respons imun yang lebih spesifik.
HLA adalah suatu molekul yang akan mempresentasikan fragmen peptida pada
permukaan sel. Fragmen peptide yang dipresentasikan oleh HLA berasal dari protein eksogen
ataupun endogen yang diproses baik melalui jalur endositik (HLA kelas II maupun jalur
sitosolik (HLA kelas I). fragmen peptide yang dipresentasikan juga berasal dari protein self
dan non-self. Oleh karena proses tadi berjalan secara terus menerus, maka permukaan sel
akan dipenuhi oleh HLA-HLA dengan fragmen peptidanya masing-masing. Sel-sel yang
tidak terinfeksi tentu saja hanya akan mempresentasikan fragmen-fragmen peptida self. Oleh
karena itu, HLA juga bersifat sebagai pertanda imunogenik dimana memiliki fungsi untuk
membedakan antara sel-sel yang berasal dari diri sendiri (self) dengan sel-sel yang berasal
dari orang lain (non-self) atau histokompatibilitas. Oleh karena itu, HLA sering disebut pula
Major Histocompatibility complex (MHC) yang ada pada manusia. Dasar-dasar pengetahuan
mengenai HLA saat ini telah jauh berkembang seiring dengan semakin majunya ilmu
kedokteran transplantasi. Hal ini jugalah yang mendasari pemikiran-pemikiran mengenai
keilmuan imunoilogi reproduksi.
HLA berdasarkan struktur dan fungsinya terdiri atas 2 kelas, yaitu kelas I dan kelas II.
HLA akan dikoding oleh gen yang terletak pada kromosom no 6 tepatnya pada region
6p21.31 (lengan pendek).tiap HLA memiliki kemampuan untuk mengikat fragmen peptide
pada peptide binding site-nya. Masing-masing HLA memiliki peptide binding site yang
bentuknya berbeda,sehingga fragmen peptide yang akan terikat juga akan berbeda. Hal ini
sangat ditentukan oleh protein HLA yang dikoding oleh kromosom 6. seorang manusia akan
menerima gen yang berasal dari kedua orang tuanya. Satu gen yang berasal dari ayah dan satu
gen yang berasal dari ibu. Oleh karena itu, apabila HLA kelas I terdapat 3 lokus gen dan
HLA kelas II memiliki 3 lokus gen, maka setiap individu akan memiliki 6 jenis HLA kelas I
dan 6 jenis HLA kelas II. Saat ini diketahui tiap lokus gen HLA memiliki beberapa alel,
contohnya HLA-A dapat memiliki 115 alel, sementara HLA-B dapat memiliki 301 alel. Oleh
3
4. karena itu, gen HLA dikenal sebagai sistem gen yang bersifat paling polimorfik. Bagian yang
polimorfik ini justru umumnya terdapat pada peptide binding site. Oleh karena itu, tiap jenis
HLA dari alel yang berbeda dapat mengikat fragmen peptida yang berbeda-beda pula. Selain
bersifat polimorfik, HLA akan diekspresikan secara kodominan, yang berarti apabila
seseorang memiliki 6 jenis HLA kelas I, maka keenam-enamnya akan diekspresikan pada
setiap permukaan sel somatik.
3.Sel-sel imun di uterus
Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan berlangsung tentu memiliki peranan
penting dalam proses penerimaan embrio. Lapisan endometrium dapat dianggap sebagai
jaringan limfoid tersier setelah jaringan limfoid primer pada sumsum tulang dan timus serta
jaringan limfoid sekunder pada kelenjar getah bening, limpa, dan Gut Associated Lymphoid
Tissue (GALT). Hal ini disebabkan leukosit ditemukan jumlahnya cukup banyak baik pada
daerah stroma maupun epitel Dari lapisan endometrium.sejumlah sel leukosit didapatkan baik
secara tersebar maupun berkelompok bersebelahan dengan kelenjar endometrium pada
stratum fungsional akan sangat berbeda pada setiap fase dari siklus haid. Yang paling
menonjol adalah perubahan pada jumlah sel NK. Jumlah sel NK akan meningkat secara
bermakna pascaovulasi dan jumlahnya akan tetap banyak pada lapisan desidua saat usia
kehamilan dini.
Beberapa Hipotesis Mengenai Keberhasilan Kehamilan Terkait Dengan Respons Imun
Dalam kehamilan jaringan lpasentalah yang akan langsung mengadakan kontak
dengan sistem sistem imun maternal. Hal ini disebabkan ole karena sel-sel trofoblas akan
menginvasi hingga ke pembuluh darah maternal. Respons imun yang terjadi ternyata tidak
sesuai dengan hukum transplantasi dimana seharusnya terjadi reaksi penolakan, karena sel-sel
trofoblas yang berasal dari janin seharusnya juga memiliki HLA paternal. Namun, ada hal-hal
yang ahrus dipertimbangkan bahwa sel-sel trofoblas itu berbeda dengan sel-sel somatic
lainnya. Oleh karena itu, respons imun yang ditimbulkannya tenyu akan sangat berbeda.
Hipotesis mengenai ekspresi HLA-G di sel-sel trofoblas
Sel-sel sinsisiotrofoblas yang merupakan lapisan terluar dari jaringan janin dan akan
berkontak dengan sistem imun maternal ternyata tidak mengekspresikan HLA-LA dan HLAB dan hanya sedikit mengekspresikan HLA-C. Sebaliknya, sel-sel sinsisiotrofoblas tersebut
mengekspresikan salah satu HLA nonklasik, yaitu HLA-G.
HLA-G tampaknya berinteraksi dengan KIR seperti layaknya jenis-jenis HLA yang
lain dan akan menekan aktivitas sitotoksitas dari sel NK. Diperkirakan inhibisi terhadap
aktivit6as sel NK tersebut akan memicu toleransi sistem imun maternal pada embrio. HLA-G
yang bersifat monomorfik tampaknya menunjukkan bahwa inhibisi terhadap sel NK berlaku
secara umum tidak terkait dengan genom paternalnya. HLA-G dapat ditemukan dalam 2
bentuk, yaitu yang ada pada permukaan sel dan yang bersifat solubel (sHLA-G).
Hipotesis mengenai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) dan reseptor
Lapisan endometrium uterus tampaknya menghasilkan suatu molekul yang bersifat
hidrosoluber, yang disebut sebagai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) salama siklus haid terkait
dengan kadar progesteron. Sementara di sisi lain blastokista juga akan menghasilkan LIFreseptor. Selama periode implantasi lapisan desidua bersama dengan limfosit-limfosit Th2
akan menghasilkan LIF, dan sel-sel sinsiotrofoblas akan menghasilkan reseptor LIF.
4
5. Diperkirakan ekspresi LIF pada desidua san reseptor LIF pada blastokista akan memfasilitasi
proses implantasi. Selain itu, interaksi antara LIF dan reseptornya juga terbukti dapat memicu
pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel trofoblas.
Hipotesisi mengenai Indoleamine 2,3-dioksigenase (IDO)
IDO adalah suatu protein enzimatik yang berfungsi untuk katabolisme tripofan.
Enzim tersebut telah dibuktikan dapat dihasilkan oleh sel-sel sinsiotrofoblas. Diperkirakan
IDO yang dihasilkan oleh sel-sel sinsiotrofoblas akan merusak triptofan pada lapisan desidua
yang dibutuhkan oleh proliferasi sel-sel imun di lapisan desidua sehingga dapat memicu
toleransi dari sel-sel imun maternal terhadap embrio.
Hipoteis mengenai keseimbangan Th1-Th2
Sel helper (CD4+) naïve (Th0) saat mengenali antigen yang dipresentasikan oleh APC
dapat berdiferensiasi menjadi Th1 apabila mendapat sinyal serupa IL-12 dan IFN, atau
menjadi Th2 apabila mendapat sinyal serupa IL-4. Pada penelitian-penelitian sebelumnya
ditunjukkan bahwa dominasi sitokin-sitokin proinflamasi yang dihasilkan oleh Th1 akan
berkolerasi dengan peningkatan kejadian keguguran. Oleh karena itu, yang dianggap sebagai
sitokin yang akan mempertahankan kehamilan adalah sitokin-sitokin yang dihasilkan ole selsel imun saja, tetapi juga oleh sel-sel trofoblas.
Hipotesis Mengenai Makrofag Supresor
Tampaknya ada jenis makrofag lain selain makrofag yang telah dikenal secara klasik
akan teraktivasi setelah terstimulasi oleh IFN atau lipoposakarida (LPS), dan kemudian akan
menghasilkan sitokin-sitokin proinflamasi. Makrofag supresor ini diperkirakan akan menjaga
rahim tetap sebagai tempat yang bersifat immuno-privileged, dengan cara menghasilkan
sitokin-sitokin yang bersifat non-imflamasi seperti IL-10 atau antagonis reseptor IL-1 dan
juga menghasilkan turunan oksigen bebas yang minimal atau tidak sama sekali.
Hipotesis Mengenai Hormon
Beberapa jenis sitokin dan hormone telah terbukti dapat dihasilkan oleh plasenta.
Hormon yang cukup penting yang dihasilkan oleh plasenta adalah progesteron, di mana pada
beberapa penelitian menunjukkan progesteron terbukti akan memicu produksi LIF pada
emdometrium, dan juga akan memodulasi sistem imun maternal sehingga keseimbangan Th1
dan Th2 akan bergerak ke arah dominasi th2. selain progesteron tampaknya hormone
pertumbuhan juga akan memegang peranan dalam mmemodulasi sistem imun, meski saat ini
baru terbukti pada spesies Roden. Dalam masa kehamilan plasenta akan menghasilkan
placental Growth Hormone (pGH) yang memiliki perbedaan 13 asam amino dibandingkan
dengan Growth Hormone (GH) yang dihasilakn oleh hipofisis. pGH akan menggantikan GH
dalam sirkulasi maternal pada trimester kedua dan diperkirakan dapat pula memodulasi
sistem imun maternal.
HIPOTESIS MENGENAI CD95 DAN LIGANNYA (CD95L)
Interaksi antara CD95L dan ligannya yaitu CD95 telah lama dikenal dalam bidang
imunologi yang berperan untuk memicu reaksi apoptosis.Mekanisme interaksi CD95CD95L umumnya digunakan untuk menjelaskan pengaturan pergantian sel, pemusnahan sel
sel tumor, respons antiviral, dan yang terpenting adalah untuk melindungi organ organ
tertentu dari aktifitas sel sel imun , contohnya pada organ organ yang harus dilindungi seperti
mata dan testis(organ organ yang bersifat immune privileged).Mekanismenya adalah sel sel
5
6. imun memiliki ekspresi CD95, sehungga apabila sel sel imun mengadakan kontak akan
terjadi interaksi CD95-CD95L yang akan memicu apoptosis sel sel imun tersebut sehingga
organ organ tersebut akan dilindungi.
Dalam penelitian penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sel sel
trofoblas Mampu menghasilkan CD95 dan dalam medium kultur mampu memicu apoptosis
pada sel sel limfosit T yang mengekspresikan CD95L.Oleh karena itu, dapat diambil
kesimpulan bahwa sel sel trofoblas mampu memicu apoptosis sel sel imun maternal apabila
sel sel imun mencoba untuk melakukan kontak dengan sel sel trofoblas.
HIPOTESIS MENGENAI ANEKSIN II
Aneksin II adalah anggota keluarga dari glikoprotein yang dapat berikatan dengan
fosfolipid bermuatan negatif.Aneksin adalah membrane associated protein yang umunya
dihasilkan baik oleh sel sel normal maupun sel sel tumor.Namun, telah dibuktikan plasenta
juga mampu untuk menhasilkan aneksin.Dalam suatu penelitian telah dibuktikan bahwa
aneksinII dapat menghambat poliferasi sel sel limfosit dan juga menghambat produksi
antibody IgG ataupun IgM oleh sel sel imun maternal.Oleh karena itu, molekul ini ditengarai
juga memiliki peran dalam hal memicu toleransi system imun maternal pada embrio.
HIPOTESIS MENGENAI RENDAHNYA AKTIFITAS KOMPLEMEN
Dalam system imun innate, komplemen memegang peranan yang cukup penting
dalam menghasilkan sel sel tumor atau asing dengan cara bekerjasama dengan
antibodi.Antibodi akan mengenali antigen asing pada permukaan sel tersebut dan selanjutnya
antibody akan bergabung dengan komplemen untuk menghasilkan Membrane Attack
Complex (MAC) yang mampu melubangi permukaan sel yang memiliki antigen asing
tersebut sehingga sel tersebut akan mengalami kehancuran.Namun, terdapat beberapa factor
yang dapat menghambat mekanisme penghancuran tersebut, diantaranya adalah Membrane
Complement Protein (MCP) yang akan menduduki tempat berikatannya antibody dengan
komplemen sehingga tidak dapat terjadi interaksi antara antibodi dan komplemen atau
terdapatnya peningkatan Decary Accelerating Factor(DAF), Dimana factor tersebut dapat
meningkatkan tingkat penghancuran complement.
HIPOTESIS MENGENAI PENYEMBUNYIAN ANTIGEN TROFOBLAS
Hipotesis ini masih bersifat spekulatif.Diperkirakan antigen antigen paternal pada
permukaan sel trofoblas dikamuflase oleh suatu blocking antibody dan materi materi fibrin
atau lapisan sialomusin.Selain itu ada pula teori mengenai antigen paternal pada sel sel
trofoblas, sehingga antibody tersebut tidak dapat mengaktivasi system imun lainnya.Hal hal
tersebut diatas akan menyembunyikan ekspresi antigen paternal pada janin sehingga dapat
memicu reaksi toleransi dari system imun maternal.
6
7. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aplikasi imunologi adalah adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel sel dan molekul
molekul yang memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu system pertahanan tubuh
terhadap infeksi atau benda asing.
HLA adalah suatu molekul yang akan mempresentasikan fragmen peptida pada permukaan
sel. Fragmen peptide yang dipresentasikan oleh HLA berasal dari protein eksogen ataupun
endogen yang diproses baik melalui jalur endositik (HLA kelas II maupun jalur sitosolik
(HLA kelas I).
Penerapan sel imun diuterus adalah Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan
berlangsung tentu memiliki peranan penting dalam proses penerimaan embrio. Lapisan
endometrium dapat dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah jaringan limfoid primer
pada sumsum tulang dan timus serta jaringan limfoid sekunder pada kelenjar getah bening,
limpa, dan Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT). Hal ini disebabkan leukosit ditemukan
jumlahnya cukup banyak baik pada daerah stroma maupun epitel.
Beberapa Hipotesis Mengenai Keberhasilan Kehamilan Terkait Dengan Respons Imunologi
yaitu :
1.Hipotesis mengenai ekspresi HLA-G di sel-sel trofoblas
2.Hipotesis mengenai Leukimia Inhibitor Factor (LIF) dan reseptor
3.Hipotesisi mengenai Indoleamine 2,3-dioksigenase (IDO)
4.Hipoteis mengenai keseimbangan Th1-Th2
5.Hipotesis Mengenai Makrofag Supresor
6.Hipotesis Mengenai Hormon
7.Hipotesis mengenai cd95 dan ligannya (cd95l)
8.Hipotesis mengenai aneksin ii
9.Hipotesis mengenai rendahnya aktifitas komplemen
10.Hipotesis mengenai penyembunyian antigen trofoblas
B. SARAN
Oleh karena itu untuk untuk menjaga kehamilan agar tetap sehat hingga neonatus maka
system imunologi dalam tubuh harus disertai dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan sehat untuk janin dan ibu.
7
8. DAFTAR PUSTAKA
Klein J, Sato A.The HLA system.N Engl J Med. 2000;343:702-9
Prawirohardjo, Sarwono(2008).ilmu kebidanan.Jakarta:Penerbit PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Chaouat G.Fetal-Maternal immunological relationship.Encyclopedia of Life
Sciences.2001:1-
8
10. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Aplikasi Imunologi ............................................................................................. 2
2Human leukocyte antigen .................................................................................... 3
3.sel-sel imun di uterus ........................................................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
10