SlideShare a Scribd company logo
IMUNOLOGI DASAR: ANTIGEN PRESENTING
CELL (APC)
Posted on Maret 2, 2012 by Indonesia Medicine Meninggalkan komentar
Antigen-presenting Cel (APC) atau sel aksesori adalah sel asing yang menampilkan
antigen kompleks dengan major histocompatibility complex (MHC) pada permukaannya.
T-sel dapat mengenali kompleks mereka menggunakan T-sel reseptor (TCRs). Sel ini
memproses antigen dan menyajikan untuk T-sel.
Fungsi utama sel sebagai sel penampil antigen (antigen-presenting cell) terdapat pada sifat
fagositik yang mengikat antigen yang terlepas dari mekanisme pertahanan awal dan
menampilkan fragmen protein dari antigen tersebut pada kompleks MHC bagi sel T dan sel
B.Antigen yang diikat oleh sel dendritik akan ditelan ke dalam sitosol dan dipotong menjadi
peptida untuk kemudian diekspresikan menuju ke permukaan sel sebagai antigen MHC.
Antigen protein dari mikroba yang memasuki tubuh akan ditangkap oleh APC, kemudian
terkumpul di organ limfoid perifer dan dimulailah respons imun (lihat Tabel 7-1). Mikroba
masuk ke dalam tubuh terutama melalui kulit, saluran gastrointestinal, dan saluran napas. Epitel
merupakan pertahanan fisik terhadap infeksi. Epitel mengandung sekumpulan APC yang
tergolong dalam sel dendrit. Di kulit, sel dendrit epidermal disebut sebagai sel Langerhans. Sel
dendrit di epitel ini masih imatur karena tidak efisien untuk menstimulasi sel T.
Antigen mikroba yang memasuki epitel akan ditangkap oleh sel dendrit dengan cara fagositosis
(untuk antigen partikel) atau pinositosis (untuk antigen terlarut). Sel dendrit memiliki reseptor
untuk berikatan dengan mikroba. Reseptor tersebut mengenali residu manosa terminal (terminal
mannose residue) yang terdapat pada glikoprotein mikroba namun tidak ada pada glikoprotein
mamalia. Ketika makrofag dan sel epitel bertemu dengan mikroba, sel tersebut mengeluarkan
sitokin tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1). Sitokin tersebut bekerja pada sel
dendrit yang telah menangkap antigen dan menyebabkan sel dendrit terlepas dari epitel.
Sel dendrit mempunyai reseptor terhadap kemokin yang diproduksi di kelenjar getah bening
yang penuh dengan sel T. Kemokin tersebut akan mengarahkan sel dendrit untuk masuk ke
pembuluh limfe dan menuju ke kelenjar getah bening regional. Selama proses migrasi, sel
dendrit bermaturasi dari sel yang berfungsi menangkap antigen menjadi APC yang dapat
menstimulasi limfosit T. Bentuk dari maturasi ini yaitu molekul MHC dan ko-stimulatornya
disintesis dan diekspresikan di permukaan APC.
Jika suatu mikroba berhasil menembus epitel dan memasuki jaringan ikat/parenkim, mikroba
tersebut akan ditangkap oleh sel dendrit imatur dan dibawa ke kelenjar getah bening. Antigen
terlarut di saluran limfe diambil oleh sel dendrit yang berada di kelenjar getah bening, sedangkan
antigen di dalam darah diambil oleh sel dendrit yang berada di limpa. Antigen protein dari
mikroba yang masuk ke dalam tubuh akan dikumpulkan di kelenjar getah bening sehingga dapat
bertemu dengan limfosit T. Sel T naif bersirkulasi terus-menerus dan melewati kelenjar getah
bening paling tidak satu kali sehari. Proses pertemuan APC dan sel T naif di kelenjar getah
bening sangat efisien. Jika suatu antigen mikroba masuk ke dalam tubuh, respons sel T terhadap
antigen ini akan dimulai di kelenjar getah bening regional dalam 12-18 jam.
Berbagai jenis APC mempunyai fungsi yang berbeda dalam respons imun tergantung sel T (T
cell-dependent immune response). Interdigitating dendritic cells merupakan APC yang paling
poten dalam mengaktivasi limfosit T naif. Sel dendrit tidak hanya menyebabkan dimulainya
respons sel T namun juga mempengaruhi sifat respons tersebut. Misalnya, terdapat beberapa
jenis sel dendrit yang dapat mengarahkan diferensiasi sel T CD4 naif menjadi suatu populasi
yang berfungsi melawan suatu jenis mikroba. Sel APC yang lain yaitu makrofag yang tersebar di
semua jaringan. Pada respons imun selular, makrofag memfagosit mikroba dan
mempresentasikannya ke sel T efektor, yang kemudian mengaktivasi makrofag untuk membunuh
mikroba. Limfosit B yang teraktivasi akan mencerna antigen protein dan mempresentasikannya
ke sel T helper; proses ini berperan penting dalam perkembangan respons imun humoral. Selain
itu, semua sel yang berinti dapat mempresentasikan antigen dari mikroba di dalam sitoplasma
kepada sel T sitotoksik.
Sel APC berperan penting dalam memulai respons sel T CD8 terhadap antigen mikroba
intraselular. Sebagian mikroba (misalnya virus) dapat menginfeksi sel pejamu dengan cepat dan
hanya dapat diatasi dengan cara penghancuran sel tersebut oleh sel T sitotoksik. Virus dapat
menginfeksi semua jenis sel pejamu (tidak hanya APC saja), dan sel-sel ini tidak dapat
memproduksi sinyal yang diperlukan untuk mengaktivasi sel T. Mekanisme yang terjadi pada
keadaan ini adalah sel APC memakan sel yang terinfeksi dan mempresentasikan antigen ke
limfosit T CD8. Hal ini disebut sebagai cross-presentation, artinya suatu jenis sel (yaitu APC)
mempresentasikan antigen dari sel lain (yaitu sel yang terinfeksi) kemudian mengaktivasi
limfosit T naif sehingga menjadi spesifik untuk antigen tersebut. Sel APC yang memakan sel
terinfeksi juga dapat mempresentasikan antigen ke limfosit T CD4.
Jenis APC
Professional APCs
Terdapat 3 tipe utama professional antigen-presenting cell:
 Dendritic cells (DCs), Sel dendritik (dendritic cell, DC) adalah monosit yang
terdiferensiasi oleh stimulasi GM-CSF dan IL-4,dan menjadi bagian sistem kekebalan
mamalia. Bentuk sel dendritik menyerupai bagian dendrita pada neuron, namun sel
dendritik tidak bekerja pada sistem saraf, melainkan berperan sebagai perantara sistem
kekebalan turunan menuju sistem kekebalan tiruan.
 Macrophages,
 B-cells,
 Certain activated epithelial cells
Non-professional
A non-professional APC
 Fibroblasts (kulit)
 Thymic epithelial cells
 Thyroid epithelial cells
 Glial cells (otak)
 Pancreatic beta cells
 Vascular endothelial cells
Jenis-jenis antigen presenting cell (APC)
No Jenis APC Lokasi Mobilitas
Reseptor
Fc/C3
MHC kelas
II
Pre
ke
1.2.3.
Interdigitating
dendritic cellsSel
LangerhansVeiled cells
Parakorteks
KGBKulitSaluran
limfe AktifAktifAktif +++ ++++++
Sel TS
T
4. Follicular dendritic cells Folikel KGB Statik + – Sel B
5. Makrofag
Medula KGBHati (sel
Kupffer)Otak (astrosit) AktifStatikStatik +++ ++++++ Sel T
6.
Sel B (khususnya bila
teraktivasi) Jaringan limfoid Aktif Ig permukaan + Sel T
Keterangan: KGB = kelenjar getah bening, Ig = imunoglobulin.
(sumber Chapel H, Haeney M, Misbah S, Snowden N, 2001)
Sel APC mensintesis molekul MHC kelas II secara terus-menerus di retikulum endoplasma.
Selama berada di dalam retikulum endoplasma, molekul MHC kelas II dicegah untuk berikatan
dengan peptida di dalam lumen oleh suatu protein yang dinamakan MHC class II-associated
invariant chain. Invariant chain ini mengandung suatu sekuens yaitu class II invariant chain
peptide (CLIP) yang berikatan erat dengan peptide-binding cleftpada MHC kelas II. Invariant
chain tersebut juga mengantarkan MHC kelas II ke endosom untuk berikatan dengan peptida
antigen eksogen yang telah diproses. Endosom mengandung protein yang dinamakan DM,
fungsinya untuk melepaskan CLIP dari molekul MHC kelas II, sehingga peptide-binding
cleft akan terbuka untuk menerima peptida antigen. Jika MHC kelas II dapat berikatan dengan
peptida, akan terbentuk kompleks yang stabil dan menuju ke permukaan sel. Namun jika
molekul MHC tidak dapat berikatan dengan peptida tersebut, molekul ini menjadi tidak stabil
dan dihancurkan oleh protease di dalam endosom. Suatu antigen protein akan dipecah menjadi
banyak peptida, tetapi hanya sedikit (satu atau dua) peptida yang dapat berikatan dengan molekul
MHC individu tersebut. Oleh sebab itu, hanya peptida ini yang dapat menimbulkan respons imun
pada individu tersebut sehingga disebut immunodominant epitopes.
Antigen endogen (termasuk antigen virus) akan diproses di retikulum endoplasma dan
dipresentasikan oleh molekul MHC kelas I kepada sel T CD8+
, sedangkan antigen eksogen
diproses di lisosom (endosom) dan dipresentasikan oleh molekul MHC kelas II kepada sel T
CD4+
Sel APC tidak hanya mempresentasikan peptida antigen kepada sel T, tetapi juga berfungsi
sebagai ”sinyal kedua” untuk aktivasi sel T. Antigen merupakan sinyal pertama, sedangkan
sinyal kedua adalah mikroba atau APC yang berespons terhadap mikroba. Peran penting dari
sinyal kedua ini adalah untuk menjaga agar respons imun spesifik hanya timbul terhadap
mikroba dan tidak terhadap bahan-bahan non infeksius yang tidak berbahaya. Berbagai produk
dari mikroba dan respons imun non spesifik dapat mengaktifkan APC untuk mengekspresikan
sinyal kedua bagi aktivasi limfosit. Sebagai contoh, berbagai bakteri menghasilkan
lipopolisakarida (LPS). Pada saat bakteri ditangkap oleh APC, LPS akan menstimulasi APC
tersebut. Sebagai respons, APC mengekspresikan protein permukaan yang disebut ko-stimulator.
Ko-stimulator ini akan dikenali oleh reseptornya di sel T. Sel APC juga mensekresi sitokin yang
akan dikenali oleh reseptor sitokin di sel T. Ko-stimulator dan sitokin bekerja bersama dengan
pengenalan antigen oleh T cell receptor (TCR) untuk merangsang proliferasi dan diferensiasi sel
T. Dalam hal ini, antigen adalah sinyal pertama, sedangkan kostimulator dan sitokin merupakan
sinyal kedua.
OTHER BASIC IMMUNOLOGY
 Toll-like receptors (TLRs) in the innate immune system.
 Imunologi dasar: Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri
 Imunologi Dasar: Mekanisme Respon Tubuh Terhadap Serangan Mikroba
 Imunologi Dasar : Radang dan Respon Inflamasi
 Imunologi Dasar : Respon Imun dan Sistem Kekebalan Mahluk Hidup
 Imunologi dasar : Sel darah Putih, Netrofil, Eosinofil, Basofil
 Imunologi Dasar : Sel Mastosit
 Imunologi Dasar : Superantigen
 Imunologi Dasar : Kompleks Histokompatibilitas Mayor
 Imunologi Dasar : Penyakit Auto Imunitas
 Imunologi dasar : Imunologi Vaksin
 Imunologi Dasar : Reaksi Hipersensitivitas
 Imunologi Dasar : Imunologi Mukosa
 Imunologi Dasar : Imunitas seluler
 Imunologi Dasar : Imunitas Humoral
 Imunologi Dasar : Sistem Fagosit dan Penyakit
 Imunologi Dasar : Sistem Komplemen
 Imunologi Dasar: Antigen Presenting Cell (APC)
 Imunologi Dasar: Imunitas Non Spesifik
 Imunologi Dasar: Struktur Imunoglobulin
 Imunologi Dasar : Respons Imun
 Imunologi Dasar : Imunologi Humoral
 Imunologi dasar: Adaptive Immune System, Sistem Kekebalan Tiruan
 Imunologi Dasar : Antigen
 Imunologi Dasar: Antigen Presenting Cell (APC)
 Daftar Lengkap Interleukin, Aspek Klinis dam Aspek Biologisnya
 Imunologi Dasar: Sitokin dan Aspek Klinisnya
 Peranan Sel Dendritik Dalam Sistem Imun
 Aspek klinis dan Aspek Biologis Toll-like receptor
.
.
 Relationship Kawazaki – Allergy: Kawazaki disease tendency to develop allergic diseases
 Respon Imun Selular dan Manifestasi Klinis
 Summary Toll-like Receptors TLR1 to TLR13
 Genotipe dan Fenotipe
 A Molecular Basis for Bidirectional : Communication Between the Immune and Neuroendocrine Systems
 Other Basic Immunology Articles
.
.
.
.
ARTIKEL TEREKOMENDASI:
 Kumpulan Artikel Alergi Pada Bayi, Dr Widodo Judarwanto Pediatrician
 Kumpulan Artikel Permasalahan Alergi Anak dan Imunologi, Dr Widodo Judarwanto, pediatrician
.
ARTIKEL FAVORIT:
 100 Artikel Alergi dan Imunologi Paling Favorit
 Berbagai Kumpulan Tentang Alergi Makanan

More Related Content

What's hot

Pptotunsistemimunitas 160520162028
Pptotunsistemimunitas 160520162028Pptotunsistemimunitas 160520162028
Pptotunsistemimunitas 160520162028
trimardiyono1
 
Materi imun MHC
Materi imun MHCMateri imun MHC
Materi imun MHC
Siskha Noor Komala
 
Soal hipersensitivitas aulia
Soal hipersensitivitas auliaSoal hipersensitivitas aulia
Soal hipersensitivitas aulia
Operator Warnet Vast Raha
 
soal-soal tentang sistem kekebalan tubuh
soal-soal tentang sistem kekebalan tubuhsoal-soal tentang sistem kekebalan tubuh
soal-soal tentang sistem kekebalan tubuh
Rukmana Puspita Dewi
 
Biologi sistem imun
Biologi sistem imunBiologi sistem imun
Biologi sistem imun
Sumayyah Nida Azizah
 
Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifikSistem imun spesifik
Sistem imun spesifik
Pramitha Ayu
 
Soal dan pembahasan sistem imun by syifa rahmi fadhila
Soal dan pembahasan sistem imun by syifa rahmi fadhilaSoal dan pembahasan sistem imun by syifa rahmi fadhila
Soal dan pembahasan sistem imun by syifa rahmi fadhila
Syifa Dhila
 
BIOLOGI "Sistem Imunitas"
BIOLOGI "Sistem Imunitas"BIOLOGI "Sistem Imunitas"
BIOLOGI "Sistem Imunitas"
Eva Rahma Indriyani
 
Imunokimia - Biokimia
Imunokimia - BiokimiaImunokimia - Biokimia
Imunokimia - Biokimia
dewisetiyana52
 
IMUNOLOGI ASAS
IMUNOLOGI ASASIMUNOLOGI ASAS
IMUNOLOGI ASAS
Muhammad Nasrullah
 
Sistem imunologi (noviana kibas)
Sistem imunologi (noviana kibas)Sistem imunologi (noviana kibas)
Sistem imunologi (noviana kibas)
stikesby kebidanan
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1tristyanto
 
Kul 3. imunohematologi
Kul 3. imunohematologiKul 3. imunohematologi
Kul 3. imunohematologi
gusti rara
 
QBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 HipersensitivitasQBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 Hipersensitivitas
Catatan Medis
 

What's hot (17)

Pptotunsistemimunitas 160520162028
Pptotunsistemimunitas 160520162028Pptotunsistemimunitas 160520162028
Pptotunsistemimunitas 160520162028
 
Materi imun MHC
Materi imun MHCMateri imun MHC
Materi imun MHC
 
Soal hipersensitivitas aulia
Soal hipersensitivitas auliaSoal hipersensitivitas aulia
Soal hipersensitivitas aulia
 
Limfosit T
Limfosit TLimfosit T
Limfosit T
 
soal-soal tentang sistem kekebalan tubuh
soal-soal tentang sistem kekebalan tubuhsoal-soal tentang sistem kekebalan tubuh
soal-soal tentang sistem kekebalan tubuh
 
Biologi sistem imun
Biologi sistem imunBiologi sistem imun
Biologi sistem imun
 
Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifikSistem imun spesifik
Sistem imun spesifik
 
Soal dan pembahasan sistem imun by syifa rahmi fadhila
Soal dan pembahasan sistem imun by syifa rahmi fadhilaSoal dan pembahasan sistem imun by syifa rahmi fadhila
Soal dan pembahasan sistem imun by syifa rahmi fadhila
 
BIOLOGI "Sistem Imunitas"
BIOLOGI "Sistem Imunitas"BIOLOGI "Sistem Imunitas"
BIOLOGI "Sistem Imunitas"
 
Imunokimia - Biokimia
Imunokimia - BiokimiaImunokimia - Biokimia
Imunokimia - Biokimia
 
IMUNOLOGI ASAS
IMUNOLOGI ASASIMUNOLOGI ASAS
IMUNOLOGI ASAS
 
Makalah aplikasi imunologi
Makalah aplikasi imunologiMakalah aplikasi imunologi
Makalah aplikasi imunologi
 
Sistem imunologi (noviana kibas)
Sistem imunologi (noviana kibas)Sistem imunologi (noviana kibas)
Sistem imunologi (noviana kibas)
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
 
Kul 3. imunohematologi
Kul 3. imunohematologiKul 3. imunohematologi
Kul 3. imunohematologi
 
QBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 HipersensitivitasQBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 Hipersensitivitas
 

Viewers also liked

Immunopathogenesis Leukocytoclastic Vasculitis in Henoch Schonlein Purpura
Immunopathogenesis Leukocytoclastic Vasculitis in Henoch Schonlein PurpuraImmunopathogenesis Leukocytoclastic Vasculitis in Henoch Schonlein Purpura
Immunopathogenesis Leukocytoclastic Vasculitis in Henoch Schonlein Purpura
Renata Prameswari
 
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
DION RANGGA
 
Makalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologiMakalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologi
Warnet Raha
 
Makalah sistem imunologi jadi
Makalah sistem imunologi jadiMakalah sistem imunologi jadi
Makalah sistem imunologi jadi
Warnet Raha
 
anatomi fisiologi sistem imunologi
anatomi fisiologi sistem imunologianatomi fisiologi sistem imunologi
anatomi fisiologi sistem imunologi
Rumandani Choirunisa
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologiAzmi Yunita
 
Anatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunAnatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunYesi Tika
 

Viewers also liked (8)

Immunopathogenesis Leukocytoclastic Vasculitis in Henoch Schonlein Purpura
Immunopathogenesis Leukocytoclastic Vasculitis in Henoch Schonlein PurpuraImmunopathogenesis Leukocytoclastic Vasculitis in Henoch Schonlein Purpura
Immunopathogenesis Leukocytoclastic Vasculitis in Henoch Schonlein Purpura
 
Aplikasi imunologi
Aplikasi imunologiAplikasi imunologi
Aplikasi imunologi
 
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
 
Makalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologiMakalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologi
 
Makalah sistem imunologi jadi
Makalah sistem imunologi jadiMakalah sistem imunologi jadi
Makalah sistem imunologi jadi
 
anatomi fisiologi sistem imunologi
anatomi fisiologi sistem imunologianatomi fisiologi sistem imunologi
anatomi fisiologi sistem imunologi
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 
Anatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunAnatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imun
 

Similar to Imunologi das11

desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptxdesa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
ArfiantoNur1
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Catatan Medis
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
Nida Chofiya
 
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptxBab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Cindi Tri Fitikasari
 
Sistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxSistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptx
niki604469
 
Sistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxSistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptx
niki604469
 
Antigen
AntigenAntigen
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptxSEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
jeongjaehyunkiyowo14
 
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdfJawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
HorakhtyPride
 
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
DARMAPERTIWIDARMA
 
Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9tristyanto
 
Immunology
ImmunologyImmunology
Immunology
Yuri Chandra
 
(1) sistem imun
(1) sistem imun(1) sistem imun
(1) sistem imun
Siti Aliana
 
Sistem perkemihan
Sistem perkemihanSistem perkemihan
Sistem perkemihan
AgusMardiyanto3
 
Sistem perkemihan
Sistem perkemihanSistem perkemihan
Sistem perkemihan
AgusMardiyanto3
 
Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1
ADRYAN LANGIT
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
desiaulia7
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
desiaulia7
 

Similar to Imunologi das11 (20)

desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptxdesa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
 
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptxBab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
 
Sistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxSistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptx
 
Sistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptxSistem imun adaptif.pptx
Sistem imun adaptif.pptx
 
Antigen
AntigenAntigen
Antigen
 
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptxSEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
 
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdfJawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
Jawaban Soal Intan (Sathiya_11).pdf
 
VIDEO 2 & 4.docx
VIDEO 2 & 4.docxVIDEO 2 & 4.docx
VIDEO 2 & 4.docx
 
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
 
Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9
 
Immunology
ImmunologyImmunology
Immunology
 
(1) sistem imun
(1) sistem imun(1) sistem imun
(1) sistem imun
 
Sistem perkemihan
Sistem perkemihanSistem perkemihan
Sistem perkemihan
 
Sistem perkemihan
Sistem perkemihanSistem perkemihan
Sistem perkemihan
 
Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
 

More from lilin rosyanti

Hemodinamik dan central venouse pressure
Hemodinamik dan central venouse pressureHemodinamik dan central venouse pressure
Hemodinamik dan central venouse pressure
lilin rosyanti
 
Imunologi dasa2
Imunologi dasa2Imunologi dasa2
Imunologi dasa2
lilin rosyanti
 
Imunologi dasa1
Imunologi dasa1Imunologi dasa1
Imunologi dasa1
lilin rosyanti
 
Imunologi das10
Imunologi das10Imunologi das10
Imunologi das10
lilin rosyanti
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
lilin rosyanti
 
Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1
lilin rosyanti
 
Indah
IndahIndah

More from lilin rosyanti (10)

Hemodinamik dan central venouse pressure
Hemodinamik dan central venouse pressureHemodinamik dan central venouse pressure
Hemodinamik dan central venouse pressure
 
Imunologi dasa2
Imunologi dasa2Imunologi dasa2
Imunologi dasa2
 
Imunologi dasa1
Imunologi dasa1Imunologi dasa1
Imunologi dasa1
 
Imunologi das10
Imunologi das10Imunologi das10
Imunologi das10
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1
 
Dhf
DhfDhf
Dhf
 
Indah
IndahIndah
Indah
 
Teknik menghafal
Teknik menghafalTeknik menghafal
Teknik menghafal
 
A n a t o m i
A n a t o m iA n a t o m i
A n a t o m i
 

Recently uploaded

BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 

Recently uploaded (20)

BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 

Imunologi das11

  • 1. IMUNOLOGI DASAR: ANTIGEN PRESENTING CELL (APC) Posted on Maret 2, 2012 by Indonesia Medicine Meninggalkan komentar Antigen-presenting Cel (APC) atau sel aksesori adalah sel asing yang menampilkan antigen kompleks dengan major histocompatibility complex (MHC) pada permukaannya. T-sel dapat mengenali kompleks mereka menggunakan T-sel reseptor (TCRs). Sel ini memproses antigen dan menyajikan untuk T-sel. Fungsi utama sel sebagai sel penampil antigen (antigen-presenting cell) terdapat pada sifat fagositik yang mengikat antigen yang terlepas dari mekanisme pertahanan awal dan menampilkan fragmen protein dari antigen tersebut pada kompleks MHC bagi sel T dan sel B.Antigen yang diikat oleh sel dendritik akan ditelan ke dalam sitosol dan dipotong menjadi peptida untuk kemudian diekspresikan menuju ke permukaan sel sebagai antigen MHC. Antigen protein dari mikroba yang memasuki tubuh akan ditangkap oleh APC, kemudian terkumpul di organ limfoid perifer dan dimulailah respons imun (lihat Tabel 7-1). Mikroba masuk ke dalam tubuh terutama melalui kulit, saluran gastrointestinal, dan saluran napas. Epitel merupakan pertahanan fisik terhadap infeksi. Epitel mengandung sekumpulan APC yang tergolong dalam sel dendrit. Di kulit, sel dendrit epidermal disebut sebagai sel Langerhans. Sel dendrit di epitel ini masih imatur karena tidak efisien untuk menstimulasi sel T. Antigen mikroba yang memasuki epitel akan ditangkap oleh sel dendrit dengan cara fagositosis (untuk antigen partikel) atau pinositosis (untuk antigen terlarut). Sel dendrit memiliki reseptor untuk berikatan dengan mikroba. Reseptor tersebut mengenali residu manosa terminal (terminal mannose residue) yang terdapat pada glikoprotein mikroba namun tidak ada pada glikoprotein mamalia. Ketika makrofag dan sel epitel bertemu dengan mikroba, sel tersebut mengeluarkan sitokin tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1). Sitokin tersebut bekerja pada sel dendrit yang telah menangkap antigen dan menyebabkan sel dendrit terlepas dari epitel. Sel dendrit mempunyai reseptor terhadap kemokin yang diproduksi di kelenjar getah bening yang penuh dengan sel T. Kemokin tersebut akan mengarahkan sel dendrit untuk masuk ke pembuluh limfe dan menuju ke kelenjar getah bening regional. Selama proses migrasi, sel dendrit bermaturasi dari sel yang berfungsi menangkap antigen menjadi APC yang dapat menstimulasi limfosit T. Bentuk dari maturasi ini yaitu molekul MHC dan ko-stimulatornya disintesis dan diekspresikan di permukaan APC.
  • 2. Jika suatu mikroba berhasil menembus epitel dan memasuki jaringan ikat/parenkim, mikroba tersebut akan ditangkap oleh sel dendrit imatur dan dibawa ke kelenjar getah bening. Antigen terlarut di saluran limfe diambil oleh sel dendrit yang berada di kelenjar getah bening, sedangkan antigen di dalam darah diambil oleh sel dendrit yang berada di limpa. Antigen protein dari mikroba yang masuk ke dalam tubuh akan dikumpulkan di kelenjar getah bening sehingga dapat bertemu dengan limfosit T. Sel T naif bersirkulasi terus-menerus dan melewati kelenjar getah bening paling tidak satu kali sehari. Proses pertemuan APC dan sel T naif di kelenjar getah bening sangat efisien. Jika suatu antigen mikroba masuk ke dalam tubuh, respons sel T terhadap antigen ini akan dimulai di kelenjar getah bening regional dalam 12-18 jam. Berbagai jenis APC mempunyai fungsi yang berbeda dalam respons imun tergantung sel T (T cell-dependent immune response). Interdigitating dendritic cells merupakan APC yang paling poten dalam mengaktivasi limfosit T naif. Sel dendrit tidak hanya menyebabkan dimulainya respons sel T namun juga mempengaruhi sifat respons tersebut. Misalnya, terdapat beberapa jenis sel dendrit yang dapat mengarahkan diferensiasi sel T CD4 naif menjadi suatu populasi yang berfungsi melawan suatu jenis mikroba. Sel APC yang lain yaitu makrofag yang tersebar di semua jaringan. Pada respons imun selular, makrofag memfagosit mikroba dan mempresentasikannya ke sel T efektor, yang kemudian mengaktivasi makrofag untuk membunuh mikroba. Limfosit B yang teraktivasi akan mencerna antigen protein dan mempresentasikannya ke sel T helper; proses ini berperan penting dalam perkembangan respons imun humoral. Selain itu, semua sel yang berinti dapat mempresentasikan antigen dari mikroba di dalam sitoplasma kepada sel T sitotoksik. Sel APC berperan penting dalam memulai respons sel T CD8 terhadap antigen mikroba intraselular. Sebagian mikroba (misalnya virus) dapat menginfeksi sel pejamu dengan cepat dan hanya dapat diatasi dengan cara penghancuran sel tersebut oleh sel T sitotoksik. Virus dapat menginfeksi semua jenis sel pejamu (tidak hanya APC saja), dan sel-sel ini tidak dapat memproduksi sinyal yang diperlukan untuk mengaktivasi sel T. Mekanisme yang terjadi pada keadaan ini adalah sel APC memakan sel yang terinfeksi dan mempresentasikan antigen ke limfosit T CD8. Hal ini disebut sebagai cross-presentation, artinya suatu jenis sel (yaitu APC) mempresentasikan antigen dari sel lain (yaitu sel yang terinfeksi) kemudian mengaktivasi limfosit T naif sehingga menjadi spesifik untuk antigen tersebut. Sel APC yang memakan sel terinfeksi juga dapat mempresentasikan antigen ke limfosit T CD4. Jenis APC
  • 3. Professional APCs Terdapat 3 tipe utama professional antigen-presenting cell:  Dendritic cells (DCs), Sel dendritik (dendritic cell, DC) adalah monosit yang terdiferensiasi oleh stimulasi GM-CSF dan IL-4,dan menjadi bagian sistem kekebalan mamalia. Bentuk sel dendritik menyerupai bagian dendrita pada neuron, namun sel dendritik tidak bekerja pada sistem saraf, melainkan berperan sebagai perantara sistem kekebalan turunan menuju sistem kekebalan tiruan.  Macrophages,  B-cells,  Certain activated epithelial cells Non-professional A non-professional APC  Fibroblasts (kulit)  Thymic epithelial cells  Thyroid epithelial cells  Glial cells (otak)  Pancreatic beta cells  Vascular endothelial cells Jenis-jenis antigen presenting cell (APC) No Jenis APC Lokasi Mobilitas Reseptor Fc/C3 MHC kelas II Pre ke 1.2.3. Interdigitating dendritic cellsSel LangerhansVeiled cells Parakorteks KGBKulitSaluran limfe AktifAktifAktif +++ ++++++ Sel TS T 4. Follicular dendritic cells Folikel KGB Statik + – Sel B 5. Makrofag Medula KGBHati (sel Kupffer)Otak (astrosit) AktifStatikStatik +++ ++++++ Sel T 6. Sel B (khususnya bila teraktivasi) Jaringan limfoid Aktif Ig permukaan + Sel T Keterangan: KGB = kelenjar getah bening, Ig = imunoglobulin. (sumber Chapel H, Haeney M, Misbah S, Snowden N, 2001)
  • 4. Sel APC mensintesis molekul MHC kelas II secara terus-menerus di retikulum endoplasma. Selama berada di dalam retikulum endoplasma, molekul MHC kelas II dicegah untuk berikatan dengan peptida di dalam lumen oleh suatu protein yang dinamakan MHC class II-associated invariant chain. Invariant chain ini mengandung suatu sekuens yaitu class II invariant chain peptide (CLIP) yang berikatan erat dengan peptide-binding cleftpada MHC kelas II. Invariant chain tersebut juga mengantarkan MHC kelas II ke endosom untuk berikatan dengan peptida antigen eksogen yang telah diproses. Endosom mengandung protein yang dinamakan DM, fungsinya untuk melepaskan CLIP dari molekul MHC kelas II, sehingga peptide-binding cleft akan terbuka untuk menerima peptida antigen. Jika MHC kelas II dapat berikatan dengan peptida, akan terbentuk kompleks yang stabil dan menuju ke permukaan sel. Namun jika molekul MHC tidak dapat berikatan dengan peptida tersebut, molekul ini menjadi tidak stabil dan dihancurkan oleh protease di dalam endosom. Suatu antigen protein akan dipecah menjadi banyak peptida, tetapi hanya sedikit (satu atau dua) peptida yang dapat berikatan dengan molekul MHC individu tersebut. Oleh sebab itu, hanya peptida ini yang dapat menimbulkan respons imun pada individu tersebut sehingga disebut immunodominant epitopes. Antigen endogen (termasuk antigen virus) akan diproses di retikulum endoplasma dan dipresentasikan oleh molekul MHC kelas I kepada sel T CD8+ , sedangkan antigen eksogen diproses di lisosom (endosom) dan dipresentasikan oleh molekul MHC kelas II kepada sel T CD4+ Sel APC tidak hanya mempresentasikan peptida antigen kepada sel T, tetapi juga berfungsi sebagai ”sinyal kedua” untuk aktivasi sel T. Antigen merupakan sinyal pertama, sedangkan sinyal kedua adalah mikroba atau APC yang berespons terhadap mikroba. Peran penting dari sinyal kedua ini adalah untuk menjaga agar respons imun spesifik hanya timbul terhadap mikroba dan tidak terhadap bahan-bahan non infeksius yang tidak berbahaya. Berbagai produk dari mikroba dan respons imun non spesifik dapat mengaktifkan APC untuk mengekspresikan sinyal kedua bagi aktivasi limfosit. Sebagai contoh, berbagai bakteri menghasilkan lipopolisakarida (LPS). Pada saat bakteri ditangkap oleh APC, LPS akan menstimulasi APC tersebut. Sebagai respons, APC mengekspresikan protein permukaan yang disebut ko-stimulator. Ko-stimulator ini akan dikenali oleh reseptornya di sel T. Sel APC juga mensekresi sitokin yang akan dikenali oleh reseptor sitokin di sel T. Ko-stimulator dan sitokin bekerja bersama dengan pengenalan antigen oleh T cell receptor (TCR) untuk merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T. Dalam hal ini, antigen adalah sinyal pertama, sedangkan kostimulator dan sitokin merupakan sinyal kedua.
  • 5. OTHER BASIC IMMUNOLOGY  Toll-like receptors (TLRs) in the innate immune system.  Imunologi dasar: Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri  Imunologi Dasar: Mekanisme Respon Tubuh Terhadap Serangan Mikroba  Imunologi Dasar : Radang dan Respon Inflamasi  Imunologi Dasar : Respon Imun dan Sistem Kekebalan Mahluk Hidup  Imunologi dasar : Sel darah Putih, Netrofil, Eosinofil, Basofil  Imunologi Dasar : Sel Mastosit  Imunologi Dasar : Superantigen  Imunologi Dasar : Kompleks Histokompatibilitas Mayor  Imunologi Dasar : Penyakit Auto Imunitas  Imunologi dasar : Imunologi Vaksin  Imunologi Dasar : Reaksi Hipersensitivitas  Imunologi Dasar : Imunologi Mukosa  Imunologi Dasar : Imunitas seluler  Imunologi Dasar : Imunitas Humoral  Imunologi Dasar : Sistem Fagosit dan Penyakit  Imunologi Dasar : Sistem Komplemen  Imunologi Dasar: Antigen Presenting Cell (APC)  Imunologi Dasar: Imunitas Non Spesifik  Imunologi Dasar: Struktur Imunoglobulin  Imunologi Dasar : Respons Imun  Imunologi Dasar : Imunologi Humoral  Imunologi dasar: Adaptive Immune System, Sistem Kekebalan Tiruan  Imunologi Dasar : Antigen  Imunologi Dasar: Antigen Presenting Cell (APC)  Daftar Lengkap Interleukin, Aspek Klinis dam Aspek Biologisnya  Imunologi Dasar: Sitokin dan Aspek Klinisnya  Peranan Sel Dendritik Dalam Sistem Imun  Aspek klinis dan Aspek Biologis Toll-like receptor . .  Relationship Kawazaki – Allergy: Kawazaki disease tendency to develop allergic diseases  Respon Imun Selular dan Manifestasi Klinis  Summary Toll-like Receptors TLR1 to TLR13  Genotipe dan Fenotipe  A Molecular Basis for Bidirectional : Communication Between the Immune and Neuroendocrine Systems  Other Basic Immunology Articles . . . .
  • 6. ARTIKEL TEREKOMENDASI:  Kumpulan Artikel Alergi Pada Bayi, Dr Widodo Judarwanto Pediatrician  Kumpulan Artikel Permasalahan Alergi Anak dan Imunologi, Dr Widodo Judarwanto, pediatrician . ARTIKEL FAVORIT:  100 Artikel Alergi dan Imunologi Paling Favorit  Berbagai Kumpulan Tentang Alergi Makanan