Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Kasus pelajaran bahasa indonesia
1. Kasus Pelajaran Bahasa Indonesia
Ibu Rahmin Tipu mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri 26
Katobu Topik yang diajarkan adalah membaca cerita anak. Metode yang digunakan adalah
metode Ceramah. Selama pelajaran berlangsung siswa dilatih membaca cerita anak dengan
baik. Akan tetapi para siswa membaca tujuh langkah pembelajara. metode pembelajaran
tampak seperti menghafal unsur-unsur kalimat tersebut. Akibatnya, hasil pembelajaran
membaca cerita anak tidak seperti yang diharapkan. Para siswa mampu membaca
(membunyikan) tetapi tidak mampu menunjuk unsur kalimat yang dibaca pada waktu
membacanya.
1. Selama pelajaran berlangsung siswa kurang mampu menunjuk unsur kalimat yang dibaca
pada waktu pembacaan berlangsung
2. Evaluasi hasil belajar siswa yang dilakukan Ibu Rahmin Tipu menunjukkan bahwa 25 %
siswa mendapatkan nilai kurang baik; siswa belum mampu memahami isi cerita dengan tepat
Dari kasus itu dapat diketahui bahwa para siswa SD Negeri 26 Katobu kelas II yang Ibu
Rahmin Tipu bina dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menunjukan bahwa ada
sebagian siswa yang mendapatkan masalah. Masalah itu adalah sebagian siswa Belum
mampu memahami teks bacaan dengan benar sehingga hasil evaluasi yang dilakukan oleh Ibu
Rahmin Tipu ditemukan siswa hasil belajarnya kurang mencapai 75 %. Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah :
1. Mengapa sebagian siswa Ibu Rahmin Tipu kurang mampu memahami isi cerita ?
Tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
2. Bagaimana perbaikan pelaksanaan metode pembelajaran harus dilakukan agar hasil
belajar siswa menjadi lebih baik?
Untuk menyelesaikan permasalahan kasus pembelajaran yang dilakukan Ibu Rahmin
Tipu tersebut perlu dilakukan langkah berikut.
1. Siswa yang kurang mampu memahami isi teks cerita dengan penunjukan yang tepat,
seperti telah dijelaskan di atas, disebabkan pada saat membaca cerita siswa kurang
mendapatkan perhatian oleh guru. Tujuh langkah metode Pembelajaran yang
dianjurkan tidak dilaksanakan guru secara benar. Para siswa waktu membaca seperti
membaca kelimat biasa. Pada hal langkah (1) metode Pembelajaran kalimat dibaca
sebagai kalimat, (2), kalimat dibaca berdasar unsur kata-katanya, (3) kalimat dibaca
berdasar unsur suku katanya, (4) kalimat dibaca berdasar unsur fonem (huruf) nya, (5)
kalimat dibaca berdasar unsur suku katanya, (6) kalimat dibaca berdasar unsur
katanya, dan langkah (7) kalimat dibaca sebagai kalimat. Dengan langkah pembacaan
seperti itu diharapkan pembelajaran membaca permulaan melibatkan siswa secara
mental dalam bentuk proses struktural-analitis-sintetis .
2. Untuk memperbaiki teknik pembelajaran membaca cerita anak sebagaimana
dijelaskan tersebut, guru harus melakukan beberapa perbaikan teknis penggunan metode
pembelajaran. Perbaikan teknik pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan beberapa
kemungkinan sebagai berikut; (a) menerapkan secara tepat teknik pembacaan bahan ajar
sebagaimana dianjurkan metode pembelajaran, (b) menerapkan teknik pembacaan bahan ajar
dengan metode pembelajaran yang dimodifikasi, (c) memodifikasi tataan materi ajar yang
2. memberi peluang siswa membaca lebih melibatkan mental psyche dalam metode
pembelajaran, atau yang lain. Dengan memodifikasi tataan materi ajar yang disajikan dengan
model Pembelajaran itu diharapkan proses siswa ”membaca menghafal” itu dapat dieliminir.
Pemanfaatan model metode Pembelajaran sebagaimana telah berlangsung selama ini
ternyata ada kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Meskipun kendala itu dapat diatasi,
mengatasinya tidak mudah. Para guru akan kesulitan ”mempertahankan” dan ”menepatkan”
model teknik Pembelajaran sebagaimana tuntutan Pembelajaran. Kemungkinan (b) juga
tidak dianjurkan (dipilih) karena momodifikasi teknik pembacaan model teknik
Pembelajaran, masih cenderung memelesetkan guru kembali ke teknik model Pembelajaran
yang selama ini mereka laksanakan. Oleh karena itu yang dianjurkan adalah model teknik
”memodifikasi bahan ajar Pembelajaran”.
Model teknik Pembelajaran yang memodifikasi bahan ajar ini dimaksudkan agar dalam
pelaksanaannya para guru tidak ”terpeleset” dengan hanya menyediakan bahan ajar yang
mengakibatkan para siswa tidak mampu membaca secara lancar. Salah satu alternatif yang
diajukan dapat dipakai untuk menghindari masalah yang menjadikan anak terjebak dalam
memahami teks bacaan.
Caranya adalah, bahan ajar yang akan di bawakan untuk proses pengajaran disusun
sedemikian rupa variasinya sehingga tidak akan terjadi masalah pada siswa. Cara ini akan
dapat “memaksa” siswa mengenali dan memahami bahan ajar tersebut, tanpa mengurangi
kebermaknaan bahan ajar itu bagi kehidupan nyata sehari-hari si anak. Dengan demikian,
anak diharapkan mendapatkan susunan kalimat yang mengandung makna positif, sekaligus
mendapatkan peluang kebermaknaan bahan ajar sebagai sarana belajar membaca secara
cepat, tepat, dan lancar.
Untuk sementara penulis berpendapat model bahan ajar dengan metode pembelajaran yang
diperbaiki. Ke depan, sarana pembelajaran yang diharapkan siswa dapat melakukan belajar
membaca cerita anak dengan baik serta dapat menyimpulkan cerita tersebut.