SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
65
3.7 Variabel acak
Dalam percobaan acak kita umumnya hanya tertarik pada aspek tertentu dari hasil
pecobaan tersebut. Salah satu aspek penting yang mendapat perhatian khusus dalam
berbagai aplikasi statistik adalah variabel acak (random variables). Suatu variabel acak
terdiri atas nilai-nilai numerik yang diperoleh dari pengamatan ter-hadap suatu
proses/percobaan yang nilai-nilainya bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lainnya
secara acak. Sebagai ilustrasi, kita lihat kembali percobaan pelemparam dua mata uang
dalam contoh 3.6. Ruang sampel dari percobaan ini adalah S = {MM, MB, BM, BB}. Dalam
percobaan ini, misalnya kita hanya tertarik untuk mengamati jumlah sisi muka yang timbul,
kita sebut saja X. Nilai-nilai X akan bervariasi secara acak dari satu pelemparan ke
pelemparan lainnya, maka X merupakan suatu variabel acak. Pada kenyataannya X
merupakan suatu fungsi yang memetakan hasil percobaan tersebut ke dalam nilai-nilai
numerik, dalam hal ini nilai-nilai X yang mungkin terjadi adalah 0, 1, dan 2 (lihat gambar
3.3).
0 1 2X
S = {MM, MB, BM, BB}
Gambar 3.3 Variabel acak X: pemetaan dari setiap unsur S terhadap X
Secara formal variabel acak didefinisikan sebagai berikut:
Definisi:
Variabel acak (random variable) adalah suatu fungsi yang memetakan
setiap kejadian dalam suatu ruang sampel dari suatu percobaan acak ke
dalam nilai-nilai numerik.
Variabel acak dibedakan atas variabel acak diskrit dan variabel acak kontinyu
berdasarkan pada nilai-nilai variabel acak tersebut. Suatu variabel acak X disebut
variabel acak diskrit (discrete random variable) jika nilai-nilai X hanya terdiri atas
bilangan bulat positif. Variabel acak diskrit biasanya diperoleh dari hasil mem-
bilang, sehingga selalu ada celah diantara nilai-nilainya. Beberapa contoh variabel
66
acak diskrit diantaranya adalah jumlah sisi muka yang timbul pada pelemparan
dua mata uang, jumlah anakan produktif per rumpun tanaman padi, jumlah SKS
yang diambil seorang mahasiswa pada semester tertentu, dan jumlah hasil pro-
duksi yang afkir dalam suatu proses produksi.
Notasi P(X = x) atau p(x) digunakan untuk menyatakan nilai peluang bagi X = x.
Misalnya dalam kasus pelemparan dua mata uang yang seimbang dengan mudah
dapat kita tentukan bahwa
P(X = 2) = P({MM}) = 0,25
dan
P(X = 1) = P({MB,BM}) = 0,5
Berbeda dengan variabel acak diskrit, maka nilai-nilai suatu variabel acak kontinyu
dapat mengambil sembarang nilai dalam sistem bilangan nyata, sehingga dapat
dikatakan tidak terdapat celah antara nilai-nilainya. Variabel acak kontinyu bia-
sanya diperoleh dari hasil pengukuran seperti waktu, panjang atau jenis pengu-
kuran lainnya. Misalnya, jika X adalah indeks prestasi kumulatif seorang sarjana
pertanian, maka nilai variabel acak X adalah suatu bilangan x dimana 2,0 ≤ x ≤ 4,0.
3.8 Distribusi peluang bagi variabel acak diskrit
Distribusi peluang (probability distribution) bagi X merupakan suatu daftar yang
memuat nilai peluang bagi semua nilai variabel acak X yang mungkin terjadi.
Distribusi peluang bagi variabel acak diskrit dapat disajikan dalam bentuk tabel,
grafik atau rumus yang mengaitkan nilai peluang dengan setiap nilai variabel
acaknya.
Sebagai ilustrasi, kita lihat kembali percobaan dua keping mata uang yang
seimbang. Andaikan X adalah jumlah sisi muka yang timbul dari setiap percobaan,
maka x hanya akan mungkin bernilai 0, 1 atau 2 (lihat gambar 3.3). Dengan
asumsi simetris, maka setiap kejadian dalam ruang sample S akan mempunyai
peluang = 0,25 (lihat tabel 3.5).
Tabel 3.5 Hubungan antara nilai x dengan unsur dari ruang sampel S
Kejadian (unsur S) x Peluang
MM 2 0,25
MB 1 0,25
BM 1 0,25
BB 0 0,25
67
Seperti telah kita lihat sebelumnya (gambar 3.3), percobaan tersebut hanya
mungkin menghasilkan tiga nilai x, yaitu 0, 1 dan 2, masing-masing dengan
peluang sebagai berikut:
P(X = 0) = p(0) = 0,25; P(X = 1) = p(1) = 0,5; P(X = 2) = p(2) = 0,25
Oleh karena itu, distribusi peluang bagi X, dapat dirumuskan sebagai berikut:



=
=
=
1jika0,50
2atau0jika0,25
)(
x
x
xp
Distribusi peluang bagi variabel acak X dapat juga disajikan dalam bentuk tabel
(tabel 3.6) atau dalam bentuk grafik (gambar 3.4). Metode penyajian yang di-
gunakan, baik dalam bentuk rumus, tabel atau grafik, semata-mata tergantung
pada selera peneliti yang bersangkutan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa
cara penyajian tersebut diharapkan akan memudahkan pembaca untuk mema-
haminya.
Tabel 3.6 Distribusi peluang bagi X
x p(x)
0 0,25
1 0,50
2 0,25
0
0.25
0.5
0 1 2
x
p(x)
Gambar 3.4 Distribusi peluang bagi X
Aturan 3.12
Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang dapat bernilai x1, x2, ..., xn,
maka
1. Peluang untuk setiap nilai xi terletak antara nol dan satu:
0 ≤p(xi) ≤ 1 untuk i = 1, 2, ..., n..................................................... [3.12]
2. Jumlah peluang untuk semua nilai xi sama dengan satu:
∑
=
=
n
1
1)(
i
ixp ................................................................................... [3.13]
68
Dengan terdefinisinya distribusi peluang suatu variabel acak X, maka kita dapat
menentukan peluang bagi berbagai nilai X. Misalnya, peluang bahwa nilai X ter-
letak antara a dan b, dinotasikan dengan P(a ≤ X ≤ b), diperoleh dengan cara
menjumlahkan nilai-nilai peluang p(x) untuk semua x yang terletak antara a dan b.
Untuk contoh di atas,
P(0 ≤ X ≤ 1) = p(0) + p(1) = 0,25 + 0,50 = 0,75
3.9 Nilai harapan dan varians
Distribusi peluang bagi suatu variabel acak X pada dasarnya merupakan distribusi
dari suatu populasi. Oleh karena itu, kita dapat menentukan rata-rata dan varians
dari variable acak X untuk menjelaskan karakteristik dari distribusi tersebut. Nilai
rata-rata dari sebuah variabel acak X biasa juga disebut sebagai nilai harapan
(expected value) bagi X, dan dituliskan dengan notasi dengan E(X) atau µ.
Definisi:
Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang dapat bernilai x1, x2, ..., xn,
dengan peluang masing-masing adalah p(x1), p(x2), ..., p(xn), maka nilai
harapan bagi X dihitung dengan rumus berikut:
∑
=
⋅==
n
i
ii xpxXE
1
)()( µ ............................................................... [3.14]
Definisi tersebut menunjukkan bahwa Nilai harapan dari suatu variabel acak X
adalah rata-rata tertimbang dari semua nilai X yang mungkin, dimana
pembobotnya adalah nilai peluang bagi setiap nilai X tersebut. Dengan
menggunakan rumus 3.14 di atas, maka nilai harapan bagi X dalam tabel 3.5
adalah
0,125,0250,0125,00)( =⋅+⋅+⋅=XE
Aturan 3.13 Beberapa aturan tentang nilai harapan
Misalkan X dan Y masing-masing adalah variabel acak, dan c adalah suatu
konstanta, maka:
1. E(c) = c
2. )()( XEccXE ⋅=
3. )()()( YEXEYXE +=+
4. )()()( YEXEYXE −=−
69
5. Jika X dan Y keduanya adalah variabel acak yang independen, maka
)()()( YEXEXYE ⋅=
Untuk dapat menjelaskan penyebaran dari distribusi tersebut secara lebih baik kita
memerlukan suatu ukuran penyebaran bagi variabel acak X. Dalam bab 2, telah
kita bahas berbagai ukuran penyebaran, yang salah satu diantaranya adalah
varians yang dihitung dengan rumus berikut:
( )
( )
n
x
n
x
i
i 12
2
2
⋅−=
−
= ∑
∑ µ
µ
σ .............................................. [3.15]
Varians bagi variabel acak X didefinisikan dengan cara yang sama, hanya nilai 1/n
diganti dengan p(xi). Oleh karena itu, varians dari suatu variabel acak X
merupakan rata-rata tertimbang dari kuadrat simpangan nilai-nilai X terhadap rata-
ratanya.
Definisi:
Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang dapat bernilai x1, x2, ..., xn,
dengan peluang masing-masing adalah p(x1), p(x2), ..., p(xn), maka varians
bagi X dihitung dengan rumus berikut:
( )∑
=
⋅−=
n
i
ii xpx
1
22
)(µσ ................................................................. [3.16]
Sedangkan simpangan baku (standard deviation), σ, adalah akar dari varians
Dengan menggunakan rumus varians di atas, maka varians bagi X dalam tabel 3.5
adalah
( ) ( ) ( ) 50,025,01250,01125,010)(
2222
=⋅−+⋅−+⋅−== σXVar
Aturan 3.14 Beberapa aturan tentang varians
Misalkan X dan Y masing-masing adalah variabel acak, dan c adalah suatu
konstanta, maka:
1. Var(c) = 0
2. )()( 2
XVarccXVar ⋅=
3. )()( XVarcXVar =+
4. Jika X dan Y keduanya adalah variabel acak yang independen, maka
)()()( YVarXVarYXVar +=+
70
dan
)()()( YVarXVarYXVar +=−
Contoh 3.11
Misalkan Y adalah variabel acak diskrit dengan distribusi peluang sebagai berikut:
Y 1 2 3 4
P(y) 0,4 0,3 0,2 0,1
a. tentukan nilai harapan dan varians bagi Y
b. tentukan nilai harapan dan varians bagi X = 3Y – 2
Penyelesaian:
a. Salah satu cara yang mudah untuk menentukan nilai harapan dan varians dari
suatu variabel acak adalah dengan menggunakan bantuan tabel seperti tabel
3.7
Tabel 3.7 Tabel perhitungan bagi nilai harapan dan varians Y
y p(y) y.p(y) y - µ (y - µ)
2
(y - µ)
2
.p(y)
1 0,4 0,4 -1 1 0,4
2 0,3 0,6 0 0 0
3 0,2 0,6 1 1 0,2
4 0,1 0,4 2 4 0,4
Total 2,0 = µ 1,0 = σ
2
Dari tabel tersebut kita peroleh bahwa
∑
=
⋅==
n
i
ii ypyYE
1
)()( µ = 2,0 (jumlah dari kolom ke 3 tabel tersebut)
( ) ( )∑
=
⋅−==
n
i
ii ypyYVar
1
22
)(µσ = 1,0 (jumlah dari kolom terakhir tabel tersebut)
b. X = 3Y – 2
E(X) = E(3Y – 2) = 3E(Y) –2 = 3(2) – 2 = 4
71
Var(X) = Var(3Y – 2) = 3
2
. Var(Y) = 9
3.10 Distribusi Binomial
Di era reformasi ini jajak pendapat nampaknya sudah merupakan hal yang biasa
dalam kehidupan kita. Berbagai media massa, baik media cetak maupun media
elektronik, telah sering melakukan jajak pendapat untuk berbagai persoalan. Bah-
kan beberapa persoalan penting yang dihadapi oleh badan legislatif, baik MPR,
DPR maupun DPRD, sering kali harus diputuskan melalui pemungutan suara
(voting).
Jajak pendapat dan voting merupakan contoh dari suatu peristiwa pengambilan
sampel yang biasa disebut percobaan binomial. Dalam jajak pendapat atau
voting setiap partisipan biasanya hanya mempunyai dua pilihan, misalnya A atau B
(walaupun biasanya ada juga partisipan yang memilih untuk abstain, yang
demikian ini biasanya suaranya tidak diperhitungkan). Salah satu karakteristik
penting dari percobaan binomial adalah bahwa percobaan tersebut hanya mungkin
menghasilkan ada dua kejadian. Secara konvensional kedua pilihan (kejadian)
tersebut biasa dikategorikan sebagai gagal atau berhasil, atau biasa juga di
notasikan dengan 0 atau 1.
Definisi:
Suatu percobaan binomial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Percobaan binomial terdiri atas n ulangan yang identik
b. Dalam setiap ulangan hanya mungkin dihasilkan dua kejadian, yaitu
berhasil atau gagal
c. Peluang untuk berhasil dalam setiap ulangan adalah p, dan nilai p
bersifat konstan
d. Setiap ulangan bersifat bebas dari ulangan lainnya, artinya hasil dari
suatu ulangan tidak mempengaruhi hasil ulangan lainnya.
Contoh lain dari percobaan binomial adalah pelemparan mata uang yang se-
imbang sebanyak 15 kali. Dalam setiap pelemparan hanya ada dua kemungkinan,
yaitu timbulnya sisi muka (berhasil) dan timbulnya sisi belakang (gagal). Dengan
asumsi simetris, maka peluang timbulnya sisi muka pada setiap pelemparan
adalah p = 0,5. Variabel acak yang dihasilkan dari suatu percobaan binomial di-
sebut sebagai variabel acak binomial. Pada kasus di atas, variabel acak yang
menjadi perhatian kita misalnya adalah jumlah sisi muka yang timbul pada ke-15
lemparan tersebut.
72
Oleh karena itu, variabel acak binomial adalah variabel acak diskrit yang hanya
dapat bernilai 0, 1, 2, ..., n. Disitribusi peluang dari variabel binomial, disebut
sebagai distribusi peluang binomial, yang merupakan distribusi peluang bagi
terjadinya nilai 1 (berhasil) sebanyak x kali dari n ulangan.
Contoh 3.12
Pemerintah Indonesia baru-baru ini melakukan kebijakan untuk mengurangi
subsidi pemerintah bagi bahan bakar minyak. Sebuah survey dilaksanakan de-
ngan mewawancara 100 orang penduduk secara acak untuk mengetahui proporsi
penduduk Indonesia yang setuju dengan kebijakan tersebut. Dapatkah survey ter-
sebut digolongkan sebagai suatu percobaan binomial?
Penyelesaian:
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita periksa apakah semua ciri percobaan
binomial dipenuhi atau tidak oleh survey tersebut:
a. Apakah survey tersebut terdiri atas n ulangan yang identik? Ya, dalam survey
tersebut terdapat n = 100, semuanya bisa dikatakan identik
b. Apakah dalam setiap ulangan hanya mungkin dihasilkan dua kejadian? Ya,
setiap orang yang diwawancara hanya boleh menjawab setuju atau tidak
setuju terhadap kebijakan tersebut
c. Apakah peluang seseorang untuk setuju bersifat konstan dalam setiap
ulangan? Ya, dengan asumsi bahwa total penduduk Indonesia jauh lebih besar
dari jumlah sampel yang diambil, maka peluang, dalam hal ini proporsi
penduduk yang setuju, dapat dikatakan konstan
d. Apakah setiap ulangan bebas satu sama lainnya? Ya, pendapat seseorang
pada suatu wawancara tidak mempengaruhi pendapat orang lainnya dalam
wawancara berikutnya.
Karena semua ciri percobaan binomial terpenuhi, maka survey tersebut dapat
digolongkan sebagai suatu percobaan binomial.
Jika dalam survey tersebut populasi penduduk yang diwawancarai terbatas
jumlahnya, misalnya hanya untuk satu wilayah rukun tetangga saja, maka peluang
seseorang untuk setuju pada setiap kali wawancara tidak lagi konstan. Misalnya
jika dalam wilayah rukun tetangga tersebut terdapat 150 orang penduduk yang 25
orang diantaranya setuju terhadap kebijakan tersebut. Maka peluang untuk men-
dapatkan jawaban setuju pada wawancara pertama adalah 25/150. Jika orang
pertama menjawab tidak setuju, maka peluang untuk mendapatkan jawaban setuju
pada wawancara kedua adalah 25/149 demikian seterusnya. Misalkan setelah
mewawancara 80 orang penduduk diperoleh jawaban setuju sebanyak 10 orang
73
dan jawaban tidak setuju sebanyak 70 orang, maka peluang untuk mendapatkan
jawaban setuju pada wawancara ke-81 adalah 15/70. Keadaan ini menunjukkan
bahwa peluang untuk berhasil bervariasi atau tidak konstan. Maka dalam kasus ini
survey tersebut bukan merupakan suatu percobaan binomial.
Pada kenyataannya, jarang sekali terjadi keadaan yang secara sempurna meme-
nuhi kriteria percobaan binomial, akan tetapi pelanggaran terhadap kriteria-kriteria
tersebut umumnya sangatlah kecil sehingga percobaan binomial masih dapat di-
gunakan sebagai suatu pendekatan yang cukup baik.
Aturan 3.15
Distribusi peluang binomial ditentukan oleh rumus berikut:
xnx
xn ppCxXP −
−== )1()( , untuk x = 0, 1, 2, ..., n.................. [3.17]
dimana
n = jumlah ulangan
p = peluang untuk berhasil pada setiap ulangan
)!(!
!
xnx
n
Cxn
−⋅
=
Contoh 3.13
Sebuah perusahaan obat mempromosikan bahwa salah satu jenis produksinya
sangat efektif untuk pengobatan suatu jenis penyakit tertentu. Namun demikian,
perusahaan tersebut mengakui bahwa sekitar 10% pasien yang menggunakan
obat tersebut dapat terkena akibat sampingan yang tidak diinginkan. Misalkan
seorang dokter telah memberikan obat tersebut untuk 4 orang pasien yang men-
derita penyakit tersebut. Berapakah peluang bahwa ke-4 orang pasien tersebut
akan terkena akibat sampingan karena penggunan obat tersebut?
Penyelesaian:
Contoh ini memenuhi kriteria-kriteria yang disyaratkan untuk percobaan binomial,
dengan n = 4 dan p = 0,1. Oleh karena itu, peluang bahwa ke-4 tersebut terkena
akibat sampingan dari obat tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
untuk distribusi peluang binomial dengan x = 4, yaitu:
( ) 444
)1,01(1,0
)!44(!4
!4
)4( −
−
−⋅
==XP
( ) 0001,0)1,0()9,0(1,0
!0!4
!4
( 404
==
⋅
=XP
74
Jadi, peluang bahwa ke-4 orang pasien tersebut semuanya akan terkena akibat
sampingan obat tersebut adalah 0,001.
Dalam percobaan binomial, setiap pasangan (n, p) mendefinisikan suatu distribusi
peluang binomial secara khusus. Artinya, untuk n yang sama tetapi nilai peluang
p-nya berbeda, akan menghasilkan distribusi peluang yang berbeda pula.
Keadaan ini diilustrasikan dalam gambar 3.5.
0
0.25
0.5
0 1 2 3 4
x
p(x)
n = 4; p = 0,3
0
0.25
0.5
0 1 2 3 4
x
p(x)
n = 4; p = 0,5
0
0.25
0.5
0 1 2 3 4
x
p(x)
n = 4; p = 0,7
Gambar 3.5 Sajian grafis dari tiga distribusi peluang binomial
Aturan 3.16
Jika X adalah suatu variabel acak binomial, maka
E(X) = µ = np ............................................................................... [3.18]
dan
Var(X) = σ
2
= np(1 – p) ................................................................. [3.19]
Contoh 3.14
Catatan sebuah toko swalayan menunjukkan bahwa 20% orang yang berbelanja di
toko tersebut menggunakan kartu kredit untuk membayar belanjaannya. Misalkan
pada suatu pagi terdapat 10 orang yang berbelanja di toko tersebut.
a. Tentukan peluang bahwa 3 orang diantaranya membayar dengan kartu
kredit
75
b. Tentukan peluang bahwa paling sedikit 2 orang diantaranya membayar
dengan kartu kredit
c. Tentukan peluang bahwa paling sedikit 4 orang tetapi tidak lebih dari 6
orang yang membayar dengan kartu kredit
d. Tentukan nilai harapan dan varians dari jumlah orang yang berbelanja
dengan kartu kredit
Penyelesaian:
Misalkan X adalah jumlah orang yang berbelanja di toko tersebut yang membayar
belanjaannya dengan kartu kredit. Dalam kasus ini kita dihadapkan pada
percobaan binomial dengan n = 10 dengan p = 0,2.
a. Peluang bahwa tiga orang dari ke-10 orang tersebut membayar dengan kartu
kredit adalah:
201,0)2,01(2,0
)!310(!3
!10
)3( 3103
=−
−⋅
== −
XP
b. Peluang bahwa paling sedikit 2 orang diantaranya membayar dengan kartu
kredit dapat lebih mudah dihitung dengan menggunakan sifat distribusi
peluang yaitu bahwa
P(X = 0) + P(X = 1) + P(X = 2) + ...+ P(X = 10) = 1, oleh karena itu,
[ ]
624,0)269,0107,0(1
)1()0(1
)10()3()2()2(
=+−=
=+=−=
=++=+==≥
XPXP
XPXPXPXP L
c. Peluang bahwa paling sedikit 4 orang tetapi tidak lebih dari 6 orang yang
membayar dengan kartu kredit adalah
120,0005,0027,0088,0
)6()5()4()64(
=++=
=+=+==≤≤ XPXPXPXP
d. E(X) = n × p = 2
Var(X) = n × p × (1 – p) =1,6
Dalam MINITAB, nilai-nilai peluang dari berbagai distribusi peluang dapat dihitung
dengan perintah PDF yang kemudian diikuti anak perintah (sub-command) bagi
distribusi peluang yang bersangkutan.
PDF for values in E...E [put results in E...E]
Perintah tersebut dapat juga diaktifkan dengan memilih menu
76
Calc Probability Distribution Binomial...
Perintah tersebut akan mengaktif jendela Binomial Distribution seperti terlihat
dalam gambar 3.6
Gambar 3.6 Jendela Binomial Distribution
Sebagai ilustrasi, untuk menjawab pertanyaan (a) dalam contoh di atas, klik tombol
Probability, kemudian dalam kotak Number of trials isikan nilai n, yaitu
10, lalu dalam kotak Probability of success isikan nilai p, yaitu 0.2, lalu klik
tombol Input constant dan isikan 3 ke dalam kotak di sampingnya. Output
dari perintah-perintah tersebut adalah sebagai berikut:
MTB > PDF 3;
SUBC> Binomial 10 .2.
Probability Density Function
Binomial with n = 10 and p = 0.200000
x P( X = x)
3.00 0.2013
77
3.11 Distribusi Hipergeometrik
Dalam distribusi Binomial kita menggunakan asumsi bahwa sampel yang kita
peroleh berasal dari suatu populasi yang sangat besar, sehingga peluang ‘berhasil’
dapat dianggap konstant dari satu percobaan ke percobaan lainnya (misalnya pa-
da contoh 3.12). Oleh karena itu, jika populasinya tidak terlalu besar, maka pe-
luang ‘berhasil’ tidak lagi konstan dan sehingga percobaan tersebut tidak lagi
memenuhi syarat percobaan Binomial (misalnya pada contoh 3.10). Ketika po-
pulasinya terbatas dan sampel yang diambil tidak dikembalikan lagi sebelum
pengambilan berikutnya, maka peluang ‘berhasil’ dalam suatu pengambilan (per-
cobaan) tergantung pada hasil percobaan sebelumnya. Keadaan ini terjadi karena
setelah dilakukan pengambilan sampel maka ukuran populasinya berkurang dan
peluang ‘berhasil’ mengalami perubahan. Model yang tepat untuk kasus yang
demikian adalah distribusi Hipergeometrik, yang dirumuskan sebagai berikut:
Aturan 3.17
Misalkan suatu populasi yang terhingga terdiri atas N buah objek yang A buah
diantaranya termasuk kategori ‘jelek’. Jika dari populasi tersebut diambil
sampel sebanyak n objek, maka peluang terambilnya x buah kategori ‘jelek’
mengikuti kaidah Distribusi Hipergeometrik, yang peluangnya ditentukan
dengan rumus berikut:
( )
nN
xnANxA
C
CC
xXP
)()( −−⋅
== , untuk x = 0, 1, 2, ..., n ............. [3.20]
Contoh 3.15
Sebagai ilustrasi, mari kita hitung kembali nilai-nilai peluang dalam contoh 3.10.
Dalam persoalan tersebut diketahui bahwa N = 20, A = 5 dan n = 2
a. Peluang terambilnya 2 kelapa tua adalah
( )
220
)22()520(25
2
C
CC
XP
−−⋅
==
( ) 0526,0
190
110
!18!2
!20
!15!0
!15
!3!2
!5
2 =
×
=
×
==XP
b. Peluang terambilnya 2 kelapa muda setara dengan peluang tidak terambilnya
kelapa tua, yaitu
78
( )
220
)02()520(05
0
C
CC
XP
−−⋅
==
( ) 5526,0
190
1051
!18!2
!20
!13!2
!15
!5!0
!5
0 =
×
=
×
==XP
c. Peluang terambilnya 1 kelapa muda setara dengan peluang terambilnya 1
kelapa tua, yaitu
( )
3947,0
190
155
!18!2
!20
!14!1
!15
!4!1
!5
1
220
)12()520(15
=
×
=
×
=
⋅
==
−−
C
CC
XP
Aturan 3.18
Nilai harapan dan varians bagi variabel acak Hipergeometrik adalah sebagai
berikut:
N
nA
=µ .......................................................................................... [3.21]
dan






−⋅⋅
−
−
=
N
A
N
A
n
N
nN
1
1
2
σ .............................................................. [3.22]
3.12 Distribusi Poisson
Distribusi Poisson juga merupakan salah satu distribusi peluang bagi variabel acak
diskrit yang penting dan sering ditemukan dalam praktek. Selain itu, distribusi
Poisson juga dapat digunakan sebagai pendekatan bagi distribusi Binomial.
Contoh berikut ini adalah beberapa penomena dimana distribusi Poisson dapat
digunakan:
79
Jumlah telepon per jam yang diterima operator telepon di suatu rumah
sakit
Jumlah kendaraan yang memasuki jalan tol per hari
Jumlah demonstrasi massa di depan gedung MPR/DPR per tahun
Jumlah hasil produksi yang afkir per hari dalam suatu proses produksi
Dalam setiap kasus di atas, jumlah ‘keberhasilan’ atau ‘kegagalan’ merupakan
variabel acak diskrit yang mengikuti kaidah distribusi Poisson. Suatu percobaan
Poisson terjadi jika kita dapat mengamati suatu kejadian diskrit dalam suatu
interval yang kontinyu (dapat berupa waktu, luas, panjang, dan sebagainya), dima-
na interval tersebut dapat diperpendek sedemikan rupa sehingga:
rata-rata terjadinya ‘keberhasilan’ dalam interval tersebut merupakan suatu
nilai yang stabil
peluang terjadinya lebih dari satu kali ‘keberhasilan’ dalam interval tersebut
adalah nol
terjadi atau tidaknya suatu ‘keberhasilan’ dalam suatu interval tidak
tergantung pada terjadi atau tidaknya ‘keberhasilan’ dalam interval lainnya.
Sebagai contoh, jumlah telepon per jam yang diterima oleh operator telepon di su-
atu rumah sakit merupakan variabel acak diskrit yang terjadi dalam interval waktu
satu jam yang kontinyu. Misalkan dalam waktu satu jam tersebut rata-rata jumlah
telepon yang diterima oleh operator telepon tersebut adalah 90 kali. Jika interval
waktu satu jam tersebut diperpendek ke dalam hitungan detik (1 jam = 3600 detik),
maka
rata-rata jumlah telepon yang masuk dalam satu detik adalah 90/3600 =
0,025
dalam interval waktu satu detik tersebut hampir tidak mungkin terjadi lebih
dari satu telepon yang masuk
ada atau tidaknya telepon yang masuk dalam interval waktu satu detik
tertentu tidak tergantung pada ada atau tidaknya telepon yang masuk pada
periode satu detik yang lainnya
Aturan 3.19
Distribusi peluang Poisson ditentukan dengan rumus berikut:
( )
!x
e
xXP
x µ
µ −
== , x = 0, 1, 2, ... ......................................... [3.23]
dimana m adalah suatu bilangan non-negatif yang merupakan rata-rata (nilai
harapan) dari distribusi Poisson; e adalah bilangan natural (e = 2,718281...).
80
Contoh 3.16
Diketahui bahwa jumlah kesalahan cetak (X) dalam satu halaman suatu surat
kabar mengikuti distribusi poisson dengan rata-rata 2,2 per halaman. Gambarkan
distribusi peluang bagi variabel acak X tersebut dalam bentuk grafis.
Penyelesaian
( ) 1108,0
!0
2,2
0 2,2
2,20
≈=== −
−
e
e
XP ; ( ) 2438,0
!1
2,2
1
2,21
≈==
−
e
XP
Peluang untuk nilai-nilai X yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama. Hasil
perhitungan selengkapnya disajikan dalam tabel 3.7 dan distribusi peluangnya
disajikan secara grafis dalam gambar 3.7.
Tabel 3.8 Distribusi Poisson
untuk µµµµ = 2,2
Gambar 3.7 Distribusi Poisson untuk µµµµ = 2,2
3.13 Distribusi peluang bagi variabel acak kontinyu
Ketika membahas variabel acak diskrit, pada umumnya kita selalu dapat
mendaftarkan semua nilai bagi variabel diskrit dan menentukan peluang bagi
setiap nilai tersebut. Hal ini tidak lagi dapat kita lakukan ketika kita berhadapan
dengan variabel acak kontinyu, karena seperti kita ketahui suatu variabel acak
kontinyu dapat mengambil sembarang nilai dalam suatu interval tertentu dalam
sistem bilangan nyata. Dengan demikian, jumlah nilai yang mungkin diambil oleh
suatu variabel acak kontinyu dapat tak terhingga banyaknya dan tidak mungkin kita
x p(x)
0 0,1108
1 0,2438
2 0,2681
3 0,1966
4 0,1082
5 0,0476
6 0,0174
7 0,0055
8 0,0015
9 0,0004
≥10 0,0000
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X
p(x)
81
daftarkan secara rinci satu per satu. Selain itu, kita juga tidak mungkin dapat
menentukan peluang bagi setiap nilai variabel acak yang tetap memenuhi
persyaratan sebagai suatu distribusi peluang, yaitu bahwa jumlah semua peluang
tersebut harus sama dengan satu. Oleh karena itu kita perlu menggunakan
pendekatan lain dalam menentukan dan menginterpretasikan distribusi peluang
bagi variabel acak kontinyu.
Dalam bagian 3.4 telah kita singgung bahwa peluang dapat diinterpretasikan me-
lalui pendekatan konsep frekuensi relatif. Dengan pendekatan ini, nilai peluang
suatu kejadian merupakan frekuensi relatif dari kejadian tersebut dalam suatu
percobaan dengan jumlah ulangan yang besar. Sebagai ilustrasi perhatikan con-
toh berikut ini.
Contoh 3.17
Dari 100 orang sampel yang diambil secara acak, setiap orang diminta untuk me-
ngerjakan suatu tugas tertentu. Hasil pengamatan terhadap waktu yang mereka
gunakan untuk menyelesaikan tugas tersebut disajikan dalam tabel 3.9. Gambar
3.8 menyajikan histogram frekuensi bagi data dalam tabel 3.9
Tabel 3.9 Data hipotetis bagi
variabel acak kontinyu
Waktu (detik) frekuensi Frekuensi
relatif
14 sampai 18 2 0,02
18 sampai 22 11 0,11
22 sampai 26 20 0,20
26 sampai 30 42 0,42
30 sampai 34 17 0,17
34 sampai 38 5 0,05
38 sampai 42 3 0,03
Total 100 1,00
0
0.1
0.2
0.3
0.4
18 22 26 30 34 38 42
Frekuensirelatif
Gambar 3.8 Distribusi frekuensi relatif
bagi data dalam tabel 3.9
Misalkan percobaan tersebut diulang kembali, kali ini jumlah sampel yang
digunakan adalah 5000 orang. Lalu kita buat histogram frekuensi relatifnya
dengan jumlah interval kelas yang besar tetapi lebar kelasnya kita buat kecil.
Maka histogram tersebut akan terdiri atas kotak persegi panjang yang ramping
dalam jumlah yang banyak. Dengan semakin banyaknya sampel yang diambil dan
lebar interval kelas yang kecil maka histogram frekuensi relatif yang dihasilkan
82
akan semakin mendekati bentuk sebuah kurva yang kontinyu, seperti dapat dilihat
dalam gambar 3.9.
18 22 26 30 34 38 42
Frekuensirelatif
Gambar 3.9 Histogram frekuensi relatif yang makin mendekati bentuk
sebuah kurva kontinyu
Sesuai dengan pendekatan konsep frekuensi relatif, maka peluang bagi variabel
acak kontinyu ditentukan oleh luas daerah di bawah kurva yang disebut sebagai
fungsi kepekatan peluang (probability density function).
Aturan 3.20
Semua fungsi kepekatan peluang f(x) harus memenuhi dua persyaratan
berikut:
1. Kurvanya tidak pernah terletak di bawah sumbu mendatar, artinya
f(x) ≥ 0 untuk semua nilai x ..................................................... [3.24]
2. Total luas daerah di bawah kurva harus sama dengan satu, atau
∫ = 1)( dxxf ............................................................................... [3.25]
Perlu diingat bahwa f(x) bukanlah suatu nilai peluang, artinya f(x) ≠ P(X = x).
Karena luas di bawah kurva untuk satu titik tertentu adalah nol, maka setiap nilai
tunggal suatu variabel acak kontinyu mempunyai peluang sama dengan nol.
Artinya, jika X adalah suatu variabel acak kontinyu, maka P(X = x) = 0, untuk
semua nilai x. Oleh karena itu, bagi setiap variabel acak kontinyu berlaku bahwa:
83
)()( bXaPbXaP <<=≤≤ ......................................................... [3.26]
Nilai peluang tersebut dinyatakan sebagai luas di bawah kurva f(x) dalam interval
a < x < b. Hal ini diilustrasikan oleh gambar 3.10
f(x)
a b
x
Gambar 3.10 P(a < X < b) bagi variabel acak kontinyu dinyatakan sebagai
luas dareah di bawah kurva f(x)
3.14 Distribusi Normal
Distribusi norrmal merupakan salah satu distribusi peluang yang penting dan
sering digunakan. Kurva Normal mempunyai bentuk seperti genta yang simetris
(lihat gambar 3.11). Banyak variabel kontinyu dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk diantaranya beberapa statistik yang akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya, mempunyai distribusi frekuensi yang dapat didekati dengan
menggunakan kurva normal. Misalnya pengukuran berat dan tinggi badan dari
sekelompok orang, nilai ujian mahasiswa, total penjualan tahunan dari suatu
perusahaan, dan ukuran/tingkat kesalahan dari suatu percobaan. Dalam contoh-
contoh tersebut nilai pengamatan umumnya mengelompok secara simetris di
sekitar ukuran pemusatannya dan menghasilkan kurva distribusi berbentuk seperti
genta.
Selain itu, distribusi normal dapat juga memberikan pendekatan yang cukup baik
bagi distribusi-distribusi lain, termasuk distribusi bagi variabel acak diskrit seperti
distribusi binomial. Hal yang terpenting dari distribusi normal adalah bahwa
distribusi ini merupakan landasan bagi inferensial statistik.
84
µ
f(x)
x
Gambar 3.11 Kurva normal
Suatu variabel acak yang berdistribusi normal disebut sebagai variabel acak
normal (normal random variable) dan mempunyai fungsi kepekatan peluang yang
disebut sebagai fungsi kepekatan normal (normal density function). Sebuah
variabel acak normal dapat mengambil sembarang nilai dalam sistem bilangan
nyata, mulai dari -∝ sampai +∝.
Suatu fungsi kepekatan normal dapat didefinisikan secara lengkap oleh nilai
harapan (µ) dan variansnya (σ
2
). Oleh karena itu, terdapat berbagai fungsi
kepekatan normal yang berbeda antara satu dan lainnya jika nilai harapannya atau
variansnya berbeda. Gambar 3.12.a menunjukkan tiga fungsi kepekatan normal
yang mempunyai varians yang sama tetapi nilai harapannya berbeda, sedangkan
gambar 3.12.b menunjukkan tiga fungsi kepekatan normal yang mempunyai nilai
harapan yang sama tetapi variansnya berbeda.
f(x)
x
σ2
=1
σ2
=4
σ2
=9
x
f(x)
0
µ = -2 µ = +2
µ = 0
(a) σ
2
sama; µ berbeda (b) µ sama;σ
2
berbeda
Gambar 3.12 Beberapa jenis kurva Normal
85
Perhatikan bahwa ketiga kurva normal dalam gambar 3.12.a mempunyai bentuk
yang sama tetapi terpusat pada posisi yang berbeda. Sebaliknya, pada gambar
3.12.b ketiga kurva tersebut mempunyai pusat distribusi yang sama, tetapi bentuk
distribusinya berbeda. Makin besar variansnya makin rendah bentuk kurvanya dan
makin lebar distribusinya. Hal ini disebabkan karena luas di bawah kurva fungsi
kepekatan peluang harus sama dengan satu.
Misalkan X adalah sebuah variabel acak normal dengan nilai harapan µx dan
varians σx
2
, maka nilai-nilai peluang bagi X ditentukan dengan luas di bawah kurva
normal tersebut. Secara konvensional, penentuan nilai-nilai peluang X tersebut
biasa dilakukan dengan menggunakan bantuan tabel bagi variabel normal baku
(standard normal random variabel), yaitu suatu variabel acak yang berditribusi
normal dengan µ = 0 dan σ
2
= 1. Tabel tersebut disajikan dalam Tabel Lampiran 2.
Untuk dapat menggunakan tabel tersebut, variabel normal X harus ditransformasi
agar mempunyai nilai harapan sama dengan 0 dan varians sama dengan 1. Hal
ini dapat dilakukan dengan transformasi berikut:
x
xX
Z
σ
µ−
= .................................................................................. [3.27]
Tabel Lampiran 2 menyajikan nilai-nilai peluang (luas daerah di bawah kurva
normal baku) bagi Z > z, yaitu P(Z > z) untuk 0 ≤ z ≤ 3,29. Kolom pertama tabel
tersebut mencantumkan nilai-nilai z dalam satu desimal, sedangkan desimal ke-
duanya diletakkan sepanjang baris pertama dari tabel tersebut. Sebagai ilustrasi,
untuk menentukan P(Z > 1,85), pertama-tama cari nilai z = 1,8 dalam kolom yang
pertama (kolom paling kiri) dari tabel lampiran 2 tersebut. Kemudian, cari perte-
muan baris tersebut dengan kolom yang pada baris pertamanya benilai 0,05. Per-
temuan baris dan kolom tersebut menunjukkan angka 0,0322. Maka P(Z > 1,85) =
0,0322.
Contoh 3.18
Misalkan X adalah sebuah variabel acak normal dengan µ = 60 dan σ
2
= 10.
Tentukan nilai-nilai peluang berikut:
a. P(X > 65)
b. P(X < 65)
c. P(X < -65)
d. P(-65 < X < 65)
e. P(65 < X < 75,3)
86
Penyelesaian:
a. Untuk X = 65, dengan menggunakan transformasi Z, kita peroleh:
5,0
10
6065
=
−
=Z
maka dengan menggunakan Tabel lampiran 2,
kita peroleh
P(X > 65) = P(Z > 0,5) = 0,3085
b. Karena luas di bawah kurva fungsi kepekatan
peluang sama dengan satu, maka
P(Z < z) = 1 – P(Z > z). Oleh karena itu.
P(X < 65) = P(Z < 0,5) = 1 – P(Z > 0,5) = 1 – 0,3085 = 0,6915
c. Karena kurva kepekatan normal simetris terhadap nilai harapannya, maka
kurva normal baku simetris terhadap titik 0.
Oleh karena itu P(Z < -z) = P(Z > z).
Dengan menggunakan sifat ini,
P(X < -65) = P(Z < -0,5)
= P(Z > 0,5)
= 0,3085
d. P(-65 < X < 65) = P(-0,5 < Z < 0,5)
= 1 – P(Z < -0,5) – P(Z > 0,5)
= 1 – 0,3085 – 0,3085 = 0,3830
e. P(65 < X < 75,3) = P(0,5 < Z < 1,53)
= P(Z > 0,5) – P(Z < 1,53)
= 0,3085 – 0,0630 = 0,2455
Contoh 3.19
Diketahui gaji dosen per bulan pada suatu perguruan tinggi negeri tertentu
berdistribusi normal dengan nilai harapan Rp. 1,73 juta dengan simpangan baku
Rp. 200 ribu. Tentukan peluang bahwa seorang dosen yang dipilih secara acak
akan mempunyai gaji per bulan lebih kecil dari Rp. 1,5 juta.
f(z)
0,5
z
f(z)
z0,5-0,5
87
Penyelesaian
Misalkan gaji dosen per bulan adalah X, maka variabel acak X berdistribusi normal
dengan nilai harapan µ = 1.730.000 dan varians σ = 200.000. Maka untuk nilai
X = 1.500.000 dengan menggunakan transformasi Z kita peroleh:
15,1
000.200
000.730.1000.500.1
−=
−
=
−
=
σ
µX
Z
Oleh karena itu, P(X < 1.500.000) = P(Z < -1,15)
= P(Z > 1,15)
= 0,1251
Dalam MINITAB, nilai peluang bagi variabel acak yang berdistribusi Normal
dihitung dengan memilih menu
Calc Probability Distribution Normal...
Gambar 3.13 Jendela Normal Distribution dalam MINITAB
88
Perintah tersebut akan mengaktif jendela Normal Distribution, seperti terlihat dalam
gambar 3.13. Untuk menghitung nilai peluang dalam contoh 3.19 di atas, dalam
jendela Normal Distribution tersebut klik tombol Cummulative Probability,
lalu dalam kotak Mean isikan nilai µ, yaitu 1730000, dan dalam kotak Standard
deviation isikan nilai s, yaitu 200000. Lalu klik tombol Input constant dan
isikan nilai x, yaitu 1500000, kemudian klik OK. Output dari rangkaian perintah
tersebut adalah sebagai berikut:
MTB > CDF 1500000;
SUBC> Normal 1730000 200000.
Cumulative Distribution Function
Normal with mean = 1730000 and standard deviation = 200000
x P( X <= x)
1.50E+06 0.1251
Perhatikan bahwa nilai peluang bagi variabel acak kontinyu dalam MINITAB
dihitung sebagai nilai peluang kumulatif, yaitu P(X < x).
3.15 Pendekatan normal bagi distribusi Binomial
Distribusi normal dapat digunakan sebagai suatu pendekatan terhadap beberapa
distribusi lain, termasuk diantaranya adalah distribusi Binomial. Pendekatan nor-
mal terhadap distribusi Binomial biasa digunakan karena sangat bermanfaat ketika
n dalam distribusi Binomial cukup besar dengan bentuk distribusi yang relatif si-
metris. Pendekatan ini akan sangat baik ketika p dalam distribusi Binomial sama
dengan 0,5. Pendekatan tersebut masih dapat digunakan untuk nilai p ≠ 0,5
asalkan n-nya cukup besar, semakin jauh p dari nilai 0,5 maka sebaiknya semakin
besar pula n-nya agar pendekatan tersebut efektif.
Pada umumnya, pendekatan normal terhadap distribusi Binomial akan cukup baik
jika np > 5 dan n(1 – p) > 5, karena pada keadaan ini, distribusi Binomial biasanya
hampir simetris. Dengan aturan 3.11, telah kita ketahui bahwa suatu distribusi Bi-
nomial mempunyai nilai harapan µ = np dan varians σ
2
= np(1 – p). Dalam pen-
dekatan ini kita gunakan distribusi normal yang mempunyai nilai harapan dan
varians yang sama nilainya dengan nilai harapan dan varians dari distribusi Bi-
nomial yang bersangkutan. Gambar 3.14 menunjukkan suatu pendekatan bagi
distribusi binomial dengan n = 13 dan p = 0,6 (dinyatakan dalam bentuk histogram)
oleh distribusi Normal dengan µ = np = 7,8 dan varians σ
2
= np(1 – p) = 3,12.
Nilai peluang P(X = x) dalam distribusi Binomial dinyatakan sebagai luas persegi
panjang bagi nilai x yang bersangkutan. Misalnya P(X = 5) dalam gambar 3.14
89
f(z)
z-1,87-1,30
adalah luas persegi panjang bagi X = 5, yang jika dihitung dengan aturan 3.15
nilainya adalah
0
0.06
0.12
0.18
0.24
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
x
Gambar 3.14 Pendekatan distribusi Binomial dengan distribusi Normal
0656,0)6,01(6,0
)!513(!5
!13
)5( 5135
=−
−⋅
== −
XP
Dari gambar 3.14, terlihat bahwa luas persegi panjang tersebut hampir sama
dengan luas di bawah kurva normal untuk nilai x yang terletak antara x1 = 4,5 dan
x2 = 5,5. Dengan transformasi Z, kita peroleh
30,1
12,3
8,75,5
87,1
12,3
8,75,4
2
1
−=
−
=
−=
−
=
z
z
Oleh karena itu, P(X = 5) dalam distribusi bi-
nomial didekati oleh P(-1,87 < Z < -1,30) dalam
distribusi normal baku, yang dalam hal ini adalah
P(-1,87 < Z < -1,30) = P(Z < -1,30) – P(Z < -1,87)
= 0,0968 – 0,0307
= 0,0661
Nilai pendekatan tersebut tidak terlalu berbeda jauh dengan nilai sebenarnya, yaitu
0,0656.
90
Contoh 3.20
Berkas ujian suatu mata kuliah tertentu terdiri atas 150 soal pilihan berganda yang
masing-masing mempunyai 4 jawaban dan hanya satu jawaban yang benar.
Andaikan dari ke 150 soal tersebut seorang mahasiswa bisa menjawab 100 soal,
sedangkan 50 soal sisanya dia hanya menebak saja.
a. Berapakah peluang bahwa dia akan menjawab paling sedikit 20 soal
dengan benar dari ke 50 soal yang hanya dia tebak saja jawabannya?
b. Berapakah peluang bahwa dia menjawab dengan benar lebih dari 15 soal
tetapi kurang dari 20 soal?
Penyelesaian
Peluang untuk dapat menjawab satu pertanyaan dengan benar dari ke 50 soal
tersebut adalah p = ¼. Misalkan X adalah jumlah jawaban yang benar dari 50
tebakan tersebut, maka X merupakan variabel Binomial dengan n = 50 dan p = ¼ .
Oleh karena itu,
P(X ≥ 20) = P(X = 20) + P(X = 21) + ... + P(X = 50)
Untuk menentukan nilai peluang tersebut dapat kita gunakan pendekatan distribusi
normal dengan
062,350)1(
5,1250
4
3
4
1
4
1
=⋅⋅=−=
=⋅==
pnp
np
σ
µ
Dengan pendekatan ini nilai peluang tersebut ditentukan dengan menghitung luas
daerah di sebelah kanan titik x = 19,5. Nilai z untuk x = 19,5 adalah
29,2
062,3
5,125,19
=
−
=z
Sehingga
0110,0)29,2()20( =≥≈≥ ZPXP
Jadi peluang bahwa mahasiswa tersebut akan dapat menjawab paling sedikit 20
pertanyaan dengan benar dari 50 pertanyaan tersebut adalah 0,011.
Peluang bahwa dia akan menjawab dengan benar lebih dari 15 soal tetapi kurang
dari 20 soal, dapat dituliskan sebagai berikut:
P(15 < X < 20) = P(X = 16) + P(X = 17) + P(X = 18) + P(X = 19)
Dengan pendekatan distribusi Normal, pernyataan peluang tersebut setara dengan
P(15 < X < 20) ≈ P(15,5 < x < 19,5)
Sehingga nilai-nilai z untuk x1 = 15,5 dan x2 = 19,5 adalah
91
98,0
062,3
5,125,15
1 =
−
=z
dan
29,2
062,3
5,125,19
2 =
−
=z
Sehingga
P(15 < X < 20) ≈ P(0,98 < Z < 2,29)
≈ P(Z > 0,98) – P(Z > 2,29) = 0,1635 – 0,0110 = 0,1525
Penambahan atau pengurangan nilai x dengan 0,5 dalam perhitungan-perhitungan
di atas, biasa juga disebut sebagai suatu koreksi kekontinyuan (continuity
corection) bagi variabel acak diskrit.
Soal-soal latihan
3.1 Apakah yang dimaksud dengan variabel acak?
3.2 Tentukan apakah variabel-variabel acak berikut ini adalah diskrit atau
kontinyu
a. X: Jumlah penduduk yang menderita penyakit demam berdarah pada
satu tahun tertentu di Pontianak
b. Y: Lamanya pasien dirawat di suatu rumah sakit (dalam hitungan hari)
karena menderita penyakit demam berdarah
c. R: Jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun tertentu di Pontianak
d. S: Total nilai kerugian materil akibat kebakaran lahan di suatu daerah
pada suatu periode tertentu (dalam satuan Rp.)
e. T: Berat 1000 butir gabah kering (dalam satuan gr)
f. U: Produksi padi per hektar
g. V: Penghasilan seorang pedagang per hari
h. W: Nilai pH tanah di suatu lokasi
3.3 Apakah yang dimaksud dengan distribusi peluang?
3.4 Tiga orang mahasiswa tingkat akhir suatu fakultas mengikuti wawancara un-
tuk mendapat pekerjaan di PT Rindu Order. Setiap pelamar mungkin diterima
bekerja dan mungkin ditolak.
a. Daftarkan semua kemungkinan hasil wawancara ketiga orang tersebut.
b. Jika variabel acak Y didefinisikan sebagai jumlah pelamar yang diterima
untuk bekerja, tentukan semua nilai-nilai Y yang mungkin terjadi.
92
Seandainya peluang seseorang untuk ditolak sama dengan peluang
untuk diterima, tentukanlah distribusi peluang bagi Y.
3.5 Sebuah kotak berisi 6 buah bola merah dan 2 buah bola putih. Dari kotak ter-
sebut diambil 3 buah secara acak, dimana pada setiap pengambilan, bola
yang terambil dikembalikan lagi ke dalam kotak sebelum pengambilan beri-
kutnya dilakukan. Misalkan W adalah jumlah bola putih yang terambil pada
proses pengambilan tersebut.
a. Tentukan ditribusi peluang bagi W.
b. Tentukan pula nilai harapan dan varians bagi W.
3.6 Diketahui distribusi peluang bagi variabel acak X dan Y sebagai berikut:
a. Tentukan nilai harapan bagi
kedua variabel acak terse-
but
b. Tentukan simpangan baku
bagi kedua variabel acak
tersebut
c. Apakah yang dapat anda simpulkan dari hasil perhitungan a. dan b. di
atas?
3.7 Diketahui distribusi peluang bagi variabel acak X dan Y sebagai berikut:
a. Tentukan nilai harapan bagi
kedua variabel acak tersebut
b. Tentukan simpangan baku
bagi kedua variabel acak
tersebut
c. Apakah yang dapat anda simpulkan dari hasil perhitungan a. dan b. di
atas?
3.8 Apakah yang dimaksud dengan suatu percobaan acak? Dan apa yang
dimaksud dengan ruang sampel?
3.9 Jelaskan ketiga konsep/interpretasi tentang teori peluang
3.10 Jelaskan mengapa nilai peluang suatu kejadian harus merupakan suatu
bilangan antara 0 dan 1?
3.11 Jika dari satu set kartu remi diambil sebuah kartu secara acak, berapakah
peluang akan terambil sebuah kartu spade (♠)? Berapakah peluang
x p(x) y p(y)
0 0.50 0 0.05
1 0.20 1 0.10
2 0.15 2 0.15
3 0.10 3 0.20
4 0.05 4 0.50
x p(x) y p(y)
0 0.20 0 0.10
1 0.20 1 0.20
2 0.20 2 0.40
3 0.20 3 0.20
4 0.20 4 0.10
93
terambilnya sebuah King? Berapakah peluang terambilnya sebuah kartu
berwarna hitam?
3.12 Apakah yang dimaksud dengan dua buah kejadian yang independen?
3.13 Apakah yang dimaksud dengan dua kejadian yang saling asing?
3.14 Dari soal 3.11, apakah kejadian terpilihnya kartu spade dengan terpilihnya
sebuah King saling asing? Apakah kejadian terpilihnya kartu berwarna merah
dengan kartu berwarna hitam saling asing?
3.15 Dari soal 3.11, berapakah peluang terpilihnya sebuah kartu King berwarna
hitam? Berapakah peluang terpilihnya sebuah kartu King atau kartu berwarna
hitam? Berapakah peluang terpilihnya sebuah kartu berwarna merah atau
berwarna hitam?
3.16 Untuk mempelajari pola tingkah laku konsumen di sebuah kota metropolitan,
dilakukan survey terhadap 400 orang penduduk di kota tersebut. Salah satu
pertanyaannya adalah “Apakah anda senang berbelanja pakaian?”. Dari 160
orang responden pria, 92 orang diantaranya menjawab “Ya”, dan dari 240
orang responden wanita, 205 orang diantaranya menjawab “Ya”. Buatlah
diagram Venn atau tabel frekuensi gabungan untuk persoalan di tersebut.
Jika dari hasil survey tersebut, seorang responden dipilih secara acak,
tentukanlah nilai-nilai peluang berikut:
a. berapakah peluang bahwa dia adalah seorang pria?
b. berapakah peluang bahwa dia tidak suka berbelanja pakaian?
c. jika diketahui bahwa orang tersebut adalah seorang wanita, berapakah
peluang bahwa dia suka berbelanja pakaian?
d. jika diketahui bahwa orang tersebut tidak senang berbelanja pakaian,
berapakah peluangnya bahwa dia adalah seorang pria?
3.17 Di dalam sebuah wadah terdapat 50 buah bola, 30 buah berwarna hijau dan
sisanya berwarna merah. Diketahui pula bahwa 30 buah bola sudah kusam
warnanya, yang 20 diantaranya berwarna hijau. Jika dari wadah tersebut
diambil sebuah bola secara acak, tentukan peluang bahwa bola yang terpilih
tersebut adalah bola berwarna merah yang tidak kusam warnanya.
3.18 Dari soal 3.17, tentukan peluang bahwa bola yang terpilih adalah bola merah
atau bola berwarna kusam
3.19 Sebuah toko swalayan menyatakan bahwa 60% pencuri di toko tersebut akan
terdeksi oleh kamera yang di pasang di dalam toko tersebut, 20% akan
terdeteksi oleh petugas satpam dan 40% lagi akan terdeteksi oleh kamera
dan petugas satpam sekaligus. Andaikan pernyataan tersebut benar,
tentukan peluang bahwa seorang pencuri di toko tersebut akan terdeteksi
3.20 Dalam sebuah ujian terdapat 10 soal pilihan berganda, yang masing-masing
terdapat 4 pilihan jawaban. Misalkan seorang peserta ujian menjawab soal-
soal tersebut hanya dengan menebak atau menerka-nerka saja. Dapatkah
94
hal ini dikategorikan sebagai suati percobaan Binomial? Jelaskan dengan
menunjukkan terpenuhi atau tidaknya ke-emapat ciri percobaan Binomial
3.21 Diketahui suatu percobaan Binomial dengan n = 4 dan p = 0,7. Daftarkan
nilai-nilai peluang bagi semua nilai variabel acak Binomial tersebut.
3.22 Misalkan X adalah variabel acak Binomial.
a. Tentukan P(X = 2) untuk n = 4 dan p = 0,12
b. Tentukan P(X < 2) untuk n = 4 dan p = 0,12
c. Tentukan P(X = 4) untuk n = 10 dan p = 0,4
d. Tentukan P(X ≠ 4) untuk n = 10 dan p = 0,4
3.23 Dalam memproduksi suatu jenis barang X, diketahui bahwa kegagalan proses
produksinya mencapai 5%. Jika pada suatu periode waktu tertentu diproduksi
10 buah barang X, tentukanlah peluang bahwa 2 buah barang tersebut
termasuk hasil produksi yang gagal. Berapakah peluang bahwa paling sedikit
2 buah hasil produksi tersebut dinyatakan gagal?
3.24 Diketahui bahwa 60% hasil produksi yang gagal dapat diperbaiki dengan
pengerjaan ulang. Misalkan 6 buah hasil produksi yang gagal dikerjakan
ulang.
a. Tentukan peluang bahwa paling sedikit 3 buah hasil produksi dapat
diperbaiki
b. Tentukan peluang bahwa tak satupun hasil produksi tersebut dapat
diperbaiki
c. Tentukan peluang bahwa semua hasil produksi tersebut dapat diperbaiki
3.25 Sebuah kotak berisi 5 buah bola merah dan 3 buah bola hijau. Jika dari
dalam kotak tersebut diambil 2 buah bola secara acak tanpa pengembalian,
tentukan
a. peluang terambilnya satu bola hijau
b. peluang terambilnya paling tidak satu bola hijau
c. rata-rata dan varians terambilnya bola merah
3.26 Di sebuah toko roti terdapat 15 bungkus roti tawar, yang 10 bungkus
diantaranya adalah roti baru sedangkan 5 bungkus lainnya adalah roti sisa
penjualan hari sebelumnya. Seorang pembeli membeli 3 bungkus roti tawar
tersebut. Jika X adalah terambilnya roti sisa penjualan hari sebelumnya,
tentukan
a. P(X = 3) b. P(X = 0) c. P(X = 1)
3.27 Misalkan X adalah variabel acak diskrit yang berdistribusi Poisson dengan
µ = 2. Tentukan
a. P(X ≤ 2) b. P(X > 2)
95
3.28 Jumlah mobil yang memasuki gerbang jalan tol dalam setiap menit diketahui
berdistribusi Poisson. Jika rata-rata jumlah mobil yang memasuki gerbang tol
per menitnya adalah 3 buah mobil, tentukan peluang bahwa
a. antara jam 10:00 sampai 10:01 terdapat dua mobil yang memasuki
gerbang tol tersebut
b. antara jam 10:00 sampai 10:01 terdapat lebih dari dua mobil yang
memasuki gerbang tol tersebut
3.29 Dalam setiap 100 kali pengeboran, sebuah perusahaan eksplorasi gas alam
secara rata-rata menemukan 4 buah sumur sumber gas alam. Andaikan
perusahaan tersebut akan melakukan 20 kali pengeboran, tentukan peluang
bahwa
a. dalam pengeboran-pengeboran tersebut akan ditemukan satu sumur
sumber gas alam
b. paling tidak akan ditemukan 2 sumur sumber gas alam
3.30 Manakah diantara variabel-variabel acak di bawah ini yang dapat
dikategorikan sebagai variabel yang kontinyu
a. Jumlah dosen yang datang ke kampus sebelum jam 08:00
b. Berat badan seorang mahasiswa baru
c. Jumlah curah hujan dalam satu bulan
d. Indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa semester 3 fakultas
pertanian
e. Jumlah maksimum SKS yang boleh diambil oleh seorang mahasiswa
pada satu semester tertentu
f. Waktu yang diperlukan seorang mahasiswa untuk menyelesaikan
studinya
3.31 Sebuah variabel acak X yang kontinyu diketahui dapat mengambil nilai antara
x = 2 dan x = 2. Fungsi kepekatan peluang bagi X didefinisikan dengan
f(x) = ½.
a. Tunjukkan bahwa luas di bawah kurva f(x) sama dengan 1
b. Tentukan P(2,5 < X < 3,5)
c. Tentukan P(X < 3,5)
3.32 Jelaskan perbedaan antara distribusi Binomial dengan distribusi Normal
3.33 Gunakan Tabel lampiran 2 untuk menentukan luas daerah di bawah kurva
normal baku bagi nilai-nilai Z berikut:
a. Z > 1,96 b. Z > 1.64 c. Z > 1,65 d. Z > 2,33
3.34 Tentukan luas daerah di bawah kurva normal baku bagi nilai-nilai Z berikut:
a. -1,96 < Z < 1,96 b. -2,33 < Z < 2,33
3.35 Tentukan nilai z sehingga

More Related Content

What's hot

Distribusi hipergeometrik
Distribusi hipergeometrikDistribusi hipergeometrik
Distribusi hipergeometrikAniklestari1997
 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangArif Windiargo
 
Ketaksamaan chebyshev1
Ketaksamaan chebyshev1Ketaksamaan chebyshev1
Ketaksamaan chebyshev1ruslancragy8
 
Ukuran dispersi(5)
Ukuran dispersi(5)Ukuran dispersi(5)
Ukuran dispersi(5)rizka_safa
 
Peluang dan Distribusi Peluang
Peluang dan Distribusi PeluangPeluang dan Distribusi Peluang
Peluang dan Distribusi Peluangbagus222
 
Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19
Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19
Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19Sowanto Sanusi
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuAnderzend Awuy
 
Pendekatan distribusi binomial ke normal
Pendekatan distribusi binomial ke normalPendekatan distribusi binomial ke normal
Pendekatan distribusi binomial ke normalAndriani Widi Astuti
 
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialDistribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialSilvia_Al
 
Pendugaan parameter
Pendugaan parameterPendugaan parameter
Pendugaan parametersiti Julaeha
 
Metode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiMetode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiSiti Zuariyah
 
10. hipotesis
10. hipotesis10. hipotesis
10. hipotesisHafiza .h
 
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)Raden Maulana
 
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik DeskriptifBab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik DeskriptifCabii
 

What's hot (20)

Distribusi hipergeometrik
Distribusi hipergeometrikDistribusi hipergeometrik
Distribusi hipergeometrik
 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
 
Ketaksamaan chebyshev1
Ketaksamaan chebyshev1Ketaksamaan chebyshev1
Ketaksamaan chebyshev1
 
Ukuran dispersi(5)
Ukuran dispersi(5)Ukuran dispersi(5)
Ukuran dispersi(5)
 
Peluang dan Distribusi Peluang
Peluang dan Distribusi PeluangPeluang dan Distribusi Peluang
Peluang dan Distribusi Peluang
 
Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19
Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19
Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
 
Pendekatan distribusi binomial ke normal
Pendekatan distribusi binomial ke normalPendekatan distribusi binomial ke normal
Pendekatan distribusi binomial ke normal
 
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialDistribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
 
Pendugaan parameter
Pendugaan parameterPendugaan parameter
Pendugaan parameter
 
Metode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiMetode Simplek Minimasi
Metode Simplek Minimasi
 
Bab 3-pros stok
Bab 3-pros stokBab 3-pros stok
Bab 3-pros stok
 
10. hipotesis
10. hipotesis10. hipotesis
10. hipotesis
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
Beberapa distribusi peluang diskrit (1)
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
 
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik DeskriptifBab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
 
Interpolasi Newton
Interpolasi  NewtonInterpolasi  Newton
Interpolasi Newton
 

Viewers also liked

Viewers also liked (19)

Actividad 1.2 Economia
Actividad 1.2 EconomiaActividad 1.2 Economia
Actividad 1.2 Economia
 
Actividad 1.3
Actividad 1.3Actividad 1.3
Actividad 1.3
 
Colágeno y piel
Colágeno y pielColágeno y piel
Colágeno y piel
 
Родинні свята
Родинні святаРодинні свята
Родинні свята
 
Anexos de la piel
Anexos de la pielAnexos de la piel
Anexos de la piel
 
Ecv hemorragico
Ecv hemorragicoEcv hemorragico
Ecv hemorragico
 
3 rd term project 3º eso
3 rd term project 3º eso3 rd term project 3º eso
3 rd term project 3º eso
 
Cronologia de la Iglesia (I): Epoca Visigoda; Alta y Baja Edad Media
Cronologia de la Iglesia (I): Epoca Visigoda; Alta y Baja Edad MediaCronologia de la Iglesia (I): Epoca Visigoda; Alta y Baja Edad Media
Cronologia de la Iglesia (I): Epoca Visigoda; Alta y Baja Edad Media
 
Apendicitis
ApendicitisApendicitis
Apendicitis
 
Digestion y absorcion
Digestion y absorcionDigestion y absorcion
Digestion y absorcion
 
Evaluación Proyecto ECO
Evaluación Proyecto ECOEvaluación Proyecto ECO
Evaluación Proyecto ECO
 
El lamarckismo
El lamarckismoEl lamarckismo
El lamarckismo
 
29 primary angle closure glaucoma
29 primary angle closure glaucoma29 primary angle closure glaucoma
29 primary angle closure glaucoma
 
Dissertation Defense - Final
Dissertation Defense - FinalDissertation Defense - Final
Dissertation Defense - Final
 
Variabel acak dan nilai harapan (Statistik Ekonomi II)
Variabel acak dan nilai harapan (Statistik Ekonomi II)Variabel acak dan nilai harapan (Statistik Ekonomi II)
Variabel acak dan nilai harapan (Statistik Ekonomi II)
 
Memristor ppt
Memristor pptMemristor ppt
Memristor ppt
 
Infecciones vías urinarias
Infecciones vías urinariasInfecciones vías urinarias
Infecciones vías urinarias
 
La influenza
La influenzaLa influenza
La influenza
 
Caso clinico del Síndrome de Ipex - Elyz A. Cortez López
Caso clinico del Síndrome de Ipex - Elyz A. Cortez LópezCaso clinico del Síndrome de Ipex - Elyz A. Cortez López
Caso clinico del Síndrome de Ipex - Elyz A. Cortez López
 

Similar to Variabel Acak Diskrit

ditribusi teoritis
ditribusi teoritisditribusi teoritis
ditribusi teoritisMunajiMoena
 
DISTRIBUSI PROBABILITAS
DISTRIBUSI PROBABILITASDISTRIBUSI PROBABILITAS
DISTRIBUSI PROBABILITASHusna Sholihah
 
jbptunikompp-gdl-triraharjo-23425-4-4.peuba-).ppt
jbptunikompp-gdl-triraharjo-23425-4-4.peuba-).pptjbptunikompp-gdl-triraharjo-23425-4-4.peuba-).ppt
jbptunikompp-gdl-triraharjo-23425-4-4.peuba-).pptRoulyPinyEshylvesthe
 
variabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluangvariabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluangCeria Agnantria
 
Statistika - Distribusi peluang
Statistika - Distribusi peluangStatistika - Distribusi peluang
Statistika - Distribusi peluangYusuf Ahmad
 
makalah VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS UNTUK VARIABEL RANDOM DIS...
makalah VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS UNTUK VARIABEL RANDOM DIS...makalah VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS UNTUK VARIABEL RANDOM DIS...
makalah VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS UNTUK VARIABEL RANDOM DIS...sri rahayu
 
Distribusi peluang kontinu
Distribusi peluang kontinuDistribusi peluang kontinu
Distribusi peluang kontinuRizkiFitriya
 
pembahasan terdahulu rumus yg terjadi di
pembahasan terdahulu rumus yg terjadi dipembahasan terdahulu rumus yg terjadi di
pembahasan terdahulu rumus yg terjadi diRizalFitrianto
 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxNaufalDhiyaulhaq2
 
Pert 9 10 -distribusi probabilitas
Pert 9 10 -distribusi probabilitasPert 9 10 -distribusi probabilitas
Pert 9 10 -distribusi probabilitasCanny Becha
 
PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1
PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1
PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1ariefbudiman902449
 
STATISTIK MATEMATIKA (Distribusi)
STATISTIK MATEMATIKA (Distribusi) STATISTIK MATEMATIKA (Distribusi)
STATISTIK MATEMATIKA (Distribusi) erik-pebs
 
Manajemen Risio 03 Konsep Statistik
Manajemen Risio 03 Konsep StatistikManajemen Risio 03 Konsep Statistik
Manajemen Risio 03 Konsep StatistikJudianto Nugroho
 
Polinomial (Suku Banyak)
Polinomial (Suku Banyak)Polinomial (Suku Banyak)
Polinomial (Suku Banyak)shafirahany22
 

Similar to Variabel Acak Diskrit (20)

Distribusi teoretis
Distribusi teoretisDistribusi teoretis
Distribusi teoretis
 
ditribusi teoritis
ditribusi teoritisditribusi teoritis
ditribusi teoritis
 
DISTRIBUSI PROBABILITAS
DISTRIBUSI PROBABILITASDISTRIBUSI PROBABILITAS
DISTRIBUSI PROBABILITAS
 
jbptunikompp-gdl-triraharjo-23425-4-4.peuba-).ppt
jbptunikompp-gdl-triraharjo-23425-4-4.peuba-).pptjbptunikompp-gdl-triraharjo-23425-4-4.peuba-).ppt
jbptunikompp-gdl-triraharjo-23425-4-4.peuba-).ppt
 
Klp 1
Klp 1Klp 1
Klp 1
 
variabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluangvariabel random dan distribusi peluang
variabel random dan distribusi peluang
 
Statistika - Distribusi peluang
Statistika - Distribusi peluangStatistika - Distribusi peluang
Statistika - Distribusi peluang
 
makalah VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS UNTUK VARIABEL RANDOM DIS...
makalah VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS UNTUK VARIABEL RANDOM DIS...makalah VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS UNTUK VARIABEL RANDOM DIS...
makalah VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS UNTUK VARIABEL RANDOM DIS...
 
Distribusi peluang kontinu
Distribusi peluang kontinuDistribusi peluang kontinu
Distribusi peluang kontinu
 
pembahasan terdahulu rumus yg terjadi di
pembahasan terdahulu rumus yg terjadi dipembahasan terdahulu rumus yg terjadi di
pembahasan terdahulu rumus yg terjadi di
 
Ch3
Ch3Ch3
Ch3
 
Ch3
Ch3Ch3
Ch3
 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
 
Pert 9 10 -distribusi probabilitas
Pert 9 10 -distribusi probabilitasPert 9 10 -distribusi probabilitas
Pert 9 10 -distribusi probabilitas
 
Bab 1. Variabel Acak dan Nilai Harapan
Bab 1. Variabel Acak dan Nilai HarapanBab 1. Variabel Acak dan Nilai Harapan
Bab 1. Variabel Acak dan Nilai Harapan
 
PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1
PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1
PPT DISTRIBUSI LINEAR, BINOMIAL UNTUK MAHASISWA S1
 
STATISTIK MATEMATIKA (Distribusi)
STATISTIK MATEMATIKA (Distribusi) STATISTIK MATEMATIKA (Distribusi)
STATISTIK MATEMATIKA (Distribusi)
 
Manajemen Risio 03 Konsep Statistik
Manajemen Risio 03 Konsep StatistikManajemen Risio 03 Konsep Statistik
Manajemen Risio 03 Konsep Statistik
 
Aplikasi praktis regresi berganda
Aplikasi praktis regresi bergandaAplikasi praktis regresi berganda
Aplikasi praktis regresi berganda
 
Polinomial (Suku Banyak)
Polinomial (Suku Banyak)Polinomial (Suku Banyak)
Polinomial (Suku Banyak)
 

Recently uploaded

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 

Variabel Acak Diskrit

  • 1. 65 3.7 Variabel acak Dalam percobaan acak kita umumnya hanya tertarik pada aspek tertentu dari hasil pecobaan tersebut. Salah satu aspek penting yang mendapat perhatian khusus dalam berbagai aplikasi statistik adalah variabel acak (random variables). Suatu variabel acak terdiri atas nilai-nilai numerik yang diperoleh dari pengamatan ter-hadap suatu proses/percobaan yang nilai-nilainya bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lainnya secara acak. Sebagai ilustrasi, kita lihat kembali percobaan pelemparam dua mata uang dalam contoh 3.6. Ruang sampel dari percobaan ini adalah S = {MM, MB, BM, BB}. Dalam percobaan ini, misalnya kita hanya tertarik untuk mengamati jumlah sisi muka yang timbul, kita sebut saja X. Nilai-nilai X akan bervariasi secara acak dari satu pelemparan ke pelemparan lainnya, maka X merupakan suatu variabel acak. Pada kenyataannya X merupakan suatu fungsi yang memetakan hasil percobaan tersebut ke dalam nilai-nilai numerik, dalam hal ini nilai-nilai X yang mungkin terjadi adalah 0, 1, dan 2 (lihat gambar 3.3). 0 1 2X S = {MM, MB, BM, BB} Gambar 3.3 Variabel acak X: pemetaan dari setiap unsur S terhadap X Secara formal variabel acak didefinisikan sebagai berikut: Definisi: Variabel acak (random variable) adalah suatu fungsi yang memetakan setiap kejadian dalam suatu ruang sampel dari suatu percobaan acak ke dalam nilai-nilai numerik. Variabel acak dibedakan atas variabel acak diskrit dan variabel acak kontinyu berdasarkan pada nilai-nilai variabel acak tersebut. Suatu variabel acak X disebut variabel acak diskrit (discrete random variable) jika nilai-nilai X hanya terdiri atas bilangan bulat positif. Variabel acak diskrit biasanya diperoleh dari hasil mem- bilang, sehingga selalu ada celah diantara nilai-nilainya. Beberapa contoh variabel
  • 2. 66 acak diskrit diantaranya adalah jumlah sisi muka yang timbul pada pelemparan dua mata uang, jumlah anakan produktif per rumpun tanaman padi, jumlah SKS yang diambil seorang mahasiswa pada semester tertentu, dan jumlah hasil pro- duksi yang afkir dalam suatu proses produksi. Notasi P(X = x) atau p(x) digunakan untuk menyatakan nilai peluang bagi X = x. Misalnya dalam kasus pelemparan dua mata uang yang seimbang dengan mudah dapat kita tentukan bahwa P(X = 2) = P({MM}) = 0,25 dan P(X = 1) = P({MB,BM}) = 0,5 Berbeda dengan variabel acak diskrit, maka nilai-nilai suatu variabel acak kontinyu dapat mengambil sembarang nilai dalam sistem bilangan nyata, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat celah antara nilai-nilainya. Variabel acak kontinyu bia- sanya diperoleh dari hasil pengukuran seperti waktu, panjang atau jenis pengu- kuran lainnya. Misalnya, jika X adalah indeks prestasi kumulatif seorang sarjana pertanian, maka nilai variabel acak X adalah suatu bilangan x dimana 2,0 ≤ x ≤ 4,0. 3.8 Distribusi peluang bagi variabel acak diskrit Distribusi peluang (probability distribution) bagi X merupakan suatu daftar yang memuat nilai peluang bagi semua nilai variabel acak X yang mungkin terjadi. Distribusi peluang bagi variabel acak diskrit dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau rumus yang mengaitkan nilai peluang dengan setiap nilai variabel acaknya. Sebagai ilustrasi, kita lihat kembali percobaan dua keping mata uang yang seimbang. Andaikan X adalah jumlah sisi muka yang timbul dari setiap percobaan, maka x hanya akan mungkin bernilai 0, 1 atau 2 (lihat gambar 3.3). Dengan asumsi simetris, maka setiap kejadian dalam ruang sample S akan mempunyai peluang = 0,25 (lihat tabel 3.5). Tabel 3.5 Hubungan antara nilai x dengan unsur dari ruang sampel S Kejadian (unsur S) x Peluang MM 2 0,25 MB 1 0,25 BM 1 0,25 BB 0 0,25
  • 3. 67 Seperti telah kita lihat sebelumnya (gambar 3.3), percobaan tersebut hanya mungkin menghasilkan tiga nilai x, yaitu 0, 1 dan 2, masing-masing dengan peluang sebagai berikut: P(X = 0) = p(0) = 0,25; P(X = 1) = p(1) = 0,5; P(X = 2) = p(2) = 0,25 Oleh karena itu, distribusi peluang bagi X, dapat dirumuskan sebagai berikut:    = = = 1jika0,50 2atau0jika0,25 )( x x xp Distribusi peluang bagi variabel acak X dapat juga disajikan dalam bentuk tabel (tabel 3.6) atau dalam bentuk grafik (gambar 3.4). Metode penyajian yang di- gunakan, baik dalam bentuk rumus, tabel atau grafik, semata-mata tergantung pada selera peneliti yang bersangkutan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa cara penyajian tersebut diharapkan akan memudahkan pembaca untuk mema- haminya. Tabel 3.6 Distribusi peluang bagi X x p(x) 0 0,25 1 0,50 2 0,25 0 0.25 0.5 0 1 2 x p(x) Gambar 3.4 Distribusi peluang bagi X Aturan 3.12 Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang dapat bernilai x1, x2, ..., xn, maka 1. Peluang untuk setiap nilai xi terletak antara nol dan satu: 0 ≤p(xi) ≤ 1 untuk i = 1, 2, ..., n..................................................... [3.12] 2. Jumlah peluang untuk semua nilai xi sama dengan satu: ∑ = = n 1 1)( i ixp ................................................................................... [3.13]
  • 4. 68 Dengan terdefinisinya distribusi peluang suatu variabel acak X, maka kita dapat menentukan peluang bagi berbagai nilai X. Misalnya, peluang bahwa nilai X ter- letak antara a dan b, dinotasikan dengan P(a ≤ X ≤ b), diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai-nilai peluang p(x) untuk semua x yang terletak antara a dan b. Untuk contoh di atas, P(0 ≤ X ≤ 1) = p(0) + p(1) = 0,25 + 0,50 = 0,75 3.9 Nilai harapan dan varians Distribusi peluang bagi suatu variabel acak X pada dasarnya merupakan distribusi dari suatu populasi. Oleh karena itu, kita dapat menentukan rata-rata dan varians dari variable acak X untuk menjelaskan karakteristik dari distribusi tersebut. Nilai rata-rata dari sebuah variabel acak X biasa juga disebut sebagai nilai harapan (expected value) bagi X, dan dituliskan dengan notasi dengan E(X) atau µ. Definisi: Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang dapat bernilai x1, x2, ..., xn, dengan peluang masing-masing adalah p(x1), p(x2), ..., p(xn), maka nilai harapan bagi X dihitung dengan rumus berikut: ∑ = ⋅== n i ii xpxXE 1 )()( µ ............................................................... [3.14] Definisi tersebut menunjukkan bahwa Nilai harapan dari suatu variabel acak X adalah rata-rata tertimbang dari semua nilai X yang mungkin, dimana pembobotnya adalah nilai peluang bagi setiap nilai X tersebut. Dengan menggunakan rumus 3.14 di atas, maka nilai harapan bagi X dalam tabel 3.5 adalah 0,125,0250,0125,00)( =⋅+⋅+⋅=XE Aturan 3.13 Beberapa aturan tentang nilai harapan Misalkan X dan Y masing-masing adalah variabel acak, dan c adalah suatu konstanta, maka: 1. E(c) = c 2. )()( XEccXE ⋅= 3. )()()( YEXEYXE +=+ 4. )()()( YEXEYXE −=−
  • 5. 69 5. Jika X dan Y keduanya adalah variabel acak yang independen, maka )()()( YEXEXYE ⋅= Untuk dapat menjelaskan penyebaran dari distribusi tersebut secara lebih baik kita memerlukan suatu ukuran penyebaran bagi variabel acak X. Dalam bab 2, telah kita bahas berbagai ukuran penyebaran, yang salah satu diantaranya adalah varians yang dihitung dengan rumus berikut: ( ) ( ) n x n x i i 12 2 2 ⋅−= − = ∑ ∑ µ µ σ .............................................. [3.15] Varians bagi variabel acak X didefinisikan dengan cara yang sama, hanya nilai 1/n diganti dengan p(xi). Oleh karena itu, varians dari suatu variabel acak X merupakan rata-rata tertimbang dari kuadrat simpangan nilai-nilai X terhadap rata- ratanya. Definisi: Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang dapat bernilai x1, x2, ..., xn, dengan peluang masing-masing adalah p(x1), p(x2), ..., p(xn), maka varians bagi X dihitung dengan rumus berikut: ( )∑ = ⋅−= n i ii xpx 1 22 )(µσ ................................................................. [3.16] Sedangkan simpangan baku (standard deviation), σ, adalah akar dari varians Dengan menggunakan rumus varians di atas, maka varians bagi X dalam tabel 3.5 adalah ( ) ( ) ( ) 50,025,01250,01125,010)( 2222 =⋅−+⋅−+⋅−== σXVar Aturan 3.14 Beberapa aturan tentang varians Misalkan X dan Y masing-masing adalah variabel acak, dan c adalah suatu konstanta, maka: 1. Var(c) = 0 2. )()( 2 XVarccXVar ⋅= 3. )()( XVarcXVar =+ 4. Jika X dan Y keduanya adalah variabel acak yang independen, maka )()()( YVarXVarYXVar +=+
  • 6. 70 dan )()()( YVarXVarYXVar +=− Contoh 3.11 Misalkan Y adalah variabel acak diskrit dengan distribusi peluang sebagai berikut: Y 1 2 3 4 P(y) 0,4 0,3 0,2 0,1 a. tentukan nilai harapan dan varians bagi Y b. tentukan nilai harapan dan varians bagi X = 3Y – 2 Penyelesaian: a. Salah satu cara yang mudah untuk menentukan nilai harapan dan varians dari suatu variabel acak adalah dengan menggunakan bantuan tabel seperti tabel 3.7 Tabel 3.7 Tabel perhitungan bagi nilai harapan dan varians Y y p(y) y.p(y) y - µ (y - µ) 2 (y - µ) 2 .p(y) 1 0,4 0,4 -1 1 0,4 2 0,3 0,6 0 0 0 3 0,2 0,6 1 1 0,2 4 0,1 0,4 2 4 0,4 Total 2,0 = µ 1,0 = σ 2 Dari tabel tersebut kita peroleh bahwa ∑ = ⋅== n i ii ypyYE 1 )()( µ = 2,0 (jumlah dari kolom ke 3 tabel tersebut) ( ) ( )∑ = ⋅−== n i ii ypyYVar 1 22 )(µσ = 1,0 (jumlah dari kolom terakhir tabel tersebut) b. X = 3Y – 2 E(X) = E(3Y – 2) = 3E(Y) –2 = 3(2) – 2 = 4
  • 7. 71 Var(X) = Var(3Y – 2) = 3 2 . Var(Y) = 9 3.10 Distribusi Binomial Di era reformasi ini jajak pendapat nampaknya sudah merupakan hal yang biasa dalam kehidupan kita. Berbagai media massa, baik media cetak maupun media elektronik, telah sering melakukan jajak pendapat untuk berbagai persoalan. Bah- kan beberapa persoalan penting yang dihadapi oleh badan legislatif, baik MPR, DPR maupun DPRD, sering kali harus diputuskan melalui pemungutan suara (voting). Jajak pendapat dan voting merupakan contoh dari suatu peristiwa pengambilan sampel yang biasa disebut percobaan binomial. Dalam jajak pendapat atau voting setiap partisipan biasanya hanya mempunyai dua pilihan, misalnya A atau B (walaupun biasanya ada juga partisipan yang memilih untuk abstain, yang demikian ini biasanya suaranya tidak diperhitungkan). Salah satu karakteristik penting dari percobaan binomial adalah bahwa percobaan tersebut hanya mungkin menghasilkan ada dua kejadian. Secara konvensional kedua pilihan (kejadian) tersebut biasa dikategorikan sebagai gagal atau berhasil, atau biasa juga di notasikan dengan 0 atau 1. Definisi: Suatu percobaan binomial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Percobaan binomial terdiri atas n ulangan yang identik b. Dalam setiap ulangan hanya mungkin dihasilkan dua kejadian, yaitu berhasil atau gagal c. Peluang untuk berhasil dalam setiap ulangan adalah p, dan nilai p bersifat konstan d. Setiap ulangan bersifat bebas dari ulangan lainnya, artinya hasil dari suatu ulangan tidak mempengaruhi hasil ulangan lainnya. Contoh lain dari percobaan binomial adalah pelemparan mata uang yang se- imbang sebanyak 15 kali. Dalam setiap pelemparan hanya ada dua kemungkinan, yaitu timbulnya sisi muka (berhasil) dan timbulnya sisi belakang (gagal). Dengan asumsi simetris, maka peluang timbulnya sisi muka pada setiap pelemparan adalah p = 0,5. Variabel acak yang dihasilkan dari suatu percobaan binomial di- sebut sebagai variabel acak binomial. Pada kasus di atas, variabel acak yang menjadi perhatian kita misalnya adalah jumlah sisi muka yang timbul pada ke-15 lemparan tersebut.
  • 8. 72 Oleh karena itu, variabel acak binomial adalah variabel acak diskrit yang hanya dapat bernilai 0, 1, 2, ..., n. Disitribusi peluang dari variabel binomial, disebut sebagai distribusi peluang binomial, yang merupakan distribusi peluang bagi terjadinya nilai 1 (berhasil) sebanyak x kali dari n ulangan. Contoh 3.12 Pemerintah Indonesia baru-baru ini melakukan kebijakan untuk mengurangi subsidi pemerintah bagi bahan bakar minyak. Sebuah survey dilaksanakan de- ngan mewawancara 100 orang penduduk secara acak untuk mengetahui proporsi penduduk Indonesia yang setuju dengan kebijakan tersebut. Dapatkah survey ter- sebut digolongkan sebagai suatu percobaan binomial? Penyelesaian: Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita periksa apakah semua ciri percobaan binomial dipenuhi atau tidak oleh survey tersebut: a. Apakah survey tersebut terdiri atas n ulangan yang identik? Ya, dalam survey tersebut terdapat n = 100, semuanya bisa dikatakan identik b. Apakah dalam setiap ulangan hanya mungkin dihasilkan dua kejadian? Ya, setiap orang yang diwawancara hanya boleh menjawab setuju atau tidak setuju terhadap kebijakan tersebut c. Apakah peluang seseorang untuk setuju bersifat konstan dalam setiap ulangan? Ya, dengan asumsi bahwa total penduduk Indonesia jauh lebih besar dari jumlah sampel yang diambil, maka peluang, dalam hal ini proporsi penduduk yang setuju, dapat dikatakan konstan d. Apakah setiap ulangan bebas satu sama lainnya? Ya, pendapat seseorang pada suatu wawancara tidak mempengaruhi pendapat orang lainnya dalam wawancara berikutnya. Karena semua ciri percobaan binomial terpenuhi, maka survey tersebut dapat digolongkan sebagai suatu percobaan binomial. Jika dalam survey tersebut populasi penduduk yang diwawancarai terbatas jumlahnya, misalnya hanya untuk satu wilayah rukun tetangga saja, maka peluang seseorang untuk setuju pada setiap kali wawancara tidak lagi konstan. Misalnya jika dalam wilayah rukun tetangga tersebut terdapat 150 orang penduduk yang 25 orang diantaranya setuju terhadap kebijakan tersebut. Maka peluang untuk men- dapatkan jawaban setuju pada wawancara pertama adalah 25/150. Jika orang pertama menjawab tidak setuju, maka peluang untuk mendapatkan jawaban setuju pada wawancara kedua adalah 25/149 demikian seterusnya. Misalkan setelah mewawancara 80 orang penduduk diperoleh jawaban setuju sebanyak 10 orang
  • 9. 73 dan jawaban tidak setuju sebanyak 70 orang, maka peluang untuk mendapatkan jawaban setuju pada wawancara ke-81 adalah 15/70. Keadaan ini menunjukkan bahwa peluang untuk berhasil bervariasi atau tidak konstan. Maka dalam kasus ini survey tersebut bukan merupakan suatu percobaan binomial. Pada kenyataannya, jarang sekali terjadi keadaan yang secara sempurna meme- nuhi kriteria percobaan binomial, akan tetapi pelanggaran terhadap kriteria-kriteria tersebut umumnya sangatlah kecil sehingga percobaan binomial masih dapat di- gunakan sebagai suatu pendekatan yang cukup baik. Aturan 3.15 Distribusi peluang binomial ditentukan oleh rumus berikut: xnx xn ppCxXP − −== )1()( , untuk x = 0, 1, 2, ..., n.................. [3.17] dimana n = jumlah ulangan p = peluang untuk berhasil pada setiap ulangan )!(! ! xnx n Cxn −⋅ = Contoh 3.13 Sebuah perusahaan obat mempromosikan bahwa salah satu jenis produksinya sangat efektif untuk pengobatan suatu jenis penyakit tertentu. Namun demikian, perusahaan tersebut mengakui bahwa sekitar 10% pasien yang menggunakan obat tersebut dapat terkena akibat sampingan yang tidak diinginkan. Misalkan seorang dokter telah memberikan obat tersebut untuk 4 orang pasien yang men- derita penyakit tersebut. Berapakah peluang bahwa ke-4 orang pasien tersebut akan terkena akibat sampingan karena penggunan obat tersebut? Penyelesaian: Contoh ini memenuhi kriteria-kriteria yang disyaratkan untuk percobaan binomial, dengan n = 4 dan p = 0,1. Oleh karena itu, peluang bahwa ke-4 tersebut terkena akibat sampingan dari obat tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus untuk distribusi peluang binomial dengan x = 4, yaitu: ( ) 444 )1,01(1,0 )!44(!4 !4 )4( − − −⋅ ==XP ( ) 0001,0)1,0()9,0(1,0 !0!4 !4 ( 404 == ⋅ =XP
  • 10. 74 Jadi, peluang bahwa ke-4 orang pasien tersebut semuanya akan terkena akibat sampingan obat tersebut adalah 0,001. Dalam percobaan binomial, setiap pasangan (n, p) mendefinisikan suatu distribusi peluang binomial secara khusus. Artinya, untuk n yang sama tetapi nilai peluang p-nya berbeda, akan menghasilkan distribusi peluang yang berbeda pula. Keadaan ini diilustrasikan dalam gambar 3.5. 0 0.25 0.5 0 1 2 3 4 x p(x) n = 4; p = 0,3 0 0.25 0.5 0 1 2 3 4 x p(x) n = 4; p = 0,5 0 0.25 0.5 0 1 2 3 4 x p(x) n = 4; p = 0,7 Gambar 3.5 Sajian grafis dari tiga distribusi peluang binomial Aturan 3.16 Jika X adalah suatu variabel acak binomial, maka E(X) = µ = np ............................................................................... [3.18] dan Var(X) = σ 2 = np(1 – p) ................................................................. [3.19] Contoh 3.14 Catatan sebuah toko swalayan menunjukkan bahwa 20% orang yang berbelanja di toko tersebut menggunakan kartu kredit untuk membayar belanjaannya. Misalkan pada suatu pagi terdapat 10 orang yang berbelanja di toko tersebut. a. Tentukan peluang bahwa 3 orang diantaranya membayar dengan kartu kredit
  • 11. 75 b. Tentukan peluang bahwa paling sedikit 2 orang diantaranya membayar dengan kartu kredit c. Tentukan peluang bahwa paling sedikit 4 orang tetapi tidak lebih dari 6 orang yang membayar dengan kartu kredit d. Tentukan nilai harapan dan varians dari jumlah orang yang berbelanja dengan kartu kredit Penyelesaian: Misalkan X adalah jumlah orang yang berbelanja di toko tersebut yang membayar belanjaannya dengan kartu kredit. Dalam kasus ini kita dihadapkan pada percobaan binomial dengan n = 10 dengan p = 0,2. a. Peluang bahwa tiga orang dari ke-10 orang tersebut membayar dengan kartu kredit adalah: 201,0)2,01(2,0 )!310(!3 !10 )3( 3103 =− −⋅ == − XP b. Peluang bahwa paling sedikit 2 orang diantaranya membayar dengan kartu kredit dapat lebih mudah dihitung dengan menggunakan sifat distribusi peluang yaitu bahwa P(X = 0) + P(X = 1) + P(X = 2) + ...+ P(X = 10) = 1, oleh karena itu, [ ] 624,0)269,0107,0(1 )1()0(1 )10()3()2()2( =+−= =+=−= =++=+==≥ XPXP XPXPXPXP L c. Peluang bahwa paling sedikit 4 orang tetapi tidak lebih dari 6 orang yang membayar dengan kartu kredit adalah 120,0005,0027,0088,0 )6()5()4()64( =++= =+=+==≤≤ XPXPXPXP d. E(X) = n × p = 2 Var(X) = n × p × (1 – p) =1,6 Dalam MINITAB, nilai-nilai peluang dari berbagai distribusi peluang dapat dihitung dengan perintah PDF yang kemudian diikuti anak perintah (sub-command) bagi distribusi peluang yang bersangkutan. PDF for values in E...E [put results in E...E] Perintah tersebut dapat juga diaktifkan dengan memilih menu
  • 12. 76 Calc Probability Distribution Binomial... Perintah tersebut akan mengaktif jendela Binomial Distribution seperti terlihat dalam gambar 3.6 Gambar 3.6 Jendela Binomial Distribution Sebagai ilustrasi, untuk menjawab pertanyaan (a) dalam contoh di atas, klik tombol Probability, kemudian dalam kotak Number of trials isikan nilai n, yaitu 10, lalu dalam kotak Probability of success isikan nilai p, yaitu 0.2, lalu klik tombol Input constant dan isikan 3 ke dalam kotak di sampingnya. Output dari perintah-perintah tersebut adalah sebagai berikut: MTB > PDF 3; SUBC> Binomial 10 .2. Probability Density Function Binomial with n = 10 and p = 0.200000 x P( X = x) 3.00 0.2013
  • 13. 77 3.11 Distribusi Hipergeometrik Dalam distribusi Binomial kita menggunakan asumsi bahwa sampel yang kita peroleh berasal dari suatu populasi yang sangat besar, sehingga peluang ‘berhasil’ dapat dianggap konstant dari satu percobaan ke percobaan lainnya (misalnya pa- da contoh 3.12). Oleh karena itu, jika populasinya tidak terlalu besar, maka pe- luang ‘berhasil’ tidak lagi konstan dan sehingga percobaan tersebut tidak lagi memenuhi syarat percobaan Binomial (misalnya pada contoh 3.10). Ketika po- pulasinya terbatas dan sampel yang diambil tidak dikembalikan lagi sebelum pengambilan berikutnya, maka peluang ‘berhasil’ dalam suatu pengambilan (per- cobaan) tergantung pada hasil percobaan sebelumnya. Keadaan ini terjadi karena setelah dilakukan pengambilan sampel maka ukuran populasinya berkurang dan peluang ‘berhasil’ mengalami perubahan. Model yang tepat untuk kasus yang demikian adalah distribusi Hipergeometrik, yang dirumuskan sebagai berikut: Aturan 3.17 Misalkan suatu populasi yang terhingga terdiri atas N buah objek yang A buah diantaranya termasuk kategori ‘jelek’. Jika dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak n objek, maka peluang terambilnya x buah kategori ‘jelek’ mengikuti kaidah Distribusi Hipergeometrik, yang peluangnya ditentukan dengan rumus berikut: ( ) nN xnANxA C CC xXP )()( −−⋅ == , untuk x = 0, 1, 2, ..., n ............. [3.20] Contoh 3.15 Sebagai ilustrasi, mari kita hitung kembali nilai-nilai peluang dalam contoh 3.10. Dalam persoalan tersebut diketahui bahwa N = 20, A = 5 dan n = 2 a. Peluang terambilnya 2 kelapa tua adalah ( ) 220 )22()520(25 2 C CC XP −−⋅ == ( ) 0526,0 190 110 !18!2 !20 !15!0 !15 !3!2 !5 2 = × = × ==XP b. Peluang terambilnya 2 kelapa muda setara dengan peluang tidak terambilnya kelapa tua, yaitu
  • 14. 78 ( ) 220 )02()520(05 0 C CC XP −−⋅ == ( ) 5526,0 190 1051 !18!2 !20 !13!2 !15 !5!0 !5 0 = × = × ==XP c. Peluang terambilnya 1 kelapa muda setara dengan peluang terambilnya 1 kelapa tua, yaitu ( ) 3947,0 190 155 !18!2 !20 !14!1 !15 !4!1 !5 1 220 )12()520(15 = × = × = ⋅ == −− C CC XP Aturan 3.18 Nilai harapan dan varians bagi variabel acak Hipergeometrik adalah sebagai berikut: N nA =µ .......................................................................................... [3.21] dan       −⋅⋅ − − = N A N A n N nN 1 1 2 σ .............................................................. [3.22] 3.12 Distribusi Poisson Distribusi Poisson juga merupakan salah satu distribusi peluang bagi variabel acak diskrit yang penting dan sering ditemukan dalam praktek. Selain itu, distribusi Poisson juga dapat digunakan sebagai pendekatan bagi distribusi Binomial. Contoh berikut ini adalah beberapa penomena dimana distribusi Poisson dapat digunakan:
  • 15. 79 Jumlah telepon per jam yang diterima operator telepon di suatu rumah sakit Jumlah kendaraan yang memasuki jalan tol per hari Jumlah demonstrasi massa di depan gedung MPR/DPR per tahun Jumlah hasil produksi yang afkir per hari dalam suatu proses produksi Dalam setiap kasus di atas, jumlah ‘keberhasilan’ atau ‘kegagalan’ merupakan variabel acak diskrit yang mengikuti kaidah distribusi Poisson. Suatu percobaan Poisson terjadi jika kita dapat mengamati suatu kejadian diskrit dalam suatu interval yang kontinyu (dapat berupa waktu, luas, panjang, dan sebagainya), dima- na interval tersebut dapat diperpendek sedemikan rupa sehingga: rata-rata terjadinya ‘keberhasilan’ dalam interval tersebut merupakan suatu nilai yang stabil peluang terjadinya lebih dari satu kali ‘keberhasilan’ dalam interval tersebut adalah nol terjadi atau tidaknya suatu ‘keberhasilan’ dalam suatu interval tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya ‘keberhasilan’ dalam interval lainnya. Sebagai contoh, jumlah telepon per jam yang diterima oleh operator telepon di su- atu rumah sakit merupakan variabel acak diskrit yang terjadi dalam interval waktu satu jam yang kontinyu. Misalkan dalam waktu satu jam tersebut rata-rata jumlah telepon yang diterima oleh operator telepon tersebut adalah 90 kali. Jika interval waktu satu jam tersebut diperpendek ke dalam hitungan detik (1 jam = 3600 detik), maka rata-rata jumlah telepon yang masuk dalam satu detik adalah 90/3600 = 0,025 dalam interval waktu satu detik tersebut hampir tidak mungkin terjadi lebih dari satu telepon yang masuk ada atau tidaknya telepon yang masuk dalam interval waktu satu detik tertentu tidak tergantung pada ada atau tidaknya telepon yang masuk pada periode satu detik yang lainnya Aturan 3.19 Distribusi peluang Poisson ditentukan dengan rumus berikut: ( ) !x e xXP x µ µ − == , x = 0, 1, 2, ... ......................................... [3.23] dimana m adalah suatu bilangan non-negatif yang merupakan rata-rata (nilai harapan) dari distribusi Poisson; e adalah bilangan natural (e = 2,718281...).
  • 16. 80 Contoh 3.16 Diketahui bahwa jumlah kesalahan cetak (X) dalam satu halaman suatu surat kabar mengikuti distribusi poisson dengan rata-rata 2,2 per halaman. Gambarkan distribusi peluang bagi variabel acak X tersebut dalam bentuk grafis. Penyelesaian ( ) 1108,0 !0 2,2 0 2,2 2,20 ≈=== − − e e XP ; ( ) 2438,0 !1 2,2 1 2,21 ≈== − e XP Peluang untuk nilai-nilai X yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama. Hasil perhitungan selengkapnya disajikan dalam tabel 3.7 dan distribusi peluangnya disajikan secara grafis dalam gambar 3.7. Tabel 3.8 Distribusi Poisson untuk µµµµ = 2,2 Gambar 3.7 Distribusi Poisson untuk µµµµ = 2,2 3.13 Distribusi peluang bagi variabel acak kontinyu Ketika membahas variabel acak diskrit, pada umumnya kita selalu dapat mendaftarkan semua nilai bagi variabel diskrit dan menentukan peluang bagi setiap nilai tersebut. Hal ini tidak lagi dapat kita lakukan ketika kita berhadapan dengan variabel acak kontinyu, karena seperti kita ketahui suatu variabel acak kontinyu dapat mengambil sembarang nilai dalam suatu interval tertentu dalam sistem bilangan nyata. Dengan demikian, jumlah nilai yang mungkin diambil oleh suatu variabel acak kontinyu dapat tak terhingga banyaknya dan tidak mungkin kita x p(x) 0 0,1108 1 0,2438 2 0,2681 3 0,1966 4 0,1082 5 0,0476 6 0,0174 7 0,0055 8 0,0015 9 0,0004 ≥10 0,0000 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X p(x)
  • 17. 81 daftarkan secara rinci satu per satu. Selain itu, kita juga tidak mungkin dapat menentukan peluang bagi setiap nilai variabel acak yang tetap memenuhi persyaratan sebagai suatu distribusi peluang, yaitu bahwa jumlah semua peluang tersebut harus sama dengan satu. Oleh karena itu kita perlu menggunakan pendekatan lain dalam menentukan dan menginterpretasikan distribusi peluang bagi variabel acak kontinyu. Dalam bagian 3.4 telah kita singgung bahwa peluang dapat diinterpretasikan me- lalui pendekatan konsep frekuensi relatif. Dengan pendekatan ini, nilai peluang suatu kejadian merupakan frekuensi relatif dari kejadian tersebut dalam suatu percobaan dengan jumlah ulangan yang besar. Sebagai ilustrasi perhatikan con- toh berikut ini. Contoh 3.17 Dari 100 orang sampel yang diambil secara acak, setiap orang diminta untuk me- ngerjakan suatu tugas tertentu. Hasil pengamatan terhadap waktu yang mereka gunakan untuk menyelesaikan tugas tersebut disajikan dalam tabel 3.9. Gambar 3.8 menyajikan histogram frekuensi bagi data dalam tabel 3.9 Tabel 3.9 Data hipotetis bagi variabel acak kontinyu Waktu (detik) frekuensi Frekuensi relatif 14 sampai 18 2 0,02 18 sampai 22 11 0,11 22 sampai 26 20 0,20 26 sampai 30 42 0,42 30 sampai 34 17 0,17 34 sampai 38 5 0,05 38 sampai 42 3 0,03 Total 100 1,00 0 0.1 0.2 0.3 0.4 18 22 26 30 34 38 42 Frekuensirelatif Gambar 3.8 Distribusi frekuensi relatif bagi data dalam tabel 3.9 Misalkan percobaan tersebut diulang kembali, kali ini jumlah sampel yang digunakan adalah 5000 orang. Lalu kita buat histogram frekuensi relatifnya dengan jumlah interval kelas yang besar tetapi lebar kelasnya kita buat kecil. Maka histogram tersebut akan terdiri atas kotak persegi panjang yang ramping dalam jumlah yang banyak. Dengan semakin banyaknya sampel yang diambil dan lebar interval kelas yang kecil maka histogram frekuensi relatif yang dihasilkan
  • 18. 82 akan semakin mendekati bentuk sebuah kurva yang kontinyu, seperti dapat dilihat dalam gambar 3.9. 18 22 26 30 34 38 42 Frekuensirelatif Gambar 3.9 Histogram frekuensi relatif yang makin mendekati bentuk sebuah kurva kontinyu Sesuai dengan pendekatan konsep frekuensi relatif, maka peluang bagi variabel acak kontinyu ditentukan oleh luas daerah di bawah kurva yang disebut sebagai fungsi kepekatan peluang (probability density function). Aturan 3.20 Semua fungsi kepekatan peluang f(x) harus memenuhi dua persyaratan berikut: 1. Kurvanya tidak pernah terletak di bawah sumbu mendatar, artinya f(x) ≥ 0 untuk semua nilai x ..................................................... [3.24] 2. Total luas daerah di bawah kurva harus sama dengan satu, atau ∫ = 1)( dxxf ............................................................................... [3.25] Perlu diingat bahwa f(x) bukanlah suatu nilai peluang, artinya f(x) ≠ P(X = x). Karena luas di bawah kurva untuk satu titik tertentu adalah nol, maka setiap nilai tunggal suatu variabel acak kontinyu mempunyai peluang sama dengan nol. Artinya, jika X adalah suatu variabel acak kontinyu, maka P(X = x) = 0, untuk semua nilai x. Oleh karena itu, bagi setiap variabel acak kontinyu berlaku bahwa:
  • 19. 83 )()( bXaPbXaP <<=≤≤ ......................................................... [3.26] Nilai peluang tersebut dinyatakan sebagai luas di bawah kurva f(x) dalam interval a < x < b. Hal ini diilustrasikan oleh gambar 3.10 f(x) a b x Gambar 3.10 P(a < X < b) bagi variabel acak kontinyu dinyatakan sebagai luas dareah di bawah kurva f(x) 3.14 Distribusi Normal Distribusi norrmal merupakan salah satu distribusi peluang yang penting dan sering digunakan. Kurva Normal mempunyai bentuk seperti genta yang simetris (lihat gambar 3.11). Banyak variabel kontinyu dalam kehidupan sehari-hari, termasuk diantaranya beberapa statistik yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, mempunyai distribusi frekuensi yang dapat didekati dengan menggunakan kurva normal. Misalnya pengukuran berat dan tinggi badan dari sekelompok orang, nilai ujian mahasiswa, total penjualan tahunan dari suatu perusahaan, dan ukuran/tingkat kesalahan dari suatu percobaan. Dalam contoh- contoh tersebut nilai pengamatan umumnya mengelompok secara simetris di sekitar ukuran pemusatannya dan menghasilkan kurva distribusi berbentuk seperti genta. Selain itu, distribusi normal dapat juga memberikan pendekatan yang cukup baik bagi distribusi-distribusi lain, termasuk distribusi bagi variabel acak diskrit seperti distribusi binomial. Hal yang terpenting dari distribusi normal adalah bahwa distribusi ini merupakan landasan bagi inferensial statistik.
  • 20. 84 µ f(x) x Gambar 3.11 Kurva normal Suatu variabel acak yang berdistribusi normal disebut sebagai variabel acak normal (normal random variable) dan mempunyai fungsi kepekatan peluang yang disebut sebagai fungsi kepekatan normal (normal density function). Sebuah variabel acak normal dapat mengambil sembarang nilai dalam sistem bilangan nyata, mulai dari -∝ sampai +∝. Suatu fungsi kepekatan normal dapat didefinisikan secara lengkap oleh nilai harapan (µ) dan variansnya (σ 2 ). Oleh karena itu, terdapat berbagai fungsi kepekatan normal yang berbeda antara satu dan lainnya jika nilai harapannya atau variansnya berbeda. Gambar 3.12.a menunjukkan tiga fungsi kepekatan normal yang mempunyai varians yang sama tetapi nilai harapannya berbeda, sedangkan gambar 3.12.b menunjukkan tiga fungsi kepekatan normal yang mempunyai nilai harapan yang sama tetapi variansnya berbeda. f(x) x σ2 =1 σ2 =4 σ2 =9 x f(x) 0 µ = -2 µ = +2 µ = 0 (a) σ 2 sama; µ berbeda (b) µ sama;σ 2 berbeda Gambar 3.12 Beberapa jenis kurva Normal
  • 21. 85 Perhatikan bahwa ketiga kurva normal dalam gambar 3.12.a mempunyai bentuk yang sama tetapi terpusat pada posisi yang berbeda. Sebaliknya, pada gambar 3.12.b ketiga kurva tersebut mempunyai pusat distribusi yang sama, tetapi bentuk distribusinya berbeda. Makin besar variansnya makin rendah bentuk kurvanya dan makin lebar distribusinya. Hal ini disebabkan karena luas di bawah kurva fungsi kepekatan peluang harus sama dengan satu. Misalkan X adalah sebuah variabel acak normal dengan nilai harapan µx dan varians σx 2 , maka nilai-nilai peluang bagi X ditentukan dengan luas di bawah kurva normal tersebut. Secara konvensional, penentuan nilai-nilai peluang X tersebut biasa dilakukan dengan menggunakan bantuan tabel bagi variabel normal baku (standard normal random variabel), yaitu suatu variabel acak yang berditribusi normal dengan µ = 0 dan σ 2 = 1. Tabel tersebut disajikan dalam Tabel Lampiran 2. Untuk dapat menggunakan tabel tersebut, variabel normal X harus ditransformasi agar mempunyai nilai harapan sama dengan 0 dan varians sama dengan 1. Hal ini dapat dilakukan dengan transformasi berikut: x xX Z σ µ− = .................................................................................. [3.27] Tabel Lampiran 2 menyajikan nilai-nilai peluang (luas daerah di bawah kurva normal baku) bagi Z > z, yaitu P(Z > z) untuk 0 ≤ z ≤ 3,29. Kolom pertama tabel tersebut mencantumkan nilai-nilai z dalam satu desimal, sedangkan desimal ke- duanya diletakkan sepanjang baris pertama dari tabel tersebut. Sebagai ilustrasi, untuk menentukan P(Z > 1,85), pertama-tama cari nilai z = 1,8 dalam kolom yang pertama (kolom paling kiri) dari tabel lampiran 2 tersebut. Kemudian, cari perte- muan baris tersebut dengan kolom yang pada baris pertamanya benilai 0,05. Per- temuan baris dan kolom tersebut menunjukkan angka 0,0322. Maka P(Z > 1,85) = 0,0322. Contoh 3.18 Misalkan X adalah sebuah variabel acak normal dengan µ = 60 dan σ 2 = 10. Tentukan nilai-nilai peluang berikut: a. P(X > 65) b. P(X < 65) c. P(X < -65) d. P(-65 < X < 65) e. P(65 < X < 75,3)
  • 22. 86 Penyelesaian: a. Untuk X = 65, dengan menggunakan transformasi Z, kita peroleh: 5,0 10 6065 = − =Z maka dengan menggunakan Tabel lampiran 2, kita peroleh P(X > 65) = P(Z > 0,5) = 0,3085 b. Karena luas di bawah kurva fungsi kepekatan peluang sama dengan satu, maka P(Z < z) = 1 – P(Z > z). Oleh karena itu. P(X < 65) = P(Z < 0,5) = 1 – P(Z > 0,5) = 1 – 0,3085 = 0,6915 c. Karena kurva kepekatan normal simetris terhadap nilai harapannya, maka kurva normal baku simetris terhadap titik 0. Oleh karena itu P(Z < -z) = P(Z > z). Dengan menggunakan sifat ini, P(X < -65) = P(Z < -0,5) = P(Z > 0,5) = 0,3085 d. P(-65 < X < 65) = P(-0,5 < Z < 0,5) = 1 – P(Z < -0,5) – P(Z > 0,5) = 1 – 0,3085 – 0,3085 = 0,3830 e. P(65 < X < 75,3) = P(0,5 < Z < 1,53) = P(Z > 0,5) – P(Z < 1,53) = 0,3085 – 0,0630 = 0,2455 Contoh 3.19 Diketahui gaji dosen per bulan pada suatu perguruan tinggi negeri tertentu berdistribusi normal dengan nilai harapan Rp. 1,73 juta dengan simpangan baku Rp. 200 ribu. Tentukan peluang bahwa seorang dosen yang dipilih secara acak akan mempunyai gaji per bulan lebih kecil dari Rp. 1,5 juta. f(z) 0,5 z f(z) z0,5-0,5
  • 23. 87 Penyelesaian Misalkan gaji dosen per bulan adalah X, maka variabel acak X berdistribusi normal dengan nilai harapan µ = 1.730.000 dan varians σ = 200.000. Maka untuk nilai X = 1.500.000 dengan menggunakan transformasi Z kita peroleh: 15,1 000.200 000.730.1000.500.1 −= − = − = σ µX Z Oleh karena itu, P(X < 1.500.000) = P(Z < -1,15) = P(Z > 1,15) = 0,1251 Dalam MINITAB, nilai peluang bagi variabel acak yang berdistribusi Normal dihitung dengan memilih menu Calc Probability Distribution Normal... Gambar 3.13 Jendela Normal Distribution dalam MINITAB
  • 24. 88 Perintah tersebut akan mengaktif jendela Normal Distribution, seperti terlihat dalam gambar 3.13. Untuk menghitung nilai peluang dalam contoh 3.19 di atas, dalam jendela Normal Distribution tersebut klik tombol Cummulative Probability, lalu dalam kotak Mean isikan nilai µ, yaitu 1730000, dan dalam kotak Standard deviation isikan nilai s, yaitu 200000. Lalu klik tombol Input constant dan isikan nilai x, yaitu 1500000, kemudian klik OK. Output dari rangkaian perintah tersebut adalah sebagai berikut: MTB > CDF 1500000; SUBC> Normal 1730000 200000. Cumulative Distribution Function Normal with mean = 1730000 and standard deviation = 200000 x P( X <= x) 1.50E+06 0.1251 Perhatikan bahwa nilai peluang bagi variabel acak kontinyu dalam MINITAB dihitung sebagai nilai peluang kumulatif, yaitu P(X < x). 3.15 Pendekatan normal bagi distribusi Binomial Distribusi normal dapat digunakan sebagai suatu pendekatan terhadap beberapa distribusi lain, termasuk diantaranya adalah distribusi Binomial. Pendekatan nor- mal terhadap distribusi Binomial biasa digunakan karena sangat bermanfaat ketika n dalam distribusi Binomial cukup besar dengan bentuk distribusi yang relatif si- metris. Pendekatan ini akan sangat baik ketika p dalam distribusi Binomial sama dengan 0,5. Pendekatan tersebut masih dapat digunakan untuk nilai p ≠ 0,5 asalkan n-nya cukup besar, semakin jauh p dari nilai 0,5 maka sebaiknya semakin besar pula n-nya agar pendekatan tersebut efektif. Pada umumnya, pendekatan normal terhadap distribusi Binomial akan cukup baik jika np > 5 dan n(1 – p) > 5, karena pada keadaan ini, distribusi Binomial biasanya hampir simetris. Dengan aturan 3.11, telah kita ketahui bahwa suatu distribusi Bi- nomial mempunyai nilai harapan µ = np dan varians σ 2 = np(1 – p). Dalam pen- dekatan ini kita gunakan distribusi normal yang mempunyai nilai harapan dan varians yang sama nilainya dengan nilai harapan dan varians dari distribusi Bi- nomial yang bersangkutan. Gambar 3.14 menunjukkan suatu pendekatan bagi distribusi binomial dengan n = 13 dan p = 0,6 (dinyatakan dalam bentuk histogram) oleh distribusi Normal dengan µ = np = 7,8 dan varians σ 2 = np(1 – p) = 3,12. Nilai peluang P(X = x) dalam distribusi Binomial dinyatakan sebagai luas persegi panjang bagi nilai x yang bersangkutan. Misalnya P(X = 5) dalam gambar 3.14
  • 25. 89 f(z) z-1,87-1,30 adalah luas persegi panjang bagi X = 5, yang jika dihitung dengan aturan 3.15 nilainya adalah 0 0.06 0.12 0.18 0.24 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 x Gambar 3.14 Pendekatan distribusi Binomial dengan distribusi Normal 0656,0)6,01(6,0 )!513(!5 !13 )5( 5135 =− −⋅ == − XP Dari gambar 3.14, terlihat bahwa luas persegi panjang tersebut hampir sama dengan luas di bawah kurva normal untuk nilai x yang terletak antara x1 = 4,5 dan x2 = 5,5. Dengan transformasi Z, kita peroleh 30,1 12,3 8,75,5 87,1 12,3 8,75,4 2 1 −= − = −= − = z z Oleh karena itu, P(X = 5) dalam distribusi bi- nomial didekati oleh P(-1,87 < Z < -1,30) dalam distribusi normal baku, yang dalam hal ini adalah P(-1,87 < Z < -1,30) = P(Z < -1,30) – P(Z < -1,87) = 0,0968 – 0,0307 = 0,0661 Nilai pendekatan tersebut tidak terlalu berbeda jauh dengan nilai sebenarnya, yaitu 0,0656.
  • 26. 90 Contoh 3.20 Berkas ujian suatu mata kuliah tertentu terdiri atas 150 soal pilihan berganda yang masing-masing mempunyai 4 jawaban dan hanya satu jawaban yang benar. Andaikan dari ke 150 soal tersebut seorang mahasiswa bisa menjawab 100 soal, sedangkan 50 soal sisanya dia hanya menebak saja. a. Berapakah peluang bahwa dia akan menjawab paling sedikit 20 soal dengan benar dari ke 50 soal yang hanya dia tebak saja jawabannya? b. Berapakah peluang bahwa dia menjawab dengan benar lebih dari 15 soal tetapi kurang dari 20 soal? Penyelesaian Peluang untuk dapat menjawab satu pertanyaan dengan benar dari ke 50 soal tersebut adalah p = ¼. Misalkan X adalah jumlah jawaban yang benar dari 50 tebakan tersebut, maka X merupakan variabel Binomial dengan n = 50 dan p = ¼ . Oleh karena itu, P(X ≥ 20) = P(X = 20) + P(X = 21) + ... + P(X = 50) Untuk menentukan nilai peluang tersebut dapat kita gunakan pendekatan distribusi normal dengan 062,350)1( 5,1250 4 3 4 1 4 1 =⋅⋅=−= =⋅== pnp np σ µ Dengan pendekatan ini nilai peluang tersebut ditentukan dengan menghitung luas daerah di sebelah kanan titik x = 19,5. Nilai z untuk x = 19,5 adalah 29,2 062,3 5,125,19 = − =z Sehingga 0110,0)29,2()20( =≥≈≥ ZPXP Jadi peluang bahwa mahasiswa tersebut akan dapat menjawab paling sedikit 20 pertanyaan dengan benar dari 50 pertanyaan tersebut adalah 0,011. Peluang bahwa dia akan menjawab dengan benar lebih dari 15 soal tetapi kurang dari 20 soal, dapat dituliskan sebagai berikut: P(15 < X < 20) = P(X = 16) + P(X = 17) + P(X = 18) + P(X = 19) Dengan pendekatan distribusi Normal, pernyataan peluang tersebut setara dengan P(15 < X < 20) ≈ P(15,5 < x < 19,5) Sehingga nilai-nilai z untuk x1 = 15,5 dan x2 = 19,5 adalah
  • 27. 91 98,0 062,3 5,125,15 1 = − =z dan 29,2 062,3 5,125,19 2 = − =z Sehingga P(15 < X < 20) ≈ P(0,98 < Z < 2,29) ≈ P(Z > 0,98) – P(Z > 2,29) = 0,1635 – 0,0110 = 0,1525 Penambahan atau pengurangan nilai x dengan 0,5 dalam perhitungan-perhitungan di atas, biasa juga disebut sebagai suatu koreksi kekontinyuan (continuity corection) bagi variabel acak diskrit. Soal-soal latihan 3.1 Apakah yang dimaksud dengan variabel acak? 3.2 Tentukan apakah variabel-variabel acak berikut ini adalah diskrit atau kontinyu a. X: Jumlah penduduk yang menderita penyakit demam berdarah pada satu tahun tertentu di Pontianak b. Y: Lamanya pasien dirawat di suatu rumah sakit (dalam hitungan hari) karena menderita penyakit demam berdarah c. R: Jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun tertentu di Pontianak d. S: Total nilai kerugian materil akibat kebakaran lahan di suatu daerah pada suatu periode tertentu (dalam satuan Rp.) e. T: Berat 1000 butir gabah kering (dalam satuan gr) f. U: Produksi padi per hektar g. V: Penghasilan seorang pedagang per hari h. W: Nilai pH tanah di suatu lokasi 3.3 Apakah yang dimaksud dengan distribusi peluang? 3.4 Tiga orang mahasiswa tingkat akhir suatu fakultas mengikuti wawancara un- tuk mendapat pekerjaan di PT Rindu Order. Setiap pelamar mungkin diterima bekerja dan mungkin ditolak. a. Daftarkan semua kemungkinan hasil wawancara ketiga orang tersebut. b. Jika variabel acak Y didefinisikan sebagai jumlah pelamar yang diterima untuk bekerja, tentukan semua nilai-nilai Y yang mungkin terjadi.
  • 28. 92 Seandainya peluang seseorang untuk ditolak sama dengan peluang untuk diterima, tentukanlah distribusi peluang bagi Y. 3.5 Sebuah kotak berisi 6 buah bola merah dan 2 buah bola putih. Dari kotak ter- sebut diambil 3 buah secara acak, dimana pada setiap pengambilan, bola yang terambil dikembalikan lagi ke dalam kotak sebelum pengambilan beri- kutnya dilakukan. Misalkan W adalah jumlah bola putih yang terambil pada proses pengambilan tersebut. a. Tentukan ditribusi peluang bagi W. b. Tentukan pula nilai harapan dan varians bagi W. 3.6 Diketahui distribusi peluang bagi variabel acak X dan Y sebagai berikut: a. Tentukan nilai harapan bagi kedua variabel acak terse- but b. Tentukan simpangan baku bagi kedua variabel acak tersebut c. Apakah yang dapat anda simpulkan dari hasil perhitungan a. dan b. di atas? 3.7 Diketahui distribusi peluang bagi variabel acak X dan Y sebagai berikut: a. Tentukan nilai harapan bagi kedua variabel acak tersebut b. Tentukan simpangan baku bagi kedua variabel acak tersebut c. Apakah yang dapat anda simpulkan dari hasil perhitungan a. dan b. di atas? 3.8 Apakah yang dimaksud dengan suatu percobaan acak? Dan apa yang dimaksud dengan ruang sampel? 3.9 Jelaskan ketiga konsep/interpretasi tentang teori peluang 3.10 Jelaskan mengapa nilai peluang suatu kejadian harus merupakan suatu bilangan antara 0 dan 1? 3.11 Jika dari satu set kartu remi diambil sebuah kartu secara acak, berapakah peluang akan terambil sebuah kartu spade (♠)? Berapakah peluang x p(x) y p(y) 0 0.50 0 0.05 1 0.20 1 0.10 2 0.15 2 0.15 3 0.10 3 0.20 4 0.05 4 0.50 x p(x) y p(y) 0 0.20 0 0.10 1 0.20 1 0.20 2 0.20 2 0.40 3 0.20 3 0.20 4 0.20 4 0.10
  • 29. 93 terambilnya sebuah King? Berapakah peluang terambilnya sebuah kartu berwarna hitam? 3.12 Apakah yang dimaksud dengan dua buah kejadian yang independen? 3.13 Apakah yang dimaksud dengan dua kejadian yang saling asing? 3.14 Dari soal 3.11, apakah kejadian terpilihnya kartu spade dengan terpilihnya sebuah King saling asing? Apakah kejadian terpilihnya kartu berwarna merah dengan kartu berwarna hitam saling asing? 3.15 Dari soal 3.11, berapakah peluang terpilihnya sebuah kartu King berwarna hitam? Berapakah peluang terpilihnya sebuah kartu King atau kartu berwarna hitam? Berapakah peluang terpilihnya sebuah kartu berwarna merah atau berwarna hitam? 3.16 Untuk mempelajari pola tingkah laku konsumen di sebuah kota metropolitan, dilakukan survey terhadap 400 orang penduduk di kota tersebut. Salah satu pertanyaannya adalah “Apakah anda senang berbelanja pakaian?”. Dari 160 orang responden pria, 92 orang diantaranya menjawab “Ya”, dan dari 240 orang responden wanita, 205 orang diantaranya menjawab “Ya”. Buatlah diagram Venn atau tabel frekuensi gabungan untuk persoalan di tersebut. Jika dari hasil survey tersebut, seorang responden dipilih secara acak, tentukanlah nilai-nilai peluang berikut: a. berapakah peluang bahwa dia adalah seorang pria? b. berapakah peluang bahwa dia tidak suka berbelanja pakaian? c. jika diketahui bahwa orang tersebut adalah seorang wanita, berapakah peluang bahwa dia suka berbelanja pakaian? d. jika diketahui bahwa orang tersebut tidak senang berbelanja pakaian, berapakah peluangnya bahwa dia adalah seorang pria? 3.17 Di dalam sebuah wadah terdapat 50 buah bola, 30 buah berwarna hijau dan sisanya berwarna merah. Diketahui pula bahwa 30 buah bola sudah kusam warnanya, yang 20 diantaranya berwarna hijau. Jika dari wadah tersebut diambil sebuah bola secara acak, tentukan peluang bahwa bola yang terpilih tersebut adalah bola berwarna merah yang tidak kusam warnanya. 3.18 Dari soal 3.17, tentukan peluang bahwa bola yang terpilih adalah bola merah atau bola berwarna kusam 3.19 Sebuah toko swalayan menyatakan bahwa 60% pencuri di toko tersebut akan terdeksi oleh kamera yang di pasang di dalam toko tersebut, 20% akan terdeteksi oleh petugas satpam dan 40% lagi akan terdeteksi oleh kamera dan petugas satpam sekaligus. Andaikan pernyataan tersebut benar, tentukan peluang bahwa seorang pencuri di toko tersebut akan terdeteksi 3.20 Dalam sebuah ujian terdapat 10 soal pilihan berganda, yang masing-masing terdapat 4 pilihan jawaban. Misalkan seorang peserta ujian menjawab soal- soal tersebut hanya dengan menebak atau menerka-nerka saja. Dapatkah
  • 30. 94 hal ini dikategorikan sebagai suati percobaan Binomial? Jelaskan dengan menunjukkan terpenuhi atau tidaknya ke-emapat ciri percobaan Binomial 3.21 Diketahui suatu percobaan Binomial dengan n = 4 dan p = 0,7. Daftarkan nilai-nilai peluang bagi semua nilai variabel acak Binomial tersebut. 3.22 Misalkan X adalah variabel acak Binomial. a. Tentukan P(X = 2) untuk n = 4 dan p = 0,12 b. Tentukan P(X < 2) untuk n = 4 dan p = 0,12 c. Tentukan P(X = 4) untuk n = 10 dan p = 0,4 d. Tentukan P(X ≠ 4) untuk n = 10 dan p = 0,4 3.23 Dalam memproduksi suatu jenis barang X, diketahui bahwa kegagalan proses produksinya mencapai 5%. Jika pada suatu periode waktu tertentu diproduksi 10 buah barang X, tentukanlah peluang bahwa 2 buah barang tersebut termasuk hasil produksi yang gagal. Berapakah peluang bahwa paling sedikit 2 buah hasil produksi tersebut dinyatakan gagal? 3.24 Diketahui bahwa 60% hasil produksi yang gagal dapat diperbaiki dengan pengerjaan ulang. Misalkan 6 buah hasil produksi yang gagal dikerjakan ulang. a. Tentukan peluang bahwa paling sedikit 3 buah hasil produksi dapat diperbaiki b. Tentukan peluang bahwa tak satupun hasil produksi tersebut dapat diperbaiki c. Tentukan peluang bahwa semua hasil produksi tersebut dapat diperbaiki 3.25 Sebuah kotak berisi 5 buah bola merah dan 3 buah bola hijau. Jika dari dalam kotak tersebut diambil 2 buah bola secara acak tanpa pengembalian, tentukan a. peluang terambilnya satu bola hijau b. peluang terambilnya paling tidak satu bola hijau c. rata-rata dan varians terambilnya bola merah 3.26 Di sebuah toko roti terdapat 15 bungkus roti tawar, yang 10 bungkus diantaranya adalah roti baru sedangkan 5 bungkus lainnya adalah roti sisa penjualan hari sebelumnya. Seorang pembeli membeli 3 bungkus roti tawar tersebut. Jika X adalah terambilnya roti sisa penjualan hari sebelumnya, tentukan a. P(X = 3) b. P(X = 0) c. P(X = 1) 3.27 Misalkan X adalah variabel acak diskrit yang berdistribusi Poisson dengan µ = 2. Tentukan a. P(X ≤ 2) b. P(X > 2)
  • 31. 95 3.28 Jumlah mobil yang memasuki gerbang jalan tol dalam setiap menit diketahui berdistribusi Poisson. Jika rata-rata jumlah mobil yang memasuki gerbang tol per menitnya adalah 3 buah mobil, tentukan peluang bahwa a. antara jam 10:00 sampai 10:01 terdapat dua mobil yang memasuki gerbang tol tersebut b. antara jam 10:00 sampai 10:01 terdapat lebih dari dua mobil yang memasuki gerbang tol tersebut 3.29 Dalam setiap 100 kali pengeboran, sebuah perusahaan eksplorasi gas alam secara rata-rata menemukan 4 buah sumur sumber gas alam. Andaikan perusahaan tersebut akan melakukan 20 kali pengeboran, tentukan peluang bahwa a. dalam pengeboran-pengeboran tersebut akan ditemukan satu sumur sumber gas alam b. paling tidak akan ditemukan 2 sumur sumber gas alam 3.30 Manakah diantara variabel-variabel acak di bawah ini yang dapat dikategorikan sebagai variabel yang kontinyu a. Jumlah dosen yang datang ke kampus sebelum jam 08:00 b. Berat badan seorang mahasiswa baru c. Jumlah curah hujan dalam satu bulan d. Indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa semester 3 fakultas pertanian e. Jumlah maksimum SKS yang boleh diambil oleh seorang mahasiswa pada satu semester tertentu f. Waktu yang diperlukan seorang mahasiswa untuk menyelesaikan studinya 3.31 Sebuah variabel acak X yang kontinyu diketahui dapat mengambil nilai antara x = 2 dan x = 2. Fungsi kepekatan peluang bagi X didefinisikan dengan f(x) = ½. a. Tunjukkan bahwa luas di bawah kurva f(x) sama dengan 1 b. Tentukan P(2,5 < X < 3,5) c. Tentukan P(X < 3,5) 3.32 Jelaskan perbedaan antara distribusi Binomial dengan distribusi Normal 3.33 Gunakan Tabel lampiran 2 untuk menentukan luas daerah di bawah kurva normal baku bagi nilai-nilai Z berikut: a. Z > 1,96 b. Z > 1.64 c. Z > 1,65 d. Z > 2,33 3.34 Tentukan luas daerah di bawah kurva normal baku bagi nilai-nilai Z berikut: a. -1,96 < Z < 1,96 b. -2,33 < Z < 2,33 3.35 Tentukan nilai z sehingga