1. ModulPelatihanPPIH2017 1
FIVE LEVEL PREVENTION
I. DESKRIPSI SINGKAT
Upaya preventif / pencegahan merupakan sebuah usaha yang dilakukan
oleh seseorang dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan,
dan menurut Leavel dan Clarck yang disebut dengan pencegahan adalah
segala kegiatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit, termasuk
didalamnya adalah perilaku menghindar. Konsep dari Leavel dan Clarck ini
dikenal dengan konsep “five level prevention”
Dalam modul ini akan dibahas mengenai Konsep dasar five level
prevention, yang terdiri dari Level 1, Level 2, Level 3, Level 4 dan Level 5.
Semoga dengan mempelajari modul ini para pembaca / peserta pelatihan
mampu meningkatkan wawasan dan ketrampilannya dalam memahami five
level prevention.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu memahami five level prevention
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan konsep dasar
Five level prevention
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
Konsep dasar five level prevention :
1. Level 1
2. Level 2
3. Level 3
2. ModulPelatihanPPIH2017 2
4. Level 4
5. Level 5
IV. BAHAN BELAJAR
a. Modul five level prevention
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 1 jam
pelajaran (T= 1 jpl, P= 0 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka
perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatannya dengan melakukan bina suasana
dikelas.
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat peserta (apersepsi) tentang five level prevention
dalam pelaksanaan kegiatan PPIH di arab Saudi dengan metode
curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi konsep dasar five level prevention pada pelaksanaan
kegiatan PPIH di Arab Saudi yang disampaikan dengan menggunakan
bahan tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat-alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
3. ModulPelatihanPPIH2017 3
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi
awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu
yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta peserta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
fasilitator terkait dengan contoh-contoh dari level-level yang terdapat
dalam five level prevention, selama pelaksanaan ibadah haji.
b. Memberikan klarifikasi jawaban tentang five level prevention terkait
pertanyaan dari peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan dari fasilitator
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang masih
kurang jelas kepada fasilitator.
4. ModulPelatihanPPIH2017 4
Langkah 4 : Melakukan rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan
yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang five level prevention dalam pelaksanaan kegiatan
PPIH di Arab Saudi.
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau
secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran five level
prevention dalam pelaksanaan kegiatan PPIH di Arab Saudi.
VI. URAIAN MATERI
Kesehatan telah menjadi kebutuhan utama bagi setiap manusia di dunia
dalam menjalankan aktivitas hidup. Berdasarkan pengertiannya bahwa
keadaan sehat merupakan kondisi dimana seorang, sejahtera secara fisik,
mental dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Artinya apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak dalam
kondisi yang baik (dengan kata lain sehat) maka akan timbul suatu masalah
atau gangguan kesehatan. Hal ini akan sangat merugikan penderita karena
akan menurunkan produktifitas terhadap kehidupan pribadi dan negaranya.
Dengan demikian perlu adanya suatu usaha- usaha untuk meningkatkan
derajat kesehatan.
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi
pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan.
Dalam strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip
tingkat pencegahan seperti tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan
pada peningkatan derajat kesehatan individu dan
5. ModulPelatihanPPIH2017 5
masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan,
penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan, serta
usaha rehabilisasi lingkungan.
Upaya preventif [pencegahan] adalah sebuah usaha yang dilakukan
individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif
secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu “praevenire” yang berarti
datang sebelum atau antisipasi, atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu.
Dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai upaya yang
dilakukan secara sengaja untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan
atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat. (Notosoedirdjo dan Latipun
2005).
Menurut Nasry,2006 menyatakan bahwa pencegahan adalah suatu
kegiatan mengambil tindakan yang dilakukan terlebih dahulu sebelum
kejadian, dengan didasari pada data / keterangan yang bersumber dari hasil
analisis epidemiologi atau hasil pengamatan / penelitian epidemiologi.
Sedangkan menurut Leavel dan Clark yang disebut dengan pencegahan
adalah segala kegiatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit, dan
berhubungan dengan perilaku menghindar.
Konsep dasar five level prevention dari Leavel dan Clarck yaitu:
1. Level 1 (peningkatan kesehatan / health promotion).
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan
proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan
manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki
lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti
penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan
sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, dan persiapan
menopause.
6. ModulPelatihanPPIH2017 6
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya. Beberapa usaha yang dilakukan pada jemaah haji di antaranya
adalah:
a. Pembinaan kesehatan calon jemaah haji mulai dari daerah asal tempat
tinggalnya.
b. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas) serta
seimbang mulai dari tanah air diperjalanan haji, di Arab Saudi maupun
sekembalinya ke tanah air.
c. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan baik untuk individu maupun
pada lingkungan jemaah haji tersebut berada, misalnya penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan kotoran, dahak dan limbah.
d. Pendidikan kesehatan kepada para jemaah haji. Misalnya untuk
menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), tidak merokok,
menggunakan alat pelindung diri dari sengatan panas dan dehidrasi dan
lain-lain.
e. Olah raga secara teratur sesuai kemampuan individu dar masing-masing
jemaah haji. (misalnya: senam, aerobik dan olah pernafasan dan lain-lain)
f. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
(misal: dengan mengikuti pengajian di pondokan, bimbingan manasik dan
lain-lain)
g. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang
baik.(misal: berkumpul dengan teman-teman serombongan, bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar dan lain-lain)
2. Level 2 (perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-
penyakit tertentu / general and specific protection)
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit,
menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap
prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit
tertentu.
Beberapa kegiatan pada level ini adalah sebagai berikut:
7. ModulPelatihanPPIH2017 7
a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
penyakit dengan pemberian imunisasi influenza atau imunisasi thypus /
thypoid pada calon jemaah haji yang rentan.
b. Memberikan vaksinasi meningitis.
c. Melakukan Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya jemaah
haji yang terkena flu burung ditempatkan di rumah sakit pada ruangan
isolasi.
d. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat
beribadah dengan menggunakan alat perlindungan diri (misal: masker.
Sandal, kaca mata hitam dan lain-lain)
e. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-
bahan racun maupun menyebabkan alergi pada jemaah haji. (misal:
makanan berpengawet formalin, borax, makanan mengandung zat warna
textil,dan lain-lain)
f. Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan
membersihkan lingkungan pondokan dari sampah dan kotoran, menjaga
kebersihan kamar mandi dan toilet serta menjaga kebersihan sumber air
minum.
3. Level 3 (penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang
cepat dan tepat / early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang
terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau
diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat
tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak.
Oleh sebab itu tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat sangat
diperlukan dalam tahap ini, salah satu caranya adalah dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada jemaah haji agar mereka dapat mengenal
gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan sesegera
mungkin. Jemaah haji perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha
8. ModulPelatihanPPIH2017 8
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian
tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kecepatan pengobatan
itu diberikan.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
• Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat
sembuh lagi atau bahkan dapat menimbulkan kematian misalnya
pengobatan jemaah haji penderita heat stroke yang terlambat ditangani.
• Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
• Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
• Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
Pada jemaah haji yang sudah terdapat tanda – tanda dehidrasi dapat diberikan
segera cairan oralit dan dianjurkan untuk minum yang cukup dan makan
makanan yang bergizi.
Menemukan penderita dalam kelompok jemaah hajiresiko tinggi melalui jalan
pemeriksaan rutin . Misalnya dengan visitasi, pemeriksaan tekanan darah,
gula darah dan lain-lain.
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat
segera diberikan pengobatan.
Melaksanakan skrining untuk mendeteksi gejala dehidrasi.
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
4. Level 4 (pembatasan kecacatan / dissability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
9. ModulPelatihanPPIH2017 9
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah
penyakit menjadi berkelanjutan sehingga mengakibatkan terjadinya
kecacatan yang lebih buruk lagi. Usaha ini dilakukan dengan pengobatan
dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak
mengalami kecacatan. Dan apabila sudah terjadi kecacatan maka
penderita dicegah agar tidak mendapatkan kecacatan yang bertambah
berat (dibatasi) dan fungsi dari alat tubuh yang mengalami kecacatan
dipertahankan semaksimal mungkin.
Misalnya: penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ
reproduksi menjegah terjadinya infertilitas. Merupakan tindakan
penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang
telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan
pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan
timbul.
5. Level 5 (pemulihan kesehatan / rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke
masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar
tidak menjadi beban orang lain. Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu,
kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk memeulihkan cacatnya tersebut
kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengetian
dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-latihan
yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat stelah sembuh dari penyakit,
kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat.
Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai
anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu
pendidikan kesehatan pada masyarakat.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
10. ModulPelatihanPPIH2017 10
1) Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya.Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan,patah kakinya
perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki
yang sesungguhnya.
2) Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
3) Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan / jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
4) Rehabilitasi aesthesis
usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu.
Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, memerlukan
bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat
mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik,mental dan kemampuannya)
sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya dalam
masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga
masyarakat,bukan hanya berdasarkan belas kasihan semata- mata,melainkan
juga berdasarkan hak azasinya sebagai manusia.
Bila seseorang seseorang jatuh sakit; dengan pengobatan akan terjadi tiga
kemungkinan yaitu :
a. Sembuh sempurna.
b. Sembuh dengan cacat
c. Tidak sembuh lagi (meninggal)
11. ModulPelatihanPPIH2017 11
Hasil yang terbaik yaitu bila terjadi kesembuhan secara sempurna, namun
seandainya terjadi kecacatan, maka alat tubuh yang cacat ini akan tetap
dimilikinya dan seringkali merupakan beban (penderitaan) untuk selama-
lamanya.
VII. RANGKUMAN
Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan penyakit
dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan upaya
pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan masalah kesehatan di
masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri. Penyuluhan dan
usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia
sembuh dari suatu penyakit.
Dan menurut Leavel dan Clarck Konsep dasar dari five level prevention yaitu:
1. Level 1 (peningkatan kesehatan / health promotion).
2. Level 2 (perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu / general and specific protection)
3. Level 3 (penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat
dan tepat / early diagnosis and prompt treatment)
4. Level 4 (pembatasan kecacatan / dissability limitation)
5. Level 5 (pemulihan kesehatan / rehabilitation)
VIII. DAFTAR PUSTAKA :
1. Hugh R. Leavell and E. Gurney Clark as "The science and art of preventing
disease, prolonging life, and promoting physical and mental health and
efficiency. Leavell, H. R., & Clark, E. G. (1979). Preventive Medicine for
the Doctor in his Community (3rd ed.). Huntington, NY: Robert E. Krieger
Publishing Company.
12. ModulPelatihanPPIH2017 12
2. Notosoedirdjo & Latipun, Kesehatan Mental, Konsep dan
Pemaparan, Jakarta, EGC, 2005.
3. Permenkes No. 62 tahun 2016 tentang penyelenggaraan kesehatan
haji.
4. MOU Persiapan Haji 1438 H / Ta’limatul Hajj 1438 H