Modul ini membahas konsep dan penerapan promosi kesehatan kepada jemaah haji selama pelaksanaan PPIH di Arab Saudi. Pokok bahasannya meliputi definisi, ruang lingkup, sasaran dan tujuan promosi kesehatan serta teknik-tekniknya dalam pencegahan berbagai penyakit."
1. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
HEALTH PROMOTION KEPADA SELURUH JEMAAH HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Perilaku Sehat merupakan pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat.
Promosi Kesehatan (Health Promotion) memiliki pengertian sebagai suatu
proses pemberdayaan masyarakat dalam rangka memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control over
and improve their health), yang memiliki arti lebih luas dari Pendidikan atau
Penyuluhan Kesehatan. Dalam hal ini Promosi Kesehatan meliputi
Pendidikan / Penyuluhan Kesehatan yang merupakan bagian penting / inti
(core) dari Promosi Kesehatan.
Dalam modul ini akan dibahas mengenai konsep dan penerapan health
promotion kepada jemaah haji pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi. Semoga
dengan mempelajari modul ini para pembaca / peserta pelatihan mampu
meningkatkan wawasan dan ketrampilannya dalam melakukan melakukan
health promotion kepada seluruh jemaah haji.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan health
promotion kepada seluruh jemaah haji.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep health promotion
2. Melakukan health promotion kepada jemaah haji.
2. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai
berikut yaitu:
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Konsep health promotion :
a. Definisi health promotion
b. Ruang lingkup health promotion
c. Sasaran health promotion
d. Tujuan health promotion
e. Manfaat health promotion
f. Teknik health promotion
2. Penerapan Health promotion kepada seluruh jemaah haji
a. PHBS
b. Pencegahan heat stroke
c. Pencegahan dehidrasi
d. Pencegahan Flu burung
e. Pencegahan Mers Co V
f. Pengendalian faktor resiko penyakit
g. Pencegahan kekambuhan
h. Penyakit-penyakit bawaan dari tanah air.
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul Health Promotion Kepada Seluruh Jemaah Haji.
2. Panduan simulasi.
3. Panduan role play.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam
pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka
perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
3. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1) Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri. Pada saat memperkenalkan diri fasilitator
dimulai dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja,
materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang Health Promotion
Kepada Seluruh Jemaah Haji pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi
dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi konsep health promotion dan penerapan health
promotion kepada seluruh jemaah haji dalam pelaksanaan PPIH Arab
Saudi yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide
power point).
2) Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1) Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang masih belum jelas.
4. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
d. Melakukan klarifikasi atas jawaban yang diberikan oleh peserta.
2) Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (2 kelompok)
dan setiap kelompok akan diberikan tugas role play.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk mempelajari skenario
role play yang sudah tersedia untuk kemudian dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
role play.
e. Memberikan satu simulasi tentang Health Promotion Kepada
Seluruh Jemaah Haji pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi pada
kesempatan penugasan berikutnya.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris
dan pemeran.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang
kurang jelas kepada fasilitator.
c. Melakukan role play sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan mempresentasikannya.
d. Melakukan simulasi pada kesempatan penugasan berikutnya
yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
5. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok
bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan role
play dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Mengamati proses role play yang dilakukan oleh peserta.
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil role play yang sudah
dilakukan.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum
dimengerti jawabannya
e. Mengamati proses simulasi yang dilakukan peserta pada
kesempatan penugasan berikutnya.
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari
masing – masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan
dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan
sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan
sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
6. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil
proses pembelajaran tentang Health Promotion Kepada
Seluruh Jemaah Haji pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator
atau secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran
Health Promotion Kepada Seluruh Jemaah Haji pada
pelaksanaan PPIH Arab Saudi.
VI. URAIAN MATERI
1. Konsep health promotion :
Pencegahan penyakit adalah Tindakan yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan
kecacatan dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang
telah dibuktikan efektif. (Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema gambar dibawah ini :
7. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
a. Definisi health promotion
Promosi Kesehatan (Health Promotion), didefinisikan sebagai: Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control
over and improve their health), yang memiliki arti lebih luas dari
Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi
Pendidikan / Penyuluhan Kesehatan merupakan bagian penting / inti
(core) dari Promosi Kesehatan.
“Health promotion is the process of enabling people to increase
control over, and improve, their health. To reach a state of complete
physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be
able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change
or cope with the environment“. (Ottawa Charter,1986).
Sedangkan Lawrence Green (1984) merumuskan definisi promosi
kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan. Dari batasan ini jelas, bahwa promosi
kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan
adalah lebih dari sekedar pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan
bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
b. Ruang lingkup health promotion
Ruang lingkup Promosi Kesehatan adalah upaya melakukan
perubahan / perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan
upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan, dan
juga merupakan upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan)
dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang
komprehensif.
8. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan
edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan
masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina
suasana (social support).
c. Sasaran health promotion
Secara prinsipil, sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat,
dalam hal ini Jemaah haji. Masyarakat dapat dilihat dalam konteks
komunitas, keluarga maupun individu. Sasaran promosi kesehatan
juga dapat dikelompokkan menurut ruang lingkupnya, yakni tatanan
rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-
tempat umum, dan institusi pelayanan kesehatan.
Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran
dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1) Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yaitu kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum. Sasaran promosi ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2) Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, ketua KBIH, serta orang-orang
yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan
promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali
memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada
lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat dalam hal ini Ketua KBIH yang berada dalam kloter
yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula dapat
menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk para jemaah haji
yang berada dalam rombongannya.
9. Modul Pelatihan PPIH 2017 9
3) Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan
adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan
(policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok
tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran
sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan
strategi advokasi (advocacy)
d. Tujuan health promotion
Guna mewujudkan atau mencapai visi dan misi tersebut secara efektif
dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini
sering disebut “strategi”, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai
atau mewujudkan visi dan misi tersebut secara berhasil guna .
Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan
secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:
1) Advokasi (Advocacy)
WHO (1989) dikutip dalam UNFPA dan BKKBN (2002) yang
menyatakan advocacy is a combination on individual and social action
design to gain political commitment, policy support, social acceptance
and systems support for particular health goal or programme.
Jadi advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang
dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial dan sisitem yang mendukung tujuan atau program
kesehatan tertentu. Definisi Chapela 1994 yang dikutip WISE (2001)
Pengertian secara harfiah adalah: ”melakukan advokasi berarti
mempertahankan, berbicara mendukung seseorang atau sesuatu atau
mempertahankan ide.” Sedangkan advokator adalah seseorang yang
melakukan kegiatan atau negosiasi yang ditujukan untuk mencapai
sesuatu untuk seseorang, kelompok ,masyarakat tertentu atau secara
keseluruhan.
10. Modul Pelatihan PPIH 2017 10
2) Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada
(keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya,
kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan
masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku
tersebut. Di lain pengertian bina suasana adalah menjalin kemitraan
untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang
ada di masyarakat seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi
pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran
sekunder atau petugas pelaksana diberbagai tingkat administrasi.
3) Pemberdayaan masyarakat Jemaah Haji (Empowerment)
Freira (dalam Hubley 2002) mengatakan, bahwa pemberdayaan
adalah suatu proses dinamis yang dimulai dari dimana masyarakat
belajar langsung dari tindakan. Pemberdayaan masyarakat / jemaah
haji biasanya dilakukan dengan pendekatan pengembangan
masyarakat. Pengembangan masyarakat biasanya berdasarkan
bagaimana masyarakat mengembangkan kemampuannya serta
bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengambilan
keputusan.
e. Manfaat health promotion
1. Bagi petugas PPIH Arab Saudi
a. Meningkatnya dukungan terhadap program kesehatan dan
keselamatan petugas PPIH di tempat kerja
b. Menumbuhkan citra positif (bagi tempat kerja yang sudah maju
dan peduli kesehatan)
11. Modul Pelatihan PPIH 2017 11
c. Meningkatnya moral petugas PPIH
d. Menurunkan angka ketidak hadiran karena sakit
e. Meningkatnya produktivitas kerja.
f. Menurunkan biaya kesehatan
2. Bagi petugas Kloter
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada jemaah.
b. Meningkatkan visitasi kepada jemaah.
c. Menurunkan angka kesakitan pada jemaah.
d. Mengurangi beban kerja petugas.
e. Meningkatkan motivasi petugas dalam memberikan pelayanan.
3. Bagi Jemaah Haji
a. Meningkatkan rasa percaya diri jemaah haji.
b. Menurunnya tingkat stress jemaah.
c. Meningkatnya semangat beribadah.
d. Meningkatnya kemampuan jemaah haji dalam mengenali dan
mencegah penyakit
e. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan komunitas
jemaah.
f. Teknik health promotion
Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara
cara-cara atau metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan
dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Dengan perkataan lain,
metode dan teknik promosi kesehatan adalah dengan cara dan alat
apa yang digunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau mentransformasikan
perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat.
Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan
dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Metode Promosi kesehatan individual
a. Bimbingan dan penyuluhan
b. Interview (wawancara)
2) Metode Promosi kesehatan kelompok
12. Modul Pelatihan PPIH 2017 12
a. Kelompok Besar
1) Ceramah
2) Seminar, dll
b. Kelompok Kecil
1) Diskusi kelompok
2) Curah pendapat (Brain Storming), dll
3) Metode promosi kesehatan massa
a) Ceramah umum
b) Penggunaan media massa elektronik, misalnya TV, dll
c) Penggunaan media cetak, misalnya majalah, dll
d) Penggunaan media diluar ruang, misalnya spanduk,dll.
2. Penerapan Health promotion kepada seluruh jemaah haji
Perilaku Sehat merupakan suatu bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. Sedangkan promosi kesehatan
merupakan proses memandirikan masyarakat dalam rangka memelihara
dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986).
Promosi kesehatan lebih menekankan pada lingkungan untuk terjadinya
perubahan perilaku. Contohnya: masyarakat dihimbau untuk membuang
sampah di tempatnya, selanjutnya diterbitkan peraturan dilarang
membuang sampah sembarangan. Himbauan dan peraturan tidak akan
berjalan, apabila tidak diikuti dengan penyediaan fasilitas tempat
sampah yang memadai.
Health Promotion dapat dilakukan dengan pemasangan spanduk, leaflet,
brosur, flyer, booklet, pin, penyuluhan langsung baik secara individu
maupun kelompok, dan lain-lain media promosi kesehatan yang ada,
ditempat-tempat yang memungkinkan dan memenuhi syarat
13. Modul Pelatihan PPIH 2017 13
pemasangan serta mendapat izin untuk pemasangannya atau
pelaksanaannya dengan memuat materi-materi promosi sebagai berikut:
a. PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Dalam manajemen PHBS terdapat penerapan keempat proses
manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan
penindaklanjutan yaitu:
a) Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang
pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat
kesejahteraan.
b) Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang
kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan
masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
c) Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang
langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
d) Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena
adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap
lingkungannya.
PHBS di embarkasi dan debarkasi:
1) Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan
mengupaya kan agar memakan lebih banyak sayur dan buah-
buahan atau meng konsumsi makanan yang sudah disediakan.
2) Istirahat yang cukup jika sudah tidak ada lagi kegiatan.
3) Menggunakan masker terutama pada saat menderita flu atau batuk.
4) Tidak merokok.
5) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, sesuai
dengan jenis sampahnya basah atau kering.
14. Modul Pelatihan PPIH 2017 14
6) Membiasakan untuk menyiram toilet sesudah BAB atau BAK.
7) Membudayakan antri; pada saat pendaftaran ulang, mengambil
makanan, dan penggunaan fasilitas umum seperti bus angkutan,
toilet dan lain-lain.
PHBS di dalam pesawat :
1) Gunakanlah waktu luang yang ada untuk beristirahat.
2) Menggunakan masker terutama bila sedang flu atau batuk atau bila
sedang berada dekat orang sakit.
3) Membiasakan untuk menyiram toilet sesudah BAB atau BAK, dan
mengikuti petunjuk yang tersedia didalam toilet pesawat.
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah
beraktifitas didalam pesawat.
5) Tidak merokok didalam pesawat.
6) Ikut menjaga kebersihan lingkungan pesawat dengan membuang
sampah pada tempat yang telah ditentukan.
7) Segera berkonsultasi kepada dokter kloter yang ada di dalam
pesawat bila tubuh merasa kurang sehat atau terasa sakit.
PHBS di bandara (Jedah dan Madinah):
1) Istirahat yang cukup selama menunggu proses imigrasi.
2) Menggunakan masker terutama pada saat menderita flu atau batuk.
3) Tidak merokok.
4) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, sesuai
dengan jenis sampahnya basah atau kering.
5) Membiasakan untuk menyiram toilet sesudah BAB atau BAK.
6) Membudayakan antri; pada saat pengecekan paspor, menerima
pembagian makanan dan minuman, dan penggunaan fasilitas
umum seperti bus angkutan, toilet dan lain-lain.
7) Membiasakan minum air putih selama menunggu di bandara dan
segera memakan makanan yang dibagikan bila ada sesuai dengan
jam kadaluarsanya.
15. Modul Pelatihan PPIH 2017 15
8) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap kali hendak
memakan makanan atau setelah selesai dari toilet.
PHBS di Tanah Suci (Mekah dan Madinah):
1) Membiasakan diri untuk meminum air putih minimal sebanyak 1
gelas (+ 300 cc) setiap 2 – 3 jam atau minimal 8 gelas dalam sehari
walaupun tidak merasa haus, serta membiasakan membawa air
minum pada saat hendak keluar pondokan.
2) Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara teratur dan
tidak menunda waktu makan.
3) Berolahraga secara teratur dengan melakukan senam pernafasan
atau aerobik selama 30 menit setiap harinya.
4) Bagi jemaah haji yang menderita resiko tinggi seperti jemaah haji
yang menderita penyakit DM, Hypertensi, jantung atau lain
sebagainya agar mengkonsumsi makanan dengan gizi yang
seimbang atau menurut petunjuk petugas kesehatan serta
mengurangi kegiatan yang kurang bermanfaat.
5) Mempersiapkan dan memakan obat-obatan sesuai dengan anjuran
dokter
6) Menggunakan alas kaki bila beraktifitas di luar pondokan.
7) Bagi jemaah haji resti dengan gelang warna merah kontrol
memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari sekali, gelang warna
kuning setiap 3 hari sekali dan gelang hijau setiap 5 hari sekali.
Namun bila ada keluhan segera memeriksakan dirinya ke dokter
kloter.
8) Mempertahankan kondisi fisik dengan cukup istirahat, dan
menggunakan pakaian yang sesuai dengan kondisi lingkungan di
tanah suci, bila cuacanya dingin pergunakan mantel atau jaket
namun bila cuacanya panas bisa menggunakan pakaian terbuat
dari bahan katun yang dapat menyerap keringat.
16. Modul Pelatihan PPIH 2017 16
PHBS pada masa ARMINA (Arafah, Muzdalifah dan Mina):
1) Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan
mengupaya kan agar memakan lebih banyak sayur dan buah-
buahan atau meng konsumsi makanan yang sudah disediakan.
Segera memakan makanan yang dibagikan bila ada sesuai dengan
jam kadaluarsanya dengan tidak menunda makan.
2) Tidak membuang ludah sembarangan, namun dibuang pada tissue
kemudian dibuang ditempat sampah yang sudah disediakan.
3) Istirahat yang cukup jika sudah tidak ada lagi kegiatan.
4) Menggunakan masker yang sudah disediakan terutama pada saat
menderita flu atau batuk atau pada saat berdekatan dengan orang
yang sedang sakit.
5) Tidak merokok.
6) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, sesuai
dengan jenis sampahnya basah atau kering.
7) Membiasakan untuk menyiram toilet sesudah BAB atau BAK.
8) Membudayakan antri; pada saat pembagian makanan, dan
penggunaan fasilitas umum seperti bus angkutan, toilet dan lain-
lain.
9) Menggunakan pelindung kepala yang diperkenankan (seperti
payung) dan penggunaan spray air yang disemprotkan ke wajah
atau lingkungan sejemaah hajir serta menghindari sengatan panas
matahari secara langsung bila sedang keluar tenda.
10)Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap kali selesai dari
toilet atau mau memakan makanan.
b. Pencegahan heat stroke
Heat stroke adalah kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh
mencapai lebih dari 40°C atau lebih. Heat stroke dapat disebabkan
karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas yang dapat
meningkatkan suhu tubuh
Penyebab terjadinya heat stroke adalah:
17. Modul Pelatihan PPIH 2017 17
a. Kondisi suhu lingkungan yang terlalu panas /tinggi
b. Aktivitas fisik yang berat / berlebihan
c. Memakai pakaian yang terlalu tebal sehingga mengganggu
pengeluaran keringat atau kondisi lainnya yang dapat
meningkatkan suhu tubuh.
Heat stroke memiliki beberapa tahapan yang merupakan gabungan
dari 2 kondisi serius yang berhubungan dengan suhu yaitu :
1) Kondisi pertama adalah heat cramp/ kram akibat kenaikan suhu
tubuh, dimana terjadi karena paparan suhu yang sangat tinggi.
Biasanya ditandai dengan keringat berlebihan, kelelahan, haus,
kram otot
2) Kondisi yang lain adalah heat exhaustion/ kelelahan akibat
kenaikan suhu tubuh. Heat exhaustion muncul jika anda tidak
mempedulikan gejala dari ‘heat cramp’ yang muncul gejalanya
termasuk sakit kepala, pusing, kepala terasa ringan, mual, kulit
dingin dan terasa lembab, kram otot.
Sehingga untuk menghindari terkena heat stroke maka cara
pencegahan nya adalah :
1) Tetaplah selalu berada di dalam ruangan yang sejuk jika
memungkinkan
2) Meminum air putih dalam jumlah yang cukup sebelum melakukan
aktivitas di luar ruangan, dan selalu membekali diri dengan air
minum.
3) Mengurangi dalam mengkonsumsi minuman seperti teh, kopi,
minuman bersoda.
4) Menggunakan pakaian-pakaian yang ringan, longgar, berwarna
cerah, dan menyerap keringat
5) Melindungi diri dari sengatan matahari secara langsung dengan
menggunakan payung atau pelindung kepala saat berada diluar
ruangan serta menggunakan alas kaki.
18. Modul Pelatihan PPIH 2017 18
6) Jangan berada di luar ruangan pada saat matahari sedang sangat
terik atau berada pada puncaknya.
7) Jika melakukan aktivitas di luar ruangan, usahakan untuk sering
minum air putih setiap 15 sampai 20 menit walaupun tidak merasa
haus.
8) Menyemprotkan air ke wajah dan bagian tubuh lainnya yang
terkena sengatan sinar matahari dan lingkungan sekitarnya.
9) Bagi yang berusia lanjut dan atau memiliki penyakit sebaiknya bila
bepergian selalu disertai dengan pendamping.
c. Pencegahan dehidrasi
Dehidrasi, yang berarti kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan
yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk, hal ini
bisa menyerang siapa saja, dari mulai anak kecil hingga orang tua.
Hanya saja dehidrasi seringkali dianggap hanya sebagai masalah
yang sepele. Padahal, sebenarnya dehidrasi itu cukup berbahaya.
Jika dilihat dari perbandingan total kadar air dalam tubuh, sebenarnya
yang paling rentan terkena dehidrasi adalah anak kecil dan orang tua.
Pada tubuh orang yang sudah tua, kadar air dalam tubuhnya sudah
semakin menurun akibat proses penuaan dari organ-organ tubuhnya.
Namun bila dilihat dari perbandingan jenis kelamin, maka perempuan
lah yang lebih mudah terserang dehidrasi dibandingkan dengan laki-
laki. Penyebabnya sama seperti pada anak kecil, tubuh perempuan
lebih banyak memiliki lemak daripada tubuh laki-laki. (Lemak hanya
mengandung air lebih kurang 20%).
Sedangkan jika dilihat dari perbandingan aktivitas, jemaah haji yang
paling mudah terkena dehidrasi adalah jemaah haji yang paling
banyak melakukan berbagai kegiatan, hingga mengakibatkan aktivitas
fisik pun jadi meningkat drastis. Contohnya melakukan ibadah umrah
sunat berkali-kali dalam sehari, mengantri bus ketika mau pergi dan
19. Modul Pelatihan PPIH 2017 19
pulang ke mesjidil haram dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini
menguras tenaga dan juga cairan tubuh. Saat melakukan berbagai
kegiatan itu kulit pasti banyak mengeluarkan keringat dan paru-paru
pun banyak mengeluarkan uap melalui pernapasan.
Tanda-Tanda dehidrasi:
Lantaran dianggap sepele, tanda-tanda kemunculan dehidrasi kerap
kali tak disadari. Gejala kalau jemaah haji terkena dehidrasi ringan
seperti haus, mulut kering, dan bibir kering, sering masih dianggap
sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja. Baru kalau sudah memasuki
tingkat yang lebih tinggi lagi (dehidrasi sedang), dan muncul tanda-
tanda lain seperti tonus kulit jadi menurun (kalau kulit dicubit, kulit
akan lama kembali ke bentuk semula alias tidak kenyal), dan berat
badan menurun, baru membuat jemaah haji menjadi lebih waspada.
Kalau dehidrasi ini sudah sampai pada tingkat yang lebih berat, tanda-
tanda yang muncul akan lebih banyak lagi. Yaitu mata menjadi
cekung, kulit menjadi pucat, ujung-ujung jari menjadi dingin karena
aliran darah ke kapiler-kapiler ini menjadi berkurang, warna kulit di
ujung-ujung jari juga kadang jadi kebiru-biruan karena oksigen yang
dibawa oleh aliran darah berkurang, dan denyut nadi melonjak dari
cepat sekali menjadi super lambat. Sedangkan secara psikologis
penderita juga jadi apatis dan tidak fokus serta kesadarannya
perlahan-lahan menurun.
Selain perbedaan tanda-tanda dehidrasi tersebut, ada satu tanda
dehidrasi yang berlaku umum (selalu muncul pada tingkat dehidrasi
mana pun), yaitu pengurangan frekuensi dan volume urine serta
perubahan warna air seni. Jemaah haji yang terkena dehidrasi selain
jadi jarang BAK dan jumlahnya sedikit, warna air seninya juga menjadi
lebih pekat.
20. Modul Pelatihan PPIH 2017 20
Untuk masalah perubahan warna air seni, semakin tinggi tingkat
dehidrasinya, warna air seni akan semakin pekat. Penyebabnya, kalau
dehidrasi tubuh secara otomatis akan menahan semua cairan,
termasuk cairan yang mestinya dibuang seperti air seni. Semakin
lama lama air seni itu ditahan, maka jumlah kotoran yang terkandung
di dalamnya akan semakin banyak, hingga mengakibatkan warnanya
menjadi keruh.
Yang perlu diingat, meski telah dibagi dengan spesifik tanda-tanda
dehidrasi berdasarkan tingkatannya, tetapi pada kenyataannya ketika
mengalami dehidrasi, tanda-tanda ini kerap muncul dalam waktu yang
nyaris bersamaan. Tidak usah heran, karena dehidrasi memang
merupakan gradasi. Jadi kalau sekarang jemaah haji sudah terkena
dehidrasi ringan, lalu tidak cepat ditanggulangi, maka dalam beberapa
saat saja dehidrasi yang dialaminya akan langsung meningkat ke
tingkat yang sedang hingga tingkat yang berat.
d. Pencegahan Flu burung
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza
yang menyerang burung / unggas / ayam. Salah satu tipe yang perlu
diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode
genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat
menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari
burung ke manusia.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat
berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi
dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H)
dan Neuramidase (N). Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi
kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
21. Modul Pelatihan PPIH 2017 21
Gejala pada flu burung pada manusia yaitu:
1. Demam (suhu badan diatas 38 °C)
2. Lemas dan tidak nafsu makan.
3. Pendarahan hidung dan gusi
4. Sesak nafas
5. Muntah dan nyeri perut serta diare
6. Batuk dan nyeri tenggorokan
7. Radang saluran pernapasan atas
8. Pneumonia
9. Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
10.Nyeri otot dan sendi
11.Sakit kepala
Masa Inkubasi pada manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum
sampai dengan 3-5 hari sesudah timbul gejala.
Penularan Flu burung yaitu dengan cara menular dari unggas ke
unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari
hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang
tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung /
unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia
juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang
terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam,
pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
Unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat
mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu
dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 0C dan
lebih dari 30 hari pada 0 0C. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang
sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan
56 0C dalam 3 jam atau 60 0C selama 30 menit. Bahan disinfektan
fomalin dan iodine dapat membunuh virus menakutkan ini.
22. Modul Pelatihan PPIH 2017 22
e. Pencegahan Mers Co V
Virus Corona Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah
merupakan salah satu jenis virus yang menyerang organ pernafasan
orang yang mengidapnya yang merupakan jenis penyakit saluran
pernafasan yang bisa mengakibatkan kematian. MERS – Cov adalah
merupakan singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona
Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Corona virus
(Novel Corona Virus).
Sehingga kelompok studi corona virus dari Komite Internasional untuk
Taksonomi Virus memutuskan bahwa novel corona virus tersebut
dinamakan sebagai MERS-Cov, virus ini tidak sama dengan corona
virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), namun
mirip dengan corona virus yang terdapat pada kelelawar.
Manifestasi klinis dari Mers Co V yaitu:
1) Demam, di atas 38°C (100.4°F).
2) Batuk,
3) Sesak nafas atau Napas yang pendek-pendek, serta munculnya
pneumonia dalam beberapa kasus.
4) Myalgia,
5) Lethargy,
6) Gejala gastrointestinal,
7) Radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya.
Gejala tersebut biasanya muncul 2–10 hari setelah terpapar, tetapi
sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan
kasus gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–20%
kasus membutuhkan ventilasi mekanis.
Penyebaran Virus Corona
1) Sampai saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola
penularan MERS-Cov, karena telah ditemukan adanya penularan
23. Modul Pelatihan PPIH 2017 23
dari manusia ke manusia yang saling kontak dekat dengan
penderita.
2) Penularan dari pasien yang terinfeksi kepada petugas kesehatan
yang merawat juga sudah terjadi.
3) Virus ini sudah ditemukan pada kelelawar dan unta. Para pakar
mengatakan unta kemungkinan besar menjadi binatang pembawa,
yang kemudian menularkannya pada manusia. Dan jenis
Kelelawar yang banyak ditemukan di kawasan Timur Tengah.
4) Unta hampir dipastikan menjadi sumber penularan dari virus
korona MERS di Timur Tengah. Hasil penelitian di negara tersebut
menunjukkan kebanyakan unta, meski tidak semua, terinfeksi jenis
virus yang secara genetik hampir identik dengan virus yang
menginfeksi manusia. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari
Universitas Columbia, Universitas King Saud, dan EcoHealth
Alliance.
f. Pengendalian faktor resiko penyakit
Faktor resiko (menurut Simbong SW dalam epidemiologi penyakit
tidak menular) adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada
penyakit yang diderita individu yang mana secara statistik
berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya
(beberapa individu lain pada suatu kelompok masyarakat).
Kegunaan daripada faktor resiko ini, pada dasarnya untuk mengetahui
proses terjadinya penyakit dalam hal ini penyakit tidak menular, yaitu:
a. Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya
perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru
daripada bukan perokok.
b. Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya
faktor resiko dapat menjadikannya sebagai faktor penyebab,
tentunya setelah menghilangkan pengaruh dan faktor pengganggu
sehingga faktor resiko itu adalah faktor penyebab.
c. Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnosis.
24. Modul Pelatihan PPIH 2017 24
Faktor Risiko Internal
Faktor risiko internal yang perlu diwaspadai dan diamati antara lain:
1) Gangguan kesehatan/penyakit yang ada pada jamaah, seperti
hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK, diabetes, stroke, dll.
2) Perilaku yang potensial menimbulkan gangguan kesehatan,
seperti kebiasaan merokok, menyimpan jatah makanan untuk
dimakan di lain waktu (menunda makan), dll.
Faktor Risiko Eksternal
Prosesi haji sarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan
secara sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai
tempat sekitar kota Mekkah; meliputi :
1) Tawaf (mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali, dengan arah
berlawanan jarum jam, dimana ka’bah berada di sisi kiri badan).
2) Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali
dari bukit Safa ke Mawa, yang berkisar 500 m sekali jalan).
3) Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah sehari
sebelum wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum
wukuf).
4) Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan
berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang
sangat padat dan diselimuti cuaca dingin.
5) Melontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari
pemondokan ke Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh
jamaah yang lalu lalang, dan berdesakan saat melontar jumroh.
Kegiatan di atas diperkirakan akan dapat menghabiskan 5 liter air
dari tubuh setiap jamaah dan menghabiskan 20 gram garam dari
proses keringat
6) Jamaah kemudian akan meneruskan perjalanan dengan
melakukan ziarah ke Madinah dan khususnya jamaah haji dari
Indonesia akan melakukan kegiatan Arbain yaitu sholat
berjamaah empat puluh waktu (delapan hari) di Mesjid Nabawi.
25. Modul Pelatihan PPIH 2017 25
Selama berada di Madinah, para jamaah haji juga melakukan
ziarah ke berbagai mesjid bersejarah.
g. Pencegahan kekambuhan
Tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada jemaah haji
selama berada di Arab Saudi sangat erat kaitannya dengan faktor usia
jamaah (usia lanjut) dengan berbagai penyakit kronik yang diidap,
iklim yang sangat jauh berbeda, penatalaksanaan kesehatan sebelum
berangkat, pencatatan status kesehatan tidak akurat pada buku
kesehatan jamaah, ketepatan dan kecepatan diagnosis pada keadaan
emergensi, serta kecepatan dan ketepatan penanggulangan kasus-
kasus gawat darurat.
Sampai musim haji tahun 2017, usia lanjut (diatas 60 tahun) masih
mendominasi jamaah haji Indonesia dengan persentase 40 – 60 %
tiap kloternya dan kelompok kedua terbanyak usia 40 – 60 tahun,
dengan jumlah wanita lebih banyak dari pria. Berbagai penyakit kronik
yang diidap jamaah, terutama yang berusia lanjut, menjadi catatan
penting bagi petugas kesehatan yang mendampingi, seperti diabetes,
hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru kronik, penyakit hati dan
pencernaan, penyakit tulang dan sendi, serta penyakit saraf seperi
post stroke. Kelompok jamaah ini disebut sebagai risiko tinggi (risti).
Sebab, penyakit-penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi fatal saat
melaksanakan aktivitas fisik pada cuaca yang sangat panas atau
sangat dingin dengan kepadatan manusia dan polusi udara yang
tinggi.
Kegiatan ibadah haji adalah bukan hanya kegiatan ibadah semata
namun merupakan kegiatan fisik yang berupa jalan kaki atau berlari
kecil sewaktu melaksanakan Tawwaf, Sa’i dan berjalan menuju
Jamarat sewaktu berada di Mina untuk melontar Jamarat selama tiga
atau empat hari berturut-turut. Kalau hanya terbatas pada
26. Modul Pelatihan PPIH 2017 26
pelaksanaan aktivitas fisik yang rukun dan wajib saja, sebenarnya
kelelahan dapat diatasi dengan istirahat yang cukup di antara waktu
kegiatan. Serta berulang kali jalan kaki dari pondokan ke masjid setiap
waktu shalat. Hal ini mengakibatkan jamaah kurang istirahat sehingga
kelelahan yang akhirnya berdampak pada melemahnya daya tahan
tubuh, terutama bagi jamaah lanjut usia dan jamaah risti. Apalagi bila
jamaah merahasiakan penyakitnya, merasa tidak perlu menyampai
kannya kepada dokter yang mendampingi kloternya. Karenanya,
setiap jamaah perlu menyampaikan kepada dokter pemeriksa pertama
tentang penyakit yang diderita secara lengkap dan jelas, meski
penyakit itu tidak menimbulkan keluhan.
h. Penyakit-penyakit bawaan dari tanah air.
Sebelum berangkat ke Tanah Suci, seorang jamaah haji harus
melewati pemeriksaan kesehatan pertama, kedua, dan pemeriksaan
ulang di asrama haji. Sejak pemeriksaan kesehatan pertama di
Puskesmas, seorang calon jamaah haji sudah terkategori dalam
golongan Sehat atau Risiko Tinggi (Risti). Apabila ia termasuk dalam
kelompok Risti, maka catatan atau buku kesehatan dari Puskesmas
akan diberi keterangan sesuai kondisi kesehatannya itu. Tujuannya
untuk memudahkan pemantauan ulang oleh petugas kesehatan
jamaah haji, baik di TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia), TKHD (Tim
Kesebelas Haji Daerah), petugas kesehatan di KKHI, maupun petugas
kesehatan di Rumah Sakit Arab Saudi.
Risti adalah jenis-jenis penyakit yang terdeteksi menyerang calon
jamaah haji. Penyakit tersebut kadang hanya satu jenis namun
kadang beberapa penyakit sekaligus.
Risti dapat dibagi ke dalam dua kategori:
1) Pertama, Risti Sehat. Risti Sehat adalah kondisi kesehatan
seseorang yang mana secara fisik tidak mengidap penyakit apa
27. Modul Pelatihan PPIH 2017 27
pun namun keadaan fisiknya itu memudahkan penyakit- penyakit
tertentu untuk menyerang.
Kondisi fisik yang memudahkan seseorang terserang penyakit,
misalnya usia lanjut (umur 60 tahun atau lebih), obesitas atau
berat badan berlebih, kaheksia atau kekurangan berat badan yang
sangat mencolok, dan cacat fisik, baik berupa cacat bawaan atau
cacat yang dapat menimbulkan gangguan dalam melaksanakan
aktifitas sehari-hari. Bila jemaah haji termasuk dalam golongan
Risti Sehat maka ada beberapa hal yang perlu jemaah haji
perhatikan sewaktu masih berada di Tanah Air.
Jika jemaah haji memiliki berat badan berlebih, maka jemaah haji
perlu melakukan penurunan berat badan baik dengan olahraga
maupun dengan mengurangi porsi makan. Mengurangi porsi
makan bisa dilakukan dengan menghindari makanan yang
berkalori tinggi atau makanan yang manis-manis. Olahraga bisa
dilakukan dengan berjalan cepat selama setengah jam, jalan
pelan, atau jogging sejauh 3 km;
Jika jemaah haji memiliki berat badan yang kurang (kaheksia)
maka jemaah haji perlu meningkatkannya hingga mencapai berat
badan ideal. Kaheksia sebenarnya bisa diketahui penyebabnya.
Jika penyebab tersebut sudah diketahui, penyakit itu bisa diobati.
Asupan kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin yang seimbang
juga amat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan berat badan
jamaah haji. Sumber protein yang mudah didapat misalnya telur,
ikan, daging, dan susu. Bisa juga dibantu dengan suplemen
vitamin B kompleks dan C dalam dosis yang sesuai.
Apabila jemaah haji termasuk orang yang sudah lanjut usia,
persiapan diri bisa dilakukan dengan berjalan sejauh 3 km setiap
28. Modul Pelatihan PPIH 2017 28
hari dengan memakai sandal atau selop. Jangan lupa makan
makanan dengan gizi yang seimbang setiap hari dan beristirahat
dengan cukup. Jemaah haji juga dianjurkan mengonsumsi vitamin,
kalsium, dan mineral agar kondisi badan jemaah haji senantiasa
terjaga. Jenis vitamin yang dianjurkan adalah yang mengandung
vitamin neurotropik, B kompleks, C, dan D. Bisa juga jemaah haji
meminta resep dari dokter agar tidak salah mengkonsumsi vitamin
yang dibutuhkan oleh tubuh jemaah haji.
Jika jamaah haji menyandang cacat fisik maka ada baiknya ia
melakukan latihan-latihan yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
Sebab seluruh rangkaian kegiatan dalam ibadah haji dan umrah
disesuaikan dengan kondisi fisik manusia. Sekiranya penyandang
cacat tersebut membutuhkan bantuan orang lain dalam
pelaksanaan ibadah haji, maka ia diperbolehkan untuk mencari
pendamping.
2) Kedua, bagi jamaah berisiko tinggi (risti) Sakit. Jamaah haji
dikategorikan ke dalam kelompok risti sakit, jika ia menderita
penyakit kronis, misalnya;
a. Penyakit neuro-psikiatri, yaitu lumpuh pasca-stroke, psikosis
(gangguan jiwa), dan epilepsi (ayan);
b. Penyakit kardiovaskuler, yaitu hipertensi (darah tinggi), penyakit
jantung koroner, penyakit jantung bawaan, penyakit katup
jantung, dan penyakit payah jantung;
c. Penyakit endokrin, yaitu diabetes melitus (sakit gula), struma
toksik (penyakit gondok).
d. Penyakit saluran pernapasan, yaitu tuberkulosa paru yang tidak
aktif, asma, obstuktif kronis yang terdiri dari bronkitis kronis dan
emfisema paru;
e. Penyakit saluran cerna, yaitu tukak lambung (maag);
29. Modul Pelatihan PPIH 2017 29
f. Penyakit ginjal dan saluran kemih, yaitu gangguan fungsi ginjal,
seperti gagal ginjal kronis, batu ginjal atau saluran kemih,
pembesaran prostat pada laki-laki, dan sindroma nefrotik;
g. Penyakit hati atau saluran empedu, yaitu sirosis hati, hepatitis
kronis, penyakit kandung empedu atau batu empedu;
h. Penyakit kandungan, yaitu gangguan haid berat, hyperemesis;
i. Tumor ganas;
j. Penyakit menular yang termasuk dalam undang-undang
wabah, undang-undang karantina, dan kusta;
k. Kelompok lain, yaitu usia lanjut dengan umur di atas 70 tahun,
anemia berat, dan penyakit rematik sendi.
VII. RANGKUMAN
Promosi Kesehatan (Health Promotion) memiliki pengertian sebagai suatu
proses pemberdayaan masyarakat dalam rangka memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling
people to control over and improve their health), yang memiliki arti lebih
luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Dalam hal ini Promosi
Kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan yang merupakan
bagian penting/inti (core) dari Promosi Kesehatan.
Sedangkan penerapan health promotion kepada jemaah haji pada
pelaksanaan PPIH Arab Saudi terutama ditujukan untuk hal-hal sebagai
berikut yaitu : PHBS, Pencegahan heat stroke, dehidrasi, Flu burung,
MersCoV, pengendalian faktor resiko penyakit, pencegahan kekambuhan
dan penyakit-penyakit bawaan dari tanah air.
VIII. DAFTAR PUSTAKA :
1. Hugh R. Leavell and E. Gurney Clark as "the science and art of
preventing disease, prolonging life, and promoting physical and mental
health and efficiency”. Leavell, H. R., & Clark, E. G. (1979).
2. Preventive Medicine for the Doctor in his Community (3rd ed.).
Huntington, NY: Robert E. Krieger Publishing Company.
30. Modul Pelatihan PPIH 2017 30
3. Permenkes No. 62 tahun 2016 tentang penyelenggaraan kesehatan haji
4. MOU Persiapan Haji 1438 H / Ta’limatul Hajj 1438 H
31. Modul Pelatihan PPIH 2017 31
Lampiran 1
PANDUAN ROLE PLAY
Peserta dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, masing-masing kelompok
menentukan ketua dan sekretaris. Setiap kelompok memainkan skenario
role play yang sudah disediakan. Bila kelompok pertama memainkan
role play maka kelompok kedua bertindak sebagai pengamat, begitu
juga sebaliknya.
Skenario role play :
1) Ditengah kekhusukan ibadah Arafah, datang laporan dari berbagai
tenda yang menyatakan jemaah banyak yang pusing dan muntah-
muntah. Anda segera mengunjungi tenda-tenda tersebut dan
menemukan banyak jemaah yang kondisinya sudah lemah, anda
menemukan muntah-muntah terjadi setelah menyantap makanan
yang disediakan oleh pihak katering.
2) Pada saat selesai sholat subuh, Petugas PPIH sektor mendadak
mendapatkan laporan dari petugas kloter bahwa terdapat lebih dari
6 orang jemaah kloternya yang menderita mencret-mencret, dan
diduga kejadian itu muncul sesudah mengkonsumsi makanan yang
baru saja dibeli dari penjual makanan di depan pondokan.
32. Modul Pelatihan PPIH 2017 32
Lampiran 2
PANDUAN SIMULASI
Peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, masing-masing kelompok
menentukan ketua dan sekretaris. Setiap kelompok melakukan simulasi
penyuluhan kelompok untuk materi :
1. PHBS di pondokan (ditanah suci),
2. Pencegahan MersCoV,
3. Pencegahan Dehidrasi,
4. Pencegahan Heat Stroke.
Bagi peserta yang tidak melakukan simulasi memiliki tugas untuk
mengamati dan memperhatikan kelompok yang melakukan simulasi, dan
pada akhir simulasi memberikan komentar / respon dari simulasi yang
sudah dilakukan.
33. Modul Pelatihan PPIH 2017 33
LATIHAN SOAL
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan ?
2) Jelaskan ruang lingkup dari promosi kesehatan ?
3) Jelaskan tujuan dari promosi kesehatan ?
4) Apa manfaat yang didapat dengan melakukan promosi kesehatan?
5) Sebutkan sasaran dari promosi kesehatan?
6) Praktikkan cara melakukan promosi kesehatan ?
34. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
HEALTH PREVENTION KEPADA SELURUH JEMAAH HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pencegahan penyakit (health prevention) adalah upaya mengarahkan
sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan
potensial dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya
mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit,
dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih
membahayakan.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga
upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan
perjalanan penyakit.
Dalam modul ini akan dibahas mengenai konsep dan penerapan health
prevention kepada seluruh jemaah haji pada pelaksanaan PPIH Arab
Saudi. Semoga dengan mempelajari modul ini para pembaca / peserta
pelatihan mampu meningkatkan wawasan dan ketrampilannya dalam
melakukan health prevention kepada seluruh jemaah haji.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan health
prevention kepada seluruh jemaah haji.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep health prevention
2. Melakukan health prevention kepada jemaah haji.
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Konsep health prevention :
a. Definisi health prevention
b. Ruang lingkup health prevention
c. Sasaran health prevention
35. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
d. Tujuan health prevention
e. Manfaat health prevention
f. Teknik health prevention
2. Penerapan Health prevention kepada seluruh jemaah haji
a. PHBS
b. Pencegahan heat stroke
c. Pencegahan dehidrasi
d. Pencegahan flu burung
e. Pencegahan Mers Co V
f. Pengendalian faktor resiko penyakit
g. Pencegahan kekambuhan
h. Penyakit-penyakit bawaan dari tanah air.
III. BAHAN BELAJAR
1. Modul Health Prevention Kepada Seluruh Jemaah Haji.
2. Panduan role play.
3. Panduan simulasi.
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam
pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta,
maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1) Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta
dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri. Pada saat fasilitator memperkenal
kan diri dimulai dengan menyebutkan nama lengkap, instansi
tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang Health
Prevention Kepada Seluruh Jemaah Haji pada pelaksanaan
PPIH Arab Saudi dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi konsep health Prevention dan penerapan health
Prevention kepada seluruh jemaah haji dalam pelaksanaan
36. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
PPIH Arab Saudi yang disampaikan dengan menggunakan
bahan tayang (slide power point).
2) Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1) Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
d. Melakukan klarifikasi atas jawaban yang diberikan oleh peserta.
2) Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (2 kelompok)
dan setiap kelompok akan diberikan tugas role play.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk mempelajari skenario
role play yang sudah tersedia untuk kemudian dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
role play.
e. Memberikan satu simulasi tentang Health Prevention Kepada
Seluruh Jemaah Haji pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi pada
kesempatan penugasan berikutnya.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan
pemeran.
37. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang
kurang jelas kepada fasilitator.
c. Melakukan role play sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan mempresentasikannya.
d. Melakukan simulasi pada kesempatan penugasan berikutnya
yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok
bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan role
play dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Mengamati proses role play yang dilakukan oleh peserta.
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil role play yang sudah
dilakukan.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum
dimengerti jawabannya
e. Mengamati proses simulasi yang dilakukan peserta pada
kesempatan penugasan berikutnya.
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari
masing – masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan
dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan
sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan
sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil
proses pembelajaran tentang Health Prevention Kepada
Seluruh Jemaah Haji pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator
atau secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan
38. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran
Health Prevention Kepada Seluruh Jemaah Haji pada
pelaksanaan PPIH Arab Saudi.
V. URAIAN MATERI
1. Konsep health prevention :
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan
untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial dengan kata
lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan
penyakit, memperlambat kemajuan penyakit, dan melindungi tubuh dari
berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
a) Definisi health prevention
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara
etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang
sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu.
Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya
secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan,
kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
b) Ruang lingkup health prevention
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit
adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya
pencegahan. Artinya, dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu
ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap masa/fase, dapat
dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat
dilakukan sehingga penyakit itu dapat dihambat perkembangannya
sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat disembuhkan. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan
patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan
itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Ada empat tingkat utama dalam pencegahan penyakit, yaitu :
1) Pencegahan tingkat awal (Primodial Prevention)
➢ Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
2) Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
➢ Promosi kesehatan (health Prevention)
➢ Pencegahan khusus
3) Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
39. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
➢ Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and
prompt treatment)
➢ Pembatasan kecacatan (disability limitation)
4) Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
➢ Rehabilitasi (rehabilitation).
Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan
penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis, sedangkan
pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan
pathogenesis atau penyakit sudah tampak.
c) Sasaran health prevention
Sasaran kegiatan health prevention diutamakan pada peningkatan derajat
kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan
gangguan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta
masalah kesehatan, serta usaha rehabilisasi lingkungan.
Menurut Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi
4 bagian :
1) Primordial prevention (pencegahan awal)/ underlying condition yaitu
pada pre patogenesis,
2) Primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health Prevention dan
general and specific protection ,
3) Secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early
diagnosis and prompt treatment, dissability limitation. Dan
4) Tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu rehabilitation.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Pencegahan tingkat awal (Primordial Prevention)
Primordial Prevention merupakan upaya untuk mempertahankan
kondisi yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan
kondisi kesehatannya yang sudah baik.
Kegiatan pokoknya adalah melakukan pemantapan status kesehatan
(Underlying Condition) dengan tujuan untuk menghindari terbentuknya
pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan
resiko penyakit yang ditujukan untuk mempertahankan kondisi dasar
atau status kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat
mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau faktor resiko.
2) Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
Kegiatan pokoknya yaitu: promosi kesehatan ( Health Prevention )
dan pencegahan khusus ( Spesific Protection ) yang dilakukan dengan
2 cara yaitu: menjauhkan agen untuk dapat kontak atau memapar
pejamu dan menurunkan kepekaan pejamu (host susceptibility).
40. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan sebelum terjadinya penyakit
yang bertujuan untuk mengurangi incidence dengan mengontrol
penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal : penggunaan kondom dan
jarum suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi dll.
3) Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
Kegiatan pokoknya adalah diagnosis awal dan pengobatan tepat (
Early Diagnosis and Prompt Treatment ) dan pembatasan Kecacatan (
Disability Limitation ). Dilakukan dalam fase patogenesis dengan cara
mengetahui perubahan klinik atau fisiologis yang terjadi dalam awal
penyakit (early symptom) atau masih dalam presymptomatic.
Tujuannya adalah untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin dan
untuk mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga diharapkan
menghambat progresivitas penyakit, mencegah komplikasi dan
membatasi kemungkinan kecacatan. Contohnya yaitu dengan
melakukan Screening pada kanker cervik, pengukuran tekanan darah
secara rutin dll.
4) Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
Kegiatan pokoknya adalah rehabilitasi yang bertujuan untuk
mengurangi komplikasi penting pada pengobatan dan membuat
penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Misal
pada rehabilitasi pasien Poliomyelitis, Stroke, kecelakaan dll.
Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat
usia muda dan remaja dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan
kelompok manula. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pencegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi
dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang
dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau factor risiko
dapat berkembang atau memberikan efek patologis.
Faktor-faktor itu tampaknya banyak bersifat sosial atau berhubungan
dengan gaya hidup atau pola makan. Upaya awal terhadap tingkat
pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi
kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari
gangguan kondisi kesehatan yang sudah baik.
d) Tujuan health prevention
Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan
penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan
upaya pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan masalah
kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya
41. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai macam usaha yang dapat dilakukan diantaranya, yaitu :
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala yang dapat dilakukan melalui
puskesmas, klinik, Rumah Sakit maupun dengan melakukan
kunjungan rumah.
2) Pemberian multi vitamin dan mineral serta suplemen kesehatan dapat
diberikan melalui puskesmas, klinik, Rumah Sakit maupun dirumah.
3) Pemeliharaan dan pembinaan kesehatan yang bisa dilakukan melalui
Puskesmas, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit atau dengan Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji (KBIH).
4) Deteksi dini kasus dan faktor resiko (usia lanjut, penyakit degeneratif,
penyakit jiwa dan lain-lain) dilakukan di Puskesmas atau Rumah Sakit
5) Pemberian Imunisasi meningitis dan vaksinasi influenza, thypoid,
pneumonia bisa diberikan di Puskesmas, Klinik atau di Rumah Sakit.
Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan
timbulnya penyakit dikenal dengan istilah Five Level Of Prevention
Against Diseases. Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine
For The Doctor In His Community mengemukakan adanya tiga tingkatan
dalam proses pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit.
Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Fase sebelum sakit
Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut
pencegahan primer (primary prevention). Fase ini ditandai dengan
adanya keseimbangan antara agent (kuman penyakit/ penyebab),
host (pejamu) dan environtment (lingkungan).
2) Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang
disebut pencegahan sekunder (secondary prevention) dan
pencegahan tersier (tertiary prevention). Fase ini dimulai dari pertama
kali seorang terkena sakit yang pada akhirnya memiliki kemungkinan
sembuh atau mati.
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari
terbentuknya pola hidup sosial-ekonomi dan kultural yang mendorong
peningkatan risiko penyakit, upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan
kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung
menunjukan peningkatannya.
Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan
kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang
42. Modul Pelatihan PPIH 2017 9
dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit dengan
melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah
atau mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau
terhadap berbagai penyakit secara umum. Contohnya seperti
memelihara cara makan, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan
lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat risiko yang rendah
terhadap berbagai penyakit tidak menular.
Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar penyakit
tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan.
Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi
antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan
(environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan
penyakit melalui usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor
risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha
peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan)
serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu.
Tujuan Pencegahan tingkat kedua adalah mencegah penyebaran
penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan tujuan
utama dari pengobatan segera adalah untuk mengobati dan
menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan
mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi
terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan
sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha
mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya
cacat serta program rehabilitasi.
Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut,
seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing manis,
tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah
terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu, serta
usaha rehabilitasi.
Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan
penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut.
e) Manfaat health prevention
43. Modul Pelatihan PPIH 2017 10
Pencegahan tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha mencegah
timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi
yang sedang tumbuh untuk tidak melakukan kebiasaan hidup yang dapat
menimbulkan risiko terhadap berbagai penyakit seperti kebiasaan
merokok, minum alkhohol dan sebagainya.
Sehingga dengan upaya pencegahan penyakit (health prevention) ini
maka manfaat yang diharapkan adalah mampu menyelesaikan masalah
kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, khususnya bagi jemaah haji dapat melaksanakan
kegiatan ibadahnya dengan sehat tanpa ada hambatan yang berarti dari
sisi kesehatan serta dapat mencapai haji yang mabrur dan kembali ke
tanah air dengan sehat, selamat dan sejahtera.
f) Teknik health prevention
Usaha pencegahan penyakit tingkat pertama secara garis besarnya dapat
dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan dan usaha
pencegahan khusus. Usaha peningkatan derajat kesehatan (health
Prevention) atau pencegahan umum yakni meningkatkan derajat
kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi
peranan penyebab dan derajat risiko serta meningkatkan lingkungan
yang sehat secara optimal. contohnya memakan makanan yang bergizi
seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk
mencegah terjadinya penyakit misalnya, menghilangkan tempat
berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi
udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit
misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya
nyamuk Aedes atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan
memberikan antibiotik untuk membunuh kuman.
Adapun usaha pencegahan khusus (specific protection) merupakan
usaha yang terutama ditujukan kepada pejamu dan atau pada penyebab
untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko
terhadap penyakit tertentu.
Terdapat dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan primer,
yakni:
(1) Strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan dan
(2) Strategi dengan sasaran hanya terbatas pada kelompok risiko tinggi.
44. Modul Pelatihan PPIH 2017 11
Strategi pertama memiliki sasaran lebih luas sehingga lebih bersifat
radikal, memiliki potensi yang besar pada populasi dan sangat sesuai
untuk sasaran perilaku.
Sedangkan pada strategi kedua, sangat mudah diterapkan secara
individual, motivasi subjek dan pelaksana cukup tinggi serta rasio antara
manfaat dan tingkat risiko cukup baik.
Pencegahan pertama dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat
berupa :
a. Penyuluhan kesehatan yang intensif.
b. Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat.
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap jemaah lanjut usia.
d. Perbaikan perumahan sehat.
e. Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk
memungkinkan pengembangan kesehatan mental maupu sosial.
f. Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi timbulnya suatu penyakit.
g. Perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
Pencegahan tingkat kedua adalah menemukan penderita secara aktif
pada tahap dini.
Kegiatan ini meliputi :
1) Pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu seperti
pegawai negeri, buruh/ pekerja perusahaan tertentu, murid sekolah
dan mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk pemeriksaan
kesehatan bagi calon mahasiswa, calon pegawai, calon tentara serta
bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan kesehatan untuk
kepentingan tertentu ;
2) Penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk
penyakit yang secara klinis belum tampak gejala pada penduduk
secara umum atau pada kelompok risiko tinggi ;
3) Surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan
sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan
tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk
keterangan tentang kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai
menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang
dalam proses patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi
penyakit menular tertentu.
45. Modul Pelatihan PPIH 2017 12
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan suatu Rehabilitasi yaitu
usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal
mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis (seperti pemasangan
protese), rehabilitasi mental (psychorehabilitation) dan rehabilitasi sosial,
sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat yang
produktif dan berdaya guna.
2. Penerapan Health prevention kepada seluruh jemaah haji
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum
jemaah haji jatuh sakit dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang
kini dianut dalam kesehatan masyarakat modern.
Health prevention kepada seluruh jemaah haji terutama ditujukan kepada
hal-hal sebagai berikut yaitu:
1) PHBS
PHBS bagi seluruh jemaah haji merupakan wujud keberdayaan jemaah
haji Indonesia yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Hal
tersebut diwujudkan dengan upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan jemaah haji Indonesia, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian jemaah haji Indonesia dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan jemaah
haji Indonesia dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
PHBS di embarkasi dan debarkasi:
a) Istirahat yang cukup jika sudah tidak ada lagi kegiatan.
b) Menggunakan masker terutama pada saat menderita flu atau batuk.
c) Tidak merokok.
d) Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan
mengupaya kan agar memakan lebih banyak sayur dan buah-buahan
atau meng konsumsi makanan yang sudah disediakan.
e) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, sesuai
dengan jenis sampahnya basah atau kering.
f) Membiasakan untuk menyiram toilet sesudah BAB atau BAK.
g) Membudayakan antri; pada saat pendaftaran ulang, mengambil
makanan, dan penggunaan fasilitas umum seperti bus angkutan, toilet
dan lain-lain.
46. Modul Pelatihan PPIH 2017 13
PHBS di dalam pesawat:
a) Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang atau yang sudah
disediakan di dalam pesawat.
b) Gunakanlah waktu luang yang ada untuk beristirahat (waktu selama
penerbangan berkisar antara 9 – 10 jam)
c) Menggunakan masker yang sudah disediakan terutama bila sedang
flu atau batuk atau bila sedang berada dekat orang sakit.
d) Membiasakan untuk menyiram toilet sesudah BAB atau BAK, dan
mengikuti petunjuk yang tersedia didalam toilet pesawat.
e) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun yang tersedia di dalam
toilet pesawat sebelum dan sesudah beraktifitas didalam pesawat.
f) Tidak merokok didalam pesawat.
g) Ikut menjaga kebersihan lingkungan pesawat dengan membuang
sampah pada tempat yang telah ditentukan, dan tidak meludah atau
membuang reak (dahak) sembarangan, tetapi gunakan tissue atau
kantong muntah yang sudah tersedia.
h) Segera berkonsultasi kepada dokter kloter yang ada di dalam pesawat
bila tubuh merasa kurang sehat atau terasa sakit.
PHBS di bandara (Jedah dan Madinah):
a) Istirahat yang cukup selama menunggu proses imigrasi.
b) Menggunakan masker terutama pada saat menderita flu atau batuk.
c) Tidak merokok.
d) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, sesuai
dengan jenis sampahnya basah atau kering.
e) Membiasakan untuk menyiram toilet sesudah BAB atau BAK.
f) Membudayakan antri; pada saat pengecekan paspor, menerima
pembagian makanan dan minuman, dan penggunaan fasilitas umum
seperti bus angkutan, toilet dan lain-lain.
g) Membiasakan minum air putih selama menunggu di bandara dan
segera memakan makanan yang dibagikan bila ada sesuai dengan
jam kadaluarsanya.
h) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap kali hendak
memakan makanan atau setelah selesai dari toilet.
PHBS di Tanah Suci (Mekah dan Madinah):
a) Membiasakan diri untuk meminum air putih minimal sebanyak 1 gelas
(+ 300 cc) setiap 2 – 3 jam atau minimal 8 gelas dalam sehari
walaupun tidak merasa haus, serta membiasakan membawa air
minum pada saat hendak keluar pondokan.
47. Modul Pelatihan PPIH 2017 14
b) Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara teratur dan
mengupayakan banyak memakan buah dan sayuran serta tidak
menunda waktu makan.
c) Berolahraga secara teratur dengan melakukan senam pernafasan
atau aerobik selama 30 menit setiap harinya.
d) Bagi jemaah haji yang menderita resiko tinggi seperti jemaah haji
yang menderita penyakit DM, Hypertensi, jantung atau lain
sebagainya agar mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
atau menurut petunjuk petugas kesehatan serta mengurangi kegiatan
yang kurang bermanfaat.
e) Menyiapkan dan memakan obat-obatan sesuai dengan anjuran dokter
f) Menggunakan alas kaki bila beraktifitas di luar pondokan.
g) Bagi jemaah haji resti dengan gelang warna merah control ke petugas
kesehatan atau memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari sekali,
gelang warna kuning setiap 3 hari sekali dan gelang hijau setiap 5 hari
sekali. Namun bila ada keluhan segera memeriksakan dirinya ke
dokter kloter.
h) Mempertahankan kondisi fisik dengan cukup istirahat, dan
menggunakan pakaian yang sesuai dengan kondisi lingkungan di
tanah suci, bila cuacanya dingin pergunakan mantel atau jaket namun
bila cuacanya panas bisa menggunakan pakaian terbuat dari bahan
katun yang dapat menyerap keringat.
PHBS pada masa ARMINA (Arafah, Muzdalifah dan Mina):
a) Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, dan mengupayakan
memakan lebih banyak sayur dan buah-buahan atau mengkonsumsi
makanan yang sudah disediakan. Tidak menunda makan dengan
segera memakan makanan yang dibagikan sesuai dengan jam
kadaluarsanya.
b) Tidak membuang ludah / dahak sembarangan, namun dibuang pada
tissue kemudian dibuang ditempat sampah yang sudah disediakan.
c) Istirahat yang cukup jika sudah tidak ada lagi kegiatan.
d) Menggunakan masker yang sudah disediakan terutama pada saat
menderita flu atau batuk atau pada saat berdekatan dengan orang
yang sedang sakit.
e) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, sesuai
dengan jenis sampahnya basah atau kering.
f) Membiasakan untuk menyiram toilet sesudah BAB atau BAK.
g) Membudayakan antri; pada saat pembagian makanan, dan
penggunaan fasilitas umum seperti bus angkutan, toilet dan lain-lain.
h) Menggunakan pelindung kepala yang diperkenankan (seperti payung)
dan penggunaan spray air yang disemprotkan ke wajah atau
48. Modul Pelatihan PPIH 2017 15
lingkungan sejemaah hajir serta menghindari sengatan panas
matahari secara langsung bila sedang keluar tenda.
i) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap kali selesai dari
toilet atau mau memakan makanan.
j) Tidak merokok.
2) Pencegahan heat stroke
Musim haji tahun 2017, suhu udara di Arab Saudi diperkirakan mencapai
40-44 derajat celcius. Suhu setinggi ini akan menyebabkan terjadinya
sengatan panas (heat stroke). Mereka yang terkena heat stroke akan
mengalami suhu tubuh panas, kejang kejang, denyut jantung cepat,
pusing yang berlebihan dan frekuensi napas yang sangat cepat.
“Kondisi ini sering terjadi pada saat terpapar matahari dalam waktu yang
lama. Sebagian besar hal ini terjadi pada saat menunaikan ibadah Armina
(Arofah dan Mina). Apalagi banyak jemaah haji yang sudah lanjut usia,
sehingga lebih rentan terkena dehidrasi. Mereka akan kekurangan cairan
yang berat,” kata Kepala Pusat Haji Kesehatan Kementerian Kesehatan,
DR. Dr. Eka Yusuf Singka MSc, Senin (Berita satu.com 22/5/2017).
Penderita heat stroke memiliki tanda dan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Kenaikan suhu tubuh sampai 40°C atau lebih (demam tinggi).
b. Tidak berkeringat. Jika disebabkan oleh karena suhu lingkungan yang
sangat panas, maka kulit cenderung terasa panas dan kering
c. Kemerahan pada kulit.
d. Pernafasan menjadi cepat dan dalam serta terasa berat.
e. Kesadaran menurun.
f. Denyut jantung semakin cepat.
g. Nadi cepat dan kuat (jantung mencoba memenuhi kebutuhan tubuh)
disusul dengan nadi yang semakin mengecil dan melambat (jantung
sudah tidak kuat lagi)
h. Sakit kepala seperti ditusuk-tusuk
i. Gejala saraf lain, misalnya kejang, tidak sadar, halusinasi
j. Otot bisa terasa kram, lalu selanjutnya terasa lumpuh
Adapun untuk menangani Heat Stroke adalah dengan cara sebagai berikut:
1) Melepaskan pakaian
2) Menurunkan suhu inti (internal) sampal dengan 39°C dengan cara:
a. Gunakan pakaian dingin dan handuk
b. Taruh es pada kulit sambil menyemprot dengan air biasa dilokasi
pembuluh darah besar (pada kepala, leher, ketiak & pangkal paha)
c. Gunakan Selimut Pendingin bila ada.
3) Massage pasien untuk meningkatkan sirkulasi
49. Modul Pelatihan PPIH 2017 16
4) Posisikan kipas angin listrik sehingga menghembus pada pasien
5) Pantau secara konstan suhu, dan tanda tanda vital
6) Berikan oksigen dan pasang infus bila ada
7) Segera rujuk ke unit pelayanan kesehatan terdekat bila kondisi telah
stabil.
Akibat dari heat stroke maka akan menimbulkan:
1) Syok, karena aliran darah yang kurang secara tiba-tiba
2) Kerusakan pada otak dan organ lainnya
3) Kematian.
3) Pencegahan dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi terjadinya kekurangan cairan tubuh
karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan
yang masuk. Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan
berat badan, yaitu dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen
dari berat badan), dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara
5-10 persen dari berat badan), dan dehidrasi berat (jika penurunan cairan
tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan). Selain mengganggu
keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi
bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal
dunia.
Agar tidak terkena dehidrasi, cara pencegahan yang utama adalah
dengan sering-sering minum, minimal lima belas menit sekali. Dan air
yang diminum sebaiknya air putih biasa, bukan teh, kopi, atau minuman
bersoda. Sebab, minuman-minuman ini mengandung kafein yang bersifat
diuresis atau menambah frekuensi kencing. Kalau kencing terus akan
mengakibatkan cairan tubuh juga semakin banyak yang hilang.
Selain itu juga jangan minum minuman yang terlalu manis. Karena kalau
jemaah haji meminum minuman yang terlalu manis akan merangsang
keluarnya hormon insulin yang meningkatkan kadar gula darah. Kalau hal
ini sampai terjadi, maka efeknya justru akan bertambah lemas. Lagi pula,
kalau meminum minuman yang manis-manis, maka akan mengakibatkan
tidak bisa minum banyak karena perut akan terasa kenyang. Sehingga
meski sudah minum, jumlah cairan tubuh yang keluar tetap belum bisa
tergantikan.
Cara pencegahan lain, kalau hendak beraktivitas di luar ruangan, jemaah
haji juga harus memperhatikan pakaian yang dikenakan. Sebaiknya pakai
pakaian yang longgar dan menyerap keringat seperti pakaian yang
50. Modul Pelatihan PPIH 2017 17
terbuat dari katun. Soalnya, pakaian yang menyerap keringat sangat
membantu mengurangi penguapan cairan tubuh.
Bagaimana kalau sudah telanjur terkena dehidrasi?
“Kalau dehidrasinya masih dalam tingkat ringan, banyak-banyaklah
minum. Terutama minum minuman kesehatan yang bisa mengganti ion
tubuh. Tapi kalau sudah tidak bisa minum lagi, apa boleh buat, harus
diinfus”
Maka tindakan yang terbaik adalah mencegah dehidrasi lebih baik dari
pada tiba-tiba lemas akibat kekurangan cairan. Membawa bekal minuman
air putih kemanapun jemaah haji keluar pondokan sebagai persiapan juga
sangat disarankan.
4) Pencegahan Flu burung
Pada manusia flu burung hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3,
H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang:H1-H5 dan N1-
N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung
adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air
sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus
akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3
jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan
yang mengandung iodin.
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang
terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan
hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan
terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari
lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia
dan kedua lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari
kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.
Pencegahan tergadap flu burung dapat dilakukan dengan cara :
1) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
2) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu
burung.
3) Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
4) Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
5) Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
6) Imunisasi.
7) Untuk masyarakat umum: dengan cara menjaga daya tahan tubuh
dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup, serta
mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : dengan memilih
unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada
51. Modul Pelatihan PPIH 2017 18
tubuhnya). Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C
selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama
4,5 menit.
8) Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga
melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan
pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen).
9) Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan
dan keluarganya.
10)Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan
pernafasan.
5) Pencegahan Mers Co V
Virus ini (MersCoV) pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012
di Arab Saudi, virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok virus
Corona dan dapat menimbulkan pneumonia berat akan tetapi berbeda
dari virus MERS CoV. Informasi yang diperoleh dari website Kementrian
Kesehatan RI pada situs websitenya www.depkes.go.id memberitakan
bahwasannya virus ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah
ditemukan sebelumnya.
Pencegahan Mers Co V yang dapat dilakukan adalah:
1) Jika terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan
bagian bawah, seperti halnya: batuk, atau sesak napas dalam kurun
waktu 14 hari sesudah perjalanan ke daerah yang terkait dengan
MERS-Cov , segera periksakan ke dokter.
2) Belum ada vaksin khusus yang dapat mencegah terjadinya penyakit
ini, namun pencegahan tetap dapat dilakukan dengan memperkuat
imunitas tubuh.
3) Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin
dan segera buang tisu tersebut ke tempat sampah.
4) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci.
5) Menghindari kontak erat dengan penderita, menggunakan masker,
menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan dengan
sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit, serta menjaga
sanitasi tubuh dan lingkungan.
6) Tindakan isolasi dan karantina mungkin dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit MERS-CoV.
7) Hindari bepergian ke peternakan unta atau mengkonsumsi produk
yang berasal dari unta.
8) Jagalah keseimbangan gizi diet dan hendalah berolahraga secara
teratur untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh jemaah haji.
52. Modul Pelatihan PPIH 2017 19
9) Rajin-rajin cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan Sabun.
Bila tangan tidak tampak kelihatan kotor gunakan antiseptik.
10)Jemaah haji yang kembali ke tanah air harus diberi saran bahwa jika
mereka mengalami sakit saluran pernapasan akut disertai demam dan
batuk (cukup mengganggu kegiatan sehari-hari) pada periode 2
minggu (14 hari) setelah kembali ke tanah air untuk segera mencari
pengobatan dan memberitahu Pusat Kesehatan Masyarakat
setempat. Jika ada keluhan atau gejala seperti tersebut diatas segera
hubungi petugas kesehatan, baik selama di Arab Saudi maupun
sampai 2 minggu sesudah sampai Indonesia.
6) Pengendalian faktor resiko penyakit
Pengertian dari faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan
gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic
berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya
(beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari faktor
resiko inilah yang kemudian dijadikan dasar penentuan tindakan
pencegahan dan penanggulangan.
Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita
individu dan ditemukan juga pada individu-individu yang lain,bisa dirubah,
ada juga yang tidak bisa dirubah atau tepatnya :
a) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah misalnya umur dan genetik.
b) Faktor resiko yang dapat di rubah misalnya kebiasaan merokok atau
latihan olah raga.
Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang
diderita pada individu dan ditemukan juga secara tidak stabil pada
individu-individu yang lain dalam suatu kelompok masyarakat yaitu:
a) Faktor resiko yang dicurigai yaitu faktor-faktor yang belum
mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian
sebagai faktor resiko Misalnya merokok sebagai penyebab kanker
rahim.
b) Faktor resiko yang telah ditegakkan yaitu faktor resiko yang telah
mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya
sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit.
Misalnya merokok sebagai faktor resiko terjandinya kanker paru.
Faktor resiko juga dapat dilihat dari karakteristik, tanda atau kumpulan
gejala pada penyakit yang diderita pada individu dan individu-individu
lainnya sebagai faktor resiko dalam keadaan angka frekwensi yang kuat
dan lemah. Atau dapat didokumentasikan dengan baik dan
didokumentasikan dengan kurang baik.
53. Modul Pelatihan PPIH 2017 20
Risiko kesakitan akibat penyakit menular meningkat dengan berbagai
pemaparan secara global. Musim haji tahun 2017 ini diperkirakan akan
memasuki musim panas dimana suhu udara diatas rata-rata di Indonesia,
bahkan dapat mencapai suhu diatas 40 oC. Hal ini juga akan menjadi
faktor risiko kesakitan penyakit tidak menular meningkat dan ditambah
dengan peningkatan aktifitas sehari-hari.
7) Pencegahan kekambuhan
Setiap tahun, sekitar 200.000 jemaah haji Indonesia diberangkatkan ke
Tanah Suci Makkah dan Madinah untuk melaksanakan ritual haji. Setiap
kloter biasanya didampingi seorang dokter dan dua orang paramedis
yang bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan selama perjalanan
tersebut. Adapun keluhan atau gejala gangguan kesehatan jemaah haji
yang terbanyak adalah batuk, pilek, yang kadang disertai dengan demam
dan sakit tenggorokan. Ini adalah gejala dari infeksi saluran nafas akut.
Keluhan lainnya berupa sakit otot dan sendi serta lesu dan lelah sebagai
akibat aktivitas fisik (jalan kaki) yang lebih banyak dari biasanya. Setiap
keluhan penyakit, jangan dianggap enteng, karena kondisi lingkungan
saat itu sangat memudahkan terjadi berbagai komplikasi, terutama
infeksi.
Pemakaian masker hidung dan mulut yang telah disediakan panitia haji
sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya infeksi saluran nafas.
Dengan menggunakan masker selama kegiatan ritual haji, dapat
mengurangi risiko infeksi saluran nafas sebesar tiga kali, dibanding
jemaah yang tidak mengenakan masker.
Oleh karena hal tersebut diatas maka perlu dilakukan tindakan-tindakan
pencegahan terhadap kekambuhan penyakit yang diderita oleh jemaah
haji, dan hal tersebut dapat diberikan melalui kegiatan-kegiatan promosi
kesehatan yang dilakukan mulai dari tanah air, diembarkasi selama
diperjalanan , di tanah suci maupun sekembalinya ketanah air.
8) Penyakit-penyakit bawaan dari tanah air.
Tidak sedikit calon jemaah haji yang mengidap lebih dari satu jenis
penyakit, misalnya diabetes disertai dengan hipertensi atau diabetes
disertai obesitas.
Bagi orang yang mengidap Risti Sakit (risiko tinggi sakit), saran-saran di
bawah ini perlu untuk diperhatikan:
1) Memeriksakan kondisi kesehatan secara teratur. Sekalipun kondisi
tubuh tidak bisa dipulihkan karena adanya suatu penyakit namun
paling tidak penyakit tersebut bisa dikendalikan selama mengerjakan
ibadah haji;
54. Modul Pelatihan PPIH 2017 21
2) Pemeriksaan kesehatan pada penderita diabetes melitus (DM)
bertujuan untuk mempertahankan kadar gula normal, yakni kadar gula
darah puasa yaitu 126 mg/dl atau kadar gula darah dua jam setelah
makan yaitu 200 mg/dl. Jika terjadi komplikasi pada pengidap DM,
seperti adanya borok atau luka, maka perlu dirawat di rumah sakit.
Penyakit yang sering menyertai DM adalah hipertensi, gangguan
fungsi ginjal, penyakit jantung koroner, gangguan saraf, luka atau
borok, hiperkolesterol, dan lainnya. Obat yang digunakan setiap orang
untuk mengatasi DM tidak sama. Begitu pula suntikan insulin yang
digunakan harus disesuaikan dengan kondisi tubuhnya. Jangan lupa
segera mengkonsumsi makanan agar setelah penyuntikan insulin
dilakukan jemaah haji tidak menderita hipoglikemia (kadar gula yang
terlalu rendah).
Ciri-ciri hipoglikemia adalah lemas, keringat dingin, gemetar,
gangguan bicara, dan gangguan kesadaran, mulai dari gangguan
kesadaran ringan hingga koma. Apabila gejala-gejala hipoglikemia
terasa maka segeralah minum air gula atau teh manis secukupnya.
3) Jika jemaah haji penderita hipertensi maka diet rendah garam harus
dibiasakan;
4) Penderita penyakit hati akut seperti hepatitis akut harus menjalani
pengobatan terlebih dulu hingga keadaannya membaik. Bila
diperlukan, ia harus menjalani rawat inap; Penderita penyakit hati
kronis harus mengikuti saran dokter yang merawat, baik mengenai
diet, konsumsi obat, aktivitas fisik, dan larangan makanan tertentu;
5) Pengidap penyakit batu empedu dengan atau tanpa infeksi empedu
harus segera dioperasi sebelum berangkat ke Tanah Suci, jika
memang dibutuhkan. Apabila tidak ada indikasi butuh dioperasi,
umumnya pengidap penyakit ini akan diberi obat-obatan untuk
meminimalisir atau menghancurkan batu-batu empedu tersebut. Jika
jemaah haji sering merasa nyeri pada perut akibat batu empedu maka
lebih baik dioperasi agar tidak mengganggu aktivitas ibadah selama di
Tanah Suci;
6) Apabila jemaah haji mengidap penyakit paru-paru kronis maka tentu
perawatan yang serius sangat dibutuhkan. Penderita penyakit paru-
paru akibat infeksi tuberkulosis yang aktif harus berobat secara
intensif agar penyakit tersebut tidak aktif. Apabila sampai waktu
pemberangkatan jemaah haji masih mengidap penyakit tersebut, yang
ditandai adanya kuman tuberkulosis dalam dahak, petugas kesehatan
akan melarang jemaah haji untuk berangkat, sebab dikhawatirkan
menular pada jemaah haji yang lain;
7) Apabila jemaah haji mengidap asma, sesak napas, atau penyakit
paru-paru obstruktif menahun, maka selama masih di Tanah Air
55. Modul Pelatihan PPIH 2017 22
jemaah haji harus mengobatinya sampai sembuh. Hindarilah asap
rokok atau polusi udara. Menggunakan masker, menghindari
kelelahan, beristirahat yang cukup, tidak minum minuman dingin, dan
tidak memaksa diri untuk melakukan ibadah sunnah yang menguras
tenaga dapat membantu jemaah haji meminimalisir penyakit tersebut
kambuh;
8) Jemaah haji yang mengidap penyakit jantung seperti penyakit jantung
koroner, penyakit jantung hipertensi baik dengan gagal ginjal atau
tidak, maka perawatan teratus sebelum berangkat sangat penting.
Aktifitas fisik harus dibatasi, obat-obat jantung harus diminum secara
teratur sesuai dengan petunjuk dokter;
9) Jemaah yang menderita penyakit berisiko tinggi yang lain, seperti
gangguan lambung (maag), gangguan jiwa, gangguan kandungan,
dan tumor, juga harus melakukan pemeriksaan yang lengkap dan
teratur sebelum berangkat ke Tanah Suci. Bekal obat selama
menunaikan haji juga sangat penting, sebab persediaan obat di kloter
atau BPHI tidak mencakup penyakit- penyakit Risti tersebut;
10)Mengikuti anjuran petugas kesehatan kloter maupun TPHI dan TPIHI
baik dalam masalah kesehatan maupun masalah ibadah.
VI. RANGKUMAN
Pencegahan penyakit (health prevention) adalah upaya mengarahkan
sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial
dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang
perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit, dan melindungi
tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya
pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan
penyakit.
Sedangkan penerapan health prevention kepada jemaah haji pada
pelaksanaan PPIH Arab Saudi terutama ditujukan untuk hal-hal sebagai
berikut yaitu : PHBS, Pencegahan heat stroke, dehidrasi, Flu burung,
MersCoV, pengendalian faktor resiko penyakit, pencegahan kekambuhan
dan penyakit-penyakit bawaan dari tanah air.
VII. LATIHAN SOAL
56. Modul Pelatihan PPIH 2017 23
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan health prevention ?
2) Jelaskan ruang lingkup dari health prevention ?
3) Jelaskan tujuan dari health prevention ?
4) Apa manfaat yang didapat dengan melakukan health prevention ?
5) Sebutkan sasaran dari health prevention ?
6) Praktikkan cara melakukan health prevention ?
VIII.DAFTAR PUSTAKA :
1. Hugh R. Leavell and E. Gurney Clark as "the science and art of
preventing disease, prolonging life, and promoting physical and mental
health and efficiency.” Leavell, H. R., & Clark, E. G. (1979).
2. Preventive Medicine for the Doctor in his Community (3rd ed.).
Huntington, NY: Robert E. Krieger Publishing Company.
3. Permenkes No. 62 tahun 2016 tentang penyelenggaraan kesehatan haji
4. MoU Persiapan Haji 1438 H / Ta’limatul Hajj 1438 H
57. Modul Pelatihan PPIH 2017 24
Lampiran
Panduan Role Play
Peserta dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, masing-masing kelompok
menentukan ketua dan sekretaris. Setiap kelompok memainkan skenario
role play yang sudah disediakan. Bila kelompok pertama memainkan
role play maka kelompok kedua bertindak sebagai pengamat, begitu
juga sebaliknya.
Skenario role play :
1) Setelah pelaksanaan pelemparan jamarat selesai pada saat
kepulangan jemaah dari Mina menuju ke Mekah dijumpai seorang
jemaah haji yang mengalami depresi dan stress serta mengamuk
didalam kendaraan bus yang akan membawanya kembali ke
Mekah, mengakibatkan keberangkatan bus tersebut tertunda.
2) Pada saat di Arofah hendak sholat dhuhur, Petugas PPIH sektor
mendadak mendapatkan laporan dari petugas kloter bahwa
terdapat 3 orang jemaah kloternya yang mendadak pingsan tidak
sadarkan diri, dan kejadian itu terjadi pada saat mengantri di toilet
hendak mengambil wudhu.
Panduan Simulasi
Peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, masing-masing kelompok
menentukan ketua dan sekretaris. Setiap kelompok melakukan simulasi
penyuluhan kelompok untuk materi :
1. Pencegahan flu burung.
2. Pengendalian faktor resiko penyakit.
3. Pencegahan kekambuhan.
4. Penyakit-penyakit bawaan dari tanah air.
Bagi peserta yang tidak melakukan simulasi memiliki tugas untuk
mengamati dan memperhatikan kelompok yang melakukan simulasi, dan
pada akhir simulasi memberikan komentar / respon dari simulasi yang
sudah dilakukan.
58. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
GENERAL AND SPECIFIC HEALTH PROTECTION
KEPADA SELURUH JEMAAH HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Upaya pencegahan umum (general protection) yakni meningkatkan
derajat kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal,
mengurangi peranan penyebab dan derajat risiko serta meningkatkan
lingkungan yang sehat secara optimal.
Sedangkan upaya pencegahan khusus (specific protection) merupakan
tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan
proses interaksi bibit penyakit – pejamu – lingkungan dalam tahap pre
patogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena
penyakit tertentu.
Dalam modul ini akan dibahas mengenai perlindungan umum dan
khusus kepada seluruh jemaah haji pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi.
Semoga dengan mempelajari modul ini para pembaca / peserta
pelatihan mampu meningkatkan wawasan dan ketrampilannya dalam
melakukan General and Specific Health Protection kepada seluruh
jemaah haji.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
General and Specific Health Protection kepada seluruh jemaah haji.
B.Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan :
1. Perlindungan umum kepada jemaah haji
2. Perlindungan khusus kepada jemaah haji
59. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Perlindungan umum kepada jemaah haji:
a. Pengertian
b. Jenis-jenis perlindungan
c. Tindakan perlindungan
2. Perlindungan khusus kepada Jemaah haji:
a. Pengertian
b. Jenis-jenis perlindungan
c. Tindakan perlindungan
III. BAHAN BELAJAR
1. Modul General and Specific Health Protection kepada seluruh jemaah
haji.
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 6 jam
pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta,
maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1) Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
60. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang General and
Specific Health Protection kepada seluruh jemaah haji dalam
pelaksanaan PPIH Arab Saudi dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi perlindungan umum dan khusus kepada seluruh
jemaah haji pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi yang disampaikan
dengan menggunakan bahan tayang (slide power point).
2) Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1) Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-
hal yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
2) Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1) Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (2 kelompok)
dan setiap kelompok akan diberikan tugas melakukan role play.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk mempelajari dan
menghayati skenario role play untuk ditampilkan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
diskusi.