1. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FASKES HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi
kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual peribadatan
menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu
menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan
mempertahankannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
pemeriksaan kesehatan jemaah haji baik sebelum keberangkatannya ke
Arab Saudi, selama melakukan ibadah di tanah suci dan selama
kepulangan ke tanah air.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah bagian integral dari
pelayanan kesehatan dalam upaya pencapaian pemerataaan,
jangkauan dan peningkatan mutu pelayanan khususnya tentang
kesehatan gigi dan mulut, baik secara promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Seorang Jemaah haji harus mempunyai kesehatan gigi dan mulut yang
prima, sehingga dia dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, dan
sebagai tenaga kesehatan haji harus dapat melayani kesehatan para
jamaahnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam
Undang undang No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji Pasal 7 (b) disebutkan bahwa Jemaah haji berhak memperoleh
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dalam menjalankan ibadah
haji, yang meliputi : Pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi dan
pelayanan kesehatan yang memadai, baik di tanah air selama di
perjalanan maupun di Saudi Arabia
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut di fasilitas pelayanan kesehatan haji.
2. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mempelajaran materi ini peserta mampu:
1. Memahami konsep pelayanan Kesehatan gigi dan mulut
2. Melakukan tatalaksana pelayanan Kesehatan gigi dan mulut
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok Bahasan 1
Konsep pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut
Sub Pokok bahasan:
a. Persiapan sarana/prasarana
b. Promosi kesehatan gigi dan mulut
c. Kriteria/indikasi rujukan dan alur Rujukan
d. Prosedur pelayanan triase gigi di IGD KKHI
Pokok Bahasan 2
Tata laksana pelayanan Kesehatan gigi dan mulut
Sub Pokok Bahasan
a. Persiapan operasional dental unit dan instrument gigi
b. Persiapan Media Promosi (Metode dan bahan)
c. Mekanisme alur rujukan
d. Pelayanan triase terkait kesehatan gigi dan mulut
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul Pelayanan Kesehatan Gigi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji.
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Panduan role play
4. Penugasan simulasi
3. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 14 jam
pelajaran (T= 4 jpl, P= 10 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk
mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi
seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di
kelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta
dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang Pelayanan
Kesehatan Gigi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji dalam
pelatihan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dengan metode
curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi Konsep Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut dan
Tata Laksana Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang
disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power
point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
4. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok)
dan setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil
diskusi untuk dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
diskusi.
e. Meminta masing-masing kelompok untuk membuat skenario role
play penyuluhan kesehatan gigi untuk ditampilkan di depan
kelas.
f. Mengamati peserta dan melakukan refleksi pada setiap role play
yang dilakukan.
g. Memberikan satu simulasi tentang alur rujukan dalam tata
laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada kesempatan
penugasan.
5. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang
kurang jelas kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub
pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil
diskusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Melakukan role play di depan kelas tentang promosi kesehatan
gigi dan mulut
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok
bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan
presentasi dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum
dimengerti jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi role play yang telah dilakukan oleh peserta.
g. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari
masing–masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan
dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi role play dan simulasi yang sudah
dilakukan sebelumnya.
6. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan
sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil
proses pembelajaran tentang kerja sama tim dalam tatalaksana
pembelajaran
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator
atau secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran kerja
sama tim dalam tatalaksana pembelajaran.
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1.
KONSEP PELAYANAN KESGILUT
SUB POKOK BAHASAN 1.
PERSIAPAN SARANA/PRASARANA
DEFINISI PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perseorangan keluarga, kelompok, dan
ataupun masyarakat. (Levey dan Loomba ,1973).
Tiap pelayanan kesehatan menghasilkan sasaran yang berbeda,
tergantung dari program yang akan dilakukan, bisa untuk perseorangan,
keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat secara umum.
Guna mewujudkan derajat kesehatan bagi jamaah haji, diselenggarakan
7. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan promotif, pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah
satu upaya kesehatan dalam pencegahan penyakit tidak menular
adalah upaya kesehatan gigi dan mulut. Upaya kesehatan gigi dan
mulut ini bertujuan untuk menurunkan insidensi dan prevalensi penyakit
gigi dan mulut sehingga tidak menjadi masalah kesehatan b a g i p a r a
j e m a a h dan tercapainya derajat kesehatan yang optimal sehingga
bisa menjalankan ibadah haji secara maksimal dan prima.
Klinik memberikan layanan medik gigi dasar dan spesialistik terbatas.
Integrasi perawatan gigi dan mulut dari klinik Konservasi Gigi, Radiologi
Kedokteran Gigi, Bedah Mulut, Periodonsia, Penyakit Mulut,
Prostodonsia, Ortodonsia, Kedokteran Gigi Anak, dan Kesehatan Gigi
Masyarakat & Kedokteran Gigi Pencegahan, yang meliputi aspek
pencegahan primer, pencegahan sekunder dan tersier. Klinik juga
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan promosi
kesehatannya yang meliputi pencegahan dan cara penanggulangan dan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut di KKHI diperlukan beberapa
hal antara lain :
a. Persiapan sarana/prasarana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan
tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan,
proyek). Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya, sarana lebih
ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti computer dan mesin-
mesin, misalnya dental unit, sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk
benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung. Sarana dan prasarana
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi di KKHI yaitu fasilitas
8. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
ruangan, peralatan dan dokumen Ruangan.
Fasilitas ruangan terdiri atas ruangan berventilasi, listrik dan air yang
mengalir menjadi komponen yang penting.
Bangunan Klinik terdiri atas:
1. Ruang pendaftaran/ruang tunggu;
2. Ruang konsultasi;
3. Ruang administrasi;
4. Ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang
melaksanakan pelayanan farmasi;
5. Ruang tindakan;
6. Kamar mandi/wc;
7. Peralatan
1. Dental unit dan kompresor
2. Sterilisator/ autoclave.
3.Peralatan yang Digunakan di Dalam Gedung/Poli Gigi
Nomor kode
Nama AlatG-1 Bein lurus besar
G-2 Bein lurus kecil
G-3 Bor gigi, mikromotor dengan straigt, contra angle
Hand Piece, kecepatan
20.000—40.000 RPM (low speed)
G-4 Bor intan (Diamond Bur Assorted) untuk air jet Hand
Piece (high speed)G-5 Bor intan untuk contra angle Hand Piece konvensional
(low speed)G-6 Burniser Besar
G-7 Burniser kecil
G-8 Cairan untuk memeriksa Dental plak (dislosing
solution)G-9 Ekskavator Berujung dua (besar)
G-10 Ekskavator Berujung dua (kecil)
G-11 Gunting operasi gusi (12 cm)
G-12 Jarum semprit air
G-13 Kaca mulut datar no. 4 tanpa tangkai
G-14 Kursi gigi lapangan
G-15 Kursi gigi model tidur, naik turun dengan pompa
injakanG-16 Lempeng kaca pengaduk semen (Glass slab) ukuran
10x7,5x1 cm
9. Modul Pelatihan PPIH 2017 9
G-17 Pelindung jari
G-18 Pemegang matriks (matriks holder)
G-19 Penahan lidah
G-20 Pengaduk amalgam (mortar dan pestle untuk
amalgam)G-21 Penggerus obat
G-22 Penghembus angina
G-23 Pengungkit akar gigi kanan mesial (Cryer mesial)
G-24 Pengungkit akar gigi kiri distal (Cryer distal)
G-25 Penumpat amalgam berujung dua (besar)
G-26 Penumpat amalgam berujung dua (kecil)
G-27 Penumpat plastis
G-28 Penumpat semen berujung dua
G-29 Pinset gigi
G-30 Pita matriks (matriks band) 5 mm x 100 mm
G-31 Rangka bodi, unit gigi dengan landasan tetap
G-32 Seluloid kotak/strip
G-33 Skeler, black kiri dan kanan (type hoe)
G-34 Skeler standar, bentuk bulan sabit (type sickle)
G-35 Skeler standar, bentuk cangkul kanan (type
chisel/mesial)G-36 Skeler standar, bentuk cangkul kiri (type chisel/distal)
G-37 Skeler standar, bentuk tombak (type hook)
G-38 Sonde lengkung (half moon)
G-39 Sonde lurus
G-40 Spatula pengaduk semen
G-41 Spatula pengaduk silikat
G-42 Tang pemotong tulang untuk anak (knable tang) 15 cm
G-43 Tang pencabut akar gigi atas bentuk bayonet
G-44 Tang pencabut akar gigi bawah untuk anak
G-45 Tang pencabut akar gigi depan atas
10. Modul Pelatihan PPIH 2017 10
G-46 Tang pencabut gigi geraham atas anak
G-47 Tang pencabut gigi geraham atas kanan
G-48 Tang pencabut gigi geraham atas kiri
G-49 Tang pencabut gigi bawah anak
G-50 Tang pencabut gigi besar bawah
G-51 Tang pencabut gigi kecil atas
G-52 Tang pencabut gigi kecil dan taring bawah
G-53 Tang pencabut gigi terakhir atas
G-54 Tang pencabut gigi terakhir bawah
G-55 Tang pencabut gigi seri dan sisa akar bawah
G-56 Tang pencabut gigi seri dan taring atas anak
G-57 Tang pencabut gigi seri dan taring atas
G-58 Tang pencabut gigi seri dan taring bawah anak
G-59 Tangkai untuk kaca mulut
G-60 Tempat alat gigi
G-61 Tempat alcohol (dappen glas)
G-62 Art set terdiri dari:
• Pinset dental
• Sonde half moon
• Kaca mulut datar no. 5
• Hatchet
• Spoon excavator small
• Spoon excavator medium
- Spoon excavator large
- Double ended applier and carver
- Spatula plastic
- Batu asah
G-63 Tang pencabut sisa akar bawah
11. Modul Pelatihan PPIH 2017 11
G-64 Chair mounted unit
terdiri dari:
o Kursi
• Up Down movement
• Reclining
• Head rest
o Lampu halogen tanpa bayangan 12v dan 55v
o Cuspidor unit
• Spiton bowl +bown flush
• Water cup Filler
• Saliva ejector
- TraTransparant water tank (1000 cc)
4. Meja instrument:
- Air turbin hand piece 400.000 RPM
- Air motor 20.000 RPM dengan straight dan centre
angle hand
- Triple syringe
- Waste Recetache
- Food controller untuk hand piece
Bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
- Kapas
- Kain kasa
- Larutan anestesi lokal
- Larutan Povidone Iodine
- Alkohol
- Bahan untuk sterilisasi
Non medis
- Kursi
- Meja
- Lemari
Dokumen
- Inventaris alat
- Catatan bahan habis pakai
- Register pendaftaran pasien
- Catatan pemeriksaan dan pengobatan pasien
b. Promosi kesehatan gigi dan mulut
Penyakit gigi dan mulut banyak dialami oleh Jemaah haji.
12. Modul Pelatihan PPIH 2017 12
Dokter gigi sebagai petugas kesehatan haji berperan sebagai
health educator di KKHI. Promosi kesehatan dengan metode
ceramah dan demonstrasi disertai dengan alat peraga
merupakan salah satu langkah dalam menyampaikan
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut serta ketrampilan
komunikasi verbal dan non verbal kepada para Jemaah. Alat
peraga bisa berupa berbagai macam poster, dan beberapa
jenis model gigi, sehingga Jemaah melihat peragaan dan
mendengar secara langsung, melibatkan visual dengan indera
penglihatan dan pendengaran melalui symbol symbol yang
disampaikan. Metode penyampain yang paling sering
digunakan oleh petugas adalah ceramah dengan pertimbangan
keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan sarana. Metode
ceramah mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode
lain, Karena petugas dapat secara langsung diperhatikan dan
diyakini bahkan ditiru oleh Jemaah, sehingga dapat lebih
memberikan / mempengaruhi keyakinan, kepercayaan dan
bahkan emosi para jemah. Keyakian, kepercayaan dan emosi
seseorang dapat menjadi dasar terbentuknya sikap. Retensi
akan bertahan lama jika informasi yang diberikan berulang-
ulang. Upaya penguatan berupa penyegaran materi promosi
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan yang diharapkan akan mampu
mempertahankan hasil suatu kegiatan promosi kesehatan.
Seperti yang disebutkan dalam teori bahwa Promosi
Kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan
masyarakat (jamaah) dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka (Piagam Ottawa)
Suatu program perubahan perilaku bukan hanya perubahan
perilakunya saja tetapi juga perubahan lingkungannya.
13. Modul Pelatihan PPIH 2017 13
Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan tersebut diperlukan
upaya-upaya disebut : “Misi Promosi Kesehatan” yang terdiri
dari :
1. Advokat: meyakinkan para pejabat / penentu kebijakan
bahwa program kesehatan yang dijalankan penting.
2. Menjembatani: Bahwa antara sektor kesehatan dengan
sektor yang lain sebagai mitra.
3. Memampukan: Sesuai dengan visi kesehatan mau dan
mampu memelihara kesehatannya, maka misi utamanya
adalah memampukan.
Menurut Pintauli (2008) kesehatan gigi sangat penting, maka
sikap kemandirian masyarakat perlu didorong terus-
menerus melalui berbagai upaya dan kegiatan untuk
meningkatkan kesehatan yang berkesinambungan. Upaya
itu tidak saja oleh pihak organisasi profesi tetapi akan lebih
baik jika melibatkan pihak-pihak lain yang mempunyai
kompetensi dan kepentingan yang sama untuk
meningkatkan upaya peningkatan dan pencegahan
sehingga pada akhirnya dapat tercapai derajat kesehatan
gigi dan mulut yang optimal.
Sikap mengenai kesehatan gigi terdiri dari tiga komponen
pokok
yaitu :
1) Kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu objek.
Misalnya seorang jamaah berkeyakinan bahwa radang
gusi pada dapat dicegah dengan menggosok gigi secara
teratur, maka jamaah akan berusaha keras untuk
menggosok gigi dengan teratur.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional.
Misalnya pengalaman bahwa gigi berlubang walau sudah
14. Modul Pelatihan PPIH 2017 14
ditambal dokter gigi masih juga sakit, tetapi setelah
dicabut tidak lagi ada keluhan, membuat seseorang
menolak menambal gigi tetapi meminta langsung
dicabut jika ada gigi yang berlubang.
3) Kecenderungan untuk bertindak.
Misalnya seorang jamaah tahu jika gusi berdarah
disebabkan oleh kekurangan vitamin C maka jamaah akan
minum vitamin C sehingga terpenuhi kebutuhan vitamin C
Sikap tentang kesehatan gigi dibagi menjadi empat tingkatan
yaitu:
1. Menerima
Artinya seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya, para jamaah diminta
agar memperhatikan petugas cara mengajari menggosok
gigi yang benar sehingga para jamaah dapat
menerimanya.
2. Merespon
Suatu indikasi sikap pada tingkat kedua, yaitu kemampuan
untuk memberikan jawaban (baik jawaban benar maupun
salah) bila ditanya, dikerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan. Misalnya, seorang jamaah yang telah
diberi pendidikan mengenai cara menggosok gigi, dan
sewaktu ditanya jamaah tersebut akan berusaha
menjawab bagaimana cara menggosok gigi dengan benar.
3. Menghargai
Suatu indikasi sikap pada tingkat ketiga yaitu kemampuan
untuk mengajak orang lain mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah. Misalnya, mengajak
orang lain berdiskusi tentang gusi berdarah, sebab dan
akibatnya, serta upaya pencegahannya.
4. Bertanggung jawab
Suatu indikasi sikap pada tingkat keempat yaitu,
15. Modul Pelatihan PPIH 2017 15
kemampuan untuk bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilih dengan segala konsekuensinya.
Misalnya, memilih berobat ke dokter gigi dengan
konsekuensi harus dating ke KKHI bila dibanding
mengobati sendiri.
c. Kriteria/indikasi rujukan dan alur Rujukan
Sistem Rujukan
Adapun yang dimaksud dengan sistem rujukan di Indonesia,
seperti yang telah dirumuskan dalam SK Mentri Kesehatan RI
no. 32 tahun 1972 ialah suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit
atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit
yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu
atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
Macam rujukan yang berlaku d Iindonesia telah pula
ditentukan. Sistem kesehatan nasional membedakannya atas
dua macam yakni:
1. Rujukan kesehatan
Rujukan ini di kaitkan dengan upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian
rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kesehatan masyarakat. Rujukan kesehatan dibedakan atas 3
macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional.
2. Rujukan medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikin
rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kedokteran.
16. Modul Pelatihan PPIH 2017 16
Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini
dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita,
pengetahuan dan bahan-bahan pemeriksaan.
Apabila sistem rujukan ini dapat terlaksana, dapatlah
diharapkan terciptannya pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dan terpadu. Beberapa manfaat juga akan
diperoleh yang jika ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan
kesehatan terlihat sebagai berikut :
1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu
kebijakan kesehatan, manfaat yang akan diperoleh antara
lain :
a. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran
pada setiap sarana kesehatan.
b. Memperjelas system pelayanan kesehatan, karena
terdapat
hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan
yang tersedia.
c. Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada
aspek perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa
pelayanan mamfaat yang akan diperoleh antara lain :
a. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang.
b. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi
dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan. Jika ditinjau dari sudut kalangan
17. Modul Pelatihan PPIH 2017 17
kesehatan sebagai penyelenggara kesehatan manfaat
yang akan di peroleh antara lain :
a. Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan
berbagai akibat positif lainnya seperti semgangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
b. Membantu peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin.
c. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena
setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan
kewajiban tertentu.
Alur rujukan
d. Prosedur pelayanan triase gigi di IGD KKHI
IGD ( Instalasi Gawat Darurat ) maupun Emergency Room.
Adalah sebuah unit yang melayani pasien dalam kondisi gawat
darurat berdasarkan Triage ( Triase ) yang ditentukan oleh
dokter UGD. Sedangkan Triage adalah sebuah tindakan
pengelompokan pasien berdasarkan berat ringannya kasus,
harapan hidup dan tingkat keberhasilan yang akan dicapai
sesuai dengan standar pelayanan UGD yang dimiliki. Triage
dilakukan hanya dalam waktu 60 detik tanpa intervensi tindakan
apapun. Awal mula Sistem Triage digunakan oleh seorang
dokter Militer bernama Dominique Jean Larrey . Triage sendiri
berasal dari bahasa Perancis trier yakni seleksi berdasar
prioritas kegawat daruratan kondisi seeorang yang
membutuhkan bantuan medis. Mengapa perlu dilakukan Triage
dan apa sebabnya di UGD tidak berlaku sistem antrian seperti di
poliklinik rawat jalan?
Setiap Unit Gawat Darurat selalu mengupayakan efisiensi dan
efektifitas pelayanan. Sedapat mungkin mereka berupaya
menyelamatkan sebanyak - banyaknya dalam waktu sesingkat
18. Modul Pelatihan PPIH 2017 18
singkatnya bila ada kondisi pasien dengan kegawat daruratan
medis datang berobat ke UGD. Dengan demikian sumber daya
manusia dan sarana di UGD sangat menentukan keberhasilan
pelayanan kepada pasien. Di Poliklinik pada umumnya pasien
yang datang adalah pasien dengan keluhan yang berulang
maupun keluhan yang masih dapat ditunda. Sangat jarang
pasien dengan kecelakaan dan bencana alam atau serangan
jantung dan stroke di bawa ke poliklinik. Kendati ada kasus
gawat darurat seringkali diarahkan ke UGD untuk segera
mendapat bantuan agar tidak tertunda dalam antrian panjang
pelayanan poliklinik. Sumber daya manusia sangat memegang
peran penting untuk tercapainya kepuasan para pasien di UGD.
Dokter dan paramedis yang bertugas di UGD dituntut untuk
dapat melakukan triase secepat dan setepat mungkin. Ilmu
teoritis dan pengalaman sangat penting bagi petugas UGD, agar
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan saat triase.
Triase dikelompokan dalam beberapa macam dengan cara
tanda berikut: pasien dengan tanda status merah berarti
membutuhkan pertolongan darurat dan cepat, tanda kuning
berarti pelayanan dapat ditunda, tanda hijau pasien tidak dalam
kondisi gawat darurat dan dapat ditunda. Sedangkan tanda
hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia
harapan hidup sangat tipis. Ruang UGD atau instalasi rawat
darurat erat kaitannya dengan keberadaan ambulance yang
mengirim pasien. Pada kasus kasus kecelakaan dan serangan
jantung maupun stroke sudah dapat dipastikan Ambulance yang
lebih banyak membawa pasien dengan kategori merah. Maka
dari itu ketika pasien yang datang terlebih dahulu dengan kasus
tergolong kondisi triase kelompok hijau kadang terpaksa ditunda
pelayanannya untuk segera mendahulukan kasus kecelakaan
misalnya luka bakar, kecelakaan, stroke dan serangan jantung.
19. Modul Pelatihan PPIH 2017 19
Lebih jelasnya dapat kita beri contoh misalkan pada pasien label
merah adalah pasien dengan keadaan gawat darurat
kecelakaan, patah tulang, perdarahan otak dan luka bakar atau
pasien dengan serangan hipertensi stroke, kegagalan fungsi
jantung dan gagal nafas, tidak sadar. Sedangkan pada pasien
dengan label kuning adalah pasien misalnya dengan penyakit
infeksi luka ringan, usus buntu, patah tulang, luka bakar ringan.
Pasien yang mendapat label hijau adalah pasien dengan kondisi
kesehatan yang masih dapat ditunda pelayanan, misalkan
benturan memar di permukaan kulit, luka lecet, tertusuk duri,
dan demam ringan, radang lambung. Pasien dengan tanda
triage hitam adalah pasien yang tidak memungkinkan memiliki
harapan hidup kendati dilakukan tindakan medis. Misalnya
pasien dengan kondisi kerusakan berat dari seluruh organ
penting tubuh, misalnya akibat kecelakaan, bencana alam dan
luka bakar. Seorang petugas kesehatan di ruang Unit gawat
darurat harus peka menggunakan kemampuan mata, telinga,
indra peraba lebih peka, tanggap situasi, cepat dan tepat dalam
menilai perubahan mendadak pasien yang berada di UGD,
sewaktu - waktu kondisi status triage bisa berubah.
Menunjang kelancaran pelayanan UGD tak kalah penting
adalah kesigapan petugas Ambulance selama dalam perjalanan
dari menjemput pasien hingga ke rumah sakit untuk mendapat
pelayanan Unit Gawat darurat. Dalam perjalanan petugas UGD
yang menjemput juga sudah melakukan triage dalam perjalanan
dan melakukan koordinasi pada petugas UGD yang siap
menyambut kedatangan ambulance untuk penanganan lebih
lanjut.
20. Modul Pelatihan PPIH 2017 20
POKOK BAHASAN 2
MELAKUKAN TATALAKSANA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT
SUB POKOK BAHASAN 1.
TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT:
a. Persiapan operasional dental unit dan instrument gigi
Setiap kasus dikerjakan oleh Dokter Gigi yang profesional sehingga
pelaksanaannya mengarah kepada pelayanan kesehatan gigi yang ideal
sesuai dengan standar pelayanan. Dokter Gigi menggunakan dental unit
sehingga dapat melakukan tindakan perawatan kepada pasien dengan
tepat waktu dan lancar.
Tersedianya dental material yang lengkap,tersedianya alat-alat kedokteran
gigi yang lengkap, menggunakan pendingin ruangan (AC), peralatan
medis dijamin steril karena mempunyai sterilisator yang lengkap.
(1) Dental Unit
Dental unit merupakan sarana utama bagi dokter gigi yang perlu ada
agar dapat bekerja, secara umum bentuknya hampir sama hanya
kelengkapannya saja yang berbeda-beda.
Bagian utama dari dental unit adalah kursi giginya, saat ini yang
sedang mode dan dianggap sesuai dengan persyaratan adalah model
pasien tidur dan bukan model pasien duduk seperti dental unit tempo
dulu yang serupa dengan kursi tukang cukur zaman Belanda. Ada dua
kemampuan standar dari kursi gigi ini yaitu bisa dinaik-turunkan tempat
duduknya dan bisa direbah-berdirikan sandaran-nya. Bagian kedua
adalah perlengkapan intrumennya yang biasanya terletak dekat meja
tempat alat (bracket table), dental unit paling sederhana umumnya
hanya memiliki pemutar handpiece, semprotan angin, tempat gelas
dan kumur pasien (spittoon unit), serta sebuah lampu sorot. Dental unit
yang paling lengkap dilengkapi dengan semprotan angin, handpiece
untuk low dan hight speed, ultrasonic scaler, light curing unit, saliva
ejector, vacuum valve, tempat membaca foto rongent (intra oral film
21. Modul Pelatihan PPIH 2017 21
viewer), tempat gelas dan tempat pasien (spittoon unit), dan lampu
sorot.
Dental unit lama biasanya mengunakan listrik sebagai tenaga
pengerak sedangkan dental unit masa kini hampir semuanya
mengunakan tekanan udara sebagai tenaga pengerak, itulah sebabnya
kompresor merupakan alat ikutan yang selalu menyertai setiap dental
unit, pada beberapa dental unit ada yang tidak perlu dilengkapi
kompresor tapi cukup dengan gas dalam tabung saja seperti yang
dipakai tukang las. Perlengkapan penyerta lainnya adalah operating
stool yaitu kursi tempat duduk dokter gigi yang umumnya memiliki
kemampuan memutar dan naik turun.
(2) Instrument gigi
Alat alat kedokteran gigi terbagi menjadi beberapa alat yaitu :
1. Alat Oral Diagnostik
a.Kaca Mulut/Mouthmirror/Spiegel
Ciri-Ciri :
Alat yang tangkainya dari logam / non logam dengan diujungnya
terdapat kaca berbentuk bulat.
Macam permukaan kaca :
– datar
– cembung Diameter kaca ada beberapa macam mulai dari nomor 3
sampai
nomor 6.
Kegunaan :
-Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung mata
-Membantu memperluas daerah pekerjaan yaitu dengan menahan pipi,
lidah dan ,bibir.
-Mengetahui adanya debris, karang gigi, lubang gigi.
-Melihat hasil preparasi, tumpatan.
-Melihat kelainan di dalam rongga mulut, lidah, gusi, palatum.
Pemeliharaan :
Setelah selesai dipakai, cuci bersih dan sterilkan.
22. Modul Pelatihan PPIH 2017 22
Disimpan/digunakan sesuai dengan fungsinya
Bila kaca pecah/sdh buram kaca baru dpt diganti tanpa
mengganti handle baru.
b. Pinset (Dental Pinset)
Ciri-Ciri :
Alat penjepit dari stainless steel dengan ujung jepitan
melengkung/membentuk sudut.
Kegunaan :
Untuk menjepit kapas, kasa, tampon, cotton roll, cotton pellet, mata bur
gigi.
Pemeliharaan :
Setelah selesai dipakai dicuci bersih dan disterilkan. Disimpan
c. Sonde / Probe / Explorer
Ciri-Ciri :
-Alat dari stainless steel/logam dengan bagian ujung yang runcing.
-Ujung yang runcing hanya pada satu sisi ( single end atau di kedua sisi
/ double end ).
-Macam :
Sonde bengkok/melengkung ½ lingkaran.
Sonde lurus
Kegunaan :
- Mencari caries & mengukur kedalamannya
- Memeriksa adanya debris dan calculus.
- Memeriksa adanya ferforasi atap pulpa.
- Tankainya bisa untuk tes perkusi
- Mengetahui tumpatan atau tepi tumpatan sudah rata/belum.
Pemeliharaan :
Setelah selesai dipakai dicuci bersih dan disterilkan.Disimpan
d. Excavator
Ciri-Ciri :
-Alat dari stainlees steel dengan bagian ujungnya menyerupai sendok
kecil.
23. Modul Pelatihan PPIH 2017 23
-Bentuk ujungnya mempunyai berbagai ukuran, mulai dari nomor nol s/d
no. 6.
Kegunaan :
-Membersihkan jaringan karies yang lunak dan kotoran- kotorannya atau
sisa makanan -yang terdapat di dalam kavitas.
-Membongkaran tumpatan sementara.
-Mengambil kelebihan fletcher, cement, amalgam.
e. Alat Dental Rontgen Foto
Ciri-Ciri :
Peralatan foto jaringan keras dengan penggunaan sinar rontgen.
Kegunaan :
Untuk melihat gigi dan kelainan jaringan pendukung gigi.
Pemeliharaan :
Dimainkan dari sumber listrik.
f. Vitalitester
Ciri-Ciri :
Alat yang menggunakan aliran listrik yang akan menimbulkan reaksi
pulpa.
Kegunaan :
Untuk viitalitas pulpa
Pemeliharaan :
Dimainkan dari sumber listrik.
g. Water Syringe
Ciri-Ciri :
Terdiri dari 4 Bagian :
1.Penghisap
2.Badan
3. Belakang
4. Per
Kegunaan :
Utk Membersihkan Caries Waktu Melakukan Pemeriksaan Gigi/Setelah
Preprarasi Gigi
24. Modul Pelatihan PPIH 2017 24
Pemeliharaan :
Selesai dipakai ujungnya dilepas dibersihkan dan disterilkan
2. Alat-Alat Perlindungan Khusus
a. Periodontal Probe
Ciri-Ciri :
– Terbuat dari stainless steel
– berbentuk sperti sonde lurus dengan garis
Kegunaan :
– Untuk mengukur dalamnya saku gusi (gingiva pocket)
Pemeliharaan
– Dicuci bersih dan disterilkan.
– Kalau sudah tumpul/rusak maka dapat dibentuk kembali dengan
diasah.
b. Scaler
Ciri-Ciri :
– Terbuat dari stainless steel
– Bentuknya bermacam-macam, sesuai dengan kegunaannya
Kegunaan :
– Untuk membersihkan karang gigi
Pemeliharaan :
– Dicuci bersih dan disterilkan.
– Kalau sudah tumpul/rusak maka dapat dibentuk kembali dengan
diasah.
c. Hoe Scaler
Ciri-Ciri :
– Bentuknya seperti cangkul
Kegunaan :
– Untuk meratakan permukaan akar, sehinggabebas dari karang gigi.
Pemeliharaan
– Dicuci bersih dan disterilkan.
– Kalau sudah tumpul/rusak maka dapat dibentuk kembali dengan diasah.
d.Chisel Scaler
25. Modul Pelatihan PPIH 2017 25
Ciri-Ciri :
– Bentuknya sperti pahat
Kegunaan :
– Untuk membersihkan karang gigi pada permukaan proximal gigi anterior.
Pemeliharaan
– Dicuci bersih dan disterilkan.
– Kalau sudah tumpul/rusak maka dapat dibentuk kembali dengan diasah.
e. File Scaler
Ciri-Ciri :
– Bentuknya seperti kikir.
Kegunaan :
– Alat ini jarang dipakai, karena bisa menyebabkan permukaan gigi
menjadi rata.
Pemeliharaan
– Dicuci bersih dan disterilkan.
– Kalau sudah tumpul/rusak maka dapat dibentuk kembali dengan diasah.
f. Sickle Scaler
Ciri-Ciri :
– Bentuknya seperti bulan sabit.
Kegunaan :
– Untuk mengambil supra/sub gingival calculus pada interdental space.
Pemeliharaan :
– Dicuci bersih dan disterilkan.
– Kalau sudah tumpul/rusak maka dapat dibentuk kembali dengan diasah.
g. Curret Scaler
Ciri-Ciri :
– Bentuknya seperti sendok.
Kegunaan :
– Untuk mengambil sub gingival calculus, jaringan cementum dan jaringan
lunak dari dinding pocket.
Pemeliharaan :
– Dicuci bersih dan disterilkan.
26. Modul Pelatihan PPIH 2017 26
– Kalau sudah tumpul/rusak maka dapat dibentuk kembali dengan diasah.
3. Cavitron / Super Sonic Scaler
Ciri-Ciri :
– Suatu alat yang dipakai untuk membersihkan karang gigi yang
dijalankan dengan listrik/ultrasonic.
– Bagian ujung dari alat ini dapat diganti-ganti disesuaikan dengan
bentuk yang kita butuhkan
– Pada bagian ujung dari alat ini ada lubang yang gunanya untuk
mengeluarkan air ketika dipakai, maksudnya supaya tidak menjadi
panas.
Kegunaan :
– Ujung yang tipis dipakai untuk bagian approximal
– Ujung yang permukaannya lebar, dipakai untuk bagian buccal.
– Untuk membersihkan karang gigi, baik sub maupun supra gingival
calculus serta debris dan stain.
Pemeliharaan :
– Ujung yang bisa dilepas dicuci bersih, kemudian disterilkan.
– Sehabis dipakai bersihkan instrument.
– Bila terjadi sumbatan pada tip, bersihkan dengan clening wire.
b. Persiapan Media Promosi (Metode dan bahan)
1. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan
sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat,
didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi
dan penyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan adalah
semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi
yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media
cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dan lain-lain) dan media luar
ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif
terhadap kesehatannya.
27. Modul Pelatihan PPIH 2017 27
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo,
2005) :
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan
mata.
g. Memperlancar komunikasi.
2. Jenis Media Promosi Kesehatan
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)
1) Bahan bacaan : Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet,
majalah, buletin, dan sebagainya.
2) Bahan peragaan : Poster tunggal, poster seri, plipchart,
tranparan, slide, film, dan seterusnya.
b. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan
dikelompokkan menjadi:
1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.
Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan
menghibur. Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet,
brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.
• Kelebihan media cetak diantaranya adalah :
a) Tahan lama,
b) Mencakup banyak orang,
c) Biaya tidak tinggi,
d) Tidak perlu listrik,
e) Dapat dibawa ke mana-mana,
f) Dapat mengungkit rasa keindahan,
g) Meningkatkan gairah belajar.
28. Modul Pelatihan PPIH 2017 28
• Kelemahan media cetak yaitu :
a) Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek
gerak,
b) Mudah terlipat (Notoatmodjo, 2005).
2) Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis,
dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya
melalui alat bantu elektronika
Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film,
video film, cassete, CD, VCD.
• Kelebihan media elektronika diantaranya :
a) Sudah dikenal masyarakat,
b) Mengikutsertakan semua panca indra,
c) Lebih mudah dipahami,
d) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak,
e) Bertatap muka,
f) Penyajian dapat dikendalikan,
g) Jangkauan relatif lebih besar,
h) Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
• Kelemahan media elektronika diantaranya :
a) Biaya lebih tinggi
b) Sedikit rumit
c) Perlu listrik
d) Perlu alat canggih untuk produksinya dan persiapan
matang
e) Peralatan selalu berkembang dan berubah serta perlu
keterampilan penyimpanan
f) Perlu terampil dalam pengoperasian (Notoatmodjo,
2005).
Dibawah ini diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan
individual dan kelompok.
1. Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual
29. Modul Pelatihan PPIH 2017 29
ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang
yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar
petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya
maka perlu menggunakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara jamaah dan petugas lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi oleh jamaah dapat dikorek dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya jamaah akan dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dnegan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan
jamaah untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan,
untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat. Apalagi belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam
lagi.
2.Metoda kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya
kelompok jamaah serta tingkat pendidikan formal dari jamaah.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok
kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya
sasaran pendidikan.
1. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila pserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
30. Modul Pelatihan PPIH 2017 30
kelompok besar ini, antara lain ceramah Metode ini baik untuk
sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal uang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
Persiapan:
· Ceramah yang berhasil apabila petugas itu sendiri menguasai
materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu petugas harus
mempersiapkan diri.
· Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik
lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema.
· Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah
singkat,
slide, transparan, sound sistem, poster poster, model gigi dan
sebagainya.
Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila petugas
dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran
(dalam arti psikologis), petugas dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
· Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap
ragu-ragu
dan gelisah.
· Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
· Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
· Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
· Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
2. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil
antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat
31. Modul Pelatihan PPIH 2017 31
bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para
jamaah diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-
hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam
bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di
antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih
tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang
sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan
atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi
diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan
dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari
salah seorang peserta.
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya,
pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau
tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota
dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.
Bahan – bahan promosi kesehatan gigi dan mulut bisa
menggunakan media cetak dan media elektronik. Untuk media
cetak, petugas haji bisa menggunakan poster, leaflet, brosur,
majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.
Sedangkan media elektronik petugas dapat memutar film film
32. Modul Pelatihan PPIH 2017 32
tentang penyuluhan kesehatan gigi, seperti : cara menggosok gigi
yang benar, makanan yang dapat merusak gigi, makanan yang
menyehatkan gigi, proses terjadinya caries gigi, proses terjadinya
gingivitis, petunjuk flossing gigi, dan lain sebagainya.
Contoh- contoh poster antara lain :
33. Modul Pelatihan PPIH 2017 33
c. Mekanisme alur rujukan
Mekanisme alur rujukan, apabila terdapat kedaruratan yang
mengharuskan pasien perlu di rujuk
d. Pelayanan triase terkait kesehatan gigi dan mulut
e. Tatalaksana rujukan (persiapan, pelaksanaan, evaluasi)
34. Modul Pelatihan PPIH 2017 34
IV. RANGKUMAN
Klinik Kesehatan Haji Indonesia diharapkan dapat melaksanakan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada seluruh jemaah haji agar
kesehatan gigi dan mulutnya menjadi baik. A p a b i la b a ik
ke se h a t a n n ya i b a d a h h a j i d a p a t d ila ksa n a ka n d e n ga n
se m p u rn a . Selain itu juga menjadi harapan bersama agar para
jemaah mempunyai kepedulian akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut sebagai bagian dari kesehatan secara utuh. Petugas kesehatan
harus berusaha melakukan pelayanan secara promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dalam menunjang terselenggaranya pelaksanaan
ibadah haji yang sempurna.
V. DAFTAR PUSTAKA / REFERENSI
1. Undang undang No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji
2. Azrul azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi kedua
Jakarta: PT. Binariya Aksara, 1988.
3. Wijono, Djoko, 1999., Manajemen Mutu pelayanan Kesehatan –
Teori, Strategi dan Aplikasi, Airlangga University Press, Surabaya
4. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.3.2.2014:85-100
5. Departemen Kesehatan RI, Rifaskes Indonesia Tahun 2011.
Laporan Hasil Riset Fasilitas Kesehatan, Jakarta, 2012
6. https://dseptiriana.wordpress.com/alat-alat-kedokteran-gigi/
7. Tjahyowati, S Prawitasari, E.Y, Pramono, D (1997) Metode Alternatif
Pendidikan Kesehatan bagi Kader Posyandu. Berita Kedokteran
Masysrakat XIII (3), 1997
8. http://www.kompasiana.com/bidancare/pelayanan-pasien-dengan-
sistem-triage-di-unit-gawat-darurat_5517be5081331103699de35a
9. https://dentistrymolar.wordpress.com/2010/07/09/memilih-dental-
unit/
35. Modul Pelatihan PPIH 2017 35
VI. LATIHAN SOAL
1. Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di KKHI menurunkan tingkat…..
a. Insidensi dan prevalensi penyakit gigi dan mulut JH
b. Kunjungan JH ke Poli Gigi
c. Rujukan
d. Keberhasilan JH
Upaya kesehatan gigi dan mulut ini bertujuan untuk menurunkan
insidensi dan prevalensi penyakit gigi dan mulut sehingga tidak menjadi
masalah kesehatan b a g i p a r a j e m a a h dan tercapainya derajat
kesehatan yang optimal sehingga bisa menjalankan ibadah haji secara
maksimal dan prima.
2. Visi promosi kesehatan tersebut diperlukan upaya-upaya disebut : “Misi
Promosi Kesehatan” yang terdiri dari :
a. Advokat, Pembelajar, Pemberani.
b. Advokat, Ramah, Sehati
c. Advokat, Menjembatani, Memampukan
d. Advokat, melayani, Memutuskan
Jawaban : c
Visi Promosi Kesehatan :
1. Advokat: meyakinkan para pejabat / penentu kebijakan bahwa
program kesehatan yang dijalankan penting.
2. Menjembatani: Bahwa antara sektor kesehatan dengan sektor yang
lain sebagai mitra.
3. Memampukan: Sesuai dengan visi kesehatan mau dan
mampu memelihara kesehatannya, maka misi utamanya adalah
memampukan.
3. Apa yang dimaksud dengan Triage di UGD:
36. Modul Pelatihan PPIH 2017 36
a. Triage adalah sebuah tindakan pengelompokan pasien
berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat
keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan
UGD yang dimiliki.
b. Triage adalah sebuah tindakan untuk melihat tingkat keberhasilan yang
akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan UGD yang dimiliki.
c. Triage adalah pasien sesuai dengan standar pelayanan UGD yang
dimiliki.
d. Triage adalah sebuah tindakan pengelompokan pasien di Rawat inap,
untuk menentukan ruang perawatan.
Jawaban : a
Triage adalah sebuah tindakan pengelompokan pasien
berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat
keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan
UGD yang dimiliki.
5. Menurut Notoatmodjo, 2005, tujuan media promosi kesehatan
diantaranya :
1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi, kesalahan
penjelasan, komunikasi lancar
2. Media dapat mempermudah penyampaian informasi, kesalahan
penjelasan, komunikasi mengunakan verbal
3. Media dapat mempermudah penyampaian informasi, kesalahan
penjelasan, menghindari berbagai persepsi yang salah
4. Media dapat mempermudah penyampaian informasi, kesalahan
penjelasan, komunikasi menjadi lebih baik
Jawaban : c
Menurut Notoatmodjo, 2005 tujuan promosi sebagai berikut :
a) Media dapat mempermudah penyampaian informasi
b) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c) Dapat memperjelas informasi
d) Media dapat mempermudah pengertian.
37. Modul Pelatihan PPIH 2017 37
e) Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f) Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan
mata.
g) Memperlancar komunikasi.
6. Point utama dalam tata laksana pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di
KKHI meliputi :
1. Persiapan kebutuhan obat-obatan untuk pasien
2. Persiapan operasional dental unit dan instrumen gigi
3. Persiapan Poster dan bahan promosi
4. Persiapan form laporan dan pencatatan pasien
Jawaban : B
7. Alat-alat yang dapat digunakan dalam tindakan perawatan jaringan
periodontal :
1. Curret scaler
2. Probing
3. Pinset
4. Periodontal probe
Jawaban : a
8. Alur rujukan pasien gigi :
1. Poli Gigi langsung di Rujuk ke Rumah Sakit Arab
2. Sektor di rujuk ke kloter lalu ke Poli Klinik KKHI
3. Kloter dirujuk ke Rumah Sakit Arab
4. Kloter di rujuk ke Sektor lalu ke KKHI
Jawaban : d
9. Dalam perawatan JH kita mengacu pada standar perawatan SOPnya
mengikuti :
a.SOP di Rumah Sakit Indonesia
b. SOP di Rumah Sakit Arab
c. SOP di Klinik Kesehatan Haji Indonesia sesuai standar Internasional
d. SOP di Rumah Sakit Haji
Jawaban : C
38. Modul Pelatihan PPIH 2017 38
9. Kinerja dokter Gigi di Klinik Kesehatan Haji Indonesia dilihat dari :
a. Jumlah pasien yang dapat di kerjakan di KKHI
b.Lamanya jam kerja di Poli Gigi KKHI
c.Banyaknya rujukan Pasien
d. Dokter Gigi dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi Jemaah
Haji Indonesia.
Jawaban : D
10.Petugas Kesehatan termasuk dokter gigi selama bertugas di KKHI
melakukan pelayanan:
a. Prevensi, promotif, Rehabilitatif
b. Promotif, preventif, kuratif, Rehabilitatif
c. Promosi, preventif, kuratif
d. Promotif, Prevensi, Kuratif, Rujukan
Jawaban : a
Petugas kesehatan harus berusaha melakukan pelayanan secara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam menunjang
terselenggaranya pelaksanaan ibadah haji yang sempurna.
39. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
FUNGSI KOORDINASI DAN JEJARING DALAM PELAYANAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pelayanan Kesehatan Haji dalam pelaksanaan kegiatan Ibadah Haji merupakan
bagian dari tugas pokok dari pelayanan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Proses pelayanan yang dilakukan oleh KKHI meliputi pelayanan terpadu yang
meliputi pelayanan Kegawat daruratan, dan Pelayanan Rawat Inap.
Pelayanan yang di lakukan oleh Tim KKHI meliputi kegiatan yang sudah dibuat
struktur dan petugas serta jadual jaga oleh managerial KKHI.
Petugas yang akan menjalankan tugas sesuai dengan tupoksinya dan memerlukan
koordinasi dengan setiap bagian yang ada, dalam Pelayanan kegawatdaruratan
terdapat pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rekam Medik, Pelayanan radiologi,
pelayanan Laboratorium, Apotek dan pelayanan Gigi, Pelayanan Ambulance.
Sedangkan Pelayanan Rawat Inap meliputi Pelayanan Rawat Inap Wanita dan
Rawat Inap laki-laki beserta Rawat Inap Kejiwaan serta ruang ICU.
Pelayanan di KKHI memerlukan koordinasi di setiap lintas tugas sehingga
memerlukan koordinasi dengan jejaring yang ada, serta dapat menjalankan fungsi
peran sebagai Duty Manager, Tim Safari Wukuf, Tim Pemulangan , TPP dan TGC.
Petugas Manager di KKHI ditugaskan langsung oleh Kepala KKHI sebagai
perwakilan yang disebut sebagai Duty Manager. Duty Manager mengelola setiap
petugas yang akan bertugas saat ada permasalahan terkait kasus rujukan dan
kasus pelayanan.
Duty On Manager di KKHI Mekah memegang peranan penting sebagai perwakilan
dan Humas sehingga perlu informasi yang banyak terkait kondisi pelayanan dan
situasi lingkungan KKHI. Pekerjaan Duty Manager berkaitan erat dengan jejaring
dan koordinasi dengan Koordinator setiap instalasi pelayanan.
Peran yang akan ditugaskan kepada TKR dokter gigi berupa keterlibatan dalam Tim
Safari Wukuf, Tim Pemulangan dan menjadi Peran sebagai TPP dan TGC.
Tugas sebagai Tim safari Wukuf meliputi peran yang di lakukan saat
pelaksanaan wukuf di Arofah. Salah satu rukun haji adalah wukuf. Wukuf ini
40. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
dilakukan di padang arafah pada tanggal 9 dzulhijah dimana seluruh jemaah haji
berkumpul berdiam diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagi jemaah
yang mengalami sakit hal ini menjadi kendala. Untuk itu Kantor Kesehatan Haji
Daker Makkah selaku pelaksana pelayanan kesehatan di daerah Makkah
melaksanakan kegiatan safari wukuf. Suatu layanan menghadirkan jemaah sakit di
Padang Arafah agar dapat berkumpul dengan jutaan para Hujjaj seluruh dunia.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini,peserta mampu menjelaskan peran sebagai Duty
Manager di KKHI, Tim Safari Wukuf, Tim Pemulangan, TPP dan TGC
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mempelajaran materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan Peran sebagai Duty Manager
2. Menjelaskan Peran sebagai Tim Safari Wukuf
3. Menjelaskan Peran sebagai Tim Pemulangan
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut yaitu
:
Pokok Bahasan 1
Konsep dasar Duty Manager dan tata laksana (DM)
Sub Pokok bahasan:
a. Pengertian Duty Manager
b. Tupoksi Duty Manager
c. Kerjasama Jejaring ( TPK, Koordinator, IGD, Ambulance, Sektor, Pelayanan Haji
Khusus, Koordinator Sanitarian, survelance, infokes) daftar nama Rumah Sakit di
Arab Saudi.
Pokok Bahasan 2
Konsep Dasar dan tatalaksana Tim Safari Wukuf
41. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian Safari Wukuf
b. Tupoksi Safari Wukuf
c. Kerjasama Jejaring
d. Kriteria Evaluasi
e. Alur Evaluasi
f. Tatalaksana Evaluasi
g. Persiapan Evaluasi
h. Pelaksanaan Evaluasi
Pokok Bahasan 3
Peran sebagai Tim Pemulangan
Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian dan persiapan pemulangan
b. Tupoksi Pemulangan
c. Alur kerjasama pemulangan
d. Konsep dasar dan tata laksana tim pemulangan
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul Fungsi Koordinasi dan Jejaring dalam Pelayanan .
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Pemutaran Film Seputar Peran Duty, Tim Safari wukuf dan Tim Pemulangan
4. Penugasan Pembuatan Flipchart
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 4 jam pelajaran (T=
1 jpl, P= 3 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran
dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-
langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
42. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang Koordinasi dan Jejaring
dalam Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji dalam
pelatihan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dengan metode curah
pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi Konsep Koordinasi dan Jejaring dalam Pelayanan Kesehatan
Jemaah Haji yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide
power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang
singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
43. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta setiap peserta untuk membuat analisa tentang pentingnya
koordinasi.
c. Meminta peserta untuk menuliskan hasil analisa dan dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Meminta masing-masing kelompok untuk membuat skenario role play Peran
Duty Manager dalam Pelayanan untuk ditampilkan di depan kelas.
f. Mengamati peserta dan melakukan refleksi pada pemutaran film Peran
Koordinasi yang dilakukan.
g. Memberikan satu simulasi tentang tatalaksana Peran dan Fungsi sebagai
Tim Koordinasi Jejaring saat pelayanankesehatan pada kesempatan
penugasan.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan keperluan menerima pembelajaran.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil diskusi pada
kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Melakukan nonton film peran koordinasi jejaring dalam Pelayanan
Kesehatan.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masingpeserta diminta untuk melakukan presentasi dari hasil
rangkuman yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
44. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi setelah pemutan film yang telah dilakukan oleh
peserta.
g. Melakukan refleksi simulasi Peran Jejaring yang telah dilakukan oleh
peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi role play dan simulasi yang sudah dilakukan
sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang
telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang kerja sama tim dalam tatalaksana Peran Koordinasi
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran kerja sama tim
dan Peran Koordinasi.
45. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1.
KONSEP DASAR DUTY MANAGER DAN TATA LAKSANA DUTY MANAGER
SUB POKOK BAHASAN 1.
PENGERTIAN DUTY MANAGER
Konsep Dasar Duty Manager dan tata Laksana Duty Manager
Pelayanan Kesehatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia
a. Pengertian Duty Manager
Pengertian Duty Manager : Manager On Duty adalah seseorang yang ditugaskan
oleh perusahaan baik itu hotel, mall , rumah sakit dan beberapa tempat usaha
menjadi sebagai manager dan sebagai perwakilan pada perusahaan saat
diperlukan.
Pengertian Duty Manager dalam Palayanan di KKHI sebagai orang yang di
tugaskan untuk menanggani setiap permasalahan dan membuat keputusan saat
kondisi pelayanan di KKHI memerlukan koordinasi dengan TIM jaga dan Tim
Managerial.
Petugas Duty Manager ditunjuk oleh Kepala KKHI untuk bertugas sebagai Duty
Manager bisa berasal dari Petugas PPIH bisa berasal dari dokter atau dokter
gigi.
Petugas Duty Manager di KKHI bertindak sebagai perwakilan Managerial KKHI,
untuk menangani setiap permasalahan, atau sebagai sumber informasi bagi
petugas kloter, petugas Sektor, Jamaah Haji dan orang yang membutuhkan
informasi.
b. Tupoksi Duty Manager
URAIAN TUGAS DAN FUNGSI MANAGER ON DUTY
1. Membantu pasien/pengunjung Rumah Sakit yang membutuhkan informasi
dan persyaratan jaminan dalam pelayanan di Rumah Sakit.
2. Menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi pada saat jam dinas.
3. Mewakili manajemen untuk mengontrol kegiatan seluruh karyawan dan
pengunjung Rumah Sakit pada saat jam dinas.
46. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
4. Menyusun rencana kerja pelaksanaan tugas (kunjungan ke semua bagian
Rumah Sakit).
5. Membina tenaga pada waktu sore/malam/waktu libur.
6. Melakukan supervisi ke semua unit di Rumah Sakit agar tujuan pelayanan
yang ingin dicapai tetap terjamin.
7. Mengatur tenaga dan peralatan dalam keadaan yang sangat mendesak.
8. Membuat laporan secara keselurusan tentang kegiatan pelayanan di Rumah
Sakit kepada Direktur Rumah Sakit.
9. Mengawasi atau menilai kemampuan, keterampilan serta perilaku Petugas
Kesehatan di Rumah Sakit.
10.Mengawasi dan memelihara ketertiban dan keamanan Rumah Sakit dengan
berkoordinasi dengan petugas keamanan Rumah Sakit.
11.Semua uraian tugas Manager On Duty yang tercantum pada point 2 (dua)
sampai dengan 10 (sepuluh) dilaksanakan berkoordinasi dengan Kabid/
Kabag/ Kasubag/ Ka. Instalasi/ Kepala Unit/ pada masing-masing bagian.
c. Kerjasama Jejaring (TPK, Koordinator IGD, Ambulance, Sektor, Pelayanan Haji
Khusus, Koordinator Sanitarian, survelance, infokes) Daftar nama Rumah Sakit
di Arab Saudi.
Kerjasama Jejaring, dalam menjalankan tupoksi sebagai petugas PPIH yang
bertugas di KKHI maka setiap petugas kesehatan memerlukan pengetahuan
terkait dengan kerjasama antar intansi dan di lingkungan pekerjaan.
TPK merupakan Tenaga Pendukung Kesehatan yang bekerjasama dengan tim
KKHI dalam Penyelenggaraan Kesehatan Haji di Arab Saudi.
TPK terdiri atas : Tenaga Penghubung Rumah Sakit, Pendamping orang sakit,
petugas kebersihan, pengantar obat, evakuasi, gerak cepat, penyuluh
kesehatan, perbekalan kesehatan, pengemudi, administrasi serta pendukung
kesehatan lainnya untuk melaksanakan tupoksi di pelayanan Kesehatan.
Tenaga pendukung kesehatan dapat dimobilisasikan penugasannya sesuai
dengan situasi dan kebutuhan.
47. Modul Pelatihan PPIH 2017 9
Koordinator IGD merupakan koordinator yang bertanggung jawab terhadap
pelayanan IGD di KKHI, sehingga peran serta dalam mengatur jadual dan
membantu koordinator IGD untuk rujukan pasien Gawat ke Rumah Sakit Arab.
Koordinator Ambulance , merupakan koordinator yang bekerjasama dengan
pelayanan Rujukan, dan membutuhkan koordinasi dengan petugas jaga dan
TPK yang akan membantu pelayanan rujukan dengan Ambulance ke Rumah
Sakit Arab.
Sektor merupakan satuan lokasi yang terdiri dari bebrapa pondokan Jamaah Haji
di Arab Saudi. Di sector terdapat pusat pelayanan kesehatan sector yang
membantu Jamaah haji untuk melakukan pemeriksaan rutin kesehatan atau
pelayanan kesehatan tingkat pertama dan kasus kedaruratan.
Pelayanan Haji Khusus merupakan pelayanan yang di berikan untuk Jamaah
Haji Khusus yang berangkat melalui Biro perjalanann Khusus , dalam Peraturan
Pemerintah di sebut PIHK atau penyelenggara Ibadah Haji Khusus yang
merupakan Biro perjalanan yang telah mendapatkan izin untuk
menyelenggarakan Ibdah Haji Khusus. Dalam pelayanan kesehatan bagi
Jemaah haji Khusus, mereka memiliki Dokter PIHK yang memberikan pelayanan
bagi Jemaah Haji PIHK. Dokter PIHK harus berkoordinasi dengan KKHI dalam
hal rujukan atau pelayanan yang tidak bisa di berikan oleh dokter PIHK jika
Jemaah Haji memiliki JKN, namun jika mereka memiliki asuransi kesehatan
maka pasien bisa dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi.
Surveilans pada penyelenggaraan Kesehatan Haji dilakukan dengan
pengumpulan, pengolahan data, analisa, interpretasi dan diseminasi terhadap
kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
kesehatan Jemaah Haji.
Koordinator surveilans yang mengkoordinir kegiatan pengumpulan data analisa
kejadian penyakit sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan perlu berkoordiansi
dengan Petugas Kesehatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia.
Koordinator Infokes merupakan coordinator yang memegang system informasi
Kesehatan Haji yang melakukan pengelolaan data dan informasi
Penyelenggaraan Kesehatan Haji. Sehingga semua pekerjaan yang dilakukan
48. Modul Pelatihan PPIH 2017 10
oleh Petugas Kesehatan Haji harus tercatat dan terlaporkan ke system informasi
Kesehatan ini. Saling bekerjasama dalam memberikan laporan tersistem dan
terstruktur sehingga laporan kesehatan Jemaah Haji bisa terpantau sampai
terakhir kembali ke tanah Air.
POKOK BAHASAN 2.
KONSEP DASAR DAN TATA LAKSANA SAFARI WUKUF
SUB POKOK BAHASAN 1.
PENGERTIAN SAFARI WUKUF
Konsep Dasar dan tatalaksana Tim Safari Wukuf
Dalam Pelaksanaan kegiatan Ibadah Haji dalam kondisi sakit
A. Pengertian Safari wukuf
Safari wukuf adalah proses evakuasi jemaah haji sakit yang memenuhi kriteria yang
diberangkatkan dari KKHI Makkah ke Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhidzah
dan kembali ke KKHI Makkah pada hari yang sama.Pelaksanaan wukuf bagi jamaah
sakit yang dirawat di KKHI, Rumah Sakit Arab Saudi maupun jamaah sakit yang
diusulkan oleh kloter dengan menggunakan kendaraan khusus dalam posisi
berbaring maupun dalam posisi duduk. Dengan tujuan memberikan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan sebaik baiknya melalui sistem dan manajemen
penyelenggaraan yang terpadu dan terkoordinasi antara kabid kesehatan, kasi
kesehatan KKHI dengan pelayanan ibadah dan kasi transportasi daerah kerja
mekah dan kementerian kesehatan Haji Arab Saudi
Berdasarkan data kesehatan selama penyelenggaraan haji di Arab Saudi jumlah
jemaah haji yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia dan Rumah Sakit Arab
Saudi cukup banyak terutama menjelang waktu wukuf, bagi jemaah haji Indonesia
yang di rawat di RSAS kota Makkah menjadi tanggung jawab pemerintah Arab
Saudi untuk menghadirkan seluruh jemaah haji di Arafah dan untuk jemaah haji
Indonesia yang dirawat di KKHI Makkah menjadi tanggung jawab Pemerintah
Indonesia. Adapun pelaksanaannya bisa dengan menggunakan kendaraan mobil
ambulance, coaster ataupun bus. Dalam penetapan kriteria jemaah yang akan
49. Modul Pelatihan PPIH 2017 11
dibawa dengan oleh kendaraan safari wukuf berdasarkan kondisi kesehatan
jemaah, apakah dalam posisi duduk, berbaring atau menggunakan oksigen.
Bagi jemaah sakit berat yang di rawat di KKHI ataupun RS Arab Saudi, yang tidak
bisa diikutkan dalam safari wukuf ataupun yang telah wafat sebelum pelaksanaan
wukuf, maka jemaah tersebut akan dibadalkan oleh pemerintah Saudi jika di rawat
di RS setempat. Jika di rawat di KKHI atau yang telah meninggal maka hajinya akan
digantikan oleh orang lain dan segala urusan teknis dan administrasi adalah menjadi
tanggung jawab pemerintah Indonesia.
SUB POKOK BAHASAN 2.
TUPOKSI TIM SAFARI WUKUF
Tugas dan Fungsi dalam tim Safari Wukuf meliputi antara lain :
1. Menentukan kriteria Jemaah haji untuk safari wukuf
2. Menentukan Fasilitas yang akan diberikan untuk Jamaah haji yang ikut Safari
Wukuf
3. Seleksi Jemaah Haji yang akan berangkat Safari Wukuf
4. Persiapan Sarana dan Prasarana saat Pra Safari Wukuf dan Keberangkatan
serta Pasca Safari Wukuf
5. Koordinasi dengan Managerial KKHI dan Daker Mekkah
SUB POKOK BAHASAN 3.
KERJASAMA JEJARING
C. KERJASAMA JEJARING
Dalam Rangka Penyelenggaraan Safari Wukuf, Tim Safari Wukuf membuat koordinasi
dengan tim managerial di KKHI dan jejaring kerja serta kemitraan dengan Daerah Kerja
dari Kementerian Agama.
50. Modul Pelatihan PPIH 2017 12
SUB POKOK BAHASAN 4.
KRITERIA SAFARI WUKUF
Kriteria Safari Wukuf, meliputi pasien dengan berbagai kondisi, diantaranya :
1. Penyakit Jantung
• Congestive Heart Failure Class NYHA III dan IV
• Hipertensi Emergensi ( Tekanan Darah diatas 180/ 120) yang tidak
terkontrol dengan tiga macam obat anti Hipertensi
• Edema Paru kardiogenik dan non Kardiogenik
• Satu bulan masa MCI ( Myocardial Infarct)
2. Penyakit Paru
• PPOK stadium lanjut dengan eksaserbasi akut, atau membutuhkan long
time oksigen therapy atau dukungan ventilator
• Asma persistent berat dengan eksaserbasi akut dengan nilai spirometri
obstruksi berat dan sangat berat
• Karsinoma paru stadium lanjut atau dengan penyulit atau dengan penyulit
serta indeks Karnofski kurang dari 20%
• Hemoptisis Massive atau Hb < 10 %
3. Penyakit Dalam
• Ensefalopati Hepatikum grade 3 dan 4
• Koma Umerikum
• Koma Ketoasidosis dan hiperosmolar state
4. Saraf
• Cerebrovaskular Disease dengan GCS kurang dari 10
• Meningitis dan Ensefalitis
5. Psikiatri
• Demensia ; yang mengalami hilang akal , orientasi terganggu, ingatan
terganggu, perawatan diri terganggu ( makan, minum, mandi serta ibadah)
walaupun dengan bantuan orang lain
• Psikosis ; hilang akal, halusinasi, perawatan diri terganggu dan tidak
dilakukan walaupun dengan bantuan orang lain
51. Modul Pelatihan PPIH 2017 13
• Jamaah dengan gaduh, gelisah dan potensi timbul agitasi ( marah,
mengamuk dan agresifitas)
SUB POKOK BAHASAN 5.
ALUR EVAKUASI PASIEN DALAM SAFARI WUKUF
Alur safari wukuf
Dijelaskan didalam pengertian safari wukuf bahwasanya dalam pelaksanaannya
membutuhkan koordinasi berbagai pihak guna melaksanakan kegiatan tersebut,
karenanya diperlukan beberapa tahapan kegiatan dalam memperisapkan
pelaksanaannya, yaitu :
1. Pertemuan persiapan koordinasi dengan Koordinator dan managerial KKHI
2. Pendataan Jamaah haji yang akan di safari wukuf kan dan di badalkan baik yang
berada di Rumah Sakit Arab Saudi maupun yang sedang di rawat di KKHI
Selain itu kloter juga dapat mengajukan jamaahnya untuk di lakukan
pemeriksaan oleh penanggung jawab safari wukuf apakah masuk ke dalam
kriteria
3. Mempersiapkan kebutuhan dan perlengkapan safari wukuf
Kebutuhan disini berupa yang berkaitan dengan pakaian ihram yang akan
digunakan, obat-obatan jamaah, alat kesehatan, tenaga kesehatan, tenaga
pembimbing ibadah
4. Menarik seluruh jamaah sakit yang berada di sektor yang memenuhi kriteria
untuk di safari wukufkan
5. Menyiapkan penandaan ( Labeling) untuk seluruh jamaah sakit yang akan di
safari wukufkan
52. Modul Pelatihan PPIH 2017 14
ALUR EVAKUASI SAFARI WUKUF
I. II.
Kloter
Pemeriksaan
Verifikasi
Usulan sektor
SUB POKOK BAHASAN 6.
TATA LAKSANA EVAKUASI
Pelaksanaan Safari Wukuf
Petugas yang tergabung dalam tim Safari Wukuf hendaknya orang-orang yang dipilih
karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki dibanding petugas lainnya. Pertama-tama
mereka harus paham betul manasik haji, baik manasik haji secara umum maupun
manasik haji untuk jama’ah haji sakit dan manasik haji untuk petugas. Karena manasik
haji untuk petugas akan berbeda dengan manasik haji untuk jama’ah haji pada
umumnya. Kedua mereka harus paham betul bahwa mereka mendampingi jama’ah haji
yang sedang sakit, sehingga mereka harus penuh empati dalam mendampingi dan
melayani jama’ah. Sopan santun, penuh perhatian, itu adalah sikap minimal seorang
petugas Safari Wukuf. Dan yang teakhir petugas Safari Wukuf hendaklah paham
kondisi penyakit jama’ah yang akan dampinginya, sesuai dengan kompetensi dan
profesi masing-masing petugas. Seorang dokter spesialis tentu berbeda kompetensinya
dengan petugas sanitasi dan survailens (sansur) maupun petugas tenaga musiman
(temus), namun mereka harus tahu apa yang akan dikerjakan pada waktu dan temat
mereka berada. Jumlah petugas sebaiknya disesuikan dengan jumlah jama’ah yang
Jemaah haji Perburukan
(yang sebelumnya tidak
masuk daftar SW)
Jemaah
Haji sakit
(elektif)
sektor
sektor
KKHI RSASKKHI
53. Modul Pelatihan PPIH 2017 15
akan ikut Safari Wukuf secara proporsional disesuaikan dengan menurut bidang
kompetensi masing-masing.
Jenis alat transportasi yang akan digunakan untuk Safari Wukuf harus menyesuaikan
dengan kebutuhan, yaitu untuk mengangkut jama’ah sakit dan petugas yang
mendampinginya. Mobile hospital itulah istilah yang paling tepat untuk alat transportasi
jama’ah Safari Wukuf yang bisa membawa jama’ah Safari Wukuf dengan posisi duduk
maupun berbaring. Tidak harus steril, minimal bersih tapi memungkinkan untuk
membawa obat dan alat-alat kedokteran, baik alat habis pakai maupun alat kesehatan
lainnya. Tabung oksigen, alat monitor pasien serta DC Shock harus bisa masuk tapi
tidak menggangu kenyamanan jama’ah Safari Wukuf maupun mobilitas petugas di
dalam alat ttransportasi tersebut. Namun demikian tidak kalah pentingnya fasilitas
pendukungnya juga harus dipikirkan fungsi dan keberadaannya, misalnya toilet, tempat
sampah serta dukungan logistik makanan dan minuman untuk jama’ah Safari Wukuf
dan petugas yang sudah disesuikan dengan kondisi cuaca dan lamanya durasi
perjalanan Safari Wukuf. Dan yang harus diperhatikan juga adalah kualitas suhu udara
di dalam alat transportasi tadi serta sumber listrik untuk alat-alat kedokteran harus
dipastikan berfungsi dengan baik sebelum berangkat. Masalah kecil namun penting
adalahlabeling alat transportasi dengan memberi nomer tiap alat transportasi yang di
sertasi daftar nama jama’ah dan petugas tiap alat transportasi tadi. Karena
penempatan jama’ah di tiap alat transportasi harus disesuaikan dengan kondisi jama’ah
serta status medisnya.
Unsur yang terakhir adalah jama’ah Safari Wukuf itu sendiri. Penentuan jama’ah haji
yang masuk jama’ah Safari Wukuf sangat penting. Sehingga tim yang akan melakukan
seleksi harus benar-benar dipilih dari petugas yang expertdibidangnya sesuai profesi
masing-masing. Karena tim ini yang akan membuat kriteria jama’ah haji yang bisa
diikutkan dalam jama’ah Safari Wukuf. Karena jama’ah haji kita paling sedikit 25%
adalah masuk dalam kategori risiko tinggi dan tidak mungkin semua masuk kriteria
Safari Wukuf. Kriteria jama’ah Safari Wukuf harus sudah dibuat oleh tim Safari Wukuf
paling lambat H-25 hari Wukuf tanggal 9 Dzulhijjah. Setelah itu harus dilanjutkan
dengan sosialisasi ke jajaran dibawahnya baik Sektor maupun Kloter. Tahapan
54. Modul Pelatihan PPIH 2017 16
berikutnya adalah tahapan seleksi secara berjenjang dimulai dari unit paling bawah
yaitu Kloter, hasil seleksi Kloter sesegera mungkin disampaikan ke Sektor. Meskipun
menggunakan alat seleksi yang sama antar Kloter dan Sektor, tidak menutup
kemungkinan ada beda persepsi terhadap kriteria jama’ah Safari Wukuf, sehingga tidak
semua usulan Kloter akan disetujui oleh Sektor. Pada saat H-10 Sektor harus sudah
menyampaikan usulan jama’af Safari Wukuf di wilayahnya ke tim Safari Wukuf BPHI
dan pada H-5 harus sudah ada daftar jama’ah Safari Wukuf secara keseluruhan yang
terdiri dari usulan dar Sektor, dirawat di BPHI dan dari RSAS.
SUB POKOK BAHASAN 7.
PERSIAPAN EVAKUASI
PERSIAPAN EVAKUASI
Prosesi jama’ah Safari Wukuf sesungguhnya dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah, pada
saat semua jama’ah Safari Wukuf sudah terkumpul di BPHI. Semua petugas harus
sudah menempati posisi masing-masing sesuai dengan bidang tugasnya. Mulai dari
pencatatan di UGD maupun bangsal perwatan BPHI, pengecekan kondisi klinis serta
pengecekan kelengkapan ibadah sampai labeling tiap jama’ah Safari Wukuf. Apabila
semua petugas yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian yang
beragam, mengetahui tugas pokok dan fungsinya dalam prosesi Safari wukuf ini, maka
akan terlihat harmoni proses tersebut.
Persiapan Safari Wukuf
Persiapan pelaksanaan safari wukuf perlu dilakukan dikarenakan melibatkan berbagai
petugas yang terkait, didalam persiapan dilakukan hal-hal berikut :
• Penentuan kriteria jamaah sakit untuk safari wukuf
• Penentuan fasilitas safari wukuf
✓ Perlengkapan jamaah haji sikit untuk wukuf
✓ Trasnportasi untuk safari wukuf sesuai jumlah jamaah sakit, jenis
kendaraan, posisi jamaah sakit duduk atau berbaring
✓ Persiapan jamaah sakit
55. Modul Pelatihan PPIH 2017 17
✓ Kelengkapan jamaah haji sakit
✓ Obat-obatan dan alat kesehatan
✓ Konsumsi
• Seleksi jamaah haji sakit untuk safari wukuf
• Penampungan jamaah haji sakit pasca seleksi di KKHI
• Penentuan rute dan jam keberangkatan
Tenaga Pelaksana Safari Wukuf
Tim pelaksana safari wukuf terdiri dari lintas fungsi secara terpadu yaitu petugas
kesehatan, pelayanan umum dan pembimbing ibadah yang bekerja di daker dan sektor
SUB POKOK BAHASAN 8.
PELAKSANAAN EVAKUASI SAFARI WUKUF
Tahapan berikutnya adalah pemindahan jama’ah safari wukuf ke alat transportasi yang
telah disediakan sesuai dengantimeline (jadwal) yang telah disepakati sebelumnya.
Evakuasi jama’ah yang sedang sakit berbeda jauh dengan yang tidak sakit. Apalagi
dibawah terik matahari yang cukup menyengat. Disini diperlukan sentuhan sopan
santun penuh perhatian. Jangan sampai terjadi proses evakuasi kea lat transportasi
akan memperburuk kondisi jama’ah Safari wukuf. Lantunan talbiyah begitu
mengharukan dan menyentuh hati sesaat konvoi jama’ah safari wukuf diberangkatkan.
Ada rasa harap-harap cemas disaat perjalanan meuju Arafah, dimana kemacetan sulit
diprediksi pada saat hari Arafah dan petugas tetap harus waspada terhadap kondisi
jama’ah yang didampinginya. Dan tetap melakukan bimbingan ibadah sebisa mungkin.
Selama di Arafah saat konvoi mulai berhenti, petugas harus tetap waspada, jangan
sampai terlena berdoa tapi melupakan tugas utama menjaga jama’ah yang sedang
sakit saat Wukuf.
56. Modul Pelatihan PPIH 2017 18
SUB POKOK BAHASAN 9
EVALUASI EVAKUASI
Dalam hal proses evakuasi jama’ah haji sakit dari alat transportasi ke KKHI mengalami
kendala saat pemindahan . Kendala yang di hadapi tim safari wukuf yang bertugas dari
Safari wukuf , kurang koordinasi dengan petugas di KKHI, sehingga saat kepulangan,
di KKHI banyak pasien yang juga di kirim dari Arofah. Selain itu dengan Pihak Rumah
Sakit Arab kurang terkoordinir, pemulangan pasien dari RSAS sangat banyak di malam
sebelum keberangkatan ke Arofah, sehingga terjadi penambahan kuota yang tidak
terprediksi sebelumnya. Evaluasi yang perlu dilakukan :
a. Membuat time table untuk menentukan pasien safari wukuf jauh hari sebelum
pelaksanaan.
b. Berkoordinasi dengan tim TPK yang bertugas visitasi ke RSAS melakukan
koordinasi 2 hari sebelum kegiatan, untuk memastikan kepulangan pasien dari
RSAS.
c. Tim Safari Wukuf berkoordinasi dengan Petugas jaga d KKHI untuk menyiapkan
petugas TPK saat kepulangan menempatkan pasien sesuai bed semula.
POKOK BAHASAN 3.
PERAN SEBAGAI TIM PEMULANGAN
SUB POKOK BAHASAN 1.
PENGERTIAN DAN PERSIAPAN PEMULANGAN
PERAN SEBAGAI TIM PEMULANGAN
A. Pengertian Pemulangan Jama’ah Haji Sakit
Pemulangan jama’ah haji sakit terbagi dua yaitu, pemulangan dini/tunda dan
pemulangan akhir. Pemulangan dini/tunda jama’ah haji sakit adalah pemulangan
ke Indonesia yang dilakukan lebih dini/tunda dari jadwal atau kelompok
terbangnya (kloter) yang telah di tentukan. Pemulangan dini/tunda ini ditentukan
berdasarkan penilaian dokter dikarenakan jama’ah tersebut tidak laik untuk
57. Modul Pelatihan PPIH 2017 19
meneruskan perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat penyakitnya.
Tetapi dengan catatan jama’ah haji telah melaksanakan seluruh rukun dan wajib
rangkaian ibadah haji.
Jama’ah haji yang masih rawat inap di Rumah Sakit setelah operasional haji
diserahterimakan kepada Konjen RI. Pemulangan akhir jama’ah haji terpaksa
dilaksanakan setelah penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi selesai.
Pemulangan Jama’ah haji sakit menjadi salah satu tugas dari TIM Pemulangan,
dalam menjalankan peran ini sebagai Petugas Kesehatan Haji perlunya memiliki
pengetahuan dan pemahaman terlebih dahulu mengenai kelengkapan Haji,
karena Jama’ah haji yang dapat di pulangkan dini setelah melewati tahapan haji,
jika belum menyelesaikan rukun haji , maka pihak penanggung jawab perlu
berkoordinasi untuk menyelesaikan semua rukun haji jama’ah sakit ini.
SUB POKOK BAHASAN 2.
TUPOKSI PEMULANGAN
Tujuan dari pemulangan jamaah haji sakit baik pemulangan dini/tunda dan
pemulangan akhir adalah terfasilitasinya jamaah haji sakit yang akan kembali ke
Indonesia lebih awal/akhir dari jadwal kelompok terbangnya atau setelah masa
opersasional dengan aman dan nyaman.
B. Kriteria pemulangan jama’ah haji sakit
Kriteria jama’ah haji pulang dini/tunda adalah jama’ah haji yang menderita sakit :
1. Penyakit yang menganggu atau membahayakan jama’ah haji yang lain, antara
lain: penyakit jiwa
2. Penyakit yang sulit disembuhkan bahkan bisa ditambah berat dalam waktu
dekat misalnya penyakit jantung, Asma, PPOK, dan hipertensi berat
Persyaratan pemulangan dini/tunda:
1. Jema’ah haji yang pulang dini/tunda ditentukan oleh Tim Dokter Kantor
Kesehatan Haji Indonesia (KKHI)
58. Modul Pelatihan PPIH 2017 20
2. Disetujui oleh yang bersangkutan dan keluarga
3. Tersedia tempat di pesawat baik posisi baring maupun posisi duduk
4. Sudah melaksanakan kesempurnaan ibadah haji
5. Telah memenuhi administrasi operasional ibadah haji
Kriteria pemulangan Akhir jama’ah haji sakit dilaksankan Karena:
1. Masih dalam perawatan di RSAS yang belum memungkinkan untuk
dipulangkan
2. Kondisi kesehatan jama’ah haji tidak laik terbang
SUB POKOK BAHASAN 2.
ALUR KERJASAMA PEMULANGAN
C. Alur pemulangan jama’ah haji sakit
59. Modul Pelatihan PPIH 2017 21
POKOK BAHASAN 2
MEKANISME PEMULANGAN JAMA’AH HAJI SAKIT
A. Persiapan Pemulangan
Sebelum pemulangan jamaah haji sakit yang dikategorikan sudah tidak layak untuk
meneruskan perjalanan ibadah dan dapat memperberat penyakitnya dibutuhkan
persiapan kelengkapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk proses
pemulangan dini , yaitu :
1. Daftar jamaah haji sakit yang perlu dipulangkan dini
2. Informasi & biodata jamaah haji sakit pulang dini/akhir
3. Resume medis dari dokter TKHI dengan mengisi form dalam Bahasa inggris/arab
4. Informasi fasilitas untuk kepulangan dini jamaah haji terutama seat/stretcher
sesuai dengan penerbangan
5. Mengurus status layak terbang (mdif) :
- Untuk Saudi airline diperlukan surat rekomendasi layak terbang dari dokter
RSAS
60. Modul Pelatihan PPIH 2017 22
- Untuk Garuda airline status layak terbang dibuat oleh dokter penerbangan
garuda/KKHI
6. Surat keterangan kelengkapan ibadah (kelengkapan rukun & wajib haji jamaah
haji sakit)
7. Paspor dan boarding pass jamaah haji sakit
8. Mempersiapkan evakuasi pasien :
- Formulir evakuasi pasien
- Surat jalan evakuasi
Dalam persiapan pemulangan jamaah haji sakit sangat dibutuhkan komunikasi
dan koordinasi pihak- pihak yang terlibat seperti petugas kesehatan di KKHI,
pihak penerbangan terkait, petugas kloter, pihak muasasah dan pihak daker
Makkah.
SUB POKOK BAHASAN 4.
KONSEP DASAR DAN TATA LAKSANA TIM PEMULANGAN
Pelaksanaan Pemulangan Jama’ah Haji :
Prosedur pelaksanaan pemulangan dini/tunda jama’ah haji :
1. Tim dokter KKHI Jeddah, Makkah, dan Madinah melakukan pemeriksaan
terhadap jama’ah haji sakit yang akan dipulangkan dini baik dari kloter, KKHI,
atau RSAS
2. Petugas KKHI menginformasikan nama-nama jama’ah haji/keluarga pendamping
yang akan pulang dini kepada Tim pelayanan pemulangan di Daker masing-
masing
3. Tim pelayanan pemulangan Daker menyampaikan informasi kepada petugas
KKHI tentang fasilitas yang tersedia selambat-lambatnya 4 hari sebelum hari
keberangkatan pulang (EDT)
4. Tiga hari (72 hari) sebelum rencana pemulangan, dokter KKHI melakukan
pemeriksaan/memantauan kondisi pasien yang dirawat di KKHI/RSAS untuk
menentukan apakah pasien memenuhi persyaratan laik terbang sesuai kriteria
sebagai berikut :
61. Modul Pelatihan PPIH 2017 23
a) Tidak memerlukan oksigen terus-menerus
b) Tidak ada gangguan “Haemodynamic Cardiovascular”
c) Tidak dalam kondisi gaduh gelisah
5. Bila persyaratan tersebut diatas telah dipenuhi, maka petugas KKHI berkoordinasi
dengan dokter RSAS (untuk penerbangan Saudi) untuk memperoleh surat
keterangan “Laik Terbang” (medif). Bila menggunakan GIA, maka yang
mengeluarkan medif cukup dokter KKHI.
6. Kemudian surat keterangan tersebut diserahkan kepada Tim pemulangan untuk
pengurusan seat jama’ah sakit sesuai posisi (duduk atau tidur) di pesawat.
7. Petugas bimbingan ibadah melakukan pengecekan dan pencatatan perlengkapan
rukun dan wajib haji penderita
8. Khusus bagi jama’ah haji sakit yang dirawat di RSAS sebelum diberangkatan
dievaluasi terlebih dalahulu di KKHI selama 24 jam untuk memantau
perkembangan kesehatannya.
9. Tim pemulangan menginformasikan jadwal keberangkatan pasien yang pulang
dini kepada petugas KKHI untuk persiapan jama’ah
10.Bagi jama’ah haji dalam posisi baring yang memerlukan stretcher (5 seat untuk
pesawat Saudi dan 3 seat untuk garuda) atau tabung oksigen, maka petugas
KKHI harus menginformasikan kepada tim pemulangan 5 hari sebelum jadwal
keberangkatan untuk dilaporkan kepada pihak penerbangan untuk permintaan
kesediaan seatnya.
11.Apabila telah siap untuk diberangkatkan jama’ah haji dievakuasi ke bandara
tujuan (di Madinah 1 jam sebelum keberangkatan, ke Jeddah 12 jam sebelum
keberangkatan).
Prosedur pelaksanaan pemulangan Akhir jama’ah haji :
1. Proses pemulangan akhir jama’ah haji sakit menjadi tanggung jawab Konsul
Jendral RI dan setelah kondisi jama’ah haji membaik tanpa didampingi keluarga
2. Setelah jama’ah haji laik terbang, maka akan dipulangkan ke Indonesia dengan
didampingi oleh petugas Konjen RI
62. Modul Pelatihan PPIH 2017 24
3. Jama’ah haji akan dikembalikan sampai daerah asal dengan didampingi oelh
petugas kementerian Agama
4. Seluruh biaya selama dalam perawatan di RSAS dan perjalanan kembali ke tanah
air ditanggung oleh Pemerintah RI (Kementerian Agama).
Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jamaah haji pasca rawat dari
RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan memerlukan
perawatan di rumah sakit, dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan jamaah haji
ditentukan oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dengan
mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab Saudi dan kondisi kesehatan terkini.
B. Evaluasi Pemulangan
Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jamaah haji pasca rawat
dari RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan memerlukan
perawatan di rumah sakit,dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan jamaah haji
ditentukan oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dengan
mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab Saudi dan kondisi kesehatan
terkini. Dokter pada KKP berwenang menilai transportabilitas jamaah haji yang sakit
untuk penerbangan ke daerah adal dan merekomendasikan penanganan tertentu
selama penerbangan dan/atau perawatan lanjutan
Dalam rangka memfasilitasi dukungan kesehatan bagi jamaah haji yang sakit selama
perjalanan kepulangan, KKP yang memiliki wilayah kerja tempat jamaah haji
mendarat, melakukan koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan asal Jammah
haji.
VII. RANGKUMAN
Jamaah haji sakit yang berdasarkan penilaian dokter tidak laik untuk
meneruskan perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat penyakitnya,
dilakukan pemulangan ke Indonesia lebih dini/akhir , dengan syarat jamaah haji
sakit sudah melaksanakan seluruh rukun dan wajib rangkaian ibadah haji.
63. Modul Pelatihan PPIH 2017 25
Kriteria dan persyaratan pemulangan jamaah haji sakit terutama kelengkapan
dokumen harus dipersiapakan dengan melibatkan pihak-pihak terkait.
VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Kesehatan Haji
2. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementeraian Agama Tahun
2015
3. Modul Pelatihan PPIH, Kementerian Agama Tahun 2016
4. Toha Agus Muhammad, Cerita Indah Safari Wukuf,
http://puskeshaji.depkes.go.id/news/156/Cerita-Indah-Safari-Wukuf, 2016
64. Modul Pelatihan PPIH 2017 26
IX. LATIHAN SOAL
1. Apa Fungsi Duty Manager di KKHI Mekah
a. managemen di sebuah rumah sakit
b. Mengantikan peran manager saat tidak berada di KKHI
c. Peran mengantikan operator di IGD
d.Membantu menyiapkan administasi di KKHI
2. Duty Manager di KKHI memiliki peranan yang banyak, sebutkan beberapa point
peranan duty manager
a. Menangani dan menyelesaikan masalah yang terjadi pada saat tidak dinas.
b. Mewakili manajemen untuk mengontrol kegiatan seluruh karyawan dan
pengunjung Rumah Sakit pada saat jam dinas.
c. Merevisi rencana kerja pelaksanaan tugas (kunjungan ke semua bagian Rumah
Sakit).
d. Menangan pasien yang terjadi pada saat jam dinas.
3. TPK merupakan tenaga Pendukung kesehatan, sebutkan jenis tugas dan
pekerjaannya
a. Tenaga Penghubung Rumah Sakit, Pendamping orang sehat, petugas
kebersihan,
b. Pengantar obat, evakuasi, gerak cepat, penyuluh komunikasi, perbekalan
kesehatan, pengemudi,
c. Perbekalan makanan, pengemudi
d. Tenaga Penghubung Rumah Sakit, Pendamping orang sakit, petugas
kebersihan.
4. Tugas Tim Promotif dan Preventif saat berada di Pondokan
a. Mengkoordinasikan setiap kegiatan ke pondokan
b. Up date data dan infromasi terkait kedatangan Jama’ah dari madinah ke
Mekah
c. Melakukan koordinasi dengan Sektor
d. Memberikan laporan ke pihak Pondokan
65. Modul Pelatihan PPIH 2017 27
5. Safari Wukuf merupakan kegiatan ?
a. Membawa Jama’ah ke Arofah
b. Membawa Jama’ah jalan-jalan ke Mina
c. Membawa Jama’ah sakit ke untuk menjalankan wukuf di Arofah
d. Membawa Jama’ah sakit ke KKHI Mekkah
6. Persiapan Tim Safari wukuf terdiri dari
a. Pertemuan koordinasi persiapan safari wukuf dan penetapan kriteria safari wukuf
b. Pendataan calon petugas di klinik Arofah
c. Pendataan berapa bus yang akan di gunakan
d. Pertemuan dengan koordinator klinik di Arofah
7. Safari Wukuf berperan di saat kegiatan :
a. Wukuf di Arofah
b. Melempar Jumroh di Mina
c. Melaksanakan Sa’i
d. Mengumpulkan batu kerikil di musdalifah
8. Tim Pemulangan bekerja saat Jemaah Haji
a. Melaksanakan kegiatan di Armina
b. Menyelesaikan Kegiatan Haji
c. Melakukan tawaf wada
d. Mempunyai keterbatasan/sakit ketika selesai Haji
9. Alur Pemulangan Jamaah Haji :
a. Jama’ah Haji sakit yang perlu dipulangkan dini di laporkan dari pihak TKHI
b. Jama’ah Haji sakit melapor ke dokter jaga di KKHI
c. Jama’ah Haji sehat melapor ke Daker untuk segera pulang
d. Jama’ah Haji sehat ditunduk oleh Daker untuk pulang terlebih dahulu.
10.Jama’ah Haji yang sakit dengan kondisi tidak bisa duduk, sehingga jika dipulangkan
mengunakan pesawat :
a. Garuda Airlines
b. Saudi Arabia Airlines
c. Arabic Airlines
d. Mecca Airlines
67. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
PENCATATAN DAN PELAPORAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu
aktifitas dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas,
disket, pita nam, pita film. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik,
gambar dan suara. Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap
kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan.
Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau
berkaitan dengan kegiatan tertentu.
Pencatatan terkait dengan pengisian form-form yang di perlukan untuk
administrasi Kesehatan Jemaah Haji. Form meliputi Registrasi, Rujukan,
Duty Manager, Safari Wukuf, Pemulangan dan TPP serta TGC.
Semua form yang ada sebaiknya diisi dan di catat untuk membuat
laporan hasil pekerjaan Petugas selama berdinas di KKHI.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelahmengikutimateriini,pesertamampumelakukan pencatatan dan
pelaporan.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mempelajaran materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan Pencatatan dan Pelaporan Formulir
2. Menjelaskan Pencatatan dan Pelaporan BKJH
III.POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok Bahasan 1
Pengenalan Jenis Formulir
Sub Pokok bahasan:
68. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
a. Form Registrasi
b. Form Rujukan
c. Form Duty Manager
d. Form Safari Wukuf
e. Form Pemulangan
f. Form TPP
g. Form TGC
Pokok Bahasan 2
Pencatatan dan Pelaporan
Sub Pokok Bahasan
Pengisian Form Infokes dan BKJH
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul Pencatatan dan Pelaporan dari Infokes
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Pembuatan Flipchart
4. Pengisian jenis-jenis Form
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 4 jam
pelajaran (T= 2 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta,
maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di
kelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta
dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
69. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang Koordinasi
dan Jejaring dalam Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Haji dalam pelatihan Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi Pencatatan dan Pelaporan yang disampaikan
dengan menggunakan bahan tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
70. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
a. Meminta setiap peserta untuk membuat analisa tentang
pentingnya koordinasi.
c. Meminta peserta untuk menuliskan hasil analisa dan
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
diskusi.
e. Meminta masing-masing kelompok untuk membuat contoh
Formulir Registrasi dalam Pelayanan untuk ditampilkan di depan
kelas.
f. Mengamati peserta dan melakukan refleksi pada pemaparan
tentang prosedur pengisian Formulir yang dilakukan di KKHI.
g. Memberikan satu simulasi tentang tatalaksanaPengisian Infokes
melalui system terpadu saat pelayanankesehatan pada
kesempatan penugasan.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan keperluan menerima pembelajaran.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang
kurang jelas kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub
pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil
diskusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Melakukan nonton film peran koordinasi jejaring dalam Pelayanan
Kesehatan.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok
bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masingpeserta diminta untuk melakukan presentasi
dari hasil rangkuman yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
71. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum
dimengerti jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi setelah pemutan film yang telah dilakukan
oleh peserta.
g. Melakukan refleksi simulasi Peran Petugas dalam pencatatan
dan pelaporan yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari
masing – masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan
dengan baik.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan
sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil
proses pembelajaran tentang kerja sama tim dalam tatalaksana
Peran Pencatatan dan Pelaporan
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator
atau secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran kerja
sama tim dan Peran penting mencatat dan melaporkan.
72. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 3.
PENGENALAN JENIS FORMULIR
SUB POKOK BAHASAN 1.
Form Registrasi
Form registrasi yang perlu kita isi , adalah form yang terkait dengan data
Jemaah Haji
Sub Pokok Bahasan 2.
Form Rujukan
Form Rujukan merupakan Formulir yang dibuat untuk menyatakan Jemaah
Haji yang bersangkutan
Sub Pokok Bahasan 3.
Form Duty Manager
Form Duty Manager berisi form yang mencatat terkait pemasalahan saat
bertugas dan koordinasi dengan semua penangung jawab jejaring sehingga
permasalahan yang proses rujukan atau evakuasi bisa berjalan dengan baik.
Sub Pokok Bahasan 4
Form Safari Wukuf
Form Safari Wukuf mengambarkan tentang kriteria Jemaah Haji yang akan
dikategorikan ke dalam peserta Safari Wukuf.
Sub Pokok Bahasan 5
Form Pemulangan
Form Pemulangan merupakan form yang terkait dengan kriteria pemulangan
Jemaah Haji.
Sub Pokok Bahasan 6
73. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
Form TPP
Form TPP merupakan form yang terkait dengan jumlah Pelaksanaan
Promotif, dan Preventif terhadap kloter dan Jemaah Haji.
Sub Pokok Bahasan 7.
Form TGC
Form TGC merupakan form yang terkait dengan jumlah Kegiatan TGC ,
Laporan Kejadian dan tindak lanjut Tindakan.
POKOK BAHASAN 3.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
SUB POKOK BAHASAN 1.
Pengisian Form dan BKJH
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas
dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas, disket, pita nam,
pita film. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara.
Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan
diakhiri dengan pembuatan laporan. Pelaporan adalah catatan yang
memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan
ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu. Dengan
demikian kegiatan yang dilakukan selama melakukan tugas tersebut
berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan terkait dengan Rawat Jalan,
Rawat Inap, Rujukan baik ke KKHI ataupun RS Arab Saudi dan kunjungan
visitasi dokter spesialis dari KKHI
Biasanya jemaah yang di rujuk ke sektor adalah jemaah sakit dan risti yang
memerlukan tindakan yang lebih tinggi dari kloternya, apabila membaik
dengan penanganan maka jemaah tersebut dapat di pulangkan dan apabila
74. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
tidak akan dilakukan observasi di sektor. Menurut PERMENKES No:
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang
dibuat oleh dokter sektor mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan
kepada jemaah sakit dalam rangka palayanan kesehatan. Bentuk Rekam
Medis dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan dalam
bentuk elektronik sesuai ketentuan.
Membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:
1. Jemaah Rawat Jalan
Data jemaah rawat jalan yang dimasukkan dalam form rawat jalan :
a. Identitas Jemaah ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor
Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Persetujuan tindakan bila perlu.
j. Nama dan Nomor telpone dokter Kloter
2. Jemaah Rawat Inap
Data Jemaah rawat inap yang dimasukkan sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.