Materi kali ini memaparkan terkait pewarisan / turun waris meliputi pengertian, golongan, syarat pewarisan, dan lain sebagainya. Tentu permasalahan pewarisan telah menjadi hal yang umum di setiap keluarga terutama terkait pembagian harta kekayaan dan peninggalan dari seseorang Almarhum kepada Ahli Waris.
2. TURUN WARIS
Pengertian ;
Turun waris adalah sebuah prosedur pengalihan nama kepemilikan tanah dalam sertifikat (balik nama) dari pewaris (orang yang meninggal) ke ahli waris.
Golongan Ahli Waris :
Menurut KUH Perdata : Golongan I
Anak dan
keturunannya serta
suami/isteri yang
masih hidup
Gologan II
Orang tua, saudara
laki-laki/perempuan,
keturunan dari
saudara laki-
laki/perempuan
tersebut
Golongan III
Keluarga sedarah
dalam garis lurus
keatas sesudah
orang tua
Golongan IV
Paman, bibi pewaris
dari pihak
bapak/ibu,
keturunan dari
paman dan bibi tsb
sampai derajad ke 6
dihitung dari pewaris
3. ORANG YANG DIANGGAP TIDAK PANTAS
UNTUK MENJADI AHLI WARIS
Seseorang yang telah dijatuhi hukuman karena membunuh atau mencoba
membunuh orang yang meninggal itu
Seseorang yang mengancam Pewaris tersebut untuk menarik kembali
wasiatnya atau dengan tindakan kekerasan
Seseorang yang telah menggelapkan, memusnahkan atau memalsukan wasiat
Pewaris tersebut
Seseorang yang ditentukan bersalah oleh Hakim karena fitnah telah
mengajukan tuduhan terhadap Pewaris
4. PEMBAGIAN HARTA WARISAN Dari
PERKAWINAN PERTAMA
Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU
Perkawinan”) menyebutkan bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama. Dengan demikian, harta bersama adalah harta yang diperoleh
selama masa perkawinan, apabila tidak ada perjanjian perkawinan.
Dalam hal tanah objek waris merupakan harta bersama, maka harta tersebut harus
dibagi menjadi 2 bagian terlebih dahulu, dimana 1/2 bagian menjadi hak suami (sesuai
ketentuan pembagian harta bersama berdasarkan Pasal 35 UU Perkawinan jo. Pasal 128
KUH Perdata jo. Pasal 126 KUH Perdata).
Jika istri pertama masih hidup, maka menurut Pasal 852a KUH Perdata, disamakan
bagiannya dengan anak, yakni 1/3 bagian untuk masing-masing.
Apabila isteri pertama meninggal dunia maka harta waris yang menjadi bagian istri
pertama berhak jatuh kepada anak dari perkawinan pertama. Sedangkan untuk
pembagian kepada 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan dari hasil perkawinan
pertama dibagikan secara sama rata yakni ½ untuk masing-masing dari jumlah harta
waris untuk perkawinan pertama sesuai ketentuan Pasal 852 KUH Perdata.
5. PEMBAGIAN HARTA WARISAN Akibat
Terjadinya PERKAWINAN KEDUA
Pembagian warisan dari perkawinan kedua, terlepas ada atau tidaknya perjanjian pisah
harta, isteri kedua tidak mendapat bagian harta bersama dari objek waris tersebut
Karena merupakan HARTA BAWAAN suami (diperoleh sebelum pernikahan kedua)
Berdasarkan Pasal 852 dan Pasal 852a KUH Perdata harta waris dibagikan kepada
istri yang masih hidup dan 1 anak laki-laki dengan porsi bagian yang sama yakni masing-
masing mendapat ½ dari jumlah harta waris.
6. PEMBAGIAN HARTA WARIS
Berdasarkan HUKUM ISLAM
pembagian harta waris menurut hukum Islam diatur di dalam Pasal 176-191 KHI.
Yang termasuk ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia memiliki
hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam,
dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
Kelompok AHLI WARIS Menurut KHI :
1. Menurut Golongan Darah :
a. Golongan laki-laki terdiri dari ayah, anak/saudara laki-laki, paman dan kakek
b. Golongan perempuan terdiri dari ibu, anak/saudara perempuan dan nenek
2. Menurut Hubungan Perkawinan terdiri dari janda dan duda
Jika semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanyalah anak,
ayah, ibu, janda atau duda
7. Besaran Bagian yang
Didapatkan
Besaran bagian masing-masing ahli waris menurut KHI Pasal 176 sampai Pasal
182 adalah:
Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat 1/2 bagian, bila dua orang atau lebih
mereka bersama-sama mendapat 2/3 bagian, dan apabila anak perempuan bersama-
sama dengan anak laki-laki, maka perbandingan bagian anak laki-laki adalah 2:1
dengan anak perempuan.
Ayah mendapat 1/3 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada anak, ayah
mendapat 1/6 bagian.
Ibu mendapat 1/6 bagian bila ada anak atau dua saudara atau lebih. Bila tidak ada
anak atau dua orang saudara atau lebih, maka ia mendapat 1/3 bagian.
Ibu mendapat 1/3 bagian dari sisa sesudah diambil oleh janda atau duda bila bersama-
sama dengan ayah.
Duda mendapat 1/2 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris
meninggalkan anak, maka duda mendapat 1/4 bagian.
Janda mendapat 1/4 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris
meninggalkan anak, maka janda mendapat 1/8 bagian.
8. *Lanjutan
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-laki dan
saudara perempuan seibu masing-masing mendapat 1/6 bagian. Bila mereka itu dua
orang atau lebih maka mereka bersama-sama mendapat 1/3 bagian.
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedang ia mempunyai satu
saudara perempuan kandung atau seayah, maka ia mendapat 1/2 bagian. Bila saudara
perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara perempuan kandung atau seayah
dua orang atau lebih, maka mereka bersama-sama mendapat 2/3 bagian. Bila saudara
perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara laki-laki kandung atau seayah, maka
perbandingan bagian saudara laki-laki adalah 2:1 dengan saudara perempuan.
Maka, pada perkawinan pertama, apabila istri masih hidup, ia mendapat 1/8 bagian dari
harta waris karena meninggalkan anak, dan untuk pembagian anak perempuan
bersama-sama anak laki-laki, maka bagian anak yaitu sebesar 7/8 dengan bagian anak
laki-laki 2:1 satu dengan anak perempuan.
Namun, jika istri dalam perkawinan pertama dinyatakan diduga meninggal dunia, maka
pembagian harta waris berhak jatuh kepada anak dari perkawinan pertama, dan bagian
anak laki-laki dengan anak perempuan berbanding 2:1 yakni 2/3 untuk anak laki-laki dan
1/3 untuk anak perempuan.
Pada perkawinan kedua, istri mendapat 1/8 bagian dari harta waris karena meninggalkan
anak, dan sisanya untuk anak laki-laki.