Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Tik
1. 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT atas limpah,
rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, hingga penulis bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Teori Sosiologi Makro”.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Teori Sosiologi Klasik, Ibu Thrywati Arsal.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membimbing dan memberi arahan kepada penulis menegenai makalah ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita semua mengenai
stratifikasi sosial dalam Teori Sosiologi Makro. Penulis mohon maaf jika dalam
penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau menyinggung pembaca. Serta
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.
Semarang, 25 September 2015
Penulis
2. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................3
A. Latar Belakang ................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan ............................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................5
A. Asal Mula dan Evolusi Stratifikasi Sosial ..........................................................5
a. Pengertian ...................................................................................................5
b. Sifat Dasar Stratifikasi Sosial........................................................................5
c. Stratifikasi Sosial dalam Perspektif Evolusioner.............................................6
d. Teori-Teori Stratifikasi Sosial.......................................................................9
B. Bentuk Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Industri .......................................11
a. Transisi Menuju Masyarakat Industri : Suatu Pengaruh Stratifikasi................11
b. Stratifikasi Sosialdalam Masyarakat Kapitalis Industri..................................12
c. Pola Kehidupan Terstratifikasi dalam Masyarakat Negara Sosialis ...............12
d. Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Industri : Suatu Penilaian Perbandingan 13
e. Teori-Teori Sistem Stratifikai Industri.........................................................13
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................15
Kesimpulan ..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................16
3. 3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial manusia.
Sosiologi mencoba mencari tahu tentang hakekat dan sebab-sebab dari berbagai
pola pikiran dan tindakan manusia yang teratur dan dapat berulang. Berbeda
dengan ilmu psikologi, yang memusatak kajian kepada karakteristik pikiran dan
tindakan individu, sosiologi lebih memusatkan perhatian pada pikiran dan
tindakan seseorang sebagai anggota masyarakat. Lebih dari itu, sosiologi adalah
disiplin ilmu yang luas dan mencakup banyak hal, ada banyak jenis sosiologi yang
mempelajari sesuatu yang berbedadengan tujuan yang berbeda pula.
Secara konvensional sosiologi dibagi menjadi dua yaitu : sosiologi mikro
dan sosiologi makro. Sosiologi Mikro menyelidiki berbagi pola perilaku individu
maupun kelompok dalam dalam ruanglingkup kelompok-kelompok yang relatif
berskala kecil atau sempit. Para ahli sosiologi mikro tertatik pada gaya
komunikasi verbal dan non-verbal dalam hubungan sosial face-to-face, proses
pengambilan keputusan oleh hakim, formasi dan integrasi kolompok perkawanan,
serta pengaruh keanggotaan seseorang dalam kelompok terhadap pandangan
dunianya.
Sebaliknya, Sosiologi Makro lebih memusatkan perhatian pada berbagai
pola kehidupan sosial berskela besar. Sosiologi Makro memandang masyarakat
secara keseluruhan serta berbagi unsur penting didalamnya, seperti ekonomi,
sistem politik, pola kehidupan keluarga dan bentuk sistem keagaan yang
dianutnya. Sosiologi Makro juga memperhatikan jaringan kerja global atau dunia,
dimana didalamnya terjadi saling interaksi antara berbagain masyarakat. Dalam
makalah ini secara khusus akan lebih memusatkan perhatian pada sosiologi
makro, serta pembahasannya bersifat makro-sosiologis dalam pengertian yang
paling luas tentang stratifikasi sosial yang mencakup asal mula dan evolusi
stratifikasi sosial dan stratifikasi sosial dalam masyarakat industri.
4. 4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu stratifikasi sosial ?
2. Bagaimana Sifat-sifat stratifikasi sosial?
3. Apa saja teori stratifikasi sosial?
4. Bagaimana bentuk stratifikasi sosial?
5. Apa dampak stratifikasi sosial?
6. Bagaimana Stratifikasi sosial dalam masyarakat industri?
7. Bagimana stratifikasi sosial di masa depan?
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui pengertian stratifikasi sosial
2. Mampu mengetahui sifat-sifat stratifikasi sosial
3. Mampu mengetahui teori-teori stratifikasi sosial
4. Mampu mengidentifikasi dampak stratifikasi sosial
5. Mampu mengidentifikasi stratifikasi sosial dalam masyarakat industri
5. 5
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Asal Mula dan Evolusi Stratifikasi Sosial
a. Pengertian
Menurut Pitrim A. Sorokin stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk
atau masyarakat kedalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarki). Pitrim
A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan
bahwa stratifikasi sosial dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan
umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi menurut Drs Robert M. Z. Lawang adalah stratifikasi sosial
sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosialter
tentu kedalam lapisan-lapisan hirartkis menurut dimensi kekuasaan privilese dan
prestise.
b. Sifat Dasar Stratifikasi Sosial
Perbedaan penting antara konsep ketidaksamaan sosial (social inequality)
dan stratifikasi sosial harus dipahami dengan jelas. Kelainan memahami
perbedaaan ini akan menimbulkan kebingungan dikalangan para sosiolog tentang
apakah struktur sosial benar-benar universal dalam kehidupan sosial.
Ketidaksamaan sosial berkenaan dengan adanya perbedaan derajat dalam
pengaruh atau prestise sosial antar individu dalam suatu masyarakat tertentu. Ada
dua segi penting dalam definisi ini. Pertama, ketidaksamaan sosial hanya
mengenai perbedaan antar individu dalam pengaruh sosial yaitu aksi seorang
individu akan diikuti atau ditiru oleh individu lain, atau prestise yaitu dimana
individu dihormati dan dihargai. Dengan kata lain ketidaksamaan bisa terjadi
tanpa adanya perbedaan kekayaan dan kekuasaan. Kedua, ketidaksamaan sosial
mengaplikasikan tindakan antar individu, bukan antar suatu kelompok-kelompok
yang berlainan.
Berlawanan dengan ketidaksamaan sosial, stratifikasi sosial berkenaan
dengan adanya dua atau lebih kelompok-kelompok bertingkat (ranked groups)
dalam masyarakat tertentu, yang anggota-anggotanya mempunyai kekuasaan, hak-
hak istimewa, dan prestie yang tidak sama pula. Definisi ini dipengaruhi oleh
konsep tentang masyarakat terstratifikasi (stratified societies) yang dikembangkan
oleh Morton Fried. Menurut Fried “Masyarakat terstratifikasi adalah masyarakat
di mana anggota-anggota yang sama jenis kelamin dan umurnya tidak mendapat
pendapatan atau penghasilan yang sama.”(1967:186). Karakteristik lain dari
stratifikasi sosial adalah bahwa ia melibatkan kelompok bukan individu. Tingkat
kekuasaan, hak istimewa dan prestise individu dalam masyarakat tergantung pada
6. 6
keanggotaannya dalam kelompok-kelompok sosial, bukan pada karakteristik
perseorangan atau personalnya.
Tidak diragukan lagi bahwa stratifikasi sosial merupakan suatu
karakteristik yang bersifat universal pada masyarakat manusia. Tidak ada suatu
masyarakat di mana anggotanya sama (equal). Namun, ada juga beberapa
masyarakat yang kurang terstratifikasi. Karena stratifikasi cenderung ditemukan
pada masyarakat yang sudah berkembang pada tingakat perkembangan teknologi
hortikultikultura intensif meski terkadang hal ini ditemukan pada masyarakat yang
terbelakang. Namun diluar fakta tersebut sratifikasi sosial merupakan ciri umum
dalam masyarakat dan bersifat universal dalam masyarakat yang kompleks.
c. Stratifikasi Sosial dalam Perspektif Evolusioner
Stratifikasi sosial juga dapat dipandang dari sudut pendang evolusioner
mengingat stratifikasi tidak serta merta terbentuk dalam masyarakat. Pada
awalnya dalam peradaban masyarakat pun masuyarakat tidak langsung menjadi
masyarakat yang kompleks. Kembali pada sifat dasar stratifikasi sosial sendiri
cenderung ditemukan pada masyarakat yang kompleks. Mayarakat berkembang
dari masyarakat yang sederhana kemudian secara bertahap menjadi masyarakat
yang kompleks, begitu juga stratifikasi sosial secara bertahap tumbuh dari
awalnya tidak ada strata atau tingkatan dalam masyarakat menjadi masyarakat
yang memiliki strata atau tingkatan, dilihat dari berbagai bidang atau segi
kehidupan (kekayaan, kekuasaan, religi dll). Berikut garis besar perkembangan
evolusi stratifikasi sosial dalam masyarakat pra-industri berdasarkan tipe
masyarakatnya.
Tipe masyarakat Sifat stratifikasi
Pemburu dan Peramu Tidak terstatifikasi. Biasanya ketidaksamaan prestise
tidak terjadi. Ketidaksaan yang berbasis pada umur,
jenis kelamin, karakteristik personal, seperti keberanian
dan keteterampilan dalam berburu, sedikit terjadi tetapi
hal ini hanya terjadi pada ketidaksamaan prestise dan
pengaruh. Ketidaksamaan umum terjadi pada semua
masyarakat.
Hortikultura Sederhana Tidak terstratifikasi. Biasanya ketidaksamaan prestise
terjadi. Ketidaksamaan dalam umur dan jenis kelamin
terjadi. Disamaping ketidakamaan jenis kelamin, bentuk
utama dari ketidaksamaan lainnya adalah
ketidaksamaan prestise personal dan kemasyhuran yang
dimiliki penguasa redistributor. Masyarakat ini dalam
pemikiran Fried adalah masyaarkat “bertingkat” (renk
societies).
7. 7
Hortikultura intensif Muncul pertama kali stratifikasi dalam masyarakat.
Pada umumnya pola pembagian masyarakat terbagi
menjadi tiga strata sosial (penguasa, sub-penguasa dan
massa). Kekuasaan dan hak istimewa penguasa dibatasi
oleh tuntutan-tuntutan massa. Etika redistributif ttap
berlaku untuk mencegah stratifikasi yang ekstrim.
Agraris Sangat terstratifikasi. Sebagian besar dari populasinya
adalah kaum petani yang tunduk dan tereksploitari.
Kelas penguasa dan pemerintah memiliki kekayaan dan
kekuasaan yang besar. Budak pengolah tanah dan
pelayan adalah bentuk umum subordinasi penduduk.
Sistem kasta merupakan hal yang unik di Asia Utara.
Kemiskinan dan penderitaan meluas. Penempatan
individu dalam struktur kelas biasanya disebabkan
kelahiran, tetapi yang disebabkan oleh mobilitas juga
terjadi.
Kateristik Masyarakat Pemburu dan Peramu
Sebagaimana telah diketahui, masyarakat pemburu dan peramu tidak
terstratifikasi. Karakteristik perekonomian mereka tumbuh bertumpu pada asas
timbal balik dengan kerjasama dana kebersamaan yang intensif antar anggotanya.
Namun, ketiadaan strata bukan berarti ada kesamaan derajat anggota dalam
masyarakat pemburu dan peramu. Ketidaksaan tetap terjadi pada beberapa faktor
seperti umur, jenis kelamin, dan karakteristik personal tertentu. Walaupun
demikian, pengaruh dan prestise seseorang dalam masyarakat pemburu dan
peramu tidak lebih dari “ yang pertama diantara sesama”, dalam artian
mementingkan diri mereka sendiri, dan tidak ada hak-hak istimewa khusus.
Namun, tidak semua masyarakat pemburu dan peramu egaliter. Sejauh ini contoh
terbaik dari masyarakat pemburu dan peramu yeng terstratifikasi adalah suku
Indian yang hidup di Pantai Barat laut Amerika Serikat. Walaupun terjadi
perdebatan terkait sifat dan tingkat ketidaksamaan yang terjadi, beberapa
antropolog berkesimpulan bahwa masyarakat Indian tersebut dipegaruhi oleh
sistem kelas yang eksploitatif. Eugene Ruyle (1973) mengatakan pada masyarkat
suku Indian ada kelas penguasa, kelas rentenir/penyewa, dan perbudakan dalam
masyarakat tersebut.
Masyarakat Hortikultura Sederhana
Ketidaksamaan merupaan karaktristik masyarakat hortikultura, bukan
ketidaksamaan dalam arti hak istimewa dan kekayaan, tetapi ketidaksamaan
dalam prestise. Dengan demikian, masyarakat hortikultura sederhana lebih
8. 8
mengarah kepada apa yang disebut oleh Morton Fried (1967) sebagai
“masyarakat bertingkat” (renked societies) daripada terstartifikasi. Masyarakat
hortikultura sederhana umumnya menunjukkan perekonomian yang bergantung
pada redistribusi yang egliter. Prestise dapat dilihat dari hasil kerjakeras dalam
mengolah ladang dan tanah mereka. Hasil ini kemudian digunakan untuk
mengadakan pesta besar ketika datangnya waktu redistribusi secara umum.
Individu yang berulang kali mengadakan pesta yang berhasil atau sukses tentunya
akan ditempatkan di tingkatan tertinggi atau biasa disebut “orang besar” (big
men).
Masyarakat Hortikultura intensif
Masyarakat seringkali menampilakan strata kelas sosial yang turun-
temurun, suatu ciri khas masyarakat terstratifikasi. Tiga strata sosial utama
(pemimpin, sub-pemimpin, massa) merupakan pola yang biasa terjadi. Perbedaan
kedudukan pada mayarakat hortikultura sederhana, pada masyarakat hortikult
intensif ditransformasikan menjadi ketidaksamaan yang berarti perbedaan akses
pendapatan. Namun, karena penguasa dan massa dihubungkan oleh tali
kekerabatan, sistem stratifikasi yang terjadi memiliki batas-batas yang pasti. Tali
kekerabatan ini berfungsi membatasi hak instimewa pemimpin agar tidak semena-
mena dan memperhatikan kesejahteraan massa.
Masyarakat Agraris
Salah satu ciri khas yang kuat dalam masyarakat agraris adalah adanya
jurang yang luas dalam kekuasaan, hak istimewa, dan prestise yang terjadi antara
kelas dominan dan subordinatnya. Sistem strataifikasi sosial masyarakat agraris
umumnya terdiri dari strata sosial berikut:
Elit ekonomi-politik yang terjadi dari penguasa dan keluarganya
serta kelas tuan tanah.
Kelas rentenir/penyewa
Kelas pedagang
Kelas rohaniawan
Kelas petani
Kelas seniman
Kelas “sampah masyarakat”
Empat kelas yang teratas dianggap kelompok kelas yang memiliki hak-hak
istimewa. Tetapi kelompok-kelompok yang memiliki hak istimewa terpenting
tentu saja kelas elit ekonomi-politik : kelas penguasa dan pemerintah. Selain
empat kelas tadi adalah masuk kedalam kelas bawah. Karana petani merupakan
kelas yang terbsar maka kelas petani menjadi kelas yang paling tereksploitasi.
9. 9
d. Teori-Teori Stratifikasi Sosial
Teori Evolisioner-fungsionalis
Beberapa teori perkembangan stratifikasi telah dikemukakaan oleh para
ahli atau ilmuwan sosial. Teori yang paling terkenal tentang stratifikasi sosial
adalah teori evolusioner-fungsionalis Talcott Parsons (1966, 1977). Parsons
menganggap bahwa evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat
kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai
“kapasitas adaptif”. Kapasitas adaptif adalah kemampuan masyarakat untuk
merespon lingkungan dan mengatasi berbagai masalah yang selalu dihadapai
manusia sebagai makhluk sosial. Persons beranggapan bahwa timbulnya
stratifikasi menjadi aspek penting dari evolusi akibat meningkatnya kapasitas
adaptif dalam kehidupan sosial. Bagi Parsons dobrakan evolusioner (evolutionary
breakthrought) lah yang membuat banyak benuk-bentu kemajuan sosial.
Stratifikasi berperan sangat penting kerena masyarakat dapat mengatasi
keterbatasan-keterbatasan mereka. Jika tiap orang diperlakukan sama dan
mempunyai kesamaan derajat, maka peran kepemimpinan yang dibutuhkan untuk
mengatasi tantangan dan permasalahan dalam kehidupan sosial tidak terjadi.
Kekurangan dari teori ini adalah anggapan Parsons bahwa semakin
kontemporer dan kompleks masyarakat, maka semakin unggul efektifitas
organisasinya dibandingkan dengan masyarakat terdahulu banyak dibantah oleh
para antropolog karena dari bukti empirik tidak mendukung argumen tersebut.
Selain itu Parsons juga tidak melihat sisi negatif dari stratifikasi sosial yang
mungkin berpengaruh pada masyarakat.
Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski (1966) telah mengemukakan teori stratifikasi
lainnya tetapi dengan orientasi materialistik dan berlandaskan teori konflik. Teori
ini justru sangat berlawanan dengan dengateori Parsons. Teori Lenski berasumsi
bahwa manusia adalah makhluk yang mementingkan diri sendiri dan selalu
berusaha untuk mensejahterakan dirinya. Individu berperilaku menurut
kepentingan pribadi, dan bekerja sama dengan sesama jika ada kaitnnya dengan
kepentingannya, dan akan berebut dengan sesama jika melihat kesempatan
terbuka bagi kepentingannya. Lenski beranggapan kesamaan dasar dapat terjadi
dalam masyarakat dimana kerja sama menjadi hal yang essensial dalam mencapai
kepentiang individu.
Surplus produksi ekonomilah yang menyebabkan berkembangnya
stratifikasi. Semakain besar surplus, semakin besar pula stratifikasi yang terjadi.
Menurut Lenski besarnya surplus ditentukan oleh kemampuan teknologi manusia.
10. 10
Dengan kata lain ada hubungan antara derajat perkembangan teknologi dengan
derajat stratifikasi. Berbeda dengan teori Parsons, data-data empirik tentang
evolusi stratifikasi justru sangat konsisten dengan teori Lenski. Meskipun
demikian, banyak masalah dalam teori ini, dan hubungan antara perkembangan
teknologi dan stratifikasi tidak jelas. Walaupan sangan berhubungan erat dengan
stratifikasi namun perkembangan teknologi bukan merupakan faktor kausal.
Kelemahan utama teori Lenski adalah asumsinya tentang surplus ekonomi.
Lenski menganggap bahwa surplus ekonomi disebabkan oleh kemajuan teknologi.
Tetapi kenyataannya tidak begitu, kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya
surplus; namun sebagaimana dikemukaan oleh Ester Boserup (1965) – orang tidak
akan secara otomatis ingin memproduksinya, karen hal tersebut membutuhkan
kerja lain yang berakibat tidak pasti.
Teori Kelangkaan (Scarcity Theory)
Tokoh-tokoh pada Teori ini adalah Michael Harner (1970), Morton Fried
(1967) dan Rea Lesser Blumberg (1978). Secara singkat teori kelangkaan dapat
dilihat sebagai berikut;
Tekanan
penduduk
Kemajuan teknologi
Kekurangan/kelangkaan persediaan tanah untuk
bercocok tanam
Meningkatnya egoisme dalam pemilikan tanah
Tumbuhnya stratifikasi (dalam arti perbedaan
kekuasaan dalam menguasai kualitas surplus
kekayaan
Munculnya perbedaan akses terhadap sumber
daya
Kemampuan beberapa kelompok, memaksa
yang lain untuk memproduksi surplus ekonomi
Produksi surplus ekonomi
11. 11
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan
semakin intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk. Tekana
penduduk terhadap sumber daya menyebabkan masyarakat pemburu dan peramu
mengadopsi pola subsistensi pertanian. Dari sinilah tumbuh pemilikan tanah oleh
keluarga besar, tetapi pemilikan masih lebih bersifat komunal daripada pribadi.
Semakin meningkatnya tekanan penduduk masyarakat hortikultura semakin
memperhatikan pemilikan tanah. Semakin langka tanah untuk bercocok tanam
semakin meningkat pula tingkat egoisme dalam pemilikan tanah, dan orang mulai
mempunyai tanah yang lebih luas dari yang lain. Dari sini munculah perbedaan
akses atas sumber daya, dan suatu kelompok memaksa kelompok lain untuk
menghasilkan surplus ekonomi melebihi dari apa yang dibutuhkan. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya kelas bersenang-senang sekarang ini. Sejak tekanan
penduduk meningkat menimbulkan meningkatnya standar hidup, surplus ini
dimungkinkan oleh teknologi. Dengan meningkatnya tekanan penduduk dan
teknologi, perbedaan akses atas sumber daya semakin terlihat nyata, begitu juga
stratifikasi yang semakin intensif dengan dorongan politik yang semakin besar.
Teori kelangkaan beranggapan bahwa proses ini telah terjadi bukan hanya sekali
tetapi berkali kali, dalam sejarah manusia.
Penting untuk diketahui bahwa stratifikasi mempunyai kehidupannya
sendiri. Dengan kata lain munculnya berbagai kelompok dalam masyarakat
dengan perbedaan akses terhadap produksi, berbagai kelompok ini sangat
terdorong untuk mempertahanka kemajuannya, bahkan meningkatkan kalau bisa.
Jadi, sistem stratifikasi sosial cenderung mempertahankan diri dan sekaligus
meningkatkannya.
B. Bentuk Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Industri
a. Transisi Menuju Masyarakat Industri : Suatu Pengaruh
Stratifikasi
Seperti yang telah dibahas pada point sebelumnya, ada kecenderungan
yang kuat dalam evolusi bentuk kehidupan yang terstratufikasi sepanjang sejarah
kehidupan manusia. Perubahan masyarakat dari pemburu-mermu menjadi agaris
berhubungan dengan semakin kompleks dan semakin ekstrimnya stratifikasi.
Namun, Lenski (1966) berpendapat, dalam perubahan masyarakat agraris ke
masyarakat industri, lebih rendah dari masyarakat agraris di masa lampau.
Argumentasi Lenski bahwa elit ekonomi dalam masyarakat industri mendapat
bagian yang lebih kecil daripada elit masyarakat agraris tampaknya dapat
diterima, dan terdapat bukti-bukti yang mendukung pemikirannya. Namun, ada
masalah terkait penjelasan Lenski tentang penyebaran sumber daya ekonomi
keseluruh penduduk masyarakat industri. Faktor penyebab yang ditekankannya,
yakni berkembangnya ideologi demokrasi, tidak cukup kuat. Argumen-
12. 12
argumennya terbukti salah oleh fakta-fakta yang dikumpulkannya sendiri. Dimana
ketidaksetaraan ekonomi, kurang mencolok di Uni Soviet daripada di Amerika
Serikat.
b. Stratifikasi Sosialdalam Masyarakat Kapitalis Industri
Dalam kaitannya dengan stratifikasi sosial dalam masyarakat kapitalisme.
Kita bisa melihat distibusi pendapatan dan kekayaan pada negara Amerika
Serikat. Dari data yang diperoleh dari Biro Sensus AS pada tahun 1984,
memperlihatkan tingginya tingkat ketidaksetaraan distribusi pendapatan dalam
masyarakat Amerika. Ditunjukan dari 5% penduduk memiliki kekayaan 4 kali
lipat pendapatan 20% terkaya lainnya. Dan 20% penduduk terkaya tersebut
menerima penghasilan yang lebih banyak dari 60% penduduk yang menjadi
tingkat bawah. Dan dalam kurun waktu delapan periode Sensun yang dilakukan
sebelum tahun 1984 atau sekitar empat puluh tahun, hampir tidak terjadi
perubahan yang signifikan. Dari data-data ini menghasilkan dua kesimpulan
bahwa terjadi ketidaksetaraan yang besar dalam distribusi pendapatan di Amerika.
Dan juga pola ketidaksetaraan ini tidak memperlihatkan kecenderungan menuju
kesetaraan dalam lima puluh tahun. Bisa dikatak bahwa tingkat stratifikasi dalam
pada masyarakat Amerika Serikat dalam bidang ekonomi sangat tinggi.
c. Pola Kehidupan Terstratifikasi dalam Masyarakat Negara
Sosialis
Keluar dari permasalahan stratifikasi pada masyarakat kapitalis, sekarang
kita beralih ke pembahasan sejauh mana perbedan kelas terdapat dalam
masyarakat sosialis saat ini. Dilihat dari srtuktur dasar kelas dan ketidaksamaan
hak istimewa. Parkin (1971) mengemukakan pandangan tentang perubahan sifat
stratifikasi di Uni Sovietia. Ia menulis, pada periode sebelum berkuasanya partai
komunis, dilaksanaakan kebijakan pemerataan ekonomi. Reformasi fundamental
diberlakukan dengan tujuan pemerataan dalam distribusi pendapat dan perbedaan
upah antar pekerja kasar dan pekerja kantor dikurangi. Sebagai tambahan
dilakukan reformasi pendidikan dan pemerataan hak-hak istimewa. Struktur kelas
pada masyrakat sosialis adalah sebagai berikut:
Para intelektual kantoran, terdiri dari para profesional, menejerial,
dan administrator,
Pekerja manual terampil,
Pekerja kantoran tingkat bawah,
Pekerja tidak termpil.
Kelas yang paling istimewa adalah kelas intelektual kantoran yang
mempunyai hak-kak istimewa diantaranya tambahan gaji khusus seperti,
13. 13
akomodasi kualitas tinggi kesempatan perjalanan keluar negeri, memakai mobil
dan barang-barang milik negara dan lain lain.
d. Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Industri : Suatu Penilaian
Perbandingan
Masyarakat sosialis dan kapitalis memilki kesamaandan perbedaan dalam
sistem stratifikasinya (Rissides, 1990:456-457). Kesamaan utama adalah
keduanya memiliki pembagian kerja yang sebanding dan karena itu memiliki
pengelompokan kerja yang sama. Disamping itu sistem keduanya menekankan
prestasi individu, dan memiliki angka mobilitas yang tinggi jika dibandingkan
masyarakat agraris pada masa lampau. Kesamaan lain adalah kelas-kelas istimewa
dapat mentransfer keuntungannya pada keturunannya. Perbedaan yang penting
dalam sistem stratifikasinya terletak pada ketidaksamaan pendapatan. Masyarakat
sosilalis memiliki pendapat yang lebih rendah daripada masyarakat kapitalis.
Perbedaan kedua adalah pegawai kantoran rendah pada masyarakat sosialis tidak
memiliki kedudukan yang sama seperti pada masyarakat kapitalis. Perbedaan
ketiga adalah menyangkut sifat dan komposisi kelas yang terjadi. Dalam
masyarakat kapitalis kelas dominan ditempati oleh elit yang sangat kaya dimana
hak istimewa disebabkan oleh kepemilikan kekayaan pribadi. Sebaliknya, pada
masyarakat sosialis hak istimewa didapatkan karena posisinya dalam hirarki
wewenang politik.
e. Teori-Teori Sistem Stratifikai Industri
Dalam kaitannya dengan sistem stratifikasi para ahli sosiolog
megemukakan tiga teori utama yaitu:
Teori Fungsionalisme
Teori ini diajukan oleh Kingsley Davis. Toeri ini berpendapat bahwa
stratifikasi adalah hak yang universal dan didak dapat dihindar dalam kehidupan
manusia kerna ia menyumbangan hal penting demi kelangsungan hidup dan
kesejahteraan sosial manusia. Secara khusus keidaksetaraan imbalan berfugsi
sebagai insentif untuk memotifalsi manusia agar melaksanakan peran-peran
penting dalam masyaraka, sehingga fungsi-sungsi kemasyarakatan dapat berjalan
efektif. Suatu tingkat imbalan ekonomi dan sosial sesuai dengan sumbangan
terhadap masyarakat.
Teori Marxian
Menekankan pemilik kekayaan pribadi sebagai kunci penentu strukur
stratifikasi. Sumbu utama stratifikasi dalam masyarakat kapitalis adalah
persaingan antara kaum borjuis dan kaum proletariat. Individu mendapat hak
istimewa dan prestis sesuai dengan tingkat pemilikan kekayaan pribadi.
14. 14
Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam
hubungan pemilikan modal.menyoroti berbagai jalan yang ditempuh oleh
kelompoksosial yang memonopoli sumber daya dengan tujuan mendapatkan
prestise yang tinggi dan hak istimewa. Jadi tingkat imbalan ekonomi dan sosial
induvidu sesuai dengan proporsi penguasaan mereka atas sumber daya penting
tersebut.
15. 15
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Stratifikasi sosial Menurut Pitrim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk
atau masyarakat kedalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat. Dan bahwa
stratifikasi sosial dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum
dalam masyarakat yang hidup teratur. Stratifikasi sosial juga memunyai sifat dasar
yang membedakan antara stratifikasi sosial dengan ketidaksamaan. Perlu
ditekankan bahwa stratifikasi tidak serta merta ada didalam masyarakat.
Stratifikasi sosial juga mengalami proses perkembangan evolusi dari yang
sebelumya tidak ada menjadi ada dan menjadi semakin komplek. Dalam
perkembangannya stratifikasi sosial dilandasi beberapa teori diantaranya; Teori
Evolusioner-Fungsionalis, Teori Surplus, dan Teori kelangkaan.
Stratifikasi juga terjadi pada masyarakat industri. Baik masyarakat industri
kapitalis maupun masyarakat industri Sosialis. Meskipun masyarakat industri
kapitalis dan masyarakat industri sosialis salingber tolak belakang, namun ada
beberapa kesamaan dalam pola stratifikasi sosial keduanya. Dan jelas, ada juga
perbedaan diantara keduanya. Teori yang menaungi stratifikasi sosial pada
masysrakat industri antara lain; Teori Fungsionalisme, Teori Marxian, dan Teori
Weberian.
16. 16
DAFTAR PUSTAKA
Senderson, Stephen K. 2003. MakroSosiologi “Sebuah Pendekatan Terhadap
Realitas Sosial”. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada.
http://id.wikipedia.org/wiki/stratifikasi_sosial