Dokumen tersebut membahas tentang paradigma institusionalisme dalam 6 poin utama. Pertama, institusionalisme adalah pandangan dunia yang melihat institusi sebagai penyebab perilaku manusia. Kedua, terdapat 2 pendekatan utama institusionalisme yaitu teori regulatif dan normatif. Ketiga, institusionalisme melihat organisasi lebih sebagai sistem sosial daripada alat. Keempat, terdapat berbagai aliran institusionalisme seperti
2. Licoln (1985) berpendapat bahwa
Institusionalism adalah sebuah
paradigma (worl view-cara pandang
melihat realita).
3. Secara garis besar sejarah istitusional
berkaitan dengan perilaku manusia
meliputi dua hal, yaitu:
1. Menyebabkan individu berusaha
memaksimalkan manfaat aturan dalam
institusi (disebut juga teori institusi
regulatif yang mirip dengan teori pilihan
rasional atau rational choice theory).
4. 2. Perilaku sekedar menjalankan tugas
sesuai aturan (disebut juga teori institusi
normatif).
5. bahwa organisasi lebih merupakan sistem
sosial yang bentuknya di pengaruhui
oleh sistem simbolis, budaya, dan aspek
sosial yang lebih luas dimana organisasi
tersebut berada, dari pada seperangkat
alat yang terstruktur untuk
mengefektifkan kegiatan organisasi.
6. Merupakan sebuah “wadah” dimana di
dalamnya ada bermacam-macam aliran
atau madzab yang masing-masing memiliki
fokus kajian yang berbeda-beda terhadap
organisasi. Aliran-aliran tersebut antara lain:
1. Normatif Istitusionalism
Menggambarkan organisasi sebagai
“system of belief”. Dalam bahasa Hall dan
Taylor (1996) dikatakan “Institutions provide
moral or congnitive temlates for
interpretation and actions.
7. 2. Rational Choice Intitusionalism
ada dua sudut pandang yaitu:
a. Melihat Institusi sebagai kendala yang
bersifat eksogenus atau “ as an
exogeneously given game form “
(Shepsle, 2005).
b. Lebih mendalam karena tidak melihat
institusi sebagai kendala yang
ditetapkan secara eksternal
(exogeneous).
8. 3. Historical Institusionalism
Aliran ini mengakui pentingnya “sejarah”
perkembangan institusi.
4. Contructivist Institusionalism
yang berarti proses pembentukan secara
terus menerus adalah konsep pokok
contructivism.
5. Institusional Economics
John r Common Dalam artikelnya “
Intitusional Economics” (1931) menyatakan
bahwa, ekonomi adalah jejaring
hubungan-hubungan antar manusia yang
memiliki berbagai kepentingan.
9. 6. Radical Institusionalism
memusatkan pada aspek non-kognitif,
bahkan radical Institusionalism lebih
tegas dalam memilih objek amatan,
yaitu gerakan-gerakan radikal (Buruh,
Petani dan masyarakat). Ataupun
kegagalan “sistem pasar”.
10. 1. Comparatif Analysis, sering disebut
dengan Historical Comparative
Methode.
2. Studi kasus dengan pendekatan
etnografis.
3. Metode-metode riset kuantitatif, yang
cenderung meneliti hanya sebagian
dari fenomena.
11. Menurut March dan Olsen (2005, Working
Papper, Elaborating the New
Institusionalism) memiliki dua asumsi,
Pertama: Institusi menciptakan elemen-
elemen keteraturan dan prediktabilitas
(daya rama). Kedua, bahwa terjemahan
(translation) dari struktur ketindakan politik
dan dari tindakan menjadi perubahan
yang institusional ditimbulkan oleh proses
yang rutin dan bisa di pahami.
12. Regulative Normative Cognitive
Basis of
Compliance
Expendience Social
Obligation
Taken for
Granted
Mechanism Ceorcive Normatif Mimetic
Logic Instrumentality Appropriateness Orthodoxy
Indicator Rules, Law,
Sanctions
Certifications,
accreditation
Prevalence,
isomorphism
Basis Of
Ligitimacy
Legally
Sanctioned
Morally
governed
Cukturally
supported,
conceptually
correct