MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
Bk stkip by omer
1. Pengembangan instrumen penelitian
PENGERTIAN INSTRUMEN
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan
penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan
kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif.[2] Sedangkan menurut Djaali
dan Muljono, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu
variabel.[3]
Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian dan penilaian.
Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data.[4] Menurut Arikunto, data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data
tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.[5]
Untuk mengumpulkan data penelitian dan penilaian, seseorang dapat menggunakan instrumen
yang telah tersedia atau biasa disebut instrumen baku (standardized) dan dapat pula dengan instrumen
yang dibuat sendiri. Jika instrumen baku tersedia maka seseorang dapat langsung menggunakan
instrumen tersebut namun jika instrumen tersebut belum tersedia atau belum baku maka seseorang harus
dapat mengembangkan instrumen buatan sendiri untuk dibakukan sehingga menjadi instrumen yang
layak sesuai fungsinya.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah
pengembangan instrumen, yaitu: 1). Mendefinisikan variabel; 2). Menjabarkan variabel ke dalam
indikator yang lebih rinci; 3). Menyusun butir-butir; 4). Melakukan uji coba; 5). Menganalisis
kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability).[6] Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah
pengembangan alat ukur khususnya atribut non-kognitif adalah: 1). Pengembangan spesifikasi alat ukur;
2). Penulisan pernyataan atau pertanyaan; 3). Penelaahan pernyataan atau pertanyaan; 4). Perakitan
instrumen (untuk keperluan uji-coba); 5). Uji-coba; 6). Analisis hasil uji-coba; 7). Seleksi dan perakitan
instrumen; 8). Administrasi instrumen; 9). Penyusunan skala dan norma.[7]
Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah penyusunan dan
pengembangan instrumen yaitu:
1) Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk variabel
2) Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel
3) Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir
dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator
4) Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke
kutub lain yang berlawanan
2. 5) Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya butir
instrumen digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau pertanyaan positif
dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negatif
6) Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik
7) Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang menilai
seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi dan
butir sebagai jabaran indikator
8) Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis
9) Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen secara
terbatas untuk keperluan uji coba
10) Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses validasi
empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang mempunyai
karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah data empiris yang
kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang
dikembangkan
11) Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
internal maupun kriteria eksternal
12) Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan butir yang tidak valid
13) Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid dikeluarkan atau
direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.
14) Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas
instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen
15) Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final [8]
Terkait dengan penilaian kinerja, Gronlund menjelaskan langkah-langkah
penyusunan performance assessmentyaitu :
1) Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai
2) Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil)
3) Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan
4) Tentukan situasi performance
5) Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor [9]
Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa
secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan definisi konseptual dan operasional
Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah
merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang dikembangkan
3. secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen
yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari variabel yang akan diukur.
2) Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan
Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel
spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan.
Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap pernyataan
dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan diukur.
Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.
3) Penelaahan pernyataan
Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui
proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.
Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan
pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran
yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan
seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur
indikator.[10] Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual
maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba.
4) Uji coba
Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba
tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai
karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari
sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau
validitas kriteria yang dikembangkan.
5) Analisis
Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien
validitas butir dan reliabilitas instrumen.
6) Revisi Instrumen
Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak
valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan
dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.
7) Perakitan instrumen menjadi Instrumen final
Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus
diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut
harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan
reliabilitas instrumen.
4. D. VALIDITAS
Validitas berasal dari kata validity yang berarti “keshahihan”. Validitas adalah sejauh mana suatu
alat ukur atau tes melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya diukur.[11] Artinya sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. [12] Atau dengan kata lain
validitas adalah kecocokan antara alat ukur (tes) dengan sasaran ukur.[13] Tes yang valid adalah tes yang
mampu mengukur apa yang hendak diukur, tes yang valid untuk tujuan tertentu mungkin tidak valid
untuk tujuan lain.[14] Oleh karena itu validitas selalu dikaitkan dengan tujuan tertentu.
Validitas pengukuran memiliki nilai dari rendah ke tinggi,
makin tinggi tingkat validitas makin baik pengukuran itu.
Pemeriksaan validitas pengukuran dilakukan sebelum alat ukur/tes digunakan sesungguhnya.
Pemeriksaan validitas pengukuran dapat dilakukan pada saat tes baru dibuat atau disusun dan dapat juga
dilakukan pada saat uji coba alat ukur.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan tingkat validitas rendah, maka alat ukur dapat diperbaiki.
Pemeriksaan validitas dan perbaikan alat ukur dilakukan berulang-ulang sampai alat ukur mencapai
validitas pengukuran yang cukup tinggi.
Ada 3 jenis validitas pengukuran yaitu: validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk. Validitas isi
adalah kecocokan di antara isi alat ukur (tes) dengan isi sasaran ukur. Artinya alat ukur yang mempunyai
validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya
dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam kurikulum.[15]
Termasuk dalam validitas isi adalah
validitas wajah (face validity) yakni kecocokan di antara tampilan tes dengan responden yang akan
menanggapinya.
Validitas kriteria adalah validitas yang berdasarkan kriteria yaitu kecocokan diantara prediktor (skor
prediktor) dengan kriteria (skor kriteria). Validitas kriteria ditujukan kepada baik atau tidak baiknya
prediktor (skor prediktor).
Jika validitas kriteria baik, maka alat ukur prediktor (skor prediktor) dapat digunakan untuk berbagai
keperluan sejenis. Ada dua jenis validitas kriteria yaitu validitas konkuren (serentak) yakni kriteria
terdapat pada saat yang sama dengan prediktor dan validitas prediktif yakni kriteria terdapat kemudian
setelah prediktor.[16]
Validitas konstruk hakekatnya adalah sama dengan validitas isi namun digunakan untuk instrumen yang
dimaksudkan mengukur variabel-variabel konstruk. Variabel konstruk adalah variabel yang abstrak hasil
konstruksi para pakar, misalnya
5. Metode Pengumpulan Data Assesment
A. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah
data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok
fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji,
laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah,
dan lain sebagainya.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan
apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber
langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket
terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.
1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk
dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika
respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam
Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan
penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
Isi dan tujuanpertanyaanartinyajikaisi pertanyaanditujukanuntukmengukurmakaharusada
skalayang jelasdalampilihanjawaban.
6. Bahasa yangdigunakanharusdisesuaikandengankemampuanresponden.Tidakmungkin
menggunakanbahasayangpenuhistilah-istilahbahasaInggrispadarespondenyangtidak
mengerti bahasaInggris,dsb.
Tipe dan bentukpertanyaanapakahterbukaatauterturup.Jikaterbukaartinyajawabanyang
diberikanadalahbebas,sedangkanjikapernyataantertutupmakarespondenhanyadiminta
untukmemilihjawabanyangdisediakan.
2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden
yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau
situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa,
semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang
penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan
dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data
penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena
hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam
peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan,
kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan
karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel
kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif)
7. Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstrukturartinyapeneliti telahmengetahui denganpasti apainformasi yangingin
digali dari respondensehinggadaftarpertanyaannyasudahdibuatsecarasistematis.Peneliti
jugadapat menggunakanalatbantutape recorder,kameraphoto,dan material lainyangdapat
membantukelancaranwawancara.
2. Wawancara tidakterstrukturadalahwawancarabebas,yaitupeneliti tidakmenggunakan
pedomanwawancarayangberisi pertanyaanyangakandiajukansecaraspesifik,danhanya
memuatpoin-poinpentingmasalahyangingindigali dari responden.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika
pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
Pengamatandigunakanuntukpenelitiandantelahdirencanakansecarasistematik.
Pengamatanharusberkaitandengantujuanpenelitianyangtelahdirencanakan.
Pengamatantersebutdicatatsecarasistematisdandihubungkandenganproposisi umumdan
bukandipaparkansebagai suatusetyangmenarikperhatiansaja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan
langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal,
perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu
perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang
tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek
tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut,
karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat
ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung
sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
Bisamembangunhubungandanmemotivasiresponden
Bisamengklarifikasi pertanyaan, menjernihkankeraguan,menambahpertanyaanbaru
8. Bisamembacaisyarat nonverbal
Bisamemperolehdatayangbanyak
Sementara kekurangannya adalah :
Membutuhkanwaktuyanglama
Biayabesar jikarespondenyangakandiwawancaraberadadi beberapadaerahterpisah
Respondenmungkinmeragukankerahasiaaninformasiyangdiberikan
Pewawancaraperludilatih
Bisamenimbulkanbiaspewawancara
Respondenbiasmenghentikanwawancarakapanpun
Wawancara via phone
Kelebihan
Biayalebihsedikitdanlebihcepatdari warancaratatap muka
Bisamenjangkaudaerahgeografisyangluas
Anomalitaslebihbesardibandingwawancarapribadi (tatapmuka)
Kelemahan
Isyaratnon verbal tidakbisadibaca
Wawancara harus diusahakansingkat
Nomortelponyangtidakterpakai bisadihubungi,dan nomoryangtidakterdaftarpun
dihilangkandari sampel
3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan
lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan
kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner
secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan
kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan
memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu
kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak
memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan
untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
1. Memperlakukaninformasi yangdiberikanrespondendenganmemegangprinsipkerahasiaan
dan menjagapribadi respondenmerupakansalahsatutanggungjawabpeneliti.
2. Penelititidakbolehmengemukakanhal yangtidak benarmengenai sifatpenelitiankepada
subjek.Dengandemikian,peneliti harusmenyampaikantujuandari penelitiankepadasubjek
denganjelas.
3. Informasi pribadi atauyangterlihatmencampuri sebaiknyatidakditanyakan,danjikahal
tersebutmutlakdiperlukanuntukpenelitian,makapenyampaiannyaharusdiungkapkandengan
9. kepekaanyangtinggi kepadaresponden,danmemberikanalasanspesifikmengapainformasi
tersebutdibutuhkanuntukkepentinganpenelitian.
4. Apapunsifatmetode pengumpulandata,hargadiri dan kehormatansubjektidakboleh
dilanggar
5. Tidakbolehadapaksaan kepadaoranguntukmeresponsurvei danrespondenyangtidakmau
berpartisipasi tetapharusdihormati.
6. Dalamstudy lab,subjekharusdiberitahukansepenuhnyamengenai alasaneksperimensetelah
merekaberpartisipasi dalamstudi.
7. Subjektidakbolehdihadapkanpadasituasi yangmengancammereka,baiksecarafisikmaupun
mental.
8. Tidakbolehadapenyampaianyangsalahatau distorsi dalammelaporkandatayang
dikumpulkanselamastudy.
Referensi :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
Note : Materi yang ditulis dalam artikel ini secara lebih lengkap dapat anda dapatkan di buku
kami yang baru terbit.