Dokumen tersebut membahas tentang metodologi penelitian kualitatif yang mencakup skala pengukuran, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, serta teknik pengumpulan data seperti wawancara dan angket.
1. UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SIDOARJO Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar http://www.unusida.ac.id
Metodologi Penelitian
1. Pengantar
Alhamdulillah puji syukur atas karunia Allah SWT yang telah memberikan segala karuni
kesehatan dan kelancara dalam menyelesaikan tugas kelompok pertama ini dengan tepat
waktu, dan dengan bantuan teman-teman semua akhirnya tugas ini dapat selesai hingga hari
ini. Trimakasih atas kerja sama dan kekompakannya dalam menyelesaikan tugas
merangkum bab 6,
7 dan 12 ini, untuk dosen pembimbing kami ucapkan begitu banyak terimakasih atas
bimbingannya hingga saat ini semoga kita semua dapat menyelesaikan tanggung jawab
kita dalam mengerjakan tugas. Semoga tiada henti untuk teris membimbing kami.
Amin
Disusun oleh: Sabtu, 10 Maret 2018
1. Cholifatul Aulia’ (D24150013) nurillahirfanaaulia@gmail.com
2. Dia Wadakusuma V. (D24150015) viviviccenoli@gmail.com
3. Fadila Reni A. (D24150025) fadila.reni17@gmail.com
4. Estika Amalia A. (D24150023) estikaanggreni95@gmail.com
5. Zakiya Citra D. (D24150085) zakiyahcitra@gmail.com
2. BAB 6
Skala Pengukuran, Instrumen Penelitian, Cara Menyusun Instrumen, Contoh Judul
Penelitian dan Instrumen yang dikembangkan, Validitas dan Realibilitas Instrumen,
dan Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen.
A. Skala Pengukuran
Pada bab ini Prof. Sugiyono memaparkan tentang macam – macam skala pengukuran dan
instrument penelitian. Penulis mengatakan bahwa skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Skala pengukuran terdiri atas :
1. Skala Likert; digunakan untuk mengukur sikap,pendapat dan perpsi sesorang atau
sekelompok orang tentang fenomena social. Instrumen penelitian yang
menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan
ganda.
2. Skala Guttam; skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas
yaitu ya atau tidak; benar atau salah. Data yang diperoleh dapat berupa data
interval atau rasio dikhotomi. Penelitian menggunakan skala guttam dilakukan bila
ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang
dinyatakan.
3. Semantic differensial; digunkan untuk mengukur sikap,hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist,tetapi tersusun dalam suatu garis kontinum yang
jawabanya sangat positif terletak dibagian kiri garis dan jawaban yang sangat
negative terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.
4. Rating Scale; data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif
B. Instrumen Penelitian
Adapun pengertian dari instrument penelitian yaitu suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun social yang diamati (variable penelitian). Prof. Dr. Sugiyono
mengatakan bahwa apabila kita melakukan penelitian dalam bidang pendidikan ada tiga
instrumen yang perlu dibuat yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah
3. Instrumen untuk mengukur prestasi belajar murid
C. Cara Menyusun Instrumen
Dalam bab ini juga penulis memaparkan cara untuk menyusun instrument. Titik tolak dari
penyusunan adalah variable – varibel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variable –
vriabel tersebut diberikan defenisi operasiuonalnya dan selanjutnya ditentukan indicator yang
akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir- butir pertanyaan atau
pernyataan.
3. D. Validitas dan Realibilitas Instrumen
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan apa yang seharusnya diukur. Meteran
yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang
alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk
mengukur berat. Instrumen yang relibel adalah intrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang
dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konsisten.
Reliabilitas Instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh
karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian
realibilitas instrumen perlu dilakukan.
E. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yang akan
digunakan untuk penelitian.
1. Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Konstrak ( Construct Validity )
Untuk pengujian validitas konstrak, dapat digunakan pendapat para ahli
(judgment experts). Misalnya akan dilakukan pengujian construct validity
melalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja guru.
Jadi dalam hal ini variabelpenelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori
dan hasil konsultasi ahli, indikator prestasi kerjapegawai meliputi dua faktor
yaitu : kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja.
b. Pengujian Validitas Isi ( Content Validity )
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Secara teknis pengujian validitas konstrak dan validitas isi
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau menarik
pengembangan instrumen. Misalnya analisis item dilakukan dengan
menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda
dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok
bawah.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan ( untuk
mencari kesamaan ) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi dilapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan
dengan catatan-catatan dilapangan ( empiris ) tentang kinerja pegawaai yang
baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kiteria dalam instrumen dengan fakta
di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas
eksternal yang tinggi.
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-resest ( stability
), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat
4. diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan
teknik tertentu.
a. Test-resest
Instrumen penelitian yang realibilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. jadi dalam
hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktu yang berbeda.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. Misalnya ( untuk satu butir saja ) ; berapa tahun pengalaman
kerja anda di lembaga ini?. pertanyaan tersebut dapat ekuivalen dengan
pertanyaan berikut. Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?
c. Gabungan
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen.
3. Contoh Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang akan diuji adalah instrumen situasi kepemimpinan kepala sekolah,
seperti contoh di depan. Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh para
ahli. Oleh karena itu instrumen telah dicobakan kepada 30 responden. Instrumen
terdiri atas 18 butir ( item ), dimana tiap butir disiapkan 4 interval jawaban.
Jawaban terendah diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor 4.
a. Pengujian Validitas Instrumen
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkoreksikan
skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan
Teknik Belah Dua ( split half ) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen di belah menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap.
Selanjutnya skor data tiap kelompok iru disusun sendiri.
5. F. CONTOH JUDUL PENELITIAN DAN INSTRUMEN YANG
DIKEMBANGKAN
Judul penelitian :
GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAAN SERTA PENGARUH NYA TERHADAP
IKLIM KERJA ORGANISASI
Jidil tersebut terdiri dari dua variabel independen dan satu dependen masing- masing
instrumennya adalah:
a. Instrument untuk mengatur variabel gaya kepemimpinan
b. Instrument untuk mengatur variabel situasi kepemimpinan
c. instrument untuk mengatur variabel iklima organisasi
supaya penyusunan instrument lebih sistematis sehingga mudah untuk dikontrol,
dikoreksi, dan di konsultasikan pada ahli. Maka sebelum instrument, maka perlu dilihat kisi-
kisi instrument tersebut. Selanjutnya untuk menyusun item-item instrument maka indicator
dari variabel yang akan diteliti dijabarkan menjadi item-item instrument. Instrument harus
disusun dengan bahasa yang jelas sehingga mudah dipahami apa yang dimaksud pada item
instrument tersebut. Indicator-indikator variabel itu sering disebut suatu “ construct” dari
suatu instrument yang dalam membuatnya diperlukan berbagai konsep dan teori serta hasil
penelitian yang memadai
Instrumen tentang gaya pemimpinan itu dikembangkan dari teori kepemimpinan
situasional. Oleh karena itu gaya kepemimpinan yang baik tergantung pada situasi nya.pada
saat menjelaskan tugas-tugas kelompok maka ia harus bergaya direktif, pada saat
menunjukan hal-hal yang dapat menarik minat anggotanya maka ia harus bergaya suportif,
dan untuk merumuskan tujuan kelompok maka ia bergaya parsitipasif . jadi tidak berarti gaya
kepemimpinan yang baik itu yang partisipatif. Dengan instrument gaya kepemimpinan maka
dapat digunakan mengukur kualitas gaya kepemimpinan seseorang. Menilai kepemimpinan
lebi obyektif bila sumber datanya menggunakan berbagai kelompok yang terlibat dengan
pererjaan pimpinan maka itu akan obyektif bila sumber datanya adalah:
1. bawahannya
2. teman kerjanya
3. atasnya
4. yang bersangkutan( pemimpin menilai dirinya sendiri)
Bentuk-bentuk instrumen mana yang akan dipilih tergantung bebberapa factor
diantaranya adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan bila akan menggunakan
angket maka bentuk pilihan ganda lebih komunikatif tetapi tidak hemat kertas dan instrument
menjadi tebal sehingga responden malas untuk menjawabnya bentuk checklist dan ranting
scale dapat digunakan sebagai pedoman observasi maupun wawancara .kapan ketiga metode
pengumpulan data ini gunakan?
1. Angket : Digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan
dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia
2. Observasi : digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja
gejala alam, responden kecil
6. 3. Wawancara: digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam serta jumalah responden kecil
4. Gabungan ketiganya : digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap dan aku
7. BAB 7
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
A. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti
dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. Bahwa
apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. Bahwa
interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah
sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya
pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi
pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman
untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti
tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara berjalan lancar.
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
B. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar,
2008: 77).
8. Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket
yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip penulisan angket
2. Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka
dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang
diteliti.
3. Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
4. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka
atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan
bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
5. Pertanyaan tidak mendua
6. Tidak menanyakan yang sudah lupa
7. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada
jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
8. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
9. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit
C. Observasi
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti
berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar
mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada
skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat
rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai
dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).
9. BAB 12
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
A. Instrumen Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa, terdapat dua hal utama
yang memengaruhi kualitas hasil peneltian yaitu, kualitas instrumen data dan kualitas
pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan
dengan validitas dan realibilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk pengumpulan data. Oleh karena itu, instrumen
yang telah teruji validitas dan realibilitasnya, belum tentu menghasilkan data yang valid dan
realibel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan
datanya. Instrumen dalam penilaian kuantitatif dapat berupa test, pedoman wawancara,
pedoman observasi, dan koesioner.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman
metode peneliti kualitatif, penguasaan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Peneliti kualitaif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum
jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas.
Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
memasuki obyek penelitian. Dalam peneliti kualitatif “the researcher is the key instrument”.
Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam peneliti kualitatif. Nasution (1988)
menyatakan: “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya
belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalahnya, fokus penelitian, prosedur penelitian,
hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
10. penelitian itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya
yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat difahami bahwa, pada penelitian kualitatif pada
awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah
peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat
dikembangkan suatu instrumen.
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun setelah
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan
instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan
dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Meurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen peneliti sesuai untuk penelitian serupa
karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau
angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standart data
yang ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber. Dan
berbagai cara bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural setting). Pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan berbagai
responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber isinya,
maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
11. primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
1. Pengumpulan data dengan observasi
a. Macam-macam observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan.
Sinafiah faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi
berpartisipasi. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar, dan
observasi yang tak berstruktuk.
Observasi partisipatif
Seperti yang telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan
menjadi empat yaitu, partisipasi pasif, partisipasi moderal, observasi yang
teris terang da tersamar, dan observasi yang lengkap.
a. Partisipasi pasif: jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan
orang yang diamati,tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut
b. Partipasi moderal: dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara
peneliti menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam
mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan,
tetapi tidak ikut semuanya.
c. Partisipasi aktif: dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang
dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap
d. Partisipasi lengkap: dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah
terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
1) Dengan observasi, peneliti dapat hal-hal yang sedianya tidak akan
terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau
ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaganya
2) Dengan pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya
yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan
suasana situasi sosial yang diteliti
12. b. Obyek observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley
dinamakan situasi sosial yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat),
actor (pelaku), dan activities (aktivitas)
1. Place, dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung
2. Actor, orang yang sedang memainkan peran tertentu
3. Activities, kegiatan yang dilakukan actor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung
Observasi terus terang dan tersamar
Suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini
untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan
Observasi tak berstruktur
Observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
c. Manfaat observasi
Menurut patton dalam nasution (1988), dinyatakan bahwa manfaat observasi
sebagai berikut:
Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks
data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan
yang holistik atau menyeluruh
Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan peemuan atau discovery
d. Tahapan observasi
Menurut spradely (1980) tahapan observasi ada tiga yaitu observasi deskriptif,
observasi terfokus, observasi terseleksi
a. Observasi deskriptif
Tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation dan peneliti
menghasilkan kesimpulan pertama.
b. Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation yaitu suatu
observasi yang telah tersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu
13. c. Observasi terseleksi
Pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang telah ditemukan
sehingga datanya lebih rinci.