1. MODUL PROJEK
PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
A. INFORMASI UMUM
1. Identitas Penulis Modul
a. Penyusun : Iman Setiawan D, S.Pd
b. Jenjang Sekolah : SMP
c. Satuan Pendidikan : Yayasan Smart School Swari
d. Tahun Ajaran : 2023/2024
e. Kelas : VII dan VIII
f. Fase : D
g. Tema : Bangunlah Jiwa dan Raganya
h. Sub Tema : Stop Bullying
i. Alokasi Waktu : 80 JP (80 x 40 Menit)
2. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
1) Laptop
2) Printer
3) HP
b. Prasarana
a. Sekolah
b. Internet
B. TUJUAN PROJEK
Modul projek ini mengangkat tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya” dengan topik “Stop
Bullying”. Modul projek ini disusun untuk memberikan kesadaran, pemahaman dan pembelajaran
kepada seluruh siswa mengenai bullying, dampak negatif dari bullying, bagaimana mengatasi bullying
serta bagaimana tindakan yang dilakukan siswa ketika mereka melihat bullying terjadi. Modul projek
ini menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi serta berpusat pada peserta didik, sehingga
peserta didik memiliki kesadaran untuk tidak melakukan bullying kepada siapapun.
C. GAMBARAN PROJEK
Pendidikan sebagai bagian paling penting dalam proses kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat,
untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan bukan hanya berkaitan tentang ilmu pengetahuan.
Pendidikan sebenarnya ialah proses perubahan dalam diri seseorang baik tingkah laku atau sikap.
Proses perubahan tersebut dapat dilihat sebelum dan sesudah mengalami pendidikan. Bagian penting
dari pendidikan ialah peserta didik. Peserta didik merupakan bagian dari makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya agar bisa membantu mengembangkan kemampuannya,
karena anak yang lahir dengan segala kelemahan lalu tanpa bantuan orang lain tidak dapat mencapai
taraf kemanusiaan yang normal. Hak anak tidak cukup terbatas dari segala bentuk diskriminasi dan
kekerasan saja, akan tetapi pendidikan juga merupakan hak untuk anak. Dunia pendidikan seharusnya
tidak untuk menjadi tempat kekerasan melainkan untuk menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk
anak-anak belajar.
Siswa SMP adalah bagian penting dari proses pendidikan. Siswa SMP adalah remaja yang
sedang mengalami peralihan menuju masa dewasa. Menurut Santrock (2003: 23), masa remaja adalah
2. periode transisi, saat seorang individu mengalami perubahan fisik dan psikologis dari kanak-kanak
menjadi dewasa. Santrock (2003: 28) juga mengatakan bahwa, pada masa transisi ini, remaja
dipandang dari dua sisi yang berlainan, disatu sisi remaja ingin menjadi seorang yang mandiri tanpa
bantuan orang tuanya lagi namun disisi lain remaja masih membutuhkan bantuan dari orang tuanya.
Peran orang tua bagi remaja dalam melewati tugas perkembangan sangatlah penting, adanya
kehadiran orang tua dan terpenuhinya kebutuhan serta penerimaan dari keluarga dapat membuat
seseorang merasa bahwa dirinya dicintiai dan diterima sehingga dia dapat menghargai dirinya sendiri.
Perasaan aman dan kasih sayang yang diterima dari keluarga dapat membawa pada terbentuknya
penerimaan diri yang baik pada remaja. Dyah (2008: 6) mengatakan bahwa perasaan aman dan
terlindungi memungkinkan adanya suatu perkembangan yang wajar bagi anak agar menjadi manusia
dewasa yang bertanggung jawab dan matang pribadinya.
Selain orang tua, teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan pada masa- masa remaja. Karena remaja dalam masyarakat yang modern seperti sekarang
ini banyak menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan teman sebaya mereka. Pada masa
remaja hubungan dengan teman sebaya dapat meningkat secara drastis. Padahal keluarga merupakan
salah satu konteks sosial yang penting bagi perkembangan individu remaja. Hal tersebut dapat
mempengaruhi kepercayaan diri yang mengakibatkan kurang menerima diri.
Remaja yang menerima diri diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan diri
sendiri sehingga memiliki kesempatan untuk begaul dengan lingungan sekitarnya. Kubber Rose dan
Tom (Rosalia, 2008), mengatakan bahwa sikap penerimaan diri terjadi bila seseorang mampu
menghadapi kenyataan daripada hanya menyerah pada pengunduran diri atau tidak ada harapan.
Remaja mengalami perubahan dalam lingkungan seperti halnya sikap orang tua, saudara,
masyarakat umum, maupun teman sebaya. Perubahan di dalam maupun di luar diri remaja membuat
kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya meningkat. Pemenuhan kebutuhan remaja tersebut
dilakukan dengan memperluas lingkungan sosial di luar keluarga seperti lingkungan teman sebaya.
Kelompok teman sebaya dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi seorang remaja. Teman
sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan remaja. Interaksi kelompok teman
sebaya membuat remaja belajar untuk menerima umpan balik tentang kemampuan mereka apakah
yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya, atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan
remaja lain serta mengamati minat teman-teman sebayanya (Santrock, 2003: 220).
Kebanyakan remaja beranggapan jika berpenampilan dan berperilaku mengikuti anggota
kelompok populer maka kesempatan untuk dapat diterima dalam kelompok populer tersebut lebih
besar. Peranan teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku. Remaja melakukan hal-hal yang dapat membuat dirinya semakin dikenal
oleh orang lain, misalnya dengan unjuk ketrampilan, adu kreatifitas dan tidak sedikit remaja yang
berperilaku bullying.
Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan
yang dilakukan oleh seseorang/ sekelompok (Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008: 2). Perilaku bullying
dapat diartikan sebagai melukai baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang kepada orang lain secara berulang-ulang, terjadi ketidakseimbangan kekuatan
antara pelaku dan korban dan menimbulkan kepuasan dari pelaku dalam melakukan perilaku tersebut.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyoroti kasus perundungan di sekolah yang kian
marak terjadi. Mereka mencatat terdapat sebanyak 16 kasus perundungan di sekolah dalam kurun
Januari - Juli tahun 2023. Dalam laporannya, FSGI menyebut empat kasus terjadi pada awal masuk
tahun ajaran baru di bulan Juli 2023. Kasus perundungan mayoritas terjadi di SD (25%) dan SMP
(25%), lalu di SMA (18,75%) dan SMK (18,75%), MTs (6,25%) dan Pondok Pesantren (6,25%).
FSGI mencatat jumlah korban perundungan sekolah selama Januari-Juli 2023 sebanyak 43 orang
yang terdiri dari 41 siswa (95,4%) dan dua guru (4,6%). Adapun pelaku perundungan didominasi oleh
siswa yakni sebanyak 87 orang (92,5%), sisanya oleh pendidik sebanyak 5 pendidik (5,3%), 1
3. orangtua siswa(1,1%), dan 1 Kepala Madrasah (1,1%). Selain itu, kasus perundungan mayoritas
terjadi di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kemendikbudristek (87,5%) dan Kemenag
(12,5%). Daerah tempat terjadi perundingan antara lain Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Maluku Utara.
Empat kasus yang baru terjadi pada Juli 2023 tersebut diantaranya kekerasan terhadap 14
siswa di Kabupaten Cianjur yang terlambat masuk sekolah, kekerasan kakak kelas terhadap adik
kelas, perundungan siswa SMAN di Kota Bengkulu oleh empat guru, dan penusukan siswa SMA di
Samarinda. Selain dari 4 kasus yang barus terjadi tersebut, FSGI mencatat kasus terakhir yakni
penyerangan orang tua terhadap guru di SMAN 7 Rejang Lebong termasuk parah karena
mengakibatkan kebutaan pada korban. Penyerangan orang tua tersebut terjadi akibat perlakuan guru
terhadap siswa. Adapun kasus yang menghebohkan jagat pendidikan belakangan ini adalah seorang
siswa di Kalimantan Selatan yang berani menusuk temannya lantaran sering di-bully oleh korban.
Siswa berinisial A (15 tahun) menusuk korban berinisial M (15 tahun) menggunakan pisau.
Dari data di atas menunjukkan kasus bullying terbesar di Indonesia terjadi di kalangan remaja
(SMP). Data tersebut membuktikan bahwa lingkungan pendidikan sarat akan perilaku bullying.
Berbagai kasus yang berkaitan dengan bullying ini memperlihatkan bagaimana bullying begitu dekat
dengan keseharian seseorang, khususnya remaja. Perilaku bullying ini seringkali tidak terlihat,
muncul dari obrolan sehari-hari yang dibalut dengan candaan, bahkan tidak jarang dilakukan dengan
orang dekat dan dengan alasan membuat komunikasi lebih akrab.
Sebagian besar perilaku bullying dilakukan secara bersama-sama dalam setting kelompok,
terbukti dengan adanya berbagai kasus bullying yang terjadi dengan pelaku berjumlah banyak dalam
lingkup kelompok teman sebaya. Ketika lingkup kelompok teman sebaya atau yang sering disebut
gangs melakukan tindakan bullying, maka individu tersebut secara tidak langsung akan
memperhatikan perilaku bullying yang dilakukan kelompok tersebut, dan kemungkinan melakukan
modelling terhadap perilaku bullying tersebut semakin besar.
Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi pada anak usia sekolah saat ini sangat
memprihatinkan bagi dunia pendidikan kita. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat tumbuh
kembang anak, tempat menimba ilmu, serta salah satu tempat pembentuk karakter pribadi yang baik
ternyata menjadi tempat tumbuh suburnya praktek-praktek perilaku bullying. Keadaan ini
mengindikasikan bahwa maraknya fenomena bullying ini berkaitan dengan penerimaan diri remaja
dalam perilaku kelompok teman sebaya.
Berdasarkan fenomena yang tersebut, maka disusunlah Modul Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila ini agar siswa SMP Smart School Swari memiliki kesadaran, pemahaman dan pembelajaran
mengenai bullying, dampak negatif dari bullying, bagaimana mengatasi bullying serta bagaimana
tindakan yang dilakukan ketika mereka melihat bullying terjadi.
4. D. PEMETAAN DIMENSI, ELEMEN DAN SUB ELEMEN
Dimensi Elemen Sub Elemen Fase D Aktivitas Terkait
Berakhlak
Mulia
Akhlak kepada
manusia
Mengutamakan persamaan
dengan orang lain dan
menghargai perbedaan
Melakukan
identifikasi
Berempati kepada orang lain Membuat peta
konsep
Gotong-
royong
Kolaborasi Kerja sama Membangun tim
Komunikasi untuk mencapai
tujuan bersama
Menyimak
dan menganalisis
informasi, gagasan,
emosi, keterampilan
dan keprihatinan
Saling ketergantungan
positif
Menyimak dan
melakukan
identifikasi
Koordinasi sosial Membangun tim
Kepedulian Tanggap terhadap
lingkungan sosial
Menyusun laporan
pengamatan
Persepsi sosial Menyusun rencana
tindak lanjut
Mandiri Pemahaman diri
dan situasi
yang dihadapi
Mengembangkan refleksi diri Melakukan refleksi
Regulasi diri Regulasi emosi
Kreatif Menghasilkan
gagasan yang
orisinal
Menghasilkan gagasan yang
orisinal
Melakukan
pengamatan
Menghasilkan
karya dan
tindakan yang
orisinal
Menghasilkan karya dan
tindakan yang orisinal
Membuat poster
Memiliki
keluwesan
berpikir dalam
mencari
alternatif solusi
permasalahan
Memiliki keluwesan berpikir
dalam mencari alternatif solusi
permasalahan
Melakukan
kampanye
5. E. TARGET PENCAPAIAN DI AKHIR PROJEK
Dengan adanya projek ini, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan secara spesifik
tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila yaitu Kreatif, Berakhlak Mulia, Gotong Royong dan Mandiri
serta sub elemen terkandung dalam setiap elemen yaitu
1. Mampu membuat produk bertemakan bullying
2. Mampu mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan
3. Mampu berempati kepada orang lain
4. Mampu bekerja sama, berkomunikasi, dan berkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama
5. Mampu menganalisis dan mengevaluasi penalaran dan prosedurnya
6. Mampu menunjukkan inisiatif dan bekerja secara mandiri
7. Mampu menunjukkan sikap saling ketergantungan positif
8. Mampu tanggap terhadap lingkungan sosial dan memiliki sikap yang mau berkoordinasi sosial
F. ALUR AKTIVITAS DAN ASESMEN
Tahap Pengenalan
Mengenali dan membangun kesadaran dan pemahaman peserta didik
terhadap perilaku bullying, dampak negatif dari bullying, mengatasi
bullying serta tindakan yang dilakukan ketika melihat bullying
1. Sosialisasi
tentang Projek
Penguatan Profil
Pelajar Pancasila
2. Eksplorasi Isu 3. Refleksi Awal 4. Penjelasan tentang
bullying, dampak
negatif dari
bullying, mengatasi
bullying serta
tindakan yang
dilakukan ketika
melihat bullying
Tahap
Kontekstualisasi
Mengkontektualisasi pemahaman peserta didik terhadap perilaku
bullying, dampak negatif dari bullying, mengatasi bullying serta
tindakan yang dilakukan ketika melihat bullying
5. Pengumpulan,
pengorganisasian,
dan penyajian
data
6. Membangun ide
berdasarkan data
yang ditemukan.
7. Asesmen Formatif:
mempresentasikan
ide tentang “stop
bullying”
Tahap Aksi Bersama-sama mewujudkan pelajaran yang mereka dapat melalui aksi
nyata
8. Asesmen
formatif:
pembuatan
makalah
9. Asesmen Formatif:
pembuatan jurnal
10. Asesmen formatif:
pembuatan poster
11. Pembuatan spanduk
kesepakatan “stop
bullying”
Tahap Refleksi Evaluasi dan Refleksi terhadap pelaksanaan dan hasil projek
12. Evaluasi dan
refleksi
13. Asesmen Sumatif:
Evaluasi Solusi
Yang Ditawarkan
Tahap Tindak
Lanjut
Merencanakan perbaikan terhadap pelaksanaan projek berikutnya
berdasarkan hasil evaluasi
14. Rencana Tindak
Lanjut
6. G. LEMBAR REFLEKSI PESERTA DIDIK
Nama Peserta Didik :
Kelas :
Kelompok :
No Pernyataan
Sangat
Setuju
Setuju
Tidak
Setuju
1 Aku mengutamakan persamaan dengan orang
lain dan menghargai perbedaan
2 Aku sudah membangun tim dan mengelola
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama
3 Aku aktif menyimak dan menggunakan berbagai
strategi untuk menyelesaikan masalah dalam
kelompok
4 Aku tanggap terhadap lingkungan sosial dan
berkontribusi untuk menghasilkan keadaan yang
lebih baik akan isu bullying di sekitar lingkungan
sekolah
5 Aku dapat mengendalikan dan menyesuaikan emosi
dengan tepat selama mengikuti projek ini
6 Aku melakukan refleksi dan menganalisis
kekuranganku untuk dapat aku perbaiki
7 Aku sudah memberikan alternatif solusi untuk
mencegah isu bullying di sekitar lingkungan
sekolah
Elaborasikan jawabanmu dan ceritakan bagaimana keterampilan yang didapat dari projek ini dapat
menunjang karirmu di masa depan.
7. H. LAPORAN PENILAIAN
Berakhlak Mulia
Sub Elemen
Mulai
Berkembang
Sedang
Berkembang
Berkembang
Sesuai Harapan
Sangat
Berkembang
Mengutamakan
persamaan
dengan orang
lain dan
menghargai
perbedaan
Mengidentifikasi
kesamaan
dengan orang lain
sebagai perekat
hubungan sosial
dan
mewujudkannya
dalam aktivitas
kelompok.
Mulai mengenal
berbagai
kemungkinan
interpretasi
dan cara pandang
yang berbeda
ketika dihadapkan
dengan dilema.
Mengenal
perspektif dan
emosi/perasaan
dari sudut
pandang orang
atau kelompok
lain yang tidak
pernah dijumpai
atau dikenalnya.
Mengutamakan
persamaan
dan menghargai
perbedaan
sebagai alat
pemersatu dalam
keadaan konflik
atau perdebatan.
Mengidentifikasi
hal yang menjadi
permasalahan
bersama,
memberikan
alternatif solusi
untuk
menjembatani
perbedaan dengan
mengutamakan
kemanusiaan.
Mengutamakan
persamaan dengan
orang lain dan
menghargai
perbedaan melebih
harapan.
Berempati
kepada orang
lain
Mengidentifikasi
sikap kepedualian
terhadap orang lain
Memiliki
pemahaman
tentang cara
bersikap perduli
terhadap orang
lain
Menunjukkan
sikap perduli
terhadap orang
lain dan
memberikan
alternatif
pemecahan
masalah
Menunjukkan sikap
perduli kepada
orang lain melebih
harapan.
8. Gotong-Royong
Sub Elemen Mulai Berkembang
Sedang
Berkembang
Berkembang
Sesuai Harapan
Sangat
Berkembang
Kerja sama Menunjukkan
ekspektasi (harapan)
positif kepada orang
lain dalam rangka
mencapai tujuan
kelompok di
lingkungan sekitar
(sekolah dan rumah).
Menyelaraskan
Tindakan sendiri
dengan tindakan
orang lain untuk
melaksanakan
kegiatan dan
mencapai tujuan
kelompok di
lingkungan sekitar,
serta memberi
semangat kepada
orang lain untuk
bekerja efektif dan
mencapai tujuan
bersama
Membangun tim
dan mengelola
Kerjasama untuk
mencapai tujuan
bersama sesuai
dengan target yang
sudah ditentukan.
Bekerja sama
melebihi harapan.
Komunikasi
untuk mencapai
tujuan bersama
Memahami
informasi dari
berbagai sumber dan
menyampaikan
pesan menggunakan
berbagai simbol dan
media secara efektif
kepada orang lain
untuk mencapai
tujuan bersama
Memahami
informasi, gagasan,
emosi,
keterampilan dan
keprihatinan yang
diungkapkan oleh
orang lain
menggunakan
berbagai simbol
dan media secara
efektif, serta
memanfaatkannya
untuk
meningkatkan
kualitas hubungan
interpersonal guna
mencapai tujuan
bersama.
Aktif menyimak
untuk memahami
dan menganalisis
informasi, gagasan,
emosi, keterampilan
dan keprihatinan
yang disampaikan
oleh orang lain dan
kelompok
menggunakan
berbagai simbol dan
media secara
efektif, serta
menggunakan
berbagai strategi
komunikasi untuk
menyelesaikan
masalah guna
mencapai berbagai
tujuan bersama
Berkomunikasi
untuk mencapai
tujuan bersama
melebih harapan
Saling
ketergantungan
positif
Memahami
informasi dari
berbagai sumber dan
menyampaikan
pesan menggunakan
berbagai simbol dan
media secara efektif
kepada orang lain
untuk mencapai
sikap saling
ketergantungan
positif
Memahami
informasi, gagasan,
emosi,
keterampilan dan
keprihatinan yang
diungkapkan oleh
orang lain
menggunakan
berbagai simbol
dan media secara
efektif, serta
memanfaatkannya
untuk
meningkatkan
Aktif menyimak
untuk memahami
dan menganalisis
informasi, gagasan,
emosi, keterampilan
dan keprihatinan
yang disampaikan
oleh orang lain dan
kelompok
menggunakan
berbagai simbol dan
media secara
efektif, serta
Saling
ketergantungan
positif
untuk mencapai
tujuan bersama
melebih harapan
9. kualitas hubungan
interpersonal guna
mencapai sikap
saling
ketergantungan
positif
menggunakan
berbagai strategi
komunikasi untuk
menyelesaikan
masalah guna
mencapai sikap
saling
ketergantungan
positif
Koordinasi
sosial
Memahami
informasi dari
berbagai sumber dan
menyampaikan
pesan menggunakan
berbagai simbol dan
media secara efektif
kepada orang lain
untuk mencapai
sikap koordinasi
sosial
Memahami
informasi, gagasan,
emosi,
keterampilan dan
keprihatinan yang
diungkapkan oleh
orang lain
menggunakan
berbagai simbol
dan media secara
efektif, serta
memanfaatkannya
untuk
meningkatkan
kualitas hubungan
interpersonal guna
mencapai sikap
koordinasi sosial
Aktif menyimak
untuk memahami
dan menganalisis
informasi, gagasan,
emosi, keterampilan
dan keprihatinan
yang disampaikan
oleh orang lain dan
kelompok
menggunakan
berbagai simbol dan
media secara
efektif, serta
menggunakan
berbagai strategi
komunikasi untuk
menyelesaikan
masalah guna
mencapai sikap
koordinasi sosial
Berkoordinasi sosial
untuk mencapai
tujuan bersama
melebih harapan
Tanggap
terhadap
lingkungan
sosial
Tanggap terhadap
lingkungan sosial
sesuai dengan
tuntutan peran
sosialnya dan
menjaga keselarasan
dalam berelasi
dengan orang lain.
Tanggap terhadap
lingkungan sosial
sesuai dengan
tuntutan peran
sosialnya dan
berkontribusi
sesuai dengan
kebutuhan
masyarakat.
Tanggap terhadap
lingkungan sosial
sesuai dengan
tuntutan peran
sosialnya dan
berkontribusi sesuai
dengan kebutuhan
masyarakat untuk
menghasilkan
keadaan yang lebih
baik.
Tanggap terhadap
lingkungan social
melebihi harapan
Persepsi sosial Paham terhadap
lingkungan sosial
sesuai dengan
tuntutan peran
sosialnya dan
menjaga keselarasan
dalam berelasi
dengan orang lain.
Paham terhadap
lingkungan sosial
sesuai dengan
tuntutan peran
sosialnya dan
berkontribusi
sesuai dengan
kebutuhan
masyarakat.
Paham terhadap
lingkungan sosial
sesuai dengan
tuntutan peran
sosialnya dan
berkontribusi sesuai
dengan kebutuhan
masyarakat untuk
menghasilkan
keadaan yang lebih
baik.
Paham terhadap
lingkungan sosial
melebihi harapan
10. Mandiri
Sub Elemen Mulai Berkembang
Sedang
Berkembang
Berkembang
Sesuai Harapan
Sangat
Berkembang
Pemahaman diri
dan situasi
yang dihadapi
Memahami diri dan
situasi yang dihadapi
Serta mencoba cara-
cara yang sesuai
untuk mengelola
emosi agar dapat
menunjang aktivitas
belajar dan
interaksinya dengan
orang lain.
Memahami diri
dan situasi yang
dihadapi
dan menyusun
langkah-langkah
untuk mengelola
emosinya dalam
pelaksanaan belajar
dan berinteraksi
dengan orang lain.
Memahami diri dan
situasi yang
dihadapi secara
tepat ketika
menghadapi situasi
yang menantang
dan menekan pada
konteks belajar,
relasi, dan
pekerjaan.
Pemahaman diri dan
situasi yang dihadapi
melebihi harapan
Regulasi diri Memahami
perbedaan emosi
yang dirasakan dan
dampaknya terhadap
proses belajar dan
interaksinya dengan
orang lain; serta
mencoba cara-cara
yang sesuai untuk
mengelola emosi
agar dapat
menunjang
aktivitas belajar dan
interaksinya dengan
orang lain.
Memahami dan
memprediksi
konsekuensi dari
emosi dan
pengekspresiannya
dan menyusun
langkah-langkah
untuk mengelola
emosinya dalam
pelaksanaan belajar
dan berinteraksi
dengan orang lain.
Mengendalikan dan
menyesuaikan
emosi yang
dirasakannya
secara tepat ketika
menghadapi situasi
yang menantang
dan menekan pada
konteks belajar,
relasi, dan
pekerjaan.
Regulasi emosi
melebihi harapan
11. Kreatif
Sub Elemen Mulai Berkembang
Sedang
Berkembang
Berkembang
Sesuai Harapan
Sangat
Berkembang
Menghasilkan
gagasan yang
orisinal
Peserta didik
mempunyai satu ide
yang dapat
memberikan
sumbangan
pemikiran kepada
orang lain.
Peserta didik
mempunyai
beberapa ide dapat
memberikan
sumbangan
pemikiran
kepada orang lain.
Peserta didik
mempunyai banyak
ide dan bisa
mengembangkan
satu ide dan
melakukan usaha
untuk
mewujudkannya
menjadi nyata.
Peserta didik
bisa
mengembangkan
ide yang berbeda
sebagai terobosan
dan mewujudkannya
menjadi nyata.
Menghasilkan
karya dan
tindakan yang
orisinal
Peserta didik
mempunyai karya
dan Tindakan yang
dapat memberikan
sumbangan
pemikiran kepada
orang lain.
Peserta didik
mempunyai karya
dan Tindakan dapat
memberikan
sumbangan
pemikiran
kepada orang lain.
Peserta didik
mempunyai banyak
karya dan bisa
mengembangkan
satu ide dan
melakukan usaha
untuk
mewujudkannya
menjadi nyata.
Peserta didik
bisa menghasilkan
karya yang berbeda
sebagai terobosan
dan mewujudkannya
menjadi nyata.
Memiliki
keluwesan
berpikir dalam
mencari
alternatif solusi
permasalahan
Peserta didik
memiliki keluwesan
berpikir
Peserta didik
memiliki
keluwesan berpikir
dalam mencari
alternatif solusi
permasalahan
Peserta didik
memiliki keluwesan
berpikir dan
mewujudkannya
menjadi nyata.
Peserta didik
bisa mencari
alternatif solusi suatu
permasalahan dan
dapat
mewujudkannya
menjadi nyata
12. I. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
A. Perilaku Bullying
1. Definisi Perilaku Bullying
Heineman (dalam Ponny Retno Astuti, 2008: 20), mengembangkan teori yang menyebutkan
bahwa bullying dianggap sebagai tindakan agresi reaktif. Tindakan agresi reaktif merupakan aksi
yang dilakukan oleh sekelompok anak/orang secara mendadak sebagai reaksi atas perlakuan atau
gangguan orang lain kepada anggota kelompoknya.
Olweus (dalam Ponny Retno Astuti, 2008: 21) menyatakan bahwa bullying merupakan
tindakan agresi proaktif. Tindakan agresi proaktif merupakan tindakan yang sengaja dilakukan oleh
seseorang/kelompok sebagai motivasi awal atau hukuman pada korbannya untuk mendapatkan
balasan.
Santrock (2007: 21) mengemukakan bullying sebagai perilaku verbal dan fisik yang
dimaksudkan untuk mengganggu seseorang yang lebih lemah. Sedangkan bullying adalah sebuah
situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang /
sekelompok (Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008: 2).
Olwes (dalam Novan Ardy W., 2012) mengatakan bullying adalah perilaku negatif yang
mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka dan biasanya terjadi berulang-
ulang. Sejalan dengan itu Novan Ardy W (2012: 14), mengemukanan bullying adalah perilaku agresif
dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang menyalahgunakan
ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara
fisik.
Ken Rigby (dalam Ponny R. Astuti, 2008) mendefinisikan bullying sebagai sebuah hasrat
untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini
dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggungjawab,
biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.
Berdasarkan pengertian bullying menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa bullying
merupakan perilaku agresif atau menyakiti yang dilakukan oleh individu atau sekelompok individu
secara berulang-ulang yang dilakukan secara fisik, verbal, dan psikis.
2. Tempat terjadinya bullying
Novan Ardy W. (2012: 12), menyebutkan bullying dapat terjadi dimana saja, di lingkungan
dimana terjadi interaksi antar manusia, seperti:
a. Sekolah, yang disebut school bullying
Perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah, terutama di tempat yang bebas dari
pengawasan dari pengawasan guru maupun orangtua. Tempat di lingkungan sekolah yang berpotensi
terjadinya perilaku bullying seperti ruang kelas, lorong sekolah, kantin, pekarangan, lapangan, toilet.
b. Tempat kerja, yang disebut workplace bullying
Workplace bullying adalah semua bentuk perilaku yang diupayakan orang untuk menyakiti
atau menimbulkan kerugian pada orang lain di organisasi yang sama (Krahe, B., 2005: 203). Perilaku
bullying yang terjadi di lingkungan kerja dan biasa dilakukan oleh sesama teman kerja, karyawan
senior, bahkan jajaran atasan (manager, direktur, dll).
c. Internet atau teknologi digital, yang disebut cyber bullying
Perilaku bullying juga dapat dilakukan menggunakan media teknologi (gadget) seiring dengan
kemajuan teknologi. Pelaku bullying menjajah korbannya melalui media sosial (facebook, twitter,
instagram, path dll.), pesan singkat hanphone (SMS), e-mail, dan juga yang sedang populer
dikalangan masyarakat yaitu meme. Meme merupakan (neologi) kata baru yang dikenal sebagai
karakter dari budaya, yang termasuk di dalamnya yaitu gagasan, perasaan, dan perilaku atau tindakan.
13. d. Lingkungan politik, yang disebut political bullying
Lingkungan politik dapat dijadikan tempat praktik perilaku bullying. Sering digunakan untuk
tujuan menjatuhkan reputasi lawan politik dan menurunkan kredibilitas politikus.
e. Lingkungan militer, yang disebut military bullying.
Perilaku bullying juga terjadi pada lingkungan militer. Bullying biasanya dimasukkan dalam
sistem penerimaan anggota baru, dengan kedok menguji mental dan kekuatan fisik anggota baru.
Dalam beberapa kasus praktik bullying sampai pada perilaku kriminal seperti penganiayaan.
3. Macam-macam Perilaku Bullying
Yayasan Semai Jiwa Amini (2008: 2) mengemukakan aspek-aspek perilaku bullying antara
lain:
a. Bullying Fisik
Bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata, karena terjadi sentuhan fisik antara
pelaku bullying dan korbannya. Contoh bullying fisik antara lain:
1) Menampar, menjegal, merampas atau mengambil uang/ barang secara paksa.
2) Melempar dengan barang, menghukum dengan berlari keliling lapangan, menghukum dengan
cara push up.
b. Bullying Verbal
Bullying Verbal merupakan jenis bullying yang bisa terdeteksi karena bisa tertangkap indra
pendengaran kita. Contoh bullying verbal antara lain:
1) Memaki “Goblok!”, menghina “Gendut!”, menjuluki “Si Culun”, meneriaki, menyoraki.
2) Mempermalukan didepan umum “Hei, kamu kan bukan kelompok kita”, menuduh, menebar
gosip, memfitnah.
c. Bullying Mental / Psikologis
Bullying Mental / Psikologis adalah yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata atau
telinga kita jika kita tidak cukup awas mendeteksinya. Contoh bullying mental/psikologis antara lain:
1) Memandang sinis dan mengucilkan seseorang
2) Mempermalukan di depan umum dan melakukan teror
4. Faktor Penyebab Bullying
Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying di kalangan siswa
SMA. Anderson dan Bushman (dalam Irvan Usman, 2002) mengungkapkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying meliputi faktor personal dan faktor situasional.
a. Faktor personal adalah semua karakteristik yang ada pada siswa, termasuk sifat-sifat
kepribadian, sikap dan kecenderungan genetik atau bawaan. Faktor personal ini secara
konsisten bertahan pada diri siswa setiap waktu dan situasi. Seperti contoh, siswa yang
memiliki self-esteem yang rendah cenderung mudah marah.
b. Adapun faktor situasional yang mempengaruhi siswa dalam melakukan perilaku bullying,
antara lain adalah provokasi, frustasi dan drugs.
Yayasan Semai Jiwa Amini (2008: 14) menyebutkan penyebab atau alasan seseorang
melakukan bullying adalah:
a. Pelaku bullying melakukan bullying sebagai kompensasi diri karena memiliki kepercayaan
diri yang rendah, dengan begitu pelaku dapat menutupi rasa kurang percaya dirinya dengan
melakukan bullying. Pelaku dapat merasakan kepuasan apabila dia “berkuasa” dikalangan
teman sebayanya. Melakukan bullying dapat membuat seorang pelaku mendapat label
“berkuasa dan besarnya” dia, dan betapa “lemah dan kecilnya” korban.
b. Tawa teman-teman sekelompok saat pelaku mempermainkan korban, membuat pelaku merasa
tersanjung karena melalui tawa teman-temannya tersebut, pelaku merasa telah mempunyai
selera humor yang tinggi, keren dan populer.
14. c. Perilaku memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan dorongan kuat untuk melakukan bullying
pada seseorang karena pelaku tidak pernah dididik untuk memiliki empati terhadap orang lain,
untuk merasakan perasaan orang lain yang mengalami siksaan dan aniaya.
d. Sebagai pelampiasan kekesalan dan kekecewaan
e. Pelaku perasa tidak mempunyai teman, sehingga pelaku melakukan bullying supaya memiliki
“pengikut” dan kelompok sendiri.
f. Takut menjadi korban bullying, sehingga lebih dahulu mengambil inisiatif sebagai pelaku
bullying untuk keamanan dirinya sendiri.
g. Sekedar mengulangi apa yang pernah dilihat dan dialami sendiri.
h. Sebuah tradisi dalam suatu lingkungan.
5. Dampak Bullying
Bullying merupakan bentuk agresivitas yang memiliki dampak paling negatif bagi korbannya.
Berikut ini dampak yang dialami korban bullying (Novan A.W., 2012: 16):
a. Korban mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang
rendah (low psychological well-being). Korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri,
serta tidak berharga.
b. Penyesuaian sosial yang buruk, seperti halnya korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak
mau sekolah, menarik diri dari pergaulan.
c. Prestasi akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam
belajar, bahkan mempunyai keinginan untuk bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan-
tekanan berupa hinaan dan hukuman.
Ponny R.A (2008: 11) mengemukakan akibat dari perilaku bullying pada diri korban timbul
perasaan tertekan oleh karena pelaku menguasai korban. Bagi korban kondisi ini menyebabkan
dirinya mengalami kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri (self-esteem) yang merosot, malu,
trauma, tidak mampu menyerang balik, merasa sendiri, serba salah, dan takut sekolah (school
phobia). Beberapa kasus ditemukan bahwa korban kemudian mengasingkan diri dari sekolah atau
menderita ketakutan sosial (social phobia) bahkan cenderung ingin bunuh diri.
J. DAFTAR PUSTAKA
Byene, D dan Robert A, B. (2002). Social Psychology: Psikologi Sosial (Edisi Kesepuluh). Alih
Bahasa: Ratna Djuwita, Melania Meitty Parman, Dyah Yasmina, Lita P. Lunata. Jakarta:
Erlangga.
Izzaty, R.E., Suardiman, S.P., Ayriza, Y., et al. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:
UNY Press.
Novan, A.W. (2012). Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Ponny R. Astuti. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak.
Jakarta: Grasindo.
Rosalia, Dyah. P. (2008). Harga Diri Remaja Panti Asuhan SOS Desa Taruna Semarang. Skripsi
(tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Khatolik Soegijapranata.
Santrock, J.W. (2007). Life Span Develompent: Perkembangan Masa Hidup Jilid II (alih bahasa:
Ahmad Chuasairi). Jakarta: Erlangga.
15. Santrock, J.W. (2007). Remaja (edisi 11). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2010). Adolescence. New York: Mc. Grawhill.
Sari, C.P. (2009). Jurnal Harga Diri Pada Remaja yang Telah Melakukan Hubungan Seks Pranikah.
Jurnal Psikologi Gunadarma. http://www.gunadarma.ac.id. Jakarta: Fakultas Psikologi-
Universitas Gunadarma.
Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
SEJIWA (Yayasan Semai Jiwa Amini). (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan
Lingkungan). Jakarta: Grasindo.
Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6858404/fsgi-ada-16-kasus-bullying-di-sekolah-pada-januari-
juli-2023.