3. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
1
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
II
Setelah kegiatan belajar 2 ini, Anda diharapkan
mampu memahami asuhan keperawatan aki-
bat peradangan pada AIDS
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan kegia-
tan belajar 1 ini, Anda diharapkan
mampu :
a. Menjelaskan pengertian
AIDS
b. Menjelaskan etiologi dan
gejala klinis AIDS
c. Menguraikan patofisiologi
dan pemeriksaan penun-
jang pada AIDS
d. Menjelaskan penatalaksa-
naan dan prognosis pada
AIDS
e. Menjelaskan komplikasi
AIDS
F. Menjelaskan epidemiologi
dan pencegahan pada AIDS
g. Menguraikan asuhan keper-
awatan pada AIDS
Untuk mencapai tujuan kegia-
tan belajar 2 ini, Anda akan mem-
pelajari tentang konsep dasar
penyakit AIDS dan konsep asuhan
keperawatan meliputi pengumpu-
lan data dengan wawancara, pe-
meriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Selanjutnya adalah
melakukan analisa data sehing-
ga menghasilkan diagnosa keper-
awatan yang tindaklanjuti dengan
penyusunan rencana keperawatan.
Masing-masing diagnosa keper-
awatan dilengkapi dengan inter-
vensi dan diakhiri dengan evaluasi.
Asuhan Keperawatan Akibat AIDS
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Uraian Materi
a. Pengertian
Sebelum membaca uraian berikut, coba ingat kembali…apakah saudara pernah
merawat pasien dengan AIDS?.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekum-
pulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain
yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya
sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
a. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL
II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditu-
larkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Virus ini ditransmisikan melalui kontak intim (seksual), darah atau produk
darah yang terinfeksi.
b. Gejala Klinis
Stadium Klinis I :
Asimtomatik (tanpa gejala)
Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe
seluruh tubuh)
Skala Penampilan : asimtomatik, aktivitas normal.
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Stadium Klinis II :
Berat badan berkurang > 10%
Diare berkepanjangan > 1 bulan
Jamur pada mulut
TB Paru
Infeksi bakterial berat
Skala Penampilan 3 : > 1 bulan)
o Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)
o Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)
Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1 bulan
terakhir.
c. Patofisiologi
Patofisiologi AIDS adalah kompleks, seperti halnya dengan semua sindrom.
Pada akhirnya, HIV menyebabkan AIDS dengan berkurangnya CD4 + lim-
fosit T pembantu. Hal ini melemahkan sistem kekebalan tubuh dan me-
mungkinkan infeksi oportunistik. Limfosit T sangat penting untuk respon
kekebalan tubuh dan tanpa mereka, tubuh tidak dapat melawan infeksi
atau membunuh sel kanker. Mekanisme penurunan CD4 T + berbeda di
fase akut dan kronis.
Selama fase akut, HIV-diinduksi lisis sel dan membunuh sel yang terinfeksi
oleh sel sitotoksik akun T untuk CD4 + T deplesi sel, walaupun apopto-
sis juga dapat menjadi faktor. Selama fase kronis, konsekuensi dari akti-
vasi kekebalan umum ditambah dengan hilangnya bertahap kemampuan
sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan sel baru T muncul untuk
menjelaskan penurunan lamban dalam jumlah CD4 + T sel.
Meskipun gejala defisiensi imun karakteristik AIDS tidak muncul selama
bertahun-tahun setelah seseorang terinfeksi, sebagian besar CD4 + T hi-
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
langnya sel terjadi selama minggu pertama infeksi, terutama di mukosa
usus, pelabuhan yang mayoritas limfosit ditemukan dalam tubuh. Ala-
san hilangnya preferensial CD4 + T sel mukosa adalah bahwa mayoritas
CD4 + T sel mukosa mengungkapkan coreceptor CCR5, sedangkan seba-
gian kecil CD4 + sel T dalam aliran darah melakukannya.
HIV mencari dan menghancurkan CD4 + sel CCR5 mengekspresikan se-
lama infeksi akut. Sebuah respon imun yang kuat akhirnya kontrol infeksi
dan inisiat fase laten klinis. Namun, CD4 + T sel dalam jaringan mukosa
tetap habis seluruh infeksi, meskipun cukup tetap awalnya menangkal in-
feksi yang mengancam jiwa.
Replikasi HIV terus-menerus menghasilkan keadaan aktivasi kekebalan
umum bertahan selama fase kronis. Aktivasi kekebalan tubuh, yang tercer-
min oleh negara aktivasi peningkatan sel kekebalan dan pelepasan sitokin
pro inflamasi, hasil dari aktivitas beberapa produk gen HIV dan respon
kebal terhadap replikasi HIV terus-menerus. Penyebab lainnya adalah ker-
usakan pada sistem surveilans kekebalan penghalang mukosa yang dise-
babkan oleh penipisan mukosa CD4 + sel T selama fase akut dari penyakit.
Hal ini mengakibatkan pemaparan sistemik dari sistem kekebalan tubuh
untuk komponen mikroba flora normal usus, yang pada orang sehat ada-
lah disimpan di cek oleh sistem imun mukosa. Aktivasi dan proliferasi sel
T yang hasil dari aktivasi kekebalan memberikan target segar untuk infeksi
HIV. Namun, pembunuhan langsung dengan HIV saja tidak dapat men-
jelaskan menipisnya diamati CD4 +sel T karena hanya 0,01-0,10% dari
CD4 + T sel dalam darah yang terinfeksi.
Penyebab utama hilangnya CD4 T + muncul hasil dari kerentanan mere-
ka untuk apoptosis meningkat ketika sistem kekebalan tubuh tetap diak-
tifkan. Meskipun baru sel T terus diproduksi oleh timus untuk mengganti-
kan yang hilang, kapasitas regeneratif timus secara perlahan dihancurkan
oleh infeksi langsung thymocytes dengan HIV. Akhirnya, jumlah minimal
CD4 + sel T yang diperlukan untuk menjaga respon imun yang cukup hil-
ang, yang mengarah ke AIDS
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
d. Pemeriksaan Penunjang
ELISA-Western Blot. ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) adalah
cara untuk mengetahui apakah klien sudah pernah terjangkit HIV. Western Blot
adalah cara untuk mendeteksi adanya HIV pada darah, untuk mendeteksi
antibodi terhadap HIV. Pemeriksaan western Blot dilakukan untuk men-
gonfirmasi apakah tes ELISA benar/tidak.
IFA (indirect fluorescent antibody), merupakan pemeriksaan konfirmasi ELI-
SA +, mendeteksi antibodi terhadap HIV.
Tes Viral load (VL/muatan virus) mengukur jumlah HIV dalam darah. Tes ini
pada umumnya meramalkan seberapa cepat HIV akan merusak sitem keke-
balan tubuh. Secara langsung, tes ini memprediksi tingkat kerusakanCD4:
semakin tinggi angka Viral Load, semakin tinggi resiko kerusakan sistem
imun. Dengan terapi yang tepat dapat secara signifikan mengurangi level
HIV dan memperlambat proses pembiakannya.
Tes hitungan CD4 cell mengukur level sel CD4, salah satu jenis sel dar-
ah putih. Tes ini dapat mengukur tingkat penurunan sistem imun.
Meski dengan terapi ARV dapat memperlambat laju perlemahan sistem
imun. Namun, banyak orang yang memulai ARV mengalami peningkatan
angka CD4 yang sangat tajam.
RIPA (radio immuno precipitation assay), mendeteksi kadar protein dalam
darah.
PCR (polymerase chain reaction), memeriksa keberadaan HIV dalam dar-
ah.
e. Penatalaksanaan
Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang meringankan penderitaan pen-
yakit atau pada tahap yang tidak dapat disembuhkan. Perawatan tersebut
mungkin dibutuhkan dari masa bayi dan untuk bertahun-tahun untuk be-
berapa anak, sementara yang lain baru memerlukannya setelah mereka
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
6
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
lebih tua, dan untuk jangka waktu yang singkat.
Sebagian besar anak dengan penyakit berat dirawat di rumah. Orang tu-
anya adalah bagian dari tim perawatan serta anggota keluarga yang mem-
butuhkan dukungan. Sebagai perawat primer anak, mereka harus terlibat
dalam tim perawatan – diberi informasi, kesempatan untuk membahas ren-
cana pengobatan, keterampilan yang dibutuhkan, dan diyakinkan bahwa
nasihat dan dukungan tersedia 24 jam. Akhirnya, mereka harus diberi kes-
empatan untuk berduka cita atas kehilangan anak yang meninggal dunia.
Pengobatan Rasa Nyeri (Sakit)
Strategi pengobatan bertahap untuk rasa nyeri yang berat, yang disebut
‘jenjang analgesik’. Langkah pertama pada jenjang tersebut meliputi pen-
gobatan dengan obat nonnarkotik, misalnya aspirin atau parasetamol.
Langkah kedua memberikan obat narkotik ringan, misalnya kodein. Jika
pasien masih merasa nyeri, langkah ketiga memberikan opioid sedang
atau berat, biasanya morfin. Sayang, sebagian besar dokter belum berpen-
galaman meresepkan morfin untuk anak, dan sering terlalu berhati-ha-
ti. Dengan pengobatan yang sesuai, rasa nyeri yang berat hampir selalu
dapat ditangani, dan seharusnya tidak ada pasien yang terlalu menderita
akibat rasa nyeri.
Anak kecil sering tidak dapat langsung menunjukkan tingkat rasa sakitn-
ya. Ada gambar yang dapat dipakai untuk menilai tingkat rasa nyeri pada
anak; gambar ini bisa diminta dari dokter anak.
Dukungan Untuk Keluarga
Keluarga membutuhkan dukungan mulai saat anaknya didiagnosis dan
selama pengobatan, bukan hanya pada waktu penyakit sangat lanjut. Se-
tiap keluarga adalah berbeda, dengan kekuatan dan keterampilan untuk
menangani yang berbeda. Kebutuhan kakak-adik dan nenek-kakek juga
harus diperhatikan. Mungkin harus dipertimbangkan ketersediaan kelom-
pok dukungan sebaya untuk keluarga yang mengasuh anak dengan HIV.
Umumnya, sedikitnya ibu dari anak terinfeksi HIV juga terinfeksi sendiri.
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
7
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Oleh karena itu, orang tua sering membutuhkan dukungan dan bantuan
tambahan, apa lagi bila mereka merasa salah karena anaknya harus men-
derita penyakit berat ini.
f. Prognosis
Tanpa pengobatan, waktu kelangsungan hidup rata-rata bersih setelah ter-
infeksi HIV diperkirakan 9 sampai 11 tahun, tergantung pada subtipe HIV.
Pengembangan ARV sebagai terapi efektif untuk infeksi HIV dan AIDS
mengurangi kematian tingkat dari penyakit ini sebesar 80%, dan mening-
katkan harapan hidup untuk orang terinfeksi HIV yang baru didiagnosis
sampai sekitar 20 tahun.
g. Komplikasi
Oral Lesi karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gin-
givitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis
oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut.
Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan
yang sulit dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
Neurologik ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimen-
sia AIDS (ADC; AIDS dementia complex).
o Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesuli-
tan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, ap-
atis dan ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global,
kelambatan dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan
yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, trem-
or, inkontinensia, dan kematian.
o Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepa-
la, malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan
kejang-kejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan serebospi-
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
8
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
nal.
Gastrointestinal Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi ka-
sus yang diperbarui untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup
penurunan BB > 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30
hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau mene-
tap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
o Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpo-
ma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anorek-
sia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
o Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat il-
legal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ik-
terik,demam atritis.
o Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rektal, gatal-gatal dan diare.
Respirasi Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas
(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan
menyertai peluka bakaragi infeksi oportunis, seperti yang disebabkan
oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides.
Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, der-
matitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportu-
nis seperti herpes zoster dan herpes simpleks disertai dengan pembentu-
kan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. Moluskum kontangio-
sum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang
disertai deformitas. Dermatitis sosoreika disertai ruam yang difus, bersisik
dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita AIDS
juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan
kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti
ekzema dan psoriasis.
Sensorik
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
9
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
o Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : ret-
initis sitomegalovirus berefek kebutaan
o Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pen-
dengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati,
meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.
h. Epidemiologi
AIDS pertama dikenal sebagai gejala entitas klinis yang aneh pada tahun
1981; namun secara retrospektif dapat dilacak kembali bahwa kasus AIDS
secara terbatas telah muncul selama tahun 1970-an di AS dan di beber-
apa bagian di dunia (Haiti, Afrika, Eropa). Akhir 1999, lebih dari 700.000
kasus AIDS dilaporan di AS. Walaupun AS tercatat mempunyai kasus AIDS
terbesar, estimasi kumulatif dan angka tahunan AIDS di negara-negara
sub- Sahara Afrika ternyata jauh lebih tinggi. Di seluruh dunia, WHO mem-
perkirakan lebih dari 13 juta kasus (dan sekitar 2/3 nya di negara-negara
sub-Sahara Afrika) terjadi pada tahun 1999. Di AS, distribusi kasus AIDS
disebabkan oleh faktor “risk behavior” yang berubah pada dekade yang
lalu. Walaupun wabah AIDS di AS terutama terjadi pada pria yang ber-
hubungan sex dengan pria, angka pertambahan terbesar di laporkan pada
pertengahan tahun 1990-an terjadi diantara wanita dan populasi minoritas.
Pada tahun 1993 AIDS muncul sebagai penyebab kematian terbesar pada
penduduk berusia 25 - 44 tahun, tetapi turun ke urutan kedua sesudah ke-
matian yang disebabkan oleh kecelakaan pada tahun 1996. Namun, infeksi
HIV tetap merupakan kasus tertinggi penyebab kematian pada pria dan
wanita kulit hitam berusia 25 - 44 tahun. Penurunan insidens dan kematian
karena AIDS di Amerika Utara sejak pertengahan tahun 1990 antara lain
karena efektifnya pengobatan antiretroviral, disamping upaya pencegahan
dan evolusi alamiah dari wabah juga berperan. HIV/AIDS yang dihubung-
kan dengan penggunaan jarum suntik terus berperan dalam wabah HIV
terutama dikalangan kaum minoritas kulit berwarna di AS. Penularan het-
eroseksual dari HIV di AS meningkat secara bermakna dan menjadi pola
predominan dalam penyebaran HIV di negara-negara berkembang. Ke-
senjangan besar dalam mendapatkan terapi antiretroviral antara negera
berkembang dan negara maju di ilustrasikan dengan menurunnya kema-
tian karena AIDS pertahun di semua negara maju sejak pertengahan tahun
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
10
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
1990-an dibandingkan dengan meningkatnya kematian karena AIDS per-
tahun di sebagian besar negara berkembang yang mempunyai prevalensi
HIV yang tinggi.
Di AS dan negara-negara barat, insidens HIV pertahunnya menurun secara
bermakna sebelum pertengahan tahun 1980-an dan tetap relatif rendah
sejak itu. Namun, di beberapa negara sub-Sahara Afrika yang sangat be-
rat terkena penyakit ini, insidens HIV tahunan yang tetap tinggi hampir
tidak teratasi sepanjang tahun 1980 dan 1990-an. Negara-negara di luar
Sub-Sahara Afrika, tingginya prevalensi HIV (lebih dari 1%) pada popu-
lasi usia 15 - 49 tahun, ditemukan di negara-negara Karibia, Asia Selatan
dan Asia Tenggara. Dari sekitar 33.4 juta orang yang hidup dengan HIV/
AIDS pada tahun 1999 diseluruh dunia, 22.5 juta diantaranya ada di neg-
ara-negara sub-Sahara Afrika dan 6,7 juta ada di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, 1,4 juta ada di Amerika Latin dan 665.000 di AS. Diseluruh dunia
AIDS menyebabkan 14 juta kematian, termasuk 2,5 juta di tahun 1998.
HIV-1 adalah yang paling tinggi; HIV-2 hanya ditemukan paling banyak di
Afrika Barat dan di negara lain yang secara epidemiologis berhubungan
dengan Afrika Barat.
h. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV antara lain
:
Dianjurkan untuk selalu mengganti jarum suntik setiap hendak melakukan
injeksi obat.
Melakukan hubungan seksual yang aman dengan tidak bergonta ganti
pasangan.
Menggunakan kondom bagi mereka yang suka berhubungan seksual yang
beresiko.
Menaati tata cara perlindungan diri bagi mereka yang bekerja di bidang
kesehatan.
Hindari kontak langsung dengan darah penderita HIV AIDS.
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
11
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
g. Konsep Asuhan Keperawatan pada AIDS
Pengkajian.
Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan
obat-obat.
Penampilan umum : pucat, kelaparan.
Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit
tidur.
Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hid-
up, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, with-
drawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker,
hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
Nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser
pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimban-
gan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan
ADL.
Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, menggunakan otot Bantu per-
napasan, batuk produktif atau non produktif.
Gastro intestinal : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB
menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
Genitouretra : lesi atau eksudat pada genital,
Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
12
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunn-
ya absorbsi zat gizi.
Diare berhubungan dengan infeksi GI
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
13
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Perencanaan keperawatan
Diagnosa Keper-
awatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria
hasil
Intervensi Rasional
Resiko tinggi infeksi
berhubungan den-
gan imunosupresi,
malnutrisi dan pola
hidup yang ber-
esiko.
Pasien akan bebas
infeksi oportunistik
dan komplikasinya
dengan kriteria :
• tak ada tan-
da-tanda infeksi
baru,
• lab tidak ada in-
feksi oportunis,
• tanda vital dalam
batas normal,
• tidak ada luka
atau eksudat.
• Monitor tan-
da-tanda infeksi
baru.
• gunakan teknik
aseptik pada setiap
tindakan invasif.
Cuci tangan se-
belum meberikan
tindakan.
• Anjurkan pasien
metoda mencegah
terpapar terhadap
lingkungan yang
patogen.
• Kumpulkan spesi-
men untuk tes lab
sesuai order.
• 5. Atur pem-
berian antiinfeksi
sesuai order
• Untuk pengobatan
dini
• Mencegah pasien
terpapar oleh kuman
patogen yang diper-
oleh di rumah sakit.
• Mencegah bertam-
bahnya infeksi
• Meyakinkan diagnosis
akurat dan pengo-
batan
• Mempertahankan
kadar darah yang
terapeutik
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
14
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Resiko tinggi infeksi
(kontak pasien)
berhubungan
dengan infeksi
HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik
yang dapat ditrans-
misikan.
Infeksi HIV tidak
ditransmisikan, tim
kesehatan memper-
hatikan universal
precautions dengan
kriteria:
• kontak pasien dan
tim kesehatan ti-
dak terpapar HIV,
• tidak terinfeksi
patogen lain sep-
erti TBC.
• Anjurkan pa-
sien atau orang
penting lainnya
metode mencegah
transmisi HIV dan
kuman patogen
lainnya.
• Gunakan darah
dan cairan tubuh
precaution bila
merawat pasien.
Gunakan masker
bila perlu.
• Pasien dan keluarga
mau dan memerlukan
informasikan ini
• Mencegah transimisi
infeksi HIV ke orang
lain
Intolerans aktivi-
tas berhubungan
dengan kelemahan,
pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelela-
han.
Pasien berpartisipa-
si dalam kegiatan,
dengan kriteria :
• bebas dyspnea
dan takikardi se-
lama aktivitas.
• Monitor respon
fisiologis terhadap
aktivitas
• Berikan bantuan
perawatan yang
pasien sendiri tidak
mampu
• Jadwalkan per-
awatan pasien seh-
ingga tidak meng-
ganggu isitirahat.
• Respon bervariasi dari
hari ke hari
• Mengurangi kebutu-
han energi
• Ekstra istirahat perlu
jika karena mening-
katkan kebutuhan
metabolic.
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
15
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutu-
han tubuh ber-
hubungan dengan
intake yang kurang,
meningkatnya ke-
butuhan metabolic,
dan menurunnya
absorbsi zat gizi.
Pasien mempu-
nyai intake kalori
dan protein yang
adekuat untuk
memenuhi kebutu-
han metaboliknya
dengan kriteria ;
• mual dan muntah
dikontrol,
• pasien makan
TKTP,
• serum aluka
bakarumin dan
protein dalam
batas n ormal,
• BB mendekati
seperti sebelum
sakit.
• Monitor kemam-
puan mengunyah
dan menelan.
• Monitor BB, intake
dan ouput
• Atur antiemetik
sesuai order
• Rencanakan diet
dengan pasien
dan orang penting
lainnya.
• menurun dihubungkan
dengan nyeri teng-
gorokan dan mulut
• Intake Menentukan
data dasar
• Mengurangi muntah
• Meyakinkan bahwa
makanan sesuai den-
gan keinginan pasien
Diare berhubungan
dengan infeksi GI
Pasien merasa nya-
man dan mengnon-
trol diare, komplika-
si minimal dengan
kriteria;
• perut lunak, tidak
tegang,
• feses lunak dan
warna normal,
• kram perut hil-
ang,
• Kaji konsistensi
dan frekuen-
si feses dan adan-
ya darah.
• Auskultasi bunyi
usus
• Atur agen antimo-
tilitas dan psilium
(Metamucil) sesuai
order
• Berikan ointment A
dan D, vaselin atau
zinc oside
• Mendeteksi adanya
darah dalam feses
• Hipermotiliti mumnya
dengan diare
• Mengurangi motilitas
usus, yang pelan,
emperburuk perforasi
pada intestinal
• Untuk menghilangkan
distensi
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
16
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Tidak efektif koping
keluarga berhubun-
gan dengan cemas
tentang keadaan
yang orang dicintai.
Keluarga atau
orang penting lain
mempertahankan
suport sistem dan
adaptasi terhadap
perubahan akan ke-
butuhannya dengan
kriteria ;
• pasien dan kelu-
arga berinteraksi
dengan cara yang
konstruktif
• Kaji koping keluar-
ga terhadap sakit
pasein dan per-
awatannya
• Biarkan keluarga
mengungkapkana
perasaan secara
verbal
• Ajarkan kepada
keluaraga ten-
tang penyakit dan
transmisinya.
• Memulai suatu
hubungan dalam
bekerja secara kon-
struktif dengan kelu-
arga.
• Mereka tak menyadari
bahwa mereka berbic-
ara secara bebas
• Menghilangkan kece-
masan tentang trans-
misi melalui kontak
sederhana.
19. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
17
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Rangkuman
Anda telah menyelesaikan modul tentang asuhan keperawatan
pada kasus AIDS. Dengan demikian anda sebagai perawat telah mengua-
sai salah satu kompetensi dibidang asuhan keperawatan yang lazim terjadi
pada orang dewasa. Hal penting yang telah anda pelajari dalam modul ini
meliputi:
• Pemahaman tentang konsep dasar penyakit AIDS.
• Pemahaman tentan Komplikasi dan prognosis serta pencegahan untuk
AIDS
• Pengumpulan data focus melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan pemer-
iksaan penunjang
• Diangosa dan perencanaan keperawatan
• Intervensi dan evaluasi keperawatan
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
18
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Untuk mengecek pemahaman saudara, cobalah jawab pertanyaan berikut!
1) Kelainan imunologik yang terjadi pada kasus HIV Aids adalah:
a. Peningkatan jumlah dan fungsi limfosit T penolong ( CD4)
b. Penurunan jumlah dan fungsi sel limfosit imatur
c. Penurunan aktifitas limfosit T penekan
d. Penurunan jumlah dan fungsi limfosit T penolong ( CD4)
e. Penurunan jumlah limfosit T supresor
2) Tehnik penularan dan penyebaran virus HIV AIDS dengan prosentase
tertinggi adalah melalui :
a. Air liur
b Cairan vagina
c. Cairan semen
d. Asi
e. Darah.
3) Cairan tubuh yang tidak mengandung virus HIV pada penderita HIV
positif adalah :
a. Darah
b. Cairan semen pada pria
c. Cairan vagina pada wanita
d Asi
Tes Formatif
21. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
19
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
e. Air Liur.
4) Bila seorang dewasa (> 12 tahun) dianggap Aids apabila menunjukan
tes HIV positif dengan gejala sekurang kurangnya,
a. BB menurun > 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis berlangsung > 1 bulan
c. Kandidiasis orofaringeal.
d. Bila a,b,c benar
e. Bila hanya a dan benar.
5) Dibawah ini termasuk gejala infeksi oportunistik, kecuali
a. Pembengkakan kelenjar limfe diseluruh tubuh
b. Flu terus menerus
c. Diare terus menerus
d. Batuk dengan sputum
e. Demam berkepanjangan.
6) Klien HIV AIDS dengan hepatitis mempunyai gejala spesifik yaitu,
a. Pembengkakan kelenjar limfe diseluruh tubuh
b. BB menurun > 10% dalam 1 bulan
c. Kandidiasis orofaringeal.
d. Urine berwarna gelap
e. Pembengkakan kelenjar limfe diseluruh tubuh
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
20
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
7) Jenis hepatitis yang cara penularannya sama dengan HIV Aids adalah
a. Hepatitis A
b. Hepatitis B
c. Hepatitis C
d. Hepatitis D
e. Hepatitis E
8) Klien HIV AIDS dengan ISK mempunyai gejala spesifik yaitu,
a. BB menurun > 10% dalam 1 bulan
b. Kandidiasis orofaringeal
c. Nyeri pada saat miksi
d. Urine berwarna gelap
e. Pembengkakan kelenjar limfe diseluruh tubuh
9) Klien HIV Aids dengan diare mempunyai gejala spesifik yaitu,
a. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
b, BB menurun > 10% dalam 1 bulan
c. Frekuensi BAB > 3 kali dengan konsistensi encer.
d. Pembengkakan kelenjar limfe diseluruh tubuh
e. Urine berwarna gelap
10) HIV mengalami transmisi vertikal dari ibu ke anak melalui , kecuali
a. Placenta
b. Terpapar cairan vagina atau darah ibu selama persalinan
23. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
21
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
c. Bayi minum asi.
d. Transfusi fetomaternal
e. Makanan
Sekarang siap-siap untuk merenung dan berpikir lebih kritis untuk menger-
jakan tugas berikut.
a. Uraikan data pengkajian focus berdasarkan perjalanan penyakit (stadium)
pada AIDS (25%)
b. Tuliskan 3 diagnose keperawatan yang prioritas pada AIDS (25%)
c. Tuliskan intervensi terhadap masing-masing diagnose tersebut (25%)
d. Tuliskan evaluasi sesuai denga diagnose tersebut (25%)
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………….................................................................................
Tugas Terstruktur
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
22
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Anda telah mempelajari asuhan keperawatan pada AIDS dengan tuntas. Untuk
menambah pengalaman belajar anda, selesaikan tugas berikut dengan baik
a. Amati dan pelajari salah satu pasien yang diarwat dengan AIDS (10%)
b. Bandingkan tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan teori
yang telah anda pelajari (30%)
c. Buatlah prinsip penatalaksanaan pada pasien tersebut (30%)
d. Buat catat perkembangan sampai pulang pada pasien tersebut (30%)
Jawab:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…….....................................................................................................................................................
Tugas Mandiri