Dokumen tersebut membahas tentang diare, yaitu penyakit perubahan tinja menjadi cair yang biasanya terjadi 3 kali sehari. Diare merupakan penyebab kematian terbesar pada balita di negara berkembang dan membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penyebab, gejala, komplikasi dehidrasi, pengobatan, dan pencegahan diare.
Tinjauan kasus pasien Ny. "S" yang mengalami gastroenteritis mencakup:
1. Identitas pasien wanita berumur 23 tahun dengan keluhan demam, diare dan muntah
2. Riwayat penyakit sekarang mengalami panas badan dan diare 5 kali sehari selama 2 hari
3. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah dan panas beserta tanda vital tidak normal
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
Laporan kasus ini membahas tentang pasien wanita berusia 49 tahun dengan diagnosa gastritis akut yang mengeluh nyeri di uluh hati, mual, dan kembung. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda inflamasi saluran pencernaan seperti nyeri uluh hati dan diare.
Dokumen tersebut membahas tentang diare, yaitu penyakit perubahan tinja menjadi cair yang biasanya terjadi 3 kali sehari. Diare merupakan penyebab kematian terbesar pada balita di negara berkembang dan membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penyebab, gejala, komplikasi dehidrasi, pengobatan, dan pencegahan diare.
Tinjauan kasus pasien Ny. "S" yang mengalami gastroenteritis mencakup:
1. Identitas pasien wanita berumur 23 tahun dengan keluhan demam, diare dan muntah
2. Riwayat penyakit sekarang mengalami panas badan dan diare 5 kali sehari selama 2 hari
3. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah dan panas beserta tanda vital tidak normal
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
Laporan kasus ini membahas tentang pasien wanita berusia 49 tahun dengan diagnosa gastritis akut yang mengeluh nyeri di uluh hati, mual, dan kembung. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda inflamasi saluran pencernaan seperti nyeri uluh hati dan diare.
Dokumen tersebut membahas tentang tanda-tanda infeksi yang dapat dirasakan seperti nyeri, panas, pembengkakan, kemerahan, perubahan fungsi jaringan, dan timbulnya nanah. Tanda-tanda tersebut muncul karena respon tubuh berupa peningkatan aliran darah ke area infeksi untuk melawan patogen penyebab infeksi.
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttasaharwakumoro
Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan bakteri, menyebabkan nyeri saat menelan. Asuhan keperawatan meliputi membersihkan jalan napas untuk mengeluarkan sekret, memastikan nutrisi cukup meski sulit menelan, serta mengelola nyeri dan demam.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, C, D atau E. Gejalanya bervariasi mulai dari tidak ada gejala hingga demam, nyeri perut, dan kuningnya kulit. Hepatitis dapat ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, berbagi jarum suntik, atau kontak darah. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan darah dan biopsi hati.
Teks tersebut membahas tentang teori sistem dalam pelayanan kesehatan. Secara singkat, teks menjelaskan bahwa sistem pelayanan kesehatan terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan meningkatkan kesehatan masyarakat, dan keberhasilannya bergantung pada kerja sama antar tenaga kesehatan beserta faktor lingkungan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Buku ini memberikan update terbaru tentang definisi, epidemiologi, patofisiologi, gejala, dan penatalaksanaan sepsis. Sepsis didefinisikan sebagai respons sistemik radang terhadap infeksi yang dapat menyebabkan disfungsi organ. Buku ini menjelaskan berbagai tingkatan keparahan sepsis mulai dari SIRS, sepsis, sepsis berat, hingga syok septik beserta kriterianya. Penatalaksanaan sepsis meliputi antibiotik, drainase, dukungan organ, dan terapi sp
Dokumen tersebut membahas konsep investigasi KLB/wabah pada manusia dan hewan, termasuk definisi, kriteria, tujuan, alasan dilakukan, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB/wabah."
Infeksi Nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi nosokomial atau infeksi yang didapatkan selama dirawat di rumah sakit. Angka kejadian infeksi nosokomial cukup tinggi, sekitar 5-10% dari seluruh pasien rawat inap. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya antara lain kondisi tubuh pasien, jenis agen infeksi, kontak dengan sumber infeksi, dan penggunaan alat medis seperti kateter. Dampaknya ber
Dokumen tersebut membahas tentang tanda-tanda infeksi yang dapat dirasakan seperti nyeri, panas, pembengkakan, kemerahan, perubahan fungsi jaringan, dan timbulnya nanah. Tanda-tanda tersebut muncul karena respon tubuh berupa peningkatan aliran darah ke area infeksi untuk melawan patogen penyebab infeksi.
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttasaharwakumoro
Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan bakteri, menyebabkan nyeri saat menelan. Asuhan keperawatan meliputi membersihkan jalan napas untuk mengeluarkan sekret, memastikan nutrisi cukup meski sulit menelan, serta mengelola nyeri dan demam.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, C, D atau E. Gejalanya bervariasi mulai dari tidak ada gejala hingga demam, nyeri perut, dan kuningnya kulit. Hepatitis dapat ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, berbagi jarum suntik, atau kontak darah. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan darah dan biopsi hati.
Teks tersebut membahas tentang teori sistem dalam pelayanan kesehatan. Secara singkat, teks menjelaskan bahwa sistem pelayanan kesehatan terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan meningkatkan kesehatan masyarakat, dan keberhasilannya bergantung pada kerja sama antar tenaga kesehatan beserta faktor lingkungan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Buku ini memberikan update terbaru tentang definisi, epidemiologi, patofisiologi, gejala, dan penatalaksanaan sepsis. Sepsis didefinisikan sebagai respons sistemik radang terhadap infeksi yang dapat menyebabkan disfungsi organ. Buku ini menjelaskan berbagai tingkatan keparahan sepsis mulai dari SIRS, sepsis, sepsis berat, hingga syok septik beserta kriterianya. Penatalaksanaan sepsis meliputi antibiotik, drainase, dukungan organ, dan terapi sp
Dokumen tersebut membahas konsep investigasi KLB/wabah pada manusia dan hewan, termasuk definisi, kriteria, tujuan, alasan dilakukan, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB/wabah."
Infeksi Nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi nosokomial atau infeksi yang didapatkan selama dirawat di rumah sakit. Angka kejadian infeksi nosokomial cukup tinggi, sekitar 5-10% dari seluruh pasien rawat inap. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya antara lain kondisi tubuh pasien, jenis agen infeksi, kontak dengan sumber infeksi, dan penggunaan alat medis seperti kateter. Dampaknya ber
Makalah ini membahas tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini memiliki gejala demam tinggi, perdarahan, dan penurunan trombosit darah. Penanganannya berfokus pada mengatasi dehidrasi dan perdarahan dengan pemberian cairan dan trombosit secara intravena."
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menyerang paru-paru. Gejalanya meliputi batuk, batuk darah, sesak nafas, dan demam. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan sputum, gambaran radiologi, dan tes laboratorium. Pengobatan TBC melibatkan kombinasi obat selama berbulan-bulan untuk mencegah resistensi obat dan penularan.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menginfeksi paru-paru. TBC merupakan masalah kesehatan besar di Indonesia dengan insidensi yang terus meningkat. Pencegahan dan pengobatan TBC sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan mantan pasien TB dengan pelatihan mengenai pengetahuan TB, motivasi, dan komunikasi dapat meningkatkan peran mereka dalam penemuan suspek TB. Proporsi kunjungan suspek TB yang dirujuk oleh mantan pasien TB di daerah intervensi lebih besar dibandingkan daerah kontrol. Pemberdayaan mantan pasien TB dapat menjadi model untuk meningkatkan penemuan suspek TB.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi tuberkulosis sebagai masalah kesehatan global. Kasus dan kematian akibat TB terus meningkat karena komitmen, dana, dan sistem pelayanan kesehatan yang kurang memadai, serta dampak pandemi HIV dan munculnya TB yang resisten obat. Dokumen ini juga menyoroti situasi TB di Indonesia yang menjadi penyebab kematian infeksi nomor satu dengan kasus baru dan kematian yang sangat tinggi.
Makalah ini membahas tentang ruang lingkup epidemiologi. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari frekuensi, distribusi, dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan pada populasi. Ruang lingkup epidemiologi meliputi masalah kesehatan seperti penyakit, kematian, disabilitas, ketidaknyamanan, ketidakpuasan, dan kelemahan. Epidemiologi juga mempelajari masalah kesehatan pada kelompok manusia
Makalah ini membahas tentang program pengendalian tuberkulosis di Provinsi Jawa Timur. Beberapa program yang telah dilakukan antara lain melatih tenaga kesehatan puskesmas dan rumah sakit untuk memberikan pengobatan TB berstandar WHO, membangun jejaring antara rumah sakit dan puskesmas, serta mengembangkan program pengendalian TB-HIV secara terpadu. Diagnosis TB didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dengan kriter
Dokumen tersebut membahas perencanaan program kesehatan untuk penanggulangan penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia. TBC merupakan masalah kesehatan besar di Indonesia dengan insidensi yang terus meningkat. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah TBC melalui penyuluhan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat sasaran. Kegiatan utama program ini meliputi penyuluhan, deteksi dini, dan peng
Penyakit TB Paru sangat Luas untuk dijaring dengan Tujuan Mencari, Mendapatkan dan mengobati.
Indonesia Bebas TB Tahun 2024.
Toss TB
Lebih baik Mencegah dari pada Mengobati.
saya mulai dari diri saya.
Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai Penyakit Kusta atau Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae dan biasanya mempengaruhi kulit serta saraf tepi, namun memiliki berbagai macam manifestasi klinis. (WHO, 2010). Penyakit ini ditandai dengan borok dari tulang dan kulit yang menyebabkan hilangnya sensasi, lumpuh, gangrene, dan deformasi. (The American Heritage-Dictionary of the English language).
Modul ini memberikan informasi tentang penyakit tuberkulosis (TB) untuk meningkatkan pengetahuan kader kesehatan. Modul ini mencakup pengenalan TB, gejala, pemeriksaan, pengobatan, pencegahan, dan peran kader dalam mendeteksi dan memantau pasien TB."
Tinjauan pustaka ini membahas tentang etiologi, cara penularan, risiko penularan, risiko menjadi sakit, diagnosis, penemuan pasien, klasifikasi, pengobatan, dan faktor-faktor risiko tuberkulosis paru. Bakteri Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab utama penyakit ini yang dapat menular melalui udara dan bertahan lama dalam ruangan gelap dan lembab. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil pemeriksaan mik
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan penyakit tuberkulosis (TBC). Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang pengertian TBC, gejala, proses penularan, pencegahan, dan pengobatan penyakit TBC.
Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...riri_hermana
Dokumen tersebut membahas tentang kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien, yang mencakup diskusi diagnosa, kerjasama asuhan kesehatan, konsultasi, dan tanggung jawab masing-masing. Kolaborasi diperlukan untuk pemecahan masalah yang lebih kompleks dan membutuhkan komunikasi efektif.
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...KANDA IZUL
Penelitian ini mengkaji burnout dan strategi coping stres pada 82 perawat di rumah sakit jiwa. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar perawat mengalami burnout rendah dan menggunakan coping stres berfokus pada masalah dan emosi dalam kategori sedang. Faktor pekerjaan merupakan penyebab stres utama bagi perawat.
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...KANDA IZUL
1) The document discusses the history and evolution of the concept of sustainability in urban planning. It traces the origins of sustainability from concerns over resource depletion and environmental degradation in the 1970s to a broader concept that balances social, economic, and environmental factors.
2) More recently, the idea of sustainability has been applied to urban areas and involves strategies like compact and transit-oriented development, mixed uses, and green building to create more livable, efficient and environmentally friendly cities.
3) While the goals of sustainable urban planning are widely embraced, challenges remain in balancing different priorities and measuring success, as well as changing infrastructure and behaviors to achieve more sustainable outcomes.
1. TUBERCULOSIS PARU [TBC PARU]
Disusun Oleh:
Kelompok I
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIK )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kami kesehatan,
kesempatan dan keselamatam sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“TUBERCULOSIS PARU “ tepat pada waktunya. Oleh karena itu tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah , Ns Abd
Madjid, yang telah memberikan kami kepercayaan serta membantu dan membimbing sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa dan semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah kami, Olehnya itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif
tetap kami harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah berikutnya.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat Amin.
Wassalam……………….
Makassar, 13 Mei 2011
3. DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................ 3
A. Defenisi ......................................................................................................... 3
B. Etiologi .......................................................................................................... 3
C. Patofisiologi .................................................................................................. 3
D. Klasifikasi ......................................................................................................4
E. Gejala Klinis ................................................................................................ 5
F. Pemeriksaan Penungjang .............................................................................. 5
G. Medikamentosa ............................................................................................. 6
H. Kegagalan Pengobatan ................................................................................. 8
I. Penanganan Khusus Pada Pasien ................................................................ 8
BAB III KONSEP KEPERAWATAN ..................................................................... 9
A. Asuhan Keperawatan Tuberculosis paru .................................................... 9
Pengkajian ....................................................................................... 9
Diagnosa Keperawatan ................................................................. 10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 13
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam konstitusi
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 disepakati antara lain bahwa
diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental
bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial
ekonomi.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 1999).
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan maka salah satu upaya
kesehatan adalah peningkatan kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan perlu
diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan
lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup
manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan
kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan. Pengendalian penyebab, pembawa
serta sumber penyakit perlu dilakukan untuk terciptanya lingkungan yang sehat bagi
segenap penduduk .
(Depkes RI, 1999).
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Lingkungan fisik
dapat merugikan kesehatan meliputi udara yang berdebu, tanah yang tandus, iklim yang
5. buruk, air rumah tangga yang buruk, perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
serta pembuangan sampah dan kotoran yang tidak teratur (Entjang Indan, 2000).
Salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan individu dan masyarakat
akibat sanitasi lingkungan yang buruk pada saat ini adalah TB. Insiden TB yang terus
meningkat, menjadi masalah kesehatan masyarakat.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui ; defenisi ,etiologi, patofisiologi Tb
Untuk mengetahui penularan Tb
Untuk mengetahui jenis dan pengobatan Tb
Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita Tb
6. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah
paru-paru (IPD, FK, UI).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
B. Etiologi
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk batang
dan Tahan asam ( Price , 1997 )
Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 / m
Dengan tebal 0,3 – 0,5 m. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama
yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare.
7. C. Patofisiologi
Kuman dibatukkan / bersin (droplet nudei inidinborne)
Terisap organ sehat
Menempel di jalan nafas / paru-paru
Menetap / berkembang biak
Sitoplasma makroflag
Membentuk sarang TB Pneumonia kecil
(sarang primer / efek primer)
Radang saluran pernafasan
(limfangitis regional)
Komplek primer
Sembuh Sembuh dengan bekas Komplikasi
8. D. Klasifikasi
Klasifikasi Kesehatan Masyarakat (American Thoracic Society, 1974)
- Kategori 0 = - Tidak pernah terpapar / terinfeksi
- Riwayat kontak negatif
- Tes tuberkulin
- Kategori I = - Terpapar TB tapi tidak terbukti ada infeksi
- Riwayat / kontak negatif
- Tes tuberkulin negatif
- Kategori II = - Terinfeksi TB tapi tidak sakit
- Tes tuberkulin positif
- Radiologis dan sputum negatif
- Kategori III = - Terinfeksi dan sputum positif
Di Indonesia Klasifikasi yang dipakai berdasarkan DEPKES 2000 adalah Kategori 1
:
- Paduan obat 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/4HR atau 2HRZE/6HE
Obat tersebut diberikan pada penderita baru TB Paru BTA Positif, penderita
TB Paru BTA Negatif Roentgen Positif yang “sakit berat” dan Penderita TB
ekstra Paru Berat.
Kategori II :
- paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Obat ini diberikan untuk : penderita kambuh (relaps), pendrita gagal (failure)
dan penderita dengan pengobatan setelah lalai ( after default)
Kategori III :
- paduan obat 2HRZ/4H3R3
Obat ini diberikan untuk penderita BTA negatif dan roentgen positif sakit
ringan, penderita ekstra paru ringan yaitu TB Kelenjar Limfe (limfadenitis),
pleuritis , TB Kulit, TB tulang , sendi .
9. Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu diberikan bila pada akhir
tahap intensif dari suatu pengobatan dengan kategori 1 atua 2, hasil pemeriksaan dahak
masih BTA positif, diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama satu bulan.
E. Gejala Klinis
Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum ,
malaise , gejala flu , demam ringan , nyeri dada , batuk darah .
( Mansjoer , 1999)
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan
( Luckmandkk,93)
- Demam : subfebril menyerupai influensa
- Batuk : - batuk kering (non produktif) batuk produktif (sputum)
- hemaptoe
- Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah ½ bagian paru-paru
- Nyeri dada
- Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
keringat malam
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : - Leokosit sedikit meninggi
2. Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman
3. Test Tuberkulin : Mantoux Tes (PPD)
4. Roentgen : Foto PA
G. Medikamentosa
Jenis obat yang dipakai
- Obat Primer - Obat Sekunder
1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid
2. Rifampisin (R) 2. Protionamid
10. 3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin
4. Streptomisin 4. Kanamisin
5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya
kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
penderita menular menjadi tidak menular selama 2 minggu. Sebagian besar penderita
TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis
obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
Paduan obat kategori 1 :
Tahap Lama (H) / day R day Z day F day Jumlah
Hari X
Nelan Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 120
Paduan Obat kategori 2 :
11. Tahap Lama (H) R Z E E Strep. Jumlah
@300 @450 @500 @ 250 @500 Injeksi Hari X
mg mg mg mg mg Nelan
Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 - 0,5 % 60
1 bulan 1 1 3 3 - 30
Lanjutan 5 bulan 2 1 3 2 - 180
Paduan Obat kategori 3 :
Tahap Lama H @ 300 mg R@450mg P@500mg Hari X Nelan Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 1 120
OAT sisipan (HRZE)
Tahap Lama H R Z E day Nelan X
@300mg @450m @500mg @250mg Hari
g
Intensif 1 bulan 1 1 3 3 30
(dosis
harian)
H. Kegagalan Pengobatan
Sebab-sebab kegagalan pengobataan :
a. Obat : - Paduan obat tidak adekuat
- Dosis obat tidak cukup
- Minum obat tidak teratur / tdk. Sesuai dengan
petunjuk yang diberikan.
- Jangka waktu pengobatan kurang dari semestinya
- Terjadi resistensi obat.
12. b. Drop out : - Kekurangan biaya pengobatan
- Merasa sudah sembuh
- Malas berobat
c. Penyakit : - Lesi Paru yang sakit terlalu luas / sakit berat
- Ada penyakit lainyang menyertai contoh : Demam,
Alkoholisme dll
- Ada gangguan imunologis
I. Penanggulangan Khusus Pasien :
a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
- menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan cara
pemberian.
- Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat
b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur
- Teruskan pengobatan lama 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan.
- Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat
- Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih sensitif.
c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan adekuat sesuai
rencana tetapi dalam kontrol ulang BTA ( +) secara mikroskopik atau secara biakan )
1. Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
2. Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali.
3. Roentgen paru sebagai evaluasi.
4. Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam, alkoholisme / steroid
jangka lama)
5. Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis, bakteriologis.
13. BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Yang dikaji
A. Aktifitas/istirahat
Kelelahan
Nafas pendek karena kerja
Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
Mimpi buruk
Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri , dan sesak
B. Integritas Ego
Adanya / factor stress yang lama
Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan
Menyangkal
Ansietas, ketakutan
C. Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik
D. Kenyamanan
Nyeri dada
Gelisah
E. Pernafasan
Nafas Pendek
Batuk
Peningkatan frekuensi pernafasan
Pengembangn pernafasan otot tak simetris
14. F. Interaksi Sosial
Perasaan Isolasi atau penolakan
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Sputum
2. Foto Thorak
3. Leukosit
4. Pemeriksaan fungsi Paru
II. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d:
- Kerusakan jaringan
- Penurunan imun
- Malnutrisi
- Terpapar lngkungan
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen
Kriteria hasil :- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu
- mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
- Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan
lingkungan yang aman
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan
menghindari meludah
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
5. Awasi suhu sesuai indikasi
6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
15. 8. Dorong memilih makanan yang bernutrisi
9. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d
- adanya secret
- Edema tracheal
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot
asesoris
2. Beri posisi semifowler
3. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea
4. Pertahankan intake, min 2500 ml /hr
5. Kolaborasi pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai dengan indikasi
3. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d :
- Atelektasis
- Kerusakan membran alveoli – kapiler
- Sekret kental
- Edema bronchial
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan pertukaran oksigen yang adekuat dan
bebas gejala distress pernapasan
Intervensi :
1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya
pernafasan .
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada
warna kulit
3. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan
16. 4. Kolaborasi oksigen
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d
- Kelemahan
- Anorexia
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku /
pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat
Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas
mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare
2. Awasi intake dan out put secara periodik
4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat
5. Anjurkan istirahat yang cukup
6. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
7. Kolaborasi antipiretik
5. Kurang pengetahuan B.d :
- Kurangnya informasi
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman, kondisi penyakit dan pengobatan serta
melakukan perubahan pola hidup dan berpartispasi dalam program
pengobatan
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana pemahaman klien tentang TB
2. Berikan interuksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan.
3. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama.
4. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
5. Kaji pemahaman klien mengenai penularan TB .
17. BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa insiden penderita tuberculosis paru {TBC
paru} semakin meningkat pertahunya. Ada beberapa sebab yabg berhubungan
dengan peningkatan penderita tuberculosis paru antara lain minimnya
kesadaran masyarakat dalam melakukan suspek sputum , kurangnya
pengetahuan /informasi pada masyarakat tentang penularan Tuberculosis paru
,kelalaian dalam berobat ,sehingga sebagai tenaga kesehatan harus
memberikan perhatian khusus pada masayarakat yang terpapar dengan
micobakterium tuberculosis sehingga penderita Tb dapat diminimalis jumlah
penderitanya .
Saran
Saran kami sebagai penulis kepada seluruh para pembaca ; dapat memahami
defenisi , etiologi,tanda dan gejala, serta klasifikasi Tb. Kritik dan saranya
sangat kami harapkan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah
berikutnya .
Sekian dan terima kasih .
18. DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.
Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 ,
EGC, Jakarta ,1999.
Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999.
Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit , alih
bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.
Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998.