Dokumen tersebut membahas mengenai pengertian asuransi secara umum dan asuransi syariah, sejarah berdirinya asuransi dan asuransi syariah, landasan hukum asuransi syariah, pendapat ulama tentang asuransi syariah, prinsip-prinsip asuransi syariah, perbedaan antara asuransi konvensional dan syariah, kendala dan strategi pengembangan asuransi syariah, serta produk-produk asuransi syariah individu dan grup.
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
ASURANSI SYARIAH
1. Asuransi Syariah
Kelompok 5 Oleh :
Edo Amrizo Jasra
Mirmansyah
Reni Ariyanti
Surya Bakti
Winda Utari
Yusuf Satrio Bimo
2. 1. PengertianAsuransi Secara
Umum
• Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia
berasal dari kata Belanda assurantie yang kemudian
menjadi “asuransi” dalam bahasa Indonesia. Namun
istilah assurantie bukanlah berasal dari bahasa Belanda,
tetapi berasal dari bahasa Latin, yaitu assecure yang
berarti “meyakinkan orang”. Sedangkan assurance
berarti menanggung sesuatu yang akan terjadi
• Asuransi dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha
perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tettanggung
karena kerugian , kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita
penanggung.
3. 2. PengertianAsuransi Syariah
Menurut Dewan Syariah Nasional pada tahun 2001
telah mengeluarkan fatwa tentang asuransi syariah. Dalam
fatwa DSN/No.21/ DSN/MUI/X/21, disebutkan bahwa
asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad perikatan yang sesuai dengan syariah
4. 3. Sejarah BerdirinyaAsuransi
• Sejarah Asuransi bermula sejak lebih dari seratus tahun yang
lalu, yaitu semenjak masa penjajahan Belanda. Pada masa itu
pemerintah kolonial Belanda memang melakukan penanaman
perkebunan besar-besaran di Indonesia dan sekaligus
melakukan bisnis perdagangan.
• Sukses mendirikan asuransi pertama bernama De Nederlanden
Van 1845, sistem proteksi keuangan ini pun akhirnya
diterapkan di Indonesia. Adapun perusahaan asuransi pertama
di Indonesia yang didirikan oleh Belanda bernama Bataviasche
Zee End Brand Asrantie Maatschappij yang berbasis pada
sektor asuransi kerugian akibat adanya kebakaran dan juga
kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat adanya
permasalahan saat pengangkutan (transportasi).
5. 4. SejarahAnsuransi Syariah
Sejarah terbentuknya Auransi Syariah dimulai sejak
tahun 1979 ketika sebuah perusahaan asuransi di Sudan,
yaitu Sudanese Islamic Insurance pertama kali
memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian pada tahun
yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat
Arab juga memperkenalkan asuransi syariah di wilayah
Arab.
6. 5. Landasan HukumAsuransi Syariah
Dalam hukum positif yang menjadi dasar hukum
dalam asuransi syariah adalah UU No. 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian yang masih bersifat global.
Sedangkan, dalam menjalankan usahanya secara syariah,
perusahaan asuransi dan reasuransi syariah menggunakan
pedoman fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001
tentang pedoman umum asuransi syariah. oleh karena
fatwa DSN tersebut tidak memiliki kekuatan hukum maka
dibentauk peraturan perundangan oleh pemerintah yang
berkaitan dengan asuransi syariah.
7. 6. Pendapat Ulama TentangAsuransi Syariah
A. Pendapat Ulama Yang Mengharamkan.
Yusuf al-Qardlawi dan Isa ‘Abduh. Menurut mereka, bahwa pada
asuransi yang ada pada sekarang ini terdapat unsur-unsur yang
diharamkan seperti judi, karena ketergantungan akan mengharapkan
sejumlah harta tertentu seperti halnya dalam judi. Dan juga mengandung
ketidak jelasan dan ketidak pastian (jahalat dan ghoror) dan riba.
B. Pendapat yang Membolehkan.
Musthofa Ahmad Zarqo dan Muhammad Al-Bahi. Pendapat ini dapat
dijelaskan pada uraian berikut ini :
Bahwa asuransi tidak terdapat nash al-Qur’an atau hadits yang melarang
asuransi. Oleh karena itu, selama perbuatan tersebut tidak digariskan
kehalalan dan keharaman yang ada di kedua sumber tersebut, sah untuk
dilakukan
8. 8. Ketentuan Operasi secara Syariah
Dalam menjalankan operasinya, asuransi berpegang pada
ketentuan-ketentuan berikut:
• 1.Akad
• a.Kejelasan akal dalam praktik muamalah merupakan prinsip karena
menentukan sah atau tidaknya secara syariah
• b.Syarat dalam transaksi jual beli adalah penjualan, pembeli
terdapatnya harga, dan barang yang diperjualbelikan.
• c.Akad jual beli pada asuransi biasa tidak jelas (gharar), yaitu berapa
besar yang akan dibayarkan atau diterima pemegang polis
• 2.Gharar
• 3.Tabarru’
• 4.Maysir
• 5.Riba
• 6.Dana Hangus
9. 9. Prinsip – prinsipAsuransi
Syariah
1. Prinsip saling membantu dan bekerjasama
2. Prinsip melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan
seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam
transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
3. Prinsip saling bertanggung jawab ( Al-aqila)
4. Menghindari unsur gharar (unsur ketidakpastian tentang sumber
dana yand digunakan untuk menutupi klaim dan hak pemegang
polis), masyir (unsur perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah
(suap), barang haram dan maksiat sehingga pihak-pihak yang terikat
akad saling bertanggung jawab.
5. Investasi atas dana yang terkumpul dari kliennya yang dikelola oleh
perusahaan asuransi syariah harus dilakukan sesuai ketentuan
asuransi syariah
6. perusahaan asuransi harus memiliki banyak pihak tertanggung
sehingga risiko dapat didistribusikan.
7. perusahaan asuransi harus dapat mengukur probabilitas munculnya
suatu kejadian.
10. 10. PerbedaanAsuransi Konvensional DanAsuransi
Syariah
• Asuransi syari'ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yang betugas mengawasi produk yang dipasarkan dan
pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini
tidak ditemukan dalam asuransi konvensional.
• Akad yang dilaksanakan pada asuransi syari'ah berdasarkan
tolong menolong. Sedangkan asuransi konvensional
berdasarkan jual beli
• Investasi dana pada asuransi syari'ah berdasarkan bagi hasil
(mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional
memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan
investasinya
• Kepemilikan dana pada asuransi syari'ah merupakan hak
peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk
mengelolanya. Pada asuransi konvensional, dana yang
terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan.
11. Lanjutan....
• Dalam mekanismenya, asuransi syari'ah tidak mengenal dana
hangus seperti yang terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada
masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi
dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka
dana yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana
kecil yang telah diniatkan untuk tabarru'.
• Pembayaran klaim pada asuransi syari'ah diambil dari dana tabarru'
(dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan
bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong
menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada
asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening
dana perusahaan.
• Pembagian keuntungan pada asuransi syari'ah dibagi antara
perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi
yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional
seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan
12. 12. Kendala PengembanganAsuransi Syariah
• Minimya modal
• Kurangnya SDM yang professional
• Ketidaktahuan Masyarakat Terhadap Produk
Asuransi Syariah
• Dukungan Pemerintah Belum Memadai
• Image
13. 14. Strategi PengembanganAsuransi Secara Syariah
• Untuk Memasyarakatkan dan Meningkatkan Asuransi syariah
maka LKS harus mengembangkan teknologi informasi yang
terdepan, serta meningkatkan promosi dan sosialisasi di segala
lapisan masyarakat. Menurutnya, semua pihak harus bekerja
keras untuk memperkenalkan sistem asuransi syariah di
Indonesia agar masyarakat mengetahui ada solusi dalam
pengelolaan risiko secara Islami.
• Pemerintah Juga harus lebih mendukung Asuransi Syariah,
para ekonom yang ada di kabinet saat ini sebaiknya
meninggalkan sistem ekonomi kapitalis dan mengikuti aturan
main kapitalis, sehingga bisa keluar dari krisis. Penerapan
syariah yang makin meluas dari industri keuangan dan
permodalan membutuhkan regulasi yang tidak saling
bertentangan atau tumpang tindih dengan aturan sistem
ekonomi konvensional. Para pelaku ekonomi syariah sangat
mengharapkan regulasi untuk sistem ekonomi syariah ini bisa
memudahkan mereka untuk berekspansi bukan malah
14. 15. Isu – Isu Terbaru MengenaiAsuransi
• Pemerintah Diminta Bentuk BUMN Asuransi Syariah
Assosiasi Asuransi Syariah Indonesia(AASI) meminta
pemerintah membentuk perusahaan Badan Usaha Milik
Negara(BUMN) yang bergerak dalam pengelolaan
layanan asuransi syariah.
Ketua AASI, Adi Pramana mengatakan, saat ini belum ada
lembaga keuangan syariah yang dimiliki pemerintah.
Kalaupun ada, unit syariah atau lembaga keuangan
syariah. Merupakan anak perusahaan dari BUMN.
(13/10/2015)
15. 16. Pengertian ProdukAsuransi
• Produk asuransi adalah suatu produk yang ditawarkan
oleh penanggung dan diterima serta dipilih oleh
tertanggung, dimana produk tersebut berisi objek-objek
dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan
manusia, tanggung jawab hukum serta semua
kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan
atau berkurang.
16. 17. Produk Takaful Individu
1. Produk-Produk Tabungan
Produk-produk individu ada unsur
tabungan,artinya suatu produk yang diperuntukan
untuk perorangan dan dibuat secara khusus,
didalamnya terdapat unsur tabarru’ juga terdapat
unsur tabungan yang dapat diambil kapan saja
oleh pemiliknya.
Beberapa contoh produk individu yang
mengandung unsur tabungan (saving) adalah
sebagai berikut :
• Takaful dana investasi
• Takaful dana siswa
17. Lanjutan..........
• 2 . Produk-produk non tabungan
Produk individu non tabungan adalah produk-produk
syariah yang sifatnya individu dan didalam struktur
produknya tidak terdapat unsur tabungan, atau
semuanya bersifat tabarru’ dana tolong-menolong.
contoh produk non saving adalah sebagai berikut :
• Takaful kesehatan individu
• Takaful kecelakaan diri individu
• Takaful al-khairat individu.
18. Lanjutan......
• 3 . Produk Takaful Grup
Yaitu produk yang didesain untuk jumlah peserta yang
lebih banyak dan dalam struktur produknya ada yang
mengandung unsur tabungan dan ada yang tidak
mengandung unsur tabungan.
contoh produk-produknya adalah :
• Takaful al-khairat + tabungan haji
• Takaful kecelakaan siswa
• Takaful wisata dan perjalanan
• Takaful kecelakaan dri individu kumpulan
• Takaful Majelis Taklim
• Takaful Pembiyaan
19. Lanjutan............
• 4 . Produk Takaful Umum
• Takaful kebakaran
• Takaful kendaraan bermotor
• Takaful rekayasa
• Takaful pengangkutan
• Takaful rangka kapal
• Asuransi takaful aneka