SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 1
KODE ETIK
PROFESI KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar
Dasar Kode Etik Profesi Konseling di Indonesia adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa
profesi konseling merupakan usaha pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut
membina warga negara yang bertanggung jawab, dan (b) tuntutan profesi, mengacu
kepada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
BAB II
KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR
A. Kualifikasi
Konselor harus memiliki (1) nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan
dalam bidang profesi konseling, dan (2) pengakuan atas kemampuan dan kewenangan
sebagai konselor.
1. Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai, dan Sikap
a. Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus terus-
menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia harus mengerti
kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri, yang
dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan
rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan klien.
b. Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperlihatkan
sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya,
jujur, tertib, dan hormat.
c. Konselor harus memiliki rasa tanggungjawab terhadap saran ataupun
peringatan yang diberikan kepadanya, khusunya dari rekan-rekan seprofesi
dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku
profesional sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini.
d. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja
yang setinggi mungkin; kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material
dan finansial tidak diutamakan.
e. Konselor harus terampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur
khusus yang dikembangkan atas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah
ilmiah.
2. Pengakuan Kewenangan
Untuk dapat bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan keahlian dan
kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya
oleh pemerintah.
B. Informasi, Testing, dan Riset
1. Penyimpanan dan Penggunaan Informasi
IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 2
a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-
menyurat, perekaman, dan data lain, semuanya merupakan informasi yang
bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien.
Penggunaan data/informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon
konselor dimungkinkan, sepanjang identitas klien dirahasiakan.
b. Penyampaian infornasi mengenai klien kepada keluarga atau kepada anggota
profesi lain, membutuhkan persetujuan klien.
c. Penggunaan informasi tentang klien dalam rangka konsultasi dengan anggota
profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan
klien dan tidak merugikan klien.
d. Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada orang
yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
1. Testing
a. Suatu jenis tes hanya diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan
dan menafsirkan hasilnya. Konselor harus selalu memeriksa dirinya apakah ia
mempunyai wewenang yang dimaksud.
b. Testing diperlukan bila proses pemberian layanan memerlukan data tentang
sifat atau ciri kepribadian yang menuntut adanya perbandingan dengan sampel
yang lebih luas, misalnya taraf intelegensia, minat, bakat khusus, dan
kecenderungan pribadi seseorang.
c. Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes dan apa hubungannya dengan masalahnya. Hasilnya harus
disampaikan kepada klien dengan disertai penjelasan tentang arti dan
kegunaannya.
d. Penggunaan suatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang
berlaku bagi tes yang bersangkutan.
e. Data yang diperoleh dari hasil testing harus diintegrasikan dengan informasi
lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini
data hasil testing harus diperlakukan setaraf dengan data dan informasi lain
tentang klien.
f. Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak lain
yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien dan
tidak merugikan klien.
2. Riset
a. Dalam melakukan riset, di mana tersangkut manusia dengan masalahnya
sebagai subyek, harus dihindari hal-hal yang dapat merugikan subyek yang
bersangkutan.
b. Dalam melaporkan hasil riset di mana tersangkut klien sebagai subyek, harus
dijaga agar identitas subyek dirahasiakan.
C. Proses Layanan
1. Hubungan dalam Pemberian Layanan
a. Kewajiban konselor untuk menangani klien berlangsung selama ada
kesempatan dalam hubungan antara klien dengan konselor. Kewajiban itu
IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 3
berakhir jika hubungan konseling berakhir dalam arti, klien mengakhiri
hubungan kerja atau konselor tidak lagi bertugas sebagai konselor.
b. Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor,
meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkret.
Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubungan apabila klien ternyata
tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu.
2. Hubungan dengan Klien
a. Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan klien.
b. Konselor harus menempatkan kepentingan kliennya di atas kepentingan
pribadinya. Demikian pun dia tidak boleh memberikan layanan bantuan di luar
bidang pendidikan, pengalaman, dan kemampuan yang dimilikinya.
c. Dalam menjalankan tugasnya, konselor tidak mengadakan pembedaan klien
atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang
dan tidak akan mencampuri urusan pribadi orang lain tanpa izin dari orang
yang bersangkutan.
e. Konselor bebas memilih siapa yang akan diberi bantuan, akan tetapi dia harus
memperhatikan setiap permintaan bantuan, lebih-lebih dalam keadaan darurat
atau apabila banyak orang yang menghendaki.
f. Kalau konselor sudah turun tangan membantu seseorang, maka dia tidak akan
melalaikan klien tersebut, walinya atau orang yang bertanggung jawab
padanya.
g. Konselor harus menjelaskan kepada klien sifat hubungan yang sedang dibina
dan batas-batas tanggungjawab masing-masing, khususnya sejauh mana dia
memikul tanggungjawab terhadap klien.
h. Hubungan konselor mengandung kesetiaan ganda kepada klien, masyarakat,
atasan, dan rekan-rekan sejawat.
1) Apabila timbul masalah dalam soal kesetiaan ini, maka harus diperhatikan
kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya
sebagai konselor. Dalam hal ini terutama sekali harus diperhatikan ialah
kepentingan klien.
2) Apabila timbul masalah antara kesetiaan kepada klien dan lembaga tempat
konselor bekerja, maka konselor harus menyampaikan situasinya kepada
klien dan atasannya. Dalam hal ini klien harus diminta untuk mengambil
keputusan apakah dia ingin meneruskan hubungan konseling dengannya.
i. Konselor tidak akan memberikan bantuan profesional kepada sanak keluarga,
teman-teman karibnya, apabila hubungan profesional dengan orang-orang
tersebut mungkin dapat terancam oleh kaburnya peranan masing-masing.
D. Konsultasi dan Hubungan dengan Rekan Sejawat atau Ahli Lain
1. Konsultasi dengan Rekan Sejawat
Dalam rangka pemberian layanan kepada seorang klien, kalau konselor merasa
ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia harus berkonsultasi dengan rekan-rekan
sejawat se lingkungan profesi. Untuk itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari
kliennya.
IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 4
2. Alih Tangan Kasus
a. Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seorang klien bila pada
akhirnya dia menyadari tidak dapat memberikan pertolongan kepada klien
tersebut, baik karena kurangnya kemampuan/keahlian maupun keterbatasan
pribadinya. Dalam hal ini konselor mengizinkan klien untuk berkonsultasi
dengan petugas atau badan lain yang lebih ahli, atau ia akan mengirimkan
kepada orang atau badan ahli tersebut, tetapi harus atas dasar persetujuan
klien.
b. Bila pengiriman ke ahli lain disetujui klien, maka menjadi tanggungjawab
konselor untuk menyarankan kepada klien orang atau badan yang mempunyai
keahlian khusus.
c. Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli lain, akan tetapi klien
menolak pergi kepada ahli yang disarankan oleh konselor, maka konselor
mempertimbangkan apa baik-buruknya kalau hubungan yang sudah ada mau
diteruskan lagi.
BAB III
HUBUNGAN KELEMBAGAAN
A. Prinsip Umum
1. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual, khususnya tentang
penyimpanan serta penyebaran informasi tentang klien dan hubungan konfidensial
antara konselor dengan klien, berlaku juga bila konselor bekerja dalam hubungan
kelembagaan.
2. Apabila konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu lembaga, maka harus ada
pengertian dan kesepakatan yang jelas antara dia dengan pihak lembaga dan
dengan klien yang menghubungi konselor di tempat lembaga itu. Sebagai seorang
konsultan, konselor harus tetap mengikuti dasar-dasar pokok profesi dan tidak
bekerja atas dasar komersial.
B. Keterkaitan Kelembagaan
1. Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan peraturan kerjasama dengan pihak
atasan atau bawahannya, terutama dalam rangka layanan konseling dengan
menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya.
2. Peraturan-peraturan kelembagaan yang diikuti oleh semua petugas dalam lembaga
harus dianggap mencerminkan kebijaksanaan lembaga itu dan bukan pertimbangan
pribadi. Konselor harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada
atasannya. Sebaliknya dia berhak pula mendapat perlindungan dari lembaga itu
dalam menjalankan profesinya.
3. Setiap konselor yang menjadi anggota staf suatu lembaga harus mengetahui
tentang program-program yang berorientasi kepada kegiatan-kegiatan dari
lembaga itu dari pihak lain; pekerjaan konselor harus dianggap sebagai sumbangan
khas dalam mencapai tujuan lembaga itu.
IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 5
4. Jika dalam rangka pekerjaan dalam suatu lembaga, konselor tidak cocok dengan
ketentuan-ketentuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berlaku di lembaga
itu, maka ia harus mengundurkan diri dari lembaga tersebut.
BAB IV
PRAKTIK MANDIRI DAN LAPORAN
KEPADA PIHAK LAIN
A. Konselor Praktik Mandiri (Privat)
1. Konselor yang berpraktik mandiri (privat) dan tidak bekerja dalam hubungan
kelembagaan tertentu, tetap menaati segenap kode etik jabatannya sebagai
konselor, dan berhak untuk mendapat dukungan serta perlindungan dari rekan-
rekan seprofesi.
2. Konselor yang berpraktik mandiri wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari
organisasi profesi (ABKIN).
B. Laporan kepada Pihak Lain
apabila konselor perlu melaporkan suatu hal tentang klien kepada pihak lain
(misalnya: pimpinan lembaga tempat ia bekerja), atau kalau ia diminta keterangan
tentang klien oleh petugas suatu badan di luar profesinya, dan ia harus juga
memberikan informasi itu, maka dalam memberikan informasi itu ia harus sebijaksana
mungkin dengan berpedoman pada pegangan bahwa dengan berbuat begitu klien tetap
dilindungi dan tidak dirugikan.
BAB V
KETAATAN KEPADA PROFESI
A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
1. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai konselor, konselor harus
selalu mengaitkannya dengan tugas dan kewajibannya terhadap klien dan profesi
sebagaimana dicantumkan dalam kode etik ini, dan semuanya itu sebesar-besarnya
untuk kepentingan dan kebahagiaan klien.
2. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor untuk
maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud-maksud lain yang dapat
merugikan klien, ataupun menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang
tidak wajar.
B. Pelanggaran terhadap Kode Etik
1. Konselor harus selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya tidak melanggar
kode etik ini.
2. Konselor harus senantiasa mengingat bahwa pelanggaran terhadap kode etik ini
akan merugikan mutu proses dan hasil layanan yang ia berikan, merugikan klien,
lembaga dan pihak-pihak lain yang terkait, serta merugikan diri konselor sendiri
dan profesinya.
3. Pelanggaran terhadap kode etik ini akan mendapatkan sanksi berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh ABKIN.
IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 6
Nama-Nama Peserta Pertemuan Sanctioning
Dasar Standardisasi Profesi Konseling
Di Yogyakarta Tanggal 17-18 Oktober 2003
No. Nama Status/Jabata
n
Kedudukan/Jabat
an
dalam ABKIN
Keterangan
1. Prof.Dr. Sukamto, M.Sc.
Direktur
PPTK-KPT
- -
2. Prof.Dr. Prayitno, M.Sc.Ed.
Direktur PPs
UNP
Dewan Pembina
PB ABKIN
Tim
Pengembang
3. Prof.Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. PR I UNNES
Ketua I PB
ABKIN
Tim Pengembang
4. Dr. Ahman, M.Pd.
Sekretaris LP
UPI
Sekjen PB ABKIN Tim Pengembang
5. Drs. Syamsuddin, S.U
Ketua UPBK
UNY
Pengurus PD
ABKIN DIY
Tim Pengembang
6. Prof.Dr. Sunaryo Kartadinata, PR II UPI
Ketua Umum PB
ABKIN
-
7. Prof. Drs. Rosjidan, M.A
Dosen PPs
UM
Dewan Pembina
PB ABKIN
-
8. Prof. Dr. Soli Abimanyu
Dekan FIP
UNM
Ketua Umum
IPKON ABKIN
-
9. Drs. Thantawi R, M.A Dosen UNJ
Ketua II PB
ABKIN/ Ketua PD
ABKIN DKI
-
10. Drs. Giyono, M.Pd.
Ketua Jur BK
UNILA
Ketua PD ABKIN
Lampung
-
11. Drs. Muh Farozin, M.Pd.
Dekan FIP
UNY
Sekretaris I PB
ABKIN/ Ketua PD
ABKIN DIY
-
12. Drs. Alizamar, M.Pd., Kons.
Sekretaris
LPM UNP
Sekretaris II PB
ABKIN/ Ketua PD
ABKIN Sumbar
-
13. Drs. Sutiyono
Ketua Jur.
BK UNESA
Bendahara PB
ABKIN/ Ketua PD
ABKIN Jatim
-
14. Dr. Soeharto, M.Pd. Dosen UNS Pakar BK -
15. Drs. Suharso, M.Pd.
Sekretaris
Jur BK
UNNES
Pakar BK -
16. Drs. HA Hidayat, MM Kasubdit KPT - -
17. Drs. Siswanto Hadi, MM
Kasubdit
PGSM
- -
18. Deddy Abdul Halim
Pimbagpro
PTA
- -
19. Ratna Juwita L.
Bendaharaw
an Bagpro
PTA
- -

More Related Content

What's hot

Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokPendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokAinun Nuril Haq
 
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaBimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaZuraHarahap20
 
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta DidikPeran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didikwiyadnya
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bkasm
 
1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosial1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosialrizkyaden
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)Nur Arifaizal Basri
 
Penguasaan Konsep Layanan Konseling dan Pengalihan Kasus (Referral)
Penguasaan Konsep Layanan Konseling dan Pengalihan Kasus (Referral)Penguasaan Konsep Layanan Konseling dan Pengalihan Kasus (Referral)
Penguasaan Konsep Layanan Konseling dan Pengalihan Kasus (Referral)Veronica Fifi Rintina
 
Pendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorPendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorWinda Lukitasari
 
sejarah bimbingan dan konseling
 sejarah bimbingan dan konseling sejarah bimbingan dan konseling
sejarah bimbingan dan konselingkomisariatimmbpp
 
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam KonselingPsikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konselingtianachris
 
Pendekatan konseling adlerian
Pendekatan konseling adlerianPendekatan konseling adlerian
Pendekatan konseling adlerianvarizalamir
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerIis Nurul Fitriyani
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018Zakki Nurul Amin
 
Kode Etik Konselor
Kode Etik KonselorKode Etik Konselor
Kode Etik KonselorArda Disini
 
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFVERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFNur Arifaizal Basri
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)mncgita
 

What's hot (20)

Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokPendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
 
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaBimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
 
M5 kb3
M5 kb3M5 kb3
M5 kb3
 
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta DidikPeran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk
 
1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosial1.konsep bk pribadi sosial
1.konsep bk pribadi sosial
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
 
Penguasaan Konsep Layanan Konseling dan Pengalihan Kasus (Referral)
Penguasaan Konsep Layanan Konseling dan Pengalihan Kasus (Referral)Penguasaan Konsep Layanan Konseling dan Pengalihan Kasus (Referral)
Penguasaan Konsep Layanan Konseling dan Pengalihan Kasus (Referral)
 
Pendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorPendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factor
 
sejarah bimbingan dan konseling
 sejarah bimbingan dan konseling sejarah bimbingan dan konseling
sejarah bimbingan dan konseling
 
Peta Kognitif
Peta Kognitif Peta Kognitif
Peta Kognitif
 
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam KonselingPsikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
 
Perilaku Abnormal
Perilaku AbnormalPerilaku Abnormal
Perilaku Abnormal
 
Pendekatan konseling adlerian
Pendekatan konseling adlerianPendekatan konseling adlerian
Pendekatan konseling adlerian
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
 
Kode Etik Konselor
Kode Etik KonselorKode Etik Konselor
Kode Etik Konselor
 
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFVERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
 

Similar to KODE ETIK PROFESI KONSELOR (REFRENSI)

Kode etik konselor indonesia
Kode etik konselor indonesiaKode etik konselor indonesia
Kode etik konselor indonesiaIrull15
 
Kode etik-konselor-indonesia
Kode etik-konselor-indonesiaKode etik-konselor-indonesia
Kode etik-konselor-indonesiaIrull15
 
Makalah pelayanan prima
Makalah pelayanan primaMakalah pelayanan prima
Makalah pelayanan primaIska Nangin
 
Pengauditan lanjutan (Etika Profesi Akuntan Publik) DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK...
Pengauditan lanjutan (Etika Profesi Akuntan Publik) DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK...Pengauditan lanjutan (Etika Profesi Akuntan Publik) DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK...
Pengauditan lanjutan (Etika Profesi Akuntan Publik) DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK...lely Wiaya
 
Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Sentot Baskoro
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...Muh Agus Priyetno
 
Kode Etik Bidan
Kode Etik BidanKode Etik Bidan
Kode Etik BidanUFDK
 
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).pptkrisworo0711
 
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan KonselingProfesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan KonselingRiska Nur'Akhidah Sari
 
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Pengaruh Pemahaman Diri terhadap Proses KIP/K
Pengaruh Pemahaman Diri terhadap Proses KIP/KPengaruh Pemahaman Diri terhadap Proses KIP/K
Pengaruh Pemahaman Diri terhadap Proses KIP/Kpjj_kemenkes
 

Similar to KODE ETIK PROFESI KONSELOR (REFRENSI) (20)

KODE ETIK KONSELOR (REFRENSI)
KODE ETIK KONSELOR (REFRENSI)KODE ETIK KONSELOR (REFRENSI)
KODE ETIK KONSELOR (REFRENSI)
 
Kode etik konselor indonesia
Kode etik konselor indonesiaKode etik konselor indonesia
Kode etik konselor indonesia
 
Kode etik-konselor-indonesia
Kode etik-konselor-indonesiaKode etik-konselor-indonesia
Kode etik-konselor-indonesia
 
Neny3
Neny3Neny3
Neny3
 
Persyaratan bk 2
Persyaratan bk 2Persyaratan bk 2
Persyaratan bk 2
 
12418420.ppt
12418420.ppt12418420.ppt
12418420.ppt
 
Makalah pelayanan prima
Makalah pelayanan primaMakalah pelayanan prima
Makalah pelayanan prima
 
Pengauditan lanjutan (Etika Profesi Akuntan Publik) DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK...
Pengauditan lanjutan (Etika Profesi Akuntan Publik) DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK...Pengauditan lanjutan (Etika Profesi Akuntan Publik) DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK...
Pengauditan lanjutan (Etika Profesi Akuntan Publik) DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK...
 
Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, ethics and conflict interes...
 
Kode Etik Bidan
Kode Etik BidanKode Etik Bidan
Kode Etik Bidan
 
Penstrukturan
PenstrukturanPenstrukturan
Penstrukturan
 
Bu hastin
Bu hastinBu hastin
Bu hastin
 
etika profesi
etika profesietika profesi
etika profesi
 
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
 
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan KonselingProfesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
 
M5 kb4
M5 kb4M5 kb4
M5 kb4
 
Kode etik di bca
Kode etik di bcaKode etik di bca
Kode etik di bca
 
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
 
Pengaruh Pemahaman Diri terhadap Proses KIP/K
Pengaruh Pemahaman Diri terhadap Proses KIP/KPengaruh Pemahaman Diri terhadap Proses KIP/K
Pengaruh Pemahaman Diri terhadap Proses KIP/K
 

More from Nur Arifaizal Basri

contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdfcontoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdfNur Arifaizal Basri
 
contoh RPL konseling individu.pdf
contoh RPL konseling individu.pdfcontoh RPL konseling individu.pdf
contoh RPL konseling individu.pdfNur Arifaizal Basri
 
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdfPermendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdfNur Arifaizal Basri
 
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajarMODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajarNur Arifaizal Basri
 
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docxFORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docxNur Arifaizal Basri
 
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factorPengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factorNur Arifaizal Basri
 
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bkLaporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bkNur Arifaizal Basri
 
Carl gustav jung psychology and the occult
Carl gustav jung psychology and the occultCarl gustav jung psychology and the occult
Carl gustav jung psychology and the occultNur Arifaizal Basri
 
cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
 cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT) cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)Nur Arifaizal Basri
 
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)Nur Arifaizal Basri
 
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)Nur Arifaizal Basri
 
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993Nur Arifaizal Basri
 

More from Nur Arifaizal Basri (20)

CONTOH RPL KLASIKAL
CONTOH RPL KLASIKALCONTOH RPL KLASIKAL
CONTOH RPL KLASIKAL
 
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdfcontoh RPL  BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
contoh RPL BIMBINGAN KELOMPOK.pdf
 
contoh RPL konseling individu.pdf
contoh RPL konseling individu.pdfcontoh RPL konseling individu.pdf
contoh RPL konseling individu.pdf
 
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdfPermendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
Permendikbud No 15 Tahun 2018.pdf
 
UU ASN NO. 5 TH. 2014
UU ASN NO. 5 TH. 2014UU ASN NO. 5 TH. 2014
UU ASN NO. 5 TH. 2014
 
program kerja BK 2022-2023.pdf
program kerja BK 2022-2023.pdfprogram kerja BK 2022-2023.pdf
program kerja BK 2022-2023.pdf
 
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajarMODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
MODEL LAYANAN BK SMA guru penggerak kurikulum meredeka belajar
 
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docxFORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
FORMAT LAPORAN ALAT PERAGA BK DENGAN PANDUAN BIMBINGAN KARIER.docx
 
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factorPengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
Pengembangan Buku Panduan Bimbingan Karier Berdasarkan Teori Trait and factor
 
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bkLaporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
Laporan hasil tindak lanjut analisis pelaksanaan program bk
 
self control
self controlself control
self control
 
Carl gustav jung psychology and the occult
Carl gustav jung psychology and the occultCarl gustav jung psychology and the occult
Carl gustav jung psychology and the occult
 
kepercayan diri
kepercayan dirikepercayan diri
kepercayan diri
 
self-efficacy, and self-esteem
self-efficacy, and self-esteemself-efficacy, and self-esteem
self-efficacy, and self-esteem
 
mengenal kecemasan komunikasi
mengenal kecemasan komunikasimengenal kecemasan komunikasi
mengenal kecemasan komunikasi
 
KECEMASAN KOMUNIKASI
KECEMASAN KOMUNIKASIKECEMASAN KOMUNIKASI
KECEMASAN KOMUNIKASI
 
cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
 cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT) cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
cognitive behavioral therapy for social anxiety disorder (CBT)
 
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
EXPLORING CAREERS WITH TYPOLOGY (JOHN HOLLAND)
 
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
VOCATIONAL INDECISION (JOHN HOLLAND)
 
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
PERSONALITY AND VOCATIONAL John holland 1993
 

Recently uploaded

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

KODE ETIK PROFESI KONSELOR (REFRENSI)

  • 1. IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 1 KODE ETIK PROFESI KONSELING BAB I PENDAHULUAN Dasar Dasar Kode Etik Profesi Konseling di Indonesia adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling merupakan usaha pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab, dan (b) tuntutan profesi, mengacu kepada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku. BAB II KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR A. Kualifikasi Konselor harus memiliki (1) nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan dalam bidang profesi konseling, dan (2) pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor. 1. Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai, dan Sikap a. Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus terus- menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan klien. b. Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib, dan hormat. c. Konselor harus memiliki rasa tanggungjawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, khusunya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini. d. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin; kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material dan finansial tidak diutamakan. e. Konselor harus terampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah. 2. Pengakuan Kewenangan Untuk dapat bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan keahlian dan kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya oleh pemerintah. B. Informasi, Testing, dan Riset 1. Penyimpanan dan Penggunaan Informasi
  • 2. IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 2 a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat- menyurat, perekaman, dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data/informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor dimungkinkan, sepanjang identitas klien dirahasiakan. b. Penyampaian infornasi mengenai klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain, membutuhkan persetujuan klien. c. Penggunaan informasi tentang klien dalam rangka konsultasi dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak merugikan klien. d. Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya. 1. Testing a. Suatu jenis tes hanya diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Konselor harus selalu memeriksa dirinya apakah ia mempunyai wewenang yang dimaksud. b. Testing diperlukan bila proses pemberian layanan memerlukan data tentang sifat atau ciri kepribadian yang menuntut adanya perbandingan dengan sampel yang lebih luas, misalnya taraf intelegensia, minat, bakat khusus, dan kecenderungan pribadi seseorang. c. Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan masalahnya. Hasilnya harus disampaikan kepada klien dengan disertai penjelasan tentang arti dan kegunaannya. d. Penggunaan suatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes yang bersangkutan. e. Data yang diperoleh dari hasil testing harus diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing harus diperlakukan setaraf dengan data dan informasi lain tentang klien. f. Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak lain yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien dan tidak merugikan klien. 2. Riset a. Dalam melakukan riset, di mana tersangkut manusia dengan masalahnya sebagai subyek, harus dihindari hal-hal yang dapat merugikan subyek yang bersangkutan. b. Dalam melaporkan hasil riset di mana tersangkut klien sebagai subyek, harus dijaga agar identitas subyek dirahasiakan. C. Proses Layanan 1. Hubungan dalam Pemberian Layanan a. Kewajiban konselor untuk menangani klien berlangsung selama ada kesempatan dalam hubungan antara klien dengan konselor. Kewajiban itu
  • 3. IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 3 berakhir jika hubungan konseling berakhir dalam arti, klien mengakhiri hubungan kerja atau konselor tidak lagi bertugas sebagai konselor. b. Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkret. Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubungan apabila klien ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu. 2. Hubungan dengan Klien a. Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan klien. b. Konselor harus menempatkan kepentingan kliennya di atas kepentingan pribadinya. Demikian pun dia tidak boleh memberikan layanan bantuan di luar bidang pendidikan, pengalaman, dan kemampuan yang dimilikinya. c. Dalam menjalankan tugasnya, konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi. d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang dan tidak akan mencampuri urusan pribadi orang lain tanpa izin dari orang yang bersangkutan. e. Konselor bebas memilih siapa yang akan diberi bantuan, akan tetapi dia harus memperhatikan setiap permintaan bantuan, lebih-lebih dalam keadaan darurat atau apabila banyak orang yang menghendaki. f. Kalau konselor sudah turun tangan membantu seseorang, maka dia tidak akan melalaikan klien tersebut, walinya atau orang yang bertanggung jawab padanya. g. Konselor harus menjelaskan kepada klien sifat hubungan yang sedang dibina dan batas-batas tanggungjawab masing-masing, khususnya sejauh mana dia memikul tanggungjawab terhadap klien. h. Hubungan konselor mengandung kesetiaan ganda kepada klien, masyarakat, atasan, dan rekan-rekan sejawat. 1) Apabila timbul masalah dalam soal kesetiaan ini, maka harus diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor. Dalam hal ini terutama sekali harus diperhatikan ialah kepentingan klien. 2) Apabila timbul masalah antara kesetiaan kepada klien dan lembaga tempat konselor bekerja, maka konselor harus menyampaikan situasinya kepada klien dan atasannya. Dalam hal ini klien harus diminta untuk mengambil keputusan apakah dia ingin meneruskan hubungan konseling dengannya. i. Konselor tidak akan memberikan bantuan profesional kepada sanak keluarga, teman-teman karibnya, apabila hubungan profesional dengan orang-orang tersebut mungkin dapat terancam oleh kaburnya peranan masing-masing. D. Konsultasi dan Hubungan dengan Rekan Sejawat atau Ahli Lain 1. Konsultasi dengan Rekan Sejawat Dalam rangka pemberian layanan kepada seorang klien, kalau konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia harus berkonsultasi dengan rekan-rekan sejawat se lingkungan profesi. Untuk itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.
  • 4. IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 4 2. Alih Tangan Kasus a. Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seorang klien bila pada akhirnya dia menyadari tidak dapat memberikan pertolongan kepada klien tersebut, baik karena kurangnya kemampuan/keahlian maupun keterbatasan pribadinya. Dalam hal ini konselor mengizinkan klien untuk berkonsultasi dengan petugas atau badan lain yang lebih ahli, atau ia akan mengirimkan kepada orang atau badan ahli tersebut, tetapi harus atas dasar persetujuan klien. b. Bila pengiriman ke ahli lain disetujui klien, maka menjadi tanggungjawab konselor untuk menyarankan kepada klien orang atau badan yang mempunyai keahlian khusus. c. Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli lain, akan tetapi klien menolak pergi kepada ahli yang disarankan oleh konselor, maka konselor mempertimbangkan apa baik-buruknya kalau hubungan yang sudah ada mau diteruskan lagi. BAB III HUBUNGAN KELEMBAGAAN A. Prinsip Umum 1. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual, khususnya tentang penyimpanan serta penyebaran informasi tentang klien dan hubungan konfidensial antara konselor dengan klien, berlaku juga bila konselor bekerja dalam hubungan kelembagaan. 2. Apabila konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu lembaga, maka harus ada pengertian dan kesepakatan yang jelas antara dia dengan pihak lembaga dan dengan klien yang menghubungi konselor di tempat lembaga itu. Sebagai seorang konsultan, konselor harus tetap mengikuti dasar-dasar pokok profesi dan tidak bekerja atas dasar komersial. B. Keterkaitan Kelembagaan 1. Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut bertanggungjawab terhadap pelaksanaan peraturan kerjasama dengan pihak atasan atau bawahannya, terutama dalam rangka layanan konseling dengan menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya. 2. Peraturan-peraturan kelembagaan yang diikuti oleh semua petugas dalam lembaga harus dianggap mencerminkan kebijaksanaan lembaga itu dan bukan pertimbangan pribadi. Konselor harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada atasannya. Sebaliknya dia berhak pula mendapat perlindungan dari lembaga itu dalam menjalankan profesinya. 3. Setiap konselor yang menjadi anggota staf suatu lembaga harus mengetahui tentang program-program yang berorientasi kepada kegiatan-kegiatan dari lembaga itu dari pihak lain; pekerjaan konselor harus dianggap sebagai sumbangan khas dalam mencapai tujuan lembaga itu.
  • 5. IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 5 4. Jika dalam rangka pekerjaan dalam suatu lembaga, konselor tidak cocok dengan ketentuan-ketentuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berlaku di lembaga itu, maka ia harus mengundurkan diri dari lembaga tersebut. BAB IV PRAKTIK MANDIRI DAN LAPORAN KEPADA PIHAK LAIN A. Konselor Praktik Mandiri (Privat) 1. Konselor yang berpraktik mandiri (privat) dan tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan tertentu, tetap menaati segenap kode etik jabatannya sebagai konselor, dan berhak untuk mendapat dukungan serta perlindungan dari rekan- rekan seprofesi. 2. Konselor yang berpraktik mandiri wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari organisasi profesi (ABKIN). B. Laporan kepada Pihak Lain apabila konselor perlu melaporkan suatu hal tentang klien kepada pihak lain (misalnya: pimpinan lembaga tempat ia bekerja), atau kalau ia diminta keterangan tentang klien oleh petugas suatu badan di luar profesinya, dan ia harus juga memberikan informasi itu, maka dalam memberikan informasi itu ia harus sebijaksana mungkin dengan berpedoman pada pegangan bahwa dengan berbuat begitu klien tetap dilindungi dan tidak dirugikan. BAB V KETAATAN KEPADA PROFESI A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban 1. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai konselor, konselor harus selalu mengaitkannya dengan tugas dan kewajibannya terhadap klien dan profesi sebagaimana dicantumkan dalam kode etik ini, dan semuanya itu sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kebahagiaan klien. 2. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud-maksud lain yang dapat merugikan klien, ataupun menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang tidak wajar. B. Pelanggaran terhadap Kode Etik 1. Konselor harus selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya tidak melanggar kode etik ini. 2. Konselor harus senantiasa mengingat bahwa pelanggaran terhadap kode etik ini akan merugikan mutu proses dan hasil layanan yang ia berikan, merugikan klien, lembaga dan pihak-pihak lain yang terkait, serta merugikan diri konselor sendiri dan profesinya. 3. Pelanggaran terhadap kode etik ini akan mendapatkan sanksi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh ABKIN.
  • 6. IKATAN KONSELOR INDONESIA (IKI) www.konselor.org 6 Nama-Nama Peserta Pertemuan Sanctioning Dasar Standardisasi Profesi Konseling Di Yogyakarta Tanggal 17-18 Oktober 2003 No. Nama Status/Jabata n Kedudukan/Jabat an dalam ABKIN Keterangan 1. Prof.Dr. Sukamto, M.Sc. Direktur PPTK-KPT - - 2. Prof.Dr. Prayitno, M.Sc.Ed. Direktur PPs UNP Dewan Pembina PB ABKIN Tim Pengembang 3. Prof.Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. PR I UNNES Ketua I PB ABKIN Tim Pengembang 4. Dr. Ahman, M.Pd. Sekretaris LP UPI Sekjen PB ABKIN Tim Pengembang 5. Drs. Syamsuddin, S.U Ketua UPBK UNY Pengurus PD ABKIN DIY Tim Pengembang 6. Prof.Dr. Sunaryo Kartadinata, PR II UPI Ketua Umum PB ABKIN - 7. Prof. Drs. Rosjidan, M.A Dosen PPs UM Dewan Pembina PB ABKIN - 8. Prof. Dr. Soli Abimanyu Dekan FIP UNM Ketua Umum IPKON ABKIN - 9. Drs. Thantawi R, M.A Dosen UNJ Ketua II PB ABKIN/ Ketua PD ABKIN DKI - 10. Drs. Giyono, M.Pd. Ketua Jur BK UNILA Ketua PD ABKIN Lampung - 11. Drs. Muh Farozin, M.Pd. Dekan FIP UNY Sekretaris I PB ABKIN/ Ketua PD ABKIN DIY - 12. Drs. Alizamar, M.Pd., Kons. Sekretaris LPM UNP Sekretaris II PB ABKIN/ Ketua PD ABKIN Sumbar - 13. Drs. Sutiyono Ketua Jur. BK UNESA Bendahara PB ABKIN/ Ketua PD ABKIN Jatim - 14. Dr. Soeharto, M.Pd. Dosen UNS Pakar BK - 15. Drs. Suharso, M.Pd. Sekretaris Jur BK UNNES Pakar BK - 16. Drs. HA Hidayat, MM Kasubdit KPT - - 17. Drs. Siswanto Hadi, MM Kasubdit PGSM - - 18. Deddy Abdul Halim Pimbagpro PTA - - 19. Ratna Juwita L. Bendaharaw an Bagpro PTA - -