1. 30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di areal seluas 30 Ha yang masih termasuk dalam
wilayah Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Waktu
yang diperlukan dalam penelitian ini kurang lebih 1 bulan efektif yang meliputi
kegiatan-kegiatan:
a. Persiapan areal yang akan di ukur dengan cara membuat desain rencana
pengukuran dengan menggunakan aplikasi argis 10.2.2;
b. Pemasangan dan penomoran titik-titk di bagian sisi pinggir jalan poros
Samarinda-Bontang yang digunakan sebagai titik ukur dan titik awal pada
jalur pengukuran;
c. Pembuatan jalur di areal 30 Ha dengan cara dirintis sesuai dengan
perencanaan desain ukur, sebanyak 17 jalur;
d. Pemasangan patok-patok ukur dengan jarak 20 m setiap patoknya
sekaligus pemberian label pita dan penomoran berdasarkan urutan alfabet
pada patok yang sudah terpasang di jalur rintis;
e. Pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolit dan rambu ukur;
f. Pengambilan titik ikat koordinat yang akan di hubungkan dengan data
hasil pengukuran;
g. Pengolahan data di Ms. Excel untuk mendapatakan koordinat x, y dan z;
h. Pengolahan Data tabular x, y, z menjadi peta topografi dengan
menggunakan aplikasi Arcgis 10.2.2.
B. Bahan dan Peralatan Penelitian
1. Bahan Penelitian:
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah, peta rencana
pengukuran (desain ukur) yang digunakan sebagai panduan dalam proses
pengambilan data di lapangan.
2. Peralatan Penelitian:
2. 31
Peralatan penelitian yang digunakan antara lain:
a. Parang, digunakan untuk membuat jalur rintis. dan membuat patok
ukur.
b. Kompas, digunakan untuk mengarahkan perintis agar tetap dalam satu
garis lurus sesuai dengan azimut yang telah ditentukan.
c. Meteran, digunakan untuk mengukur jarak antar patok ukur.
d. Label pita dan spidol, digunakan untuk memberikan tanda pada patok
ukur berdasarkan urutan alfabet.
e. Palu dan paku digunakan untuk membuat titik yang berada di sisi
pinggir jalan aspal yang selanjutnya di beri label penomoran.
f. Cat semprot, digunakan untuk memberikan tanda jalur di sisi pinggir
jalan aspal, yakni sebanyak 17 jalur.
g. Theodolit dan rambu ukur, digunakan untuk mengukur benang tengah,
benang atas atau benang bawah dan juga mengukur sudut horizontal
dan sudut vertikal pada tiap patok ukur yang sudah di beri label pita.
h. Thally sheet dan alat tulis menulis, digunakan untuk mencatat hasil
pengukuran dengan alat theodolit.
i. Kamera digunakan untuk mengambil gambar dokumentasi dalam
proses penelitian.
j. Seperangkat komputer yang di lengkapi dengan program Ms. Excel
dan program Arcgis 10.2.2 untuk proses pengolahan data tabular yang
selanjutnya diolah mejadi peta topografi.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap kegiatan meliputi:
1. Pembuatan desain rencana pengukuran dengan menggunakan aplikasi
arcgis 10.2.2.
3. 32
Gambar 3.1 Desain Pengukuran Topografi
Luas Areal penelitian adalah 4 Ha dan dibagi menjadi 17
2. Pembuatan Kerangka Baseline
3. Pembuatan
Gambar 3.2 Desain Pengukuran Dengan Menggunakan Theodolit
303.50
350
2150
4. 33
4. Pemasangan patok-patok dengan jarak 20 m sekaligus pemberian label pita
yang diurutkan berdasarkan urutan alfabet pada patok yang sudah
terpasang di jalur rintis. Pemasangan label pada patok bertujuan untuk
mengetahui urutan patok yang diukur dari patok awal jalur hingga patok
akhir pada jalur tersebut. Tinggi patok sekitar ±40 cm, tujuanya adalah
untuk penempatan titik awal pemasangan alat ukur theodolit nantinya.
Gambar 3.3 Desain Pemasangan Patok Pada Jalur Rintis
Perintis 1
Perintis 2
Perintis 3
Pemegang kompas
I
F
E
D
G
H
Jalur 1
Jalur 2
Jalur 3
5. 34
Jarak antar patok di lapangan ± 20 m
5. Pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolit. Setelah semua
patok terpasang, langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran.
Pengukuran di mulai dari patok pertama pada setiap jalurnya yang
kemudian dilanjutkan dengan titik berikutnya hingga sampai pada patok
terakhir yang terdapat pada jalur. Adapun langkah-langkah untuk
mengoprasikan alat ukur theodolit adalah sebagai berikut :
a. Penempatan alat ukur theodolit. Theodolit diletakkan persis di atas
bagian patok yang sudah ada pada jalur, kemudian di bidik ke arah
patok bagian bawah dengan menggunakan optik nonius, yakni
lensa teropong yang mengarah tepat di tengah bagian dasar
Theodolit.
Gambar 3.4 Alat Ukur Theodolit
B
C
A
Bidik patok dari optik
nonius dan pastikan tepat
pada bagian tengah patok,
seperti gambar disamping.
Optik Nonius
Waterpass
Gelembung Nivo
6. 35
b. Setelah Theodolit berdiri tepat diatas titik tengah patok
selanjutnya adalah mengatur ketinggian Tripod (kaki tiga) dengan
memperhatikan gelembung nivo, bila gelembung berada di bagian
pinggir sisi lingkaran berarti pada sisi bagian tersebut masih terlalu
rendah sehingga salah satu penyannga tripod harus dinaikkan,
begitu sebaliknya hingga gelembung berada di bagian tengah
lingkaran.
Gambar 3.5 Gelembung Nivo
'
'
Gelembung nivo berada di
bagian sisi Lingkaran.
Gelembung nivo berada
pada bagian tengah
lingkaran menandakan
posisi theodolit sudah
dalam posisi yang benar.
7. 36
Ketika gelembung nivo sudah berada tepat di tengah maka alat
sudah berada dalam posisi yang benar. Langkah selanjutnya adalah
memutar pisir waterpass agar theodolit dalam keadaan yang rata,
sehingga sudut horizontal dan vertikal dapat terbaca dengan benar.
c. Langkah selanjutnya adalah mengatur gelembung waterpass
dengan cara memutar kedua sekrup yang berada di bagian dasar
theodolit secara bersamaan hingga gelembung berada di posisi
tengah tabung waterpass. Putar theodolit hingga tegak lurus dengan
kedua sekrup yang sudah di putar kemudian atur kembali
gelembung waterpass dengan cara hanya memutar satu sekrup
terakhir hingga gelembung waterpass berada di posisi tengah.
Gambar 3.6 Gelembung Waterpass pada Theodolit
'
Gelembung berada di posisi bagian tengah tabung waterpass
menandakan posisi Theodolit sudah dalam keadaan yang rata
dan selanjutnya adalah mengukur ketinggian alat.
Gelembung berada di posisi pinggir tabung waterpass
menandakan posisi Theodolit belum dalam posisi yang rata
8. 37
d. Langkah selanjutnya adalah mengukur tinggi alat dengan
menggunakan meteran dalan satuan mm (4 digit angka). Tujuan
mengukur tinggi alat adalah untuk mengetahui tinggi benang
tengah yang nantinya akan di bidik dengan menggunakan teropong
theodolit. Tinggi benang tengah sama dengan tinggi alat.
Gambar 3.7 Batas Tinggi Alat Ukur Theodolit Dengan Tanah
Batas tinggi
alat ke dasar
titik patok.
9. 38
e. Setelah semua bagian di setting langkah selanjutnya adalah
membidik rambu ukur. Dalam prosedur penelitian ini, satu kali
berdiri alat theodolit tepat diatas patok ukur dapat membidik
sebanyak 3 titik, yakni titik pada patok selanjutnya, titik pada sisi
kanan dan titik pada sisi kiri. Sebelum membidik, theodolit harus
di bidikkan ke patok ikat sebelumnya, kemudian sudut horizontal
pada layar theodolit di nol-kan kembali, tujuannya adalah untuk
mendapatkan sudut horizontal yang sebenarnya, dan memudahkan
saat pengolahan data tabular.
Gambar 3.8 Metode Pengukuran Menggunakan Theodolit
A
B
C
B
1
B
2
10. 39
Gambar 3.9 Metode Pengukuran Menggunakan Theodolit Di Bagian Sisi
Jalan Poros.
Theodolit Membidik titik sebelumnya di
Jalur 2
Jalur 3
Areal Pinggir Jalan
11. 40
Gambar 3.10 Metode Pengukuran Menggunakan Theodolit Di Bagian Dalam
Jalur.
Jalur 2
Areal Pinggir
Jalan
12. 41
f. Cara membaca rambu ukur. Dalam rambu ukur yang dibaca adalah
benang tengah, benang atas dan benang bawah. Cara pembacaan
rambu ukur adalah dengan menggunakan satuan mm dengan 4 digit
angka, sebagai contoh :
Gambar 3.11 Cara Membaca Rambu Ukur
Pada bagian ini menunjukkan 1100
mm
Pada bagian ini menunjukkan 1000
mm
10 cm = 100
mm
5 cm = 50 mm
1 cm = 10 mm
Theodolit Membidik titik sebelumnya di belakang , kemudian membidik
titik di bagian depan setelah itu Theodolit membidik titik kanan dan
kiri di dalam Jalur. Proses dilanjutkan hingga akhir jalur.
Jalur 1
13. 42
Sehingga dalam pembacaan rambu, yang pertama dilihat adalah angka
dengan ukuran paling besar kemudian di tambahkan dengan digit
selanjutnya.
Gambar 3.12 Menentukan Digit Angka Pada Rambu Ukur
Cara membacanya, dilihat terlebih
dahulu angka yng terbesar yakni
1100 mm dan kemudian di
tambahkan dengan digit
selanjutnya yakni 54 mm.
Sehingga menjadi 1154 mm
54 mm
14. 43
Berikut adalah bagaimana cara membidik rambu ukur dari teropong
theodolit. Pada saat membidik rambu ukur yang dibaca adalah, benang
tengah terlebih dahulu dikarenakan tinggi benang tengah sama dengan
tinggi dari alat ukur theodolit. setelah membaca benang tengah barulah
membaca benang atas atau benang bawah, seperti contoh berikut,
Gambar 3.13 Cara Membaca Benang Pada Rambu Ukur
Benang Atas
Benang Bawah
Benang Tengah
1. Benang Tengah =1147
2. Benang Atas =1190
3. Benang Bawah = 1103
Jarak Lapangan = (BA-BT) x 2
10
Jarak Lapangan = (BA-BB)
10
Jarak Lapangan = (BT-BB) x 2
10
15. 44
6. Setelah membaca rambu, langkah selanjutnya adalah membaca sudut
horizontal dan sudut vertikal.
Gambar 3.14 Cara Membaca Sudut Pada Alat Ukur Theodolit
Sudut vertikal dan horizontal dalam satuan
Degree, minute, second.
16. 45
7. Data titik yang sudah diukur di tulis dalam lembar Thally sheet yang
nantinya dilanjutkan dengan pengolahan data di Ms. Excel untuk
mendapatakan koordinat x, y dan elevasi (z). Berikut adalah contoh
bentuk thally sheet .
Gambar 3.15 Thally Sheet Pengukuran
6. Setelah pengolahan data tabular dan mendapatkan koordinat x, y, z
langkah selanjutnya adalah mengolah data menjadi peta topografi dan
analisis kelas lereng, menggunakan aplikasi Arcgis 10.2.2.
Beda tinggi = Jarak lapangan x Sinus slope
Jarak datar = Jarak lapangan x Cosinus slpoe