4. Anatomi sistem penglihatan
1. Bola Mata
• Disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera,
koroid, dan retina
• Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang
• Sel – sel batang ditemukan banyak pada
daerah perifer retina
5. 2. Iris dan lensa
• Memberikan warna pada mata
• Membran membentuk cairan ( bundar )
mengandung dilator involunter dan otot –
otot spingter yang mengatur ukuran pupil
• Iris adalah suatu kristal, berbentuk bikonfek (
cembung ) bening
6. Fisiologi penglihatan (mata)
Cahaya masuk ke mata dan di belokkan
(refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-
struktur lain dari mata yang mempunyai
kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di
retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.
Konjungtiva adalah suatu membran tipis
yang melapisi kelopak mata (konjungtiva
palpebra), kecuali darah pupil
Akomodasi juga dibantu dengan perubahan
ukuran pupil
7. 1. Tekanan dalam bola mata
• Tekanan dalam bola mata dipertahankan
oleh keseimbangan antara produksi dan
pengaliran dari humor aqueous
• Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan
pada jaringan trabekula
8. Anatomi sistem pendengaran
• Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam
• Telinga Luar
• Auricula: Mengumpulkan suara yang diterima
• Meatus Acusticus Eksternus: Menyalurkan atau
meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna
• Canalis Auditorius Eksternus: Meneruskan suara
ke memberan timpani
• Membran timpani: Sebagai resonator mengubah
gelombang udara menjadi gelombang mekanik
9. • Telinga tengah
adalah ruang berisi udara yang menghubungkan
rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan
melalui tuba eustachius
Terdiri atas:
Tuba auditorius (eustachius)
Penghubung faring dan cavum naso
faringuntuk :
Proteksi: melindungi ndari kuman
Drainase: mengeluarkan cairan.
Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan
dalam.
Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
10. • Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari :
Koklea
Skala vestibule: mengandung perlimfe
Skala media: mengandung endolimfe
Skala timani: mengandung perlimfe
Organo corti
Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari
"cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah
siput
11. Fisiologi pendengaran
• Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan
ke telinga dan mengenai memberan timpani,
sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes
menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui
kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang
mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah
bawah, perilimfe dalam skala timpani akan
bergerak sehingga tingkap bundar (foramen
rotundum) terdorong kearah luar. Rangsangan fisik
tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan
ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke
cabang N.VIII yang kemudian neneruskan
ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak
melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
12. Anatomi sistem penciuman
• Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian,
yaitu :
Kubah kartilago (tulang rawan)
Kubah tulang
Lobulus hidung
• Struktur penting dari anatomi hidung :
Dorsum nasi (batang hidung)
Septum Nasi
Kavum Nasi (Lubang Hidung)
13. Fisiologi Sistem Penciuman
• Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan
molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung
terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif
terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian
ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors).
Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar
10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh
receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb
melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim
sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak
bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.
14. Anatomi sistem peraba (kulit)
• Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan,
yaitu:
Epidermis
Terdiri atas:
Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan”
terhadap kulit dan rambut
Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna
kulit, yang disebut melamin
Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup
karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif
membelah.
15. Anatomi sistem peraba (kulit)
Dermis
Lapisan dermis terdiri atas
Akar Rambut
Pembuluh Darah
Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan
Serabut Saraf
16. Fisiologi Peraba
• Fungsi kulit secara umum.
1. Sebagai proteksi.
Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi
bacteri.)
Melindungi dari trauma yang terus menerus.
Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut
lemak.
Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar
UV.
2.Pengontrol/pengatur suhu.
Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi
panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan
keringat.
17. Fisiologi Peraba
3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh:
Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya
lebih rendah.
Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang
lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi
Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu
permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah
kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
4. Sensibilitas
Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
18. Fisiologi Peraba
5. Keseimbangan Air
Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subcutan.
Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600
ml / hari untuk dewasa.
19. Sensasi suhu
• Perangsang Reseftor Suhu – Sensasi Dingin,
Sejuk, Indeferen Hangat dan Panas
• Efek Perangsang dengan Menaikan dan
Menurunkan Suhu – Adaptasi Resftor Suhu
• Mekanisme Perangsang Reseftor Suhu
• Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu
20. Anatomi sistem perasa (lidah)
• Lidah memiliki permukaan yang kasar karena
adanya tonjolan yang disebut papila.
• Terdapat tiga jenis papila yaitu:
o Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti
benang halus;
o Papila sirkumvalata (sirkum=bulat);
berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V
di belakang lidah;
o Papila fungiformis (fungi=jamur);
berbentuk seperti jamur.
21. Fisiologi lidah
• Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan
• Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor
pada rambut pengecap.
• Sensasi Rasa:
Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis
terletak di ujung lidah.
Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping
lidah.
Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh
area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian
samping lidah.
Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di
bagian belakang lidah.
22. VISUS
• Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan,
sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari
ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas
dari interpretasi di otak
• Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu
kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol
berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan
jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol
yang bervariasi.
• “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan
jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat
membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter
dinyatakan sebagai visus 6/6.
23. Visus sentralis
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh
dan visus sentralis dekat.
a. Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan
untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada
keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi.
b. Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya
membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata
harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di
retina
24. Visus perifer
• Fungsinya untuk mengenal tempat suatu benda
terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh
dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari
samping.
• Penyebab penurunan tajam peglihatan
seseorang bermacam macam, salah satunya
adalah refraksi anomaly/kelainan pembiasan
25. Beberapa kelaian refraksi anomaly tersebut
adalah:
A. Hipermetrop
– Penderita tidak bisa melihat dengan jelas obyek
pada jarak dekat
– Berkas cahaya sejajar tidak cukup dibelokkan oleh
system lensa sampai tepat di retina
– Untuk mengoreksi mata hipermetrop ini perlu kaca
mata lensa spheris (+)
26. B. Miopi
• Merupakan kebalikan dari hipermetrop, yaitu
kurang jelas melihat obyek yang letaknya jauh
• Hal ini terjadi karena panjangnya bola mata
atau terlau besarnya kekuatan system lensa
mata, sehingga berkas cahaya yang sejajar
tidak cukup dibiaskan tepat di retina.
• Kelainan ini dapat dikoreksi dengan lensa
spheris (-)
27. C. Astigmatisme
• Merupakan kesalahan refraksi sitem lensa mata
yang biasanya disebabkan oleh kornea yang
berbentuk bujur atau lensa yang berbentuk
bujur.
• Karena kelengkungan lensa astigmatisme disatu
bidang lebih kecil dari bidang yang lain maka
berkas cahaya yang mengenai bagian perifer
lensa itu dalam satu bidang tidak bengkok
sedemikian besar seperti berkas cahaya yang
mengenai bagian perifer bidang lainnya
• Dapat dikoreksi dengan lensa silindris
28. D. Presbiop
• Merupakan kelaianan akomodasi yang terjadi
pada orang orang tua
• Disebabkan lensa kehilangan elastisitasnya,
sehingga daya lenting lensa berkurang yang
menyebabkan lensa tidak bias memfokuskan
bayangan benda yang berjarak dekat dengan
mata.
• Dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa
cembung
29. Tes pendengaran (Tes rinne, Tes weber, Tes
swabach)
• Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran
longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa
pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi
berselang seling mengenai memberan timpani.
• Kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo
gelombang suara dan nada berkaitan dengan frekuensi
• Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara
berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan
nada yang sama. (William F.Gannong, 1998)
30. A. Test rinne
• Tujuannya untuk membandingkan antara hantaran
tulang dengan hantaran udara pada satu telinga
pasien.
• Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu
menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum
mastoid pasien (belakang meatus akustikus
eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya,
segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus
akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika
pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes
rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya
31. b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu
menempatkan tangkainya secara tegak lurus
pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan
garputala didepan meatus akustikus eksternus.
Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi
garputala didepan meatus akustikus eksternus
lebih keras dari pada dibelakang meatus
skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne
positif jika pasien mendengar didepan maetus
akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes
rinne negatif jika pasien mendengar didepan
meatus akustikus eksternus lebih lemah atau
lebih keras dibelakang.
32. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat
didengar melalui tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
• Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi
getaran garpu tala.
• Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau
tidak (tes rinne: +/-)
• Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga
kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar
justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula
33. B. Test weber
• Tujuannya untuk membandingkan hantaran
tulang antara kedua telinga pasien
• Cara kita melakukan tes weber yaitu:
membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya
kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.
Menurut pasien, telinga mana yang mendengar
atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien
mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut.
Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar
atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak
ada lateralisasi.
34. Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah
kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila
antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media
disebelah kanan.
Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada
telinga kanan ebih hebat.
Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih
hebaaaat dari pada sebelah kanan.
Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
terdapat.
35. C. Test swabach
• Tujuannya membandingkan daya transport melalui
tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan
probandus
• Cara Kerja :
Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah
digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan
mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah
dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada
saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka
penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak
kepala orang yang diketahui normal ketajaman
pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua
kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau
tidak mendengar suara.
36. NYERI
• Nyeri adalah suatu mekanisme proktektif bagi
tubuh
• Nyeri tumbuh bilamana jaringan sedang rusak.
• Orang yang sudah kehilangan indra nyeri seperti
kerusakan medula spinalis, tidak dapat
merasakan nyeri tersebut dan oleh karena itu
tidak memindahkan berat badannya.
• Ini menyebabkan ulserasi pada daerah tekanan
tersebut kecuali bila dilakukan tindakan-tindakan
khusus untuk menggerakan orang tersebut dari
waktu ke waktu.
37. Sifat-sifat nyeri
• Nyeri telah digolongkan ke dalam tiga jenis utama,
yaitu tertusuk, terbakar dan pegal.
• Nyeri tetusuk dirasakan bila suatu jarum jarum di
tusukkan ke dalam kulit atau bila kulit dipotong
dengan pisau.
• Nyeri tertusuk sering dirasakan bila daerah kulit
mengalami iritasi. Nyeri tertusuk disebabkan oleh
perangsangan serabut nyeri jenis A delta.
Sedangkan nyeri terbakar adalah jenis nyeri yang
dirasakan bila kulit terbakar.
• Nyeri terbakar dan pegal disebabkan oleh
perangsangan serabut jenis C yang lebih primitif.
38. Reseftor nyeri dan perangsangannya
• Reseftor nyeri di dalam kulit dan jaringan lain
semuanya merupakan ujung saraf bebas
• Tersebar luas dalam lapisan superficial kulit dan
juga dalam jaringan dalam tertentu, misalnya
priosteum, dinding erteri, permukaan sendi
serta folks dan tentorium serebri
39. Reaksi terhadap nyeri
• Tingkat reaksi nyeri sangat berbeda
• Reaksi-reaksi ini sangat bervariasi dari satu
orang ke orang lain setelah tingkat rangsang
nyeri yang sebanding.
Proses nyeri dan skala nyeri
• Mekanismenya sebagai berikut :
-> Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan
zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian
merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian
membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke
otak.
40. Con’t
• Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke
kornu dorsalis pada spinal cord.
• Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat
sensori pada otak.
• Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan
lokasi nyeri dirasakan.
• Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak,
turun melalui spinal cord.
• Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin
dikeluarkan untuk menurunkan nyeri.
41. Teori “Gate Control” nyeri
• Menyatakan bahwa : saraf berdiameter kecil
menghantarkan stimulus nyeri ke otak,
sedangkan saraf berdiameter besar berusaha
menghambat transmisi impuls nyeri dari spinal
cord ke otak
• Klasifikasi nyeri dapat dibagi menurut :
a. Dua rasa nyeri utama yaitu :
Nyeri cepat: bila diberikan stimulus nyeri
maka rasa nyeri cepat timbul dalam waktu
kira-kira 0,1 detik.
42. • Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan
banyak nama pengganti seperti : rasa nyeri
tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan
rasa nyeri elektrik
• Nyeri lambat: timbul setelah 1 detik atau lebih
dan kemudian secara perlahan bertambah
selama beberapa detik dan kadang kala bahkan
beberapa menit.
• Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak
nama tambahan seperti rasa nyeri terbakar
lambat, nyeri pegal, nyeri berdenyut, nyeri mual
dan nyeri kronik.
43. Waktu nyeri
• Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi tiba-tiba,
intensitasnya bervariasi dari sedang sampai
dengan berat dan berakhir dalam periode singkat
sampai dengan kurang dari 6 bulan.
• Nyeri kronis adalah : nyeri yang intermitten atau
persisiten dan berakhir lebih dari 6 bulan
misalnya nyeri pada penyakit kanker.
44. Skala Nyeri
• 0 :Tidak nyeri
• 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
• 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
• 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi
• 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.