SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
OM SWASTYASTU
Anatomi Fisiologi
 Sistem Sensori
Oleh:
•   Sintya Sandrina         PO7120012043
•   Anom Sawitri            P07120012046
•   Ratna Widiarini         P07120012049
•   Ade Kesari Putri        P07120012050
•   Nova Yanti Wijaya       P07120012057
•   Dian Yuniantari         P07120012058
•   Rianti Rusmadewi        PO7120012068
•   Jaya Antara             P07120012075
•   Edi Sanjana             P07120012077
•   Risma Dian Utami        P07120012080
Anatomi sistem penglihatan
1. Bola Mata
• Disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera,
  koroid, dan retina
• Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang
• Sel – sel batang ditemukan banyak pada
  daerah perifer retina
2. Iris dan lensa
• Memberikan warna pada mata
• Membran membentuk cairan ( bundar )
  mengandung dilator involunter dan otot –
  otot spingter yang mengatur ukuran pupil
• Iris adalah suatu kristal, berbentuk bikonfek (
  cembung ) bening
Fisiologi penglihatan (mata)
 Cahaya masuk ke mata dan di belokkan
  (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-
  struktur lain dari mata yang mempunyai
  kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di
  retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.
 Konjungtiva adalah suatu membran tipis
  yang melapisi kelopak mata (konjungtiva
  palpebra), kecuali darah pupil
 Akomodasi juga dibantu dengan perubahan
  ukuran pupil
1. Tekanan dalam bola mata
• Tekanan dalam bola mata dipertahankan
  oleh keseimbangan antara produksi dan
  pengaliran dari humor aqueous
• Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan
  pada jaringan trabekula
Anatomi sistem pendengaran
• Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam
• Telinga Luar
  • Auricula: Mengumpulkan suara yang diterima
  • Meatus Acusticus Eksternus: Menyalurkan atau
    meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna
  • Canalis Auditorius Eksternus: Meneruskan suara
    ke memberan timpani
  • Membran timpani: Sebagai resonator mengubah
    gelombang udara menjadi gelombang mekanik
• Telinga tengah
  adalah ruang berisi udara yang menghubungkan
   rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan
   melalui tuba eustachius
  Terdiri atas:
    Tuba auditorius (eustachius)
    Penghubung faring dan cavum naso
     faringuntuk :
       Proteksi: melindungi ndari kuman
       Drainase: mengeluarkan cairan.
       Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan
        dalam.
       Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
• Telinga Dalam
  Telinga dalam terdiri dari :
   Koklea
   Skala vestibule: mengandung perlimfe
   Skala media: mengandung endolimfe
   Skala timani: mengandung perlimfe
   Organo corti
   Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari
    "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah
    siput
Fisiologi pendengaran
• Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan
  ke telinga dan mengenai memberan timpani,
  sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini
  diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
  berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes
  menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui
  kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang
  mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah
  bawah, perilimfe dalam skala timpani akan
  bergerak sehingga tingkap bundar (foramen
  rotundum) terdorong kearah luar. Rangsangan fisik
  tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan
  ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke
  cabang N.VIII yang kemudian neneruskan
  ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak
  melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
Anatomi sistem penciuman
• Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian,
  yaitu :
   Kubah kartilago (tulang rawan)
   Kubah tulang
   Lobulus hidung
  • Struktur penting dari anatomi hidung :
  Dorsum nasi (batang hidung)
  Septum Nasi
  Kavum Nasi (Lubang Hidung)
Fisiologi Sistem Penciuman
• Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan
  molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung
  terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif
  terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian
  ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors).
  Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar
  10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh
  receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb
  melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim
  sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak
  bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.
Anatomi sistem peraba (kulit)
• Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan,
  yaitu:
 Epidermis
Terdiri atas:
 Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
 Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan”
  terhadap kulit dan rambut
 Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna
  kulit, yang disebut melamin
 Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup
  karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif
  membelah.
Anatomi sistem peraba (kulit)
 Dermis
  Lapisan dermis terdiri atas
  Akar Rambut
  Pembuluh Darah
  Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
  Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan
  Serabut Saraf
Fisiologi Peraba
• Fungsi kulit secara umum.
1. Sebagai proteksi.
 Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi
   bacteri.)
 Melindungi dari trauma yang terus menerus.
 Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
 Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut
   lemak.
 Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar
   UV.
2.Pengontrol/pengatur suhu.
 Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi
   panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan
   keringat.
Fisiologi Peraba
3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh:
 Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya
   lebih rendah.
 Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang
   lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
 Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi
 Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu
   permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah
   kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
4. Sensibilitas
 Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
Fisiologi Peraba
5. Keseimbangan Air
 Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah
   kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian
   internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
   jaringan subcutan.
 Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600
   ml / hari untuk dewasa.
Sensasi suhu
• Perangsang Reseftor Suhu – Sensasi Dingin,
  Sejuk, Indeferen Hangat dan Panas
• Efek Perangsang dengan Menaikan dan
  Menurunkan Suhu – Adaptasi Resftor Suhu
• Mekanisme Perangsang Reseftor Suhu
• Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu
Anatomi sistem perasa (lidah)
• Lidah memiliki permukaan yang kasar karena
  adanya tonjolan yang disebut papila.
• Terdapat tiga jenis papila yaitu:
  o Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti
    benang halus;
  o Papila sirkumvalata (sirkum=bulat);
    berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V
    di belakang lidah;
  o Papila fungiformis (fungi=jamur);
    berbentuk seperti jamur.
Fisiologi lidah
• Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan
• Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor
  pada rambut pengecap.
• Sensasi Rasa:
   Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis
    terletak di ujung lidah.
   Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping
    lidah.
   Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh
    area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian
    samping lidah.
   Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di
    bagian belakang lidah.
VISUS
• Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan,
  sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari
  ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas
  dari interpretasi di otak
• Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu
  kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol
  berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan
  jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol
  yang bervariasi.
• “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan
  jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat
  membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter
  dinyatakan sebagai visus 6/6.
Visus sentralis
  Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh
  dan visus sentralis dekat.

a. Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan
   untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada
   keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi.

b. Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman
   penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya
   membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata
   harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di
   retina
Visus perifer
• Fungsinya untuk mengenal tempat suatu benda
  terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh
  dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari
  samping.

• Penyebab penurunan tajam peglihatan
  seseorang bermacam macam, salah satunya
  adalah refraksi anomaly/kelainan pembiasan
Beberapa kelaian refraksi anomaly tersebut
  adalah:
A. Hipermetrop
  – Penderita tidak bisa melihat dengan jelas obyek
    pada jarak dekat
  – Berkas cahaya sejajar tidak cukup dibelokkan oleh
    system lensa sampai tepat di retina
  – Untuk mengoreksi mata hipermetrop ini perlu kaca
    mata lensa spheris (+)
B. Miopi
• Merupakan kebalikan dari hipermetrop, yaitu
  kurang jelas melihat obyek yang letaknya jauh
• Hal ini terjadi karena panjangnya bola mata
  atau terlau besarnya kekuatan system lensa
  mata, sehingga berkas cahaya yang sejajar
  tidak cukup dibiaskan tepat di retina.
• Kelainan ini dapat dikoreksi dengan lensa
  spheris (-)
C. Astigmatisme
• Merupakan kesalahan refraksi sitem lensa mata
  yang biasanya disebabkan oleh kornea yang
  berbentuk bujur atau lensa yang berbentuk
  bujur.
• Karena kelengkungan lensa astigmatisme disatu
  bidang lebih kecil dari bidang yang lain maka
  berkas cahaya yang mengenai bagian perifer
  lensa itu dalam satu bidang tidak bengkok
  sedemikian besar seperti berkas cahaya yang
  mengenai bagian perifer bidang lainnya
• Dapat dikoreksi dengan lensa silindris
D. Presbiop
• Merupakan kelaianan akomodasi yang terjadi
  pada orang orang tua
• Disebabkan lensa kehilangan elastisitasnya,
  sehingga daya lenting lensa berkurang yang
  menyebabkan lensa tidak bias memfokuskan
  bayangan benda yang berjarak dekat dengan
  mata.
• Dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa
  cembung
Tes pendengaran (Tes rinne, Tes weber, Tes
  swabach)
• Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran
  longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa
  pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi
  berselang seling mengenai memberan timpani.
• Kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo
  gelombang suara dan nada berkaitan dengan frekuensi
• Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara
  berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan
  nada yang sama. (William F.Gannong, 1998)
A. Test rinne
• Tujuannya untuk membandingkan antara hantaran
   tulang dengan hantaran udara pada satu telinga
   pasien.
• Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
   a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu
   menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum
   mastoid pasien (belakang meatus akustikus
   eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya,
   segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus
   akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika
   pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes
   rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya
b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu
  menempatkan tangkainya secara tegak lurus
  pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan
  garputala didepan meatus akustikus eksternus.
  Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi
  garputala didepan meatus akustikus eksternus
  lebih keras dari pada dibelakang meatus
  skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne
  positif jika pasien mendengar didepan maetus
  akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes
  rinne negatif jika pasien mendengar didepan
  meatus akustikus eksternus lebih lemah atau
  lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat
  didengar melalui tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
• Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi
  getaran garpu tala.
• Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau
  tidak (tes rinne: +/-)
• Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga
  kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar
  justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula
B. Test weber
• Tujuannya untuk membandingkan hantaran
  tulang antara kedua telinga pasien
• Cara kita melakukan tes weber yaitu:
  membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya
  kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.
  Menurut pasien, telinga mana yang mendengar
  atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien
  mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
  maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut.
  Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar
  atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak
  ada lateralisasi.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah
   kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila
   antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
 Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media
   disebelah kanan.
 Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada
   telinga kanan ebih hebat.
 Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
   terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
 Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih
   hebaaaat dari pada sebelah kanan.
 Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
   terdapat.
C. Test swabach
• Tujuannya membandingkan daya transport melalui
  tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan
  probandus
• Cara Kerja :
      Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah
  digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan
  mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah
  dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada
  saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka
  penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak
  kepala orang yang diketahui normal ketajaman
  pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua
  kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau
  tidak mendengar suara.
NYERI
• Nyeri adalah suatu mekanisme proktektif bagi
  tubuh
• Nyeri tumbuh bilamana jaringan sedang rusak.
• Orang yang sudah kehilangan indra nyeri seperti
  kerusakan medula spinalis, tidak dapat
  merasakan nyeri tersebut dan oleh karena itu
  tidak memindahkan berat badannya.
• Ini menyebabkan ulserasi pada daerah tekanan
  tersebut kecuali bila dilakukan tindakan-tindakan
  khusus untuk menggerakan orang tersebut dari
  waktu ke waktu.
Sifat-sifat nyeri
• Nyeri telah digolongkan ke dalam tiga jenis utama,
   yaitu tertusuk, terbakar dan pegal.
• Nyeri tetusuk dirasakan bila suatu jarum jarum di
   tusukkan ke dalam kulit atau bila kulit dipotong
   dengan pisau.
• Nyeri tertusuk sering dirasakan bila daerah kulit
   mengalami iritasi. Nyeri tertusuk disebabkan oleh
   perangsangan serabut nyeri jenis A delta.
   Sedangkan nyeri terbakar adalah jenis nyeri yang
   dirasakan bila kulit terbakar.
• Nyeri terbakar dan pegal disebabkan oleh
   perangsangan serabut jenis C yang lebih primitif.
Reseftor nyeri dan perangsangannya
• Reseftor nyeri di dalam kulit dan jaringan lain
  semuanya merupakan ujung saraf bebas
• Tersebar luas dalam lapisan superficial kulit dan
  juga dalam jaringan dalam tertentu, misalnya
  priosteum, dinding erteri, permukaan sendi
  serta folks dan tentorium serebri
Reaksi terhadap nyeri
• Tingkat reaksi nyeri sangat berbeda
• Reaksi-reaksi ini sangat bervariasi dari satu
  orang ke orang lain setelah tingkat rangsang
  nyeri yang sebanding.
Proses nyeri dan skala nyeri
• Mekanismenya sebagai berikut :
  -> Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan
  zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian
  merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian
  membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke
  otak.
Con’t
• Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke
  kornu dorsalis pada spinal cord.
• Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat
  sensori pada otak.
• Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan
  lokasi nyeri dirasakan.
• Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak,
  turun melalui spinal cord.
• Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin
  dikeluarkan untuk menurunkan nyeri.
Teori “Gate Control” nyeri
• Menyatakan bahwa : saraf berdiameter kecil
  menghantarkan stimulus nyeri ke otak,
  sedangkan saraf berdiameter besar berusaha
  menghambat transmisi impuls nyeri dari spinal
  cord ke otak
• Klasifikasi nyeri dapat dibagi menurut :
  a. Dua rasa nyeri utama yaitu :
      Nyeri cepat: bila diberikan stimulus nyeri
  maka rasa nyeri cepat timbul dalam waktu
  kira-kira 0,1 detik.
• Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan
  banyak nama pengganti seperti : rasa nyeri
  tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan
  rasa nyeri elektrik
• Nyeri lambat: timbul setelah 1 detik atau lebih
  dan kemudian secara perlahan bertambah
  selama beberapa detik dan kadang kala bahkan
  beberapa menit.
• Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak
  nama tambahan seperti rasa nyeri terbakar
  lambat, nyeri pegal, nyeri berdenyut, nyeri mual
  dan nyeri kronik.
Waktu nyeri
• Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi tiba-tiba,
  intensitasnya bervariasi dari sedang sampai
  dengan berat dan berakhir dalam periode singkat
  sampai dengan kurang dari 6 bulan.

• Nyeri kronis adalah : nyeri yang intermitten atau
  persisiten dan berakhir lebih dari 6 bulan
  misalnya nyeri pada penyakit kanker.
Skala Nyeri
• 0 :Tidak nyeri
• 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
   dengan baik.
• 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
   menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
   mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
• 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
   mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
   dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
   mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
   nafas panjang dan distraksi
• 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
   berkomunikasi, memukul.
SEKIAN

More Related Content

What's hot

Presentasi alat indra pada manusia
Presentasi alat indra  pada manusiaPresentasi alat indra  pada manusia
Presentasi alat indra pada manusiaApapunituzar
 
Indera manusiaku
Indera manusiakuIndera manusiaku
Indera manusiakuAlya Fauzia
 
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013nurfa .
 
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-sarafAnatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-sarafsardiantidwitirta
 
Biologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem inderaBiologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem inderaRifda Latifa
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem seModul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem sesuher lambang
 
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaSistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaMustofa Hidayat
 
Bab.9 sistem koordinasi
Bab.9 sistem koordinasiBab.9 sistem koordinasi
Bab.9 sistem koordinasialloysius02
 
Bab 9 sistem koordinasi
Bab 9 sistem koordinasiBab 9 sistem koordinasi
Bab 9 sistem koordinasiKevin Simbolon
 
Indera penciuman dan pendengaran
Indera penciuman dan pendengaranIndera penciuman dan pendengaran
Indera penciuman dan pendengaranDeskatia
 
Power point IPA kel 11
Power point IPA kel 11Power point IPA kel 11
Power point IPA kel 11viazia
 
Sistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaSistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaDeybi Wasida
 
MATERI Sistem indra KELAS XI SMA
MATERI Sistem indra KELAS XI SMAMATERI Sistem indra KELAS XI SMA
MATERI Sistem indra KELAS XI SMAZona Bebas
 

What's hot (20)

Presentasi alat indra pada manusia
Presentasi alat indra  pada manusiaPresentasi alat indra  pada manusia
Presentasi alat indra pada manusia
 
Indera manusiaku
Indera manusiakuIndera manusiaku
Indera manusiaku
 
sistem koordinasi manusia
sistem koordinasi manusiasistem koordinasi manusia
sistem koordinasi manusia
 
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
 
Sistem panca indera
Sistem panca inderaSistem panca indera
Sistem panca indera
 
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-sarafAnatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
 
Biologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem inderaBiologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem indera
 
Indra manusia
Indra manusiaIndra manusia
Indra manusia
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem seModul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
 
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaSistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
 
Bab.9 sistem koordinasi
Bab.9 sistem koordinasiBab.9 sistem koordinasi
Bab.9 sistem koordinasi
 
Bab 9 sistem koordinasi
Bab 9 sistem koordinasiBab 9 sistem koordinasi
Bab 9 sistem koordinasi
 
Sistem saraf
Sistem saraf Sistem saraf
Sistem saraf
 
SISTEM KOORDIASI
SISTEM KOORDIASISISTEM KOORDIASI
SISTEM KOORDIASI
 
Sistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada ManusiaSistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada Manusia
 
Indera penciuman dan pendengaran
Indera penciuman dan pendengaranIndera penciuman dan pendengaran
Indera penciuman dan pendengaran
 
SYARAF-HORMON-INDRA
SYARAF-HORMON-INDRA SYARAF-HORMON-INDRA
SYARAF-HORMON-INDRA
 
Power point IPA kel 11
Power point IPA kel 11Power point IPA kel 11
Power point IPA kel 11
 
Sistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaSistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusia
 
MATERI Sistem indra KELAS XI SMA
MATERI Sistem indra KELAS XI SMAMATERI Sistem indra KELAS XI SMA
MATERI Sistem indra KELAS XI SMA
 

Viewers also liked

Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003Edy Waspada
 
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014mazidahsenjaramadhan qurrotuaini
 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletaltarmizitaher
 
Suryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Suryadi Saputera - Inspiring Words For WriterSuryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Suryadi Saputera - Inspiring Words For WriterSuryadi Saputera
 
Fisiologi pendengaran
Fisiologi pendengaranFisiologi pendengaran
Fisiologi pendengaranAnna Suraya
 
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Cut Agam
 
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)opimus
 
Bayi berat lahir rendah
Bayi  berat  lahir  rendahBayi  berat  lahir  rendah
Bayi berat lahir rendahF.x. Alexander
 
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbanganAnatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbanganwidiganteng
 
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)Nenggar Sesanti
 
Sistem Pencernaan
Sistem PencernaanSistem Pencernaan
Sistem PencernaanHetty Astri
 
Masa subur dan masa hamil
Masa subur dan masa hamilMasa subur dan masa hamil
Masa subur dan masa hamilHetty Astri
 
Persalinan dan nifas
Persalinan dan nifasPersalinan dan nifas
Persalinan dan nifasHetty Astri
 

Viewers also liked (20)

Perkembangan Sensorik
Perkembangan SensorikPerkembangan Sensorik
Perkembangan Sensorik
 
Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003
 
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
 
Suryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Suryadi Saputera - Inspiring Words For WriterSuryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Suryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
 
Fisiologi pendengaran
Fisiologi pendengaranFisiologi pendengaran
Fisiologi pendengaran
 
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
 
Sap perawatan payudara
Sap perawatan payudaraSap perawatan payudara
Sap perawatan payudara
 
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
 
Bblr 2
Bblr 2Bblr 2
Bblr 2
 
Bayi berat lahir rendah
Bayi  berat  lahir  rendahBayi  berat  lahir  rendah
Bayi berat lahir rendah
 
Nutrisi pada BBLR
Nutrisi pada BBLRNutrisi pada BBLR
Nutrisi pada BBLR
 
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbanganAnatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
 
Leaflet perawatan perineum
Leaflet perawatan perineumLeaflet perawatan perineum
Leaflet perawatan perineum
 
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
 
Sistem Pencernaan
Sistem PencernaanSistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
 
Masa subur dan masa hamil
Masa subur dan masa hamilMasa subur dan masa hamil
Masa subur dan masa hamil
 
Persalinan dan nifas
Persalinan dan nifasPersalinan dan nifas
Persalinan dan nifas
 
Club foot
Club footClub foot
Club foot
 
Managemen laktasi
Managemen laktasiManagemen laktasi
Managemen laktasi
 

Similar to Biofis - Anatomi Sistem Sensorik

5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusiaIndhara Khanta
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indraindah nb
 
Biologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat InderaBiologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat InderaRifda Latifa
 
Ppt sistem sensori
Ppt sistem sensoriPpt sistem sensori
Ppt sistem sensorinita maulida
 
Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11HRPTAIS
 
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)namiradiyana98
 
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.pptSistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.pptDimasMaesa
 
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdfanatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdfZULFIEKAWATY
 
Organ indra kel iii
Organ indra kel iiiOrgan indra kel iii
Organ indra kel iiiWelly Andrei
 
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxBIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxLayyouchuangHesty
 
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxBIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxLayyouchuangHesty
 
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MASistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MAYaya Nicky
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptxANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptxtedy80
 

Similar to Biofis - Anatomi Sistem Sensorik (20)

Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indra
 
Sistem indera
Sistem inderaSistem indera
Sistem indera
 
5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia
 
Panca indera manusia
Panca indera manusiaPanca indera manusia
Panca indera manusia
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
 
Biologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat InderaBiologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat Indera
 
Panca Indra
Panca IndraPanca Indra
Panca Indra
 
Ppt sistem sensori
Ppt sistem sensoriPpt sistem sensori
Ppt sistem sensori
 
Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11
 
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
 
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.pptSistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
 
Sistem indera
Sistem inderaSistem indera
Sistem indera
 
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdfanatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
 
Organ indra kel iii
Organ indra kel iiiOrgan indra kel iii
Organ indra kel iii
 
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxBIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
 
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxBIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
 
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MASistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
 
Sistem indera
Sistem inderaSistem indera
Sistem indera
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptxANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

Biofis - Anatomi Sistem Sensorik

  • 3. Oleh: • Sintya Sandrina PO7120012043 • Anom Sawitri P07120012046 • Ratna Widiarini P07120012049 • Ade Kesari Putri P07120012050 • Nova Yanti Wijaya P07120012057 • Dian Yuniantari P07120012058 • Rianti Rusmadewi PO7120012068 • Jaya Antara P07120012075 • Edi Sanjana P07120012077 • Risma Dian Utami P07120012080
  • 4. Anatomi sistem penglihatan 1. Bola Mata • Disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina • Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang • Sel – sel batang ditemukan banyak pada daerah perifer retina
  • 5. 2. Iris dan lensa • Memberikan warna pada mata • Membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung dilator involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil • Iris adalah suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening
  • 6. Fisiologi penglihatan (mata)  Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur- struktur lain dari mata yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.  Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata (konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil  Akomodasi juga dibantu dengan perubahan ukuran pupil
  • 7. 1. Tekanan dalam bola mata • Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran dari humor aqueous • Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula
  • 8. Anatomi sistem pendengaran • Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam • Telinga Luar • Auricula: Mengumpulkan suara yang diterima • Meatus Acusticus Eksternus: Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna • Canalis Auditorius Eksternus: Meneruskan suara ke memberan timpani • Membran timpani: Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang mekanik
  • 9. • Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius Terdiri atas: Tuba auditorius (eustachius) Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk : Proteksi: melindungi ndari kuman Drainase: mengeluarkan cairan. Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam. Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
  • 10. • Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari :  Koklea  Skala vestibule: mengandung perlimfe  Skala media: mengandung endolimfe  Skala timani: mengandung perlimfe  Organo corti  Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput
  • 11. Fisiologi pendengaran • Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
  • 12. Anatomi sistem penciuman • Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu :  Kubah kartilago (tulang rawan)  Kubah tulang  Lobulus hidung • Struktur penting dari anatomi hidung : Dorsum nasi (batang hidung) Septum Nasi Kavum Nasi (Lubang Hidung)
  • 13. Fisiologi Sistem Penciuman • Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.
  • 14. Anatomi sistem peraba (kulit) • Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan, yaitu:  Epidermis Terdiri atas:  Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk  Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut  Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin  Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.
  • 15. Anatomi sistem peraba (kulit)  Dermis Lapisan dermis terdiri atas Akar Rambut Pembuluh Darah Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan Serabut Saraf
  • 16. Fisiologi Peraba • Fungsi kulit secara umum. 1. Sebagai proteksi.  Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.)  Melindungi dari trauma yang terus menerus.  Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.  Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.  Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV. 2.Pengontrol/pengatur suhu.  Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
  • 17. Fisiologi Peraba 3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh:  Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.  Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.  Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi  Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.) 4. Sensibilitas  Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
  • 18. Fisiologi Peraba 5. Keseimbangan Air  Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.  Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
  • 19. Sensasi suhu • Perangsang Reseftor Suhu – Sensasi Dingin, Sejuk, Indeferen Hangat dan Panas • Efek Perangsang dengan Menaikan dan Menurunkan Suhu – Adaptasi Resftor Suhu • Mekanisme Perangsang Reseftor Suhu • Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu
  • 20. Anatomi sistem perasa (lidah) • Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. • Terdapat tiga jenis papila yaitu: o Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus; o Papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah; o Papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
  • 21. Fisiologi lidah • Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan • Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap. • Sensasi Rasa:  Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis terletak di ujung lidah.  Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah.  Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian samping lidah.  Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah.
  • 22. VISUS • Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di otak • Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. • “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6.
  • 23. Visus sentralis Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat. a. Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. b. Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina
  • 24. Visus perifer • Fungsinya untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. • Penyebab penurunan tajam peglihatan seseorang bermacam macam, salah satunya adalah refraksi anomaly/kelainan pembiasan
  • 25. Beberapa kelaian refraksi anomaly tersebut adalah: A. Hipermetrop – Penderita tidak bisa melihat dengan jelas obyek pada jarak dekat – Berkas cahaya sejajar tidak cukup dibelokkan oleh system lensa sampai tepat di retina – Untuk mengoreksi mata hipermetrop ini perlu kaca mata lensa spheris (+)
  • 26. B. Miopi • Merupakan kebalikan dari hipermetrop, yaitu kurang jelas melihat obyek yang letaknya jauh • Hal ini terjadi karena panjangnya bola mata atau terlau besarnya kekuatan system lensa mata, sehingga berkas cahaya yang sejajar tidak cukup dibiaskan tepat di retina. • Kelainan ini dapat dikoreksi dengan lensa spheris (-)
  • 27. C. Astigmatisme • Merupakan kesalahan refraksi sitem lensa mata yang biasanya disebabkan oleh kornea yang berbentuk bujur atau lensa yang berbentuk bujur. • Karena kelengkungan lensa astigmatisme disatu bidang lebih kecil dari bidang yang lain maka berkas cahaya yang mengenai bagian perifer lensa itu dalam satu bidang tidak bengkok sedemikian besar seperti berkas cahaya yang mengenai bagian perifer bidang lainnya • Dapat dikoreksi dengan lensa silindris
  • 28. D. Presbiop • Merupakan kelaianan akomodasi yang terjadi pada orang orang tua • Disebabkan lensa kehilangan elastisitasnya, sehingga daya lenting lensa berkurang yang menyebabkan lensa tidak bias memfokuskan bayangan benda yang berjarak dekat dengan mata. • Dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa cembung
  • 29. Tes pendengaran (Tes rinne, Tes weber, Tes swabach) • Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. • Kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada berkaitan dengan frekuensi • Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama. (William F.Gannong, 1998)
  • 30. A. Test rinne • Tujuannya untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. • Ada 2 macam tes rinne , yaitu : a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya
  • 31. b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
  • 32. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal : tes rinne positif 2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) 3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan : • Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. • Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) • Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula
  • 33. B. Test weber • Tujuannya untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien • Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
  • 34. Interpretasi: a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:  Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.  Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat.  Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan.  Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan.  Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.
  • 35. C. Test swabach • Tujuannya membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus • Cara Kerja : Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
  • 36. NYERI • Nyeri adalah suatu mekanisme proktektif bagi tubuh • Nyeri tumbuh bilamana jaringan sedang rusak. • Orang yang sudah kehilangan indra nyeri seperti kerusakan medula spinalis, tidak dapat merasakan nyeri tersebut dan oleh karena itu tidak memindahkan berat badannya. • Ini menyebabkan ulserasi pada daerah tekanan tersebut kecuali bila dilakukan tindakan-tindakan khusus untuk menggerakan orang tersebut dari waktu ke waktu.
  • 37. Sifat-sifat nyeri • Nyeri telah digolongkan ke dalam tiga jenis utama, yaitu tertusuk, terbakar dan pegal. • Nyeri tetusuk dirasakan bila suatu jarum jarum di tusukkan ke dalam kulit atau bila kulit dipotong dengan pisau. • Nyeri tertusuk sering dirasakan bila daerah kulit mengalami iritasi. Nyeri tertusuk disebabkan oleh perangsangan serabut nyeri jenis A delta. Sedangkan nyeri terbakar adalah jenis nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar. • Nyeri terbakar dan pegal disebabkan oleh perangsangan serabut jenis C yang lebih primitif.
  • 38. Reseftor nyeri dan perangsangannya • Reseftor nyeri di dalam kulit dan jaringan lain semuanya merupakan ujung saraf bebas • Tersebar luas dalam lapisan superficial kulit dan juga dalam jaringan dalam tertentu, misalnya priosteum, dinding erteri, permukaan sendi serta folks dan tentorium serebri
  • 39. Reaksi terhadap nyeri • Tingkat reaksi nyeri sangat berbeda • Reaksi-reaksi ini sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain setelah tingkat rangsang nyeri yang sebanding. Proses nyeri dan skala nyeri • Mekanismenya sebagai berikut : -> Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke otak.
  • 40. Con’t • Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke kornu dorsalis pada spinal cord. • Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat sensori pada otak. • Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan lokasi nyeri dirasakan. • Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak, turun melalui spinal cord. • Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin dikeluarkan untuk menurunkan nyeri.
  • 41. Teori “Gate Control” nyeri • Menyatakan bahwa : saraf berdiameter kecil menghantarkan stimulus nyeri ke otak, sedangkan saraf berdiameter besar berusaha menghambat transmisi impuls nyeri dari spinal cord ke otak • Klasifikasi nyeri dapat dibagi menurut : a. Dua rasa nyeri utama yaitu : Nyeri cepat: bila diberikan stimulus nyeri maka rasa nyeri cepat timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik.
  • 42. • Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan banyak nama pengganti seperti : rasa nyeri tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan rasa nyeri elektrik • Nyeri lambat: timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan kadang kala bahkan beberapa menit. • Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak nama tambahan seperti rasa nyeri terbakar lambat, nyeri pegal, nyeri berdenyut, nyeri mual dan nyeri kronik.
  • 43. Waktu nyeri • Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi tiba-tiba, intensitasnya bervariasi dari sedang sampai dengan berat dan berakhir dalam periode singkat sampai dengan kurang dari 6 bulan. • Nyeri kronis adalah : nyeri yang intermitten atau persisiten dan berakhir lebih dari 6 bulan misalnya nyeri pada penyakit kanker.
  • 44. Skala Nyeri • 0 :Tidak nyeri • 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. • 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. • 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi • 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.