1. Indera penciumanIndera penciuman
hidung adalah penonjolan pada vertebrata
yang mengandung nostril(lubang/cuping),
yang menyaring udara untuk pernafasan.
Hidung manusia berfungsi menghirup
udara pernafasan, menyaring
udara,menghangatkan udara pernafasan,
juga berperan dalam resonansi suara.
2.
3.
4.
5.
6. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN
PENGHIDU
Silia/reseptor berdiri diatas tonjolan mukosa yang dinamakan
vesikel olfaktorius dan masuk ke dalam lapisan sel-sel reseptor
olfaktoria
Diantara sel-sel reseptor (neuron) terdapat banyak kelenjar
Bowman penghasil mukus (mgdg air, mukopolisakarida, antibodi,
enzim, garam-garam dan protein pengikat bau (G-protein))
Sel-sel reseptor satu-satunya neuron sistem saraf pusat yang
dapat berganti secara reguler ( 4-8 mgg)
7. • Kecepatan aliran udara pada saat inspirasi sebesar 250 ml/sec
• Inspirasi dalam molekul udara lebih banyak menyentuh mukosa
olfaktorius sensasi bau tercium
• Syarat zat-zat yang dapat menyebabkan perangsangan penghidu :
- Harus mudah menguap mudah masuk ke liang hidung
- Sedikit larut dalam air mudah melalui mukus
- mudah larut dalam lemak sel-sel rambut olfaktoria dan
ujung luar sel-sel olfaktoria td dari zat lemak
• zat-zat yang ikut dalam udara inspirasi akan larut dalam lapisan
mukus yang berada pada permukaan membran
8.
9.
10.
11.
12. Human Anatomy, Frolich, Head II:
Throat/Larynx
M&M, Fig. 16.3
Olfactory
epithelium just
under cribiform
plate (of ethmoid
bone) in superior
nasal epithelium at
midline
13. Kemampuan membaui setiap individu berbeda tergantung dari:
1. susunan rongga hidung, hidung yg mancung/besar lebih baik
membaui drpd hidung pesek/kecil
2. variasi fisiologis pada wanita menjelang menstruasi atau
saat hamil lbh peka daripada yg tidak
3. konsentrasi bau, terutama bau busuk lebih menyengat
daripada bau yg tidak busuk
4. spesies (jenis) spesies tertentu mempunyai kemampuan
survival tergantung pada sistem pembaunya sehingga indera
pembau yg sangat peka pd jarak tertentusudah dpt
membaui pd anjing (canis domestica)
14. 1. Anosmia : hilangnya kemampuan untuk
membaui, merupakan kelainan yang paling sering ditemui.
Penyebab :
Intranasal : obstruksi hidung (rhinitis vasomotor, rhinitis alergi,
tumor hidung, polip, tumor nasofaring), Rhinitis atrofikan, def.
vitamin A, Zinc
Intrakranial : trauma kepala, infeksi (abses otak lob.frontalis,
meningitis pd lob.frontalis), tumor lob.frontalis
2. Hiposmia : berkurangnya kemampuan untuk membaui. Penyebab
:
obstruksi hidung (rhinitis vasomotor, rhinitis alergi,
tumor hidung, polip, tumor nasofaring), Rhinitis
atrofikan, deviasi septum.
Kelainan penciuman
15. 3. Hiperosmia adalah penciuman yang berlebihan, lebih jarang
terjadi.
4. Disosmia : berubahnya penciuman yang menyebabkan penderita
merasa mencium bau yang tidak enak, disebabkan oleh:
- Infeksi di dalam sinus
- Kerusakan parsial pada saraf olfaktorius
- Kebersihan mulut yang jelek, sehingga terjadi infeksi mulut yang
berbau tidak enak dan tercium oleh hidung
- Depresi
5. kakosmia : mencium seperti bau busuk. Sering terjadi pada
penderita epilepsi lobus temporalis, depresi, skizofrenia
6. Halusinasi penciuman : biasanya terbentuk bau yang tidak sedap,
dapat dijumpai pada serangan epilepsi yang berasal dari girus unsinat
pada lobus temporal, dan sering disertai gerak mengecap-ngecap
(epilepsi jenis parsial kompleks)
16. 7. Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium
bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu putih tercium
sebagai bau bawang goreng. Penyebab : pasca trauma kepala
pd daerah frontal atau oksipital
17.
18.
19.
20. Indera pendengaranIndera pendengaran
Telinga merupakan organ yang mampu mendeteksi/
mengenal suara & juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh.
Setiap vertebrata memiliki satu pasang telinga, satu sama
lainnya terletak simetris pada bagian yang berlawanan di
kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara,
air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun
telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan
interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat.
Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang
menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis)
Telinga di bagi atas telinga luar, tengah dan dalam
21.
22. The External EarThe External Ear
• Involved in
hearing only
• Structures of
the external
ear
•Pinna
(auricle)
•External
auditory canal Figure 8.12
23. Bones of the Tympanic CavityBones of the Tympanic Cavity
• Three bones
span the cavity
•Malleus
(hammer)
•Incus (anvil)
•Stapes (stirrip)
Figure 8.12
24.
25. Anatomy of the EarAnatomy of the Ear
• The ear is divided into three areas
•Outer
(external)
ear
•Middle
ear
•Inner
ear
Figure 8.12
26.
27. Organs of HearingOrgans of Hearing
• Organ of Corti
•Located within the cochlea
•Receptors = hair cells on the basilar
membrane
•Gel-like tectorial membrane is capable of
bending hair cells
•Cochlear nerve attached to hair cells
transmits nerve impulses to auditory cortex
on temporal lobe
29. Mechanisms of HearingMechanisms of Hearing
• Vibrations from sound waves move
tectorial membrane
• Hair cells are bent by the membrane
• An action potential starts in the cochlear
nerve
• Continued stimulation can lead to
adaptation
33. Figure 1 The labyrinth of the inner ear, from the left ear. It contains i) the cochlea (yellow),
which is the peripheral organ of our auditory system; ii) the semicircular canals (brown),
which transduce rotational movements; and iii) the otolithic organs (in the blue/purple
pouches), which transduce linear accelerations. The light blue pouch is the endolymphatic
sac, and contains only fluid.
34. Organs of EquilibriumOrgans of Equilibrium
• Receptor cells are in two structures
•Vestibule
•Semicircular canals
Figure 8.16a, b
35. Organs of EquilibriumOrgans of Equilibrium
• Equilibrium has two functional parts
•Static equilibrium – sense of gravity at rest
•Dynamic equilibrium – angular and rotary
head movements
Figure 8.16a, b
36. Static Equilibrium - RestStatic Equilibrium - Rest
• Maculae – receptors in the vestibule
•Report on the position of the head
•Send information via the vestibular nerve
• Anatomy of the maculae
•Hair cells are embedded in the otolithic
membrane
•Otoliths (tiny(=kecil) stones)
float(=mengapung) in a gel around the hair
cells
•Movements cause otoliths to bend the hair
cells
38. Dynamic Equilibrium - MovementDynamic Equilibrium - Movement
• Crista ampullaris –
receptors in the
semicircular canals
•Tuft(berkas) of hair cells
•Cupula (gelatinous cap)
covers the hair cells
39. Dynamic EquilibriumDynamic Equilibrium
• Action of angular head
movements
•The cupula stimulates the
hair cells
•An impulse is sent via the
vestibular nerve to the
cerebellum
40. Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi
pendengaran penderita, yaitu:
Tes bisik.
Tes bisik modifikasi.
Tes garpu tala.
Pemeriksaan audiometri.
Pemeriksaan pendengaran
Kelainan pendengaran
Ada 3 jenis ketulian, yaitu :
Tuli sensorineural / sensorineural hearing loss (SNHL) :
ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi tinggi
Tuli konduktif / conductive hearing loss (CHL) : ketulian yang
tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah
Tuli sensorineural & konduktif / mix hearing loss (MHL)
41. Wax = sumbatan karena serumen
Exostose = tumbuhnya tulang baru
Kelainan ossicular = kelainan di 3 tulang pendengaran kita yaitu
maleous, inkus dan stapes
42.
43.
44. Ada 3 jenis frekuensi pendengaran, yaitu :
Frekuensi rendah. Meliputi 16 Hz, 32 Hz, 64 Hz, dan 128 Hz.
Frekuensi normal. Frekuensi yang dapat didengar oleh
manusia berpendengaran normal. Meliputi 256 Hz, 512 Hz, 1024
Hz, dan 2048 Hz.
Frekuensi tinggi. Meliputi 4096 Hz dan 8192 Hz.
Tes pendengaran
1. Tes Rinne
Tujuan kita melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan
antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada telinga pasien.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang kita lakukan, yaitu :
Normal. Jika tes Rinne positif.
Tuli konduktif. Jika tes Rinne negatif.
Tuli sensorineural. Jika tes Rinne positif.
45.
46. 2. Tes Weber
Tujuan : untuk membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga pasien. Jika telinga pasien mendengar lebih
keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga
tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak
mendengar atau sama-sama mendengar maka berarti
tidak ada lateralisasi.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan,
yaitu :
Normal. Jika tidak ada lateralisasi.
Tuli konduktif. Jika pasien mendengar lebih keras pada
telinga yang sakit.
Tuli sensorineural. Jika pasien mendengar lebih keras
pada telinga yang sehat.
47.
48. 3. Tes Schwabach
Tujuan kita melakukan tes Schwabach adalah untuk
membandingkan hantaran tulang antara pemeriksa dengan
pasien. Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang
kita lakukan, yaitu :
Normal. Schwabch normal.
Tuli konduktif. Schwabach memanjang.
Tuli sensorineural. Schwabach memendek.
49. Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg,
past pointing test, stepping test .
Pemeriksaan Fungsi Vestibuler
Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler
a. Pada labirin meliputi penyakit meniere, labirinitis akut,
mabuk kendaraan, intoksikasi streptomisin.
b. Pada vestibuler meliputi semua penyebab tuli saraf ditambah
neuronitis vestibularis.
c. Pada batang otak meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau
tumor ventrikel IV demielinisasi.
d. Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.
50. Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu
didepan kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada didepan
jari kaki yang lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dalam
sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
Tes Romberg
Past pointing test
Pemeriksaan pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa
dengan jari telunjuknya, kemudian dengan mata tertutup pasien
diminta untuk mengulangi. Normalnya pasien harus dapat
melakukannya.
51. Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup, sebanyak
50 langkah dengan kecepatan seperti jalan biasa. Selama test ini
pasien diminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak
beranjak dari tempatnya selama test berlangsung. Dikatakan
abnormal bila kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1 meter
dari tempatnya semula, atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
Stepping test
52. Kelainan keseimbangan
Diseases of the vestibular system can take different forms, and
usually induce vertigo and instability. Most common ones are
1.Vestibular neuritis, a related condition called Labyrinthitis,
and BPPV (Benign paroxysmal positional vertigo)
2.tumors on the cochleo-vestibular nerve
3.infarct in the brain stem or in cortical regions related to the
processing of vestibular signals
4.cerebellar atrophy
5.Alcohol can also cause alterations in the vestibular system for
short periods of time