2. 1. Masa Rasulullah
2. Masa Khulafaurasyidin
3. Masa Pasca Khulafaurasyidin
Fase Pertama
Fase Kedua
Fase Ketiga
Periode Kontemporer
Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Islam
3. Pemasukan Negara:
Kharaj Pajak terhadap tanah, ditentukan berdasarkan
tingkat produktivitas, jenis tanaman, jenis irigasi
Zakat Dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan
pertanian
Khums Pajak proporsional sebesar 20% (semua
pendapatan/ hasil rampasan perang/ barang temuan &
barang tambang)
Jizyah Pajak bagi orang non muslim sebagai ganti
layanan sosial-ekonomi, perlindungan keamanan dari
negara Islam
Penerimaan lain; Khafarat dan harta waris orang yang
tidak punya ahli waris
Perekonomian Masa Rasulullah
4. Pengeluaran Negara:
Penyebaran Islam
Pertahanan dan keamanan
Pembangunan infrastruktur
Pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Penyediaan fasilitas/layanan kesejahteraan sosial
Perekonomian Masa Rasulullah
5. Kebijakan Fiskal dan Moneter pada masa Nabi:
Kebijakan Fiskal;
• Peningkatan pendapatan nasional dan tingkat partisipasi
kerja melalui muzara’ah dan mudharabah
• Kebijakan pajak: Kharaj, Khums, Zakat
• Anggaran: Pengaturan APBN (cermat, efektif dan efisien)
• Kebijakan fiskal khusus: minta bantuan kepada Muslim
kaya secara sukarela
Kebijakan Moneter;
• Penetapan uang dinar dan dirham sebagai mata uang sah
negara
• Fungsi uang untuk transaksi, kemudian untuk
precautionary (jaga-jaga)
Perekonomian Masa Rasulullah
6. Masa Abu Bakar Ashiddiq
Masa Umar bin Khattab
Masa Usman bin Affan
Masa Ali bin Abi thalib
Perekonomian Masa Khulafaurasyidin
7. Masa pemerintahan Abu Bakar Ashiddiq
Pembagian tanah taklukan
Mengambil alih tanah orang yang murtad untuk kepentingan
umat Islam
Ketegasan dalam pengumpulan zakat
Pembagian harta Baitul Mal dengan prinsip kesamarataan
Implikasi ekonomi kebijakan ; meningkatkan total
pendapatan nasional, memperkecil jurang pemisah antara
orang kaya dan orang miskin.
Perekonomian Masa Khulafaurasyidin
8. Masa Pemerintahan Umar bin Khatab
- Pendirian Lembaga Baitul Mal, diikuti dengan pendirian beberapa
departemen:
> Departemen Pelayanan Militer
> Departemen Kehakiman dan Eksekusi
> Departemen Jaminan Sosial
> Departemen Pendidikan dan pengembangan Islam
- Klasifikasi dan Alokasi Pendapatan Negara:
> Pendapatan zakat dan Pajak tanah (dibagi ke 8 asnaf)
> Pendapatan Khums dan sedekah (dibagi kepada mereka yang
mencari kesejahteraan)
> Pendapatan Kharaj, jizyah, pajak perdagangan dan ‘ushr (untuk
membayar dana pensiun dan dana bantuan serta menutupi biaya
operasional administrai, kebutuhan militer)
> Pendapatan lain (untuk membayar para pekerja, pemeliharaan
anak terlantar)
Perekonomian Masa Khulafaurasyidin
9. Masa Pemerintahan Usman bin Affan
- Kebijakan ekonomi Pengembangan sumber daya alam.
Pembuatan saluran air
Pembangunan Jalan
Pembentukan organisasi kepolisian yang permanen untuk
mengamankan jalur perdagangan.
Membangun armada laut
- Kebijakan Lainnya:
Mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan
kepada masyarakat.
Pengelolaan Zakat terdapat pendelegasian kewenangan
menaksir harta yang dizakati kepada pemiliknya masing-
masing.
Perekonomian Masa Khulafaurasyidin
10. Masa Pemerintahan Ali bin Abi Thalib
- Kebijakan ekonomi:
Memberhentikan pejabat yang korupsi
Membuka kembali lahan perkebunan
Mendistribusikan pendapatan pajak tahunan
Prinsip pemerataan memberikan santunan yang sama
kepada setiap orang tanpa memandang status sosial
ataupun kedudukannya dalam Islam.
Perekonomian Masa Khulafaurasyidin
11. Fase Awal
Fase Kedua
Fase Ketiga
Periode Kontemporer
Perekonomian Pasca Khalifah
12. Fase ini dikenal dengan fase dasar-dasar ekonomi
Islam konsep maslahah terfokus pada manfaat
sesuatu yang dianjurkan dalam aktivitas ekonomi, dan
kerugian bila melanggar yang dilarang agama.
Pemikir periode ini diwakili oleh Zaid bin Ali , Abu
Hanifah, Awza’i, Malik, Abu Yusuf , Muhammad bin
Hasan Al Syaibani, Yahya bin Dam, Syafi’I, Abu Ubayd,
Amad bin Hambal, Yahya bin Hambal, Yahya bin Umar,
Qudama bin Jafar, Abu Jafar al Dawudi, Mawardi,
Hasan Al Basri, Ibrahim bin Dam, Fudayl bin Ayad,
Makruf Karkhi, Dzun Nun Al Misri, Ibn Maskawih, Al
Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina.
Pemikiran Ekonomi Islam Fase Awal
13. fase ini merupakan fase yang cemerlang pemikiran pada fase
ini dilatar belakangi oleh menjamurnya korupsi dan dekadensi
moral, serta melebarnya kesenjangan antara golongan miskin
dan kaya, meskipun secara umum kondisi perekonomian
masyarakat Islam berada dalam taraf kemakmuran.
Pemikiran ekonomi yang populer dalam fase ini meliputi alasan
pelarangan riba oleh Al-Ghazali; konsep permintaan dan
penawaran oleh Ibnu Taimiyah;
Adapun beberapa pemikir pada fase ini adalah; Al-Gazali, Ibnu
Taymiyah, Ibnu Khaldun, Syamsuddin Al Sarakhsi, Nizamu Mulk
Tusi, Ibnu Masud Al kasani, Al-Saizari, fakhruddin Al Razi,
Najnudin Al Razi, Ibnul Ukhuwa, Ibnul Qoyyim, Muhammad bin
Abdul rahman Al Habshi, Abu Ishaq Al Shatibi, Al Maqrizi, Al
Qusyairi, Al Hujwary, Abdul Qadir Al Jailani, Ibnu Arabi,
Jalaluddin Rumi, Ibnu Baja, Ibnulk Tufayl, Ibnu Rusyd.
Pemikiran Ekonomi Islam Fase Kedua
14. Fase ini merupakan fase tertutupnya pintu ijtihad yang
mengakibatkan stagnasi. Fase ini para Fuqoha hanya
menulis catatan-catatan para pendahulunya dan
mengeluarkan fatwa-fatwa yang sesuai dengan standart
bagi masing-masing madzhab.
Namun pada fase ini tetap ada pemikiran ekonomi yang
berbobot salah satunya seperti pemikiran Muhammad
Abduh yang menyatakan bahwa Islam mewajibkan kepada
pemerintah untuk ikut campur tangan dalam urusan
perekonomian demikeslahatan publik.
Adapun para pemikir dalam fase ini adalah; Shah Waliullah
Al Delhi, Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al
Afghani, Mufti Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Ibnu
Nujaym, Ibnu Abidin, Syeh Ahmad Sirhindi .
Pemikiran Ekonomi Islam Fase Ketiga
15. Periode ini berada pada era 1930-an, pada pertengahan tahun
tersebut banyak muncul analisis-analisis masalah ekonomi sosial
dari sudut syariah Islam sebagai wujud kepedulian terhadap
dunia Islam yang secara umum dikuasai oleh negara-negara
Barat.
Tahun 1970-an mereka banyak mengetengahkan pembahasan
tentang bunga dan riba. Banyak diselenggarakan pertemuan
internasional untuk pembahasan ekonomi Islam, dan banyak
karya tulis yang dihasilkan.
Peda perkembangan selanjutnya banyak upaya-upaya untuk
merealisasikan perbankan tanpa bunga, dan upaya pembahasan
terhadap teori dan praktik ekonomi Islam.
Pemikir ekonomi Islam pada periode ini meliputi Muhammad
Abdul Mannan, Muhammad Najatullah Siddiqi, Syed Nawad
Haider Naqvi, Monzer Kahf, Sayyid Mahmud Taleghani,
Muhammad Baqir as Sadr, Umer Chapra.
Pemikiran Ekonomi Islam Periode
Kontemporer