1. LEMBAGA PEREKONOMIAN
ISLAM
Prof. Dr. MUHAMMAD, M.Ag.
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Yogyakarta
Pascasarjana MSI UII Yogyakarta
Program Doktor Ekonomi Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2. MUHAMMAD, Lahir di Pati, 10 April 1966;
Sarjana (Drs.) Pendidikan (S-1) diraih di IKIP Yogyakarta,
Master Ekonomi Islam (M.Ag) diraih di Magister Studi Islam (S-2)
UII.
Doktor (DR.) Manajemen Keuangan Islam (S-3) diraih di UII
Tinggal di Perum Tamansiswa Indah Blok E-16 Yogyakarta
HP. 08121558716, Telp. rumah 0274-382839,
e-mail: aisar_ma@telkom.net
Kantor:
1. STEI Jl. Sokonandi No. 11 Yogyakarta, Telp.
2. PT. BPR Syari’ah Dana Hidayatullah. Jl. Ngasem 52
Yogyakarta
3. Pengalaman pekerjaan struktural : (1) sebagai manajer akademik Syari’ah Banking
Institut [1996 – 1997]; (2) Kepala Biro Akademik MM Mitra Indonesia [1996 –
1997]; (3) Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Yogyakarta [1997 – 2001]; (4)
Direktur Pusat Studi Ekonomi Islam – STEI Yogyakarta (2001-2006); (5) Wakil
Ketua BASYARNAS WIL DIY; (6) Ketua Majelis Ulama Indonesia Kec.
Mergangsan Yogyakarta
Pengalaman sebagai dosen :
(1) Dosen tetap Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Yogyakarta [1997 – sekarang]
(2) Dosen Luar Biasa pada perguruan tinggi : (a) STAIN Surakarta; (b) Fakultas
Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; (c) Fakultas Ilmu Agama Islam – UII;
(d) Fakultas Agama Islam – UMY; (e) STAIN Salatiga; (f) Fakultas Hukum UII
[Program Internasional]; (g) Fakultas Ekonomi UII; (h) Fakultas Ekonomi UMY, (i)
FE-UGM
(3) Program Pasca-sarjana: (a) PPS UIN Sunan Gunung Jati Bandung (2000-2004);
(b) Program Magister Studi Islam UII; (c) Program S-2 UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta; (d) Program Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin; (e) Program
Doktor Ilmu Ekonomi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
4. Aktivitas lainnya :
Pengembang Program S2 dan S3 Ekonomi Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Dewan Pengembangan Badan Amil Zakat Propinsi Daerah
Istimewa Jogjakarta;
Member of The International of Islamic Economic - London
Konsultan Pendirian Bank Syari’ah
Pendiri Pesantren Ekonomi Islam al-Musaahamah
Dewan Pengawas Syari’ah BPRS Dana Hidayatullah
Dewan Pengawas Syari’ah BPRS Danagung Syari’ah
Anggota Majelis Ulama Indonesia Kota Yogyakarta
Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Mergangsan
Aktif memberikan seminar tentang Perbankan dan Ekonomi
Islam (nasional dan internasional)
5. Karya Ilmiah buku (sejak th 1999- sekarang)
diantaranya :
1. Prinsip Akuntansi dalam Al-Qur’an;
2. Lembaga Keuangan Umat Kontemporer;
3. Sistem & Prosedur Operasional BS;
4. Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank
Syari’ah
5. Pengantar Akuntansi Syari’ah;
6. Kebijakan Fiskal & Moneter dalam
Ekonomi Islam;
7. Zakat Profesi : Wacana Telaah Fiqh
Kontemporer;
8. Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis;
9. Bank Syari’ah; Analisis SWOT;
10. Manajemen Bank Syari’ah;
11. Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi
Islam;
12. Pegadaian Syari’ah;
13. Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis
Syari’ah
14. Dasar-dasar Teori Keuangan Islami
15. Etika Bisnis Islami
16. Mikroekonomi dalam Perspektif Islam
17. Manajemen Dana dan SDM Lembaga Non
Profit
18. Manajemen Dana Bank Syari’ah
19. Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah
20. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam
Pendekatan Kuantitatif
21. Zakat dan Kemiskinan
22. Makroekonomi dalam Perspektif Islam
23. Kebijakan-kebijakan Operasional Bank Syari’ah
24. Akuntansi Syari’ah: Analisis Pendapat
Muhammad tentang Ayat-ayat Akuntansi dalam
Al-Qur’an
25. Manajemen Keuangan Syari’ah (FC)
26. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ekonomi
Islam (FC)
27. Permasalahan Agency dalam Pembiayaan
Mudharabah di Bank Syari’ah (FC)
28. Internalisasi Nilai-nilai Islam dalam Ilmu
Ekonomi (FC)
29. Manajemen Risiko Bank Syari’ah (FC)
30. Studi Kelayakan dan Pendirian Bank Syari’ah
(FC)
6. Silabi Kuliah
• Tujuan Pengajaran :
– Mahasiswa memahami berbagai macam
dan mekanisme operasional lembaga
perekonomian dan keuangan baik bank,
non-bank dan bisnis yang beraktivitas
dengan basis syari’ah
7. Silabi Kuliah Lembaga Perekonomian Islam
• Materi Pengajaran
1. Pengantar : Islam dan Lembaga Perekonomian Islam
2. Sistem Ekonomi Islam
3. Konsep Syari’ah Lembaga Perekonomian
4. Teori Pertukaran dan Percampuran dalam Islam
5. Uang dan Nilai Waktu Uang dalam Islam
6. Perbankan Syari’ah
7. Asuransi Syari’ah
8. Pegadaian Syari’ah
9. Pasar Modal Syariah
10. Reksadana Syari’ah
11. Obligasi Syari’ah dan Sukuk
12. Lembaga Amil Zakat
13. Wakaf Uang
14. Modal Ventura
15. Baitul Mal wa Tamwil dan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
16. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari’ah
17. Lembaga Pembiayaan Syariah
18. Hotel Syari’ah
19. Super market dan Ritail Syari’ah
8. Silabi Kuliah
• Referensi
– Viethzal Rivai, Bank dan Financial Institution Management:
Conventional and Sharia System, Jakarta: Radjawali Press
– Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer,
Yogyakarta : UII Press, 2000
– Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP-
AMP YKPN
– Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah,
Yogyakarta: Ekonisia
– Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan
Keuangan, Jakarta: Radjawali Press.
– Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Islam: Teori dan Praktek,
Jakarta: GIP
– Dahlah Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan Bank dan
Non Bank, Jakarta: UI Press
9. CAKUPAN AJARAN ISLAM
ISLAM: OUR WAY OF LIFE
Islam secara bahasa berarti selamat, damai, tunduk,
pasrah dan berserah diri.
Objek penyerahan diri adalah Pencipta seluruh alam
semesta, yakni Allah Swt.
Islam berarti Penyerahan diri kepada Allah Swt (QS.
3:19; 2:112).
Islam membimbing seluruh aspek manusia, yakni
mengatur hubungan antara :
manusia dengan Allah,
manusia dengan sesama manusia, dan
manusia dengan makhluk lainnya.
10. CAKUPAN AJARAN ISLAM
ISLAM: OUR WAY OF LIFE
Islam terdiri dari Aqidah, Akhlak dan Syari’ah.
Aqidah, Akhlak dan Syari’ah diturunkan untuk
mengembala manusia ke arah “falah”.
Aqidah : tetap
Syariah : ada yang tetap, ada yang dapat berubah.
Akhlak : cermin diterapkannya aqidah dan syari’ah.
Sifat Syari’ah Islam:
Komprehensif (ritual & sosial)
Universal (luas dan fleksibel)
11. CAKUPAN AJARAN ISLAM
1. SKEMA AJARAN ISLAM
ISLAM
AKIDAH
(IMAN)
SYARI’AH
(ISLAM)
AKHLAK
(IHSAN)
FIQIH
IBADAH MU’AMALAH
13. CAKUPAN AJARAN ISLAM…
Islamic
Financial
System
Islamic
Financial Market
Surplus
Spending
Islamic
Money Market
Deficit
Spending
Indirect
Financial
Market
Direct
Financial
Market
Islamic
Capital Market
Islamic
Bond market
Islamic
Equity Market
TakafulCommercial
Bank
Finance
Companies
Unit
Trusts
14. Alasan mempelajari
Ekonomi Syari’ah?
• Sistem ekonomi yg ada sekarang tidak mampu
memberikan solusi atas pemenuhan kebutuhan
manusia secara memuaskan.
• Apakah Islam sebagai pandangan hidup yang
komprehensif memiliki konsep ekonomi yang
berpotensi memberikan solusi atas kebutuhan
manusia secara memuaskan?
• Ada instrumen ekonomi yang dijalankan dalam
ekonomi konvensional dianggap tidak sesuai
dengan ajaran Islam
15. Indikator kegagalan Ekonomi
Konvensional
• Melebarnya Gap the have dg the have not
• Krisis ekonomi
• Ketidakstabilan ekonomi
• Kerusakan lingkungan
• Industri perbankan konvensional semakin
menjauhi sektor riil dan hanya bermain
dengan risiko “derivatives transactions”.
“Tidak membawa dunia kepada tatanan yang lebih baik”
16. Akar Ekonomi Konvensional
• Secularism (memisahkan aktivitas dunia dengan
agama)
• Individualism (manusia pusat alam semesta,
kebebasan tak terbatas) individual utility
• Materialism (ukuran kesuksesan adalah materi)
• Interest based economy (eksploitasi pemilik
modal)
• Scarcity (kepemilikan vs distribusi) and Budget
Constraint (opportunity cost)
17. Akar Ekonomi Syari’ah
• Tauhid
• Maslahah Utility = materi + amal sholeh
• Manusia adalah hamba Allah + khalifah Allah
• Tujuan hidup adalah kebahagian di dunia dan di
akhirat falah
• Instrumen pengatur ekonomi:
• ZIS, waqf/waris/, anti riba/judi/gharar,
• Technological constraint, akhlak control on
consumption and production.
18. Pengertian
• Lembaga perekonomian= lembaga
perekonomian adalah lembaga yang
menjalankan aktivitas ekonomi dalam bentuk
aset-aset riil maupun keuangan, di dalamnya
mencakup lembaga keuangan dan lembaga
bisnis
• Lembaga keuangan= Lembaga yang
menjalankan aktivitas dalam bentuk aset-aset
keuangan, di dalamnya mencakup lembaga
bank da non bank
• Lembaga bisnis adalah lembaga yang
menjalankan aktivitas ekonomi dalam bentuk
sektor bisnis, baik perdagangan maupun
maufacture
19. Pengertian
• Bank= lembaga keuangan yang menjalankan
aktivitas pengumpulan, penyaluran dan transfer
aset-aset keuangan, seperti giro, tabungan,
deposito dan jasa keuangan lainnya
• Lembaga Bukan Bank= lembaga keuangan
yang menjalankan aktivitas hanya
mengumpulkan atau menyalurkan aset-aset
keuangan
20. Sistem Ekonomi Islam
& Kelembagaan
Ekonomi Islam
SEI
LEMBAGA
BANK
SYARI’AH
ASURANSI
SYARI’AH
PASAR
MODAL
LKM
SYARI’AH
SE
REASURANSI
SYARI’AH
REKSADANA
SYARI’AH
OBLIGASI
SYARI’AH
SEKURITAS
SYARI’AH
GADAI
SYARI’AH
PEMBIAYAAN
SYARI’AH
DPLK
SYARI’AH
BISNIS
SYARI’AH
Manajemen
Ekonomi
Akuntansi
SEI
SEK
22. Definisi Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah ilmu sosial
yang mempelajari masalah
ekonomi masyarakat yang diilhami
oleh nilai-nilai Islam (Mannan)
Ekonomi Islam adalah suatu upaya
yang sistematik untuk memahami
masalah ekonomi dan perilaku
masyarakat, dalam perspektif Islam
(Khurshid Ahmad)
23. Definisi Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah tanggapan para
pemikir muslim atas berbagai tantangan
ekonomi. Dalam hal ini didasarkan
pada Quran dan Sunnah disamping
alasan dan pengalaman. (N.Siddiqi))
Ekonomi Islam adalah suatu ilmu dan
penerapan hukum syariah yang
melindungi ketidakadilan dalam kaitan
dengan upaya pencapaian
kesejahtaeraan manusia dan
pelaksanaan ibadah kepada ALLAH.
(Hasanuz Zaman)
25. Salah satu tanda adanya kehidupan
di alam semesta…
…adanya aliran….
atau
sesuatu yang mengalir
26. Perhatikan …!
•Tubuh manusia
•Peralatan elektronik
•Misi Path Finder di Mars
•Tanda keberadaan surga :
“…bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-
sungai dibawahnya …” QS : 18 : 31
“… di dalam kedua surga itu ada dua mata air
yang mengalir…” QS : 55 : 50
aliran dengan karakteristik & sunnatullah masing-masing
27. Apa artinya…
Apabila “adanya kehidupan” ditandai
dengan “adanya aliran”
maka
upaya “menghidupkan sesuatu” (mis :
perekonomian) harus ditandai dengan
adanya upaya “mengalirkan sesuatu”
(yg terkait dengan perekonomian).
28. Akar Ekonomi Syari’ah
• Tauhid
• Maslahah Utility = materi + amal sholeh
• Manusia adalah hamba Allah + khalifah Allah
• Tujuan hidup adalah kebahagian di dunia dan di
akhirat falah
• Instrumen pengatur ekonomi:
• ZIS, waqf/waris/, anti riba/judi/gharar,
• Technological constraint, akhlak control on
consumption and production.
30. ZakatZakat
Funding to distribute /Funding to distribute /
Pooling FundPooling Fund
(aspek sosial)(aspek sosial)
Effort to flowing (aspekEffort to flowing (aspek
pengendalian)pengendalian)
Pendekatan Zakat…!Pendekatan Zakat…!
31. Sesungguhnya……….
Pengendalian
harta / Zakat
Pengendalian
sifat manusia
Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa-apa
yang diingini yaitu : wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, ternak dan sawah ladang. ( QS 3 : 14 )
merupakan
32. Sesungguhnya……….
ALLAH karuniakan
kepada manusia :
Dikendalikan
oleh
Alat / Tools
Pengendali
Cinta wanita
Hukum nikah
dan jumlah istri
Cinta Anak
Kaidah : anak
adalah amanah
Cinta harta Sistem zakat
Nafsu Puasa
33. Apa yang diusulkan….?Apa yang diusulkan….?
Fungsi
sosial
Fungsi
pengendalian
Bahwa zakat bukanBahwa zakat bukan
sekedar upaya funding tosekedar upaya funding to
distribute (fungsi sosial),distribute (fungsi sosial),
lebih dari itu merupakanlebih dari itu merupakan
control (fungsicontrol (fungsi
pengendalianpengendalian
pengendalian) yangpengendalian) yang
bersifat menekanbersifat menekan
(pressure) atas(pressure) atas
keberadaan hartakeberadaan harta
masyarakatmasyarakat
34. Contoh Pengendalian / CONTROLContoh Pengendalian / CONTROL
No Tax Control Non Tax Control
1
Pajak Progresif
kendaraan di DKI
3 in 1
Usia mobil > 90
2
Pajak mobil di
Singapore
3
Pajak tanah di
Jepang
35. ZakatZakat
Lebih merupakan sebuah upayaLebih merupakan sebuah upaya
pengendalian harta masyarakatpengendalian harta masyarakat
agar mengalir (tidak menumpuk)agar mengalir (tidak menumpuk)
menuju aktivitas investasi, daripadamenuju aktivitas investasi, daripada
tujuan pengumpulan dana untuktujuan pengumpulan dana untuk
distribusidistribusi
Tujuan Pengendalian > Tujuan SosialTujuan Pengendalian > Tujuan Sosial
37. Dengan demikian…Dengan demikian…
Apabila dana zakat terkumpul
adalah sebesar Rp. 1 trilyun
(distributed) namun
kecenderungan masyarakat
masih menumpuk harta
Apabila dana zakat terkumpul
adalah hanya sebesar Rp. 1
milyar (distributed) namun
kecenderungan masyarakat
adalah investasi (tidak
menumpuk harta)
Sistem zakat
TIDAK EFEKTIF
Sistem zakat
EFEKTIF
38. ZakatZakat
Lebih merupakan sebuah upayaLebih merupakan sebuah upaya
pengendalian harta masyarakatpengendalian harta masyarakat
memungut “denda” atas penumpukanmemungut “denda” atas penumpukan
harta yg terjadi dengan “aturan teknis”harta yg terjadi dengan “aturan teknis”
tertentu yaitu batas minimal (nisab),tertentu yaitu batas minimal (nisab),
ukuran tertentu (kadar) dengan waktuukuran tertentu (kadar) dengan waktu
tertentu (haul) dimana akumulasi dana ekstertentu (haul) dimana akumulasi dana eks
“denda” tsb didistribusikan kpd 8 gol“denda” tsb didistribusikan kpd 8 gol
masyarakat tertentumasyarakat tertentu
dengan cara…dengan cara…
40. Letak haramnya Riba…
…Adalah disebabkan mereka berkata sesungguhnya jual
beli sama dengan riba, padahal ALLAH telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. QS 2 : 275
Riba Jual Beli
Kelebihan Ada - bunga Ada – laba
Ditetapkan dimuka Dibelakang
Unsur Pemastian Ada Tidak ada
Efek Ekonomi Menurunkan
agregat supply
Meningkatkan
agregat supply
41. Pertimbangan..!Pertimbangan..!
• Bukankah pemastian masa depanBukankah pemastian masa depan
diharamkan ; QS 18 : 23-24diharamkan ; QS 18 : 23-24
• Bukankah pemastian masa depanBukankah pemastian masa depan
melalui instrumen suku bunga akanmelalui instrumen suku bunga akan
mematikan sejumlah kemungkinanmematikan sejumlah kemungkinan
aliran investasi ;aliran investasi ; QS 2 : 275QS 2 : 275
• Certainty VS UncertaintyCertainty VS Uncertainty
42. Dampak Ekonomi QS 2 : 275Dampak Ekonomi QS 2 : 275
HalalHalal HaramHaram
Halalkan Jual BeliHalalkan Jual Beli Haramkan RibaHaramkan Riba
Jual BeliJual Beli RibaRiba
Hubungan Berbanding TerbalikHubungan Berbanding Terbalik
43. Q (Investasi)
i (bunga)
%
x %
Q 20
y %
Q 1
Meningkatnya suku bunga dari y%Meningkatnya suku bunga dari y%
menjadi x% telah menurunkanmenjadi x% telah menurunkan
jumlah kemungkinan investasi darijumlah kemungkinan investasi dari
Q1 menjadi Q2Q1 menjadi Q2
telah membendung alirantelah membendung aliran
investasi sebesar Q1-Q2…investasi sebesar Q1-Q2…
44. Semakin tinggi dindingSemakin tinggi dinding
bendungan makabendungan maka
semakin besar aliran airsemakin besar aliran air
yang terbendungyang terbendung
……identik dengan…identik dengan…
Semakin tinggi sukuSemakin tinggi suku
bunga maka semakinbunga maka semakin
besar kemungkinanbesar kemungkinan
aliran investasi yangaliran investasi yang
terbendungterbendung
49. Anti RibaAnti Riba
Lebih merupakan sebuah upayaLebih merupakan sebuah upaya
untuk mengoptimalkan aliranuntuk mengoptimalkan aliran
investasi dengan carainvestasi dengan cara
memaksimalkan kemungkinanmemaksimalkan kemungkinan
investasi melalui pelaranganinvestasi melalui pelarangan
adanya pemastian (riba).adanya pemastian (riba).
50. JudiJudi
Statement untung2anStatement untung2an
Dampak EkonomiDampak Ekonomi
Pendekatan Judi…!Pendekatan Judi…!
Pendekatan ini umumnya akan
cenderung terfokus pada
statement untung2an yang
ditekankan pada spekulatif yang
irrasional, tidak logis dan tidak
berdasar
Fokus pelarangan terletak pada
tdk berpengaruhnya aktivitas judi
thd Agregat supply / tdk produktif
51. Pertimbangan Judi..!Pertimbangan Judi..!
• Larangan penimbunan barang (hadis)Larangan penimbunan barang (hadis)
dikarenakan berdampak padadikarenakan berdampak pada
berkurangnya agregat supply barang &berkurangnya agregat supply barang &
jasa.jasa.
• Dengan demikian aktivitas yang tidakDengan demikian aktivitas yang tidak
memberikan dampak meningkatkanmemberikan dampak meningkatkan
agregat supply barang & jasa, merupakanagregat supply barang & jasa, merupakan
hal yang tdk diperbolehkan (haram).hal yang tdk diperbolehkan (haram).
• Untuk itulah JUDI diharamkan.Untuk itulah JUDI diharamkan.
52. Jual Beli Judi
Aliran Investasi
(perlu modal)
Ya Ya
Tidak Pasti Ya Ya
Kaitan dgn sektor
riil / Agre Supply
naik ?
Ya Tidak
Letak haramnya judi..!Letak haramnya judi..!
54. Anti JudiAnti Judi
Lebih merupakan sebuah upayaLebih merupakan sebuah upaya
agar aktivitas investasi yang terjadiagar aktivitas investasi yang terjadi
memiliki korelasi nyata terhadapmemiliki korelasi nyata terhadap
sektor riil dalam rangkasektor riil dalam rangka
meningkatkan Agregat Supplymeningkatkan Agregat Supply
55. Sistem Ekonomi IslamSistem Ekonomi Islam
HartaHarta
mengalirmengalir
InvestasiInvestasi
Aliran InvestasiAliran Investasi
OptimalOptimal
Aliran Investasi tdkAliran Investasi tdk
optimal /optimal /
terbendungterbendung
Agregate SupplyAgregate Supply
meningkatmeningkat
Agregate SupplyAgregate Supply
tidak meningkattidak meningkat
By zakatBy zakat By anti ribaBy anti riba By anti judiBy anti judi
56. H a r t a
Sistem Ekonomi IslamSistem Ekonomi Islam
P P
P P
P P
P P
By zakatBy zakat By anti ribaBy anti riba By anti judiBy anti judi
57. Sebuah sistem perekonomianSebuah sistem perekonomian
sunnatullah yang mendorong adanyasunnatullah yang mendorong adanya
aliran investasi (by zakat) secaraaliran investasi (by zakat) secara
optimal (by anti riba) yang bersifatoptimal (by anti riba) yang bersifat
produktif (by anti judi).produktif (by anti judi).
Sistem Ekonomi IslamSistem Ekonomi Islam
61. PERMASALAHAN IMPLEMENTASI
EKONOMI SYARI’AH DALAM
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
• Principle-Agency Problem on Profit and
Lose Sharing scheme
• Weak in Market discipline
• Lack of Islamic Banking Knowledge
• lack of uniformity in the Islamic principles
and Regulations
• Inadequate political support
63. ISLAM AND ISLAMIC BANKING
• In ushul fiqh, there is a principle stipulating
that “maa laa yatimm al-wajib illah bihi fa
huwa wajib” if something must exist
before an obligation is considered perfect,
it is obligatory to ensure that something
exist
• The Prophet himself once say: “antum
a’lamu bi umuuri dunyakum” You are
more knowledgeable of your worldly
concerns
64. BANKING PRACTICES IN THE AGE OF
THE PROPHET (SAW) AND HIS
IMMEDIATE COMPANIONS
• Bank: an institution that performs three primary function,
namely:
– To accept savings/deposit money
– To lend money
– To provide services
• The Prophet (SAW) himself, also known as al-amin, was
entrusted by the people of Mecca with safekeeping their
money. At the last moments before his hijrah to Medina,
the Prophet asked Sayidina Ali to return all the entrusted
money to its respective owner
• The Prophet’s companions, Zubair bin al-Awwam, chose
to only receive money as a loan implication:
– By taking the money as a loan, he had a right to make use of it;
– Given the nature of a loan, he had the obligation to return it
intact
65. BANKING PRACTICES IN THE AGE OF
THE PROPHET (SAW) AND HIS
IMMEDIATE COMPANIONS
• Ibnu Abbas, was noted to have transferred some money to Kuffah
• Abdullah bin Zubair in Mecca, who sent money to his brother Hisab bin
Zubair, who lived in Iraq
• The use of checks was also widley known with the growing trade between
the cities of Syam and Yaman, at least twice a year
• Umar bin Khatab (ra) used checks to pay benefits in support of those in
need. With these checks the beneficiaries would be able to collect from the
Baitul Mal a quantity of wheat imported from Egypt
• In the economy activities or distribution fund based on the profit sharing-
based working capital, such as: mudharabah, muzara’ah and musaqad. This
pattern was applied on common practice in the early days of among the
Muhajirin and the Anshar.
• Some modern banking terms, in fact, originated from the fiqh repertoire,
such as credit (Roman: Credo) which derived from the term qard
– Credit (in English) = lending money
– Credo (in Roman) = trust
– Qard (in fiqh) = lending money on a trust basis
• So, check (in English) Cheque (in French) was borrowed from “suq” (in
Arabic). It’s means market, while check is an instrument of payment
commonly used in the market.
66. Banking Functions in the Era of the
Prophet’s Immediate Compions
Banking
Functions
during
prophet era
To channel
financing
To accept
deposit
To transfer
money
One individual
performing but
one function
67. BANKING PRACTICES DURING THE TIME OF
BANI ABBASIYAH AND BANI UMMAYAH
• There is no institution of bank in Islamic fiqh vocabulary, but the
bank activities or functions can be found in the Islam, i.e: deposit
saving; fund channeling; and money transfer; were already
commonly practiced under sharia compliant contracts.
• In the Rasulullah’s time, these function were undertaker by
individuals, usually on the one-man one-function basis
• In the era Bani Abbasiyah, that the three banking function were
undertaker individually.
• In the history of Islam, the one-man multi-function banking practice
was first knowing the Abbasiyah’s time
• Banking began to develop rapidly when various types of currencies
were in circulation, for which special expertise was required to
distinguish one coin from the others
• The people who had the special expertise were called: naqid, sarraf
and jihbiz. the practice of money exchange
• The term “jihbiz” was first known during the Muawiyah era (661 –
680 AD)
68. BANKING PRACTICES DURING THE TIME OF
BANI UMMAYAH AND BANI ABBASIYAH
• The role of bankers in the Abbasiyah era began to pick
popularity during the reign of Muqtadir (980 – 932 AD)
• This was the time when most wazirs had their own
bankers, for instance:
– Ibnu Furat appointed Harun ibnu Imran and Joseph ibnu
Wahab as his bankers;
– Ibnu Abi Isa employed Ali ibn Isa
– Hamd ibnu Wahab assigned Ibrahim ibn Yuhana
– Abdullah al-Baridi had three banker: two Jewish and one
Christian
• A milestone in the development of banking practices at
the time was marked with wide circulation of suq/saq
(checks) as an instrument of payment
69. BANKING PRACTICES IN EUROPE
• In the course of banking development, the activities of individual
jihbizs were adopted by institutions that are now known as banking
institution
• In the Europe, banking practice and its transaction applied by the
interest instrument (which under fiqh, the interest considered
riba/usury and is therefore unlawful)
• The interest-based transaction flourished when King Henry VIII (in
545), while banning riba, permitted institutions interest as long as it
was not excessive. There are two term about it:
– Usury unlawful
– Interest lawful
• At the last, the interest system dominated the global economic
activities until the 20th
age
• At the same time, Islamic civilization was in a decline and Islamic
states gradually fell into the grips of colonizations of European, so
Islamic economic institution collapsed and were replace by
European economics counterpart, until now.
70. Comparison between Jihbiz and
Banks
JIHBIZ
SIMILARITIES
To accept
deposits; to
channel
financing; to
transfer
money
BANK
To accept
deposits; to
channel
financing; to
transfer
money
=
DIFFERENCES
Individually
managed = Institutionally
managed
72. PENJELASAN SINGKAT
SYARI’AH (ISLAM):
Jalan yang harus ditempuh atau garis yang mestinya dilalui. Di
dalamnya di atur mengenai ibadah dan muamalah
Hukum asal Ibadah:
Segala sesuatunya dilarang dikerjakan, kecuali yang ada
petunjuknya dalam al-Qur’an atau sunnah
Hukum asal Muamalah:
Segala sesuatunya dibolehkan kecuali ada larangan dalam al-
Qur’an atau as-Sunnah
Syari’ah dan Fiqh
Fiqh merupakan penafsiran ulama terhadap syari’ah
74. PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH ISLAM
Bidang yang diperbolehkan syari’ah
Bidang yang dilarang
syari’ah
Tadlis
RibaTaghrir
Persaingan tidak sempurna
Ikhtikar & bai’ najasy
75. PENYEBAB TRANSAKSI DILARANG
Penyebab dilarangnya
transaksi
Haram
zatnya
Tidak sah
akadnya
1. Tadlis
2. Ikhtikar
3. Bai’ Najasy
4. Taghrir (Gharar)
5. Riba
6. Risywah
1. Rukunnya tidak
terpenuhi
2. Syarat tidak
terpenuhi
3. Terjadi Ta’alluq
4. Terjadi “2 in 1”
Haram selain
zatnya
76. HARAM ZATNYA
Transaksi dilarang karena obyek yang ditransaksikan juga
dilarang
Misalnya: minuman keras, bangkai (kecuali ikan dan belalang),
babi
Transaksi barang atau jasa yang demikian ini tetap haram
walaupun akad jual-belinya sah.
Contoh:
Pembelian minuman keras dengan akad murabahah melalui
Bank Syari’ah.
(Zat barangnya haram, namun akadnya sah)
77. HARAM SELAIN ZATNYA (1)
1. Tadlis (melanggar prinsip “an taraddin minkum”
Setiap transaksi dalam Islam harus dilandasi pada prinsip kerelaan kedua
pihak yang bertransaksi
Mereka harus memiliki informasi yang sama tentang barang/jasa yang
diperjual belikan, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan
Unknown to one party dalam bahasa fiqh disebut tadlis.
Tadlis terjadi karena empat hal:
a. Kuantitas pengurangan timbangan
b. Kualitas penyembunyian kecacatan obyek
c. Harga memanfaatkan ketidaktahuan harga pasar
d. Waktu penyerahan penjual tidak mengetahui secara pasti barang
akan diserahkan kepada pembeli
78. HARAM SELAIN ZATNYA (4)
c. Taghrir (Gharar)
Gharar adalah situasi dimana terjadi incomplete information karena adanya
ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi.
Taghrir terjadi bila kita merubah sesuatu yang seharusnya bersifat pasti
menjadi tidak pasti.
Gharar/taghrir terjadi karena empat hal, yaitu:
1) Kuantitas kasus ijon
2) Kualitas menjual sapi masih dalam perut induknya
3) Harga pengambilan margin 20% untuk 1 tahun atau 40% untuk 2
tahun
4) Waktu penyerahan menjual barang hilang seharga Rp. X dan
disetujui oleh pembelinya
79. HARAM SELAIN ZATNYA (2)
2. Melanggar prinsip “la tazhlimuna wa la
tuzhlamun”
Jangan menzalimi dan jangan dizalimi
Praktek yang melanggar prinsip ini adalah:
a. Rekayasa pasar dalam Supply (Ikhtikar)
- Mengupayakan adanya kelangkaan barang
dengan menimbun atau entry barier
- Menjual harga lebih tinggi dibandingkan harga
sebelum munculnya kelangkaan
- Mengambil keuntungan lebih dibandingkan
keuntungan sebelum kejadian I dan II
S1
D
S2
P’
P”
Q2 Q1
80. HARAM SELAIN ZATNYA (3)
b. Rekayasa Pasar dalam demand (Bai’
Najasy)
Rekayasa pasar dalam demand terjadi bila seorang
produsen/ pembeli menciptakan permintaan palsu,
seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu
produk sehingga harga jual produk akan naik.
Cara ini dapat dilakukan dengan cara:
1) Penyerbaran isu
2) Melakukan order pembelian
3) Pembelian pancingan sehingga tercipta sentimen
pasar, bila harga sudah naik sampai level yang
diinginkan, maka yang bersangkutan akan
melakukan aksi ambil untung dengan melepas
kembali obyek yang sudah dibeli
S1
D1
P’
P”
Q2Q1
D2
81. HARAM SELAIN ZATNYA (5)
d. Riba
Dalam ilmu fiqh dikenal jenis riba:
1) Fadl (riba buyu’) riba karena pertukaran barang sejenis yang tidak
memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama
kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya
(yadan bi yadin).
2) Nasi’ah (riba duyun) riba yang timbul akibat hutang-piutang yang
tidak memenuhi kriteria untuk muncul renturn bersama risiko (al
ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi
dhaman). Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban
menanggung beban, hanya berjalannya waktu. Nasi’ah adalah
memastikan sesuatu yang tidak pasti menjadi pasti
3) Qard dan Jahiliyah hutang yang dibayar melebihi dari pokok
pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana
pinjaman pada waktu yang ditetapkan.
83. Berdasarkan tingkat kepastian hasil yang diperoleh, kontrak
dapat dibedakan menjadi
Natural Certainty Contracts
Natural Uncertainty Contracts
TEORI PERTUKARAN DALAM ISLAM
Natural Certainty Contracts/teori pertukaran, adalah
kontrak dalam bisnis yang memberikan kepastian
pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktu. Dalam
bentuk ini:
Cash-flownya pasti atau sudah disepakati di awal kontrak
Obyek pertukarannya juga pasti secara jumlah, mutu,
waktu maupun harganya
84. TEORI PERTUKARAN
OBYEK
PERTUKARAN
‘AYN (aset riil) BI ‘AYN (aset riil)
‘AYN (aset riil) BI DAYN (aset
keuangan)
DAYN (aset keuangan) BI DAYN
(aset keuangan)
WAKTU
PERTUKARAN
NAQDAN
(Sekarang/Tunai)
GHAIRU NAQDAN
(Masa YAD)
85. TEORI PERTUKARAN
‘AYN BI
‘AYN
JENIS BEDA
JENIS SAMA
Kasat Mata
Kualitas dapat
dibedakan
Kasat Mata
Kualitas tidak
dapat dibedakan
upah tenaga kerja yang dibayar dengan sejumlah beras
real asset (‘ayn) dengan real
asset (‘ayn)
Jika tidak dapat dibedakan mutunya, pertukaran
dibolehkan, jika:
Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya)
Mistlan bi mistlin (sama mutunya)
Yadan bi yadin (sama waktu penyerahannya)
Pertukaran kuda dengan kuda
87. TEORI PERTUKARAN
DAYN BI
DAYN
Uang
Non-Uang
Surat berharga
Jenis sama
Jenis Beda
Pertukaran financial asset (dayn)
dengan financial asset (dayn)
Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya)
Yadan bi yadin (diserahkan saat itu juga)
Yadan bi yadin (diserahkan saat itu
juga)
89. TEORI PERCAMPURAN DALAM ISLAM
Natural Uncertainty Contracts/teori percampuran adalah kontrak
dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik dari
segi jumlah maupun waktunya. Tingkat returnnya bisa positif,
negatif maupun nol.
Kontrak-kontrak investasi ini secara sunatullah tidak menawarkan :
Return yang tetap dan pasti. `
Sifatnya tidak fixed dan predetermined.
Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya (baik real asset maupun financial assets)
menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-
sama untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam kontrak demikian ini, keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama.
91. ‘AYN BI
‘AYN
TEORI PERCAMPURANTEORI PERCAMPURAN
Menyumbangkan
keahlian Syirkah
‘Abdan
Jasa/keahlian (real asset)
dicampur dengan uang (financial
asset) Bentuk percampuran ini
disebut syirkah mudharabah
Seorang penyandang dana
memberikan dana dan yang lain
memberikan reputasinya
Bentuk percampuran ini disebut
syirkah wujuh
‘AYN BI
DAYN
Percampuran financial asset
(dayn) dengan financial asset
(dayn)
Jika percampuran antara uang
dengan uang dengan jumlah
sama disebut syirkah
mufawadah; atau jumlah uang
yang dipercampurkan
jumlahnya berbeda disebut
syirkah ‘inan.
DAYN BI
DAYN
92. PRINSIP DAN LANDASAN PENGEMBANGAN
PRODUK BISNIS ISLAMI
LIMA AKAD DASAR TRANSAKSI
SYARI’AH :
TITIPAN (WADI’AH)
Giro Wadi’ah
Tabungan Wadi’ah
BAGI HASIL (SYIRKAH)
Funding
Giro Mudharabah
Tabungan Mudharabah
Deposito Mudharabah
BAGI HASIL (SYIRKAH)
Financing
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Musyarakah
JUAL-BELI (TIJAROH)
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Salam
Pembiayaan Istishna’
SEWA (IJARAH)
Ijarah
Ijarah Muntahia Bittamlik
JASA/FEE( AL UJROH)
Wakalah, Kafalah, Hiwalah, Rahn,
Qard
94. Konsep Uang
• Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dgn
konsep ekonomi konvensional
• Islam= uang adalah uang, bukan capital
• Konvensional= tidak jelas pengertian antara
uang dengan kapital
• Islam= uang adalah flow concept, kapital adalah
stock concept
• Konvensional terdapat banyak pengertian
tentang uang, seperti diungkapkan oleh:
95. Konsep Uang
• Irving Fisher:
– MV = PT, dimana:
• M= Jumlah uang
• V= tingkat perputaran uang
• P= tingkat harga barang
• T= jumlah barang yang diperdagangkan
– Persamaan ini berati:
• Semakin cepat perputaran uang (V) semakin besar pendapatan
(income). Uang adalah flow concept
– Fisher mengatakan: sama sekali tidak ada korelasi antara
kebutuhan memegang uang dengan tingkat suku bunga. Konsep
ini hampir sama dengan konsep Islam, uang adalah flow
concept bukan stock concept
• Marshal-Pigou (Cambridge):
– M= kPT
• M= Jumlah uang
• k= 1/v
• P= tingkat harga barang
• T= Jumlah barang yang diperdagangkan
96. Konsep Uang
• Berdasarkan formula di atas, secara matematis k dapat
dipindahkan ke kiri atau ke kanan, namun secara filosofis
adalah berbeda
• Huruf k pada persamaan Marshal-Pigou menyatakan:
– Demand for holding money adalah suatu proporsi (k) jumlah
pendapatan (PT). Semakin besar demand for holding money (M)
untuk tingkat pendapatan tertentu (PT)
– Berarti: uang adalah stock concept, yang dalam konteks ini, dapat
menjadi alat untuk menyimpan kekayaan (store of wealth)
• Hal ini bukan berarti bahwa perbedaan antara ekonomi
Islam dengan konvensional adalah hanya pada perbedaan
pandangan tentang uang, yaitu: jika Islam uang sebagai
flow concept da konvensional uang adalah stock concept
• Terdapat pertentangan antar ekonomi konvensional
tentang konsep uang antara kaum Moneteris vs Keynesian
• Fisher uang adalah flow concept
• Cambridge uang adalah stock concept
97. Perbedaan Konsep Uang
• Islam
– Uang tidak identik
dengan modal
– Uang adalah public
goods
– Modal adalah private
goods
– Uang adalah flow
concept
– Modal adalah stock
concept
• Konvensional
– Uang sering
diidentikan dengan
modal
– Uang (modal) adalah
private goods
– Uang (modal) adalah
flow concept bagi
Fisher
– Uang (modal) adalah
stock concept bagi
Cambridge School
98. Konsep Uang
• Konsep public goods setelah tahun 1980-an, setelah
adanya perkembangan ekonomi lingkungan, ketika banyak
membicarakan masalah externalities, public good
• Dalam Islam, konsep public goods telah ada sejak
Rasulullah bersabda:
– Tidaklah kalian berserikat dalam tiga hal, kecuali air, api, dan
rumput.
• Dalam pemanfaatan public goods, Islam mendorong
dibentuknya perserikatan melalui musyarakah dan
mudharabah
• Penjelasan Private and Public Goods dapat diibaratkan:
– Private goods = mobil = capital
– Public goods = jalan tol = modal
– Jika mobil tersebut tidak memanfaatkan jalan tol, ia tidak menikmati
sarana tersebut. Dengan kata lain, jika dan hanya jika uang
diinvestasikan dalam proses produksi, kita akan mendapatkan
uang lebih banyak
– Konsep konvensional= baik mobil di parkir di garasi maupun
digunakan di jalan tol tidak ada bedanya
99. Fungsi Uang
• Fungsi Uang (Konvensional)
– Alat pertukaran (medium of exchange)
– Satuan nilai (unit of account)
– Penyimpan nilai (store of value)
• Fungsi Uang (Islam)
– Alat pertukaran (medium of exchange for transaction)
– Satuan nilai (unit of account)
• Imam Al-Ghazali:
– Uang sebagai alat tukar= Dalam ekonomi barter sekalipun, fungsi
uang sebagai unit of account tetap diperlukan. Ghazali
menegaskan: uang itu seperti cermin; tidak berwarna, tetapi dapat
merefleksikan warna = uang tidak mempunyai harga, tetapi dapat
merefleksikan semua harga
– Penyimpan nilai (selama tidak digunakan untuk perjudian) Islam
hanya membolehkan untuk transaksi dan berjaga-jaga, dan
menolak untuk berjudi (spekulasi) Ghazali mengingatkan:
memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang. Jika
banyak uang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang
dapat berfungsi sebagai uang.
100. Perubahan Fungsi Uang
• Sebelum ditemukan koin, komoditas seperti
hewan ternak berfungsi sebagai uang
• Demikian pula logam emas dan perak
• Koin Eropa yang dikenal modern
sebenarnya berasal dari Byzantium dan
negara Muslim.
• Khalifah Abdul Malik bin Marwan pernah
mengganti koin emas (dinar) Byzantium dan
perak (dirham) Persia dengan koin Islam
yang nilainya sama dengan unit of account
101. Perubahan Fungsi Uang
• Uang Barang
– Commodity money= medium of exchange yang
memiliki nilai komoditas apabila komoditas
tersebut digunakan bukan sebagai uang
– Syarat commodity money:
• Kelangkaan (Scarcity)
• Daya Tahan (Durability) store of value
• Nilai tinggi tidak butuh banyak untuk transaksi
– Pada masa lalu yang cocok adalah logam emas
dan perak lama kelamaan dibutuhkan jumlah
yang banyak sehingga uang emas dan perak
tidak efisien lagi.
102. Perubahan Fungsi Uang
• Uang Tanda (Token Money)
– Goldsmith (orang yang meminjamkan uang) dan para
bankir sadar bahwa meminjamkan komoditas seperti
emas dan perak dan mengeluarkan tanda terima
(receipt) akan menghasilkan keuntungan.
– Mereka akan memberikan bunga atas deposit koin
emas dan perak:
• Apabila harga emas batangan naik dan daya beli koin turun,
mereka dapat melebur koin tersebut dalam bentuk batangan.
• Bila harga di luar lebih tingi daripada harga di dalam, mereka
akan menjual ke luar
– Kedua aktivitas tersebut akan memberikan kentungan.
Semakin tinggi frekuensi tanda terima yang berputar
para depositor, goldsmith akan mempunyai kesempatan
lebih besar untuk menggunakan emas dan perak
tersebut dan memperoleh lebih banyak keuntungan
103. Perubahan Fungsi Uang
• Uang Giral (Deposit money)
– Semakin meningkatnya kebutuhan akan uang
perubahan bentuk uang menjadi cek
– Fisher = cek bukanlah uang, melainkan perintah
tertulis (written order) untuk mentransfer uang.
104. Uang dalam Fungsi Utilitas
• Dalam teori klasik, fungsi utilitas uang adalah:
– Ux = f(x1, x2, x3, …, xn), dengan budget constraint
– PiXi + M = y + Mo
• f = fungsi utilitas
• Xi= jumlah komoditas
• Pi= harga komoditas
• M= jumlah uang yang diminta
• Y= pendapatan nominal
• Mo= jumlah awal yang dimiliki
– Uang berarti memiliki fungsi utilitas tidak langsung
– Sedangkan dalam teori neo-klasik, fungsi uang dinotasikan sbb:
• Ux= g[f(x1,x2,x3,…,xn), M,P1,P2,P3,…,Pn]
• Budget constraint= PiPx = E E= PiPx + M – Mo
– Dimana= Pi: harga komoditas; Xi= jumlah komoditas; M= jumlah uang yang diminta;
Mo= jumlah awal yang dimiliki
– Persamaan di atas menunjukkan bahwa uang memiliki fungsi utilitas yang
langsung
– Diakui uang hanya intermediary form, yaitu alat pertukaran dan satuan nilai
– Peran uang secara sentral tercermin dalam hadis Rasulullah (dikisahkan
oleh Bilal Bin Rabah) ia ingin menukar secara langsung 2 sak kurma yang
buruk dengan satu sak kurma yang baik. Maka Rasulullah berkata, Tidak
boleh. Jual dulu kurma yang buruk untuk mendapatkan dinar, lalu belilah
kurma yang baik dengan dinar tersebut.
105. Nilai Waktu Uang
• Islam tidak mengenal nilai waktu uang (time value
of money) nilai uang saat sekarang lebih tinggi
dari nilai uang masa yang akan datang
• Time value of money diambil dari ilmu teori
pertumbuhan penduduk Pt= Po (1 +g)t
• Rumus tersebut diadopsi sebagai teori bunga
majemuk menjadi: FV= PV (1 + i)n
• Jika,
nilai mendatang uang dianalogikan dengan
jumlah populasi tahun ke-t, nilai-kini uang
dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0,
sedangkan tingkat tingkat suku bunga dianlogikan
dengan tingkat pertumbuhan populasi
• Uang bukan makhluk hidup yang dapat
berkembang biak dengan sendiri
106. Nilai-Ekonomi Waktu
• Konsep yang dikenal oleh Islam adalah nilai-ekonomi
waktu
• Misal= dalam menghitung nisbah bagi hasil di bank
syari’ah, return on capital diperhitungkan
• Return on capital tidak sama dengan return on money
karena return on capital tergantung pada jenis bisnis yang
dijalankan dan berkaitan dengan sektor riil
• Return on money berkaitan dengan tingkat suku bunga
• Penentuan nisbah bagi hasil harus dilakukan pada tahap
awal dengan menggunakan projected return
• Jika ternyata actual return bisnis yang dibiayai tidak sama
dengan angka proyeksinya, yang digunakan adalah angka
aktual; bukan angka proyeksi
107. Uang sebagai Flow Concept
• Uang= Flow Concept semakin cepat
perputarannya, semakin baik.
• Dianalogikan dengan gerakan air, sewaktu
air mengalir disebut uang, sewaktu air
mengendap disebut capital
• Wadah tempat mengendapnya adalah
private goods; sedagkan air adalah public
goods
• Apabila air dialirkan maka air menjadi bersih
dan menyehatkan, dan sebaliknya
108. Uang sebagai Public Goods
• Ciri public goods adalah dapat digunakan oleh
masyarakat tanpa mengganggu orang lain.
Contoh: jalan raya
• Semakin uang banyak digunakan maka akan
semakin tinggi tingkat produksi, yang berarti
semakin besar kesempatan memperoleh
keuntungan dari public goods
• Oleh karena itu, penimbunan dilarang, karena
menghalangi orang lain menggunakan public
goods tersebut
• Jadi, jika dan hanya jika private goods
dimanfaatkan pada sektor produksi, kita akan
memperoleh keuntungan
110. Mencapai & Memelihara
Kestabilan Nilai Rupiah
Tugas Bank Indonesia
Menetapkan &
Melaksanakan
Kebijakan Moneter
Mengatur & Menjaga
Kelancaran Sistem
Pembayaran
Mengatur & Mengawasi
Bank Komersial
111. Misi dan
Paradigma
Kebijakan
Paradigma
Kebijakan
Sasaran Initiatif untuk
Mencapai Sasaran
Kondisi
Aktual
Kondisi
Aktual
Nilai-Nilai
Dasar
Nilai-Nilai
Dasar
•Istiqamah dlm memenuhi
prinsip syariah
•Menerapkan prinsip kehati-
hatian dan good corporate
governance
•Berdaya saing dan efisien
•Mendukung kestabilan sistem
perbankan dan memberikan
manfaat yang luas
• Inisiatif Strategis
•Tahapan Implementasi
•Perspektif Mikro
•Perspektif Makro
• Faktor faktor yang
berpengaruh
• Permasalahan utama
KERANGKA BERPIKIR DALAM PENETAPAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH NASIONAL
Visi
113. Towards A Sound Islamic Banking System
Islamic
Banks
Bank Indonesia
(Central Bank)
Policy &
Regulation
Control &
Supervision
Stakeholders
IAI
Asbisindo
Basyarnas
Real Sector
Economic
Growth
Educational
Institutions
Others
Feedback
DSN
114. Efek Pengembangan Perbankan
Syariah Terhadap Sektor Lain
Bank Syariah
Perusahaan
Pembiayaan
Syariah
Asuransi
Syariah
Reksadana
Syariah
Obligasi
Syariah
Pasar Modal
Syariah
Sektor Riil
Berbasis
Syariah
Aspek Hukum
& Perundang-
Undangan
Voluntary
Sector
(ZISWaf)
Kurikulum
Pendidikan
(SMP,SMA,PT)
116. DASAR PEMIKIRAN
•untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
yang tidak mau dilayani oleh bank dengan sistem
bunga
•mengoptimalkan peran sektor perbankan dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan
nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat.
117. Landasan Hukum
Bank Indonesia adalah otoritas pengawasan perbankan
(termasuk perbankan syariah):
Pasal 29 (1) (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU No.10
Th.1998 ttng Perbankan:
Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank
Indonesia
Pasal 8 UU No.3/04 ttg Perubahan atas UUNo.23 Th.1999
ttng BankIndonesia:
Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:
a.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
b.Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c.Mengaturdan mengawasi bank.
118. Bank Umum dan BPR Syariah
Pasal 1 ayat 3 (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU
No.10 /1998:
Bank Umum: bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Pasal 1 ayat 4 (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU
No.10 /1998:
BPR:bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
119. Bank Umum dan BPR Syariah
Pasal 6 huruf m UU No.10 Tahun 1998:
“… Pokok-pokok ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat
antara lain:
a.Kegiatan usaha dan produk-produk
bank berdasarkan prinsip syariah
b.Pembentukan dan tugas Dewan
Pengawas Syariah; …”
120. Pendirian Bank Syariah
Pasal 16 UU No.10 Tahun 1998:
Persyaratan dan tatacara pendirian bank umum dan BPR Syariah
ditetapkan oleh Bank Indonesia
• SK No.32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah
• PBI No.4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002 ttg Perubahan Kegiatan
Usaha Bank Umum Konv menjadi Bank Umum Syariah dan
Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank
Umum Konvensional.
• No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah (mencabut SK No.32/34/KEP/DIR
tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah)
• PBI No. 7/35/PBI/2005 perubahan atas No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank
Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah.
• PBI No.6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang BPR Berdasarkan
Prinsip Syariah
121. Pendirian Bank Syariah
Pendirian Bank Syariah
1. Izin Prinsip
2. Izin Usaha
Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank
Syariah
1. Izin Prinsip
2. Izin Perubahan Kegiatan Usaha
122. Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank
Umum Konvensional
PBI No.4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002
tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Umum Konvensional Menjadi Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan
Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh
Bank Umum Konvensional:
– Pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS)
– Pembukaan Kantor Cabang Pembantu Syariah
(KCPS)
– Unit Syariah (US)
123. Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank
Umum Konvensional
Pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS)
dengan cara:
– Membuka KCS baru
– Mengubah KC konvensional menjadi KCS
– Meningkatkan status KCPS menjadi KCS
Wajib melaksanakan hal-hal sbb:
– MembentukUnit Usaha Syariah (UUS)
– MembentukDewan Pengawas Syariah (DPS)
– Menyediakan modal kerja:
= 2 MuntukKCS di wilayah Jabotabek
= 1 MuntukKCS di luarwilayah Jabotabek
124. Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank
Umum Konvensional
Pembukaan Kantor Cabang Pembantu
Syariah (KCPS)
– Bertempat dan beralamat di KC atau KCP bank
umum konvensional (tidak perlu membangun atau
menyewa gedung kantor sendiri)
– Menginduk kepada KCS dalam satu wilayah kerja
BI (termasuk kliring)
– Wajib mendapat izin dari BI
– Menyediakan modal kerja minimal 500 J di
wilayah Jabotabek dan 250 J di luar wilayah
Jabotabek
125. Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh
Bank Umum Konvensional
Pembukaan Unit Syariah (US)
– Merupakan bagian dari KC atau KCP
konvensional
– Transaksi Produk dan Jasa US dibukukan secara
terpisah dari kegiatan konvensional
– Wajib mendapat izin dari BI
– Menyediakan modal kerja minimal 500 J di
wilayah Jabotabek dan 250 J di luar wilayah
Jabotabek
– Dalam jangka waktu 3 tahun US harus sudah
mengubah KC atau meningkatkan status KCP
dimana US bertempat menjadi KCS
126. Kegiatan Usaha dan Produk Bank
Syariah
Pasal 6, 7 dan 13 UU No.7 Tahun 1992
sbgmn telah diubah dlm UU No.10 Tahun
1998 mengatur kegiatan usaha bank secara
umum
Khusus untuk bank syariah, kegiatan usaha
yang dapat dilaksanakan adalah yang
sesuai dengan Prinsip Syariah
127. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
Pasal 1 angka 13 UU No.10 Th.1998 ttng Perbankan:
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan
(ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)
128. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
(BU)
PBI No. 7/35/PBI/2005 perubahan atas No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank
Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah
Pasal 36:
Bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam
melakukan kegiatan usahanya yang meliputi:
a. melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, antara lain
1. giro berdasarkan prinsip wadi’ah;
2. tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah dan atau mudharabah; atau
3. deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah;
a. melakukan penyaluran dana melalui :
1. prinsip jual beli berdasarkan akad antara lain:
a) murabahah;
b) istishna;
c) salam;
2. prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain:
a) mudharabah;
b) musyarakah;
3. prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain:
a) ijarah;
b) ijarah muntahiya bittamlik;
4. prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh;
129. Kegiatan Usaha dan Produk Bank
Syariah (BU)
c.melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan
berdasarkan akad antara lain:
1. wakalah;
2. hawalah;
3. kafalah;
4. rahn.
d.membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko
sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan
atas dasar transaksi nyata (underlying transaction)
berdasarkan prinsip syariah;
e.membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah
yang diterbitkan oleh Pemerintah dan/atau Bank
Indonesia;
f. menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip
syariah;
g.memindahkan uang untuk kepentingan sendiri
dan/atau nasabah berdasarkan prinsip syariah;
130. Kegiatan Usaha dan Produk Bank
Syariah (BU)
h. menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang
diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar
pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah;
i. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah;
j. melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya
untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
dengan prinsip wakalah;
k. memberikan fasilitas le tte r o f cre dit (L/C) berdasarkan prinsip
syariah;
l. memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip syariah;
m. melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card
berdasarkan prinsip syariah;
n. melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah;
o. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang
disetujui oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan
Syariah Nasional.
131. Kegiatan Usaha dan Produk Bank
Syariah (BU)
Psal 37 :
1) Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36, Bank dapat pula :
a) Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf;
b) melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan
lain dibidang keuangan berdasarkan prinsip syariah seperti sewa
guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan;
c) melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan
prinsip syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan
ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan
d) bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dalam
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
2) Bank syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak
sebagai penerima dana sosial antara lain dalam bentuk zakat,
infaq, shadaqah, waqaf, hibah dan menyalurkannya sesuai
syariah atas nama Bank atau lembaga amil zakat yang ditunjuk
oleh pemerintah.
132. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
(BU)
Pasal 38
1. Bank wajib mengajukan permohonan
persetujuan kepada Bank Indonesia atas produk
dan jasa baru yang akan dikeluarkan.
2. Permohonan persetujuan atas produk dan jasa
baru yang akan dikeluarkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan
fatwa dari Dewan Syariah Nasional.
Pasal 39
1. Bank dilarang melakukan kegiatan usaha
perbankan secara konvensional.
2. Bank dilarang mengubah kegiatan usaha
menjadi bank konvensional.
133. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
PBI No.6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang
BPR Berdasarkan Prinsip Syariah
Pasal 34
BPRS wajib melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
Syariah dan prinsip kehati-hatian yang meliputi:
– menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
melakukan penyaluran dana melalui transaksi jual beli berdasarkan
prinsip murabahah, istishna, ijarah, salam, jual beli lainnya.
– pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah,
musyarakah dan bagi hasil lainnya.
– melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan sepanjang tidak
bertentangan dengan UU Perbankan dan prinsip syariah.
– Produk dan jasa baru wajib disetujui BI
134. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
Pasal 36
• BPRS dilarang mengubah kegiatan usahanya
menjadi BPR Konvensional.
• BPRS dilarang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional
135. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan
Dewan Syariah Nasional (DSN)
Dalam rangka menjaga kegiatan usaha bank
syariah agar senantiasa berjalan sesuai dengan
nilai-nilai syariah
Penjelasan UU No.10 Tahun 1998 Pasal 6 huruf
m : Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia memuat antara lain:
a.Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan
prinsip syariah;
b.Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah
c.Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
136. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan
Dewan Syariah Nasional (DSN)
• DPS wajib mengikuti fatwa dari DSN
• DPS adalah dewan yang ditempatkan di Bank Syariah yang
keanggotaannya ditetapkan berdasarkan rekomendasi DSN yang
bertugas mengawasi penerapan prinsip syariah dalam kegiatan
usaha Bank.
• Keanggotaan DPS harus mendapat persetujuan BI.
• DSN merupakan dewan yang dibentuk oleh MUI merupakan satu-
satunya badan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa
syariah terhadap jenis-jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan
syariah, serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-
lembaga keuangan di Indonesia
137. PENUTUP
• UU No.10 Tahun 1998:
– mengakomodir legalitas hukum baik dari aspek kelembagaan dan
kegiatan usaha bank syariah dengan jelas
– menjadi landasan yuridis yang kuat bagi perbankan dan para pihak
yang berkepentingan.
• UU No.23 Tahun 1998 tentang Bank Indonesia sebagaimana
telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004:
– memberikan landasan hukum yang cukup kuat kepada Bank
Indonesia untuk melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap
perbankan Syariah.
• Pengaturan hukum kegiatan usaha bank syariah secara “equal
treatment regulations”. Namun demikian kadangkala terdapat
pengaturan yang bersifat khusus terhadap kegiatan usaha bank
syariah yang disesuaikan dengan karakter usaha bank Syariah.
138. PENUTUP
• Standarisasi dalam penerapan akuntansi dan audit bank
Syariah yang diperlakukan secara khusus sebagaimana
ditentukan dalam standar internasional untuk akuntansi dan
audit lembaga keuangan syariah yang diterbitkan oleh AAOIFI
Bahrain.
• Dalam kegiatan usaha bank syariah peranan DPS juga sangat
penting dalam rangka menjaga kegiatan usaha bank syariah
agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah.
• DPS harus independen dan terdiri dari para pakar Syariah
Muamalah yang juga memiliki pengetahuan dasar bidang
perbankan.
• Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari DPS wajib mengikuti
fatwa DSN.
• DSN merupakan badan independen yang mempunyai
kewenangan mengeluarkan fatwa syariah terhadap produk dan
jasa lembaga keuangan syariah di Indonesia.