SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
SEJARAH PERKEMBANGAN
KESUSASTRAAN ARAB KLASIK DAN MODERN
oIeh:
Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S.
(Dosen Jurusan Sastra Asia Barat
Fakultas Ilmu Budaya UGM)
Makalah ini dipresentasikan pada
"Seminar lntemasional Bahasa Arab dan Sastra Islam:
Persoalan Metode dan Perkembangannya"
yang diselenggarakan oleh
Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia (IMLA)
di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Bandung, 23-25 Agustus 2007
PANITiA MUNAS In DAN PINBf V 2007
~jAJI ~..JJ ~J:=taJI ~ L2:;1
IITII-tlOUl MUOARRISIIN U AL LUCHAH AL 'ARABIYAH OMLA)
Sckrctariat: Program Pcndidikan Bahasa Arab Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Unz'vers/'Ias P didik I d '~. . , e n z / all n nnesza
II Dr. Sctiabudlii 110, 229 BandLing 40154; Telp.: 022-2013163 ext 2408' Fax' 022-2015411' e-tviail: iml b d @ Ir-r-r-r-r-r--: ' ' " , - , a_ nn ling Q ya 100"
Bandung, 16 Agustus 2007
Nomor :026/PAN-MUNAS 1l1-PINBA V/IMLA/VlII/2007
Lamp, :1(Satu) berkas
Hal :Permohonan Menjadi Pemakalah pada Seminar Intemasional Bahasa Arab
dalam Rangka Muktamar Nasional Ill dan P1NRA V lMT.A ?nr)7
Kcpa da YtlL Dr.H.Fadlil Munawwar Manshur, MS
Ju rusan Asia Barat / Bahasa Arab Fa kultas Ilrnu Budaya
Universitas Cajah Mada
YGYAKARTA
Dengan ini Panitia Mu'tamar Nasional III dan Pekan Ilmiah Nasional V
Itihadul Mudarrisiin Ii Allughah al A'rabiyah (IMLA), mengundang Bapak
untuk rnenjadi Pemakalah pada Seminar Intemasional Bahasa Arab dalam
Rangka Muktamar Nasionalll Ldan PINBA V IMLA 2007,
Pada acara tersebut, kegiatan utamanya adalah Seminar lnternasional
Bahasa Arab dengan pembicara para pakar bahasa Arab dari Timur Tengah,
Negara Sahabat dan dari Indonesia, serta Pemilihan Pengurus IMLA Pusat
Periode 2007- 20II, Peserta yang diundang adalah Pengajar Bahasa dan Sastra
Arab Perguruan Tinggi se-lndonesia, Pondok Pesantren dan SLTA Se Jawa
Barat, Pengurus IMLA Pusat dan Daerah. Jumlahnya kurang lebih 300 orang,
Tcmpat Pernbukaun dan Pelaksanaan Sidang-sidang di D1VLAT
TELKOM JI. Gegerkalong Hilir No, 47 Bandung. Adapun waktunya Insya Allah
akan dilaksanakan pada tanggal 23-25 Agustus 2007,
Demikian surat ini kami sampaikan dan semoga mendapat perhatian
Bapak pada waktunya. Terirnakasih
Ketua
&
PANITIA MUNAS III ~
lOUR DAN PINBA V 200'!l . I
~y.J1 ;.ill«);.)l)lj( ---vI

Drs.H. IDudung Rahmat Hidayat, M,Pd
~
~
j.
-
~
~~
-
~
~
71..
~~
ra
--::J~
.~~
~
-
~
~Ji
1------
1-
SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB
KLASIK DAN MODERN
1. Pendahuluan
Sastra adalah bagian dari entitas budaya yang praktiknya tercennin dalam
karya-karya sastra. Semua kebudayaan dan peradaban di dunia mengalami suatu
periode perubahan yang mendalam (Peursen, 1990:72), tennasuk kebudayaan dan
peradaban bangsa Arab dengan segala totalitasnya. Para penulis Arab telah banyak
mewamai peradaban manusia dengan keahlian dan kecakapan khas mereka dalam
bersastra. Peradaban itu berkaitan dengan term kolektif untuk menunjukkan kondisi
suatu masyarakat yang beradab (Weintraub, 1969:27). Di antara ciri masyarakat
beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya dalam
entitas budaya yang adiluhung. Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Arab
mampu mengkreasi budaya sehingga dapat mencapai tingkat peradaban yang tinggi,
yang tercermin, antara lain, pada produk budayanya yang berwujud karya sastra
berbentuk puisi, prosa, dan drama.
Sastra Arab, sebagai entitas budaya, sudah tentu mencenninkan pikiran dan
perasaan bangsa Arab dengan segala kelebihan dan kekurangarmya. Dalam konteks
kelebihan bangsa Arab, maka tidak ada pencapaian kebudayaan dan peradaban
manusia yang mampu menunjukkan nilai-nilainya yang paling otentik dan khas
kecuali apa yang telah dicapai oleh kesusastraan Arab. Puisi adalah diantara bentuk-
bentuk dominan karya bangsa Arab dan secara spesifik yang membedakarmya
dengan bangsa lain. Pembicaraan ini mendapatkan pembenararmya dengan adanya
fakta tentang pengaruh besar sastra Arab - dalam struktur maupun fungsi - atas sastra
lain yang secara langsung bersentuhan dengannya, seperti, sastra Persia, Turki,
Indostanik, dan yang secara tidak langsung di antaranya adalah sastra (puisi)
Gregorian, sastra Ibrani Abad Pertengahan, dan bahkan sastra Barat sekalipun. Sastra
Arab meninggalkan jejaknya sampai menjelang permulaan era puisi-puisi tradisi
Romawi (Cantarino, 1975).
Jika diperhatikan klasifikasi puisi formal Yunani, maka puisi Arab tampak
sangat lyricue bila dibandingkan dengan puisi Yunani yang lebih naratif dan
cenderung dramatique. Puisi Arab lebih memiliki fungsi sosial daripada individual
karena kehadiran audiens dipertimbangkan di dalarrmya, terlebih kabilah yang
menjadi asal daerah sang penyair. Puisi Arab walaupun pada hakikatnya bukan
sebuah epique, tetapi dia memiliki kualitas untuk disebut sebagai epique. Terlebih
dari style dan term yang dikandungnya. Puisi epique (asy-si'rul-qashashy) adalah
ungkapan kejadian yang diceritakan dalam bahasa puisi, baik yang bermetrurn
maupun yang tidak bermetrum (Zaydan, 1996:53).
Puisi epique Arab dapat dilihat pada tema-tema kisah kepahlawanan dan
keberanian anggota kelompok kabilah tertentu dalam menaIitang realitas kehidupan
gurun yang keras. Adapun tema-tema kematian banyak mendapatkan perhatian dan
diekspresikan dalam puisi-puisi elegi. Puisi elegi berisi renungan mengenai aspek-
aspek tragis dalam hidup manusia, bertepatan dengan meninggalnya seorang kekasih
atau peristiwa menyedihkan (bdk. Hartoko, 1986:37). Tema-tema kesenangan hidup
duniawi seperti cinta, anggur, judi, perburuan, dan ketangkasan berkuda juga
menjadi tema-tema yang tidak jarang dieksplorasi dalam puisi epique (Badawi,
1975:2). Dalam konteks ini, tujuan ekspresi puisi adalah kreasi suprapersonal dan
nilai-nilai abadi (Steiner, 1977:2) dari pengarangnya, yaitu nilai-nilai yang tumbuh
subur dalam kebudayaan bangsa Arab.
Tema-terna puisi yang ditulis berhubungan erat dengan model metrurn yang
dipakai, yang pada umurnnya sangat rurnit. Seperti halnya konsep formula dalarn
tradisi lisan (puisi) Yugoslavia, dalam puisi Arab dikenal juga formula, yaitu
kumpulan kata yang sering digunakan pada kondisi metrurn yang sarna untuk
menyatakan sebuah gagasan esensial (Lord, 1981). Formula dalam puisi Arab dapat
dilihat pada penggunaan satu metrurn dan satu rima. Hal ini menjadi bukti yang jelas
betapa penting pola bunyi dalam puisi Arab, apalagi bahasa yang digunakan dalarn
puisi adalah bahasa khusus yang berbeda dengan bahasa sehari-hari (Scholes,
1977:22) yang tentu saja diperlukan pemahaman yang khusus pula karena bunyi kata
dalam tradisi lisan mempunyai arti yang berbeda-beda,
Keunikan puisi Arab terlihat pula apabila puisi panjang (kasidah) yang sering
kali menjadi tampak pendek bila dibandingkan dengan puisi-puisi Eropa. Satu baris
dalam puisi Arab, biasanya dibagi menjadi dua, dengan pembagian metrurn yang
sarna, dan secara umum dengan pola rima di permulaan puisi, khususnya dalam
kasidah. Kasidah tidak seperti potongan qith 'a yang sangat panjang dengan struktur
2
yang terbagi-bagi. Pada zaman pra-Islam, puisi, yang disebut mu'allaqdt, sebagian
besar ditulis dalam model kasidah.
Oleh penulisnya, pembukaan kasidah-kasidah tersebut sering diawali dengan
kata nasib yang maknanya berhubungan dengan rasa cinta dan kasih sayang atau
menaruh iba pada diri sendiri. Untuk melupakan bayangan wajahkekasihnya itu, dia
melakukan perjalanan panjang melintas dan menembus gurun dengan ontanya.
Penyair mengakhiri puisinya dengan kata-kata pujian yang diperuntukkan bagi
dirinya sendiri atau kabilahnya, bersamaan dengan itu, ia menyindir atau
memperolok musuh-musuhnya atau musuh kabilahnya (Badawi, 1975:3). Formula
nasib ini masih digunakan oleh para penyair Arab pada masa Umayyah karena
dipandang sebagai ciri khas puisi Arab yang mengutamakan ungkapan perasaan yang
dalam dan jujur (Zaydan, 1996:252).
2. Keunikan Puisi Arab
Pada zaman Arab pra-Islarn, puisi Arab menjadi fondasi utama dan
dipandang sebagai sandaran dalam kaidah berpuisi. Dari sudut pandang prosodic,
secara praktik, semua memang merujuk pada masa tersebut. Model puisi yang lazim
pada masa itu adalah puisi dengan enam belas metrum dengan struktur bergabung,
tanpa rima, yang penggunaannya hanya dalam puisi-puisi serius saja. Itu pun dengan
rima tunggal (monorhym). Akan tetapi, kemudian terdapat sedikit inovasi, khususnya
yang terjadi di wilayah Spanyol Islam pada abad ke-ll, dengan model puisi strophic
atau stanzaic yang di sana lebih dikenal dengan nama muwashshah. Puisi-puisi
dengan terna cinta dan kasih sayang, yang penuh dengan imagery gurun banyak
disukai oleh sebagian besar penyair, dan gaya ini terus berlangsung sampai pada
dekade pertama abad ke-20. Genre yang sering ditulis dan menjadi domain puisi
zaman pra-Islam adalah : puji-pujian (fakhr), madich, satire .{hija'), elegi (ritsd '),
deskripsi (wash/) dan puisi-puisi cinta (ghazal). Puisi religius atau puisi asketik
(zuhd) adalah satu pengecualian walaupun sebenamya terdapat banyak puisi yang
berbicara tentang moralitas seperti yang ditulis oleh Ka'ab bin Zuhayr pada zaman
pra dan awal kelahiran Islam (Badawi, 1975:3).
Dengan kelahiran Islam, sebagai agama baru, muncul beberapa perubahan.
Sebagaimana yang juga terjadi pada puisi pada awal masa Anglo Saxon Kristen,
3
yang saat itu Kristus dan murid-muridnya dipandang dan digambarkan dalam tenn-
term pagan. Kelahiran Muhammad saw telah menandai dimulainya era baru yang
mengubah tatanan hidup dan ideologi bangsa Arab yang dimulai dari Mekkah dan
Madinah dengan Alquran sebagai fondasi tatanan masyarakat baru tersebut (Bakalla,
1984:136). Kedatangan Islam dengan Alquran sebagai fondasi utamanya, mampu
memberikan pengaruh terhadap perkembangan puisi pada saat itu karena para
penyair muslim generasi pertama adalah orang-orang Arab yang berkarya dalam
sebuah tradisi yang telah mempunyai konvensi dan aturan yang mapan. Para penyair
itu terpengaruh oleh sastra dan keindahan Alquran (al-Khuly dan Zayd, 2004:87).
Perkembangan penting setelah berdirinya agama baru tersebut adalah
munculnya model puisi-puisi baru, yaitu puisi cinta, yang walaupun ditulis dengan
penuh perasaan, tetapi secara umum ia bebas dari tendensi dan emosional serta
khayalan biasa. Sejumlah penyair mulai menggabungkan diri dalam model puisi baru
ini. Puisi ini adalah prototype bagi puisi-puisi cinta Abad Pertengahan Eropa yang
kemudian lebih dikenal dengan nama al-Hawal-Udzry (diambil dari nama suku,
Udzra), Mereka adalah Kuthayyir 'Azza, Jamil Buthayna, Ghaylan Mayya, dan
Layla Majnun, Satu dari mereka, Layla Majnun, menjadi subjek legenda penting dan
menarik bagi drama Arab modem.
Dalam puisi-puisi cinta, .biasanya sang penyair banyak menggambarkan
wanita-wanita cantik dan ideal. Di antara tema-temanya adalah saling kepercayaan,
adanya seorang utusan, pengkhianatan, dan pertengkaran. Sebagaimana
dikemukakan oleh Professor Arberry, terna-tema konvensional ini berkembang
terutama dalam puisi-puisi zaman Abbasiyyah. Ungkapan yang seringkali digunakan
di antaranya adalah: 'hati yang terbakar dan mata yang menangis darah, tatapan mata
sang kekasih laksana pedang yang menusuk hati'. Hiperbola dan tema-tema sejenis
mirip dengan puisi cinta konvensional gaya Elizabeth. Dalam hal ini, memang puisi
Arab secara dominan ditandai dengan perasaan Cathifah) dan imajinasi (al-khaydli
(Sa'iy, 1985:73) penyaimya yang menggambarkan realitas zamannya.
Pada abad ke-l l , di Spanyol Islam, khususnya puisi cinta Ibnu Zaydun
terlihat sangat mencolok dengan penulisan yang dipadukan dengan kelembutan dan
keindahan perasaan (Badawi, 1975:4) yang dalam ilmu sastra disebut estetika. Jan
Mukarovsky menyebut estetika sebagai ilmu yang membahas tentang keindahan
4
(Burbank and Steiner, 1978:29). Dalam hal ini, sesungguhnya fondasi sastra Arab
adalah keindahan (al-jamal) seperti halnya fondasi ilmu adalah kebenaran (al-
chaqiqah) dan fondasi moral adalah kebaikan (al-khayr) (ath-Thanthawy, 1992:150).
Jadi, perkembangan sastra Arab di Spanyol Islam telah mengenal konsep estetika
yang dengannya karya-karya sastra Arab, termasuk kasidah, tampil dengan kata-kata
yang indah, yang mengungkap pikiran dan perasaan pengarangnya tentang
kecakapan, moralitas, dan kebajikan.
Kasidah, yang dinilai sebagai puisi serius dengan rima dan metrurn tunggal,
serta majaz-rnajaz gurunnya tetap menjadi model puisi ideal bagi banyak penyair.
Demi alasan yang lebih baik ataukah sebaliknya, para penyair pada masa awal
Dinasti Umayyah memperlihatkan satu kecenderungan bahwa mereka meniru dan
terpengaruh dengan model puisi zaman pra-Islam, yang di dalamnya banyak berisi
pujian dan sanjungan atas patron mereka.
Masa Dinasti Umayyah juga melahirkan penyair-penyair Naqa'id, seperti
Jarir dan Farazdaq yang sampai beberapa tahun saling berdebat lewat puisi-puisi
mereka. Pada masa Dinasti ini, muncul tema-terna politik dan polemik yang
menggambarkan pergulatan politik dan aliran keagamaan. Pada masa ini, Islam
mencapai prestasi pembebasan wilayah yang luar biasa sehingga memunculkan
puisi-puisi yang bertema pembebasan, dakwah Islam, dan tasawuf. Para penyair yang
terkenal pada masa Dinasti Umayyah disebut al- 'Udzriyyiin, antara lain Dzur-
Rimach, Farazdaq, Jarir, Akhthal, dan Qays Ibnu al-Mulawwich. Nama yang terakhir
terkenal dengan sebutan Majnfm Layla (Mucharnmad, 1982:152;
www.geocities.com) atau populer juga dengan nama Layla Majnun, sebuah karya
sastra Persia, yang berasal dari kesusastraan Arab.
Kisah Layla Majnfm sangat populer dan mendapat sambutan besar di dunia
Timur, khususnya di Timur Tengah dan Asia Tengah yang meliputi negara-negara
Arab, Turki, Iran, Afghanistan, Tajikistan, Kurdistan, India, Pakistan, dan
Azerbaijan. Pada Abad Pertengahan, kisah Layla Majnfm memberikan pengaruh
besar terhadap tradisi sastra Barat, dan pada abad ke-13 Masehi, sastra epic Jerman
karya Gottfried Strassburg yang berjudul "Tristan und Isolde" dan juga fabel Prancis
karya Shakespeare abad ke-16 Masehi, yang berjudul "Aucassin et Nicolette",
mendapat pengaruh besar dari kisah LaylaMajnOn (Guinhut, 1998:1). Para sastrawan
5
Arab, seperti Dzur-Rimach, Farazdaq, Jarir, Akhthal, dan Qays Ibnu al-Mulawwich
(Brockelmann, 1937:87) banyak membawa perubahan dalam kehidupan kesusastraan
Arab, khususnya puisi yang sangat digemari oleh para bangsawan Arab Dinasti
Umayyah.
Pada masa Umayyah tugas utarna penyair istana (pourt of court) adalah
menggubah puisi yang berkisah tentang prestasi yang telah dicapai oleh para
pembesar kerajaan dan mengabadikan nama mereka di dalamnya. Tentu saja, muncul
beragam macam suara yang tidak sependapat dengan fenomena ini. Bagi mereka, ini
adalah sesuatu yang tidak relevan dan absurd menerapkan model puisi zaman pra-
Islam dalam kehidupan modern. Lebih-lebih dengan adanya perluasan wilayah
Abbasiyyah bersamaan dengan tingkat kehidupan dan peradaban yang telah
mengalami kernajuan. Si 'penyair udik', Abu Nawas adalah satu dari mereka itu. la
adalah penyair yang biasa membaca puisi sambiI minum khamr (anggur), walaupun
sesungguhnya, menurut Dr. Syauqy Dhayf, ia bukanlah penyair pertama Arab yang
suka melakukan hal itu (' Asyiyyi, 1973 :29).
Pembukaan puisi dengan mengeksploitasi kenikmatan anggur biasa
digunakan sebagai ganti pembukaan puisi yang selalu dimulai dengan kata-kata
perkabungan. Akan tetapi, reaksi melawan kecenderungan umum yang konvensional
ini tarnpaknya hanya berjalan setengah hati. Abu Nawas sendiri tetap mengikuti
praktik tradisional dalam banyak karya puisinya, seperti memunculkan tema-tema
yang bersifat oposisi biner antara realisme dan imajinasi, antara kebendaan dan
kerohanian, dan pujian yang berlebihan terhadap seseorang atau sesuatu yang
menjadi objeknya (al-Ayyuby, 1984:378).
Sebagian besar penyair di separuh abad pertama kekuasaan Islam adalah
orang Badui, dengan segala atribut klasik mereka. Sebuah fakta yang tidak
terelakkan adalah bahwa banyak dari pangeran dinasti Umayyah yang berimajinasi
dan suka berperilaku seolah mereka adalah para pemuka suku Arab Badui ketika
sedang berada dalam tenda-tenda padang pasir. Bila mereka sedang berburu,
sebagian besar bangsa Arab mumi zaman Islam menghindari lingkungan padang
pasir; mereka lebih memilih tinggal di wilayah perkotaan dan menetap di tempat itu
sehingga berpengaruh pada masuknya orang-orang non-Arab ke dalam agama barn,
Islam, dan membangun sebuah kebudayaan dan kekuatan barn pula (Beeston, 1977).
6
Oleh karena itu, segera setelah kekuatan politik dinasti Umayyah mulai
goyah, kekuatan barn ini mulai mempersiapkan langkah, menciptakan aliran-aliran
barn dalam puisi dengan sentuhan dan konsep lebih modem daripada sebelurnnya.
Bassar Ibnu Burdin (selanjutnya disebut Bassar) berada di garda depan gerakan ini.
Banyak dijumpai perubahan fundamental dalam bait-bait puisi cinta yang ditulisnya.
Dalam hal ini, Bassar berusaha keras mecoba menemukan cara-cara barn dalam
penulisan puisi. Hal itu ditandai dengan penghematan dalam penggunaan kata serta
pengungkapan perasaan jiwa yang berbeda dari puisi orang Badui.
Usaha Bassar ini hampir mirip dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Cowper
dan Wordsworth ketika menentang gaya puisi Agustian yang muluk-rnuluk.
Tindakan ini telah membuat Bassar memperoleh popularitas yang besar, khususnya
di kalangan generasi muda. Akan tetapi, popularitas itu tidak serta merta
menawarkan kehidupan yang lebih baik kepadanya. Karena kebutuhan hidupnya,
sebagai seorang penyair profesional, sebenamya ia bergantung pada pemberian atau
hadiah yang diberikan oleh sang patron atas puisi pujian yang dibacakan untuknya,
sementara mereka biasanya lebih menyukai puisi-puisi gaya tradisional daripada
modem. Sebenamya, bagi sang penyair sendiri menulis puisi tradisional ataupun
modem bukan satu masalah yang berarti karena mereka bisa menulis kedua model
itu.
Ada sebuah puisi yang dimulai dengan kata Bakkira Shachibayya. Melalui
PUlSl ini sebenamya sang penyair bermaksud menunjukkan keahliannya dalam
memanipulasi gaya lama sekaligus menunjukkan keakrabannya dengan 'keanehan'
gaya tersebut. Akan tetapi, gaya demikian jarang dipakai dalam puisi-puisi cinta.
Bassar, penyair tunanetra dari Basra ini, sebenamya ketika melukiskan kehidupan
gurun, dia tidak mengalaminya secara langsung, tetapi hanya menggubah dari karya
master pendahulunya. Para pembaca puisi Arab di Eropa yang memahami betul
keunggulan puisi Badui tentu akan mengesampingkan peran penyair lain (Beeston,
1977).
Dalam kaitannya dengan upaya memahami puisi-puisi Bassar, temyata
Kamus Bahasa Arab Modern karya Hans Wehr telah memuat seluruh kosa kata
penting yang dibutuhkan dalam membaca puisi modem Bassar, Menguraikan makna
puisi bagaimanapun akan selalu berbenturan dengan problem kosa kata (Beeston,
7
1977). Kamus Hans Wehr tersebut sampai abad ke-20 masih tetap dijadikan rujukan
bagi perkembangan leksikologi dan leksigrafi Arab, bahkan dicetak ulang berkali-
kali, yaitu pada tahun 1961, 1966, 1971, dan 1974, diterbitkan oleh Libraire du Liban
Beirut dan Macdonald & Evans Ltd. London, dan diedit oleh 1. Milton Cowan,
seorang leksikolog dari Ithaca, New York Amerika Serikat (bdk. Wehr, 1980).
Pada sisi yang lain, puisi Arab yang paling baik adalah puisi yang mampu
menunjukkan unsur musikalitas sehingga siapa pun yang mendengarnya akan
terbawa oleh alunan irama serta ritmenya. Dengan demikian, upaya menguraikan
makna puisi Badui adalah pekerjaan yang rumit. Puisi Bassar terkadang
menggunakan kata kiasan yang terlalu tinggi padahal puisi Badui biasanya tidak
demikian. Sebagian puisi Bassar juga tetap menggunakan gaya lama, yaitu satu kata
dipakai untuk menggambarkan beragam image (Beeston, 1977).
Dominasi model puisi tradisional ini, secara tidak langsung, mendapat banyak
dukungan di lapangan sastra, budaya, dan sosial karena kecenderungan umum dalam
pikiran orang Arab adalah memegang tradisi lama. Apa pun alasan yang
dikemukakan, semua bersumber dari keterbatasan tema dan ide. Sebagai hasilnya,
banyak penyair yang akhimya terjebak dalam gaya dan bentuk semata. Dalam tradisi
dimana rhythm dan suara (pola bunyi) memainkan perannya yang penting, maka
mempertimbangkan struktur dan gaya menjadi faktor yang tidak terelakkan. Dengan
demikian, hal ini juga bermakna bahwa tugas seorang penerjemah puisi Arab
menjadi sangat berat dan sulit. Bagaimanapun, selama berabad-abad, prinsip yang
berlaku bagi penyair adalah bahwa mereka tidak hanya mengungkapkan apa yang
dirasakan dan dipikirkan, tetapi lebih dari itu, mereka harus menuliskan puisi-puisi
itu dalam bentuk dan susunannya yang paling indah. Hal ini dipandang sebagai
perkembangan positif, setidaknya dalam lapangan kritik sastra.
Dalam analisis style, bahasa puisi, terutama metafora dan majaz, para kritikus
Arab Abad Pertengahan sampai pada kesimpulan bahwa sebenamya banyak karya
yang ditulis dengan bahasa yang halus dan modem. Seorang kritikus Anglo-
American seperti LA. Richards bahkan sudah menujukkan adanya hal tersebut pada
delapan atau sembilan abad yang lalu. Akan tetapi, dalam penulisan kreatif, perhatian
penyair serta gaya yang dimilikinya banyak termanifestasikan dalam aliran penulisan
yang disebut badi'. Kata badi' sendiri secara harfiah berarti baru, tetapi kata itu biasa
8
digunakan untuk menunjukkan sebuah style puisi yang tinggi. Dalam konteks ini,
penyair modern meneoba untuk mengungkapkan individualitas dan orisinalitasnya
berhadapan dengan unsur-unsur lama. Di tangan para penyair besar seperti Abu
Tammam (805 Masehi) dan al-Mutanabby (915 Masehi), puisi-puisi panjang berubah
menjadi style yang heroik, yang menggambarkan maksud (intention) pengarangnya
untuk menggelorakan semangat kepahlawanan bagi para prajurit dalam perluasan
wilayah Islam ke berbagai kawasan.
3. Sastra Arab: antara Kemunduran dan Kemajuan
Perkembangan penting lain dalam puisi Arab sebagai akibat dari perluasan
wilayah kekuasaan Islam seeara geografis adalah perkembangan dan perluasan
wawasan orang-orang Arab. Berhubungan dengan ini, ada dua hal yang perlu
diperhatikan. Pertama adalah muneulnya genre deskriptif, terutama dalam puisi-puisi
Abu Nawas dan model puisi-puisi alam yang menggambarkan pemandangan gurun
yang banyak dijumpai di wilayah Spanyol Islam, Sisilia, dan Afrika Utara. Kedua,
adalah berkembangnya puisi sufistik yang meneapai puncaknya dalam karya penyair
Mesir, Ibnul-Farid (1182-1235) dan penyair Andalusia Ibnu Araby (1165-1240).
Pada masa Mamlfik dan Utsmany, para penyair lebih terfokus pada bentuk dan eara
ekspresi, kelihaian verbal mereka pada akhimya mengalami degradasi dan jatuh
dalam akrobat kata-kata semata (Badawi, 1975:6).
Sebagian sejarawan sastra bersepakat bahwa sastra Arab pada masa Utsmany
- periode yang dimulai dengan penaklukan Utsmany atas SOOah (I510) dan Mesir
(1517) sampai pada masa ekspedisi Napoleon ke Mesir (1798) - dicatat sebagai masa
kemunduran kebudayaan Arab. Akan tetapi, tentu saja periode ini tidaklah betul-
betul mengalami kemunduran total sebagaimana tertulis dalam banyak buku sejarah.
Sarjana seperti Gibb dan Bowen teguh dengan pendiriannya bahwa "menolak semua
nilai penting sastra Arab abad ke-18 sungguh sangat tidak beralasan". Bahkan Gibb
dan Bowen mengakui sastra Arab tetap sangat menarik walaupun pada saat kondisi
masyarakat yang melahirkannya mengalami kelelahan. Upaya penegakan kembali
sastra Arab dengan gerakan yang seeara luas dikenal dengan Nabda atau al-Inbi 'dts
yang bermakna Renaissance, untuk pertama kalinya dimulai di Lebanon, SOOah, dan
9
Mesir. Dari ketiga negara tersebut gerakan ini menyebar luas ke belahan dunia Arab
yang lain (Badawi, 1975:6).
Akan tetapi, dalam perkembangan sastra Arab berikutnya, ternyata di Suriah
keadaannya menjadi terbalik dan cukup memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat pada
stagnasi kehidupan sastra Arab yang ditandai, antara lain, dengan tidak adanya
majalah sastra, kecuali hanya "ath-Thali'ah" yang diterbitkan oleh para lulusan
perguruan tinggi Eropa. Selain itu, novel-novel pun tidak banyak bermunculan,
kalaupun ada, para penulisnya sulit mendapatkan penerbit yang berminat
mempublikasikannya. Para sastrawannya (penyair) seolah-olah sedang "tidur
panjang" (an-naumuth-thowils sehingga tiap lima tahun hanya bisa terbit satu
kasidah yang bermutu (ath-Thanthawy, 1992:166-167).
Pada abad ke-18, gejala stagnasi itu makin tampak ketika negara-negara
Arab berada dalam wilayah provinsi kekaisaran Utsmany yang mulai mengalami
kemunduran sehingga wilayah ini terisolasi dari gerakan intelektual yang terjadi di
Barat. Provinsi-provinsi pada kekaisaran ini hidup dalam keterkungkungan dan
keterbelakangan budaya. Pada saat yang bersamaan terjadi ketidakstabilan politik di
wilayah-wilayah kekuasaan Turki yang menyebabkan urusan pendidikan menjadi
terbengkalai, jumiid, dan hanya mementingkan pendekatan teosentris belaka. Tidak
ada ide-ide barn dan inisiatif yang dilahirkan. Kedudukan bahasa Arab selama
kekuasaan Turki digantikan dengan bahasa Turki sebagai bahasa resmi
pemerintahan. Dengan demikian, kebudayaan Arab mengalami kelumpuhan,
termasuk di dalamnya adalah sastra. Tidak banyak karya yang mampu dihasilkan.
Semua terjebak dalam romantika kejayaan masa lalu, sebagai akibatnya adalah
keterputusan generasi. Pandangan-pandangan lama sastra Abad Pertengahan tetap
mendominasi lapangan sastra. Tidak ada pembaruan dalam bersastra, hampir
semuanya adalah peniruan-peniruan gaya atau model-model lama (Badawi, 1975:7).
Sebagian besar puisi Arab abad ke-l S diramaikan dengan kata-kata yang
bemuansa 'akrobat'. Apa yang dilakukan penyair adalah untuk menarik dan
memberikan kesan bagi audiensnya, dengan cara memanipulasi kata-kata tertentu
dan menambahkan beberapa efek khusus. Mereka berlomba-lomba satu sarna lain
dalam membuat puisi-puisi dengan cara barn ini, yaitu setiap kata dalam puisi ini
dibuat sarna, atau kata-kata tersebut dimulai dengan huruf-huruf yang sarna, atau
10
setiap huruf dan kata dibubuhi titik-titik. Ada juga yang menuJis puisi dengan cara
memulainya dari belakang. Fenomena gaya penuJisan yang tidak serius ini juga
dijumpai dalam badi' (Badawi, 1975:7). Kondisi sastra Arab pada masa yang
memprihatinkan itu disebut sebagai kitsch, yaitu seni semu, yang oleh Eco, seorang
linguis Italia, disebut "sebuah dusta struktural" (bdk. Hartoko, 1986:73). Artinya,
dusta yang dibuat secara sengaja oleh penyair karena kebuntuan pikiran dan daya
imajinasinya yang dangkal sehingga puisi-puisi yang dihasilkannya tidak bermutu.
4. Sastra Arab dan Sastra Eropa : Dua Entitas yang saling Mempengaruhi
Dalam konteks teori puisi, LA. Richard, seorang penganut madzhab New
Criticism, mengatakan bahwa intention (maksud) pengarang dalam karya sastra
(puisi) itu penting. Pemyataan ini mengisyaratkan bahwa kedirian dan maksud
pengarang dalam analisis teks sastra patut dipertimbangkan. Oleh karena itu, untuk
menilai penampilan penyair, maka intention memainkan peranan penting karena
pembaca akan mengetahui apa yang dimaksudkan oleh penyair (Lambropoulus &
Miller, 1987:103). Dalam buku yang berjudul Principles ojLiterary Criticism yang
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1924, Richards berpolemik secara radikal
dengan T.S. Eliot tentang keterlibatan pengarang dalam analisis teks sastra
(Jefferson, 1987:73-74). Dalam polemik itu, T.S. Eliot yang juga seorang Anglo-
American (Erlich, 1964:253) mengatakan bahwa tidaklah relevan apabila maksud
pengarang dihubungkan dengan karyanya (Olsen, 1987:28), artinya, para tokoh cerita
di dalam karya itu tidak mungkin dapat diidentifikasi melalui pengarangnya
(Chatman, 1980:147). Dalam konteks ini, Eliot meniadakan kedirian dan intention
pengarang dalam karya yang diciptanya. Konsep meniadakan keterlibatan dan
intention pengarang dalam memahami sebuah teks sastra disebut intentionalJallacy,
sebuah konsep yang dimunculkan oleh W.K. Wimsatt dan -Monroe C. Beardsley
(LambropouJos & Miller, 1987:103).
Perdebatan teori sastra seperti yang terjadi di Barat, juga muncul di dunia
sastra Arab karena para penulis Arab banyak yang meresepsi teori-teori sastra Barat.
Hal ini dapat dilihat pada buku karya Syafi' as-Sayyid (2005) yang berjudul
Nazhariyyatul-Adab, Dirdsatun fil-Maddrisin-Naqdijyatil-Chaditsah yang dengan
jelas dan detail membahas tentang polemik antara madzhab sastra yang memandang
11
intention pengarang itu penting dengan yang menganggap intention tidak perlu ada
dalam analisis sebuah teks sastra Budaya "menerima dan memberi" antara tradisi
Arab dan Barat dalam dunia sastra merupakan suatu hal yang menarik, tennasuk
dalam pengembangan teori sastra Arab. Pada awalnya, Barat banyak meresepsi
karya-karya sastra Arab yang dipandang masterpiece yang kemudian ditiru model
dan konsepnya oleh para penulis sastra Barat. Kemudian lahirlah karya-karya sastra
Barat yang dipandang masterpiece, yang juga diresepsi oleh penulis sastra Arab.
Kembali pada masalah individualitas dan orisinalitas puisi Arab, yang
berkaitan erat dengan tarik-rnenarik antara mempertahankan konvensi lama dengan
menganut model baru, dapat dikatakan bahwa kernenangan-kemenangan dalam
peperangan banyak yang diabadikan dalam puisi-puisi model baru. Al-Mutanabby
juga berupaya keras untuk keluar dari konvensi lama. Abul-'Ala 'al-Ma'am, seorang
penyair .buta Suriah (973-1058), dengan sangat percaya diri, mampu keluar dari
konvensi-konvensi lama dalam berpuisi, ia tidak lagi menuliskan kata-kata pujian
untuk sang patron dalam pembukaan puisinya sebagaimana yang lazim dilakukan
oleh para penyair pada masa itu. Dia banyak menuliskan pandangannya tentang
hidup dan mati manusia serta keyakinan-keyakinannya dalam puisi yang beragam
modelnya. Puisi yang ditulisnya terkadang hanya terdiri atas dua sampai tiga baris
saja. Sikap rasionalistik, skeptik, pesimistik, kejujuran, dan keberaniannya menolak
konvensi lama telah membuat ia dikenal luas di kalangan penyair modern (Badawi,
1975:6).
Dalam keterkaitan masalah sastra Arab ini, maka siapa pun harus menengok
kembali pada masalah-masalah yang pernah menjadi wacana pada zaman Yunani,
yaitu tradisi Aristotelian karena pengaruhnya begitu besar terhadap pennulaan dan
perkembangan teori puisi Arab. Sebagaimana dimaklumi bahwa karya-karya penting
Aristoteles telah banyak yang disalin ke dalam bahasa Arab. Akan tetapi, bila
dicermati lebih mendalam, karya-karya besar Aristoteles yang popu1er di kalangan
bangsa Arab dan yang disalin itu bukan karya-karya sastra, tetapi karya filsafat dan
ilrnu pengetahuan. Disiplin puitika Arab dikembangkan dan berasal dari beragam
pendekatan yang berbeda, dan pada dasarnya, merupakan hasil usaha yang dibuat
oleh ahli filologi yang mempertimbangkan dan mengkaji komposisi puisi-puisi Arab.
Di bawah pengaruh tradisi Aristotelian, bagaimanapun, para sastrawan Arab semakin
12
handal dalam mengembangkan definisi puisi dan memformulasikan pengamatan
rnereka sendiri melalui cara yang berbeda dengan pengayaan kosa kata yang lebih
logis. Menurut Cantarino (1975), walaupun pandangan mereka tentang hakikat
[enomena puisi sangat luar biasa, tetapi terkadang kesimpulannya kurang
rneninggalkan kesan, kehilangan sentuhan tradisional, terjebak pada retorika, dan
konkretisasi puisi yang terlalu formal.
Lebih jauh Cantarino (1975) melontarkan kritiknya bahwa di bawah pengaruh
tradisi Aristotelian, kemudian menjadikan sarjana-sarjana Barat sebagai acuan,
rnembuat esai-esai sastra Arab seringkali berakhir sebagai enumerasi dari varietas
Aristotalica semata. Kemungkinan bahwa pendapat ini benar sangatlah kecil karena
hal itu berarti menolak atau mengabaikan fakta bahwa sarjana-sarjana Arab berusaha
keras menganalisis kualitas komposisi puisi Arab dari perspektif terminologi
Aristotelian yang dipahami dalam term mereka sendiri. Menolak fakta ini berarti
rnenolak seluruh alasan inteligensi dan prestasi yang telah dicapai oleh sebagian
besar penulis dan filosof Arab temama dalam sejarah kebudayaan mereka. Dengan
demikian, juga menolak kontribusi berharga yang telah disumbangkan dalam analisis
puisi .
Di bawah pengaruh tradisi Aristotelianlah para penulis Arab mampu
rnengembangkan teori analisis puisi. Ketidakmampuan mengubah kecenderungan
puisi atau retorika dalam kritik sastra Arab tidak perlu menjadi alasan menolak gaya
berpikir Aristotelian. Para kritikus sastra Arab, di satu pihak, secara intensif terns
melakukan pengamatan dan studi komposisi puisi dalam rangka mencari formulasi
filosofis dan teoretis, tetapi di pihak lain mereka tidak mencoba menyusun teori-teori
estetika dalam komposisi dan studinya.
Salah satu problem yang sering ditemui para sarjana dalam menganalisis teori
puisi Arab adalah lemahnya sistem dalam pengkajian teks-teks tertulis yang
dilakukan oleh para kritikus Arab. Para sarjana itu tampaknya kurang berminat
daharri mengungkapkan subjek bahasan secara organik dan menarik. Hal ini patut
disayangkan karena bertolak belakang dengan prestasi intelektual dan budaya yang
telah dicapai. Dengan kondisi seperti ini, banyak topik yang dalam pandangan
stru.k:turalisme, semestinya mendapat pembahasan serius, tetapi akhirnya terkesan
hanya dianggap sambil lalu. Problem lain yang lebih pelik adalah adanya
13
ketidakmampuan para kritikus sastra menganalisis puisi Arab dengan teori-teori
baru. Analisis teks-teks puisi Arab masih sering menambahkan konsep-konsep baru
dengan tanpa menolak konsep-konsep lama. Hal ini terus saja berlanjut tanpa
perubahan di sepanjang sejarah kritik sastra Arab (Cantarino, 1975).
Dari tinjauan kronologis, produktivitas teori sastra Arab membentuk sebuah
kurva dan setara dengan studi-studi lain di dunia Arab, mempresentasikan dari apa
yang disebut sebagai zaman keemasan Islam (the golden age); dari abad ke-9 sampai
dengan abad ke-12 Maseru. Dimulai dengan permulaan pertumbuhan yang sangat
cepat, kemudian datar, dan pelan-pelan mengalami kemunduran. Kelahiran kembali
dunia Arab, yang jejak-jejaknya masih dapat disaksikan sampai saat ini, dalam
budaya dan kesadaran sastra mereka, bukanlah kelanjutan dari warisan besar sejarah
mereka, tetapi lebih merupakan produk dari pengaruh peradaban Barat, dan hal ini
diakui oleh para pemikir Arab sendiri. Demikian juga, teori sastra Arab modem lebih
merupakan hasil resepsi dari tradisi sastra Eropa daripada kelanjutan dari sastra
tradisional Arab (Cantarino, 1975).
5. Resepsi Sastra Arab dalam Sastra Eropa
Sebagian besar karya sastra Arab telah banyak yang disalin ke dalam bahasa
Barat. Karya ini setidaknya memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk
mengetahui lebih mendalam mengenai kritik sastra Arab. Tidak lama berselang
setelah kemunculannya di Inggris pada tahun 1956, drama karya John Obsorme,
Lock Back in Anger, telah mengalami pengalihan ke dalam bahasa Arab dan
diproduksi menjadi serial sandiwara radio. Pada saat itu, beragam kelompok drama
lokal Cairo sangat gencar menampilkan drama-drama terjemahan karya para
sastrawan besar dunia, mulai dari Sheakspeare, Chekov, Sartre, Arthur Mill,
Durrenmatt, Ionesco, dan Samuel Beckett. Karya-karya sastra Barat seperti novel
Jerman "Isolde Blanchemein" dan novel Prancis "Floire et Blanche Fleur" adalah
cerita-cerita yang mirip dengan novel karangan al-Qasim yang berasal dari tradisi
puisi dramatique Arab. Puisi dramatique (asy-syi'rut-tamtsilyi diartikan sebagai
ungkapan kejadian yang berisi nasihat dan hikmah kehidupan manusia (asy-Syak'ah,
1974:713; Zaydan, 1996:55) yang dalam tradisi sastra Arab biasanya diungkapkan
melalui sarana puisi dan prosa.
14
Karya sastra Arab monumental yang mendapat sarnbutan besar masyarakat
Barat adalah Kasidah Burdah yang ditulis oleh al-Bushiry pada abad ke-l J Masehi.
Kasidah ini menjadi bukti akan keutamaan sastra Arab di mata sastra Eropa dan
dunia. Kasidah Burdah adalah sebuah puisi panjang yang berisi sejarah kehidupan
dan kepribadian Nabi Muhammad saw yang digemari oleh tiap generasi bangsa
Muslim dan non-Muslim, yang disarnbut oleh bangsa Arab sendiri dan bangsa non-
Arab yang tersebar di lima benua : Asia, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia.
Kasidah Burdah adalah salah satu karya sastra yang populer selarna berabad-
abad (Nasr, 1994: 114) yang mendapat sarnbutan besar dalarn sejarah perkembangan
sastra dunia sepanjang zaman (Glasse, 1996:65). Tidak ada satu pun puisi lain dalarn
bahasa Arab yang marnpu menandingi kemashuran Kasidah Burdah. Lebih dari 90
komentar (syarah) atas puisi itu telah disusun. Bait-bait Kasidah Burdah masih
sering dijadikan mantera, bahkan kaum Drusis hingga saat ini selalu membaea puisi-
puisi itu dalarn upaeara pemakarnan (Hitti, 2005:883).
Popularitas Kasidah Burdah dapat dilihat pada sarnbutan besar atasnya yang
berupa terjemahan dan komentar dalarn bahasa-bahasa dunia : Inggris, Prancis,
Jerman, Belanda, Italia, Spanyol, Persia, Turki, Rusia, Cina, Berber, Urdu, Swahili,
dan bahasa-bahasa yang digunakan oleh bangsa Nordic, yaitu Norwegia, Swedia,
Denmark, Islandia, dan Finlandia (asy-Syantanawy, 1.1.:524, Hitti, 2005:883,
islarnierxtbooks.com/rus, www.sandalaco.uk/chinese, www.al-ghazali.org.2004).
Selain itu, karya sastra Arab terkenal seperti Alfu Laylah wa Laylah (Seribu
Satu Malam) mulai diterjemahkan ke dalarn berbagai bahasa Eropa pada tahun 1704
dan telah mengalarni eetak ulang sebanyak 30 kali. Setelah itu, novel Arab yang
sangat populer ini mengalarni proses penerjemahan di Eropa sebanyak 300 kali.
Novel ini telah banyak mengilharni para novelis Eropa dalarn memproduksi karya-
karya sastranya. Tidak ketinggalan juga karya Boccacio, seorang penulis Italia, yang
telah menghimpun seratus cerita, banyak dipengaruhi oleh Alfu Laylah wa Laylah,
bahkan Gibb menyatakan bahwa kalaulah tidak ada kisah Alfu Laylah wa Laylah,
maka orang-orang Eropa, terutama Inggris, tidak akan bisa membaca dua novel
terkenal, yaitu Gulliver's Travels dan Robins Karzou (asy-Syak'ah, 1974:723).
Di samping itu, Cervantes dengan karyanya yang terkenal Don Quixote
adalah contoh nyata sebuah novel heroik (Weimann, 1984:83) yang mendapat
15
pengaruh dari sastra Arab Andalusia (Spanyol Islam). Simbol-simbol budaya
Spanyol Islam tampak kental dalam Don Quixote, dan hal ini tidaklah mengherankan
karena interaksi dan akulturasi budaya antara Spanyol Islam dengan Eropa sangat
intensif. Pengaruh sastra Arab dalam sastra Eropa dapat dilihat pula pada karya
sastrawan Spanyol, Don John Manuel, yang menulis novel berjudul El Conde
Lucanor. Dalam lembaran awal novelnya itu, dengan jelas Don John Manuel
menggambarkan kehidupan renik-renik budaya Arab di Spanyol (asy-Syak'ah,
1974:715-716). Hal ini menunjukkan bahwa betapa sastra Arab mendapat tempat
yang baik di mata sastrawan-sastrawan Eropa, yang berarti di antara kedua bangsa ini
telah tercipta dialog intelektual melalui wacana resepsi dan transformasi budaya.
Di bidang drama, pengaruh sastra Arab dan pemikiran Islam pada drama
Eropa dapat dilihat pada karya dramawan Italia, Dante (abad 13-14 Masehi), yang
sangat terkenal, yaitu Diviana Comedia (Divine Comedy). Pada masa itu, Dante dan
Diviana Comedia-nya lebih dikenal di dunia Arab daripada di Eropa sendiri.
Sambutan masyarakat Arab begitu antusias karena dalam karya drama itu termuat
simbol-simbol Islam yang dikemas oleh Dante sedemikian rupa sehingga seolah-olah
isi ceritanya bemafaskan Islam padahal sesungguhnya cerita itu diangkat dari ide-ide
Katolik (Catholic ideas) (bdk. Chatman, 1980:149). Pada masa itu, kesusastraan
Arab dan pemikiran Islam di Spanyol, Prancis selatan, dan sebagian wilayah Italia
selatan sedang mengalami kemajuan karena bahasa Arab digunakan sebagai bahasa
ilmu, bahasa kebudayaan dan peradaban (asy-Syak'ah, 1974:719).
Diviana Comedia dipandang oleh masyarakat Arab sebagai karya sastra
Eropa yang "bernafaskan" Islam karena di dalam ceritanya dilukiskan perjalanan
manusia ke tiga tempat di akhirat yang ada di dalam ajaran Islam, yaitu neraka,
tempat tertinggi (al-'Araf), dan surga. Dante seolah-olah melakukan perjalanan
sendiri ke langit (akhirat) untuk mencari kekasih yang dicintainya, yaitu Beatrice,
yang akhimya ditemukanlah kekasihnya itu di surga. Selain itu, Dante juga
dipengaruhi oleh Plathios, seorang sastrawan Spanyol, yang menulis kisah Isrd dan
Mi'rdj Nabi. Pola kisah perjalanan ke akhirat dalam Diviana Comedia mirip dengan
pola kisah perjalanan Nabi ketika mi'rdj (asy-Syak'ah, 1974:720-722). Kerniripan
cerita dalam Diviana Comedia dengan ajaran kehidupan akhirat dalam Islam menjadi
16
bukti nyata bahwa Dante memiliki pengetahuan tentang Islam yang didapatnya dari
hasil dialog budaya antara ide-ide Katolik dengan ide-ide Islam.
Di samping itu, ada hal yang menarik lagi adalah novel Vathek karya
Beckford, sastrawan Inggris, yang alur ceritanya di samping bergaya Inggris dan
Prancis, juga dipengaruhi oleh gaya sastra Arab, Yunani klasik, Latin, dan Romawi
(asy-Syak'ah, 1974:724). ladi, novel Vathek ini adalah contoh sebuah akulturasi
budaya Eropa dengan hipogramnya adalah Yunani, Romawi, dan Latin dengan
budaya Arab yang hipogramnya adalah Islam.
Karya sastra Arab yang bemuansa filosofis, dan menjadi terkenal di dunia
Barat, adalah novel Hayy bin Yaqzhdn karya Ibnu Thufayl, seorang sastrawan Arab
Islam Spanyol yang hidup pada abad ke-12 Masehi. Keunggulan novel ini terletak
pada ketajaman dan keluasan berpikir tokoh-tokoh ceritanya, komposisinya yang
akurat, konsep-konsep filsafatnya yang canggih, dan imajinasinya yang segar. Novel
ini pertarna kali diterjernahkan ke dalam bahasa Ibrani oleh Musa bin Norboun pada
tahun 1439, sedangkan ke dalam bahasa Latin dan Inggris diterjemahkan pada tahun
1708.
Pengaruh novel Hayy bin Yaqzhdn terhadap sastra Eropa dapat dilihat pula
pada karya novelis Inggris, Danial de Foe, yang menulis novel panjang terkenal,
yaitu Robins Karzou. Danial de Foe dalam novelnya itu menulis cerita yang berbasis
pada pemikiran Ibnu Thufayl tentang filsafat. Dialog antartokoh dalam Robins
Karzou mirip dengan Hayy bin Yaqzhdn yang sarat dengan kata-kata filosofis yang
sulit dipahami oleh pembaca biasa. Hal yang membedakan adalah tokoh utama
dalam Hayy bin Yaqzhdn lebih memerankan diri sebagai seorang filosofyang idealis,
sedangkan tokoh utama pada Robins Karzou lebih memerankan diri sebagai laki-laki
yang berwawasan pragrnatis, tetapi memiliki pemikiran yang filosofis (asy-Syak'ah,
1974:723)."
Selain itu, puisi model empat baris (poetry quaterly) gaya Lebanon sepanjang
tahun 1957-1969 banyak yang diterbitkan dalam bentuk asli dan terjemahannya
secara bersamaan oleh para sastrawan Prancis dan Inggris. Puisi itu seringkali tertata
secara berdampingan dengan teks aslinya dalam bahasa Arab. Akan tetapi, terkadang
juga tidak berdampingan dengan teks aslinya, seperti pada kasus John Wain. Satu
dari fitur bentuk review sastra Arab, seperti dalam majalah bulanan di Lebanon, Al-
17
Adab (1953) adalah penulisan summary dari karya-karya utama sastra Barat dan
peristiwa budaya yang terjadi di negara tersebut. Al-Majalla (1957-1971) sebuah
majalah bulanan di Cairo, memberikan banyak ruang bagi review mendalam karya-
karya sastra Barat. Selain itu, juga tidaklah mengejutkan kalau al-Ahrdm, sebuah
surat kabar terbesar di Cairo, merelakan banyak halaman yang dimilikinya untuk
mendiskusikan novel Perancis atau puisi terjemahan karya Mayakovsky atau
Yevtushenko (Badawi, 1975: 1). Selain itu, dalam bidang sastra dan drama, Lessing
(1721-1781), seorang kritikus sastra asal Prancis, Goethe (1749-1832) dan Shiller
(1759-1805), dua sastrawan Jerman, termasuk tokoh-tokoh yang menjadi rujukan
teori sastra dan drama Arab modern (as-Sayyid, 2005:9).
Pada zaman dan sisi yang lain, pencarian bentuk atau model drama Arab tidak
hanya diupayakan oleh golongan muda sebagai ujung tombaknya, tetapi juga oleh
seorang tokoh tua dari Mesir, Taufiq al-Chakim. Sebagai dramawan sekaligus
sastrawan, Taufiq al-Chakirn adalah penulis Arab yang mampu memotret realitas
sosial masyarakat Arab melalui novel dan karya-karya dramanya. Di samping itu, ia
juga mampu mendialogkan perasaan dan pikiran masyarakat Arab melalui teks-teks
dramanya itu (Muchammad, 1982: 192). Pengamatan sekilas atas drama Arab
modern, sebagairnana yang muncul di Cairo, sudah menciptakan gambaran betapa
mudahnya unsur luar, terutama model-model Barat, memberikan pengaruhnya pada
kebudayaan Arab. Hal ini juga tampak dalam karya sastra lain yang dapat dilihat
pada sebuah terjemahan novel karya Boris Pasternak, Dr. Zhivago, dan sebagian
besar karya Jean Paul-Sartre serta Albert Camus telah tersedia dalam bahasa Arab.
Pada mulanya Albert Camus (selanjutnya disebut Camus) memasuki
kalangan eksistensialis di bawah pengaruh Jean-Paul Sartre. Eksistensialisme
berpandangan bahwa manusia itu ada dulu dan esensinya tumbuh kemudian. Akan
tetapi kemudian Camus "melepaskan diri" dari eksistensialisme Sartre karena
perbedaan pandangan antara keduanya. Bagi Sartre, hidup ini hanya mempunyai nilai
bila manusia memberikan nilai itu, sedangkan bagi Camus, manusia sendirian tidak
mempunyai nilai, tetapi nilai itu diperoleh karena solidaritas dan sirnpati. Mengenai
Camus sendiri dapat dikategorikan sebagai pemikir keturunan Arab karena ia lahir di
Mondovie, Aljazair dan dibesarkan di Aljir. Ia meninggal di Villeblevin, Prancis
pada tanggal 7 November 1913 (Hoed, 1992:18). Dalam hal ini, tidak sedikit penulis
18
Arab yang terpengaruh, terutama, oleh pemikiran Camus yang tercermin dalam
novel-novel Arab modem dengan menampilkan tokoh-tokoh cerita yang berpikiran
eksistensialis.
Sudah tentu, terjalinnya hubungan kebudayaan antara Arab dengan Barat
telah menjadi fakta kultural yang tidak terelakkan. Fakta menunjukkan bahwa
sebagian besar sastrawan besar Arab modem, tanpa kecuali, langsung atau tidak
langsung, terpengaruh oleh kebudayaan Barat (Badawi, 1975:2). Hal ini dapat
dipahami apabila meminjam pemikiran Madzhab Marburg, yang dipelopoi oleh
Ricket, yang menyatakan bahwa tidak ada realitas yang independen. Realitas tidak
dapat dikenal pada dirinya sendiri, atau dalam ungkapan Immanuel Kant, realitas
tidak cukup hanya dipahami dari dirinya sendiri (thing in itself) (Peursen, 1990:11).
Artinya, perkembangan sastra Arab tidak dapat dilepaskan dari realitas yang lain,
yaitu realitas pengaruh sastra Barat, apalagi ketika Prancis menjajah Mesir dari tahun
1798-1801, temyata negara itu telah menanarnkan pengaruh yang besar atas
perkembangan pemikiran sastra Arab modem (as-Sayyid, 2005:59).
6. Pengaruh Pemikiran Barat terhadap para Penulis Sastra Arab
Di antara sastrawan-sastrawan Arab (Mesir) terkemuka yang dipengaruhi
oleh pemikiran Barat adalah Abdur-Rachman Syukry (1887-1956), Abbas Machmfid
'Aqqad (1779-1964), dan Ibrahim Abdul-Qadir al-Mazany (1890-1949) (as-Sayyid,
2005:9). Dalam madzhab sastra Arab, ketiga sastrawan ini termasuk dalam kelompok
pre-romantics (Badawi, 1975) yang menghidupkan pembaruan pemikiran sastra
Arab di Mesir dengan mendirikan perkumpulan yang disebut "Jamd 'atut-Diwdn ".
Perkurnpulan sastra ini didirikan sebagai respons terhadap perkumpulan sastra Arab
mahjar di Amerika Serikat yang bemama "ar-Rdbithatul-Qalamiyyah" yang
didirikan oleh Jibran Khalil Jibran (1871-1931), Michael Nu'aymah (1889-1988),
Nasib 'Aridhah (1887-1946), Rasyid Ayyub (1871-1941), dan Elya Abu Madha
(1890-1941).
Pemikiran sastrawan Arab yang tergabung dalam Jamd'atut-Diwdn lebih
cenderung ke madzhab Romantics, yaitu penonjolan kekuatan perasaan dalam teks
sastra, sedangkan pemikiran sastrawan Arab yang tergabung dalam ar-Rdbithatul-
Qalamiyyah Iebih condong ke formalisme, yaitu paham yang mereduksi teks sastra
19
dari aspek-aspek nonsastra (bdk. Scholes, 1977: 170). Jamd 'atut-Diwtin lebih
memfokuskan perhatiannya pada terna-tema : keindahan, kemuliaan, kejayaan, dan
hal-hal yang berkaitan dengan ungkapan perasaan. Madzhab yang pertana ini lebih
dekat pada pandangan Wordsworth yang mengatakan bahwa puisi adalah ungkapan
spontanitas perasaan yang kuat dan tajam (dalam Belsey, 1980:8) Adapun ar-
Rabithatul-Qalamiyyah lebih mengutamakan perhatiannya pada upaya pembaruan
gaya bersastra yang tidak terikat pada tradisi Romantics. Perkumpulan sastra yang
kedua ini didirikan pada bulan April 1920 di kota New York yang diketuai oleh
Jibran dan Nu'aymah sebagai penasihatnya, sedangkan Jamd 'atut-Diwdn didirikan di
Cairo, Mesir. Dua perkumpulan sastra yang berada di dua negara yang berbeda
kebudayaannya itu menjadi pusat kegiatan dan produksi karya sastra Arab modem
yang karya-karyanya tersebar ke dunia Barat dan ke dunia Timur (as-Sayyid,
2005: 130-131).
Penolakan para penyair sastra Arab mahjar terhadap madzhab Romantics
paralel dengan pandangan penulis sastra Spanyol abad ke-18 Masehi, Jose Ortega y
Gasset, yang juga antiromantics dan aristocratic. Ortega menolak keras hegemoni
definisi sastra hanya dari perspektif elite intelektual saja. Ortega juga
mengkhawatirkan munculnya karya sastra elitis yang diproduksi oleh sebuah
hegemoni kultural yang disebut "kebudayaan tanpa hari kemarin" C'culture without
yesterday"), yaitu kondisi budaya yang tidak memiliki visi historis dari warisan
budaya bangsanya (Weimann, 1984:83). Dalam konteks ini, teori sastra Arab yang
dipelopori oleh para sastrawan Arab mahjar itu menolak definisi sastra yang sudah
sekian lama didominasi oleh madzhab Romantics, dan pemaknaan karya sastranya
cenderung dalam hegemoni para penafsir elite intelektual saja.
Selain itu, perkembangan teori sastra Arab modem dapat dilihat, antara lain,
pada karya-karya Dr. Syauqy Dhayf yang berjudul "al-Fannu wa Madzahibuhu fisy-
Syi 'ril- 'Araby" ("Seni dan Madzhab-Madzhabnya dalam Puisi Arab") dan "al-Fannu
wa Madzdhibuhu fin-Natsril- 'Araby" ("Seni dan Madzhab-Madzhabnya dalam Prosa
Arab), dan karya Dr. Darwisy al-Jundy yang berjudul "ar-Ramziyyatu fil- 'Adabil-
'Araby" ("Simbolisme dalam Sastra Arab) (al-Ayyuby, 1984:379). Selain
perkembangan teori, kemajuan sastra Arab modemdapat juga dilihat pada novel-
novel yang membicarakan sastra realisme, antara lain novel (i) "Zaynab" karya
20
Muchammad Chussayn Haykal, (ii) "al-'Ayyam" karya Thaha Chusayn, (iii)
"<Ushfiaun minasy-Syarqi" karya Taufiq al-Chakim, dan (iv) "tAdibun fis-Suqi"
karya Umar Fakhury. Novel-novel tersebut berisi cerita tentang kehidupan sosial dan
moral masyarakat Arab modern (al-Ayyuby, 1984:380). Tulisan-tulisan tentang teori
sastra dan karya-karya sastra Arab ini, dilihat dari latar belakang pendidikan
para penulisnya, adalah buah pikiran konvergensial antara tradisi sastra konvensional
Arab dengan tradisi sastra Barat.
Dalam konteks ini, Taufiq al-Chakim mampu menjembatani karya seni
sebagai das Sol/en dengan realitas sosial sebagai das Setn sehingga antara keduanya
mempunyai hubungan fungsional. Perdebatan antara karya seni dengan realitas sosial
menjadi ciri utama masa Romantics Arab. Di Barat, perdebatan tentang hubungan
antara seni, khususnya sastra dan drama, dengan realitas sosial mencapai puncaknya
ketika seni mencapai otonomi dan menolak untuk tunduk pada norma dan aturan
sosial yang berIaku (Jauss, 1982:14). Oposisi dan kritik terhadap karya seni yang
tidak memperhatikan realitas sosial, dalam dunia sastra Arab, dilakukan oleh para
sastrawan yang hijrah ke Amerika Serikat seperti Jibran Khalil Jibran, Nasib
'Aridhah, Michael Nu'aymah, Rasyid Ayyub, dan Elya Abu Madha (Badawi,
1975: 181-182).
7. Kesimpulan
Para sastrawan Arab mahjar ini menginginkan terciptanya otonomi sastra dan
drama yang tidak begitu saja tunduk pada norma dan aturan sosial yang berIaku pada
masyarakat Arab. Jadi, puisi-puisi Arab mahjar lebih cenderung pada realisme, yaitu
penghampiran karya sastra pada kenyataan sosial. Dalam konteks ini, realisme
diartikan sebagai "objectivity" yang dioposisikan maknanya dengan hal-hal yang
bersifat subjektif. Jadi, pengarang harus menyisihkan .subjektivitasnya dan
menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat individual. Selain itu, karya-karya
sastra yang berkutub pada realisme, sesungguhnya, selalu dioposisikan dengan
madzhab romantic fiction. Berdasarkan pemikiran ini, puisi-puisi sastra Arab
mahjar diposisikan sebagai kekuatan "oposisi" terhadap madzhab romantic fiction
itu.
21
Dari sejarah perkembangan sastra Arab tersebut terlihat bahwa karya prosa,
puisi, dan drama Arab modem lebih cenderung pada pemotretan realitas sosial
daripada ekspresi idealisme para pengarangnya. Jadi, sastra realisme menjadi tampak
dominan dalam perkembangan sastra Arab modem itu. Dalam tataran serniotik,
tampak jelas bahwa sastrawan Arab lebih condong ke praktik solipcism, atau disebut
textual subjectivism, yang berpandangan bahwa teks sebuah karya sastra hanya dapat
dipahami dan dikembangkan melalui subjektivitas pembacanya. Artinya, pembaca
menginginkan adanya keterkaitan antara teks sastra dengan realitas sosial, yang pada
gilirannya sastra Arab tidak hanya berada dalam dunia imajinasi belaka. Sastra Arab
harus menjadi kontributor dan pemberi solusi atas persoalan nyata yang dihadapi
bangsa Arab, sekecil apa pun kontribusi dan solusi itu.
22
DAFTARPUSTAKA
'Asyiyyi, Ilyas, 1973. Abu Nuwds. Darul-Kitabil-Lubnany, Bayrut.
al-Ayyuby, Yasin. 1984. Madzdhibul- 'Adab. Ma 'dlimun wan- 'Ikdsdt, al-
Kaldsikiyyah, ar-Ramanthiqiyyah, al-Wdqi'iyyah. Darul-Tlrni lil-Malayin,
Bayrut.
Badawi, M.M. 1975. Modern Arabic Poetry. Cambridge University Press,
Cambridge.
Bakalla, M.H. 1984. Arabic Culture Through its Language and Literature. Kegan
Paul International, London, Boston, Melbourne and Henley.
Beeston, A.F.L. 1977. Selections from the Poetry of Bassdr. Cambridge University
Press, Cambridge.
Belsey, Catherine. 1980. Critical Practice. Methuen & Co., London and New York.
Brockelmann, C. 1937. Geschichte Der Arabischen Litteratur. Supplementband 1.
E.J.Beill, Leiden.
Burbank and Steiner, John, Peter. 1978. Structure, Sign, and Function. Selected
Essays by Jan Mukaiovsky. Yale University Press, New Haven and London.
Cantarino, Vincente. 1975. Arabic Poetics in The Golden Age. EJ. Brill, Leiden.
Chatman, Seymour. 1980. Story and Discourse, Narrative Structure in Fiction and
Film. Cornell University Press, Ithaca and London.
Erlich, Victor. 1964. Russian Formalism, History - Doctrine. Mouton Publishers,
The Hague, Paris, New York.
Glasse, Cyril. 1996. Ensiklopedi Islam. Terjemahan dari The Concise Encyclopaedia
ofIslam. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Guinhut, Jean-Pierre. 1998. "The Man Who Loved Too Much, The Legend of Leyli
and Majnfm" dalam www.librarycomell.edu/-colldev/I?ideastlmajnun.htm.
Hartoko Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Hitti, Philip K. 2005. History of The Arabs. Diterjemahkan oleh Cecep Lukrnan
Yasin dan Dedi Slamet Riyadi dari judul History of The Arabs: From the
Earliest Times to the Present. P.T. Serambi llmu Semesta, Jakarta.
Hoed, Benny H. 1992. Kala dalam Novel, Fungsi dan Penerjemahan-nya. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
23
Jauss, Hans Robert, 1982. Aesthetic Experience and Literary Hermeneutics.
University of Minnesota Press, Minneapolis.
Jefferson, Ann, David Robey, 1987. Modern Literary Theory. B.T. Batsford Ltd.,
London.
al-Khuly, Amin dan Nashir Chamid Abu Zayd. 2004. Metode Tafsir Sastra.
Diterjemahkan oleh Khairon Nahdiyyin dari judul asli Naqdul-Khithdb ad-
Diniy dan Mandhijut-Tajdid fin-Nachwi, wal-Baldghah, wat-Tafsir, wal-
Adab. Adab Press, Fakultas Adab lAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Lambropoulus, Vassilis, Miller, David Neal. 1987. Twentieth Century Litetary
Theory. State University of New York Press, Albany.
Lord, Albert B. 1981. The Singer ofTales. Harvard University Press, Massachusetts.
Martin, Wallace. 1986. Recent Theories of Narrative. Cornell University Press.
Ithaca and London.
Mucharnmad, Ibrahim Abdur-Rachman. 1982. An-Nazhariyyatu wat-Tathbiq fil-
Adabil-Muqdran. Darul-'Audah, Bayrfrt.
Nasr, Seyyed Hossein. 1994. Menjelajah Dunia Modern. Terjemahan dari A Young
Muslim's Guide to the Modern World. Mizan, Bandung.
Olsen, Stein Haugom. 1987. The End of Literary Theory. Cambridge University
Press, Cambridge, London, New York, New Rochelle, Melbourne, Sydney.
Peursen, C.A. van. 1990. Fakta, Nilai, dan Peristiwa. Tentang Hubungan antara
Ilmu Pengetahuan dan Etika. Diterjemahkan oleh A. Sonny Keraf dari judul
asli Facts, Value, Events. P.T, Gramedia, Jakarta.
Sa'iy, Achmad Bassam. 1985. Al-Wdqi'iyyatul-Isldmiyyah fil- 'Adabi wan-Naqdi.
Darul-Manarah,Jeddah.
as-Sayyid, Syafi'. Nazhariyyatul-Adab, Dirdsatun fil-Maddrisin-Naqdiyyatil-
Chaditsah. Maktabatul-Adab, al-Qahirah.
Scholes, Robert. 1977. Structuralism in Literature. Yale Upiversity Press, New
Haven and London.
Seung, T.K. 1982. Semiotics and Thematics in Hermeneutics. Columbia University
Press, New York.
Steiner, Peter, John Burbank. 1977. The Word and Verbal Art, Selected Essays by
Jan Mukarovsky. Yale University Press, New Haven and London.
asy-Syak'ah. Musthafa, 1974. Al-Adabu, Maukibul-Chadhdratil-Isldmiyyah. Darul-
Kitabil-Lubnany, Bayrut,
asy-Syantanawy, Achmad. b.s. Dd 'lratul-Ma 'drifil-Isldmiyyah. Darul-Fikr, Bayrfit.
24
ath-Thanthawy, 'Aly. 1992. Fikrun wa Mabdchitsun. Darul-Manarah, Jeddah.
Wehr, Hans. 1980. A Dictionary of Modern Written Arabic. Libraire du Liban,
Macdonald & Evans Ltd., Beirut & London.
Weimann, Robert. 1984. Structure and Society in Literary History, Studies in the
History and Theory of Historical Criticism. The John Hopkins University
Press, Baltimore and London.
Weintraub, Karl 1. 1969. Visions ofCulture. University of Chicago Press, Chicago &
London.
Zaydan, Jurjy. 1996. Tdrikhul-Addbil-Lughatil- 'Arabiyyah. Al-Mujallidul-Awwal.
Darul-Fikri, Bayrfrt.
www.geocities.com.
islamicrxtbooks.comlrus
www.sandalaco.uk/chinese
www.al-ghazali.org.2004
www.1911encyclopedia.-2004
www.uni-koeln.de.2004
25

More Related Content

What's hot

PERIODISASI SASTRA BESERTA PENGARANG DAN KARYANYA
PERIODISASI SASTRA BESERTA PENGARANG DAN KARYANYAPERIODISASI SASTRA BESERTA PENGARANG DAN KARYANYA
PERIODISASI SASTRA BESERTA PENGARANG DAN KARYANYAsekar illiyyin
 
5. puisi kontemporer
5. puisi kontemporer5. puisi kontemporer
5. puisi kontemporerirasumiati
 
Sastra Indonesia (Angkatan 30-an - Pujangga Baru)
Sastra Indonesia (Angkatan 30-an - Pujangga Baru)Sastra Indonesia (Angkatan 30-an - Pujangga Baru)
Sastra Indonesia (Angkatan 30-an - Pujangga Baru)Johanes Rionaldo Sitinjak
 
4 puisi kontemporer 1
4 puisi kontemporer 14 puisi kontemporer 1
4 puisi kontemporer 1buwarnisutopo
 
gurindam dan puisi kontemporer
gurindam dan puisi kontemporergurindam dan puisi kontemporer
gurindam dan puisi kontemporerAmri Hasan
 
W.S. RENDRA, TAUFIK ISMAIL, SUTARDJI CALZOUM BACHRI, CHAIRIL ANWAR
W.S. RENDRA, TAUFIK ISMAIL, SUTARDJI CALZOUM BACHRI, CHAIRIL ANWARW.S. RENDRA, TAUFIK ISMAIL, SUTARDJI CALZOUM BACHRI, CHAIRIL ANWAR
W.S. RENDRA, TAUFIK ISMAIL, SUTARDJI CALZOUM BACHRI, CHAIRIL ANWARbuwarnisutopo
 
KONSEP KESUSASTERAAN MELAYU
KONSEP KESUSASTERAAN MELAYUKONSEP KESUSASTERAAN MELAYU
KONSEP KESUSASTERAAN MELAYUJaeyolHali
 
Kelompok 4 sastra indo di masa jepang
Kelompok 4 sastra indo di masa jepangKelompok 4 sastra indo di masa jepang
Kelompok 4 sastra indo di masa jepangMitha Ye Es
 
Unsur Intrinsik Penggalan Novel Siti Nurbaya
Unsur Intrinsik Penggalan Novel Siti NurbayaUnsur Intrinsik Penggalan Novel Siti Nurbaya
Unsur Intrinsik Penggalan Novel Siti NurbayaWahyu Dermawan
 
Kelompok 3 sastra periode 30 pujangga baru dan di luar pujangga baru
Kelompok 3 sastra periode 30 pujangga baru dan di luar pujangga baruKelompok 3 sastra periode 30 pujangga baru dan di luar pujangga baru
Kelompok 3 sastra periode 30 pujangga baru dan di luar pujangga baruMitha Ye Es
 
Arab 4517- AMTHAL ARAB & PERIBAHASA MELAYU
Arab 4517- AMTHAL ARAB & PERIBAHASA MELAYUArab 4517- AMTHAL ARAB & PERIBAHASA MELAYU
Arab 4517- AMTHAL ARAB & PERIBAHASA MELAYUayumihanafi
 
Menggali puing puing sastra madura yang tersisa
Menggali  puing puing sastra madura  yang tersisaMenggali  puing puing sastra madura  yang tersisa
Menggali puing puing sastra madura yang tersisaSyaf Anton
 
B.Indonesia : Makna dan Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"
B.Indonesia : Makna dan Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"B.Indonesia : Makna dan Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"
B.Indonesia : Makna dan Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"Alghan123
 
1. sekilas tentang sastra madura
1. sekilas tentang sastra madura1. sekilas tentang sastra madura
1. sekilas tentang sastra maduraInunks Peihhcc
 
Puisi kontemporer (bhs indo)1
Puisi kontemporer (bhs indo)1Puisi kontemporer (bhs indo)1
Puisi kontemporer (bhs indo)1yunitapura
 
Multimedia interaktif sudah revisi riri
Multimedia interaktif sudah revisi ririMultimedia interaktif sudah revisi riri
Multimedia interaktif sudah revisi ririAktariaeka
 
Sistematika tugas akhir intertekstualitas
Sistematika tugas akhir intertekstualitasSistematika tugas akhir intertekstualitas
Sistematika tugas akhir intertekstualitasduaenam081994
 

What's hot (20)

PERIODISASI SASTRA BESERTA PENGARANG DAN KARYANYA
PERIODISASI SASTRA BESERTA PENGARANG DAN KARYANYAPERIODISASI SASTRA BESERTA PENGARANG DAN KARYANYA
PERIODISASI SASTRA BESERTA PENGARANG DAN KARYANYA
 
Puisi kontemporer
Puisi kontemporer Puisi kontemporer
Puisi kontemporer
 
5. puisi kontemporer
5. puisi kontemporer5. puisi kontemporer
5. puisi kontemporer
 
Sastra Indonesia (Angkatan 30-an - Pujangga Baru)
Sastra Indonesia (Angkatan 30-an - Pujangga Baru)Sastra Indonesia (Angkatan 30-an - Pujangga Baru)
Sastra Indonesia (Angkatan 30-an - Pujangga Baru)
 
4 puisi kontemporer 1
4 puisi kontemporer 14 puisi kontemporer 1
4 puisi kontemporer 1
 
gurindam dan puisi kontemporer
gurindam dan puisi kontemporergurindam dan puisi kontemporer
gurindam dan puisi kontemporer
 
W.S. RENDRA, TAUFIK ISMAIL, SUTARDJI CALZOUM BACHRI, CHAIRIL ANWAR
W.S. RENDRA, TAUFIK ISMAIL, SUTARDJI CALZOUM BACHRI, CHAIRIL ANWARW.S. RENDRA, TAUFIK ISMAIL, SUTARDJI CALZOUM BACHRI, CHAIRIL ANWAR
W.S. RENDRA, TAUFIK ISMAIL, SUTARDJI CALZOUM BACHRI, CHAIRIL ANWAR
 
KONSEP KESUSASTERAAN MELAYU
KONSEP KESUSASTERAAN MELAYUKONSEP KESUSASTERAAN MELAYU
KONSEP KESUSASTERAAN MELAYU
 
Kelompok 4 sastra indo di masa jepang
Kelompok 4 sastra indo di masa jepangKelompok 4 sastra indo di masa jepang
Kelompok 4 sastra indo di masa jepang
 
Unsur Intrinsik Penggalan Novel Siti Nurbaya
Unsur Intrinsik Penggalan Novel Siti NurbayaUnsur Intrinsik Penggalan Novel Siti Nurbaya
Unsur Intrinsik Penggalan Novel Siti Nurbaya
 
Kelompok 3 sastra periode 30 pujangga baru dan di luar pujangga baru
Kelompok 3 sastra periode 30 pujangga baru dan di luar pujangga baruKelompok 3 sastra periode 30 pujangga baru dan di luar pujangga baru
Kelompok 3 sastra periode 30 pujangga baru dan di luar pujangga baru
 
Apresiasi puisi kontemporer
Apresiasi puisi kontemporerApresiasi puisi kontemporer
Apresiasi puisi kontemporer
 
Arab 4517- AMTHAL ARAB & PERIBAHASA MELAYU
Arab 4517- AMTHAL ARAB & PERIBAHASA MELAYUArab 4517- AMTHAL ARAB & PERIBAHASA MELAYU
Arab 4517- AMTHAL ARAB & PERIBAHASA MELAYU
 
Menggali puing puing sastra madura yang tersisa
Menggali  puing puing sastra madura  yang tersisaMenggali  puing puing sastra madura  yang tersisa
Menggali puing puing sastra madura yang tersisa
 
B.Indonesia : Makna dan Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"
B.Indonesia : Makna dan Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"B.Indonesia : Makna dan Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"
B.Indonesia : Makna dan Parafrase "Senja di Pelabuhan Kecil"
 
1. sekilas tentang sastra madura
1. sekilas tentang sastra madura1. sekilas tentang sastra madura
1. sekilas tentang sastra madura
 
Puisi kontemporer (bhs indo)1
Puisi kontemporer (bhs indo)1Puisi kontemporer (bhs indo)1
Puisi kontemporer (bhs indo)1
 
Multimedia interaktif sudah revisi riri
Multimedia interaktif sudah revisi ririMultimedia interaktif sudah revisi riri
Multimedia interaktif sudah revisi riri
 
Sistematika tugas akhir intertekstualitas
Sistematika tugas akhir intertekstualitasSistematika tugas akhir intertekstualitas
Sistematika tugas akhir intertekstualitas
 
Pkwu
PkwuPkwu
Pkwu
 

Similar to 9. sejarah perkembangan_kesusastraan_arab_klasik_dan_modern-fadlil

Pandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera Islam
Pandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera IslamPandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera Islam
Pandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera IslamKOSPATI UKM
 
Periodisasi sastra menurut nugroho notosusanto
Periodisasi sastra menurut nugroho notosusantoPeriodisasi sastra menurut nugroho notosusanto
Periodisasi sastra menurut nugroho notosusantoidhaparwati
 
Manuskrip nusantara di saint petersburg
Manuskrip nusantara di saint petersburgManuskrip nusantara di saint petersburg
Manuskrip nusantara di saint petersburgSyamsul Noor
 
Difinasi sastera
Difinasi sasteraDifinasi sastera
Difinasi sasteraAyah Ma
 
PPT_Membedakan_Balagah,_Uslubiyah_dan_Naqd_Al_adab_Roni_abdurrom.pptx
PPT_Membedakan_Balagah,_Uslubiyah_dan_Naqd_Al_adab_Roni_abdurrom.pptxPPT_Membedakan_Balagah,_Uslubiyah_dan_Naqd_Al_adab_Roni_abdurrom.pptx
PPT_Membedakan_Balagah,_Uslubiyah_dan_Naqd_Al_adab_Roni_abdurrom.pptxSridewiPriwarti
 
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arabIlmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arabMuhammad Idris
 
Sejarah sastra-indonesia-modern
Sejarah sastra-indonesia-modernSejarah sastra-indonesia-modern
Sejarah sastra-indonesia-modernKang Sianida
 
Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra IndonesiaPeriodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra IndonesiaDedi Irawan
 
Litteratures francophones du monde arabe
Litteratures francophones du monde arabeLitteratures francophones du monde arabe
Litteratures francophones du monde arabeDininda Faliana
 
Makalah sejarah sastra 2
Makalah sejarah sastra 2Makalah sejarah sastra 2
Makalah sejarah sastra 2romi firdaus
 
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)Analisis Dewa Ruci (A Hadi)
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)Sumego GIBADL
 
Gaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguGaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguDeny Pranata
 
Makalah tentangsastra
Makalah tentangsastraMakalah tentangsastra
Makalah tentangsastraMustain Doang
 
kajian stilistika
kajian stilistika kajian stilistika
kajian stilistika Oyax Ruqoyah
 
Materi M5KB1 - Nihon Bungaku
Materi M5KB1 - Nihon BungakuMateri M5KB1 - Nihon Bungaku
Materi M5KB1 - Nihon BungakuPPGHybrid1
 

Similar to 9. sejarah perkembangan_kesusastraan_arab_klasik_dan_modern-fadlil (20)

Pandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera Islam
Pandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera IslamPandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera Islam
Pandangan Sayyid Abu al-Hasan 'Ali al-Nadwi terhadap Teori Sastera Islam
 
GENRE KESUSATERAAN MELAYU
GENRE KESUSATERAAN MELAYUGENRE KESUSATERAAN MELAYU
GENRE KESUSATERAAN MELAYU
 
KESUSATERAAN MELAYU
KESUSATERAAN MELAYUKESUSATERAAN MELAYU
KESUSATERAAN MELAYU
 
Periodisasi sastra menurut nugroho notosusanto
Periodisasi sastra menurut nugroho notosusantoPeriodisasi sastra menurut nugroho notosusanto
Periodisasi sastra menurut nugroho notosusanto
 
Sastra islam melayu
Sastra islam melayuSastra islam melayu
Sastra islam melayu
 
Manuskrip nusantara di saint petersburg
Manuskrip nusantara di saint petersburgManuskrip nusantara di saint petersburg
Manuskrip nusantara di saint petersburg
 
Difinasi sastera
Difinasi sasteraDifinasi sastera
Difinasi sastera
 
Ilmu badi'
Ilmu badi'Ilmu badi'
Ilmu badi'
 
PPT_Membedakan_Balagah,_Uslubiyah_dan_Naqd_Al_adab_Roni_abdurrom.pptx
PPT_Membedakan_Balagah,_Uslubiyah_dan_Naqd_Al_adab_Roni_abdurrom.pptxPPT_Membedakan_Balagah,_Uslubiyah_dan_Naqd_Al_adab_Roni_abdurrom.pptx
PPT_Membedakan_Balagah,_Uslubiyah_dan_Naqd_Al_adab_Roni_abdurrom.pptx
 
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arabIlmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
 
Sejarah sastra-indonesia-modern
Sejarah sastra-indonesia-modernSejarah sastra-indonesia-modern
Sejarah sastra-indonesia-modern
 
Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra IndonesiaPeriodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra Indonesia
 
Sastera
SasteraSastera
Sastera
 
Litteratures francophones du monde arabe
Litteratures francophones du monde arabeLitteratures francophones du monde arabe
Litteratures francophones du monde arabe
 
Makalah sejarah sastra 2
Makalah sejarah sastra 2Makalah sejarah sastra 2
Makalah sejarah sastra 2
 
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)Analisis Dewa Ruci (A Hadi)
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)
 
Gaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguGaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik lagu
 
Makalah tentangsastra
Makalah tentangsastraMakalah tentangsastra
Makalah tentangsastra
 
kajian stilistika
kajian stilistika kajian stilistika
kajian stilistika
 
Materi M5KB1 - Nihon Bungaku
Materi M5KB1 - Nihon BungakuMateri M5KB1 - Nihon Bungaku
Materi M5KB1 - Nihon Bungaku
 

More from Fitra najham

230387508 biorgafi-gilbert-ryle
230387508 biorgafi-gilbert-ryle230387508 biorgafi-gilbert-ryle
230387508 biorgafi-gilbert-ryleFitra najham
 
Ilmupengetahuandanteknologi 120624040913-phpapp02
Ilmupengetahuandanteknologi 120624040913-phpapp02Ilmupengetahuandanteknologi 120624040913-phpapp02
Ilmupengetahuandanteknologi 120624040913-phpapp02Fitra najham
 
D8a7d984d985d982d8b5d988d8b1 d988d8a7d984d985d986d982d988d8b5-d988d8a7d984d98...
D8a7d984d985d982d8b5d988d8b1 d988d8a7d984d985d986d982d988d8b5-d988d8a7d984d98...D8a7d984d985d982d8b5d988d8b1 d988d8a7d984d985d986d982d988d8b5-d988d8a7d984d98...
D8a7d984d985d982d8b5d988d8b1 d988d8a7d984d985d986d982d988d8b5-d988d8a7d984d98...Fitra najham
 
Ceramahmotivasi 090629062118-phpapp01
Ceramahmotivasi 090629062118-phpapp01Ceramahmotivasi 090629062118-phpapp01
Ceramahmotivasi 090629062118-phpapp01Fitra najham
 
4601الفعل اللازم والفعل المتعدي
4601الفعل اللازم والفعل المتعدي4601الفعل اللازم والفعل المتعدي
4601الفعل اللازم والفعل المتعديFitra najham
 
5الميزان الصرفي21
5الميزان الصرفي215الميزان الصرفي21
5الميزان الصرفي21Fitra najham
 
Latihan khat fitra najam
Latihan khat fitra najamLatihan khat fitra najam
Latihan khat fitra najamFitra najham
 

More from Fitra najham (12)

Filsafat bahasa
Filsafat bahasaFilsafat bahasa
Filsafat bahasa
 
230387508 biorgafi-gilbert-ryle
230387508 biorgafi-gilbert-ryle230387508 biorgafi-gilbert-ryle
230387508 biorgafi-gilbert-ryle
 
87360428 filba
87360428 filba87360428 filba
87360428 filba
 
Jael
JaelJael
Jael
 
Ilmupengetahuandanteknologi 120624040913-phpapp02
Ilmupengetahuandanteknologi 120624040913-phpapp02Ilmupengetahuandanteknologi 120624040913-phpapp02
Ilmupengetahuandanteknologi 120624040913-phpapp02
 
D8a7d984d985d982d8b5d988d8b1 d988d8a7d984d985d986d982d988d8b5-d988d8a7d984d98...
D8a7d984d985d982d8b5d988d8b1 d988d8a7d984d985d986d982d988d8b5-d988d8a7d984d98...D8a7d984d985d982d8b5d988d8b1 d988d8a7d984d985d986d982d988d8b5-d988d8a7d984d98...
D8a7d984d985d982d8b5d988d8b1 d988d8a7d984d985d986d982d988d8b5-d988d8a7d984d98...
 
Ceramahmotivasi 090629062118-phpapp01
Ceramahmotivasi 090629062118-phpapp01Ceramahmotivasi 090629062118-phpapp01
Ceramahmotivasi 090629062118-phpapp01
 
21008
2100821008
21008
 
4601الفعل اللازم والفعل المتعدي
4601الفعل اللازم والفعل المتعدي4601الفعل اللازم والفعل المتعدي
4601الفعل اللازم والفعل المتعدي
 
5الميزان الصرفي21
5الميزان الصرفي215الميزان الصرفي21
5الميزان الصرفي21
 
Lazem
LazemLazem
Lazem
 
Latihan khat fitra najam
Latihan khat fitra najamLatihan khat fitra najam
Latihan khat fitra najam
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 

9. sejarah perkembangan_kesusastraan_arab_klasik_dan_modern-fadlil

  • 1. SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK DAN MODERN oIeh: Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. (Dosen Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM) Makalah ini dipresentasikan pada "Seminar lntemasional Bahasa Arab dan Sastra Islam: Persoalan Metode dan Perkembangannya" yang diselenggarakan oleh Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia (IMLA) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 23-25 Agustus 2007
  • 2. PANITiA MUNAS In DAN PINBf V 2007 ~jAJI ~..JJ ~J:=taJI ~ L2:;1 IITII-tlOUl MUOARRISIIN U AL LUCHAH AL 'ARABIYAH OMLA) Sckrctariat: Program Pcndidikan Bahasa Arab Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Unz'vers/'Ias P didik I d '~. . , e n z / all n nnesza II Dr. Sctiabudlii 110, 229 BandLing 40154; Telp.: 022-2013163 ext 2408' Fax' 022-2015411' e-tviail: iml b d @ Ir-r-r-r-r-r--: ' ' " , - , a_ nn ling Q ya 100" Bandung, 16 Agustus 2007 Nomor :026/PAN-MUNAS 1l1-PINBA V/IMLA/VlII/2007 Lamp, :1(Satu) berkas Hal :Permohonan Menjadi Pemakalah pada Seminar Intemasional Bahasa Arab dalam Rangka Muktamar Nasional Ill dan P1NRA V lMT.A ?nr)7 Kcpa da YtlL Dr.H.Fadlil Munawwar Manshur, MS Ju rusan Asia Barat / Bahasa Arab Fa kultas Ilrnu Budaya Universitas Cajah Mada YGYAKARTA Dengan ini Panitia Mu'tamar Nasional III dan Pekan Ilmiah Nasional V Itihadul Mudarrisiin Ii Allughah al A'rabiyah (IMLA), mengundang Bapak untuk rnenjadi Pemakalah pada Seminar Intemasional Bahasa Arab dalam Rangka Muktamar Nasionalll Ldan PINBA V IMLA 2007, Pada acara tersebut, kegiatan utamanya adalah Seminar lnternasional Bahasa Arab dengan pembicara para pakar bahasa Arab dari Timur Tengah, Negara Sahabat dan dari Indonesia, serta Pemilihan Pengurus IMLA Pusat Periode 2007- 20II, Peserta yang diundang adalah Pengajar Bahasa dan Sastra Arab Perguruan Tinggi se-lndonesia, Pondok Pesantren dan SLTA Se Jawa Barat, Pengurus IMLA Pusat dan Daerah. Jumlahnya kurang lebih 300 orang, Tcmpat Pernbukaun dan Pelaksanaan Sidang-sidang di D1VLAT TELKOM JI. Gegerkalong Hilir No, 47 Bandung. Adapun waktunya Insya Allah akan dilaksanakan pada tanggal 23-25 Agustus 2007, Demikian surat ini kami sampaikan dan semoga mendapat perhatian Bapak pada waktunya. Terirnakasih Ketua & PANITIA MUNAS III ~ lOUR DAN PINBA V 200'!l . I ~y.J1 ;.ill«);.)l)lj( ---vI Drs.H. IDudung Rahmat Hidayat, M,Pd ~
  • 4. SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK DAN MODERN 1. Pendahuluan Sastra adalah bagian dari entitas budaya yang praktiknya tercennin dalam karya-karya sastra. Semua kebudayaan dan peradaban di dunia mengalami suatu periode perubahan yang mendalam (Peursen, 1990:72), tennasuk kebudayaan dan peradaban bangsa Arab dengan segala totalitasnya. Para penulis Arab telah banyak mewamai peradaban manusia dengan keahlian dan kecakapan khas mereka dalam bersastra. Peradaban itu berkaitan dengan term kolektif untuk menunjukkan kondisi suatu masyarakat yang beradab (Weintraub, 1969:27). Di antara ciri masyarakat beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya dalam entitas budaya yang adiluhung. Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Arab mampu mengkreasi budaya sehingga dapat mencapai tingkat peradaban yang tinggi, yang tercermin, antara lain, pada produk budayanya yang berwujud karya sastra berbentuk puisi, prosa, dan drama. Sastra Arab, sebagai entitas budaya, sudah tentu mencenninkan pikiran dan perasaan bangsa Arab dengan segala kelebihan dan kekurangarmya. Dalam konteks kelebihan bangsa Arab, maka tidak ada pencapaian kebudayaan dan peradaban manusia yang mampu menunjukkan nilai-nilainya yang paling otentik dan khas kecuali apa yang telah dicapai oleh kesusastraan Arab. Puisi adalah diantara bentuk- bentuk dominan karya bangsa Arab dan secara spesifik yang membedakarmya dengan bangsa lain. Pembicaraan ini mendapatkan pembenararmya dengan adanya fakta tentang pengaruh besar sastra Arab - dalam struktur maupun fungsi - atas sastra lain yang secara langsung bersentuhan dengannya, seperti, sastra Persia, Turki, Indostanik, dan yang secara tidak langsung di antaranya adalah sastra (puisi) Gregorian, sastra Ibrani Abad Pertengahan, dan bahkan sastra Barat sekalipun. Sastra Arab meninggalkan jejaknya sampai menjelang permulaan era puisi-puisi tradisi Romawi (Cantarino, 1975). Jika diperhatikan klasifikasi puisi formal Yunani, maka puisi Arab tampak sangat lyricue bila dibandingkan dengan puisi Yunani yang lebih naratif dan cenderung dramatique. Puisi Arab lebih memiliki fungsi sosial daripada individual karena kehadiran audiens dipertimbangkan di dalarrmya, terlebih kabilah yang
  • 5. menjadi asal daerah sang penyair. Puisi Arab walaupun pada hakikatnya bukan sebuah epique, tetapi dia memiliki kualitas untuk disebut sebagai epique. Terlebih dari style dan term yang dikandungnya. Puisi epique (asy-si'rul-qashashy) adalah ungkapan kejadian yang diceritakan dalam bahasa puisi, baik yang bermetrurn maupun yang tidak bermetrum (Zaydan, 1996:53). Puisi epique Arab dapat dilihat pada tema-tema kisah kepahlawanan dan keberanian anggota kelompok kabilah tertentu dalam menaIitang realitas kehidupan gurun yang keras. Adapun tema-tema kematian banyak mendapatkan perhatian dan diekspresikan dalam puisi-puisi elegi. Puisi elegi berisi renungan mengenai aspek- aspek tragis dalam hidup manusia, bertepatan dengan meninggalnya seorang kekasih atau peristiwa menyedihkan (bdk. Hartoko, 1986:37). Tema-tema kesenangan hidup duniawi seperti cinta, anggur, judi, perburuan, dan ketangkasan berkuda juga menjadi tema-tema yang tidak jarang dieksplorasi dalam puisi epique (Badawi, 1975:2). Dalam konteks ini, tujuan ekspresi puisi adalah kreasi suprapersonal dan nilai-nilai abadi (Steiner, 1977:2) dari pengarangnya, yaitu nilai-nilai yang tumbuh subur dalam kebudayaan bangsa Arab. Tema-terna puisi yang ditulis berhubungan erat dengan model metrurn yang dipakai, yang pada umurnnya sangat rurnit. Seperti halnya konsep formula dalarn tradisi lisan (puisi) Yugoslavia, dalam puisi Arab dikenal juga formula, yaitu kumpulan kata yang sering digunakan pada kondisi metrurn yang sarna untuk menyatakan sebuah gagasan esensial (Lord, 1981). Formula dalam puisi Arab dapat dilihat pada penggunaan satu metrurn dan satu rima. Hal ini menjadi bukti yang jelas betapa penting pola bunyi dalam puisi Arab, apalagi bahasa yang digunakan dalarn puisi adalah bahasa khusus yang berbeda dengan bahasa sehari-hari (Scholes, 1977:22) yang tentu saja diperlukan pemahaman yang khusus pula karena bunyi kata dalam tradisi lisan mempunyai arti yang berbeda-beda, Keunikan puisi Arab terlihat pula apabila puisi panjang (kasidah) yang sering kali menjadi tampak pendek bila dibandingkan dengan puisi-puisi Eropa. Satu baris dalam puisi Arab, biasanya dibagi menjadi dua, dengan pembagian metrurn yang sarna, dan secara umum dengan pola rima di permulaan puisi, khususnya dalam kasidah. Kasidah tidak seperti potongan qith 'a yang sangat panjang dengan struktur 2
  • 6. yang terbagi-bagi. Pada zaman pra-Islam, puisi, yang disebut mu'allaqdt, sebagian besar ditulis dalam model kasidah. Oleh penulisnya, pembukaan kasidah-kasidah tersebut sering diawali dengan kata nasib yang maknanya berhubungan dengan rasa cinta dan kasih sayang atau menaruh iba pada diri sendiri. Untuk melupakan bayangan wajahkekasihnya itu, dia melakukan perjalanan panjang melintas dan menembus gurun dengan ontanya. Penyair mengakhiri puisinya dengan kata-kata pujian yang diperuntukkan bagi dirinya sendiri atau kabilahnya, bersamaan dengan itu, ia menyindir atau memperolok musuh-musuhnya atau musuh kabilahnya (Badawi, 1975:3). Formula nasib ini masih digunakan oleh para penyair Arab pada masa Umayyah karena dipandang sebagai ciri khas puisi Arab yang mengutamakan ungkapan perasaan yang dalam dan jujur (Zaydan, 1996:252). 2. Keunikan Puisi Arab Pada zaman Arab pra-Islarn, puisi Arab menjadi fondasi utama dan dipandang sebagai sandaran dalam kaidah berpuisi. Dari sudut pandang prosodic, secara praktik, semua memang merujuk pada masa tersebut. Model puisi yang lazim pada masa itu adalah puisi dengan enam belas metrum dengan struktur bergabung, tanpa rima, yang penggunaannya hanya dalam puisi-puisi serius saja. Itu pun dengan rima tunggal (monorhym). Akan tetapi, kemudian terdapat sedikit inovasi, khususnya yang terjadi di wilayah Spanyol Islam pada abad ke-ll, dengan model puisi strophic atau stanzaic yang di sana lebih dikenal dengan nama muwashshah. Puisi-puisi dengan terna cinta dan kasih sayang, yang penuh dengan imagery gurun banyak disukai oleh sebagian besar penyair, dan gaya ini terus berlangsung sampai pada dekade pertama abad ke-20. Genre yang sering ditulis dan menjadi domain puisi zaman pra-Islam adalah : puji-pujian (fakhr), madich, satire .{hija'), elegi (ritsd '), deskripsi (wash/) dan puisi-puisi cinta (ghazal). Puisi religius atau puisi asketik (zuhd) adalah satu pengecualian walaupun sebenamya terdapat banyak puisi yang berbicara tentang moralitas seperti yang ditulis oleh Ka'ab bin Zuhayr pada zaman pra dan awal kelahiran Islam (Badawi, 1975:3). Dengan kelahiran Islam, sebagai agama baru, muncul beberapa perubahan. Sebagaimana yang juga terjadi pada puisi pada awal masa Anglo Saxon Kristen, 3
  • 7. yang saat itu Kristus dan murid-muridnya dipandang dan digambarkan dalam tenn- term pagan. Kelahiran Muhammad saw telah menandai dimulainya era baru yang mengubah tatanan hidup dan ideologi bangsa Arab yang dimulai dari Mekkah dan Madinah dengan Alquran sebagai fondasi tatanan masyarakat baru tersebut (Bakalla, 1984:136). Kedatangan Islam dengan Alquran sebagai fondasi utamanya, mampu memberikan pengaruh terhadap perkembangan puisi pada saat itu karena para penyair muslim generasi pertama adalah orang-orang Arab yang berkarya dalam sebuah tradisi yang telah mempunyai konvensi dan aturan yang mapan. Para penyair itu terpengaruh oleh sastra dan keindahan Alquran (al-Khuly dan Zayd, 2004:87). Perkembangan penting setelah berdirinya agama baru tersebut adalah munculnya model puisi-puisi baru, yaitu puisi cinta, yang walaupun ditulis dengan penuh perasaan, tetapi secara umum ia bebas dari tendensi dan emosional serta khayalan biasa. Sejumlah penyair mulai menggabungkan diri dalam model puisi baru ini. Puisi ini adalah prototype bagi puisi-puisi cinta Abad Pertengahan Eropa yang kemudian lebih dikenal dengan nama al-Hawal-Udzry (diambil dari nama suku, Udzra), Mereka adalah Kuthayyir 'Azza, Jamil Buthayna, Ghaylan Mayya, dan Layla Majnun, Satu dari mereka, Layla Majnun, menjadi subjek legenda penting dan menarik bagi drama Arab modem. Dalam puisi-puisi cinta, .biasanya sang penyair banyak menggambarkan wanita-wanita cantik dan ideal. Di antara tema-temanya adalah saling kepercayaan, adanya seorang utusan, pengkhianatan, dan pertengkaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Professor Arberry, terna-tema konvensional ini berkembang terutama dalam puisi-puisi zaman Abbasiyyah. Ungkapan yang seringkali digunakan di antaranya adalah: 'hati yang terbakar dan mata yang menangis darah, tatapan mata sang kekasih laksana pedang yang menusuk hati'. Hiperbola dan tema-tema sejenis mirip dengan puisi cinta konvensional gaya Elizabeth. Dalam hal ini, memang puisi Arab secara dominan ditandai dengan perasaan Cathifah) dan imajinasi (al-khaydli (Sa'iy, 1985:73) penyaimya yang menggambarkan realitas zamannya. Pada abad ke-l l , di Spanyol Islam, khususnya puisi cinta Ibnu Zaydun terlihat sangat mencolok dengan penulisan yang dipadukan dengan kelembutan dan keindahan perasaan (Badawi, 1975:4) yang dalam ilmu sastra disebut estetika. Jan Mukarovsky menyebut estetika sebagai ilmu yang membahas tentang keindahan 4
  • 8. (Burbank and Steiner, 1978:29). Dalam hal ini, sesungguhnya fondasi sastra Arab adalah keindahan (al-jamal) seperti halnya fondasi ilmu adalah kebenaran (al- chaqiqah) dan fondasi moral adalah kebaikan (al-khayr) (ath-Thanthawy, 1992:150). Jadi, perkembangan sastra Arab di Spanyol Islam telah mengenal konsep estetika yang dengannya karya-karya sastra Arab, termasuk kasidah, tampil dengan kata-kata yang indah, yang mengungkap pikiran dan perasaan pengarangnya tentang kecakapan, moralitas, dan kebajikan. Kasidah, yang dinilai sebagai puisi serius dengan rima dan metrurn tunggal, serta majaz-rnajaz gurunnya tetap menjadi model puisi ideal bagi banyak penyair. Demi alasan yang lebih baik ataukah sebaliknya, para penyair pada masa awal Dinasti Umayyah memperlihatkan satu kecenderungan bahwa mereka meniru dan terpengaruh dengan model puisi zaman pra-Islam, yang di dalamnya banyak berisi pujian dan sanjungan atas patron mereka. Masa Dinasti Umayyah juga melahirkan penyair-penyair Naqa'id, seperti Jarir dan Farazdaq yang sampai beberapa tahun saling berdebat lewat puisi-puisi mereka. Pada masa Dinasti ini, muncul tema-terna politik dan polemik yang menggambarkan pergulatan politik dan aliran keagamaan. Pada masa ini, Islam mencapai prestasi pembebasan wilayah yang luar biasa sehingga memunculkan puisi-puisi yang bertema pembebasan, dakwah Islam, dan tasawuf. Para penyair yang terkenal pada masa Dinasti Umayyah disebut al- 'Udzriyyiin, antara lain Dzur- Rimach, Farazdaq, Jarir, Akhthal, dan Qays Ibnu al-Mulawwich. Nama yang terakhir terkenal dengan sebutan Majnfm Layla (Mucharnmad, 1982:152; www.geocities.com) atau populer juga dengan nama Layla Majnun, sebuah karya sastra Persia, yang berasal dari kesusastraan Arab. Kisah Layla Majnfm sangat populer dan mendapat sambutan besar di dunia Timur, khususnya di Timur Tengah dan Asia Tengah yang meliputi negara-negara Arab, Turki, Iran, Afghanistan, Tajikistan, Kurdistan, India, Pakistan, dan Azerbaijan. Pada Abad Pertengahan, kisah Layla Majnfm memberikan pengaruh besar terhadap tradisi sastra Barat, dan pada abad ke-13 Masehi, sastra epic Jerman karya Gottfried Strassburg yang berjudul "Tristan und Isolde" dan juga fabel Prancis karya Shakespeare abad ke-16 Masehi, yang berjudul "Aucassin et Nicolette", mendapat pengaruh besar dari kisah LaylaMajnOn (Guinhut, 1998:1). Para sastrawan 5
  • 9. Arab, seperti Dzur-Rimach, Farazdaq, Jarir, Akhthal, dan Qays Ibnu al-Mulawwich (Brockelmann, 1937:87) banyak membawa perubahan dalam kehidupan kesusastraan Arab, khususnya puisi yang sangat digemari oleh para bangsawan Arab Dinasti Umayyah. Pada masa Umayyah tugas utarna penyair istana (pourt of court) adalah menggubah puisi yang berkisah tentang prestasi yang telah dicapai oleh para pembesar kerajaan dan mengabadikan nama mereka di dalamnya. Tentu saja, muncul beragam macam suara yang tidak sependapat dengan fenomena ini. Bagi mereka, ini adalah sesuatu yang tidak relevan dan absurd menerapkan model puisi zaman pra- Islam dalam kehidupan modern. Lebih-lebih dengan adanya perluasan wilayah Abbasiyyah bersamaan dengan tingkat kehidupan dan peradaban yang telah mengalami kernajuan. Si 'penyair udik', Abu Nawas adalah satu dari mereka itu. la adalah penyair yang biasa membaca puisi sambiI minum khamr (anggur), walaupun sesungguhnya, menurut Dr. Syauqy Dhayf, ia bukanlah penyair pertama Arab yang suka melakukan hal itu (' Asyiyyi, 1973 :29). Pembukaan puisi dengan mengeksploitasi kenikmatan anggur biasa digunakan sebagai ganti pembukaan puisi yang selalu dimulai dengan kata-kata perkabungan. Akan tetapi, reaksi melawan kecenderungan umum yang konvensional ini tarnpaknya hanya berjalan setengah hati. Abu Nawas sendiri tetap mengikuti praktik tradisional dalam banyak karya puisinya, seperti memunculkan tema-tema yang bersifat oposisi biner antara realisme dan imajinasi, antara kebendaan dan kerohanian, dan pujian yang berlebihan terhadap seseorang atau sesuatu yang menjadi objeknya (al-Ayyuby, 1984:378). Sebagian besar penyair di separuh abad pertama kekuasaan Islam adalah orang Badui, dengan segala atribut klasik mereka. Sebuah fakta yang tidak terelakkan adalah bahwa banyak dari pangeran dinasti Umayyah yang berimajinasi dan suka berperilaku seolah mereka adalah para pemuka suku Arab Badui ketika sedang berada dalam tenda-tenda padang pasir. Bila mereka sedang berburu, sebagian besar bangsa Arab mumi zaman Islam menghindari lingkungan padang pasir; mereka lebih memilih tinggal di wilayah perkotaan dan menetap di tempat itu sehingga berpengaruh pada masuknya orang-orang non-Arab ke dalam agama barn, Islam, dan membangun sebuah kebudayaan dan kekuatan barn pula (Beeston, 1977). 6
  • 10. Oleh karena itu, segera setelah kekuatan politik dinasti Umayyah mulai goyah, kekuatan barn ini mulai mempersiapkan langkah, menciptakan aliran-aliran barn dalam puisi dengan sentuhan dan konsep lebih modem daripada sebelurnnya. Bassar Ibnu Burdin (selanjutnya disebut Bassar) berada di garda depan gerakan ini. Banyak dijumpai perubahan fundamental dalam bait-bait puisi cinta yang ditulisnya. Dalam hal ini, Bassar berusaha keras mecoba menemukan cara-cara barn dalam penulisan puisi. Hal itu ditandai dengan penghematan dalam penggunaan kata serta pengungkapan perasaan jiwa yang berbeda dari puisi orang Badui. Usaha Bassar ini hampir mirip dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Cowper dan Wordsworth ketika menentang gaya puisi Agustian yang muluk-rnuluk. Tindakan ini telah membuat Bassar memperoleh popularitas yang besar, khususnya di kalangan generasi muda. Akan tetapi, popularitas itu tidak serta merta menawarkan kehidupan yang lebih baik kepadanya. Karena kebutuhan hidupnya, sebagai seorang penyair profesional, sebenamya ia bergantung pada pemberian atau hadiah yang diberikan oleh sang patron atas puisi pujian yang dibacakan untuknya, sementara mereka biasanya lebih menyukai puisi-puisi gaya tradisional daripada modem. Sebenamya, bagi sang penyair sendiri menulis puisi tradisional ataupun modem bukan satu masalah yang berarti karena mereka bisa menulis kedua model itu. Ada sebuah puisi yang dimulai dengan kata Bakkira Shachibayya. Melalui PUlSl ini sebenamya sang penyair bermaksud menunjukkan keahliannya dalam memanipulasi gaya lama sekaligus menunjukkan keakrabannya dengan 'keanehan' gaya tersebut. Akan tetapi, gaya demikian jarang dipakai dalam puisi-puisi cinta. Bassar, penyair tunanetra dari Basra ini, sebenamya ketika melukiskan kehidupan gurun, dia tidak mengalaminya secara langsung, tetapi hanya menggubah dari karya master pendahulunya. Para pembaca puisi Arab di Eropa yang memahami betul keunggulan puisi Badui tentu akan mengesampingkan peran penyair lain (Beeston, 1977). Dalam kaitannya dengan upaya memahami puisi-puisi Bassar, temyata Kamus Bahasa Arab Modern karya Hans Wehr telah memuat seluruh kosa kata penting yang dibutuhkan dalam membaca puisi modem Bassar, Menguraikan makna puisi bagaimanapun akan selalu berbenturan dengan problem kosa kata (Beeston, 7
  • 11. 1977). Kamus Hans Wehr tersebut sampai abad ke-20 masih tetap dijadikan rujukan bagi perkembangan leksikologi dan leksigrafi Arab, bahkan dicetak ulang berkali- kali, yaitu pada tahun 1961, 1966, 1971, dan 1974, diterbitkan oleh Libraire du Liban Beirut dan Macdonald & Evans Ltd. London, dan diedit oleh 1. Milton Cowan, seorang leksikolog dari Ithaca, New York Amerika Serikat (bdk. Wehr, 1980). Pada sisi yang lain, puisi Arab yang paling baik adalah puisi yang mampu menunjukkan unsur musikalitas sehingga siapa pun yang mendengarnya akan terbawa oleh alunan irama serta ritmenya. Dengan demikian, upaya menguraikan makna puisi Badui adalah pekerjaan yang rumit. Puisi Bassar terkadang menggunakan kata kiasan yang terlalu tinggi padahal puisi Badui biasanya tidak demikian. Sebagian puisi Bassar juga tetap menggunakan gaya lama, yaitu satu kata dipakai untuk menggambarkan beragam image (Beeston, 1977). Dominasi model puisi tradisional ini, secara tidak langsung, mendapat banyak dukungan di lapangan sastra, budaya, dan sosial karena kecenderungan umum dalam pikiran orang Arab adalah memegang tradisi lama. Apa pun alasan yang dikemukakan, semua bersumber dari keterbatasan tema dan ide. Sebagai hasilnya, banyak penyair yang akhimya terjebak dalam gaya dan bentuk semata. Dalam tradisi dimana rhythm dan suara (pola bunyi) memainkan perannya yang penting, maka mempertimbangkan struktur dan gaya menjadi faktor yang tidak terelakkan. Dengan demikian, hal ini juga bermakna bahwa tugas seorang penerjemah puisi Arab menjadi sangat berat dan sulit. Bagaimanapun, selama berabad-abad, prinsip yang berlaku bagi penyair adalah bahwa mereka tidak hanya mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan, tetapi lebih dari itu, mereka harus menuliskan puisi-puisi itu dalam bentuk dan susunannya yang paling indah. Hal ini dipandang sebagai perkembangan positif, setidaknya dalam lapangan kritik sastra. Dalam analisis style, bahasa puisi, terutama metafora dan majaz, para kritikus Arab Abad Pertengahan sampai pada kesimpulan bahwa sebenamya banyak karya yang ditulis dengan bahasa yang halus dan modem. Seorang kritikus Anglo- American seperti LA. Richards bahkan sudah menujukkan adanya hal tersebut pada delapan atau sembilan abad yang lalu. Akan tetapi, dalam penulisan kreatif, perhatian penyair serta gaya yang dimilikinya banyak termanifestasikan dalam aliran penulisan yang disebut badi'. Kata badi' sendiri secara harfiah berarti baru, tetapi kata itu biasa 8
  • 12. digunakan untuk menunjukkan sebuah style puisi yang tinggi. Dalam konteks ini, penyair modern meneoba untuk mengungkapkan individualitas dan orisinalitasnya berhadapan dengan unsur-unsur lama. Di tangan para penyair besar seperti Abu Tammam (805 Masehi) dan al-Mutanabby (915 Masehi), puisi-puisi panjang berubah menjadi style yang heroik, yang menggambarkan maksud (intention) pengarangnya untuk menggelorakan semangat kepahlawanan bagi para prajurit dalam perluasan wilayah Islam ke berbagai kawasan. 3. Sastra Arab: antara Kemunduran dan Kemajuan Perkembangan penting lain dalam puisi Arab sebagai akibat dari perluasan wilayah kekuasaan Islam seeara geografis adalah perkembangan dan perluasan wawasan orang-orang Arab. Berhubungan dengan ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah muneulnya genre deskriptif, terutama dalam puisi-puisi Abu Nawas dan model puisi-puisi alam yang menggambarkan pemandangan gurun yang banyak dijumpai di wilayah Spanyol Islam, Sisilia, dan Afrika Utara. Kedua, adalah berkembangnya puisi sufistik yang meneapai puncaknya dalam karya penyair Mesir, Ibnul-Farid (1182-1235) dan penyair Andalusia Ibnu Araby (1165-1240). Pada masa Mamlfik dan Utsmany, para penyair lebih terfokus pada bentuk dan eara ekspresi, kelihaian verbal mereka pada akhimya mengalami degradasi dan jatuh dalam akrobat kata-kata semata (Badawi, 1975:6). Sebagian sejarawan sastra bersepakat bahwa sastra Arab pada masa Utsmany - periode yang dimulai dengan penaklukan Utsmany atas SOOah (I510) dan Mesir (1517) sampai pada masa ekspedisi Napoleon ke Mesir (1798) - dicatat sebagai masa kemunduran kebudayaan Arab. Akan tetapi, tentu saja periode ini tidaklah betul- betul mengalami kemunduran total sebagaimana tertulis dalam banyak buku sejarah. Sarjana seperti Gibb dan Bowen teguh dengan pendiriannya bahwa "menolak semua nilai penting sastra Arab abad ke-18 sungguh sangat tidak beralasan". Bahkan Gibb dan Bowen mengakui sastra Arab tetap sangat menarik walaupun pada saat kondisi masyarakat yang melahirkannya mengalami kelelahan. Upaya penegakan kembali sastra Arab dengan gerakan yang seeara luas dikenal dengan Nabda atau al-Inbi 'dts yang bermakna Renaissance, untuk pertama kalinya dimulai di Lebanon, SOOah, dan 9
  • 13. Mesir. Dari ketiga negara tersebut gerakan ini menyebar luas ke belahan dunia Arab yang lain (Badawi, 1975:6). Akan tetapi, dalam perkembangan sastra Arab berikutnya, ternyata di Suriah keadaannya menjadi terbalik dan cukup memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat pada stagnasi kehidupan sastra Arab yang ditandai, antara lain, dengan tidak adanya majalah sastra, kecuali hanya "ath-Thali'ah" yang diterbitkan oleh para lulusan perguruan tinggi Eropa. Selain itu, novel-novel pun tidak banyak bermunculan, kalaupun ada, para penulisnya sulit mendapatkan penerbit yang berminat mempublikasikannya. Para sastrawannya (penyair) seolah-olah sedang "tidur panjang" (an-naumuth-thowils sehingga tiap lima tahun hanya bisa terbit satu kasidah yang bermutu (ath-Thanthawy, 1992:166-167). Pada abad ke-18, gejala stagnasi itu makin tampak ketika negara-negara Arab berada dalam wilayah provinsi kekaisaran Utsmany yang mulai mengalami kemunduran sehingga wilayah ini terisolasi dari gerakan intelektual yang terjadi di Barat. Provinsi-provinsi pada kekaisaran ini hidup dalam keterkungkungan dan keterbelakangan budaya. Pada saat yang bersamaan terjadi ketidakstabilan politik di wilayah-wilayah kekuasaan Turki yang menyebabkan urusan pendidikan menjadi terbengkalai, jumiid, dan hanya mementingkan pendekatan teosentris belaka. Tidak ada ide-ide barn dan inisiatif yang dilahirkan. Kedudukan bahasa Arab selama kekuasaan Turki digantikan dengan bahasa Turki sebagai bahasa resmi pemerintahan. Dengan demikian, kebudayaan Arab mengalami kelumpuhan, termasuk di dalamnya adalah sastra. Tidak banyak karya yang mampu dihasilkan. Semua terjebak dalam romantika kejayaan masa lalu, sebagai akibatnya adalah keterputusan generasi. Pandangan-pandangan lama sastra Abad Pertengahan tetap mendominasi lapangan sastra. Tidak ada pembaruan dalam bersastra, hampir semuanya adalah peniruan-peniruan gaya atau model-model lama (Badawi, 1975:7). Sebagian besar puisi Arab abad ke-l S diramaikan dengan kata-kata yang bemuansa 'akrobat'. Apa yang dilakukan penyair adalah untuk menarik dan memberikan kesan bagi audiensnya, dengan cara memanipulasi kata-kata tertentu dan menambahkan beberapa efek khusus. Mereka berlomba-lomba satu sarna lain dalam membuat puisi-puisi dengan cara barn ini, yaitu setiap kata dalam puisi ini dibuat sarna, atau kata-kata tersebut dimulai dengan huruf-huruf yang sarna, atau 10
  • 14. setiap huruf dan kata dibubuhi titik-titik. Ada juga yang menuJis puisi dengan cara memulainya dari belakang. Fenomena gaya penuJisan yang tidak serius ini juga dijumpai dalam badi' (Badawi, 1975:7). Kondisi sastra Arab pada masa yang memprihatinkan itu disebut sebagai kitsch, yaitu seni semu, yang oleh Eco, seorang linguis Italia, disebut "sebuah dusta struktural" (bdk. Hartoko, 1986:73). Artinya, dusta yang dibuat secara sengaja oleh penyair karena kebuntuan pikiran dan daya imajinasinya yang dangkal sehingga puisi-puisi yang dihasilkannya tidak bermutu. 4. Sastra Arab dan Sastra Eropa : Dua Entitas yang saling Mempengaruhi Dalam konteks teori puisi, LA. Richard, seorang penganut madzhab New Criticism, mengatakan bahwa intention (maksud) pengarang dalam karya sastra (puisi) itu penting. Pemyataan ini mengisyaratkan bahwa kedirian dan maksud pengarang dalam analisis teks sastra patut dipertimbangkan. Oleh karena itu, untuk menilai penampilan penyair, maka intention memainkan peranan penting karena pembaca akan mengetahui apa yang dimaksudkan oleh penyair (Lambropoulus & Miller, 1987:103). Dalam buku yang berjudul Principles ojLiterary Criticism yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1924, Richards berpolemik secara radikal dengan T.S. Eliot tentang keterlibatan pengarang dalam analisis teks sastra (Jefferson, 1987:73-74). Dalam polemik itu, T.S. Eliot yang juga seorang Anglo- American (Erlich, 1964:253) mengatakan bahwa tidaklah relevan apabila maksud pengarang dihubungkan dengan karyanya (Olsen, 1987:28), artinya, para tokoh cerita di dalam karya itu tidak mungkin dapat diidentifikasi melalui pengarangnya (Chatman, 1980:147). Dalam konteks ini, Eliot meniadakan kedirian dan intention pengarang dalam karya yang diciptanya. Konsep meniadakan keterlibatan dan intention pengarang dalam memahami sebuah teks sastra disebut intentionalJallacy, sebuah konsep yang dimunculkan oleh W.K. Wimsatt dan -Monroe C. Beardsley (LambropouJos & Miller, 1987:103). Perdebatan teori sastra seperti yang terjadi di Barat, juga muncul di dunia sastra Arab karena para penulis Arab banyak yang meresepsi teori-teori sastra Barat. Hal ini dapat dilihat pada buku karya Syafi' as-Sayyid (2005) yang berjudul Nazhariyyatul-Adab, Dirdsatun fil-Maddrisin-Naqdijyatil-Chaditsah yang dengan jelas dan detail membahas tentang polemik antara madzhab sastra yang memandang 11
  • 15. intention pengarang itu penting dengan yang menganggap intention tidak perlu ada dalam analisis sebuah teks sastra Budaya "menerima dan memberi" antara tradisi Arab dan Barat dalam dunia sastra merupakan suatu hal yang menarik, tennasuk dalam pengembangan teori sastra Arab. Pada awalnya, Barat banyak meresepsi karya-karya sastra Arab yang dipandang masterpiece yang kemudian ditiru model dan konsepnya oleh para penulis sastra Barat. Kemudian lahirlah karya-karya sastra Barat yang dipandang masterpiece, yang juga diresepsi oleh penulis sastra Arab. Kembali pada masalah individualitas dan orisinalitas puisi Arab, yang berkaitan erat dengan tarik-rnenarik antara mempertahankan konvensi lama dengan menganut model baru, dapat dikatakan bahwa kernenangan-kemenangan dalam peperangan banyak yang diabadikan dalam puisi-puisi model baru. Al-Mutanabby juga berupaya keras untuk keluar dari konvensi lama. Abul-'Ala 'al-Ma'am, seorang penyair .buta Suriah (973-1058), dengan sangat percaya diri, mampu keluar dari konvensi-konvensi lama dalam berpuisi, ia tidak lagi menuliskan kata-kata pujian untuk sang patron dalam pembukaan puisinya sebagaimana yang lazim dilakukan oleh para penyair pada masa itu. Dia banyak menuliskan pandangannya tentang hidup dan mati manusia serta keyakinan-keyakinannya dalam puisi yang beragam modelnya. Puisi yang ditulisnya terkadang hanya terdiri atas dua sampai tiga baris saja. Sikap rasionalistik, skeptik, pesimistik, kejujuran, dan keberaniannya menolak konvensi lama telah membuat ia dikenal luas di kalangan penyair modern (Badawi, 1975:6). Dalam keterkaitan masalah sastra Arab ini, maka siapa pun harus menengok kembali pada masalah-masalah yang pernah menjadi wacana pada zaman Yunani, yaitu tradisi Aristotelian karena pengaruhnya begitu besar terhadap pennulaan dan perkembangan teori puisi Arab. Sebagaimana dimaklumi bahwa karya-karya penting Aristoteles telah banyak yang disalin ke dalam bahasa Arab. Akan tetapi, bila dicermati lebih mendalam, karya-karya besar Aristoteles yang popu1er di kalangan bangsa Arab dan yang disalin itu bukan karya-karya sastra, tetapi karya filsafat dan ilrnu pengetahuan. Disiplin puitika Arab dikembangkan dan berasal dari beragam pendekatan yang berbeda, dan pada dasarnya, merupakan hasil usaha yang dibuat oleh ahli filologi yang mempertimbangkan dan mengkaji komposisi puisi-puisi Arab. Di bawah pengaruh tradisi Aristotelian, bagaimanapun, para sastrawan Arab semakin 12
  • 16. handal dalam mengembangkan definisi puisi dan memformulasikan pengamatan rnereka sendiri melalui cara yang berbeda dengan pengayaan kosa kata yang lebih logis. Menurut Cantarino (1975), walaupun pandangan mereka tentang hakikat [enomena puisi sangat luar biasa, tetapi terkadang kesimpulannya kurang rneninggalkan kesan, kehilangan sentuhan tradisional, terjebak pada retorika, dan konkretisasi puisi yang terlalu formal. Lebih jauh Cantarino (1975) melontarkan kritiknya bahwa di bawah pengaruh tradisi Aristotelian, kemudian menjadikan sarjana-sarjana Barat sebagai acuan, rnembuat esai-esai sastra Arab seringkali berakhir sebagai enumerasi dari varietas Aristotalica semata. Kemungkinan bahwa pendapat ini benar sangatlah kecil karena hal itu berarti menolak atau mengabaikan fakta bahwa sarjana-sarjana Arab berusaha keras menganalisis kualitas komposisi puisi Arab dari perspektif terminologi Aristotelian yang dipahami dalam term mereka sendiri. Menolak fakta ini berarti rnenolak seluruh alasan inteligensi dan prestasi yang telah dicapai oleh sebagian besar penulis dan filosof Arab temama dalam sejarah kebudayaan mereka. Dengan demikian, juga menolak kontribusi berharga yang telah disumbangkan dalam analisis puisi . Di bawah pengaruh tradisi Aristotelianlah para penulis Arab mampu rnengembangkan teori analisis puisi. Ketidakmampuan mengubah kecenderungan puisi atau retorika dalam kritik sastra Arab tidak perlu menjadi alasan menolak gaya berpikir Aristotelian. Para kritikus sastra Arab, di satu pihak, secara intensif terns melakukan pengamatan dan studi komposisi puisi dalam rangka mencari formulasi filosofis dan teoretis, tetapi di pihak lain mereka tidak mencoba menyusun teori-teori estetika dalam komposisi dan studinya. Salah satu problem yang sering ditemui para sarjana dalam menganalisis teori puisi Arab adalah lemahnya sistem dalam pengkajian teks-teks tertulis yang dilakukan oleh para kritikus Arab. Para sarjana itu tampaknya kurang berminat daharri mengungkapkan subjek bahasan secara organik dan menarik. Hal ini patut disayangkan karena bertolak belakang dengan prestasi intelektual dan budaya yang telah dicapai. Dengan kondisi seperti ini, banyak topik yang dalam pandangan stru.k:turalisme, semestinya mendapat pembahasan serius, tetapi akhirnya terkesan hanya dianggap sambil lalu. Problem lain yang lebih pelik adalah adanya 13
  • 17. ketidakmampuan para kritikus sastra menganalisis puisi Arab dengan teori-teori baru. Analisis teks-teks puisi Arab masih sering menambahkan konsep-konsep baru dengan tanpa menolak konsep-konsep lama. Hal ini terus saja berlanjut tanpa perubahan di sepanjang sejarah kritik sastra Arab (Cantarino, 1975). Dari tinjauan kronologis, produktivitas teori sastra Arab membentuk sebuah kurva dan setara dengan studi-studi lain di dunia Arab, mempresentasikan dari apa yang disebut sebagai zaman keemasan Islam (the golden age); dari abad ke-9 sampai dengan abad ke-12 Maseru. Dimulai dengan permulaan pertumbuhan yang sangat cepat, kemudian datar, dan pelan-pelan mengalami kemunduran. Kelahiran kembali dunia Arab, yang jejak-jejaknya masih dapat disaksikan sampai saat ini, dalam budaya dan kesadaran sastra mereka, bukanlah kelanjutan dari warisan besar sejarah mereka, tetapi lebih merupakan produk dari pengaruh peradaban Barat, dan hal ini diakui oleh para pemikir Arab sendiri. Demikian juga, teori sastra Arab modem lebih merupakan hasil resepsi dari tradisi sastra Eropa daripada kelanjutan dari sastra tradisional Arab (Cantarino, 1975). 5. Resepsi Sastra Arab dalam Sastra Eropa Sebagian besar karya sastra Arab telah banyak yang disalin ke dalam bahasa Barat. Karya ini setidaknya memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk mengetahui lebih mendalam mengenai kritik sastra Arab. Tidak lama berselang setelah kemunculannya di Inggris pada tahun 1956, drama karya John Obsorme, Lock Back in Anger, telah mengalami pengalihan ke dalam bahasa Arab dan diproduksi menjadi serial sandiwara radio. Pada saat itu, beragam kelompok drama lokal Cairo sangat gencar menampilkan drama-drama terjemahan karya para sastrawan besar dunia, mulai dari Sheakspeare, Chekov, Sartre, Arthur Mill, Durrenmatt, Ionesco, dan Samuel Beckett. Karya-karya sastra Barat seperti novel Jerman "Isolde Blanchemein" dan novel Prancis "Floire et Blanche Fleur" adalah cerita-cerita yang mirip dengan novel karangan al-Qasim yang berasal dari tradisi puisi dramatique Arab. Puisi dramatique (asy-syi'rut-tamtsilyi diartikan sebagai ungkapan kejadian yang berisi nasihat dan hikmah kehidupan manusia (asy-Syak'ah, 1974:713; Zaydan, 1996:55) yang dalam tradisi sastra Arab biasanya diungkapkan melalui sarana puisi dan prosa. 14
  • 18. Karya sastra Arab monumental yang mendapat sarnbutan besar masyarakat Barat adalah Kasidah Burdah yang ditulis oleh al-Bushiry pada abad ke-l J Masehi. Kasidah ini menjadi bukti akan keutamaan sastra Arab di mata sastra Eropa dan dunia. Kasidah Burdah adalah sebuah puisi panjang yang berisi sejarah kehidupan dan kepribadian Nabi Muhammad saw yang digemari oleh tiap generasi bangsa Muslim dan non-Muslim, yang disarnbut oleh bangsa Arab sendiri dan bangsa non- Arab yang tersebar di lima benua : Asia, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia. Kasidah Burdah adalah salah satu karya sastra yang populer selarna berabad- abad (Nasr, 1994: 114) yang mendapat sarnbutan besar dalarn sejarah perkembangan sastra dunia sepanjang zaman (Glasse, 1996:65). Tidak ada satu pun puisi lain dalarn bahasa Arab yang marnpu menandingi kemashuran Kasidah Burdah. Lebih dari 90 komentar (syarah) atas puisi itu telah disusun. Bait-bait Kasidah Burdah masih sering dijadikan mantera, bahkan kaum Drusis hingga saat ini selalu membaea puisi- puisi itu dalarn upaeara pemakarnan (Hitti, 2005:883). Popularitas Kasidah Burdah dapat dilihat pada sarnbutan besar atasnya yang berupa terjemahan dan komentar dalarn bahasa-bahasa dunia : Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Italia, Spanyol, Persia, Turki, Rusia, Cina, Berber, Urdu, Swahili, dan bahasa-bahasa yang digunakan oleh bangsa Nordic, yaitu Norwegia, Swedia, Denmark, Islandia, dan Finlandia (asy-Syantanawy, 1.1.:524, Hitti, 2005:883, islarnierxtbooks.com/rus, www.sandalaco.uk/chinese, www.al-ghazali.org.2004). Selain itu, karya sastra Arab terkenal seperti Alfu Laylah wa Laylah (Seribu Satu Malam) mulai diterjemahkan ke dalarn berbagai bahasa Eropa pada tahun 1704 dan telah mengalarni eetak ulang sebanyak 30 kali. Setelah itu, novel Arab yang sangat populer ini mengalarni proses penerjemahan di Eropa sebanyak 300 kali. Novel ini telah banyak mengilharni para novelis Eropa dalarn memproduksi karya- karya sastranya. Tidak ketinggalan juga karya Boccacio, seorang penulis Italia, yang telah menghimpun seratus cerita, banyak dipengaruhi oleh Alfu Laylah wa Laylah, bahkan Gibb menyatakan bahwa kalaulah tidak ada kisah Alfu Laylah wa Laylah, maka orang-orang Eropa, terutama Inggris, tidak akan bisa membaca dua novel terkenal, yaitu Gulliver's Travels dan Robins Karzou (asy-Syak'ah, 1974:723). Di samping itu, Cervantes dengan karyanya yang terkenal Don Quixote adalah contoh nyata sebuah novel heroik (Weimann, 1984:83) yang mendapat 15
  • 19. pengaruh dari sastra Arab Andalusia (Spanyol Islam). Simbol-simbol budaya Spanyol Islam tampak kental dalam Don Quixote, dan hal ini tidaklah mengherankan karena interaksi dan akulturasi budaya antara Spanyol Islam dengan Eropa sangat intensif. Pengaruh sastra Arab dalam sastra Eropa dapat dilihat pula pada karya sastrawan Spanyol, Don John Manuel, yang menulis novel berjudul El Conde Lucanor. Dalam lembaran awal novelnya itu, dengan jelas Don John Manuel menggambarkan kehidupan renik-renik budaya Arab di Spanyol (asy-Syak'ah, 1974:715-716). Hal ini menunjukkan bahwa betapa sastra Arab mendapat tempat yang baik di mata sastrawan-sastrawan Eropa, yang berarti di antara kedua bangsa ini telah tercipta dialog intelektual melalui wacana resepsi dan transformasi budaya. Di bidang drama, pengaruh sastra Arab dan pemikiran Islam pada drama Eropa dapat dilihat pada karya dramawan Italia, Dante (abad 13-14 Masehi), yang sangat terkenal, yaitu Diviana Comedia (Divine Comedy). Pada masa itu, Dante dan Diviana Comedia-nya lebih dikenal di dunia Arab daripada di Eropa sendiri. Sambutan masyarakat Arab begitu antusias karena dalam karya drama itu termuat simbol-simbol Islam yang dikemas oleh Dante sedemikian rupa sehingga seolah-olah isi ceritanya bemafaskan Islam padahal sesungguhnya cerita itu diangkat dari ide-ide Katolik (Catholic ideas) (bdk. Chatman, 1980:149). Pada masa itu, kesusastraan Arab dan pemikiran Islam di Spanyol, Prancis selatan, dan sebagian wilayah Italia selatan sedang mengalami kemajuan karena bahasa Arab digunakan sebagai bahasa ilmu, bahasa kebudayaan dan peradaban (asy-Syak'ah, 1974:719). Diviana Comedia dipandang oleh masyarakat Arab sebagai karya sastra Eropa yang "bernafaskan" Islam karena di dalam ceritanya dilukiskan perjalanan manusia ke tiga tempat di akhirat yang ada di dalam ajaran Islam, yaitu neraka, tempat tertinggi (al-'Araf), dan surga. Dante seolah-olah melakukan perjalanan sendiri ke langit (akhirat) untuk mencari kekasih yang dicintainya, yaitu Beatrice, yang akhimya ditemukanlah kekasihnya itu di surga. Selain itu, Dante juga dipengaruhi oleh Plathios, seorang sastrawan Spanyol, yang menulis kisah Isrd dan Mi'rdj Nabi. Pola kisah perjalanan ke akhirat dalam Diviana Comedia mirip dengan pola kisah perjalanan Nabi ketika mi'rdj (asy-Syak'ah, 1974:720-722). Kerniripan cerita dalam Diviana Comedia dengan ajaran kehidupan akhirat dalam Islam menjadi 16
  • 20. bukti nyata bahwa Dante memiliki pengetahuan tentang Islam yang didapatnya dari hasil dialog budaya antara ide-ide Katolik dengan ide-ide Islam. Di samping itu, ada hal yang menarik lagi adalah novel Vathek karya Beckford, sastrawan Inggris, yang alur ceritanya di samping bergaya Inggris dan Prancis, juga dipengaruhi oleh gaya sastra Arab, Yunani klasik, Latin, dan Romawi (asy-Syak'ah, 1974:724). ladi, novel Vathek ini adalah contoh sebuah akulturasi budaya Eropa dengan hipogramnya adalah Yunani, Romawi, dan Latin dengan budaya Arab yang hipogramnya adalah Islam. Karya sastra Arab yang bemuansa filosofis, dan menjadi terkenal di dunia Barat, adalah novel Hayy bin Yaqzhdn karya Ibnu Thufayl, seorang sastrawan Arab Islam Spanyol yang hidup pada abad ke-12 Masehi. Keunggulan novel ini terletak pada ketajaman dan keluasan berpikir tokoh-tokoh ceritanya, komposisinya yang akurat, konsep-konsep filsafatnya yang canggih, dan imajinasinya yang segar. Novel ini pertarna kali diterjernahkan ke dalam bahasa Ibrani oleh Musa bin Norboun pada tahun 1439, sedangkan ke dalam bahasa Latin dan Inggris diterjemahkan pada tahun 1708. Pengaruh novel Hayy bin Yaqzhdn terhadap sastra Eropa dapat dilihat pula pada karya novelis Inggris, Danial de Foe, yang menulis novel panjang terkenal, yaitu Robins Karzou. Danial de Foe dalam novelnya itu menulis cerita yang berbasis pada pemikiran Ibnu Thufayl tentang filsafat. Dialog antartokoh dalam Robins Karzou mirip dengan Hayy bin Yaqzhdn yang sarat dengan kata-kata filosofis yang sulit dipahami oleh pembaca biasa. Hal yang membedakan adalah tokoh utama dalam Hayy bin Yaqzhdn lebih memerankan diri sebagai seorang filosofyang idealis, sedangkan tokoh utama pada Robins Karzou lebih memerankan diri sebagai laki-laki yang berwawasan pragrnatis, tetapi memiliki pemikiran yang filosofis (asy-Syak'ah, 1974:723)." Selain itu, puisi model empat baris (poetry quaterly) gaya Lebanon sepanjang tahun 1957-1969 banyak yang diterbitkan dalam bentuk asli dan terjemahannya secara bersamaan oleh para sastrawan Prancis dan Inggris. Puisi itu seringkali tertata secara berdampingan dengan teks aslinya dalam bahasa Arab. Akan tetapi, terkadang juga tidak berdampingan dengan teks aslinya, seperti pada kasus John Wain. Satu dari fitur bentuk review sastra Arab, seperti dalam majalah bulanan di Lebanon, Al- 17
  • 21. Adab (1953) adalah penulisan summary dari karya-karya utama sastra Barat dan peristiwa budaya yang terjadi di negara tersebut. Al-Majalla (1957-1971) sebuah majalah bulanan di Cairo, memberikan banyak ruang bagi review mendalam karya- karya sastra Barat. Selain itu, juga tidaklah mengejutkan kalau al-Ahrdm, sebuah surat kabar terbesar di Cairo, merelakan banyak halaman yang dimilikinya untuk mendiskusikan novel Perancis atau puisi terjemahan karya Mayakovsky atau Yevtushenko (Badawi, 1975: 1). Selain itu, dalam bidang sastra dan drama, Lessing (1721-1781), seorang kritikus sastra asal Prancis, Goethe (1749-1832) dan Shiller (1759-1805), dua sastrawan Jerman, termasuk tokoh-tokoh yang menjadi rujukan teori sastra dan drama Arab modern (as-Sayyid, 2005:9). Pada zaman dan sisi yang lain, pencarian bentuk atau model drama Arab tidak hanya diupayakan oleh golongan muda sebagai ujung tombaknya, tetapi juga oleh seorang tokoh tua dari Mesir, Taufiq al-Chakim. Sebagai dramawan sekaligus sastrawan, Taufiq al-Chakirn adalah penulis Arab yang mampu memotret realitas sosial masyarakat Arab melalui novel dan karya-karya dramanya. Di samping itu, ia juga mampu mendialogkan perasaan dan pikiran masyarakat Arab melalui teks-teks dramanya itu (Muchammad, 1982: 192). Pengamatan sekilas atas drama Arab modern, sebagairnana yang muncul di Cairo, sudah menciptakan gambaran betapa mudahnya unsur luar, terutama model-model Barat, memberikan pengaruhnya pada kebudayaan Arab. Hal ini juga tampak dalam karya sastra lain yang dapat dilihat pada sebuah terjemahan novel karya Boris Pasternak, Dr. Zhivago, dan sebagian besar karya Jean Paul-Sartre serta Albert Camus telah tersedia dalam bahasa Arab. Pada mulanya Albert Camus (selanjutnya disebut Camus) memasuki kalangan eksistensialis di bawah pengaruh Jean-Paul Sartre. Eksistensialisme berpandangan bahwa manusia itu ada dulu dan esensinya tumbuh kemudian. Akan tetapi kemudian Camus "melepaskan diri" dari eksistensialisme Sartre karena perbedaan pandangan antara keduanya. Bagi Sartre, hidup ini hanya mempunyai nilai bila manusia memberikan nilai itu, sedangkan bagi Camus, manusia sendirian tidak mempunyai nilai, tetapi nilai itu diperoleh karena solidaritas dan sirnpati. Mengenai Camus sendiri dapat dikategorikan sebagai pemikir keturunan Arab karena ia lahir di Mondovie, Aljazair dan dibesarkan di Aljir. Ia meninggal di Villeblevin, Prancis pada tanggal 7 November 1913 (Hoed, 1992:18). Dalam hal ini, tidak sedikit penulis 18
  • 22. Arab yang terpengaruh, terutama, oleh pemikiran Camus yang tercermin dalam novel-novel Arab modem dengan menampilkan tokoh-tokoh cerita yang berpikiran eksistensialis. Sudah tentu, terjalinnya hubungan kebudayaan antara Arab dengan Barat telah menjadi fakta kultural yang tidak terelakkan. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar sastrawan besar Arab modem, tanpa kecuali, langsung atau tidak langsung, terpengaruh oleh kebudayaan Barat (Badawi, 1975:2). Hal ini dapat dipahami apabila meminjam pemikiran Madzhab Marburg, yang dipelopoi oleh Ricket, yang menyatakan bahwa tidak ada realitas yang independen. Realitas tidak dapat dikenal pada dirinya sendiri, atau dalam ungkapan Immanuel Kant, realitas tidak cukup hanya dipahami dari dirinya sendiri (thing in itself) (Peursen, 1990:11). Artinya, perkembangan sastra Arab tidak dapat dilepaskan dari realitas yang lain, yaitu realitas pengaruh sastra Barat, apalagi ketika Prancis menjajah Mesir dari tahun 1798-1801, temyata negara itu telah menanarnkan pengaruh yang besar atas perkembangan pemikiran sastra Arab modem (as-Sayyid, 2005:59). 6. Pengaruh Pemikiran Barat terhadap para Penulis Sastra Arab Di antara sastrawan-sastrawan Arab (Mesir) terkemuka yang dipengaruhi oleh pemikiran Barat adalah Abdur-Rachman Syukry (1887-1956), Abbas Machmfid 'Aqqad (1779-1964), dan Ibrahim Abdul-Qadir al-Mazany (1890-1949) (as-Sayyid, 2005:9). Dalam madzhab sastra Arab, ketiga sastrawan ini termasuk dalam kelompok pre-romantics (Badawi, 1975) yang menghidupkan pembaruan pemikiran sastra Arab di Mesir dengan mendirikan perkumpulan yang disebut "Jamd 'atut-Diwdn ". Perkurnpulan sastra ini didirikan sebagai respons terhadap perkumpulan sastra Arab mahjar di Amerika Serikat yang bemama "ar-Rdbithatul-Qalamiyyah" yang didirikan oleh Jibran Khalil Jibran (1871-1931), Michael Nu'aymah (1889-1988), Nasib 'Aridhah (1887-1946), Rasyid Ayyub (1871-1941), dan Elya Abu Madha (1890-1941). Pemikiran sastrawan Arab yang tergabung dalam Jamd'atut-Diwdn lebih cenderung ke madzhab Romantics, yaitu penonjolan kekuatan perasaan dalam teks sastra, sedangkan pemikiran sastrawan Arab yang tergabung dalam ar-Rdbithatul- Qalamiyyah Iebih condong ke formalisme, yaitu paham yang mereduksi teks sastra 19
  • 23. dari aspek-aspek nonsastra (bdk. Scholes, 1977: 170). Jamd 'atut-Diwtin lebih memfokuskan perhatiannya pada terna-tema : keindahan, kemuliaan, kejayaan, dan hal-hal yang berkaitan dengan ungkapan perasaan. Madzhab yang pertana ini lebih dekat pada pandangan Wordsworth yang mengatakan bahwa puisi adalah ungkapan spontanitas perasaan yang kuat dan tajam (dalam Belsey, 1980:8) Adapun ar- Rabithatul-Qalamiyyah lebih mengutamakan perhatiannya pada upaya pembaruan gaya bersastra yang tidak terikat pada tradisi Romantics. Perkumpulan sastra yang kedua ini didirikan pada bulan April 1920 di kota New York yang diketuai oleh Jibran dan Nu'aymah sebagai penasihatnya, sedangkan Jamd 'atut-Diwdn didirikan di Cairo, Mesir. Dua perkumpulan sastra yang berada di dua negara yang berbeda kebudayaannya itu menjadi pusat kegiatan dan produksi karya sastra Arab modem yang karya-karyanya tersebar ke dunia Barat dan ke dunia Timur (as-Sayyid, 2005: 130-131). Penolakan para penyair sastra Arab mahjar terhadap madzhab Romantics paralel dengan pandangan penulis sastra Spanyol abad ke-18 Masehi, Jose Ortega y Gasset, yang juga antiromantics dan aristocratic. Ortega menolak keras hegemoni definisi sastra hanya dari perspektif elite intelektual saja. Ortega juga mengkhawatirkan munculnya karya sastra elitis yang diproduksi oleh sebuah hegemoni kultural yang disebut "kebudayaan tanpa hari kemarin" C'culture without yesterday"), yaitu kondisi budaya yang tidak memiliki visi historis dari warisan budaya bangsanya (Weimann, 1984:83). Dalam konteks ini, teori sastra Arab yang dipelopori oleh para sastrawan Arab mahjar itu menolak definisi sastra yang sudah sekian lama didominasi oleh madzhab Romantics, dan pemaknaan karya sastranya cenderung dalam hegemoni para penafsir elite intelektual saja. Selain itu, perkembangan teori sastra Arab modem dapat dilihat, antara lain, pada karya-karya Dr. Syauqy Dhayf yang berjudul "al-Fannu wa Madzahibuhu fisy- Syi 'ril- 'Araby" ("Seni dan Madzhab-Madzhabnya dalam Puisi Arab") dan "al-Fannu wa Madzdhibuhu fin-Natsril- 'Araby" ("Seni dan Madzhab-Madzhabnya dalam Prosa Arab), dan karya Dr. Darwisy al-Jundy yang berjudul "ar-Ramziyyatu fil- 'Adabil- 'Araby" ("Simbolisme dalam Sastra Arab) (al-Ayyuby, 1984:379). Selain perkembangan teori, kemajuan sastra Arab modemdapat juga dilihat pada novel- novel yang membicarakan sastra realisme, antara lain novel (i) "Zaynab" karya 20
  • 24. Muchammad Chussayn Haykal, (ii) "al-'Ayyam" karya Thaha Chusayn, (iii) "<Ushfiaun minasy-Syarqi" karya Taufiq al-Chakim, dan (iv) "tAdibun fis-Suqi" karya Umar Fakhury. Novel-novel tersebut berisi cerita tentang kehidupan sosial dan moral masyarakat Arab modern (al-Ayyuby, 1984:380). Tulisan-tulisan tentang teori sastra dan karya-karya sastra Arab ini, dilihat dari latar belakang pendidikan para penulisnya, adalah buah pikiran konvergensial antara tradisi sastra konvensional Arab dengan tradisi sastra Barat. Dalam konteks ini, Taufiq al-Chakim mampu menjembatani karya seni sebagai das Sol/en dengan realitas sosial sebagai das Setn sehingga antara keduanya mempunyai hubungan fungsional. Perdebatan antara karya seni dengan realitas sosial menjadi ciri utama masa Romantics Arab. Di Barat, perdebatan tentang hubungan antara seni, khususnya sastra dan drama, dengan realitas sosial mencapai puncaknya ketika seni mencapai otonomi dan menolak untuk tunduk pada norma dan aturan sosial yang berIaku (Jauss, 1982:14). Oposisi dan kritik terhadap karya seni yang tidak memperhatikan realitas sosial, dalam dunia sastra Arab, dilakukan oleh para sastrawan yang hijrah ke Amerika Serikat seperti Jibran Khalil Jibran, Nasib 'Aridhah, Michael Nu'aymah, Rasyid Ayyub, dan Elya Abu Madha (Badawi, 1975: 181-182). 7. Kesimpulan Para sastrawan Arab mahjar ini menginginkan terciptanya otonomi sastra dan drama yang tidak begitu saja tunduk pada norma dan aturan sosial yang berIaku pada masyarakat Arab. Jadi, puisi-puisi Arab mahjar lebih cenderung pada realisme, yaitu penghampiran karya sastra pada kenyataan sosial. Dalam konteks ini, realisme diartikan sebagai "objectivity" yang dioposisikan maknanya dengan hal-hal yang bersifat subjektif. Jadi, pengarang harus menyisihkan .subjektivitasnya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat individual. Selain itu, karya-karya sastra yang berkutub pada realisme, sesungguhnya, selalu dioposisikan dengan madzhab romantic fiction. Berdasarkan pemikiran ini, puisi-puisi sastra Arab mahjar diposisikan sebagai kekuatan "oposisi" terhadap madzhab romantic fiction itu. 21
  • 25. Dari sejarah perkembangan sastra Arab tersebut terlihat bahwa karya prosa, puisi, dan drama Arab modem lebih cenderung pada pemotretan realitas sosial daripada ekspresi idealisme para pengarangnya. Jadi, sastra realisme menjadi tampak dominan dalam perkembangan sastra Arab modem itu. Dalam tataran serniotik, tampak jelas bahwa sastrawan Arab lebih condong ke praktik solipcism, atau disebut textual subjectivism, yang berpandangan bahwa teks sebuah karya sastra hanya dapat dipahami dan dikembangkan melalui subjektivitas pembacanya. Artinya, pembaca menginginkan adanya keterkaitan antara teks sastra dengan realitas sosial, yang pada gilirannya sastra Arab tidak hanya berada dalam dunia imajinasi belaka. Sastra Arab harus menjadi kontributor dan pemberi solusi atas persoalan nyata yang dihadapi bangsa Arab, sekecil apa pun kontribusi dan solusi itu. 22
  • 26. DAFTARPUSTAKA 'Asyiyyi, Ilyas, 1973. Abu Nuwds. Darul-Kitabil-Lubnany, Bayrut. al-Ayyuby, Yasin. 1984. Madzdhibul- 'Adab. Ma 'dlimun wan- 'Ikdsdt, al- Kaldsikiyyah, ar-Ramanthiqiyyah, al-Wdqi'iyyah. Darul-Tlrni lil-Malayin, Bayrut. Badawi, M.M. 1975. Modern Arabic Poetry. Cambridge University Press, Cambridge. Bakalla, M.H. 1984. Arabic Culture Through its Language and Literature. Kegan Paul International, London, Boston, Melbourne and Henley. Beeston, A.F.L. 1977. Selections from the Poetry of Bassdr. Cambridge University Press, Cambridge. Belsey, Catherine. 1980. Critical Practice. Methuen & Co., London and New York. Brockelmann, C. 1937. Geschichte Der Arabischen Litteratur. Supplementband 1. E.J.Beill, Leiden. Burbank and Steiner, John, Peter. 1978. Structure, Sign, and Function. Selected Essays by Jan Mukaiovsky. Yale University Press, New Haven and London. Cantarino, Vincente. 1975. Arabic Poetics in The Golden Age. EJ. Brill, Leiden. Chatman, Seymour. 1980. Story and Discourse, Narrative Structure in Fiction and Film. Cornell University Press, Ithaca and London. Erlich, Victor. 1964. Russian Formalism, History - Doctrine. Mouton Publishers, The Hague, Paris, New York. Glasse, Cyril. 1996. Ensiklopedi Islam. Terjemahan dari The Concise Encyclopaedia ofIslam. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Guinhut, Jean-Pierre. 1998. "The Man Who Loved Too Much, The Legend of Leyli and Majnfm" dalam www.librarycomell.edu/-colldev/I?ideastlmajnun.htm. Hartoko Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hitti, Philip K. 2005. History of The Arabs. Diterjemahkan oleh Cecep Lukrnan Yasin dan Dedi Slamet Riyadi dari judul History of The Arabs: From the Earliest Times to the Present. P.T. Serambi llmu Semesta, Jakarta. Hoed, Benny H. 1992. Kala dalam Novel, Fungsi dan Penerjemahan-nya. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 23
  • 27. Jauss, Hans Robert, 1982. Aesthetic Experience and Literary Hermeneutics. University of Minnesota Press, Minneapolis. Jefferson, Ann, David Robey, 1987. Modern Literary Theory. B.T. Batsford Ltd., London. al-Khuly, Amin dan Nashir Chamid Abu Zayd. 2004. Metode Tafsir Sastra. Diterjemahkan oleh Khairon Nahdiyyin dari judul asli Naqdul-Khithdb ad- Diniy dan Mandhijut-Tajdid fin-Nachwi, wal-Baldghah, wat-Tafsir, wal- Adab. Adab Press, Fakultas Adab lAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Lambropoulus, Vassilis, Miller, David Neal. 1987. Twentieth Century Litetary Theory. State University of New York Press, Albany. Lord, Albert B. 1981. The Singer ofTales. Harvard University Press, Massachusetts. Martin, Wallace. 1986. Recent Theories of Narrative. Cornell University Press. Ithaca and London. Mucharnmad, Ibrahim Abdur-Rachman. 1982. An-Nazhariyyatu wat-Tathbiq fil- Adabil-Muqdran. Darul-'Audah, Bayrfrt. Nasr, Seyyed Hossein. 1994. Menjelajah Dunia Modern. Terjemahan dari A Young Muslim's Guide to the Modern World. Mizan, Bandung. Olsen, Stein Haugom. 1987. The End of Literary Theory. Cambridge University Press, Cambridge, London, New York, New Rochelle, Melbourne, Sydney. Peursen, C.A. van. 1990. Fakta, Nilai, dan Peristiwa. Tentang Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika. Diterjemahkan oleh A. Sonny Keraf dari judul asli Facts, Value, Events. P.T, Gramedia, Jakarta. Sa'iy, Achmad Bassam. 1985. Al-Wdqi'iyyatul-Isldmiyyah fil- 'Adabi wan-Naqdi. Darul-Manarah,Jeddah. as-Sayyid, Syafi'. Nazhariyyatul-Adab, Dirdsatun fil-Maddrisin-Naqdiyyatil- Chaditsah. Maktabatul-Adab, al-Qahirah. Scholes, Robert. 1977. Structuralism in Literature. Yale Upiversity Press, New Haven and London. Seung, T.K. 1982. Semiotics and Thematics in Hermeneutics. Columbia University Press, New York. Steiner, Peter, John Burbank. 1977. The Word and Verbal Art, Selected Essays by Jan Mukarovsky. Yale University Press, New Haven and London. asy-Syak'ah. Musthafa, 1974. Al-Adabu, Maukibul-Chadhdratil-Isldmiyyah. Darul- Kitabil-Lubnany, Bayrut, asy-Syantanawy, Achmad. b.s. Dd 'lratul-Ma 'drifil-Isldmiyyah. Darul-Fikr, Bayrfit. 24
  • 28. ath-Thanthawy, 'Aly. 1992. Fikrun wa Mabdchitsun. Darul-Manarah, Jeddah. Wehr, Hans. 1980. A Dictionary of Modern Written Arabic. Libraire du Liban, Macdonald & Evans Ltd., Beirut & London. Weimann, Robert. 1984. Structure and Society in Literary History, Studies in the History and Theory of Historical Criticism. The John Hopkins University Press, Baltimore and London. Weintraub, Karl 1. 1969. Visions ofCulture. University of Chicago Press, Chicago & London. Zaydan, Jurjy. 1996. Tdrikhul-Addbil-Lughatil- 'Arabiyyah. Al-Mujallidul-Awwal. Darul-Fikri, Bayrfrt. www.geocities.com. islamicrxtbooks.comlrus www.sandalaco.uk/chinese www.al-ghazali.org.2004 www.1911encyclopedia.-2004 www.uni-koeln.de.2004 25