Sastra Indonesia dibagi menjadi 2 periode utama yaitu Sastra Melayu Lama dan Sastra Indonesia Modern. Sastra Modern terbagi lagi menjadi Masa Kebangkitan (1920-1945) dan Masa Perkembangan (1945-sekarang). Masa Kebangkitan terdiri atas Periode '20, '33, dan '42 yang memiliki ciri khas berbeda dalam karya sastra yang dihasilkan. Masa Perkembangan terbagi menjadi Periode '45 dan '50.
2. PERIODISASI SASTRA MENURUT NUGROHO
NOTOSUSANTO
Nugroho susanto merupakan ahli kesustraan Indonesia
yang juga menjabat sebagai menteri pendidikan dan
kebudayaan Indonesia pada kabinet pembangunan IV.
Selain itu ia juga merupakan mantan rektor Universitas
Indonesia yang menjabat dari tahun 1982-1983. meskipun
diawal pendidikannya Nugroho Notosusanto menadalami
keilmuan sejarah sebagai topik utama pembelajarannya,
namun kecintaannya pada dunia kesustraan kemudian
menggiringnya menjadi salah satu sastrawan yang
memegang peranan penting dalam kesejarahan sastra
Indonesia. Dia dikenal sebagai pengamat kesustraan
sekaligus penulis angkatan 66 yang melahirkan karya “Hujan
Kepagian”.
3. PERIODISASI SASTRA
Periodisasi adalah pembagian kronologi
perjalanan sastra atas masanya, biasanya berupa
dekade- dekade.
Secara historis, kesusastraan Indonesia dapat
dibagi atas periode-periode tertentu berdasarkan
latar belakang lahirnya beberapa karya sastra
yang memiliki ciri-ciri yang sama.
4. Pembagian sastra menurut Nugroho
Notosusanto
• Sastra Melayu Lama
• Sastra Indonesia Modern
– Masa Kebangkitan (1920-
1945)
– Masa Perkembagan (1945-
sekarang [1963])
Masa Kebangkitan terdiri atas 3
periode:
• Periode ‘20
• Periode ‘33
• Periode ‘42
Masa Perkembangan ada 2 Periode:
• Periode ‘45
• Periode ‘50
5. Sastra Melayu Lama
Sastra Melayu Lama adalah sastra yang berbentuk
lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu
ujaran atau ucapan. Sastra melayu lama masuk ke
indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam
pada abad ke-13. Peninggalan sastra melayu lama
terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang
muslim di minye tujuh, aceh.
Sastra Melayu Lama adalah termasuk bagian dari
karya sastra indonesian yang berkembang
dilingkungan masyarakat sumatera seperti "langkat,
tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera
lainnya", orang tionghoa dan masyarakat indo-eropa.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870
masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan
novel barat,
6. Ciri-ciri sastra melayu lama yaitu :
• Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
• Istana sentris (terikat pada kehidupan istana
kerajaan)
• Tema karangan bersifat fantastis
• Karangan berbentuk tradisional
• Proses perkembangannya statis.
• Penggolongan sastra melayu klasik
7. Karya dalam angkatan sastra
melayu lama :
•Robinson Crusoe
(terjemahan)
•Lawan-lawan Merah
Mengelilingi Bumi dalam 80
hari (terjemahan)
•Graaf de Monte Cristo
(terjemahan)
•Kapten Flamberger
(terjemahan)
•Rocambole (terjemahan)
•Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R
Kommer (Indo)
•Cerita Nyi Paina
8. Sastra Indonesia Modern (Masa
kebangkitan 1920-1945)
Masa kebangkitan terdiri
dari 3 periode yaitu :
1. Periode ‘20
2. Periode ‘33
3. Periode ‘42
9. 1. Periode ’20 (Angkatan Balai
Pustaka)
Disebut Angkatan Dua Puluhan
karena novel yang pertama kali terbit
adalah novel Azab dan Sengsara yang
diterbitkan pada tahun 1921 oleh
Merari siregar. Disebut pula sebagai
Angkatan Balai Pustaka karna karya-
karya tersebut banyak diterbitkan oleh
penerbit Balai Pustaka.
10. Ciri-ciri karya sastra pada angkatan ’20-an
1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara
kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat,
soal kawin paksa, permaduan, dlll.
2. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih
bersifat kedaerahan
3. Gaya bahasanya masih menggunakan
perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi
menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain
dengan bahasa hikayat sastra lama
4. Puisinya berupa syair dan pantun
5. Isi karya sastranya bersifat didaktis.
11. Karya dalam Angkatan ‘20
(Balai Pustaka) :
• Roman Azab dan Sengsara
karya Merari Siregar
• Roman Siti Nurbaya,
karya Marah Rusli
• Roman Di Bawah Lindungan
Ka’bah, karya Hamka
• Roman Salah Asuhan,
karya Abdul Muis
• Novel Sengsara Membawa
Nikmat, karya Tulis Sutan Sati
• Novel Apa Dayaku Karena Aku
Seorang Perempuan,
karya Nur Sutan Iskandar
• Kumpulan cerpen Teman
Duduk, karya M Kasim
• Novel Kehilangan Mestika,
karya Hamidah
12. 2. Periode ‘33 (pujangga Baru)
Pujanggan baru adalah nama majalah “Poejangga Baroe” yang
terbit pada masa Balai Pustaka (1933). Majalah itu berada dibawah
pimpinan St. Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, Sanusi Pane dan
Amir Hamzah, sekaligus sebagai pelopor berdirinya Pujangga
Baru.
Lahirnya pujangga baru karena adanya pemberontakan
sastrawan Balai Pustaka terhadap karya sastranya yang mendapat
sensor dari pihak Belanda. Jika hasil karya tidak sesuai dengan
ketentuan hiburan dan misi Belanda, maka tidak bisa diterbitkan.
13. Ciri-ciri angkatan 33’ (Pujangga Baru)
Ada beberapa ciri dari karya sastra
angkatan 33 :
1. Tema utama adalah persatuan.
2. Beraliran romantik idealis.
3. Bentuk prosa dan puisinya masih
terikat oleh kaidah-kaidah.
4. Genre sastra berbentuk soneta (roman,
novel, esai, dsb)
5. Menggunakan bahasa yang indah.
6. Penggunaan bahasa melayu yang
lebih mudah.
14. Karya dalam Angkatan 33’
(Pujangga Baru) yaitu :
• Novel Layar Terkembang dan
roman Dian Tak Kunjung
Padam, karya Sutan Takdir
Alisjahbana
• Roman Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, karya Hamka
• Novel Belenggu, karya Armin
Pane
• Drama Ken Arok dan Ken
Dedes, karya M. Yamin
• Kumpulan puisi Setanggi
Timur dan Nyanyi Sunyi,
karya Amir Hamzah
• Bebasari, karya Rustam Effendi
• Manusia Baru, karya Sanusi
Pane
15. 3. Angkatan ‘42 (Masa Jepang)
Karya sastra pada zaman jepang diwarisi angkatan
pujangga baru yang romantis dan idealis tetapi karya
tersebut bersifat “realitas dan kritis”. Perkembangan
sastra pada zaman itu dapat disebut sastra peralihan dari
alam romantis dan alam idealis menjadi alam realitas dan
kritis.
Pada masa penjajahan jepang, banyak jumlah orang
yang menulis sajak dan cerpen, demikian juga sandiwara.
Sedangkan roman kurang ditulis. Mungkin karena
keadaan sosial dan keadaan perang menuntut supaya
orang bekerja serba cepat dan singkat.
16. Ciri-ciri Angkatan 42’ (Masa Jepang)
1. mencerminkan kekaguman, pujian dan simpati terhadap kegagah
beranian tentara jepang melawan musuh, dan diharapkan semangat
itu menjadi semangat bangsa Indonesia.
2. Keragu - raguan dan kebingungan menghadapi keadaan tak menentu
karena kesewenangan jepang.
3. Rasa benci, dendam dan berontak terhadap keadaan yang mencekam
oleh tindakan pendudukan jepang.
4. Sikap tawakal kepada Tuhan karena terpaksa menahan penderitaan.
5. Sikap orang berkepala dua yang mengeruk keuntungan dan
memanfaatkan situasi.
6. Pujian terhadap pejuang muda Indonesia yang mulai bangkit
7. Sikap tegas pemuda indonesia yang bersemangat berjuang untuk
mendapatkan kemenangan.
8. Rasa kebangsaan yang kuat dan bersama - sama berjuang.
9. Lukisan sederhana dan mengena yang mengungkapkan kehidupan
masyarakat yang terpoles oleh pendudukan jepang.
17. Karya dalam angkatan 42’
(Masa Jepang)
• Cinta Tanah Air
karangan Oleh Nur St
Iskandar
• Palawija oleh Karim
Halim.
18. Sastra Indonesia Modern (Masa
perkembangan)
Masa perkemabangan dibagi menjadi2 periode :
1. Periode ‘45
2. Periode ‘50
19. 1. PERIODE ‘45
Angkatan ini memiliki ciri
yang lebih bebas dalam prosa
dan puisinya. Prosa dalam
angkatan ini mempunyai corak
realisme, sedangkan puisinya
mempunyai corak
ekspresionisme. Setting dan tema
yang kebanyakan diambil
angkatan ini adalah masa
revolusi. Angkatan ini lebih
mementingkan isi sastra
ketimbang keindahan bahasa
yang dipakai, sehingga angkatan
ini jarang yang menghasilkan
roman seperti pada angkatan
sebelumnya.
20. Karya dalam Angkatan `45
yaitu :
• Kumpulan drama Sedih
dan Gembira,
karya Mochtar Lubis
• Kumpulan puisi Deru
Campur Debu,
karya Chairil Anwar
• Novel Keluarga
Gerilya, Pramoedya
Anantya Toer
• Novel Atheis,
karya Achdiat
Kartamiharja
• Novel Aki dan
Surabaya, Idrus
21. 2. PERIODE 50’
Sastra angkatan 50 dilatarbelakangi oleh keadaan
Indonesia yang pada saat itu mengalami perubahan
yang cukup drastis, yakni dari transisi penjajahan
berdarah menuju ke kemerdekaan cemerlang.
Tentunya suasana tersebut, para sastrawan mulai
memikirkan ciri khas sastra pada angkatan 50-an
dan masalah kebudayaan yang sedang dialami
Indonesia untuk membedakannya dari angkatan
sastra sebelumnya. Para sastrawan juga mulai
mencari bahan-bahan yang merujuk pada
kebudayaan Indonesia yang murni dan
membebaskannya dari pengaruh budaya asing
setelah penjajahan.
22. Ciri-ciri Angkatan 50’
Angkatan ini memiliki ciri yang lebih bebas
dalam prosa dan puisinya. Prosa dalam angkatan
ini mempunyai corak realisme, sedangkan
puisinya mempunyai corak ekspresionisme.
Setting dan tema yang kebanyakan diambil
angkatan ini adalah masa revolusi. Angkatan ini
lebih mementingkan isi sastra ketimbang
keindahan bahasa yang dipakai, sehingga
angkatan ini jarang yang menghasilkan roman
seperti pada angkatan sebelumnya.
23. Karya dalam angkatan
50-an :
• Pramoedya Ananta
Toer
– Perburuan(1950)
– Cerita dari Blora (1952)
– Gadis Pantai (1962-65)
• Nh. Dini
– Dua Dunia (1950)
– Hati jang Damai (1960)
• W.S. Rendra
– Balada Orang-orang
Tercinta (1957)
– Empat Kumpulan Sajak
(1961)
– Ia Sudah Bertualang
(1963)
24. Demikianlah penjelasan dari kami
mengenai periodisasi sastra
menurut Nugroho Notosusanto.
Atas perhatiannya kami ucapkan
Terima Kasih.
By : Kelompok 2
Kelas XII IPA 1