Tiga bait puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" menggambarkan perasaan kesepian dan kehilangan harapan penyair. Bait pertama menggambarkan ketiadaan cinta dan kesendirian. Bait kedua menggambarkan suasana hati muram seiring datangnya gerimis. Bait ketiga menggambarkan penyair yang pasrah dan ingin meninggalkan masa lalunya yang penuh kesepian dan tanpa harapan.
5. Buat Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak
elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
7. Bait I (pertama)
Pada bait pertama dalam puisi yang berjudul “Senja di Pelabuhan Kecil” diatas, Sang
penyair menjelaskan tentang perasaannya yang sedang sedih, kesepian, dan tanpa adanya
sebuah cinta. Cinta adalah suatu hal yang merupakan sebuah sumber dari suatu kebahagiaan.
Mungkin tanpa cinta, rasanya seperti tak enak, sendiri dan kesepian, mungkin itu yang akan
dirasakan. Dengan suasana tepi laut yang terlihat, sang penyair sepertinya ingin menjelaskan
bagaimana perasaannya saat ini. Seperti gudang dan rumah tua yang tak terurus dan tak
berpenghuni itu, seperti itulah gambaran perasaan hati sang penyair yang saat ini ia rasakan.
Seperti halnya kapal dan perahu yang tidak berlayar tapi hanya berhenti di tepi laut. Dalam
kata-kata yang dibuat oleh sang penyair pada bait pertama ini, terlihat akan ketegaran hati
sang penyair dalam menghadapi rasa sedih dan kesepian yang dialaminya saat ini.
8. Bait II (kedua)
Sedangkan pada bait kedua ini, sang penyair ingin memperjelas kembali
bagaimana suasana hatinya yang saat ini sedang muram. Hari menjelang malam
disertai oleh gerimis. Suasana hati sang penyair yang muram pada saat itu,
tergambar jelas pada kata kelepak elang menyinggung muram. Sang penyair ingin
mengungkapkan bahwa ia seperti telah kehilangan suatu kebahagiaan yang seharusnya
ada pada dirinya, seperti ombak yang datang membawa air ke pantai dan mengambil
sebagian lagi ke laut. Di dalam bait yang kedua ini, seolah kehidupan itu tak bergerak
kembali. Kenapa? Karena sang penyair telah kehilangan semangat hidupnya yang
terpampang jelas dalam kata demi kata yang ia buat.
9. Bait II (ketiga)
Pada bait yang terakhir ini, beliau terlihat pasrah akan keadaannya saat ini.
Beliau telah lelah akan hidup yang seperti ini, karena ia merasa hidup seorang diri
tanpa seorangpun yang hidup disampingnya. Keadaan hidupnya tergambar jelas pada
sepinya pantai yang ia gambarkan dalam kata dari sebuah kalimat yang beliau buat.
Sang penyair yang tetap berusaha menghibur dirinya, tapi tetap tak mampu karena ia
seperti baru saja kehilangan suatu harapan yang membuat sang penyair tak mepunyai
sebuah harapan untuk kehidupannya saat ini. Dalam kata selamat jalan, yang
mempunyai pengertian bahwa sang penyair ingin meninggalkan masa lalunya yang sepi,
dan tanpa harapan.
10. Makna dan Pesan yang terkandung :
• Bait I : Sang penyair merasakan tentang kehampaan hatinya, karena cinta yang ia
miliki telah hilang.
• Bait II : Sang penyair merasakan tentang duka hati sang penyair yang menambah
lemahnya jiwa karena jiwa yang dirundung oleh sepi, kelam, dan hampa.
• Bait III : Ketika sang penyair mendengar bahwa sang sri ayati telah bersuami, maka
harapannya ia tegaskan dengan kalimat, “sekali tiba diujung dan selamat
tinggal”.
Jangan pernah lelah dalam mencari cinta sejati, Karena pada dasarnya cinta
sejati akan ada ketika disertai oleh usaha dan doa yang tulus.
Ketika seorang telah memilih seseorang untuk menjadi pasangannya, maka
apapun yang menjadi hambatannya harus bisa menghadapi secara bersama.