2. Hukum : Hubungan Sebab Akibat
Ilmu pengetahuan sesungguhnya bertujuan
untuk mengkaji hubungan khusus antara peristiwa
tertentu dengan peristiwa lainnya. Kalau satu peristiwa
terjadi, peristiwa yang lain pasti terjadi atau menyusul.
Atau kalau peristiwa yang satu terjadi, peristiwa yang
lain sudah terjadi mendahuluinya. Hubungan ini
dianggap sebagai suatu hubungan yang bersifat pasti
karena kalau satu peristiwa terjadi yang lain dengan
sendirinya akan menyusul atau pasti telah terjadi
sebelumnya. Inilah hubungan yang dlam ilmu
pengetahuan disebut hukum.
3. Sifat-sifat Hukum Ilmiah
Hukum ilmiah mempunyai sifat-sifat lebih pasti, lebih
berlaku umum atau universal, dan punya daya terang
yang lebih kuat. Lebih Pasti Hukum ilmiah adalah
perkembangan lebih lanjut dari hipotesis. Hukum
bersifat umum karena Hukum mengungkapkan
hubungan yang bersifat universal antara dua peristiwa.
Hubungan ini merupakan sebuah hukum ilmiah tidak
hanya terjadi pada kasus partikular, yaitu antara dua
peristiwa khusus dalam kurun waktu dan tempat
tertentu saja.
4. Hukum, Kebetulan, dan Kontituitas Alam
Ilmuwan alam tunduk pada hukum (regularitas dan
uniformitas), dan karena itu alam dapat dimengerti karena
hanya hukum yang terbuka bagi pikiran manusia. Hukum
berkembang dari kebetulan, dalam pengertian bahwa
variasi kebetulan secara bertahap tunduk pada hukum dan
pada giliranya akan menjadi mantap dala pola-pola yang
reguler dan karena itu dapat dipahami.Hal ini terjadi secara
continue, kontinuitas membuat peristiwa dan benda
semakin lama semakin mencapai status hukum. Tahap ini
disebut dengan apa yang disebut oleh peirce dengan the
formation of habit pad benda-benda. Maka kontinuitas
merupakan unsur yang penting dalam perkembangaN alam
atau benda-benda tetentu yakni kontinuitas chaos kepada
formation of habit, dari kebetuln kepada hukum.
5. Evolusi dan Kontinuitas Pengetahuan
Evolusi dan kontinuitas tidak hanya merupakan
kenyataan alam, melinkan juga kenyataan
pengetahun itu sendiri. Hal ini disebabkan
karena pemikiran menusia selalu mengalami
perkembangan, perkembangan itu terjdi baik
dalam fikiran seorang ilmuan atau pun dalam
fikiran komunitas ilmuan. Metode ilmu
pengetahuan juga mengalami perkembangn
dari zman ke zaman.
6. Aktifitas Fikiran dan Alam
Dasar dari kesuksesn ilmu pengetahuan adalah afinitas
antara diri manusia dan alam. Ever y single truth of scince is
due to the affinity of the human soul and the soul of the
universe. Keberhasilan ilmu pengetahuan dalam memilih
hepotesis juga merupakan akibat dari fakta bahwa fikiran
manusia bekerja bersamaan dengan alam. Dalam rumusan
kaant, pengetahuan manusia terjdi karena kategori-kategori
tertentu dalam akal budi manusia yang memungkinkannya
untuk menangkap alam sebagai objek
pengetahuan.Keberhasilan ilmu pengetahuan berangkat
dari kepercayaan dasar bahwa budi menusia memiliki
kemampuan natural yang mengenal realitas alam.
7. Dari Hukum Menuju Teori
Fungsi dari teori adalah untuk menjelaskan hukum
ilmiah. Oleh karena itu, antara hukum dan teori ada
kaitan yang sangat erat, namun demikian ada
perbedaan yang besar diantara keduanya, hukum lebih
bersifat empiris dan harus diperiksa dan ditolak
berdasarkan fakta empiris. Sebaliknya, teori lebih
merupakan pandangan umum yang sulit diperiksa
langsung secara empiris.
8. Lanjutan
Jadi teori mencakup pula hukum Fungsi teori:
1. Teori merupakan upaya relatif untuk membangun
hubungan yang cukup luas antara sejumlah hukum
ilmiah.
2. Teori berfungsi menjelaskan hukum–hukum yang
mempunyai hubungan satu sama lain, sehingga
hukum–hukum tersebut dapat dipahami dn masuk akal.
9. Lanjutan
Bill Newton-Smith telah mengidentifikasi 8 ciri teori ilmiah yang mampu
digunakan untuk memberikan penjelasan dengan baik, yang bias digunakan
acuan dalam memilih suatu teori, yaitu:[1]
• Observational nesting. Suatu teori seharusnya mempunyai paling tidak
konsekuensi observasi yang sama dengan teori–teori sebelumnya.
• Fertility. Suatu teori seharusnya terbuka untuk diuji dan dikembangkan.
• Track-record. Suatu teori hendaknya memiliki keberhasilan pada waktu-
waktu sebelumnya.
• Inter-theory support. Suatu teori seharusnya terintegrasi dan
memberikan dukungan pada teori–teori lainnya.
• Smootness. Jika suatu teori tidak sesuai dengan fenomena yang
dijelaskannya hendaknya terbuka untuk dilakukan perbaikan.
• Internal consistency. Suatu teori hendaknya memiliki konsistensi internal.
• Compaibility with well-grounded metaphysical beliefs. Suatu teori
hendaknya konsisten dengan asumsiasumsi umum atau metafisis
thenrtang dunia.
• Simplicity. Teori yang simpel lebih baik dari pada teori yang rumit.