Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada abad ke-16 di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda antara 1607-1636, ketika ekonomi, politik, dan pengaruh militer Aceh meningkat signifikan. Aceh memperluas wilayahnya hingga Johor dan Pahang serta menjalin hubungan dagang dan diplomasi yang kuat dengan Turki Utsmani dan negara-negara Eropa. Namun kekuasaan Aceh mulai runtuh setelah Belanda menakl
2. LATAR BELAKANG KERAJAAN ACEH
Ketika awal kedatangan Bangsa Portugis di
Indonesia, tepatnya di Pulau Sumatra, terdapat
dua pelabuhan dagang yang besar sebagai tempat
transit para saudagar luar negeri, yakni Pasai dan
Pedir. Pasai dan Pedir mulai berkembang pesat
ketika kedatangan bangsa Portugis serta negara-
negara Islam. Namun disamping pelabuhan Pasai
dan Pedir, Tome Pires menyebutkan adanya
kekuatan ketiga, masih muda, yaitu “Regno
dachei” (Kerajaan Aceh).
3. PENDAHULUAN
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali
Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada
awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah
Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan
dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan
sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie,
Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah
Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan
Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.
Aceh berdiri sekitar abad ke-16, dimana saat itu
jalur perdagangan lada yang semula melalui Laut
Merah, Kairo, dan Laut Tengah diganti menjadi
melewati sebuah Tanjung Harapan dan Sumatra.
Hal ini membawa perubahan besar bagi
perdagangan Samudra Hindia, khususnya
Kerajaan Aceh. Para pedagang yang rata-rata
merupakan pemeluk agama Islam kini lebih suka
berlayar melewati utara Sumatra dan Malaka
4. Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah
teritorialnya dan terus meningkatkan
perdagangan rempah-rempah menjadi suatu
komoditi ekspor yang berpotensial bagi
kemakmuran masyarakat Aceh. Ia mampu
menguasai Pahang tahun 1618, daerah Kedah
tahun 1619, serta Perak pada tahun 1620,
dimana daerah tersebut merupakan daerah
penghasil timah. Bahkan dimasa
kepemimpinannya Kerajaan Aceh mampu
menyerang Johor dan Melayu hingga
Singapura sekitar tahun 1613 dan 1615. Ia
pun diberi gelar Iskandar Agung dari Timur.
Kerajaan Aceh mulai mengalami masa keemasan
atau puncak kekuasaan di bawah pimpinan Sultan
Iskandar Muda, yaitu sekitar tahun 1607 sampai
tahun 1636. Pada masa Sultan Iskandar Muda,
Kerajaan Aceh mengalami peningkatan dalam
berbagai bidang, yakni dalam bidang politik,
ekonomi-perdagangan, hubungan internasional,
memperkuat armada perangnya, serta mampu
mengembangakan dan memperkuat kehidupan
Islam. Bahkan kedudukan Bangsa Portugis di
Malaka pun semakin terdesak akibat
perkembangan yang sangat pesat dari Kerajaan
Aceh di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda
MASA KEJAYAAN KESULTANAN ACEH
5. Di bawah kekuasannya kendali kerajaan
berjalan dengan aman, tentram dan
lancar. Terutama daerah-daerah
pelabuhan yang menjadi titik utama
perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai
dari pantai barat Sumatra hingga ke
Timur, hingga Asahan yang terletak di
sebelah selatan. Hal inilah yang
menjadikan kerajaan ini menjadi kaya
raya, rakyat makmur sejahtera, dan
sebagai pusat pengetahuan yang
menonjol di Asia Tenggara
6. MASA KEJAYAAN KESULTANAN ACEH
◦ Kemajuan dibidang politik luar negeri pada era Sultan Iskandar Muda, salah satunya yaitu Aceh yang bergaul dengan Turki, Inggris,
Belanda dan Perancis. Ia pernah mengirimkan utusannya ke Turki dengan memberikan sebuah hadiah lada sicupak atau lada
sekarung, lalu dibalas dengan kesultanan Turki dengan memberikan sebuah meriam perang dan bala tentara, untuk membantu
Kerajaan Aceh dalam peperangan. Bahkan pemimpin Turki mengirimkan sebuah bintang jasa pada sultan Aceh
◦ Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan mereka
menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan,
Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan
Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil
◦ Dalam hubungan ekonomi-perdagangan dengan Mesir, Turki, Arab, juga dengan Perancis, Inggris, Afrika, India, Cina, dan Jepang.
Komoditas-komoditas yang diimpor antara lain: beras, guci, gula (sakar), sakar lumat, anggur, kurma, timah putih dan hitam, besi,
tekstil dari katun, kain batik mori, pinggan dan mangkuk, kipas, kertas, opium, air mawar, dan lain-lain yang disebut-sebut dalam
Kitab Adat Aceh. Komoditas yang diekspor dari Aceh sendiri antara lain kayu cendana, saapan, gandarukem (resin), damar, getah
perca, obat-obatan
◦ Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman, tentram dan lancar. Terutama daerah-daerah pelabuhan yang
menjadi titik utama perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai dari pantai barat Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang terletak
di sebelah selatan. Hal inilah yang menjadikan kerajaan ini menjadi kaya raya, rakyat makmur sejahtera, dan sebagai pusat
pengetahuan yang menonjol di Asia Tenggara
7. KERUNTUHAN KESULTANAN ACEH
Keruntuhan kesultanan Aceh bermula dengan strategi penyusupan yang
dilakukan oleh Dr. Christian Snouck Hurgronje. Ia berpura-pura masuk
Islam dan diterima dengan baik oleh masyarakat Aceh. Ia mendapat
kepercayaan dari para pemimpin Aceh. Disitulah ia mengetahui kelemahan
masyarakat Aceh. Ia menyarankan kepada Belanda untuk mengarahkan
serangan kepada para ulama karena kekuatan Aceh terletak pada ulamanya.
Ketika dilaksanakan, saran ini berhasil dan Belanda kemudian menguasai
Aceh dengan diangkatnya Johannes Benedictus vab Heutsz sebagai gubernur
Aceh pada tahun 1898 yang merebut sebagian besar wilayah Aceh. Pada
tahun 1903, Sultan Muhammad Dawud menyerahkan diri kepada Belanda
setelah anak dan ibunya ditangkap oleh Belanda. Maka pada tahun 1904
seluruh wilayah Aceh jatuh ke tangan Belanda dan kesultanan Aceh pun
telah berakhir. Dr. Christian Snouck Hurgronje
8. Benteng Indrapatra
Setelah Hindu, muncul kerajaan Islam yang pada masa keemasan dipimpin oleh Sultan
Iskandar Muda. Pada masa ini, benteng tetap digunakan sebagai basis pertahanan
melawan Portugis. Sultan Iskandar Muda menugaskan Laksamana Malahayati seorang
laksamana perempuan pertama di dunia untuk memimpin pasukan di wilayah basis
pertahanan ini. Benteng ini merupakan benteng yang dibangun oleh kerajaan Lamuri,
kerajaan Hindu pertama di Aceh. Walaupun akhirnya Islam mendominasi di Aceh,
tetapi Sultan dan Ratu yang memimpin Aceh tidak pernah menghancurkan jejak
peninggalan nenek moyangnya.
9. Taman Sari Gunongan
Taman Sari Gunongan merupakan salah satu peninngalan Kerajaan
Aceh, setelah keraton (dalam) tidak terselamatkan karena Belanda
menyerbu Aceh. Gunongan dibangun pada masa Pemerintahan Sultan
Iskandar Muda yamg memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar
Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di
Semenanjung Malaka. Putri boyongan dari Pahang yang sangat cantik
parasnya dan halus budi bahasanya membuat Sultan Iskandar Muda
jatuh cinta dan menjadikannya sebagai permaisuri. Demi cintannya yang
sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia memenuhi permintaan
permaisurinya untuk membangun sebuah taman sari yang sangat indah,
lengkap dengan Gunongan sebagai tempat untuk menghibur diri agar
kerinduan sang permaisuri pada suasana pegunungan di tempat asalnya
terpenuhi.
10. Masjid Tua Indrapuri
Mesjid Indrapuri adalah bangunan tua berbentuk segi
empat sama sisi. Bentuknya khas, mirip candi, karena di
masa silam bangunan tersebut bekas benteng sekaligus
candi kerajaan hindu yang lebih dahulu berkuasa di Aceh.
Diperkirakan pada tahun 1.300 Masehi, pengaruh Islam
di Aceh mulai menyebar, dan perlahan penduduk sekitar
sudah mengenal Islam, akhirnya bangunan yang dulunya
candi berubah fungsi menjadi mesjid. Dan sejarah juga
mengatakan bangunan bekas candi tersebut dirubah
menjadi mesjid di masa Sultan Iskandar Muda berkuasa
dari tahun 1607-1637 Masehi.
Hikayat Prang Sabi
Hikayat Prang Sabi merupakan suatu karya
sastra dalam sastra Aceh yang berbentuk hikayat
yang isinya membicarakan tentang jihad. ditulis
oleh para ulama yang berisi nasihat, ajakan dan
seruan untuk terjun ke medan jihaad fii sabilillaah,
menegakkan agama Allah dari rongrongan kafir
dan meraih imbalan pahala yang besar. Bisa jadi
hikayat inilah yang membangkitkan semangat
juang rakyat aceh dahulu dalam mengusir penjajah.
11. Meriam Kesultanan Aceh
Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani,
dikirimkan beberapa teknisi dan pembuat senjata
dari Turki ke Aceh. Selanjutnya Aceh kemudian
menyerap kemampuan ini dan mampu
memproduksi meriam sendiri dari kuningan
dimana meriam ini digunakan untuk
mempertahankan aceh dari penjajah.
Pinto Khop
Pinto Khop terletak di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturahman,
Kota Banda Aceh. Pinto Khop merupakan sejarah Aceh tempo dulu.
Pinto Khop di bangun pada masa pemerintahan sultan iskandar muda.
Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara istana dan taman
putroe phang.Pinto khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk
kubah.Pinto khop ini juga merupakan tempat beristirahat putri pahang
setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari gunongan.Di sanalah
dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri,di sana juga terdapat
kolam untuk sang permaisuri mandi bunga.