2. •Agama Islam mulai berkembang di jazirah Arab pada tahun 622 M.
•Mula – mula, Agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW,
setelah beliau mendapat wahyu dari ALLAH SWT.
•Dalam waktu singkat, Agama Islam tersebar luas di Indonesia.
•Waktu itu, kekuatan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya sudah mulai
melemah.
•Kerajaan – kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya mulai
mlepaskan diri dan raja – rajanya memeluk Agama Islam.
•Setelah itu, bermunculan Kerajaan Islam di Indonesia.
1.Masuknya Agama Islam Ke Indonesia
3. Kerajaan – kerjaan Islam Di Indonesia
a. Kerajaan Samudra Pasai
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar
abad ke-13.
Kerajaan Islam yang pertama muncul di
Indonesia ialah Kerajaan Samudra pasai.
Kerajaan ini terletak di Pantai Timur Sumatra,
sekitar Sungai Jambu Air dan Sungai Pasai,
daerah Lhokseumawe.
Pada awalnya, Kerajaan Samudra Pasai terdiri
atas 2 Daerah, yaitu Samudra dan Pasai.
Kedua daerah itu telah lama menjadi
persinggahan dan bermukim para saudagar
dari Arab, Persia, dan India.
Sesudah kekuasaan Islam muncul, kedua
daerah ini disatukan menjadi Kerajaan
Samudra Pasai.
4. •Berdasarkan berita Marcopolo (th 1292) dan Ibnu Batutah
(abad 13). Pada tahun 1267 telah berdiri kerajaan Islam
pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai.
•Juga dibuktikan dengan adanya Batu nisan makam Sultan
Malik Al Saleh (th 1297) Raja pertama Samudra Pasai.
•Kesultanan Samudera Pasai, juga dikenal dengan Samudera,
Pasai, atau Samudera Darussalam, adalah kerajaan Islam yang
terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar
Kota Lhokseumawe, Aceh Utara sekarang.
• Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar abad 13 oleh
Nazimuddin Al Kamil, seorang laksamana laut Mesir.
•Pada Tahun 1283 Pasai dapat ditaklukannnya, kemudian
mengangkat Marah Silu menjadi Raja Pasai pertama dengan
gelar Sultan Malik Al Saleh (1285 – 1297).
5. Tercatat, selama abad 13 sampai awal
abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai
bandar pelabuhan yang sangat sibuk.
Bersamaan dengan Pidie, Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional dengan
lada sebagai salah satu komoditas ekspor
utama.
Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor
lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap
tahunnya, selain komoditas lain seperti
sutra, kapur barus, dan emas yang
didatangkan dari daerah pedalaman.
Sebagai bandar dagang yang maju,
Samudera Pasai mengeluarkan mata uang
sebagai alat pembayaran.
Salah satunya yang terbuat dari emas
dikenal sebagai uang dirham.
Produksi beras dari Jawa ditukar dengan
lada. Pedagang-pedagang Jawa mendapat
kedudukan yang istimewa di pelabuhan
Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari
pembayaran cukai.
6. KerajaanAceh
•Kerajaan Aceh berdiri pada abad
ke-16.
•Kerajaan ini terletak di tepi Selat
Malaka. Pusat Kerajaan Aceh
terdapat dikutara (banda Aceh
sekarang).
•Pada tahun 1511 M, bangsa
portugis menguasai Malaka.
•Dari Malaka, Portugis kemudian
menguasai Samudra Pasai.
•Sejak itu, para pedagang Islam
mencari pelabuhan lain untuk
menghindari Portugis.
•Pelabuhan baru itu adalah Aceh.
•Dari sinilah muncul Kerajaan baru,
yaitu Kerajaan Aceh.
7. Kerajaan Aceh mulai mengalami masa
keemasan di bawah pimpinan Sultan
Iskandar Muda,sekitar tahun 1607 - 1636.
Pada masa Sultan Iskandar Muda,
Kerajaan Aceh mengalami peningkatan
dalam berbagai bidang, yakni dalam
bidang politik, ekonomi-perdagangan,
hubungan internasional, memperkuat
armada perangnya, serta mampu
mengembangakan dan memperkuat
kehidupan Islam.
Bahkan kedudukan Bangsa Portugis di
Malaka pun semakin terdesak akibat
perkembangan yang sangat pesat dari
Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan
Iskandar Muda
8. Wilayah kekuasaan
Di masa kejayaannya, wilayah
kerajaan Aceh Darussalam mencakup
sebagian pulau Sumatera, sebagian
Semenanjung Malaya dan Pattani.
Struktur pemerintahan
Pada masa Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589)
berkuasa, kerajaan Aceh sudah memiliki undang-undang yang
terangkum dalam kitab Kanun Syarak Kerajaan Aceh. Undang-
undang ini berbasis pada al-Quran dan hadits yang mengikat
seluruh rakyat dan bangsa Aceh. Di dalamnya, terkandung
berbagai aturan mengenai kehidupan bangsa Aceh, termasuk
syarat-syarat pemilihan pegawai kerajaan. Namun, fakta
sejarah menunjukkan bahwa, walaupun Aceh telah memiliki
undang-undang, ternyata belum cukup untuk menjadikannya
sebagai sebuah kerajaan konstitusional.
9. Agama
•Dalam sejarah nasional Indonesia, Aceh disebut sebagai Negeri Serambi Mekah
•Sesuai dengan namanya, Serambi Mekah, orang Aceh mayoritas beragama Islam dan
kehidupan mereka sehari-hari sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam ini.
•Selain dalam keluarga, pusat penyebaran dan pendidikan agama Islam berlangsung di
dayah dan rangkang (sekolah agama).
•Guru yang memimpin pendidikan dan pengajaran di dayah disebut dengan TEUNGKU.
•Jika ilmunya sudah cukup dalam, maka para teungku tersebut mendapat gelar baru
sebagai TEUNGKU CHIEK.
•Di kampung-kampung, urusan keagamaan masyarakat dipimpin oleh seseorang yang
disebut dengan tengku meunasah.
•Pengaruh Islam yang sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan sastra Aceh.
•Manuskrip-manuskrip terkenal peninggalan Islam di Nusantara banyak di antaranya
yang berasal dari Aceh, seperti Bustanussalatin dan Tibyan fi Ma‘rifatil Adyan karangan
•Nuruddin ar-Raniri pada awal abad ke-17; kitab Tarjuman al-Mustafid yang merupakan
tafsir Al Quran Melayu pertama karya Shaikh Abdurrauf Singkel tahun 1670-an; dan
Tajussalatin karya Hamzah Fansuri. Peninggalan manuskrip tersebut merupakan bukti
bahwa, Aceh sangat berperan dalam pembentukan tradisi intelektual Islam di
Nusantara. Karya sastra lainnya, seperti Hikayat Prang Sabi, Hikayat Malem Diwa, Syair
Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, merupakan bukti lain
kuatnya pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakat Aceh.
10. Silsilah
Berikut ini daftar para sultan yang pernah berkuasa di kerajaan Aceh
Darussalam:
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)
2. Sultan Salahuddin (1528-1537).
3. Sultan Ala‘ al-Din al-Kahhar (1537-1568).
4. Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575)
5. Sultan Muda (1575)
6. Sultan Sri Alam (1575-1576).
7. Sultan Zain al-Abidin (1576-1577).
8. Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589)
9. Sultan Buyong (1589-1596)
10. Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604).
11. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)
12. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636).
13. Iskandar Thani (1636-1641).
14. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam/Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Tajul-
’Alam Shah Johan Berdaulat Zillu’llahi fi’l-’Alam binti al-Marhum Sri Sultan
Iskandar Muda Mahkota Alam Shah(1641-1675).
15. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam/Sultanah Nurul Alam Naqiyatuddin Syah
(1675-1678)
16. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah/Sultanah Zakiatuddin Inayat Syah(1678-1688)
17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din/Sultanah Zinatuddin Kamalat Syah (1688-
1699)
11. 18. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702)
19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)
20. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726)
21. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)
22. Sultan Syams al-Alam (1726-1727)
23. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735)
24. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760)
25. Sultan Mahmud Syah (1760-1781)
26. Sultan Badr al-Din (1781-1785)
27. Sultan Sulaiman Syah (1785-…)
28. Alauddin Muhammad Daud Syah.
29. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815) dan (1818-1824)
30. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818)
31. Sultan Muhammad Syah (1824-1838)
32. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857)
33. Sultan Mansur Syah (1857-1870)
34. Sultan Mahmud Syah (1870-1874)
35. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)
12. Kemunduran
Aceh secara berturut-turut dipimpin oleh empat orang ratu. Di masa ini, kerajaan Aceh
sudah mulai memasuki era kemundurannya. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya
konflik internal di Aceh, yang disebabkan penolakan para ulama Wujudiyah terhadap
pemimpin perempuan. Para ulama Wujudiyah saat itu berpandangan bahwa, hukum
Islam tidak membolehkan seorang perempuan menjadi pemimpin bagi laki-laki.
Kemudian terjadi konspirasi antara para hartawan dan uleebalang, dan dijustifikasi oleh
pendapat para ulama yang akhirnya berhasil memakzulkan Ratu Kamalat Syah. Sejak
saat itu, berakhirlah era sultanah di Aceh.
Memasuki paruh kedua abad ke-18, Aceh mulai terlibat konflik dengan Belanda dan
Inggris yang memuncak pada abad ke-19. Pada akhir abad ke-18 tersebut, wilayah
kekuasaan Aceh di Semenanjung Malaya, yaitu Kedah dan Pulau Pinang dirampas oleh
Inggris. Pada tahun 1871 M, Belanda mulai mengancam Aceh atas restu dari Inggris,
dan pada 26 Maret 1873 M, Belanda secara resmi menyatakan perang terhadap Aceh.
Dalam perang tersebut, Belanda gagal menaklukkan Aceh
13. KerajaanDemak
Pada abad ke-16 muncul
kerajaan Islam pertama di
pulau Jawa, yaitu Kerajaan
Demak. Semula Demak
merupakan salah satu
wilayah yang berada di
bawah kekuasaan
Majapahit. Keika Majapahit
runtuh akibat perang
saudara pada tahun 1478,
pusat kerajaan Hindu
berpindah ke kuling dan
akhirnya ke Daha (Kediri).
Runtuhnya Majapahit
menyebabkan bangkitnya
Demak menjadi kerajaan
Islam pertama di pulau
Jawa.
14. Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk
memperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan
akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah
menetap di Demak (Bintoro). ada kira-kira tahun 1475 M, Raden
Fatah mulai melaksanakan perintah gurunya dengan jalan
membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut.
Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan
dengan sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi
ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu
pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat
peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam
pertama di Jawa.
15. AwalKerajaanDemak
Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan
berdiri pada tahun 1478 M.
Didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi
tanda Candra Sengkala: Sirna hilang Kertaning Bumi, yang
berarti tahun saka 1400 atau 1478 M.
Kerajaan Demak oleh Raden Fatah.
Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun.
Menurut sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang
terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di
Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka
Raden Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda
yang taat beragama Islam.
16. Letak Kerajaan Demak
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah,
tetapi pada awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan
dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah
menganut agama Islam.
Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan
daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan
pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan
Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari
Jeumpa (Daerah Pasai).
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun
pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di
antara Pegunungan Muria dan Jawa
17. Kehidupan Politik
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di
daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu
membentuk suatu persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah
kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan
Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
Raden Fatah (Pada awal abad ke 14)
Adipati Unus (tahun 1518-1521 M)
Sultan Trenggana (tahun 1521-1546 M)
18. PERANGSAUDARADI DEMAK
Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung
Raden Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota.
Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden
Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran
Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh
Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk
membunuh pangeran Seda Lepen. Dan akhirnya sultan Trenggana
manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa kekuasaan Sultan
Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan
dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa
timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng
bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya
tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
19. Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri.
Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran
Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang
ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak
yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari
Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka
Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya
Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk
membalas kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran
Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan. Dengan membunuh
Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak dan
bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546
setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya
yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak.
20. Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh
Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka
Tingkir. Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran
kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh
Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta
bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat.
Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena
beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto.
Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng
Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan
sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah
pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah mataram
21. Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di
keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak
mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para
waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan
Sultan Trengggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh
Sunan Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang
beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak
tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto
dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik
tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di
kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya
Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh
Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan
pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama
kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang.
Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di
Pati. Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena
jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan.
Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi
penggatinya.
22. Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran
Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan
oleh Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta
Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan
bantuan Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu mengendalikan
pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang ingin
melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya
pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram,
sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram
23. Kerajaan ternate dan Tidore
Sejak abad ke-13, maluku sudah ramai
dikunjungi oleh pedagang-pedagang
Islam dari Jaawa dan Melayu.seiring
dengan ramainya perdagangan,
berdatanglah pula para mubaligh dari
Jawa Timur untuk mengajarkan Agama
Islam.
Kerajaan Ternate merupakan kerajaan
yang mendapatkan pengaruh Islam
dari para pedagang Jawa dan
Melayu. Selain Kerajaan Ternate, juga
terdapat Kerajaan Tidore. Raja tidore
yang terkenal ialah Pangeran Nuku
24. Sejarah
Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan.
Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan
Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut
Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang
dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin
oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati,
dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu
berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai
ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera
(Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam
perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni
politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah
penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah.
25. LETAK KERAJAAN
Secara geografis kerajaan ternate dan tidore
terletak di Kepulauan Maluku, antara sulawesi dan
irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis
dan penting dalam dunia perdagangan masa itu.
Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan
penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di
juluki sebagai “The Spicy Island”. Rempah-rempah
menjadi komoditas utama dalam dunia
perdagangan pada saat itu, sehingga setiap
pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang
dan bertujuan ke sana, melewati rute
perdagangan tersebut agama islam meluas ke
maluku, seperti Ambon, ternate, dan tidore.
Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-
aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
26. KEHIDUPAN POLITIK
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate
sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang
berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk,
portugis langsung memihak dan membantu ternate, hal ini dikarenakan
portugis mengira ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak
tidore akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk
menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan perjanjian saragosa.
Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harus meninggalkan maluku dan
pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di maluku.
o Sultan Hairun
Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah
benteng yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis
semakin lama di benci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan ternate. Oleh
karena itu sultan hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli
dari bangsa portugis.
* Sultan Baabullah
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun
1575 M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng.
27. KEHIDUPAN
EKONOMI
Tanah di Kepulauan
maluku itu subur dan
diliputi hutan rimba yang
banyak memberikan hasil
diantaranya cengkeh dan di
kepulauan Banda banyak
menghasilkan pala. Pada
abad ke 12 M permintaan
rempah-rempah meningkat,
sehingga cengkeh
merupakan komoditi yang
penting. Pesatnya
perkembangan
perdagangan keluar dari
maluku mengakibatkan
terbentuknya persekutuan.
Selain itu mata
pencaharian perikanan
turut mendukung
perekonomian masyarakat.
KEHIDUPAN SOSIAL
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin
perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai
pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus
Xaverius.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai
pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama
ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para
pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan
diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang
pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk
agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-
masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya
kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni
Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun
perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat
Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul
gerakan menentang Kompeni Belanda.
28. Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh
bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa
mereka telah Diadu Domba oleh Portugis dan Spanyol,
mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.
Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama
sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang
teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang
kuat