Tes HIV dilakukan dengan berbagai metode seperti ELISA, Western Blot, dan PCR. Prosedurnya diawali dengan konseling pra-tes dan dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah untuk diperiksa di laboratorium dengan tiga tes berjenjang. Tes juga dapat dilakukan pada bayi untuk mengetahui apakah terinfeksi dari ibu. Namun, masih ada berbagai kendala pelaksanaan seperti ketidaksiapan pasien, jarak fasilitas
1. KONSEP DAN PRINSIP
KONSELING DAN TES
SUKARELA
CHRISTIN MONAULI MANURUNG
DITA VIVIDIA
MARTA AGUSTINA SIRAIT
RIBKA SIREGAR
WIDIA S.M MALAU
YONDA T SARAGIH
2. A.LEMBAGA RUJUKAN VCT
• Pusat pelayanan untuk HIV dan
AIDS, yang meliputi tes HIV (
Voluntary Counseling Testing ),
pusat pelayanan ARV, Rawat inap
dan kelompok dukungan untuk
orang terinfeksi HIV telah tersebar
di banyak kota di Indonesia.
3. Next...
• Berikut ini beberapa alamat rumah sakit,
Lembaga swadaya Masyarakat dan
kelompok dukungan sebaya, di antara
nya:
4. Kab/Kota Nama RS Kode Alamat Telepon Fax
Medan RS Polda Sumut 1275046 Jl. KH Wahid Hasyim No. 1, Medan 061-815990
Medan RSU H Adam Malik 1275655 Jl. Bunga Lau No. 17, Medan 061-8360381 061-8360255
Medan RS Haji Us-Syifa Medan 1275794 Jl. Rumah Sakit Haji, Medan Estate, Medan 061-619520
Pematang Siantar RSU Pematang Siantar *
Karo RS Kabanjahe *
Balige RS HKBP Balige *
Medan RSU Dr Pringadi 1275013 Jl. Prof. Moh. Yamin SH 47, Medan 061-4521198 061-4521223
Medan RS Kesdam II Bukit
Barisan Medan
*
Deli Serdang RSU Lubuk Pakam 1212012 Jl. Thamrin, Lubuk Pakam 061-7952068
Provinsi: Sumatera Utara
(*) pada kolom Kode RS dalam tahap penyiapan menurut daftar dari Pokja HIV AIDS.
7. Next...
• Prosedur pemeriksaan laboratorium
untuk HIV sesuai dengan panduan
nasional yang berlaku pada saat ini,
yaitu dengan menggunakan strategi 3
dan selalu didahului dengan konseling
pra tes atau informasi singkat.
• Ketiga tes tersebut dapat
menggunakan reagen tes cepat atau
dengan ELISA.
8. C.JENIS TES HIV
• Berkembangnya teknologi
pemeriksaan saat ini mengijinkan
kita untuk mendeteksi HIV lebih
dini.
• Beberapa pemeriksaan tersebut
antara lain adalah :
9. 1. ELISA
• ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay),
tes ini mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh
terhadap virus HIV.
• Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai
minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12
setelah terpapar virus HIV.
• Kerena alasan inilah maka para ahli
menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan
setelah minggu ke 12 sesudah melakukan
aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk
jarum suntik yang terkontaminasi
10. 2.WESTERN BLOT
• Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi
antibodi terhadap HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi
bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih
spesifik, sehingga kasus 'yang tidak dapat disimpulkan'
sangat kecil.
• Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh
keahlian lebih dalam melakukannya.
11. 3. IFA
• IFA atau indirect fluorescent antibody juga
meurupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA
positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas,
IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV.
• Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini
adalah biayanya sangat mahal.
12. 4. PCR Test
• PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang
memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah.
• Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu
setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan
memerlukan alat yang canggih.
• Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi
diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu, PCR
test juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan
(screening test) darah atau organ yang akan didonorkan.
13. D.TES ANTIBODY PADA BAYI
• Bayi yang terlahir oleh ibu terinfeksi HIV dapat tertular
HIV selama kehamilan, waktu kelahiran, dan bila
disusui.
• Untuk memastikan apakah bayi ternyata terinfeksi HIV,
dia dapat dites dengan tes antibodi pada usia di atas
sembilan bulan. Kebanyakan bayi yang tidak terinfeksi
HIV menunjukkan hasil tes non-reaktif pada usia 12
bulan.
14. Protokol Tes yang Diusulkan
• Penyakit yang diakibatkan HIV dapat berlanjut secara cepat pada
bayi: angka kematian mendekati 50% pada anak terinfeksi HIV di
bawah dua tahun bila HIV-nya tidak diobati.
• Jadi dengan semakin luasnya ketersediaan
terapi antiretroviral (ART) untuk bayi dan anak, tujuan kita untuk
menentukan apakah bayi terinfeksi secara dini terutama untuk
bertemu bayi terinfeksi HIV yang membutuhkan perawatan dan
pengobatan daripada sekadar untuk konfirmasi ketiadaan infeksi
HIV.
15. A. KESIMPULAN
• Banyak kendala yang masih sering kita temukan dalam
pelaksanaan VCT – CST, kendala – kendala tersebut
antara lain :
•
1. Ketidaksiapan klien dalam menerima hasil
2. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan klien tentang
manfaat dari VCT- CST sehingga belum semua
kelompok resiko tinggi yang terjangkau oleh program
ini
3. Ketidaknyamanan tempat pre konseling yang dilakukan
oleh petugas lapangan.
4. Jauhnya jarak pengambilan obat dengan tempat tinggal
klien
5. Kurangnya kemampuan ekonomi klien untuk
pengobatan
6. Masih besarnya stigma negatif masyarakat tentang
ODHA