Berikut beberapa langkah untuk melakukan skrining HIV dengan metode rapid test:1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti lancet, strip reaksi, buffer, kertas hasil, dll. Periksa kadaluarsa dan kondisinya. 2. Jelaskan prosedur skrining kepada pasien dan dapatkan persetujuan lisan. Jelaskan prinsip kerahasiaan. 3. Pakai sarung tangan. Ambil darah dari ujung jari dengan l
Dokumen tersebut membahas tentang layanan tes HIV, mulai dari konsepnya, prinsip-prinsipnya seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil yang benar, dan koneksi dengan perawatan. Juga dibahas tentang cara menawarkan tes HIV kepada berbagai kelompok pasien dan cara melakukan skrining HIV menggunakan tes cepat.
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
More Related Content
Similar to Berikut beberapa langkah untuk melakukan skrining HIV dengan metode rapid test:1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti lancet, strip reaksi, buffer, kertas hasil, dll. Periksa kadaluarsa dan kondisinya. 2. Jelaskan prosedur skrining kepada pasien dan dapatkan persetujuan lisan. Jelaskan prinsip kerahasiaan. 3. Pakai sarung tangan. Ambil darah dari ujung jari dengan l
Similar to Berikut beberapa langkah untuk melakukan skrining HIV dengan metode rapid test:1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti lancet, strip reaksi, buffer, kertas hasil, dll. Periksa kadaluarsa dan kondisinya. 2. Jelaskan prosedur skrining kepada pasien dan dapatkan persetujuan lisan. Jelaskan prinsip kerahasiaan. 3. Pakai sarung tangan. Ambil darah dari ujung jari dengan l (20)
Berikut beberapa langkah untuk melakukan skrining HIV dengan metode rapid test:1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti lancet, strip reaksi, buffer, kertas hasil, dll. Periksa kadaluarsa dan kondisinya. 2. Jelaskan prosedur skrining kepada pasien dan dapatkan persetujuan lisan. Jelaskan prinsip kerahasiaan. 3. Pakai sarung tangan. Ambil darah dari ujung jari dengan l
3. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah selesai mengikuti sesi ini peserta
mampu:
• Menjelaskan konsep tes HIV
• Meminta pasien untuk tes HIV
• Melakukan skrining HIV
4. Pokok Bahasan
Konsep tes HIV
Layanan tes HIV:
- Konsep tes HIV
- Prinsip 5 C
- Penawaran rutin tes HIV
- Algoritma layanan tes HIV
Skrining dengan reagen 1
6. Latar Belakang
• Penemuan kasus HIV dan pengobatan ARV sudah dilakukan sejak era
3by5
• Terjadi pergeseran paradigma metoda pendekatan kasus dari VCT - PITC
• Implementasi PITC sejak tahun 2009 masih menimbulkan gap yaitu
– Pelaksanaan PITC masih belum merata dilakukan oleh seluruh fasyankes
– Masih ada perbedaan pelaksanaan konsep PITC
– Penemuan kasus HIV dibandingkan dengan jumlah estimasi baru mencapai
32%
– Kemampuan penemuan kasus dibandingkan dengan estimasi baru
mencapai 12 % (paparan fast track TOP)
– Laju transmisi HIV yang masih tinggi
• WHO telah menerbitkan pedoman HIV Testing Service yang baru
• Kementerian Kesehatan ingin merevisi pedoman TIPK dan
meningkatkan cakupan testing dan pengobatan ARV
7. Konsep Layanan Tes HIV
• Menempatkan HIV sama seperti penyakit lainnya
• Terkait dengan karakter penyakit HIV
• Perlu menjawab beberapa pertanyaan yaitu
– Bagaimana cara menemukan kasus
– Bagaimana kasus yang ditemukan dapat diobati dan
ditindaklanjuti dengan membangun jejaring kerja internal
maupun eksternal
– Bagaimana membangun layanan yang dapat diakses oleh
populasi kunci dan tidak memberikan ketakutan dan stigma.
– Sistem promosi atau marketing agar masyarakat tahu jika
tersedia layanan diagnosis dan pengobatan HIV serta dapat
diakses
• Dibangun secara terintegrasi dengan sistem layanan yang
ada
9. PRINSIP Tes HIV
1. Consent (persetujuan pasien)
2. Confidentiality (konfidensialitas)
3. Counseling (konseling)
4. Correct test result (hasil tes yang sahih)
5. Connect to care, prevention and treatment
services (dihubungkan dengan layanan
Pengobatan Dukungan dan Perawatan serta
pencegahan)
10. Penerjemahan 5 C (1)
• Penerjemahan 5 C yaitu
1. Consent
• Cukup informasi singkat alasan di tes HIV
• Cukup verbal dan tidak perlu tanda tangan
• Definisi usia pada anak- mempertimbangkan banyak anak
remaja sudah tertular dan tidak mau diketahui orang
tua/keluarga – pada anak usia < 18 thn siapa yang jadi wali jika
tidak ada ortu atau jauh dari keluarga
2. Confidentiality
• Status HIV akan dibuka kepada sesama nakes untuk kepentingan
perawatan dan pengobatan
• Pembukaan status HIV kepada pasangan dengan atau tanpa
persetujuan dari penderita
• Perlu evaluasi kemungkinan terjadinya kekerasan fisik – cara?
11. Penerjemahan 5 C – (2)
3. Counselling
– Tidak perlu melakukan evaluasi detail risk assessment
dan “konseling”
– Pasca tes HIV ditekankan pada menjelaskan arti tes
dan rencana kerja pengobatan
– Dilakukan oleh nakes – tidak tergantung konselor
4. Correct result
– Perlunya PMI dan PME
5. Connect to care
– Memastikan bahwa semua hasil tes positive wajib
mendapatkan akses pengobatan ARV
13. TRIASE
• Triase – bentuk pencarian kasus yg dilakukan
oleh unit layanan kesehatan
– Skrining R1 oleh petugas kesehatan
• Hasil reaktif perlu dirujuk ke sarana yg mampu
menegakkan diagnosis dan memberikan
pengobatan ARV
14. Pasien di sarana rawat jalan dan
rawat inap
Kelompok pasien yang di tes HIV
LSL, Waria, WPS/PPS, Penasun dan
Pelanggan
Ibu hamil
Pasien TB
Pasien IMS atau dengan keluhan
IMS
Pasien hepatitis
Pasien dengan gejala penurunan
kekebalan tubuh (gejala IO)
Pasangan ODHA
Di daera epidemi meluas , semua
orang yang datang ke layanan
menerima verbal consent
Menerima Tes Menolak tes
Tanda tangan surat pernyataan, beri informasi manfaat tes
Ke laboratorium
Hasil lab baik reaktif atau neg dikembalikan ke nakes pengirim
Positif Negatif
Inkonklusi
f
Jelaskan makna hasil tes, jelaskan secara garis besar, apa
langkah yang akan dilakukan di klinik terpadu untuk akses
layanan ARV beserta semua paket perawatan
15.
16. Penemuan Kasus
Pedoman pelaksanaan KTIP di fasilitas layanan
kesehatan (fasyankes) merekomendasikan Tes HIV
sebagai berikut:
• Ditawarkan kepada pasien yang menunjukkan tanda
dan gejala penyakit yang mungkin terkait HIV atau
AIDS, tanpa memandang tingkat epidemi HIV di
daerah itu.
Ditawarkan secara rutin:
• Di daerah dengan tingkat epidemi HIV meluas -semua
pasien yang berkunjung ke fasyankes
17. Penemuan kasus
Di daerah dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi
atau rendah pada semua:
• Pasien TB termasuk TB MDR
• Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS)
• Pasien hepatitis B/C
• Ibu hamil
• Pasangan ODHA
• Populasi kunci HIV; WPS, LSL, Waria, Penasun
• Sirkumsisi orang dewasa
18. Informasi Pra tes – secara umum
• Manfaat tes HIV pada tiap kelompok yang
dites
• Kaitan TB/IMS/Hepatitis dengan HIV
• Risiko penularan HIV pada tiap kelompok juga
kepada bayi
19. Informasi Pra-Tes – Spesifik
pada bumil
Informasi pra-tes bagi perempuan hamil atau
kemungkinan hamil meliputi:
• Risiko penularan HIV kepada bayi
• Cara mengurangi risiko penularan HIV dari ibu
ke anak, termasuk terapi antiretroviral, cara
persalinan dan konseling tentang makanan bayi.
• Keuntungan melakukan diagnosis HIV secara
dini bagi bayinya
21. Contoh Komunikasi untuk Tes HIV
pada kelompok Pasien TB
Sudah menjadi program pemerintah bahwa
semua pasien TB dilakukan tes HIV. Orang
dengan TB yang juga HIV harus segera
mendapatkan obat HIV (ARV), jika tidak, dapat
membahayakan Anda. Saya akan melakukan
tes HIV, kecuali Anda menolak. Apakah ada
pertanyaan?
22. Penjelasan tentang Konfidensialitas
Layanan tes harus konfidensial, artinya segala isi
komunikasi antara/pasien dengan petugas atau
konselor tidak boleh dibuka kepada orang lain
tanpa persetujuan pasien. Namun, Demi
kepentingan kesehatan klien/pasien, hasil tes dapat
dibagikan kepada petugas yang merawat atau
mengobati pasien.
24. Jika Pasien Menolak Tes HIV
Berikut pertanyaan dan alasan yang biasa dikemukakan pasien ketika
pasien menolak tes HIV, beserta responnya:
• Pasien ragu karena Ia hanya berhubungan seks dengan suaminya
saja. Ingatkan bahwa satu-satunya cara untuk memastikannya
adalah dengan melakukan tes HIV, agar nanti tatalaksana pasien
dan bayi lebih sesuai.
• Pasien khawatir status HIVnya dapat diketahui oleh orang lain.
Jelaskan tentang prinsip konfidensialitas di dalam menangani data
pasien yang berlaku untuk semua penyakit.
• Pasien butuh persetujuan suami untuk melakukan tes.
Buat jadwal ulang untuk seluruh pemeriksaan, tawarkan untuk
membantu berbicara dengan suami pasien jika dibutuhkan.
• Pasien khawatir ada kekerasan dalam rumah tangga jika Ia
melakukan tes HIV. Rujuk ke konselor VCT yang lebih
berpengalaman.
27. Bagan Alur 2. Alur Tes Skrining Hiv & Sifilis Di
Pustu/Posyansdu/Layanan Garda Terdepan
Skrining HIV dan Sifilis
Edukasi dan Informasi
Ambil darah perifer/ujung jari
Lakukan Pemeriksaan HIV dan Sifilis dengan Tes
Cepat/Rapid tes
Non Reaktif
Informasikan hasil ke Pasien
Jadwalkan pemeriksaan ulang sesuai
faktor risiko
Reaktif
Ambil darah vena --> Rujuk
sampel ke Layanan statis
HIV (puskesmas/klinik)
Rujuk Pasien untuk datang ke
Puskesmas/klinik untuk pemeriksaan
lanjutan
28. Pemeriksaan Anti HIV
Metoda Rapid dan Interpretasi Hasil (1)
• Persiapan Pasien:
Informasi pra tes
Verbal consent
• Persiapan Petugas:
Terlatih
Memenuhi syarat 5C
• Persiapan Sampel
Pengambilan sampel oleh tenaga kompeten
Pengolahan sampel darah harus sesuai dengan petunjuk “Package
insert reagensia
Prosedur pengambilan sesuai dengan Prosedur Kerja Standar (PKS)
29. Pemeriksaan Anti HIV Metoda Rapid dan
Interpretasi Hasil (2)
• Reagensia dan Alat:
Reagensia yang sudah terdaftar pada Kemenkes
Pemilihan sesuai kaidah pada Permenkes 15 tahun 2015
Perhatikan kadaluwarsa dan suhu penyimpanan
Peralatan terpelihara dan terkalibrasi teratur
• Mengatur tempat pemeriksaan:
Ruang kerja teratur dan bersih
Tempat peralatan teratur, tidak berpotensi kecelakaan kerja
• Prosedur Pemeriksaan
30. Prosedur Pemeriksaan HIV
1. Ambil darah dari ujung jari dengan menggunakan lancet
2. Teteskan darah pada membran dengan volume sesuai
dengan package insert (beda reagensia beda volume dan
prosedur)
3. Teteskan buffer dengan volume sesuai dengan package
insert (beda reagensia beda volume dan prosedur)
4. Tunggu selama 15-20 menit (tergantung reagensia yang
digunakan)
5. Baca Hasil langsung
6. Tulis hasil dilembar hasil dan di lembar kerja pemeriksaan
laboratorium
7. Bila hasil Reaktif ambil darah vena (rujuk sampel) /
rujuk pasien ke layanan statis (Puskesmas/klinik)