SlideShare a Scribd company logo
1 of 90
Download to read offline
Tatalaksana HIV
Penemuan Kasus, Diagnosa dan Terapi ARV
Tujuan Pembelajaran
• Tim Layanan memahami sasaran tes HIV
• Tim layanan memahami alur diagnosa tes HIV
• Tim layanan mampu memberikan tatalaksana terapi ARV
Sasaran tes
HIV
Penemuan Kasus
Konsep
Layanan Tes
HIV
• Menempatkan HIV sama seperti penyakit lainnya
• Terkait dengan karakter penyakit HIV
• Perlu menjawab beberapa pertanyaan yaitu
• Bagaimana cara menemukan kasus – secara aktif dan pasif
• Bagaimana kasus yang ditemukan dapat diobati dan
ditindaklanjuti dengan membangun jejaring kerja internal
maupun eksternal
• Bagaimana membangun layanan yang dapat diakses oleh
populasi kunci dan tidak memberikan ketakutan dan stigma.
• Sistem promosi atau marketing agar masyarakat tahu jika
tersedia layanan diagnosis dan pengobatan HIV serta dapat
diakses
• Dibangun secara terintegrasi dengan sistem layanan yang ada
PRINSIP Tes HIV
1. Consent (persetujuan pasien)
2. Confidentiality (konfidensialitas)
3. Counseling (konseling)
4. Correct test result (hasil tes yang sahih)
5. Connect to care, prevention and treatment services (dihubungkan
dengan layanan Pengobatan Dukungan dan Perawatan serta
pencegahan)
Pengertian 5 C (1)
• Consent
• Cukup informasi singkat alasan di tes HIV, termasuk kebijakan pemerintah sebagai landasan
• Cukup verbal dan tidak perlu tanda tangan
• Definisi usia pada anak- mempertimbangkan banyak anak remaja sudah tertular dan tidak
mau diketahui orang tua/keluarga – pada anak usia < 18 thn siapa yang jadi wali jika tidak ada
ortu atau jauh dari keluarga
• Confidentiality
• Status HIV akan dibuka kepada sesama nakes untuk kepentingan perawatan dan pengobatan
• Pembukaan status HIV kepada pasangan dengan atau tanpa persetujuan dari penderita
Pengertian 5 C – (2)
• Counselling
• Tidak perlu melakukan evaluasi detail risk assessment dan “konseling”
• Pasca tes HIV ditekankan pada menjelaskan arti tes dan rencana kerja pengobatan
• Dilakukan oleh nakes – tidak tergantung konselor
• Correct result
• Perlunya PMI dan PME ( dari sisi laboratorium )
• Connect to care
• Memastikan bahwa semua hasil tes positif wajib mendapatkan akses pengobatan
ARV
Bagan Alir
Layanan
Pemeriksaan
HIV
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Pemeriksaan HIV untuk skrining
1.Berbasis fasyankes
Skrining HIV berbasis fasyankes dilakukan di fasyankes seperti puskesmas,
rumah sakit, klinik, praktik dokter atau bidan swasta, oleh tenaga kesehatan.
2. Berbasis komunitas
Skrining HIV berbasis komunitas dilakukan di luar fasyankes oleh:
a) tenaga kesehatan;
b) tenaga non-kesehatan, seperti kader kesehatan, petugas penjangkau, atau
pendukung sebaya;
c) individu secara mandiri (skrining HIV mandiri)
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Bagan Alir
Pemeriksaan
HIV Untuk
Skrining.
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Foto skrining
Pemeriksaan HIV untuk Penegakan Diagnosis
• Hasil pemeriksaan HIV dikatakan positif apabila:
1. Tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode atau reagen
berbeda menunjukan hasil reaktif.
2. Pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif terdeteksi HIV
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Pemeriksaan Serologis
• Metode pemeriksaan serologis yang digunakan adalah:
1) Rapid diagnostic test (RDT)
2) Enzyme immuno assay (EIA) ( tidak dilakukan di Puskesmas )
• Secara umum metode pemeriksaan rapid test (tes cepat) dan EIA adalah untuk
mendeteksi antigen dan/atau antibodi.
• Alat diagnostik yang digunakan untuk pemeriksaan serologis harus mempunyai
sensitivitas minimal 99% (untuk reagen ke-1) dan spesifisitas minimal 98% (untuk reagen
ke-2) dan spesifisitas minimal 99% (untuk reagen ke-3) dengan kesalahan baca <5%.
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Pemeriksaan Virologis
• Pemeriksaan virologis dilakukan dengan pemeriksaan DNA HIV dan RNA HIV.
• Pemeriksaan virologis digunakan untuk mendiagnosis HIV pada:
1. Bayi dan anak di bawah 18 bulan;
2. Pasien pada kasus terminal, dengan hasil pemeriksaan antibodi yang negatif
walaupun gejala klinis sangat mendukung; dan
3. Konfirmasi hasil inkonklusif atau konfirmasi untuk dua hasil laboratorium yang
berbeda.
§ Pemeriksaan virologis pada bayi/anak berusia <18 bulan yang direkomendasikan
adalah PCR DNA HIV, tetapi bila tidak tersedia atau sulit diakses dapat digunakan PCR
RNA HIV (viral load).
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Bagan Alir Pemeriksaan
HIV untuk Diagnosis
dengan pemeriksaan
serologis pada usia ≥18
bulan
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Bagan Alir Diagnosis
HIV dan Sifilis
dengan Pemeriksaan
Serologis Dual Rapid
Test HIV Dan Sifilis
Pada Usia ≥18 Bulan
Bagan Alir Deteksi Dini HIV pada Bayi/Anak usia < 18 Bulan
(Early Infant Diagnosis, EID)
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Bagan Alir Diagnosis HIV
Pada Bayi dan Anak <18
Bulan Dengan
Pemeriksaan Serologis
(bila pemeriksaan
virologis tidak tersedia)
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Diagnosis HIV
presumtif
pada bayi dan
anak <18
bulan
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Pemeriksaan HIV ulang
• Pemeriksaan HIV ulang dilakukan pada waktu dan sampel yang berbeda dengan pemeriksaan
sebelumnya.
• Pemeriksaan HIV ulang dilakukan pada seseorang dengan hasil pemeriksaan:
1. HIV-inkonklusif
Pemeriksaan HIV ulang dilakukan 14 hari kemudian, sesuai bagan alir pemeriksaan HIV
2. HIV-negatif, pada individu dengan risiko pajanan tinggi,
Pemeriksaan HIV ulang dilakukan dengan mempertimbangkan periode jendela untuk
mengantisipasi kemungkinan infeksi akut pada periode yang terlalu dini untuk
melakukan pemeriksaan diagnostik.
Meski demikian pemeriksaan ulang hanya perlu dilakukan pada individu dengan HIV
negatif yang baru saja mendapat atau sedang memiliki risiko tinggi.
*) Pemeriksaan ulang HIV pada kelompok Populasi Kunci dilakukan setiap 3 bulan atau minimal satu kali dalam setahun.
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Tindak Lanjut Pasca Tes
Bagan Alir Tindak Lanjut Pasca Diagnosis HIV
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Jika hasil tes HIV -
• Jelaskan arti hasil tes negatif
• Jelaskan kemungkinan dalam periode jendela
• Informasi penggunaan dan pemberian kondom
• LASS, PTRM
• Penawaran sirkumsisi
• Tes rutin untuk kelompok berisiko tinggi
• Anjuran untuk ARV profilaksis ( PrEP )
Jika hasil tes HIV +
• Penetapan stadium klinik
• Skrining dan tatalaksana IO yang ditemukan
• Penapisan IMS ( sifilis atau pendekatan sindrom ), jika pasien berisiko
idealnya pemeriksaan HIV dan sifilis dimintakan bersamaan
• Indikasi pemberian PPK dan TPT
• KIE kepatuhan minum obat
• Penawaran Notifikasi pasangan
• Inform consent penelusuran pasien jika LFU
• Inisiasi pengobatan ARV dan pemantauan
Stadium
Klinis
Profilaksis Kotrimoksazol
§ Obat kotrimoksazol diberikan untuk pencegahan beberapa penyakit infeksi
oportunistik, yaitu Pnemonitis jirovecii (PCP), Toxoplasmosis, Salmonelosis,
Isospora beli, dan malaria bagi pasien yang tinggal di daerah endemis malaria.
§ Kotrimoksazol diberikan pada semua pasien HIV dengan stadium klinis 3 dan 4
dan/atau jika nilai CD4<200 sel/mm3 (pasien AIDS), dengan dosis 1x960 mg/hari
diberikan sampai dengan CD4>200 dua kali berturut-turut dengan interval 6
bulan atau selama 2 tahun pada tempat yang tidak mempunyai pemeriksaan CD4.
§ Profilaksis kotrimoksazol diberikan secara rutin pada ODHIV dengan TBC aktif
tanpa melihat jumlah CD4. Apabila pengobatan OAT selesai dan nilai CD4 >200
sel/μL, maka pemberian kotrimoksazol dapat dihentikan, tetapi apabila CD4 < 200
sel/μL, maka kotrimoksazol dapat diteruskan dengan dosis yang sama.
Terapi Pencegahan Tuberkulosis
§ Terapi Pencegahan TBC (TPT) diberikan pada semua ODHIV tanpa tanda TBC
aktif, termasuk ibu hamil, anak, dan orang dengan HIV yang telah menyelesaikan
pengobatan TBC (TPT sekunder)
§ Terdapat 2 jenis Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada ODHIV:
1. TPT Primer : TPT yang diberikan pada ODHIV yang tidak memiliki TBC
aktif, baik ODHIV dengan/ tanpa riwayat pemberian terapi OAT sebelumnya.
2. TPT Sekunder : TPT yang diberikan pada ODHIV sebagai suatu kelanjutan
setelah menyelesaikan terapi OAT dan dinyatakan sembuh/pengobatan
lengkap.
Bagan Alir Skrining TBC pada ODHIV
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Pilihan paduan TPT
yang
direkomendasikan
Komunikasi,
informasi, dan
edukasi kepatuhan
minum obat
Kesiapan dan kendala yang
dihadapi pasien untuk
memulai pengobatan ARV,
Keuntungan memulai
pengobatan ARV lebih dini
untuk menekan virus,
pulihnya daya tahan tubuh,
perbaikan kondisi klinis,
mencegah penularan,
Jenis obat ARV yang
diberikan, dosis dan jadwal
pemberian,
Kemungkinan efek samping
yang sifatnya sementara dan
dapat diobati, serta adanya
obat pengganti jika timbul
efek samping,
Interaksi dengan obat lain,
Perlunya kontrol ulang untuk
pemantauan respon terapi
dan efek samping.
Notifikasi
Pasangan
Informed Consent Penelusuran Pasien
• Pengobatan HIV merupakan pengobatan seumur hidup dan memerlukan kepatuhan minum obat
• Petugas perlu menjelaskan hal ini kepada pasien dan meminta persetujuan tertulis pasien bahwa
dapat dilakukan tindakan penelusuran bila dibutuhkan
PENGOBATAN ARV
Tujuan Terapi ARV
•Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi dan
mempertahankannya
•Memperbaiki kualitas hidup
•Mencegah infeksi oportunistik
•Mencegah progresi penyakit
•Mengurangi transmisi kepada yg lain
ARV Menurunkan Stigma
•Apabila orang mengetahui tersedianya pengobatan HIV, maka:
–Meningkatkan jumlah orang yang meminta Layanan Tes HIV
–Meningkatkan kepedulian masyarakat
–Meningkatkan motivasi petugas kesehatan “dapat melakukan
sesuatu untuk pasien HIV”
ARV Mencegah Penularan
Cumulative
percentage
of
HIV
transmissions
0%
50%
100%
0 4 8 12
Years since HIV infection
CD4 < 350
CD4 < 200
CD4 < 350 CD4 < 200
Figure 1. A framework for understanding the epidemiological impact of HIV treatment. The published results of models [38,53–55] that
have estimated the contribution of different stages of HIV infection to onward transmission are compiled in a median cumulative distribution of
infections generated by one infected person over the course of his/her infection in the absence of treatment (red line). The horizontal axis shows time
from the time of infection to 12 years, which is the mean survival time for those with untreated HIV infection [56]. The vertical axis shows the
cumulative transmission, from 0% (no new infections generated yet) to 100% (all onward transmission completed). (Note that the uncertainty in this
distribution is not indicated.) The shading indicates the approximate CD4 cell count category at each time point [25,26]. Currently, treatment tends to
be initiated well below a CD4 cell count of 200 cells/ml [32], meaning that the contribution of treatment to prevention is minimal because most of the
transmission from that person has already occurred before treatment starts. If increased testing and improved linkages to care enabled individuals to
start treatment at a CD4 cell count very close to 200 cells/ml, this could result in a substantial reduction in HIV incidence, because ,25%–30% of
transmission normally arises from individuals after that point. The prevention impact would be expected to be even greater with initiation close to a
CD4 cell count of 350 cells/ml. If the average number of new infections arising from an infected person in a susceptible population exceeds one
before treatment could be feasibility initiated, then treatment could not eliminate the HIV epidemic. In this framework, the influence of other forms of
prevention will be to change the shape of the graph. For instance, if many men are circumcised or individuals have fewer new sexual partners per
time unit, then new infections arising from an infected person will grow more slowly over time, so that on average one new infection might be
• Penting untuk memulai pengobatan
dini tanpa melihat CD4 pada semua
pasien untuk memperkecil reservoir
dan menurunkan transmisi
Persentase
kumulatif
penularan
HIV
Tahun setelah terinfeksi HIV
Dampak Potensial dari
Pengobatan Dini
The HIV Modelling Consortium TasP Editorial Writing Group
PLoS Medicine 2012 vol 9 e1001259
ARV Mencegah Penularan
• Bukti ilmiah tingkat global menunjukkan bahwa ODHA yang mendapat ART sangat kecil
kemungkinannya untuk menularkan HIV dibanding mereka yang tidak diobati (hasil uji HPTN 052).
• Jika viral load dapat ditekan dan tidak ada IMS, mereka yang mendapat ART hampir tidak
menularkan HIV.
• ART tidak hanya menguntungkan seseorang dalam pengobatan, tapi juga menurunkan epidemi HIV
di masyarakat.
• U = U
• Opposite studi – Uji coba pada manusia yang membuktikan zero transmisi jika
diberikan obat ARV dan viral load undetectable
• Parter studi -
Manfaat ARV?
Pengobatan ARV
• Pengobatan ARV diberikan pada semua ODHIV tanpa melihat stadium klinis dan
nilai CD4
• Memulai pengobatan ARV dini telah terbukti mengurangi morbiditas, mortalitas,
dan penularan HIV
Pengobatan ARV
§ Pada ODHIV yang datang tanpa gejala infeksi oportunistik, ARV diberikan pada hari yang
sama dengan atau selambat-lambatnya pada hari ketujuh setelah tegaknya diagnosis.
§ Pada ODHIV yang sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan untuk memulai ARV
pada hari yang sama, terutama pada ibu hamil.
§ Pada pasien koinfeksi HIV dengan TBC, pengobatan TBC dimulai terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan dengan pengobatan ARV sesegera mungkin dalam 2 minggu
pertama pengobatan TBC tanpa memandang nilai CD4. Kecuali pada TBC meningitis,
pengobatan ARV harus ditunda minimal setelah 4 minggu (dan dimulai dalam 8 minggu)
setelah pengobatan TBC.
§ Dalam keadaan infeksi HIV disertai infeksi toksoplasmosis, pengobatan ARV diberikan
setelah 2 minggu sejak pemberian pengobatan toksoplasmosis. Sedangkan infeksi HIV
yang disertai infeksi kriptokokus, pengobatan ARV diberikan setelah 4-6 minggu sejak
pemberian terapi kriptokokus.
ARV di Indonesia
NRTI
• Zidovudin
(AZT)
• Lamivudin
(3TC)
• Tenofovir
(TDF/TAF)
• Emtricitabin
(FTC)
• Abacavir
(ABC)
NNRTI
• Efavirenz
• Nevirapine
PI
• Lopinavir
• Ritonavir
INSTI
• Dolutegravir
Apa itu 4S ?
• Start – memulai pengobatan ARV
• Subsitusi – mengganti jenis ARV di lini yang sama – karena ES
• Switch – mengganti ARV, pindah lini karena gagal terapi
• Stop - toksisitas berat atau MRS atas pertimbangan dokter
Pilihan regimen Antiretroviral lini pertama untuk dewasa dan remaja yang akan memulai terapi
*) Pada ODHIV yang sudah menggunakan regimen ARV sebelumnya dengan hasil virus tersupresi
dan dapat menoleransi efek samping, regimen ARV tetap dipertahankan, kecuali bagi ODHIV yang
menggunakan regimen ARV mengandung Nevirapin akan ditransisikan ke regimen ARV yang
mengandung Dolutegravir secara bertahap.
Obat ARV
Pemantauan Pengobatan ARV
Pemantauan
Efek Samping
Obat dan
Substitusi
ARV
• Pemantauan efek samping obat dilakukan dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
• Kunjungan klinik untuk pemantauan efek samping obat
dimulai pada minggu ke-2 setelah pemberian ARV,
dilanjutkan 1 bulan, 3 bulan kemudian dan selanjutnya tiap
3 bulan atau jika diperlukan.
• Efek samping yang dapat dikenali melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik adalah reaksi alergi, gangguan
neuropsikiatri.
• Pada efek samping hipersensitivitas atau alergi, demam
dapat sebagai penanda timbulnya reaksi alergi selain
karena sebab lain
Waktu terjadinya
toksisitas obat ARV
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan
ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi
TDF
Disfungsi tubulus renalis
Sindrom Fanconi
Sudah ada penyakit ginjal sebelumnya
Usia lanjut
IMT <18,5 atau BB <50kg pada dewasa
DM tak terkontrol
Hipertensi tak terkontrol
Penggunaan bersama obat nefrotoksik
lain atau boosted PI
Dewasa= AZT atau TDF
disesuaikan dosis renal
Anak = AZT atau ABC
Jangan memberikan TDF pada
pasien dengan eLFG
<50mL/menit, hipertensi tidak
terkontrol, diabetes yang tidak
terkontrol, atau adanya gagal
ginjal
Menurunnya densitas
mineral tulang
Riwayat osteomalasia dan fraktur
patologis
Faktor risiko osteoporosis atau bone-loss
lainnya
Defisiensi vitamin D
Asidosis laktat atau
hepatomegali dengan
steatosis
Penggunaan nukleosida analog yang lama
Obesitas
Penyakit hati
Eksaserbasi hepatitis B
(hepatic flares)
Jika TDF dihentikan karena toksisitas
lainnya pada ko-infeksi hepatitis B
Gunakan alternatif obat hepatitis
lainnya seperti entecavir
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi
AZT Anemia atau neutropenia
berat
Anemia atau neutropenia
sebelum mulai terapi
Jumlah CD4 ≤200 sel/μL
(dewasa)
Dewasa (sbg lini 2):
1. AZT dosis rendah 2x250
2. ABC, atau rujuk ke layanan lebih
tinggi
Anak: ABC atau TDF (TDF jika usia
>3 tahun)
Intoleransi saluran cerna
berat
Asidosis laktat atau
hepatomegali dengan
steatosis
Miopati, lipoatrofi atau
lipodistrofi
IMT > 25 atau BB > 75 kg
(dewasa)
Penggunaan nukleosida
analog yang lama
Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi
DTG
Gangguan
neuropsikiatri
Usia tua, penggunaan bersama
ABC, perempuan
Umumnya ringan dan membaik
kemudian
Terapi simtomatik
Gastrointestinal
Hepatotoksisitas Ko-infeksi VHC dan VHB
Hipersensitivitas
obat
Belum diketahui Substitusi dengan EFV (lini 1) atau
LPV/r (lini 2)
Penambahan
berat badan
Tidak disubstitusi, tatalaksana gizi
dan latihan jasmani
Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi
EFV Toksisitas SSP persisten
(seperti mimpi buruk,
depresi, kebingungan,
halusinasi, psikosis)
Sudah ada gangguan
mental atau depresi
sebelumnya
Penggunaan siang hari
Pertimbangkan penggunaan EFV
dosis rendah (400 mg/hari)
Jika pasien tidak dapat mentoleransi
EFV, gunakan DTG
Kejang Riwayat kejang
Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit liver
sebelumnya
Ko-infeksi VHB dan VHC
Penggunaan bersama obat
hepatotoksik lain
Hipersensitivitas obat
Ginekomastia pada pria
Faktor risiko tidak
diketahui
Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi
NVP Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit liver
sebelumnya
Ko-infeksi VHB dan VHC
Penggunaan bersama obat
hepatotoksik lain
jumlah CD4 baseline tinggi,
CD4 >250 sel/μL pada
perempuan
CD4 >400 sel/μL pada pria
Substitusi dengan EFV600
atau EFV400. Jika tidak dapat juga,
gunakan DTG
Hipersensitivitas
obat
Faktor risiko tidak diketahui
Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi
LPV/r
Diare simtomatik
Sindrom metabolik,
dislipidemia
Tidak diketahui
Tatalaksana gizi dan latihan jasmani,
simtomatik
Lipoatrofi Rujuk
EKG abnormal (PR dan QT
interval prolongation,
torsade de pointes
Gangguan konduksi jantung
Penggunaan bersama obat yang dapat
memperpanjang interval PR lainnya
Stop obat lain yang memperpanjang
interval PR
Pemanjangan interval QT
Sindrom pemanjangan interval QT kongenital
Hipokalemia
Penggunaan bersama obat yang dapat
memperpanjang interval QT lainnya
Stop obat lain yang memperpanjang
interval PR
Hepatotoksisitas
Sudah ada penyakit hati sebelumnya
Ko-infeksi VHB dan VHC
Penggunaan bersama obat hepatotoksik
lainnya
Rujuk
Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Pemeriksaan
Viral Load
• Pemeriksaan viral load dapat digunakan untuk mendeteksi lebih dini
dan akurat kegagalan pengobatan dibandingkan dengan pemantauan
menggunakan kriteria imunologis dan klinis.
• Selain itu, pemeriksaan viral load juga dapat digunakan sebagai
informasi dalam memutuskan penggantian paduan dari lini pertama
menjadi lini kedua dan seterusnya sehingga keluaran klinis dapat lebih
baik.
• Pemeriksaan viral load dilakukan dengan 2 strategi, yang pertama
pemeriksaan rutin dan pemeriksaan terbatas.
• Pada strategi pemeriksaan viral load rutin, pemeriksaan dilakukan
pada 6 bulan setelah memulai pengobatan, kemudian 12 bulan
setelah pengobatan, dan selanjutnya setiap 12 bulan.
• Pada kondisi pemeriksaan viral load terbatas atau targeted viral load,
maka strategi yang digunakan adalah pemeriksaan viral load
dilakukan ketika terdapat kecurigaan kegagalan pengobatan ARV
berdasarkan kriteria klinis dan imunologis
• Selain pemeriksaan VL dilakukan pada bumil ODHIV menjelang masa
persalinan sebagai dasar untuk menentukan metode persalinan.
Pemilihan
metode
persalinan pada
ODHA hamil
berdasarkan
hasil VL
Pemantauan
Pengobatan
ARV
Pemantauan
Pengobatan
ARV
( Permenkes
23 th 2022 )
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Penggantian regimen ARV ( switch )
üPenggantian regimen ARV (Switch) ke lini selanjutnya dilakukan jika virus tidak tersupresi
dengan pemberian obat ARV atau terjadi kegagalan pengobatan (gagal terapi) dengan
syarat pengobatan ARV telah berlangsung selama 6 bulan dan kepatuhan minum obat
yang tinggi.
üPenyebab utama kegagalan pengobatan adalah pasien tidak minum obat dan adanya
interaksi obat.
üAda 3 kriteria gagal terapi, yaitu gagal terapi secara virologis, gagal terapi secara
imunologis, dan gagal terapi secara klinis
Kriteria
Gagal Terapi
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Regimen
ARV lini
kedua untuk
dewasa dan
remaja
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Pemberian
Antiretroviral
untuk
beberapa
bulan
• Untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi obat ARV, orang
dengan HIV yang telah stabil dapat diberikan obat ARV
setiap kali untuk jangka lebih dari 1 bulan, maksimum 3
bulan.
• Kriteria orang dengan HIV stabil dalam ARV adalah telah
mengkonsumsi obat ARV selama 6 bulan atau lebih,
dengan kepatuhan yang baik, tidak sedang sakit, dan
memiliki viral load HIV (HIV-RNA) tidak terdeteksi dalam 6
bulan terakhir.
• Jika tidak ada hasil pemeriksaan VL: pemeriksaan CD4>200
sel/mm3 (pada anak 3-5 tahun CD4>350 sel/mm3) atau
ada kenaikan berat badan, tidak ada gejala dan infeksi lain
bersamaan.
• Pemberian obat ARV multi bulan dikenal dengan istilah
MMD ( Multi month dispensing ) dan memperhitungkan
stok ARV di layanan kesehatan
Profilaksis pasca pajanan (PPP)
• Profilaksis pasca pajanan adalah pemberian regimen obat ARV dalam waktu 28-30 hari
untuk mengurangi kemungkinan infeksi HIV setelah seseorang terpajan saat bekerja
(misalnya tertusuk jarum), atau setelah kekerasan seksual.
• Profilaksis pasca pajanan sebaiknya diberikan pada kejadian pajanan yang berisiko
penularan HIV sesegera mungkin dalam waktu 72 jam atau kurang, idealnya 4 jam setelah
pajanan
• Individu yang menerima PPP perlu dipastikan status HIV-nya negatif, sebelum PPP dimulai,
dan mendapat informasi keuntungan, kerugian, dan perlu mengonsumsi ARV teratur
Regimen Antiretroviral untuk Profilaksis Pasca Pajanan
Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
Kasus 1
Pasien A, usia 27 tahun, laki-laki ingin tes HIV, bukan populasi kunci.
Hasil tes menunjukkan R1 non reaktif. Bagaimana follow up nya ?
Disimpulkan sebagai hasil tes HIV negatif
Mendapatkan KIE terkait paket untuk hasil pemeriksaan HIV negatif
Kasus 2
• Pasien B , ada riwayat anal seks dengan lelaki tanpa kondom, datang
ingin tes HIV. Seks terakhir minggu lalu.Hasil tes menunjukkan R1 non
reaktif.
• Bagaimana follow up nya ?
• Disampaikan sebagai hasil tes negatif
• Disarankan tes ulang karena dalam periode jendela dan merupakan
kelompok berisiko ( populasi kunci)
• Mendapatkan KIE terkait paket untuk hasil pemeriksaan HIV negatif
Kasus 3
• Pasien B , ada riwayat anal seks dengan lelaki tanpa kondom, datang
ingin tes HIV. Seks terakhir minggu lalu.Hasil tes menunjukkan R1
reaktif dan R2 non reaktif.
• Bagaimana follow up nya ?
• Disarankan datang 2 minggu lagi untuk tes HIV kembali.
Kasus 4
• Pasien B , ada riwayat anal seks dengan lelaki tanpa kondom, datang
ingin tes HIV. Seks terakhir minggu lalu.Hasil tes menunjukkan R1 , R2
dan R3 – semua reaktif. Bagaimana follow up nya ?
• Sampaikan hasil tes HIV +
• Mendapatkan KIE terkait paket untuk hasil pemeriksaan HIV positif
• Pasien tersebut datang tanpa keluhan dan hasil pemeriksaan fisik
tidak menunjukkan ada IO.
• Apa stadium klinis ?
• Apakah bisa diinisiasi ARV di hari yang sama ?
• Jika ya, apa regimen ARV yang akan diberikan ?
• Jawab : Stadium 1, bisa inisiasi di hari yang sama, regimen TLD
• Pasien tersebut , pada saat dilakukan anamnesa ternyata ditemukan
keluhan batuk berdahak 2 minggu.
• Apakah follow up nya ?
• Hasil skrining TB +, konfirmasi dengan tes TCM
• Tunda inisiasi ARV sampai hasil keluar
• Hasil tes TCM ternyata TBC +.
• Tatalaksana selanjutnya ?
• Kapan masuk ARV ? Regimen ARV yang diberikan ?
• Apakah perlu PPK ?
• Apakah perlu TPT ?
• Mulai OAT
• Inisiasi ARV 2 minggu setelah OAT masuk dengan regimen TLE
• Perlu PPK 1 x 960mg cotri
• Kontraindikasi pemberian TPT
• Kapan stop PPK pada pasien tersebut ?
• Jika hasil pemeriksaan CD4>200 dua kali berturut-turut dengan interval 6 bulan
atau selama 2 tahun pada tempat yang tidak mempunyai pemeriksaan CD4
• Hasil ternyata negatif. Bagaimana tatalaksana selanjutnya ?
• Apakah bisa diberikan ARV ? Regimen apa ?
• Apakah perlu PPK ?
• Apakah perlu TPT ?
• Bisa inisiasi ARV dengan TLD
• Tidak perlu PPK karena stadium 1
• Perlu TPT karena terbukti bukan TB
Kasus 5
• Ibu hamil trimester 1 , 27 tahun pada skrining HIV saat ANC
ditemukan R1 reaktif.
• Bagaimana tatalaksana selanjutnya ?
• Konfirmasi dengan tes HIV
• Hasil pemeriksaan tes HIV, ditemukan R1,R2 dan R3 semua reaktif.
• Bagaimana tatalaksana ?
• Sampaikan hasil tes HIV +
• Mendapatkan KIE terkait paket untuk hasil pemeriksaan HIV positif
• Hasil pemeriksaan tidak ditemukan keluhan apapun.
• Apakah bisa dimulai terapi ARV ?
• Inisiasi dengan regimen apa ?
• Bisa inisiasi ARV dengan regimen TLD
• Ibu hamil trimester 2 , 27 tahun pada skrining HIV saat ANC
ditemukan R1 reaktif.
• Bagaimana tatalaksana selanjutnya ?
• Konfirmasi dengan tes HIV
• Hasil pemeriksaan tidak ditemukan keluhan apapun.
• Apakah bisa dimulai terapi ARV ?
• Inisiasi dengan regimen apa ?
• Bisa inisiasi ARV dengan regimen TLD
• Kapan pasien diperiksa VL HIV ?
6 bulan setelah memulai pengobatan
• Pasien dengan terapi TLE ( Tenofovir – Lamivudine- Ekfaviren ), diperiksa VL pada 6 bulan
sejak terapi ARV dengan hasil dibawah ini. Bagaimana tatalaksana selanjutnya ?
• Lanjutkan pengobatan dengan regimen yang dipakai
• Pasien dengan terapi TLE diperiksa VL pada 6 bulan sejak terapi ARV
dengan hasil dibawah ini. Bagaimana tatalaksana selanjutnya ?
• Lakukan konseling kapatuhan pengobatan
• Tes VL ulang 3 bulan lagi
• Pasien datang 3 bulan lagi dan dilakukan tes VL ulang dengan hasil Vl
5,02 log 5. Bagaimana tatalaksana selanjutnya ?
• Switch terapi ARV ke lini 2
Regimen apa yang akan dipakai untuk lini 2 ?
Terima Kasih

More Related Content

Similar to 1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf

Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptxTata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptxHafizMaulanaAhmad
 
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptxNur Harini Purba
 
Pengurusan kes hiv di klinik kesihatan
Pengurusan kes hiv di klinik kesihatanPengurusan kes hiv di klinik kesihatan
Pengurusan kes hiv di klinik kesihatanDaniel Ds Farhan
 
Pemeriksaan laboratorium hiv
Pemeriksaan laboratorium hivPemeriksaan laboratorium hiv
Pemeriksaan laboratorium hivbas27
 
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxSEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxdennisetiawan022
 
Penmuan pmyki secara screning
Penmuan pmyki secara screningPenmuan pmyki secara screning
Penmuan pmyki secara screningriri_hermana
 
Surakarta_Kolaborasi TB-HIV; Lokakarya Penanggulangan AIDS,TB dan KTR 0912202...
Surakarta_Kolaborasi TB-HIV; Lokakarya Penanggulangan AIDS,TB dan KTR 0912202...Surakarta_Kolaborasi TB-HIV; Lokakarya Penanggulangan AIDS,TB dan KTR 0912202...
Surakarta_Kolaborasi TB-HIV; Lokakarya Penanggulangan AIDS,TB dan KTR 0912202...selfierijal
 
Konsep dan prinsip konseling dan tes sukarela,pptdocx
Konsep dan prinsip konseling dan tes sukarela,pptdocxKonsep dan prinsip konseling dan tes sukarela,pptdocx
Konsep dan prinsip konseling dan tes sukarela,pptdocxmartaagustinasirait
 
MAteri Surveilans PE_.pptx
MAteri Surveilans PE_.pptxMAteri Surveilans PE_.pptx
MAteri Surveilans PE_.pptxfitriaindah12
 
hiv dan covid 19.pdf
hiv dan covid 19.pdfhiv dan covid 19.pdf
hiv dan covid 19.pdfhappy_yw
 
PNPK HIV Kop Garuda.pdf
PNPK HIV Kop Garuda.pdfPNPK HIV Kop Garuda.pdf
PNPK HIV Kop Garuda.pdfAdiYusup2
 
PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf
PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdfPNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf
PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdfBrian ER
 
Permenkes HIV 2019.pdf
Permenkes HIV 2019.pdfPermenkes HIV 2019.pdf
Permenkes HIV 2019.pdfwahyupurnama20
 

Similar to 1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf (20)

Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptxTata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
 
TERAPI_ARV_Konsep_4S.pptx
TERAPI_ARV_Konsep_4S.pptxTERAPI_ARV_Konsep_4S.pptx
TERAPI_ARV_Konsep_4S.pptx
 
2. Pemeriksaan Lab HIV .pptx
2. Pemeriksaan Lab HIV .pptx2. Pemeriksaan Lab HIV .pptx
2. Pemeriksaan Lab HIV .pptx
 
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
 
Pengurusan kes hiv di klinik kesihatan
Pengurusan kes hiv di klinik kesihatanPengurusan kes hiv di klinik kesihatan
Pengurusan kes hiv di klinik kesihatan
 
TEST VCT HIV.ppt
TEST VCT HIV.pptTEST VCT HIV.ppt
TEST VCT HIV.ppt
 
Pemeriksaan laboratorium hiv
Pemeriksaan laboratorium hivPemeriksaan laboratorium hiv
Pemeriksaan laboratorium hiv
 
SCREENING.ppt
SCREENING.pptSCREENING.ppt
SCREENING.ppt
 
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxSEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
 
Hiv dan aids
Hiv dan aidsHiv dan aids
Hiv dan aids
 
Penmuan pmyki secara screning
Penmuan pmyki secara screningPenmuan pmyki secara screning
Penmuan pmyki secara screning
 
Sop vct
Sop vctSop vct
Sop vct
 
Surakarta_Kolaborasi TB-HIV; Lokakarya Penanggulangan AIDS,TB dan KTR 0912202...
Surakarta_Kolaborasi TB-HIV; Lokakarya Penanggulangan AIDS,TB dan KTR 0912202...Surakarta_Kolaborasi TB-HIV; Lokakarya Penanggulangan AIDS,TB dan KTR 0912202...
Surakarta_Kolaborasi TB-HIV; Lokakarya Penanggulangan AIDS,TB dan KTR 0912202...
 
Konsep dan prinsip konseling dan tes sukarela,pptdocx
Konsep dan prinsip konseling dan tes sukarela,pptdocxKonsep dan prinsip konseling dan tes sukarela,pptdocx
Konsep dan prinsip konseling dan tes sukarela,pptdocx
 
MAteri Surveilans PE_.pptx
MAteri Surveilans PE_.pptxMAteri Surveilans PE_.pptx
MAteri Surveilans PE_.pptx
 
hiv dan covid 19.pdf
hiv dan covid 19.pdfhiv dan covid 19.pdf
hiv dan covid 19.pdf
 
Skrinning.ppt
Skrinning.pptSkrinning.ppt
Skrinning.ppt
 
PNPK HIV Kop Garuda.pdf
PNPK HIV Kop Garuda.pdfPNPK HIV Kop Garuda.pdf
PNPK HIV Kop Garuda.pdf
 
PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf
PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdfPNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf
PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf
 
Permenkes HIV 2019.pdf
Permenkes HIV 2019.pdfPermenkes HIV 2019.pdf
Permenkes HIV 2019.pdf
 

Recently uploaded

1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxpertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxSagitaDarmasari1
 

Recently uploaded (14)

1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxpertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
 

1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf

  • 1. Tatalaksana HIV Penemuan Kasus, Diagnosa dan Terapi ARV
  • 2. Tujuan Pembelajaran • Tim Layanan memahami sasaran tes HIV • Tim layanan memahami alur diagnosa tes HIV • Tim layanan mampu memberikan tatalaksana terapi ARV
  • 5. Konsep Layanan Tes HIV • Menempatkan HIV sama seperti penyakit lainnya • Terkait dengan karakter penyakit HIV • Perlu menjawab beberapa pertanyaan yaitu • Bagaimana cara menemukan kasus – secara aktif dan pasif • Bagaimana kasus yang ditemukan dapat diobati dan ditindaklanjuti dengan membangun jejaring kerja internal maupun eksternal • Bagaimana membangun layanan yang dapat diakses oleh populasi kunci dan tidak memberikan ketakutan dan stigma. • Sistem promosi atau marketing agar masyarakat tahu jika tersedia layanan diagnosis dan pengobatan HIV serta dapat diakses • Dibangun secara terintegrasi dengan sistem layanan yang ada
  • 6. PRINSIP Tes HIV 1. Consent (persetujuan pasien) 2. Confidentiality (konfidensialitas) 3. Counseling (konseling) 4. Correct test result (hasil tes yang sahih) 5. Connect to care, prevention and treatment services (dihubungkan dengan layanan Pengobatan Dukungan dan Perawatan serta pencegahan)
  • 7. Pengertian 5 C (1) • Consent • Cukup informasi singkat alasan di tes HIV, termasuk kebijakan pemerintah sebagai landasan • Cukup verbal dan tidak perlu tanda tangan • Definisi usia pada anak- mempertimbangkan banyak anak remaja sudah tertular dan tidak mau diketahui orang tua/keluarga – pada anak usia < 18 thn siapa yang jadi wali jika tidak ada ortu atau jauh dari keluarga • Confidentiality • Status HIV akan dibuka kepada sesama nakes untuk kepentingan perawatan dan pengobatan • Pembukaan status HIV kepada pasangan dengan atau tanpa persetujuan dari penderita
  • 8. Pengertian 5 C – (2) • Counselling • Tidak perlu melakukan evaluasi detail risk assessment dan “konseling” • Pasca tes HIV ditekankan pada menjelaskan arti tes dan rencana kerja pengobatan • Dilakukan oleh nakes – tidak tergantung konselor • Correct result • Perlunya PMI dan PME ( dari sisi laboratorium ) • Connect to care • Memastikan bahwa semua hasil tes positif wajib mendapatkan akses pengobatan ARV
  • 10. Pemeriksaan HIV untuk skrining 1.Berbasis fasyankes Skrining HIV berbasis fasyankes dilakukan di fasyankes seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, praktik dokter atau bidan swasta, oleh tenaga kesehatan. 2. Berbasis komunitas Skrining HIV berbasis komunitas dilakukan di luar fasyankes oleh: a) tenaga kesehatan; b) tenaga non-kesehatan, seperti kader kesehatan, petugas penjangkau, atau pendukung sebaya; c) individu secara mandiri (skrining HIV mandiri) Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 13. Pemeriksaan HIV untuk Penegakan Diagnosis • Hasil pemeriksaan HIV dikatakan positif apabila: 1. Tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode atau reagen berbeda menunjukan hasil reaktif. 2. Pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif terdeteksi HIV Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 14. Pemeriksaan Serologis • Metode pemeriksaan serologis yang digunakan adalah: 1) Rapid diagnostic test (RDT) 2) Enzyme immuno assay (EIA) ( tidak dilakukan di Puskesmas ) • Secara umum metode pemeriksaan rapid test (tes cepat) dan EIA adalah untuk mendeteksi antigen dan/atau antibodi. • Alat diagnostik yang digunakan untuk pemeriksaan serologis harus mempunyai sensitivitas minimal 99% (untuk reagen ke-1) dan spesifisitas minimal 98% (untuk reagen ke-2) dan spesifisitas minimal 99% (untuk reagen ke-3) dengan kesalahan baca <5%. Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 15. Pemeriksaan Virologis • Pemeriksaan virologis dilakukan dengan pemeriksaan DNA HIV dan RNA HIV. • Pemeriksaan virologis digunakan untuk mendiagnosis HIV pada: 1. Bayi dan anak di bawah 18 bulan; 2. Pasien pada kasus terminal, dengan hasil pemeriksaan antibodi yang negatif walaupun gejala klinis sangat mendukung; dan 3. Konfirmasi hasil inkonklusif atau konfirmasi untuk dua hasil laboratorium yang berbeda. § Pemeriksaan virologis pada bayi/anak berusia <18 bulan yang direkomendasikan adalah PCR DNA HIV, tetapi bila tidak tersedia atau sulit diakses dapat digunakan PCR RNA HIV (viral load). Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 16. Bagan Alir Pemeriksaan HIV untuk Diagnosis dengan pemeriksaan serologis pada usia ≥18 bulan Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 17. Bagan Alir Diagnosis HIV dan Sifilis dengan Pemeriksaan Serologis Dual Rapid Test HIV Dan Sifilis Pada Usia ≥18 Bulan
  • 18. Bagan Alir Deteksi Dini HIV pada Bayi/Anak usia < 18 Bulan (Early Infant Diagnosis, EID) Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 19. Bagan Alir Diagnosis HIV Pada Bayi dan Anak <18 Bulan Dengan Pemeriksaan Serologis (bila pemeriksaan virologis tidak tersedia) Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 20. Diagnosis HIV presumtif pada bayi dan anak <18 bulan Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 21. Pemeriksaan HIV ulang • Pemeriksaan HIV ulang dilakukan pada waktu dan sampel yang berbeda dengan pemeriksaan sebelumnya. • Pemeriksaan HIV ulang dilakukan pada seseorang dengan hasil pemeriksaan: 1. HIV-inkonklusif Pemeriksaan HIV ulang dilakukan 14 hari kemudian, sesuai bagan alir pemeriksaan HIV 2. HIV-negatif, pada individu dengan risiko pajanan tinggi, Pemeriksaan HIV ulang dilakukan dengan mempertimbangkan periode jendela untuk mengantisipasi kemungkinan infeksi akut pada periode yang terlalu dini untuk melakukan pemeriksaan diagnostik. Meski demikian pemeriksaan ulang hanya perlu dilakukan pada individu dengan HIV negatif yang baru saja mendapat atau sedang memiliki risiko tinggi. *) Pemeriksaan ulang HIV pada kelompok Populasi Kunci dilakukan setiap 3 bulan atau minimal satu kali dalam setahun. Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 23. Bagan Alir Tindak Lanjut Pasca Diagnosis HIV Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 24. Jika hasil tes HIV - • Jelaskan arti hasil tes negatif • Jelaskan kemungkinan dalam periode jendela • Informasi penggunaan dan pemberian kondom • LASS, PTRM • Penawaran sirkumsisi • Tes rutin untuk kelompok berisiko tinggi • Anjuran untuk ARV profilaksis ( PrEP )
  • 25. Jika hasil tes HIV + • Penetapan stadium klinik • Skrining dan tatalaksana IO yang ditemukan • Penapisan IMS ( sifilis atau pendekatan sindrom ), jika pasien berisiko idealnya pemeriksaan HIV dan sifilis dimintakan bersamaan • Indikasi pemberian PPK dan TPT • KIE kepatuhan minum obat • Penawaran Notifikasi pasangan • Inform consent penelusuran pasien jika LFU • Inisiasi pengobatan ARV dan pemantauan
  • 27. Profilaksis Kotrimoksazol § Obat kotrimoksazol diberikan untuk pencegahan beberapa penyakit infeksi oportunistik, yaitu Pnemonitis jirovecii (PCP), Toxoplasmosis, Salmonelosis, Isospora beli, dan malaria bagi pasien yang tinggal di daerah endemis malaria. § Kotrimoksazol diberikan pada semua pasien HIV dengan stadium klinis 3 dan 4 dan/atau jika nilai CD4<200 sel/mm3 (pasien AIDS), dengan dosis 1x960 mg/hari diberikan sampai dengan CD4>200 dua kali berturut-turut dengan interval 6 bulan atau selama 2 tahun pada tempat yang tidak mempunyai pemeriksaan CD4. § Profilaksis kotrimoksazol diberikan secara rutin pada ODHIV dengan TBC aktif tanpa melihat jumlah CD4. Apabila pengobatan OAT selesai dan nilai CD4 >200 sel/μL, maka pemberian kotrimoksazol dapat dihentikan, tetapi apabila CD4 < 200 sel/μL, maka kotrimoksazol dapat diteruskan dengan dosis yang sama.
  • 28. Terapi Pencegahan Tuberkulosis § Terapi Pencegahan TBC (TPT) diberikan pada semua ODHIV tanpa tanda TBC aktif, termasuk ibu hamil, anak, dan orang dengan HIV yang telah menyelesaikan pengobatan TBC (TPT sekunder) § Terdapat 2 jenis Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada ODHIV: 1. TPT Primer : TPT yang diberikan pada ODHIV yang tidak memiliki TBC aktif, baik ODHIV dengan/ tanpa riwayat pemberian terapi OAT sebelumnya. 2. TPT Sekunder : TPT yang diberikan pada ODHIV sebagai suatu kelanjutan setelah menyelesaikan terapi OAT dan dinyatakan sembuh/pengobatan lengkap.
  • 29. Bagan Alir Skrining TBC pada ODHIV Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 31.
  • 32. Komunikasi, informasi, dan edukasi kepatuhan minum obat Kesiapan dan kendala yang dihadapi pasien untuk memulai pengobatan ARV, Keuntungan memulai pengobatan ARV lebih dini untuk menekan virus, pulihnya daya tahan tubuh, perbaikan kondisi klinis, mencegah penularan, Jenis obat ARV yang diberikan, dosis dan jadwal pemberian, Kemungkinan efek samping yang sifatnya sementara dan dapat diobati, serta adanya obat pengganti jika timbul efek samping, Interaksi dengan obat lain, Perlunya kontrol ulang untuk pemantauan respon terapi dan efek samping.
  • 34. Informed Consent Penelusuran Pasien • Pengobatan HIV merupakan pengobatan seumur hidup dan memerlukan kepatuhan minum obat • Petugas perlu menjelaskan hal ini kepada pasien dan meminta persetujuan tertulis pasien bahwa dapat dilakukan tindakan penelusuran bila dibutuhkan
  • 36. Tujuan Terapi ARV •Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi dan mempertahankannya •Memperbaiki kualitas hidup •Mencegah infeksi oportunistik •Mencegah progresi penyakit •Mengurangi transmisi kepada yg lain
  • 37. ARV Menurunkan Stigma •Apabila orang mengetahui tersedianya pengobatan HIV, maka: –Meningkatkan jumlah orang yang meminta Layanan Tes HIV –Meningkatkan kepedulian masyarakat –Meningkatkan motivasi petugas kesehatan “dapat melakukan sesuatu untuk pasien HIV”
  • 38. ARV Mencegah Penularan Cumulative percentage of HIV transmissions 0% 50% 100% 0 4 8 12 Years since HIV infection CD4 < 350 CD4 < 200 CD4 < 350 CD4 < 200 Figure 1. A framework for understanding the epidemiological impact of HIV treatment. The published results of models [38,53–55] that have estimated the contribution of different stages of HIV infection to onward transmission are compiled in a median cumulative distribution of infections generated by one infected person over the course of his/her infection in the absence of treatment (red line). The horizontal axis shows time from the time of infection to 12 years, which is the mean survival time for those with untreated HIV infection [56]. The vertical axis shows the cumulative transmission, from 0% (no new infections generated yet) to 100% (all onward transmission completed). (Note that the uncertainty in this distribution is not indicated.) The shading indicates the approximate CD4 cell count category at each time point [25,26]. Currently, treatment tends to be initiated well below a CD4 cell count of 200 cells/ml [32], meaning that the contribution of treatment to prevention is minimal because most of the transmission from that person has already occurred before treatment starts. If increased testing and improved linkages to care enabled individuals to start treatment at a CD4 cell count very close to 200 cells/ml, this could result in a substantial reduction in HIV incidence, because ,25%–30% of transmission normally arises from individuals after that point. The prevention impact would be expected to be even greater with initiation close to a CD4 cell count of 350 cells/ml. If the average number of new infections arising from an infected person in a susceptible population exceeds one before treatment could be feasibility initiated, then treatment could not eliminate the HIV epidemic. In this framework, the influence of other forms of prevention will be to change the shape of the graph. For instance, if many men are circumcised or individuals have fewer new sexual partners per time unit, then new infections arising from an infected person will grow more slowly over time, so that on average one new infection might be • Penting untuk memulai pengobatan dini tanpa melihat CD4 pada semua pasien untuk memperkecil reservoir dan menurunkan transmisi Persentase kumulatif penularan HIV Tahun setelah terinfeksi HIV Dampak Potensial dari Pengobatan Dini The HIV Modelling Consortium TasP Editorial Writing Group PLoS Medicine 2012 vol 9 e1001259
  • 39. ARV Mencegah Penularan • Bukti ilmiah tingkat global menunjukkan bahwa ODHA yang mendapat ART sangat kecil kemungkinannya untuk menularkan HIV dibanding mereka yang tidak diobati (hasil uji HPTN 052). • Jika viral load dapat ditekan dan tidak ada IMS, mereka yang mendapat ART hampir tidak menularkan HIV. • ART tidak hanya menguntungkan seseorang dalam pengobatan, tapi juga menurunkan epidemi HIV di masyarakat. • U = U • Opposite studi – Uji coba pada manusia yang membuktikan zero transmisi jika diberikan obat ARV dan viral load undetectable • Parter studi -
  • 41. Pengobatan ARV • Pengobatan ARV diberikan pada semua ODHIV tanpa melihat stadium klinis dan nilai CD4 • Memulai pengobatan ARV dini telah terbukti mengurangi morbiditas, mortalitas, dan penularan HIV
  • 42. Pengobatan ARV § Pada ODHIV yang datang tanpa gejala infeksi oportunistik, ARV diberikan pada hari yang sama dengan atau selambat-lambatnya pada hari ketujuh setelah tegaknya diagnosis. § Pada ODHIV yang sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan untuk memulai ARV pada hari yang sama, terutama pada ibu hamil. § Pada pasien koinfeksi HIV dengan TBC, pengobatan TBC dimulai terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan ARV sesegera mungkin dalam 2 minggu pertama pengobatan TBC tanpa memandang nilai CD4. Kecuali pada TBC meningitis, pengobatan ARV harus ditunda minimal setelah 4 minggu (dan dimulai dalam 8 minggu) setelah pengobatan TBC. § Dalam keadaan infeksi HIV disertai infeksi toksoplasmosis, pengobatan ARV diberikan setelah 2 minggu sejak pemberian pengobatan toksoplasmosis. Sedangkan infeksi HIV yang disertai infeksi kriptokokus, pengobatan ARV diberikan setelah 4-6 minggu sejak pemberian terapi kriptokokus.
  • 43. ARV di Indonesia NRTI • Zidovudin (AZT) • Lamivudin (3TC) • Tenofovir (TDF/TAF) • Emtricitabin (FTC) • Abacavir (ABC) NNRTI • Efavirenz • Nevirapine PI • Lopinavir • Ritonavir INSTI • Dolutegravir
  • 44. Apa itu 4S ? • Start – memulai pengobatan ARV • Subsitusi – mengganti jenis ARV di lini yang sama – karena ES • Switch – mengganti ARV, pindah lini karena gagal terapi • Stop - toksisitas berat atau MRS atas pertimbangan dokter
  • 45. Pilihan regimen Antiretroviral lini pertama untuk dewasa dan remaja yang akan memulai terapi *) Pada ODHIV yang sudah menggunakan regimen ARV sebelumnya dengan hasil virus tersupresi dan dapat menoleransi efek samping, regimen ARV tetap dipertahankan, kecuali bagi ODHIV yang menggunakan regimen ARV mengandung Nevirapin akan ditransisikan ke regimen ARV yang mengandung Dolutegravir secara bertahap.
  • 47.
  • 48.
  • 49.
  • 50.
  • 51.
  • 53. Pemantauan Efek Samping Obat dan Substitusi ARV • Pemantauan efek samping obat dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. • Kunjungan klinik untuk pemantauan efek samping obat dimulai pada minggu ke-2 setelah pemberian ARV, dilanjutkan 1 bulan, 3 bulan kemudian dan selanjutnya tiap 3 bulan atau jika diperlukan. • Efek samping yang dapat dikenali melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah reaksi alergi, gangguan neuropsikiatri. • Pada efek samping hipersensitivitas atau alergi, demam dapat sebagai penanda timbulnya reaksi alergi selain karena sebab lain
  • 54. Waktu terjadinya toksisitas obat ARV Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 55. Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi TDF Disfungsi tubulus renalis Sindrom Fanconi Sudah ada penyakit ginjal sebelumnya Usia lanjut IMT <18,5 atau BB <50kg pada dewasa DM tak terkontrol Hipertensi tak terkontrol Penggunaan bersama obat nefrotoksik lain atau boosted PI Dewasa= AZT atau TDF disesuaikan dosis renal Anak = AZT atau ABC Jangan memberikan TDF pada pasien dengan eLFG <50mL/menit, hipertensi tidak terkontrol, diabetes yang tidak terkontrol, atau adanya gagal ginjal Menurunnya densitas mineral tulang Riwayat osteomalasia dan fraktur patologis Faktor risiko osteoporosis atau bone-loss lainnya Defisiensi vitamin D Asidosis laktat atau hepatomegali dengan steatosis Penggunaan nukleosida analog yang lama Obesitas Penyakit hati Eksaserbasi hepatitis B (hepatic flares) Jika TDF dihentikan karena toksisitas lainnya pada ko-infeksi hepatitis B Gunakan alternatif obat hepatitis lainnya seperti entecavir Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 56. ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi AZT Anemia atau neutropenia berat Anemia atau neutropenia sebelum mulai terapi Jumlah CD4 ≤200 sel/μL (dewasa) Dewasa (sbg lini 2): 1. AZT dosis rendah 2x250 2. ABC, atau rujuk ke layanan lebih tinggi Anak: ABC atau TDF (TDF jika usia >3 tahun) Intoleransi saluran cerna berat Asidosis laktat atau hepatomegali dengan steatosis Miopati, lipoatrofi atau lipodistrofi IMT > 25 atau BB > 75 kg (dewasa) Penggunaan nukleosida analog yang lama Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 57. ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi DTG Gangguan neuropsikiatri Usia tua, penggunaan bersama ABC, perempuan Umumnya ringan dan membaik kemudian Terapi simtomatik Gastrointestinal Hepatotoksisitas Ko-infeksi VHC dan VHB Hipersensitivitas obat Belum diketahui Substitusi dengan EFV (lini 1) atau LPV/r (lini 2) Penambahan berat badan Tidak disubstitusi, tatalaksana gizi dan latihan jasmani Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 58. ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi EFV Toksisitas SSP persisten (seperti mimpi buruk, depresi, kebingungan, halusinasi, psikosis) Sudah ada gangguan mental atau depresi sebelumnya Penggunaan siang hari Pertimbangkan penggunaan EFV dosis rendah (400 mg/hari) Jika pasien tidak dapat mentoleransi EFV, gunakan DTG Kejang Riwayat kejang Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit liver sebelumnya Ko-infeksi VHB dan VHC Penggunaan bersama obat hepatotoksik lain Hipersensitivitas obat Ginekomastia pada pria Faktor risiko tidak diketahui Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 59. ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi NVP Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit liver sebelumnya Ko-infeksi VHB dan VHC Penggunaan bersama obat hepatotoksik lain jumlah CD4 baseline tinggi, CD4 >250 sel/μL pada perempuan CD4 >400 sel/μL pada pria Substitusi dengan EFV600 atau EFV400. Jika tidak dapat juga, gunakan DTG Hipersensitivitas obat Faktor risiko tidak diketahui Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 60. ARV Tipe toksisitas Faktor risiko Pilihan substitusi LPV/r Diare simtomatik Sindrom metabolik, dislipidemia Tidak diketahui Tatalaksana gizi dan latihan jasmani, simtomatik Lipoatrofi Rujuk EKG abnormal (PR dan QT interval prolongation, torsade de pointes Gangguan konduksi jantung Penggunaan bersama obat yang dapat memperpanjang interval PR lainnya Stop obat lain yang memperpanjang interval PR Pemanjangan interval QT Sindrom pemanjangan interval QT kongenital Hipokalemia Penggunaan bersama obat yang dapat memperpanjang interval QT lainnya Stop obat lain yang memperpanjang interval PR Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit hati sebelumnya Ko-infeksi VHB dan VHC Penggunaan bersama obat hepatotoksik lainnya Rujuk Toksisitas ARV dan substitusi yang dianjurkan Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 61. Pemeriksaan Viral Load • Pemeriksaan viral load dapat digunakan untuk mendeteksi lebih dini dan akurat kegagalan pengobatan dibandingkan dengan pemantauan menggunakan kriteria imunologis dan klinis. • Selain itu, pemeriksaan viral load juga dapat digunakan sebagai informasi dalam memutuskan penggantian paduan dari lini pertama menjadi lini kedua dan seterusnya sehingga keluaran klinis dapat lebih baik. • Pemeriksaan viral load dilakukan dengan 2 strategi, yang pertama pemeriksaan rutin dan pemeriksaan terbatas. • Pada strategi pemeriksaan viral load rutin, pemeriksaan dilakukan pada 6 bulan setelah memulai pengobatan, kemudian 12 bulan setelah pengobatan, dan selanjutnya setiap 12 bulan. • Pada kondisi pemeriksaan viral load terbatas atau targeted viral load, maka strategi yang digunakan adalah pemeriksaan viral load dilakukan ketika terdapat kecurigaan kegagalan pengobatan ARV berdasarkan kriteria klinis dan imunologis • Selain pemeriksaan VL dilakukan pada bumil ODHIV menjelang masa persalinan sebagai dasar untuk menentukan metode persalinan.
  • 64. Pemantauan Pengobatan ARV ( Permenkes 23 th 2022 ) Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 65. Penggantian regimen ARV ( switch ) üPenggantian regimen ARV (Switch) ke lini selanjutnya dilakukan jika virus tidak tersupresi dengan pemberian obat ARV atau terjadi kegagalan pengobatan (gagal terapi) dengan syarat pengobatan ARV telah berlangsung selama 6 bulan dan kepatuhan minum obat yang tinggi. üPenyebab utama kegagalan pengobatan adalah pasien tidak minum obat dan adanya interaksi obat. üAda 3 kriteria gagal terapi, yaitu gagal terapi secara virologis, gagal terapi secara imunologis, dan gagal terapi secara klinis
  • 66. Kriteria Gagal Terapi Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 67. Regimen ARV lini kedua untuk dewasa dan remaja Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 68. Pemberian Antiretroviral untuk beberapa bulan • Untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi obat ARV, orang dengan HIV yang telah stabil dapat diberikan obat ARV setiap kali untuk jangka lebih dari 1 bulan, maksimum 3 bulan. • Kriteria orang dengan HIV stabil dalam ARV adalah telah mengkonsumsi obat ARV selama 6 bulan atau lebih, dengan kepatuhan yang baik, tidak sedang sakit, dan memiliki viral load HIV (HIV-RNA) tidak terdeteksi dalam 6 bulan terakhir. • Jika tidak ada hasil pemeriksaan VL: pemeriksaan CD4>200 sel/mm3 (pada anak 3-5 tahun CD4>350 sel/mm3) atau ada kenaikan berat badan, tidak ada gejala dan infeksi lain bersamaan. • Pemberian obat ARV multi bulan dikenal dengan istilah MMD ( Multi month dispensing ) dan memperhitungkan stok ARV di layanan kesehatan
  • 69. Profilaksis pasca pajanan (PPP) • Profilaksis pasca pajanan adalah pemberian regimen obat ARV dalam waktu 28-30 hari untuk mengurangi kemungkinan infeksi HIV setelah seseorang terpajan saat bekerja (misalnya tertusuk jarum), atau setelah kekerasan seksual. • Profilaksis pasca pajanan sebaiknya diberikan pada kejadian pajanan yang berisiko penularan HIV sesegera mungkin dalam waktu 72 jam atau kurang, idealnya 4 jam setelah pajanan • Individu yang menerima PPP perlu dipastikan status HIV-nya negatif, sebelum PPP dimulai, dan mendapat informasi keuntungan, kerugian, dan perlu mengonsumsi ARV teratur
  • 70. Regimen Antiretroviral untuk Profilaksis Pasca Pajanan Sumber : Permenkes 23 tahun 2022
  • 71. Kasus 1 Pasien A, usia 27 tahun, laki-laki ingin tes HIV, bukan populasi kunci. Hasil tes menunjukkan R1 non reaktif. Bagaimana follow up nya ? Disimpulkan sebagai hasil tes HIV negatif Mendapatkan KIE terkait paket untuk hasil pemeriksaan HIV negatif
  • 72. Kasus 2 • Pasien B , ada riwayat anal seks dengan lelaki tanpa kondom, datang ingin tes HIV. Seks terakhir minggu lalu.Hasil tes menunjukkan R1 non reaktif. • Bagaimana follow up nya ? • Disampaikan sebagai hasil tes negatif • Disarankan tes ulang karena dalam periode jendela dan merupakan kelompok berisiko ( populasi kunci) • Mendapatkan KIE terkait paket untuk hasil pemeriksaan HIV negatif
  • 73. Kasus 3 • Pasien B , ada riwayat anal seks dengan lelaki tanpa kondom, datang ingin tes HIV. Seks terakhir minggu lalu.Hasil tes menunjukkan R1 reaktif dan R2 non reaktif. • Bagaimana follow up nya ? • Disarankan datang 2 minggu lagi untuk tes HIV kembali.
  • 74. Kasus 4 • Pasien B , ada riwayat anal seks dengan lelaki tanpa kondom, datang ingin tes HIV. Seks terakhir minggu lalu.Hasil tes menunjukkan R1 , R2 dan R3 – semua reaktif. Bagaimana follow up nya ? • Sampaikan hasil tes HIV + • Mendapatkan KIE terkait paket untuk hasil pemeriksaan HIV positif
  • 75. • Pasien tersebut datang tanpa keluhan dan hasil pemeriksaan fisik tidak menunjukkan ada IO. • Apa stadium klinis ? • Apakah bisa diinisiasi ARV di hari yang sama ? • Jika ya, apa regimen ARV yang akan diberikan ? • Jawab : Stadium 1, bisa inisiasi di hari yang sama, regimen TLD
  • 76. • Pasien tersebut , pada saat dilakukan anamnesa ternyata ditemukan keluhan batuk berdahak 2 minggu. • Apakah follow up nya ? • Hasil skrining TB +, konfirmasi dengan tes TCM • Tunda inisiasi ARV sampai hasil keluar
  • 77. • Hasil tes TCM ternyata TBC +. • Tatalaksana selanjutnya ? • Kapan masuk ARV ? Regimen ARV yang diberikan ? • Apakah perlu PPK ? • Apakah perlu TPT ? • Mulai OAT • Inisiasi ARV 2 minggu setelah OAT masuk dengan regimen TLE • Perlu PPK 1 x 960mg cotri • Kontraindikasi pemberian TPT
  • 78. • Kapan stop PPK pada pasien tersebut ? • Jika hasil pemeriksaan CD4>200 dua kali berturut-turut dengan interval 6 bulan atau selama 2 tahun pada tempat yang tidak mempunyai pemeriksaan CD4
  • 79. • Hasil ternyata negatif. Bagaimana tatalaksana selanjutnya ? • Apakah bisa diberikan ARV ? Regimen apa ? • Apakah perlu PPK ? • Apakah perlu TPT ? • Bisa inisiasi ARV dengan TLD • Tidak perlu PPK karena stadium 1 • Perlu TPT karena terbukti bukan TB
  • 80. Kasus 5 • Ibu hamil trimester 1 , 27 tahun pada skrining HIV saat ANC ditemukan R1 reaktif. • Bagaimana tatalaksana selanjutnya ? • Konfirmasi dengan tes HIV
  • 81. • Hasil pemeriksaan tes HIV, ditemukan R1,R2 dan R3 semua reaktif. • Bagaimana tatalaksana ? • Sampaikan hasil tes HIV + • Mendapatkan KIE terkait paket untuk hasil pemeriksaan HIV positif
  • 82. • Hasil pemeriksaan tidak ditemukan keluhan apapun. • Apakah bisa dimulai terapi ARV ? • Inisiasi dengan regimen apa ? • Bisa inisiasi ARV dengan regimen TLD
  • 83. • Ibu hamil trimester 2 , 27 tahun pada skrining HIV saat ANC ditemukan R1 reaktif. • Bagaimana tatalaksana selanjutnya ? • Konfirmasi dengan tes HIV
  • 84. • Hasil pemeriksaan tidak ditemukan keluhan apapun. • Apakah bisa dimulai terapi ARV ? • Inisiasi dengan regimen apa ? • Bisa inisiasi ARV dengan regimen TLD
  • 85. • Kapan pasien diperiksa VL HIV ? 6 bulan setelah memulai pengobatan
  • 86. • Pasien dengan terapi TLE ( Tenofovir – Lamivudine- Ekfaviren ), diperiksa VL pada 6 bulan sejak terapi ARV dengan hasil dibawah ini. Bagaimana tatalaksana selanjutnya ? • Lanjutkan pengobatan dengan regimen yang dipakai
  • 87. • Pasien dengan terapi TLE diperiksa VL pada 6 bulan sejak terapi ARV dengan hasil dibawah ini. Bagaimana tatalaksana selanjutnya ? • Lakukan konseling kapatuhan pengobatan • Tes VL ulang 3 bulan lagi
  • 88. • Pasien datang 3 bulan lagi dan dilakukan tes VL ulang dengan hasil Vl 5,02 log 5. Bagaimana tatalaksana selanjutnya ? • Switch terapi ARV ke lini 2
  • 89. Regimen apa yang akan dipakai untuk lini 2 ?