SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
1. SEMINAR PROPOSAL
PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS BAGI
ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI PKBI KALTIM
Oleh :
DENNI SETIAWAN
NIM. 1842014010
PENGARAH I
Dr. Hj. Ida Suryani Wijaya, M.Si,
NIP. 197712262005012003
PENGARAH II
Rini Fitriani Permatasari, S.Psi, M.A.
NIP. 198705162020122006
2. ▼ HIV/AIDS adalah fenomena global dengan dampak besar pada kesehatan,
sosial, ekonomi, dan budaya di seluruh dunia.
▼ HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan bisa
menyebabkan AIDS setelah beberapa tahun.
▼ Berdasarkan data dari WHO Diperkirakan 39 juta orang yang hidup dengan
HIV dan 630.000 orang meninggal karena penyakit terkait HIV di seluruh dunia
pada tahun 2022. Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus HIV di
Indonesia diproyeksikan mencapai 515.455 kasus selama Januari-September
2023. Berdasarkan data PKBI Kaltim, Positive Rate Periode januari-juni 2023
kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Timur, sebanyak 3.460 orang melakukan
tes diantaranya 99 orang dengan hasil reaktif, kasus lebih di dominasi oleh
lelaki seks dengan lelaki. Angka keseluruhan kasus HIV di Kalimantan Timur
Berdasarkan catatan dari Dians Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur 2023
ditemukan sebanyak 5.000 kasus.
▼ Orang dengan HIV dan AIDS sering mengalami stigma dan diskriminasi yang
dapat memengaruhi pandangan dan tingkah laku mereka. ODHA cenderung
menunjukan bentuk-bentuk reaksi sikap dan tingkah laku yang salah.
3. ▼ HIV/AIDS kurang dipahami oleh keluarga dan masyarakat, menyebabkan
perlakuan tidak adil dan diskriminasi terhadap penderitanya.
▼ Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi
pada ODHA adalah dengan Layanan Konseling HIV/AIDS, Konseling
HIV/AIDS adalah konseling yang secara khusus memberikan perhatian
terhadap permasalahan yang berkaitan dengan infeksi terhadap virus
HIV/AIDS, baik terhadap orang dengan HIV/AIDS atau ODHA, maupun
terhadap lingkungan yang terpengaruh. Dalam pelaksanaanya, tes HIV harus
mengikuti prinsip yang telah disepakati secara global yaitu 5 komponen dasar
yang disebut 5C yaitu Consent , Confidentiality, Counseling, Correct test
result, Connect to care.
▼ PKBI melakukan pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi, serta
Komunikasi Perubahan Perilaku, penjangkauan kelompok berisiko tinggi
kepada komunitas penjaja seks, dan pemakai narkoba suntik.
▼ Untuk membantu perubahan perilaku sehingga risiko tertular HIV
menurun, PKBI Kaltim melaksanakan sebuah layanan yang disebut Voluntary
Counseling and Testing. Selain bertujuan untuk membantu perubahan
perilaku, juga guna mencegah penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup
ODHA, serta untuk sosialisasi dan mempromosikan layanan dini.
4. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan layanan konseling HIV/AIDS bagi orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) di PKBI Kaltim?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan layanan konseling
HIV/AIDS bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di PKBI Kaltim?
5. Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan penerapan layanan konseling HIV/AIDS bagi orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) di PKBI Kaltim.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penerapan layanan
konseling HIV/AIDS bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di PKBI Kaltim.
6. Sebagai dasar untuk melihat kesamaan dan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
1.Hieronimus Kurniawan (11109021), Program Studi
Bimbingan dan Konseling. dengan judul Penerapan
Konseling Oleh Para Pendamping Dalam Membantu
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) (Studi Kasus Pada
Yayasan Flobamora), Tahun 2013.
Tujuan penelitian ini adalah memahami penerapan,
bentuk, tahapan, dan teknik konseling oleh
pendamping ODHA.
Subyek dalam penelitian ini yaitu Pimpinan Yayasan
Flobamora Support Kupang, Pendamping dan ODHA.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
metode kualitatif berupa studi kasus.
Hasil analisis data menunjukkan penerapan konseling
bagi ODHA melalui konseling penerimaan status
HIV/AIDS dan kepatuhan berobat.
7. 2.Yunitasari Fachrunnisa (1301411080), Jurusan Bimbingan
dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Semarang. Dengan judul Keefektifan Konseling dalam
Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada klien beresiko
tinggi HIV/AIDS di Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) Griya Asa Semarang, tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena di PKBI
dengan program VCT, yang melibatkan konseling dan tes
sukarela untuk klien yang beresiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey.
Populasi penelitian ini adalah 3 orang konselor di PKBI Griya
Asa Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling dalam VCT
oleh 3 konselor di PKBI Griya Asa Semarang belum efektif
dan belum memenuhi standar efektif.
8. 3.Siti Nur Aisah (1541040156), Bimbingan dan Konseling Islam.
Dengan judul Pelaksanaan Konseling Bagi Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) Di Klinik Voluntary Counseling and Testing
(VCT) Puskesmas Rawat Inap Simpur Bandar Lampung,
tahun 2020.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
berdasarkan objek penelitian lapangan (field research) yang
bersifat deskriptif dengan jumlah populasi keseluruhan 159
orang. Adapun sampel dipilih menggunakan non probability
sampling dengan teknik pengambilan Snowball sampling
yang berjumlah 8 orang.
Hasil penelitian ini bahwa pelaksanaan konseling yang ada di
klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas
Rawat Inap Simpur menggunakan metode konseling face to
face atau metode individual, dan pelaksanaan konseling ada
3 tahap, yakni tahap konseling pra tes, tes HIV, dan konseling
pasca tes.
9. 1.Jenis Penelitian metode deskriptif kualitatif
2.Sumber Data 1.Data primer
2.Data sekunder
3.Informan Penelitian 1.Pekerja resmi PKBI KALTIM
2.Pekerja/Konselor yang sudah mendapatkan pelatihan
3.Pekerja/Konselor yang sudah pernah atau
berpengalaman dalam menangani ODHA
4.Teknik
Pengumpulan Data
1.Observasi
2.Wawancara
3.Dokumentasi
5.Teknik Analisis
Data
Teknik analsis data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah analisis data Miles dan Huberman.
1.Reduksi Data
2.Penyajian Data
3.Verifikasi Data
6.Keabsahan Data teknik trianggulasi
10. 1. Konseling HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS adalah konseling yang secara khusus memberikan
perhatian terhadap permasalahan yang berkaitan dengan infeksi terhadap
virus HIV/AIDS, baik terhadap orang dengan HIV/AIDS atau ODHA, maupun
terhadap lingkungan yang terpengaruh.
2. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA) adalah orang yang telah
terinfeksi HIV
11. 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini akan memberikan kontribusi pada bidang pengetahuan mengenai
penerapan layanan konseling HIV/AIDS bagi ODHA.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pembelajaran mahasiswa
dalam tugas-tugas kuliah, Praktik Kerja Lapangan/PKL, dan pembuatan
penelitian.
b. Penelitian ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya layanan konseling HIV/AIDS bagi ODHA. Dengan menyoroti
peran PKBI Kaltim dalam memberikan layanan ini, penelitian dapat
memberikan informasi yang lebih luas kepada masyarakat tentang
keberadaan layanan tersebut, manfaatnya, dan bagaimana mengaksesnya.
12. Penyebab dan Penularan
HIV/AIDS
HIV hanya dapat menular melalui cairan tubuh tertentu
seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI.
Aktivitas yang dapat menyebarkan HIV termasuk
hubungan seks tanpa kondom, jarum suntik yang tidak
steril, peralatan medis yang tidak steril, transfusi darah
yang mengandung HIV, dan dari ibu HIV-positif ke
bayi. Namun, HIV tidak menular melalui kontak fisik
seperti bersentuhan, berciuman, dan bersalaman, serta
tidak menular melalui benda-benda sehari-hari seperti
peralatan makan dan minum, kamar mandi, kolam
renang, dan tidak dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk atau tinggal serumah bersama orang dengan
HIV/AIDS.
Orang dengan HIV biasanya tetap
sehat tanpa gejala selama
bertahun-tahun. Gejala dan tanda
AIDS bervariasi tergantung pada
infeksi oportunistik yang dialami.
Pengujian darah diperlukan untuk
mendiagnosis AIDS.
WHO, menggolongkan AIDS
berdasarkan gejalanya, menjadi 4
tingkatan (stadium) :
1. STADIUM 1
2. STADIUM 2
3. STADIUM 3
4. STADIUM 4
Gejala AIDS
12
HIV/AIDS
MENKES RI, HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS, suatu kondisi
berkurangnya kemampuan pertahanan tubuh akibat virus tersebut.
13. Pencegahan HIV/AIDS
Abstinence
tidak melakukan hubungan
seks bagi yang belum
menikah
Be Faithful tidak beganti-ganti pasangan
Condom
Cegah penularan HIV melalui
hubungan seksual dengan
menggunakan kondom
Drug No
Dilarang menggunakan
narkoba
Education
Pemberian edukassi dan
informasi yang benar
mengenai HIV, cara
penularan, pencegahan dan
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
HIV ditemukan dalam cairan tubuh
seperti darah, sperma, vagina, dan ASI.
Infeksi dapat menyebar sebelum gejala
muncul. Untuk mengendalikan
penyebaran infeksi, diperlukan sistem
diagnosis yang baik. Tes HIV
melibatkan pemeriksaan darah dengan
2 jenis: antibodi dan virus. Pemeriksaan
antibodi lebih umum digunakan.
Sebelum tes, klien harus mendapatkan
konseling dan pertimbangan yang
bijaksana. Hasil tes harus dirahasiakan
dan konseling pasca tes diperlukan
untuk membantu klien memahami hasil
dan merencanakan langkah
14. Menurut Lewis, konseling adalah
proses membantu klien mengatasi
kesulitan dan bertindak lebih
memuaskan. Konselor memberikan
informasi dan reaksi untuk klien
berhubungan lebih efektif dengan
diri sendiri dan lingkungan.
Sedangkan Elinsenberg
menyatakan bahwa konseling
meningkatkan kekuatan klien,
membantu mereka menghadapi
masalah saat ini dan di masa
depan.
Adler adalah orang pertama yang mengakui
pentingnya hubungan antara konselor dan klien
dalam proses konseling. Kekurangan dalam
proses sosialisasi adalah penyebab utama
masalah klien, dan konseling membantu
mengembangkan kembali proses sosialisasi
individu. Interaksi antara konselor dan klien
menciptakan sebuah hubungan unik yang
membuat klien merasa diterima dan mampu
mengungkapkan perasaan rendah diri dengan
bebas.
Konseling HIV/AIDS
15. KONSELING
HIV/AIDS
1
membutuhkan pengetahuan yang luas tentang
infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS
2
3
4
5
6
membutuhkan pembahasan mengenai praktik
seks yang sifatnya pribadi
membutuhkan pembahasan tentang kematian
atau proses kematian.
membutuhkan kepekaan konselor dalam
menghadapi perbedaan pendapat dan nilai yang
mungkin sangat bertentangan dengan nilai
konselor itu sendiri.
membutuhkan keterampilan pada saat
memberikan hasil HIV yang positif.
membutuhkan keterampilan dalam menghadapi
kebutuhan pasangan maupun anggota keluarga
klien.
16. Persetujuan pasien Kerahasiaan
Konseling Hasil tes harus valid/benar
Prinsip Konseling HIV/AIDS
Di hubungkan dengan
layanan Pengobatan,
Perawatan dan
Dukungan
A B
c D E