2. GENERASI
MASA
DEPAN-
Memaksimalkan Potensi Diri Meelalui
Pendidikam
Ditulis oleh : MMAARRJJOOHHAANN MM..PPdd
KKoonnttaakk ssaayyaa::
mmaarrjjoohhaannuussmmaann@@yyaahhoooo..ccoomm
Penerbit: Bahtera Buku- Yogyakarta, 2010
3. Kata Pengantar
Buku kecil dengan judul ini adalah kompilasi artikel penulis yang pernah
terbit pada media massa, koran- koran di Sumatra Barat (Haluan, Singgalang dan
Serambi Pos) dan Sumatera Selatan (Sripo) dan situs pendidikan di internet, yang
merupakan tulisan pencerahan dan ispiratif yang sangat bermanfaat bagi masyarakat
terutama siswa, guru dan dunia pendidikan. Kompilasi tulisan tersebut dikumpulkan
menjadi sebuah buku dan diberi judul GENERASI MASA DEPAN-Memaksimalkan
Potensi Diri Meelalui Pendidikam‖. Tulisan ini terinspirasi oleh kehidupan guru,
murid dan para tokoh hebat di Indonesia dan di dunia.
Buku kecil ini sebaiknya dibaca oleh para guru, orangtua, pelajar, mahasiswa
dan siapa saja yang tertarik untuk mencari inspirasi menuju sukses. Tentu saja dalam
penulisan buku ini terdapat kesalahan di sana-sini dan penulis dengan senang hati
menerima masukan serta kritik yang membangun. Penulis menunggu saran dan
masukan itu semua pada marjohanusman@yahoo.com Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan dari berbagai pihak.
Batusangkar, 17 Agustus 2010
Marjohan M.Pd
4. Daftar Isi
1. Menghargai Waktu
2. Mengoptimalkan Potensi Otak
3. Pendidikan Karakter Sejak Dini
4. Belajar Dengan Suasana Menyenangkan
5. Membudayakan Penghargaan
6. Peduli Pendidikan Gaya Orang Cina
7. Semangat Kerja Yang Hebat
8. Harga Kesehatan Tubuh
9. Semangat Eksplorasi
10. Menjemput Medali Ke Azerbaijan
11. Menuju Negara Paman Sam
12. Belajar Secara Otodidak
13. Inspirasi Sukses
14. Proses Belajar Kreatif Ilmuwan
15. Mengapa Nama Kartini Jadi Besar
16. Gaya Belajar Bung Karno
17. Inspirasi Dari Barrack Obama
18. Menjadi Pengusaha
19. Ilmuwan Hebat Pembangun Pilar Peradaban Dunia
20. Jasa Para Penulis
21. Penemu Profil Internet Kaliber Dunia
22. Kreatif Melalui Blogger
23. Sukses Lewat Olah Raga
5. 1. Menghargai Waktu
Apakah ungkapan time is money masih ada di sekolah-sekolah dan apakah
warga sekolah masih ada yang memahaminya ?Tentu saja ada. Kalau ada kenapa
kok begitu banyak siswa yang keluyuran saat jam belajar. Ibu dan bapak guru
melangkah dengan penuh enggan ke dalam kelas ?. Kenapa siswa dan warga sekolah
yang lain ( yang menyebut diri sebagai orang moderen dan peduli dengan
teknologi, namun membenamkan kepala sampai berjam-jam hingga lupa untuk
pulang, beribadah dan lupa dengan tanggung jawab lainnya di rumah, gara-gara
kecanduan dengan game online pada internet. Tampaknya anak-anak sekarang tidak
takut apalagi sedih bila rapor mereka penuh dengan tinta merah. Namun yang lebih
cemas adalah orang tua mereka. Kalau begitu terpantau fenomena bahwa yang
sekolah itu bukan lah siswa itu sendiri tapi yang kuat untuk menyuruh mereka
bersekolah adalah orang tua mereka. Ya itulah zaman yang tumbuh makin gila.
Memotivasi dan mengajak anak dengan seruan ―time is money‖ dan ―assa’ah
kas syaif- waktu itu laksana pedang‖ mungkin terasa sudah sangat klasik bagi mereka.
Namun bagi orang yang senantiasa menghayati dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan akan menjadi sukses. Yang kurang menggubrisnya,tentu akan menjadi the
losser- orang yang kalah di dunia ini, karena mereka benar- benar terbunuh oleh
waktu.
Orang yang sukses dalam karir dan dalam cita-cita dapat dijumpai dimana-
mana. Mengapa mereka bisa sukses ? Jawaban secara klasik adalah karena mereka
bersahabat dengan waktu. Implikasi dari ungkapan ―time is money‖ adalah bahwa kita
musti membiasakan hidup dengan disiplin tinggi, penuh semangat, suka bekerja keras
dan senang melakukan eksplorasi- melakukan penjelajahan. Orang-orang sukses di
negara maju seperti di Jerman, Prancis, Singapura, Jepang dan Amerika, atau juga di
6. negara kita sendiri, adalah karena mereka memiliki karakter endeavour atau
semangat suka bekerja keras dan menggunakan waktu secara efektif dan effisien.
Menjamurnya produk ICT (information communicative technology) di
pasaran seperti cellular phone, TV, note book, LCD, MP3, internet, facsimile, dan
lain-lain adalah hasil dari kerja keras para inventor (penemu) dalam bidang ICT ini.
Karena produk-produk tersebut diciptakan secara massal dan biaya atau harganya
juga reasonable telah membuat masyarakat luas mampu memiliki, mengakses atau
mengkonsumsi nya secara massal pula. Cara dan pola mengkonsumsi produk ICT
tersebut menentukan gaya hidup mereka, apakah mereka menjadi pengguna
teknologi yang passif atau menjadi pengguna teknologi yang cerdas sehingga
mampu melejitkan potensi diri mereka.
Kelompok usia remaja remaja (mulai dari siswa SMP, SLTA sampai kepada
mahasiswa) tercatat sebagai pemakai produk ICT yang terbanyak di dunia. Coba
perhatikan siapa yang banyak lalu lalang di keramaian kota, di mall/ plaza sampai
kepada sambil mengotak atik HP atau MP3 dan yang duduk di dalam boxnya warnet
atau café net, maka pastilah kelompok usia remaja. Kualitas para remaja yang
hidup pasa zaman sekarang akan menentukan kualitas bangsa di masa depan.
Namun bagaimana semangat hidup remaja sekarang secara umum, masihkah mereka
memiliki endeavour- suka bekerja keras- dan senang menghargai waktu seperti ayah
dan kakek mereka ?
Karakter remaja sekarang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu mereka mereka yang cenderung bergaya hidup endeavour dan bergaya hidup
hedonis. Endeavour yaitu, sekali lagi, senang bekerja keras, memanfaatkan waktu
secara efektif, effisien, memiliki motivasi dan memiliki semangat hidup yang
hebat. Sementara gaya hedonis adalah gemar mencari kesenangan hidup dengan
7. sedikit usaha. Prilaku ini terpantul dari kebiasaan suka kongkow, bermalas-malas,
dan tidak mau tahu dengan urusan waktu.
Kemungkinan jumlah kelompok remaja yang berkarakter endeavour tidak
sebanyak mereka yang berkarakter hedonis. Bisa jadi jumlah mereka yang bergaya
hidup hedonis cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Mereka yang berprilaku
hedonis punya semboyan hidup ―hidup santai dan masa depan cerah‖. Ini terpantau
pada kelompok remaja yang gemar kongkow-kongkow, dan hura-hura secara
berlebihan di mall, di plaza, di café, di keramaian jalan raya, dan sampai kepada
remaja dalam bis kota. Gaya hidup yang begini perlu untuk diobah. Bila tidak bahwa
suatu waktu akan muncul ledakan patologi social, dimana sejumlah besar orang
remaja tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak berdaya, suka memelas, tidak
bersemangat dan miskin dengan motivasi hidup. Akhirnya mereka menjadi beban
bagi kehidupan orang- family, teman atau pemerintah.
Dari mulut ke mulut dikatakan bahwa nenek moyang kita adalah orang-orang
pekerja keras. Mereka adalah pelaut ulung, pedagang dan pekerja yang rajin. Bila
mengalami kesusahan maka mereka segera pergi merantau untuk mencari sumber
penghidupan baru. Mereka sangat menghargai waktu. Namun bagaimana eksistensi
kita sebagai cucu mereka, apakah kita sama dengan mereka- suka kerja keras, dan
mengharai dan bersahabat dengan waktu ?
Prilaku remaja yang menjadi fenomena umum saat ini adalah kita (sebahagian
remaja) suka mengeluh, mengeluh kalau diberi tugas rumah dan tugas sekolah. Kita
terlalu banyak menghabiskan waktu hanya untuk urusan hiburan, mendengar dan
melahap program hiburan dan musik hampir sepanjang waktu. Kita mengkonsumsi
acara televise hingga berjam-jam. Kita menjadi untuk malas bergerak dan berolah
raga, suka menunda pekerjaan, dan juga menjadi maniakdengan permainan digital
8. dan sebagainya. Karakter-karakter ini berpotensi menjadi batu penyandung dalam
meraih kesuksesan kita di masa depan, Maka untuk itu kita perlu menendang
karakter yang kurang terpuji ini secepatnya.
Menikmati hiburan (entertainment) sangat kita perlukan untuk mengendorkan
saraf menenangkan jiwa dan fikiran yang tegan. Secara umum orang
mendengarmusik/ lagu, tidur atau menonton film atau sinetron untuk mengendorkan
ketegangan jiwa. Orang yang peduli dengan waktu dan kualitas hidup, mereka
melakukan hal ini hanya sekedar pelepas lelah saja. Namun banyak yang menjadi
maniak: gila hiburan, melahap semua program televisi dari saat bangun tidur hingga
malam tiba. Mereka melahap lagu album demi album dan melahap semua kepingan
VCD film dari sinetron.
Fenomena miring sebagaimana disebutkan di atas bisa jadi kita lakukan dan
juga dilakukan oleh banyak rumah tangga lain. Sementara itu bagaimana dengan
fenomena prilaku remaja pada banyak sekolah ? Banyak pelajar atau remaja yang
kurang peduli dengan waktu. Ini terlihat dari kebiasaan mereka yang suka begadang,
suka hura-hura, suka menunda waktu, suka mejeng di mall/ plaza, dan jalan-jalan
tidak karuan atau kecanduan dengan game online hingga menghabiskan iuran sekolah
atau uang jajan hingga berjam-jam. Campur tangan dari orang tua dan nasihat dan
bimbingan dari guru tetap sangat dibutuhkan untuk memotivasi mereka tentang
cara penggunaan waktu yang tepat untuk belajar, istirahat, dan melakukan aktivitas
lain di rmah.
Umumnya orang orang sukses di dunia ini seperti pebisnis, pedagang, pemikir
dan tokoh tokoh sukses lainnya adalah orang orang yang tidak suka begadang, hura-
hura, mejeng di mall/ plaza, dan jalan-jalan tidak karuan hingga kecanduan dengan
game online. Mereka adalah orang orang yang suka bersahabat dengan waktu dan
9. memiliki semangat kerja keras yang hebat. Tidak mungkin para remaja yang tercatat
sebagai peraih medali emas dalam ajang olimpide sains (kimia, fisika, biologi dan
matematika) adalah orang-orang yang gemar hura-hura dan mejeng di mall dan plaza.
Remaja- remaja yang hafal dengan al-Qur‘an, jago dalam lomba akademik
tentu saja tidak suka kongkow- bermalas malas di kafe, di warung kopi sampai
berjam jam atau bersikap suka menunggu-nunggu. Kalau demikian halnya, maka
untuk mengejar kesuksesan, setiap orang musti mampu menendang karakter negatif
tadi jauh-jauh. Sebagai gantinya mereka musti memiliki karakter menghargai waktu,
bersahabat dengan waktu, dan bersikap penuh semangat. Sikap ulet (penuh semangat)
tidak akan tumbuh dengan sendirian. Sikap ini perlu pengkondisian, tekad dan
komitment, serta dukungan lingkungan.
Sikap dan semangat hidup seseorang ternyata bisa menular pada orang lain
ibarat virus. Bila seseorang banyak dikelilingi oleh orang yang pesimis, passif, tak
berdaya,suka mengejek dan kurang pandai menghargai orang lain maka dipastikan
bahwa pribadi mereka akan jadi hancur lebur.Untuk menumbuh sikap endeavour
(semangat kerja keras) dan sikap bersahabat dengan waktu, sangat membutuhkan
pemodelan dari orang tua, guru-guru, teman-teman dan tokoh yang dipilih. Adalah
suatu hal yang positif bila banyak kaum remaja yang membiasakan diri untuk
melakukan brbagai kesibukan- mengerjakan hobi posititif, membantu orang tua,
aktif dalam organisasi dan aktif dalam mengerjakan tugas sekolah. Ini adalah
langkah awal untuk menjadi orang yang memiliki sikap endeavour.
Strategi untuk menghargai waktu adalah dengan cara, sekali lagi, menjauhi
kebiasaan hura-hura, kongkow, menunda pekerjaan, maniak dengan game dan hiburan
dan seterusnya musti mempunyai agendakehidupan. Orang sukses mempunyai
sejumlah aktifitas harian, dari pagi hingga sore/ malam, kemudian juga [unya
10. sejumlah kegitan mingguan- seperti mendalami agama, olah raga, menguasai bahasa
asing lainnya atau menyelesaikan proyek dalam membantu ekonomi orang tua. Saat
semangat kerja keras dan menghargai waktu mulai langka di sekolah , maka marilah
kita menjadi orang pertama sebagai pionir untuk mengajak teman, keluarga dan
orang lain, dengan harapan untuk menngkatkan kualitas diri dan kualitas angsa ini.
11. 2. Mengoptimalkan Potensi Otak
Salah satu bagian tubuh yang paling penting dan sangat berharga dan bisa
mengubah dunia adalah otak. Yahya Muhaimin (dalam Taufik Pasiak, 2004)
mengatakan bahwa kemapuan otak merupakan potensi yang memungkinkan
seseorang dalam mengembangkan diri untuk menjadi makhluk menuju eksistensi
(wujud) yang sempurna di dunia ini. Dengan memggunakan otak maka seseorang
akan mampu menghasilkan tiga macam bentuk fikiran, yaitu rasio-intuitif, emosional,
dan fikiran spiritual.
Namun untuk membuat pemilik otak itu sebagai manusia yang berarti/berguna
atau sebagai manusia yang kurang berguna bagi manusia lain adalah bagaimana ia
memanfaatkan otaknya. Konsep manusia yang berguna menurut agama adalah
―khairunnas anfahum linnas‖, manusia yang baik adalah manusia yang berguna bagi
orang lain. Agar bisa berguna bagi manusia lain, maka seharusnya kita
mengoptimalkan penggunaan fungsi otak. Otak yang tidak dirangsang secara optimal
tentu tidak akan membuat pemilik otak tersebut menjadi makhluk yang sempurna.
Namun ada kecendrungan sebagian masyarakat dan orang tua yang terlalu
menganggungkan kecerdasan otak semata. Banyak orangtua yang tidak henti-hentinya
memuji anak kalau kebetulan mempunyai anak yang cerdas, namun emosional dan
spiritualnya kurang cerdas- kurang pergaulan dan kurang pula pengamalan agamanya,
―wah percuma si Abton itu cerdas, tapi kuper- kurang pergaulan- dan sholat serta
puasanya bolong- bolong‖. Kita tidak akan menjadi manusia yang beradab kalau
hanya menggunakan rasional- kecerdasan otak- dan mengabaikan unsur emosional
dan spiritual.
Hampir semua orangtua tahu bahwa anak dengan otak yang terlatih dan
terdidik, tanpa mengabaikan kualitas emosional dan spiritual, akan mampu membuat
12. mereka menjadi bahagia, cerdas dan berakhlak. Tentu saja ini diperoleh oleh anak
yang memiliki otak yang berkualitas dan pengembangan emosional dan spiritual yang
mantap. Untuk mendapatkan generasi yang demikian maka orangtua, sekali lagi, perlu
untuk membantu pengoptimalan penggunaan dan pertumbuhan otak anak sejak dini
dan sampai remaja seperti memberi mereka makanan yang bergizi, memberi latihan
dan pendidikan, memperkaya anak dengan informasi dan memperkaya pengalaman
mereka.
Agar anak bisa menjadi cerdas maka orang tua, guru, baby sitter dan para
pengasuh anak memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi otak mereka.
Cara-cara pengembangan potensi otak yang dapat dilakukan adalah melalui
pembinaan bahasa anak, memberikan mereka kesempatan untuk memiliki kegiatan
dan melibatkan mereka dalam kegiatan sosial. Taufik Pasiak (2004) mengatakan
bahwa bahasa, latihan, pendidikan, pergaulan/sosial merupakan sarana untuk
mengoptimalkan potensi otak kita.
Bahasa memungkinkan kita dalam merumuskan pengalaman mental. Apa
yang kita lihat, dengar dan rasakan , atau apa yang diserap oleh indera, dialami oleh
pengalaman hidup akan dapat diekspresikan melalui bahasa. Orang tua yang terbiasa
membelenggu perkembangan dan pertumbuhan anak dengan cara banyak melarang
untuk berbuat ―anak tidak boleh melompat-lompat, tidak boleh memajat, mendorong,
berlari, tidak boleh main air, tidak boleh main api, dan perbuatan serba melarang
lainnya‖ berpotensi menciptakan anak menjadi manja dan miskin dengan pengalaman
hidup. Sejak kecil otak mereka tidak berkembang secara optimal.
Mengisolasi seseorang untuk berbicara sejak bayi bisa membuat dia
mengalami gangguan jiwa. Namun secara tidak sengaja ditemukan bahwa cukup
banyak orang tua yang enggan mengajak bayi untuk ngobrol. Apa yang mereka
13. lakukan adalah cuma menggendong tanpa berkata-kata. Kemudian cukup banyak
orang tua yang juga egois dan malas untuk mengajak anggota keluarga/ anak-anak
untuk bercengkerama. Mereka cuma sibuk dan tenggelam dalam urusan pribadi dan
bisnis. Orang tua yang demikian juga berpotensi dalam menghancurkan
perkembangan otak anak mereka sendiri.
Orang tua dan guru perlu tahu bahwa anak belajar bahasa lewat bermain.
Proses belajar dalam bentuk ―learning by doing, learning by playing, dan learning by
using game‖ sangat bermanfaat dalam mengembangkan kecerdasan anak. Selanjutnya
bahwa dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan otak, maka anak dan juga
pelajar sangat membutuhkan sentuhan kasih sayang dari guru dan orang tua, makanan
bergizi, dan lingkungan yang kaya dengan rangsangan (aktifitas yang edukatif).
Lingkungan belajar yang kaya dengan rangsangan atau suasana yang penuh
emosional/ kehangatan dan aktifitas yang edukatif adalah kunci bagi perkembangan
otak anak. Pelajaran akan mudah diingat jika melibatkan kehangatan emosional.
Orang bijak mengatakan bahwa otak dan otot bersandar dekat orang yang banyak
gerak (banyak aktifitas) dan pengalaman hidup. Maka betapa pengaruh pengalaman
hidup (melalui banyak aktifitas) akan membuat seseorang menjadi lebih cerdas.
Dengan kata lain bahwa orang yang miskin dengan pengalaman positif adalah orang
yang paling miskin dalam hidupnya.
Kegiatan bersosialisasi juga mampu untuk membuat anak/ seseorang mejadi
cerdas. Ada beberapa bentuk kegiatan bersosial seperti melakukan ngobrol, membuat
catatan harian, mengikuti organisasi, bermain dan melakukan plesiran atau rekreasi.
Mengobrol dilakukan untuk menguatkan silaturrahmi atau human relation.
Menulis catatan harian bermanfaat untuk introspeksi diri. Mengikuti kegiatan
organisasi berguna dalam mencari teman, melatih manajerial, dan mengelola konflik.
14. Aktifitas bermain juga berguna untuk membuat dunia ini ceria, maka pilihlah
permainan untuk anak yang memiliki dimensi motorik, sensorik, kognitif dan
kehangatan emosional. Kemudian, mengikuti kegiatan rekreasi seperti outbond
training yaitu kegitan yang memadukan olah raga dan bersantai di alam bebas sangat
berguna untuk kesehatan rohani, jasmani dan mempererat hubungan sosial.
Untuk meningkatkan potensi otak agar anak bisa menjadi cerdas, ditentukan
pula oleh kapasitas ingatan, jumlah informasi dan kualitas pendidikan anak.
Markowitz (2002) dalam bukunya ―otak sejuta gigabyte: buku pintar membangun
ingatan super‖ juga membahas tentang proses ingatan, mengelola informasi, dan
strategi untuk sukses di sekolah.
Proses berkomunikasi orangtua dan anak di rumah dan proses belajar
mengajar (PBM) oleh guru dan murid di sekolah seharusnya bersifat interaktif atau
hubungan timbal balik- komunikasi dua arah. Pola pembelajaran yang interaktif
adalah juga cara yang tepat untuk meningkatkan system ingatan. Orang tua dan guru
seharusnya juga sering berbagi cerita atau kisah nyata, karena kisah nyata juga bisa
membantu anak dalam mengelola emosi dan untuk meningkatkan proses ingatan
mereka.
Ingatan seseorang memberikan rujukan pada masa lalu dan prediksi untuk
masa yang akan datang. Ingatan yang menyentuh emosi, penuh kehangatan atau
penuh trauma, umumnya tersimpan untuk waktu yang lama. Semua pengalaman yang
dilalui dan dimiliki oleh seseorang akan tersimpan dalam otak dan dengan
pengulangan, pengistirahatan serta sentuhan emosi, maka ingatan yang kuat akan
terbentuk.
Ingatan anak akan tumbuh karena seringnya pemakaian dan semakin
banyaknya anak belajar. Untuk itu anak perlu dikondisikan agar terbiasa belajar
15. dengan teratur dan frekuensi yang tinggi, menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidup
anak. Ada beberapa strategi untuk mengingat informasi yang penting yaitu seperti
menumbuhkan skap ingin tahu, pengamatan yang cermat seperti banyak mengamati,
banyak mendengar, dan banyak memikirkan. Maka dengan melakukan cara-cara yang
demikian ingatan anak/ kita bisa makin kuat.
Guru dan siswa, demikian pula orang tua dan anak, perlu tahu bahwa
pertumbuhan kecerdasan otak akan lebih optimal bila tahu cara mengelolanya.
Pengelolaan atau manajemen intelektual yang perlu untuk dilakukan adalah seperti:
1). Jangan suka menunda waktu, lakukan sekarang juga. Seperti ungkapan
yang mengatakan bahwa ―don’t wait till tomorrow, do what you can do‖,
jangan tunggu sampai besok, kerjakan apa yang dapat dikerjakan hari ini.
2). Bersikap rileks, hindari stress, dan lakukan cukup istirahat tapi jangan
terlalu banyak istirahat atau kurang istirahat.
3). Kita perlu mengembangan keterampilan mengamati atau observational
skill.
4). Biasakan melakukan kegiatan menulis dan mencatat.
5). Banyak minum air putih, mengkonsmsi buah segar dan sayur dan
melakukan olah raga. Kegiatan ini demi untuk mensuplai oksigen (O2) dan
kelancaran sirkulasi darah dalam tubuh.
6). Kita juga harus sering mencari perubahan suasana, seperti pergi ke tempat
baru, menambah teman baru, mencari hobi positif yang baru, membaca hal-
hal yang baru, dan lain-lain.
Potensi otak juga bisa meningkat melalui cara kita belajar. Kita dan anak harus
mengenal cara-cara belajar yang tepat. Beberapa strategi agar sukses dalam belajar
adalah sebagai berikut:
16. 1) Belajar secara rileks
2) Cukup tidur
3) Banyak minum air, agar darah dan otak kaya dengan oksigen.
4) Cukup olah raga, agar darah lancer beredar.
5) Menjaga kosentrasi dan meningkatkan pengamatan
6) Belajar dan selang selingi dengan istirahat, ibarat berlari sejauh 15 km tentu
musti ada lari, istirahat dan lari. Istirahat diperlukan untuk mengembalikan
stamina tubuh.
7) Gunakan catatan dan tempelan-tempelan pada dinding
8) Belajarlah di ruangan yang nyaman dan segar.
Sekali lagi bahwa dalam mengoptimalkan potensi otak demi untuk pendidikan,
maka pemilik otak itu harus memperhatikan pertumbuhan dan pengembangan otak
mereka. Namun yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan dan perkembangan otak
mereka dalah orang tua, guru, pengasuh, masyarakat dan pemerintah. Yang
diperlukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak mereka
adalah, memperkaya pengalaman hidup mereka (anak), memberi pendidikan dan
pengalaman hidup, memberi makanan dan minumab yang bergizi, cukup gerak badan
dan istirahat. Dan hal lain yang juga penting adalah memberi model dan sentuhan
kasih sayang. Kemudian yang perlu dihindari karena bisa membelenggu pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan anak/ siswa adalah kebiasaan yang asal serba
melarang, terlalu suka campur tangan dan serba membatu. Akhirul kalam bahwa
untuk mendapatkan generasi yang cerdas dan punya akhlak memang ditentukan oleh
sentuhan dan peran orangtua, guru, masyarakat dan pemerintah.
17. 3. Pendidikan Karakter Sejak Dini
Bagaimana karakter bangsa Indonesia di mata bangsa-bangsa di dunia ? Pasti
umumnya mereka mengatakan bahwa bangsa Indonesia ramah-tamah dan suka tolong
-menolong, gotong royong. Sekaligus bahwa adalah ciri khasnya. Namun coba baca
dan ikuti berita yang ada pada elektronik dan media massa cetak dewasa ini. Ternyata
banyak orang kita yang suka berkelahi, korupsi dan saling memaki. Malah kadang-
kadang ada siswa dan mahasiswa yang senang tawuran. Ini menandakan pendidikan
dan pembinaan karakter di rumah dan di sekolah, prosesnya, kurang memperoleh
perhatian penuh. Sebelum deteriorasi- pemburukan- karakter terjadi, maka guru dan
orang tua musti peduli untuk mendidik dan membina karakter anak.
Membina dan mendidik karakter, dalam arti untuk membentuk ―positive
character‖ generasi muda bangsa ini. Agar positive character terbentuk, maka anak
perlu dilatih melalui pembiasaan ―mandiri, sopan santun, kreatif dan tangkas, rajin
bekerja, dan punya tanggung jawab‖.
Melatih anak mandiri perlu pembiasaan sejak usia dini. Ada anak yang sudah
menunjukan tanda-tanda kemandirian saat usia kecil, misalnya mereka menolak untuk
disuapi dan ingin makan sendiri. Tanda kemandirian yang lain adalah seperti
mencuci tangan, makan, dan memakai sepatu sendiri, sekali lagi bahwa ini adalah
awal untuk mandiri dan itu perlu dipupuk. Namun karena orang tua ingin buru-buru
dan ingin serba cepat, maka mereka cendrung mengambil alih aktivitas kemandirian
anak tersebut.
Seharusnya, demi pendidikan masa depan anak, maka mereka musti melatih
kemandirian. Untuk itu biarkan anak berbuat dan biarkanlah salah sampai batas
tertentu. Kontrol yang berlebihan dari orang tua dan sikap yang membesar-besarkan
kesalahan akan membuat anak jadi ragu dan malu. ―Hei jangan begitu…., sandal
18. terbalik terus….!‖, Teriakan-teriakan begini berpotensi mematikan kemandirian
mereka.
Bagaimana melatih anak agar tahu tentang sopan santun ? Guna mendorong
anak supaya bertingkah laku yang penuh dengan kesopanan, maka orang tua
memberi model- uswathun hasanah terlebih dulu. Misalnya orang tua mulai dengan
mengucapkan terima kasih dan mengekspresikan pujian dan berterima kasih pada
siapa saja, ―Terima kasih atas batuan mu telah memasukan sandal papa ke dalam
rumah, ……kamu anak yang bagus….!‖. Yang harus diingat dalam melatih anak
adalah bahwa jangan berharap anak berusia empat tahun bertinggah seperti anak usia
tujuh tahun.
Kreatifas dan ketangkasan anak juga perlu dipupuk- dimotivasi terus.
Kreatifitas yang dimiliki seseorang/ anak sebenarnya berasal dari imajinasi, sebagai
kumpulan dari ide-ide mereka. Imajinasi dapat memuat mereka menjadi kreatif.
Kreatifitas anak sangat tergantung pada kesempatan yang diberikan lingkungan.
Kreatifitas harus dirangsang sedini mungkin- sejak usia kecil- usia dua atau tiga tahun
dalam suasana bermain. Orang tua perlu merangsang kreatifitas mereka lewat proses
interaksi dan menyediakan fasilitas bermain. Untuk membuat anak kreatif, pendidik
(guru dan orang tua) harus menerima eksistensi anak apa adanya dan tidak cepat
memberikan kritik pada tingkah laku dan kebebasan mengungkapkan perasaan.
Membiasakan anak untuk rajin bekerja adalah cara lain untuk mendapatkan
anak yang berkarakter positif. Untuk itu orang tua musti membolehkan anak untuk
memilih pekerjaan atau tugas rumah yang paling disukainya dan jangan berharap agar
ia bekerja sempurna. Agar pekerjaan anak meningkat kualitasnya, maka orang tua
perlu memotivasi dan sering memberi penghargaan atas keberhasilan kerja yang
mereka lakukan.
19. Tampaknya anak yang ideal, karena memiliki karakter positif, juga perlu
menyukai olah raga. Mereka perlu diajar untuk berolah raga agar otot-otot, paru-paru
dan jantungnya kuat. Anak-anak yang gemar berolah raga, tubuh mereka tampak
tegap dan kekar- tidak lemah atau lunglai.
Selanjutnya tentang melatih tanggung jawab pada anak. Perlu kita ketahui
bahwa tanggung jawab tidak terpasang sejak lahir. Ia perlu dilatih setiap hari, dan
melibatkan anak-anak dalam kegiatan di rumah. Bentuk pelaksanaanya adalah dengan
memberi mereka pekerjaan yang tetap. ―menyiram bunga dan menyapu teras adalah
tanggung jawab Nadilla, menyapu rumah dan membuang sampah adalah tanggung
jawab Fakhrul, memasak nasi, membersihkan dapur dan kamar mandi adalah tugas
Ibu Emi Surya ……!‖. Demikian cara orang tua menanamkan tanggung jawab melalui
pembagian tugas. Barangkali pada mula memperkenalkan pembagian tugas atau
tanggung jawab ini, sebagai disiplin kerja, mungkin terlihat sedikit dalam sikap yang
agak otoriter (agak tegas) agar anak bisa menurutinya.
Tiap anak berpotensi terjebak ke dalam karakter negative, maka orang tua pun
perlu untuk memahaminya. Beberapa bentuk karakter negative seperti anak suka
berbohong , pemalu, anak merasa minder, bersifat agresif, suka membangkang, dan
kebiasaan bertengkar. Karakter negative tentu ada pemicunya dan orang tua tentu
perlu bersikap bijak dalam menghdapinya..
Mengapa anak suka berbohong ? Penyebabnya adalah karena orang tua yang
terlalu gemar memberikan hukuman, membentak anak, sehingga jadi berbohong.
Berbohong karena mereka takut diberi hukuman atau sebagai strategi untuk menutupi
rasa malu. Adalah sangat bijak bila orang tua lebih gemar memberi pujian-
penghargaan- dari pada gemar menghukum dan membentak sang anak- kecuali
memberikan hukuman yang lebih menyentuh/ bersifat educatif.
20. Bagaimana strategi orang tua dalam menghadapi anak yang penakut ? Maka
terlebih dahulu orang tua musti memahami penyebab timbulnya rasa takut pada anak.
Jangan remehkan perasaan takut anak kecil. Terimalah ungkapan takut anak, tetapi
jangan membesar-besarkan ketakutan itu. Menghilangkan rasa takut dengan
membujuk dan mendekatkan anak pada objek yang ditakuti perlahan-lahan. Orang tua
perlu tahu bahwa rrasa takut dapat hilang berangsur-angsur, bukan dalam sekejap
mata.
Dalam hidup ini selalu ada anak yang berani dan anak yang pemalu. Sifat
pemalu timbul karena anak yang kurang suka bergaul dengan orang lain, tidak mudah
mencari teman, pendiam dan dicap sebagai anak pemalu. Perlu untuk dipahami bahwa
anak pemalu biasanya juga bersifat pendiam dan suka memilih-milih teman. Namun
bila ia sudah terbiasa dengan teman atau lingkungan sosial tertentu maka karakter
malunya akan tanggal/ lepas.
Rasa malu dapat diakibakan oleh kurangnya rasa Pe-de (percaya diri). Percaya
diri terganggu karena kebiasaan orang tua yang suka membanding-bandingkan anak,
anak kurang bergaul, atau orang tua terlalu melindungi anak sehingga anak jadi
kurang mandiri dlam bergaul- mencari teman. Untuk mengatasi sikap malu- maka
orang tua jangan menggelari anak-anak sebagai ―pemalu‖ dan biasakan untuk
menghargai anak, rangsang anak untuk mengekspresikan perasaan serta pendapatnya
di rumah.
Ada anak yang suka minder- atau merasa rendah diri atau inferior complex.
Perlu untuk diingat bahwa orang minder sulit untuk maju dan tidak suka untuk
berbuat. Rasa minder timbuk setelah memasuki masyarakat. Minder penyebabnya
karena faktor biologis- cacat fisik- dan gangguan psikis. Faktor lain adalah karena
kebiasaan orang tua dalam membandingkan anak yang inferior dengan anak yang
21. superior, ―lihat kakak mu cerdas, kamu kok blooon, terus‖. Kebiasan seperti ini,
sekali, dapat menyebabkan anak menjadi minder. Untuk mengatasinya maka
terimalah eksistensi anak apa adanya. Kalau anak belum berhasil, jangan dikritik,
tetapi besarkanlah hatinya dan sekali lagi- jangan membandingkan anak.
Cukup banyak anak yang berprilaku agresif. Karakter agresif bisa merugikan
eksistensi mereka dalam bergaul, karena banyak orang kurang menyukai karakter
agresif. Dalam bahasa Minang anak agresif juga disebut sebagai ―anak yang lasak‖,
atau terkesan suka mengganggu atau usil. Karakter agresif terbentuk pada mulanya
karena anak dalam keadaan lelah atau sakit, dan mereka mudah jadi agresif.
Anak yang sedang bersedih atau sedang takut juga mudah agresif. Anak yang
tidak punya permainan bisa menjadi bersedih dan selanjutnya menjadi agresif.
Sebaiknya orang tua memberikan kesan yang tenang dan tidak emosi terhadap anak
yang agresif. Untuk menyalurkan agresif anak, ya dengan melakukan olah raga dan
olah otot.
Karakter suka membangkang, ini terbentuk karena orang tua suka bersikap
keras dan mendikte. Untuk itu orang tua seharusnya menghadapi anak-anak yang
pembangkang dengan tenang dan wajar saja. Agar anak tidak membangkan maka
tidak usah terlampau sering menyuruh anak mengerjakan ini dan itu. Biarkan ia
mengenakan dan memakai baju dengan cara sendiri.
Bertengkar kadang kadang atau malah sering mewarnai kehidupan rumah,
sekolah dan sosial. Kalau pertengkaran antar anak terjadi di rumah maka orang tua
tidak perlu mengusut siapa yang salah atau benar. Lebh baik anjurkan anak supaya
berdamai dan alihkan perhatikan mereka.
Bagaimana kalau yang bertengkar bukan anak, tetapi malah adaltah dan ibu itu
sendiri ? Bila ada beda pendapat, pertengkaran, antara ayah dan ibu maka tidak
22. dibenarkan ayah dan ibu untuk menyalahkan pasangan di depan anak anak dan
mereka harus menahan emosi. Membesar besarkan kekurangan anak, atau kekurangan
seseorang hanya menimbulkan perselisihan belaka.
Pertengkaran juga bias disebabkan dari cara berkomunikasi yang tidak cocok,
terlalu suka meledek, suka bercanda yang menyinggung pribadi, tidak menghiraukan
pembicaraan orang. Pertengkaran ayah dan ibu di depan anak dapat mengganggu
psikoseksuil dan watak anak. Ibu yang sering menjelek-jelekan ayah didepan anak
laki-laki, berpotensi membuat anak laki laki kurang maskulin, dan sukar jatuh cinta
dengan lawan jenis.
Some do’s dan some don’t’s untuk orang tua, some do-s, berarti beberapa
anjuran, dan some don’t’s, berarti beberapa larangan bagi orang tua terhadap anak dan
berpotensi dalam menumbuh-kembangkan karakter positif mereka. Beberapa anjuran
terhadap orang tua dalam membina karakter anak adalah seperti melowongkan waktu
untuk melakukan traveling, berkomunikasi, menumbuhkan sikap ingin tahu dan
meningkatkan aktivitas untuk menumbuhkan potensi kognitif anak. Sementara orang
tua disarankan agar tidak terlalu memanjakan anak dan jangan terjebak dengan
kebiasaan ―asal serba melarang‖.
Aktivitas traveling sangat bermanfaat untuk menumbuhkan kecerdasan anak
dalam memahami alam dan lingkungan. Seharusnya bila keluarga melakukan kegiatan
traveling maka jadikanlah anak bagian dari rencana traveling orang tua. Kalau
melakukan traveling maka sediakan kesibukan untuk anak supaya mereka tidak rewel
atau bosan; dengan menyediakan mainan, bacaan, makanan dan minuman.
Komunikasi adalah sarana untuk menyatukan hati atau emosi semua anggota
keluarga. Komunikasi harus dipelihara sejak anak-anak masih kecil, sampai mereka
remaja dan dewasa. Disamping berkomunikasi, orang tua juga perlu untuk bekerja
23. sama dengan anak. Komunikasi yang baik dimulai dengan menjadi pendengar yang
baik. Orang akan terbuka kalau fikiran dan ide-ide mereka diperhatikan.
Agar memiliki anak yang cerdas dan punya karakter positif maka orang tua
perlu untuk menumbuhkan sikap ingin tahu. Sikap tidak buru buru dalam mencampuri
privacy- hak pribadi anak- adalah salah satu cara untuk menumbuhkan rasa ingin tahu
mereka. Dalam menanamkan pengaruh pada anak, orang tua lebih efektif lewat
contoh atau model langsung, daripada melalui ceramah, khotbah atau penjelasan
secara lisan. Karena penjelasan secara lisan akan mudah dilupakan. Namun
pengalaman yang nyata cendrung akan diingat sepanjang hayat.
Bermain juga bisa merangsang rasa ingin tahu anak. Oleh sebab itu tidak ada
gunanya memarahi anak kecil yang tengah asyik bermain. Orang tua perlu
menyediakan waktu untuk mengamankan benda kesayangan atau benda yang
membahayakan dari jangkauan anak. Jika orangtua merangsang sifat ingin tahu anak,
kemungkinan besar inteligensinya dan daya cipta mereka akan meningkat.
Rasa ingin tahu anak juga tumbuh melalui pergaulan. Pengalaman bergaul
sangat besar pengaruhnya bagi proses perkembangan anak, baik pengalaman pahit
maupun pengalaman yang manis, dan kedua-dua bentuk penglaman tersebut sama
pentingnya.
Orang tua juga perlu untuk menumbuh kembangkan kognitif, otak, anak.
Kecerdasan kognitif bisa memberi dampak pada pembentukan karakter positif
Aktifitas yng lain untuk kognitif seperti menggambar, musik, dan menyediakan buku
bacaan.
Sejak usia kecil anak-anak suka coret coretan- namun orang tua yang gemar
melarang, berpotensi membunuh kreatifitas anak. Beruntunglah anak yang punya
orang tua menyalurkan aktifitas ini. Aktifitas lain yang disenangi anak adalah
24. menggambar. Kegiatan menggambar dapat mebantu anak untuk memahami dunia
sekitar mereka.
Musik merupakan konsumsi jiwa. Ia dapat memberikan perasaan tenang, rasa
sedih, senang dan gembira. Bagi kehidupan anak dan remaja, tidak ada instrument
yang lebih baik daripada musik. Akhirnya, anjuran yang patut untuk dilakukan orang
tua pada anak adalah menyediakan buku bacaan untuk anak.
Betapa besarnya peran buku dalam kehidupan anak. Banyaknya seorang anak
dibacakan buku atau diberi dongeng dalam usia dini/ atau usia muda sangat
menentukan suksesnya kelak mereka di sekolah. Anak yang kurang suka buku karena
buku tidak menarik, atau orng ua agak terlambat memperkenalkan buku, atau juga
kurang memberi rangsangan untuk membaca pada anak. Bila kemampuan membaca
anak sudah bagus, maka selipkanlah buku non fiksi. Buku adalah karcis untuk pergi
ke mana-mana dan membaca adalah cara terbaik untuk mengisi jiwa dan otak.
Akhir kata ada dua hal yang perlu untuk ditinggalkan oleh orang tua, yaitu
terlalu memanjakan anak dan kegemaran serba melarang. Anak terlalu manja-
memenuhi segala keinginan anak dan serba dilindungi- akan sulit untuk melepaskan
diri dari orang tua. Ia sudah merasa aman dalam perlindungan orang tua dan takut
menghadapi dunia luar. Tidak perlu terlalu memenuhi perhatian anak yang butuh
perhatian, cuekan saja. Ini berguna agar ia dapat mandiri dalam hal emosi. Sebab rasa
sayang tidak berarti menuruti semua keinginan anak. Berjuta anak di dunia menjadi
rusak karena dimanja dan terlalu dilindungi.
Jangan asal melarang, orang tua tidak perlu asal melarang anak. Tetapi tanpa
melarang seorang anak mungkin kehilangan arah dan keseimbangan jiwa. Jangan
melarang kegiatan yang dibutuhkan anak untuk perkembangan dan pertumbuhannya.
Dalam melarang orang tua tidak perlu mengomel atau memaki yang tidak karuan . Ini
25. dapat membuat anak merasa benci pada orang tua. Maka kini agar bangsa Indonesia
dan generasi muda Indonesia tetap memiliki karakter terpunyi maka guru dan orang
tua perlu mendidik dan membina karakter mereka secara total,
26. 4. Belajar Dengan Suasana Menyenangkan
Dalam abad ke 21 ini sudah ada ribuan atau puluhan ribu sekolah, di persada
ini, mulai dari tingkat rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi, dibangun sebagai
tempat untuk untuk mendidik generasi muda agar mereka bisa menjadi bangsa yang
bermartabat. Sekolah itu sendiri coraknya ada tiga, yaitu sekolah formal, informal dan
non formal. Sementara rumah itu dengan eksistensi ayah dan ibu juga dapat dianggap
sebagai sekolah pertama bagi anak dalam memahami kehidupan dan menguasai life
skill (keterampilan hidup). .
Kemudian bagaimana cara pandang anak-anak yang belajar di sekolah tersebut
?, Tentu saja juga bervariasi. Ada anak yang memandang sekolah sebagai tempat
penyiksaan, karena mereka dipaksa melakukan latihan demi latihan dengan ancaman
dan tekanan dari bapak dan ibu guru di sekolah. Ada yang memandang sekolah
sebagai penjara, karena terpenjara dari pagi hingga sore sehingga kehilangan waktu
untuk menjelajah di sawah dan dimkebun. Kemudian juga ada yang memandang
sekolah sebagai pabrik otak. Karena disana ada unsur input/ masukan, proses dan
output atau produk, dan anak anak didik dipandang sebagai benda dan siap untuk
dilatih dan dilatih melulu tanpa memahami apa dan bagaimana hakekat belajar itu
sendiri. Idealnya semua anak musti memandang sekolah sebagai tempat yang
menyenangkan untuk transfer ilmu agar berubah menjadi manusia yang lebih beradab.
.
Rasa senang dalam belajar adalah masalah suasana hati. Ini diperoleh melalui
perlakukan guru dan orang tua melalui dorongan dan motivasi mereka. Sebenarnya
yang diperlukan oleh anak-anak dalam belajar adalah rasa percaya diri. Maka tugas
orang tua dan guru tentu saja menumbuhkan rasa percaya diri mereka.. Dari
pengalaman hidup, kita sering menemukan begitu banyak anak yang ragu-ragu atas
27. apa yang mereka pelajari, sehingga mereka perlu didorong dan diberi semangat lewat
kata- kata dan perlakuan.
Agar setiap anak bisa belajar dengan senang dan memperoleh hasil yang
optimal, maka orang tua sebagai pengasuh di rumah dan guru dari balik dinding
sekolah perlu memperkenakan tentang keterampilan belajar, kemampuan dalam
berkomunikasi dan memperoleh lingkungan yang menyenangkan. Ternyata belajar
juga memerlukan keterampilan. Agar seorang siswa tidak terjebak dalam kebosanan
gaya belajar yang monoton (belajar cuma sekedar mencatat perkataan guru dan
menghafal melulu) maka mereka perlu tahu bagaimana cara membaca , cara mencatat,
cara mengolah suasana hati yang jitu, cara mengolah lingkungan dan cara
berkomunikasi dengan guru dan teman teman selama pembelajaran.
Kemampuan dalam berkomunikasi juga menentukan apakah suasana belajar
menyenangkan atau tidak. ―Bukankan hidup kita juga ditentukan oleh suasana
komunikasi atau seni berbahasa‖. Berbahasa ? Tentu saja cara berbahasa itu ada 2
macam yaitu: yang menyenangkan atau cara berbahasa yang mengecewakan. Guru
maupun orang tua, walaupun katanya selalu mendorong anak agar jadi pintar dalam
belajar namun kadang kala cara berbahasa kurang pas menurut pribadi sang anak.
―Aku tidak senang belajar dengan guru itu…. Atau tidak suka dengan suasana di
rumah ?‖. Tentu saja karena gaya berbahasa yang kasar, cerewet, banyak mengomel,
suka membentak, banyak memperolok-olokan sang anak, meremehkan harga diri dan
ada belasan cara berbahasa negatif lainnya.
Dua orang yang sedang jatuh cinta bisa hubungan mereka bisa segera putus
gara-gara berbahasa yang tidak simpatik menurut pandangan partnernya. Sebaliknya
cinta mereka bisa langgeng karena ―cara berbahasa yang menarik‖ selalu
mempertahan cara berbahasa yang sopan, santun dan lembut. Suasana berbahasa yang
28. menyenangkan (bernuansa positif: bahasa yang penuh pujian, dorongan/ motivasi dan
penghargaan) dan diikuti oleh lingkungan yang menyenangkan tentulah akan
membuat potensi belajar anak akan meningkat.. Suasana lingkungan rumah yang
kerap membuat anak tidak nyaman adalah kondisi rumah yang sempit, pengap,
sembrawut dan ruangan rumah yang hiruk pikuk oleh suara elektronik (lagu dan
tayangan televise) yang cedrung membuat kita sendiri susah berkomunikasi apalagi
berkonsentrasi dalam belajar.
Secara umum mengapa pembelajaran anak kecil lebih sukses dibandingkan
pembelajaran yang dilakukan oleh orang dewasa ? Sehingga ada pribahasa yang
mengatakan bahwa ―Belajar diwaktu kecil ibarat menulis di atas batu (akan selalu
berbekas) dan belajar di waktu dewasa ibarat melukis di atas air (apa yang dipelajari
akan cepat jadi sirna)‖. Penyebabnya adalah selain faktor pertumbuhan otak, masa
anak-anak dan remaja disebut sebagai the golden age- masa pertumbuhan otak yang
pesat, adalah juga karena anak kecil cenderung melalui instink belajar secara global.
Global learning atau belajar secara menyeluruh, ya ibarat bayi atau anak kecil yang
meneliti lingkungan lewat mulut, tangan, dan mata untuk mengeksplorasi apa saja apa
yang dapat dijangkau.
Beruntunglah bayi dan anak kecil yang memiliki orang tua yang peduli dalam
merangsang mereka dalam global learning- menyediakan sarana bermain dan belajar,
kertas untuk dicoret atau untuk digunting, bunyi-bunyian, dan benda-benda lain untuk
digengagam dan dilempar. Tanpa diikuti oleh kebiasaan orang tua yang terlalu banyak
menolong, mengeritik dan serba banyak melarang. Selanjutnya bahwa untuk membuat
suasana belajar bisa menjadi nyaman, sangat dipengaruhi oleh respond dan
rangsangan (stimulus) lingkungan serta bagaimana tekhnik belajar/ mencatat dan
pengalaman pribadi anak atau kita sendiri.
29. Respon dan stimulus lingkungan
Tiap hari anak memperoleh dua macam komentar dari teman, orang tua, dan
lingkungan yaitu komentar positif dan komentar negatif. Komentar yang sering
terucap berhubungan dengan belajar bisa jadi berupa serangkaian kata-kata pujian
atau cacian. ―Kamu memang hebat, kamu memang pintar, kamu memang jenius, kamu
memang disiplin atau yang negatif: kamu sungguh kurang ajar, kamu betul-betul
bodoh, otak mu mungkin sudah penuh dengan pasir, kamu memang idiot, dan ada
lagi sejuta kalimat negatif lain yang sangat ampuh dalam menyayat perasaan sang
anak‖.
Sangat berbahaya bila sang anak atau sang siswa terlalu banyak memperoleh
komentar negatif. Sebab semangatnya bisa jadi melorot. ―Percuma saja aku rajin
belajar atau rajin bekerja karena toh aku tidak akan pernah dihargai sebagai
manusia”. Kalau begitu mengapa kita terbiasa gencar membombardir anak-anak atau
orang- orang yang posisinya berada di bawah kekuasan kita dengan stimulus negatif.
Mungkin gara-gara merasa sok berkuasa atau sok punya power yang membuat orang
merasa mudah melemparkan kritikan dan komentar negatif.
Ada anak yang secara sekilas dipandang sangat beruntung karena tinggal
dengan orang tua yang berpenampilan sangat gagah dan fasilitas hidup cukup mewah-
punya mobil, disuruh ikut les ini dan les itu. Namun sang anak malah bermimpi
bahwa alangkah indahnya kalau bisa pindah rumah. Ada apa gerangan ? ternyata Ia
(anak) sering kena ancam atau tidak ada contoh,, ―Kamu sudah aku masukan les
privat sains dan les privat matematik, kalau masih rendah nilai mu, kau pindah saja
sekolah ke kampung‖. Itulah karena kebiasaan mengancam dan kritikan negatif, maka
kecerdasan anak pada akhirnya akan mandek pada usia sekolah.
30. Sebaliknya, sekali lagi, beruntunglah anak yang memperoleh rangsangan dan
respon positif. Anak anak yang memperoleh kaya rangsangan akan bisa menjadi
pelajar yang sukses. Dengan kata lain bahwa lingkungan yang miskin rangsangan dan
dan dibombardir dengan respon negatif berpotensi menciptakan anak menjadi pelajar
yang lamban.
Mengapa guru dan orang tua kok senang dengan misbehave atau salah
bersikap ? Jika anak merasa kurang percaya diri, maka bantulah dia. Coba
menemukan hal hal positif pada dirinya dan pujilah dia agar rasa percaya dirinya bisa
datang. Komentar-komentar positif dapat membangkitkan percaya diri mereka.
Orang belajar memang tergantung pada faktor fisik (suasana lingkungan),
faktor emosional (suasana hati) dan faktor sosiologi atau lingkungan teman, guru,
orang tua dan budaya sekitar. Maka berilah suasana pencerahan pada lingkungan,
suasana hati dan suasana sosiologi anak.
Tekhnik menctat dan pengalaman pribadi
Cara belajar dan pengalaman pribadi juga menentuka apakah belajar itu
nyaman dan menyenangkan atau tidak. Karakter orang belajar memang sangat
bervariasi. Ada yang senang belajar dengan cahaya terang atau agak redup, ada yang
belajar dengan berkelompok atau sendiri, ada yang senang belajar pakai musik atau
suasana sepi, dan ada yang senang belajar dengan suasana berantakan atau rapi. Maka
guru, juga para orang tua, perlu memahami variasi mereka dalam belajar dan jangan
pernah terlalu mencampuri variasi belajar mereka - kalau akibatnya membuat anak
kurang nyaman dan kurang senang dalam belajar.
Bobbi De Porter dan Hernacki (2002) mengatakan bahwa variasi belajar atau
modalitas (cara menyerap informasi) juga bervariasi pada setiap orang. Ada orang
atau anak yang mengandalkan kekuatan visual yaitu membaca, karakter orangnya
31. adalah cara berbicara cepat. Ada yang bersifat auditorial atau mendengar, karakter
orangnya adalah suka bicara sendiri dan kecepatan berbicara sedang, Kemudian ada
orang berkarakter kinestetik atau banyak gerakan. Orangnya susah untuk tenang atau
duduk diam dan berbicaranya lambat.
Perlu diingat bahwa dalam belajar, supaya anak juga perlu aktif dalam
mencatat. Mencatat dalam belajar bermanfaat untuk meningkatkan daya fakir mereka.
Ada dua macam cara mencatat: mencatat dengan membuat peta konsep (menulis
poin-poin penting dan membuat hubunganya) dan mencatat tulis susun, atau menulis
poin poin penting secara bersusun saja. Kiat tambahan dalam mencatat adalah
mencatat untuk mendengar secara aktif, misal dalam seminar, pidato, ceramah..
Usahakan duduk paling depan.
Percaya atau tidak bahwa kita semua adalah penulis. Dorongan untuk menulis
itu sama besar dengan dorongan untuk berbicara yaitu untuk mengkomunikasikan
fikiran dan pengalaman kita. Selanjutnya milikilah dan perkayalah pengalaman hidup.
Milikilah pengalaman pribadi yang banyak dan beragam dengan cara banyak bergaul
dan melakukan perjalanan . Sebab orang yang mempunyai koleksi pengalaman
pribadi yang banyak akan lebih kreatif dalam belajar dari pada orang yang kurang
pengalamannya.
Selain membiasakan mencatat selama belajar maka anak juga perlu
mempunyai minat membaca dan mengetahui cara-cara membaca yang tepat. Perlu
untuk diketahui tentang kecepatan membaca. Ada kecepatan membaca yang regular
atau kecepatan biasa-biasa saja. Skimming atau membaca dengan melihat cepat, misal
membaca buku telepon dan mencari kata dalam kamus. Scanning yaitu membaca
sekilas, misalnya membaca headline pada Koran atau melihat daftar.
32. Agar kita, anak, siswa dan siapa saja bisa merasakan suasana belajar yang
menyenangkan maka musti membiasakan untuk berfikir kreatif. Hidup ini indah atau
susah memang ditentukan oleh suasana hati dan fikiran. Berfikir kreatif, bukanlah
masalah kerja lebih keras, tetapi berfikir dengan banyak alternatif. Orang yang kreatif
senang selalu mencoba, melakukan petualangan dan bermain-main dengan tantangan.
Salah satu latihan kreatif adalah bercerita tentang kejadian sehari-hari. ―Ibu guru,
bapak guru dan ayah-ibu di rumah perlu untuk menyisihkan sedikit waktu agar bisa
sharing dan berbagi cerita tentang indah dan mudahnya hidupm ini dengan anak‖.
Last but not least (akhir kata) bahwa siswa/ anak perlu untuk mengulang materi
pelajaran akan meningkatkan daya ingat dan pemahaman, sehingga belajar itu
akhirnya memang bias jadi asyik, nyaman dan menyenangkan. .
33. 5. Membudayakan Penghargaan
Dalam buku L’etat du monde annuaire, annuaire economique geopolitique
mondial, diedit oleh Didiot Beatrice (2001) dilaporkan bahwa menjelang tahun 2000
posisi human indicator index atau tingkat Sumber Daya Manusia Indonesia
menempati peringkat 102, negara Vietnam yang merdeka lebih akhir dibanding
Indonesia satu digit lebih baik dari Indonesia, yaitu 101. Kemudian dalam buku The
State of The World Atlas, ditulis oleh Dan Smith (1999) memaparkan bahwa posisi
SDM Indonesia menempati peringkat 88 di dunia dan Negara Turkmenistan yang
baru merdeka tahun 1991, lepas dari Uni Soviet, posisi SDM nya juga lebih baik satu
digit dibandingkan Indonesia, yaitu posisi 87. Dibandingkan level SDM pada laporan
terdahulu, maka laporan dalam buku terakhir tampaknya ada perbedaan, namun
sebagai bangsa Indonesia kita belum bisa berbahagia karena angka dalam laporan
terakhir tetap sangat jauh dari yang kita harapkan, apalagi mengingat ukuran negara
Indonesia sebagai Negara yang luas wilayahnya dan banyak penduduknya cukup
membuat mata kita perih. Malah dapat dibuat pertanyaan ―apakah begini kualitas
bangsa ku yang jumlahnya 200 juta orang lebih itu, jumlahnya banyak namun ibarat
buih di pantai- banyak tapi isinya hampa?‖
Bangsa Indonesia (kita, pemerintah dan rakyat) harus merespon laporan
peringkat SDM tadi dengan rasa malu karena peringkat kualitasnya sangat
mengecewakan. Namun kita harus optimis dan bertanggungjawab untuk
peningkatannya. Maka dalam rentang waktu sejak seputar tahun 2000 atau setelah
keluarnya laporan tingkat SDM negara-negara se dunia sampai sekarang sudah ada
beberapa kebijakan pemerintah terbit untuk meningkatkan mutu SDM. Diantaranya
adalah dalam bentuk merevisi kurikulum, menerbitkan kebijakan baru dalam
34. pendidikan, membentuk undang-undang pendidikan yang lebih merespon
perkembangan dan pro aktif pada kemajuan zaman.
Dari semua elemen pendidikan di negara kita, mulai dari tingkat Tk sampai ke
Perguruan Tinggi, merasa bertanggung jawab untuk menuntaskan dan memparbaiki
kualitas SDM bangsa. Maka sebagai imlementasinya dan kebijakan untuk
meningkatkan mutu, dibentuklah berbagai program peningkatan mutu guru,
peningkatan mutu sekolah, peningkatan mutu bahan ajar, dan lain-lain. Namun
kualitas SDM untuk dunia pendidikan tersangkut pada kualitas murid-murid/ para
pelajar.
Selanjutnya bahwa kualitas murid, juga pelajar dan mahasiswa tidak hanya
ditentukan oleh eksistensi sekolah atau kampus belaka terhadap mereka karena lebih
dari separoh waktu kehidupan mereka di habiskan di rumah bersama orang tua. Ini
berarti bahwa kualitas SDM mereka juga ditentukan oleh eksistensi rumah, yaitu
bagaimana campur tangan dan perhatian orang tua dalam mendidik dan
membangkitkan motivasi belajar mereka. Dapat dikatakan bahwa kualitas SDM
mereka menjadi naik atau turun sangat ditentukan oleh kualitas motivasi belajar
mereka terutama di rumah.
Pada umumnya semua sekolah favorite, apakah namanya Sekolah Unggul,
Sekolah Akselerasi, Sekolas Plus, Sekolah Percontohan, dan lain-lain, menjadi
sekolah berkualitas karena di sana berkumpul anak-anak yang berkualitas, yaitu anak-
anak yang memiliki motivasi belajar yang tinggi. Mereka menjadi berkualitas bukan
karena sekolah tersebut, tetapi karena factor rumah- mereka berasal dari rumah
dengan orang tua, kondisi dan lingkungan yang selalu mendukung dan memotivasi
mereka, sehingga bisa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
35. Sementara itu sekolah-sekolah yang tidak berlabel favorite- tidak memiliki
kualitas unggul- dan mungkin kualitasnya amburadul, terjadi karena di sana
berkumpul siswa-siswa yang sama-sama miskin dengan motivasi belajar. Mereka
memiliki motivasi belajar yang rendah karena berasal dari rumah dengan orang tua,
kondisi dan lingkungan yang juga amat jarang mencikaraui atau merasa peduli
dengan urusan motivasi belajar anak, ―bagaimana aku bisa mengurus anak sekolah,
hidup saja susah‖, demikian yang sering diucapkan oleh orang tua yang pesimis.
Orang tua yang pesimis ini berpotensi menghancurkan motivasi belajar anak. Populasi
mereka sangat banyak, mungkin jutaan, di Indonesia. Merekalah yang perlu didekati
dan dibina, kalau tidak maka kualitas SDM Indonesia.
Bila posisi SDM Indonesia di dunia termasuk ke dalam kategori rendah maka
dapat dikatakan bahwa tentu ada jutaan orang tua di rumah yang belum berbuat
banyak dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Kalau begitu bagaimana
eksistensi motivasi itu dan bagaimana menimbulkan motivasi belajar anak yang baik,
dan siapa saja yang lebih bertanggung jawab dalam membangkitkan motivasi belajar
mereka ?
Tentu saja orang tua dan guru berperan amat penting dalam membangkitkan
dan meningkatkan motivasi anak. Ada beberapa cara yang dapat kita- sebagai orang
tua dan guru- lakukan untuk merangsang minat anak dalam belajar- yang merupakan
dorongan ekstrinsik (dorongan yang datang dari luar). Di antara yang dapat kita
lakukan adalah dengan cara memberii hadiah, penghargaan, pemberi tahuan tentang
kemajuan dan belajar mereka.
Sementara itu yang banyak dilakukan oleh orang tua, yang katanya adalah
untuk mendorong anak belajar, tetapi mereka mencela anak ―hei kemana otak lu,
sudah gede tapi tidak pernah tahu dengan huruf Pe‖, dan dengan cara membentak
36. anak ― Hengki….kamu nonton melulu, ayo buat Pe Er !‖. Idealnya dan seharusnya
orang tua dan guru perlu tahu bagaimana cara yang terbaik dalam memotivasi mereka.
―Papa…,mama…, aku memperoleh angka 100 dalam ujian Sains !‖ seru anak
dengan penuh kegirangan begitu sampai di pintu rumah. Maka respon orang tua bisa
saja bervariasi. Orang tua yang lupa cara memotivasi anak mungkin berkata ―tapi
kertas ujian kemaren kok kamu robek‖ atau ―kamu dapat seratus mungkin saja kamu
dapat contekan‖. Respon seperti ini cendrung tidak bersahabat di hati anak, maka
jangan harap lagi anak untuk termotivasi dalam belajar, namun aneh bila nanti anak
kehilangan semangat belajar, yang kena tumbal- sebagai scapegoat/kambing hitam-
sebagai penyebab anak malas adalah lingkungan, teman, sekolah, teknologi atau
zaman global. Padahal penyebabnya adalah cara respon orang tua terhadap harapan
anak.
―Mama …aku sudah hafal surat alfatihah dan tadi ulangan ku dapat angka 95
!‖, Respon orang tua atas harapan anak adalah mungkin dengan memberii
penghargaan. ―Alhamdulillah, senang sekali hati mama…‖, atau ―Karena kamu
pintar, papa kamu kasih kamu hadiah ―. Respon positif dan memberi penghargaan
tentu akan menambah motivasi belajar anak. Orang tua atau keluarga- keluarga yang
sudah membudayakan penghargaan dan/ atau hadiah pada anak atas prestasi belajar
dan bekerja mereka, akan mampu melahirkan mereka sebagai generasi yang memiliki
harga diri dan motivasi belajar yang tinggi. Kebutuhan dan fasilitas belajar mereka
juga harus disediakan dan dipenuhi.
Karakter orang tua dan lingkungan yang berpotensi dalam menghancurkan
motivasi belajar anak adalah seperti kurang peduli dalam memenuhi fasilitas belajar
mereka (rokok atau kaset VCD player terbeli tetapi bahan bacaan buat anak tak
peduli), karakter terlalu kaku, keras dan berbahasa kasar selama mendidik anak
37. ―orang tua ku ramah, tetapi kalau menemani aku belajar jadi judes, minta ampun,
sehingga otak ku buntu kalau belajar‖. Karakter yang lain adalah seperti suka
memaksanakan kehendak pada anak, terlalu berharap banyak, dan serba banyak
melarang atau memerintah. Perilaku atau karakter orangtua yang demikian membuat
anak akan merasa tertekan, anak belajar dalam kondisi tidak aman dan hati yang
mendongkol.
Kemudian ada strategi lain yang diterapkan oleh guru dan orang tua untuk
memotivasi belajar anak, yaitu membuat anak bersaing dalam belajar. ―Besok kalian
mau ujian, ayo siapa kelak yang jago nya, bisa nggak kamu mengalahkan Asrul?‖
Dapat dikatakan bahwa memotivasi anak dengan persaingan di antara mereka berarti
―mengadu anak/ siswa dengan jalan menimbulkan pertentangan‖. Kompetisi atau
persaingan antara mereka berpotensi untuk memupuk perasaan marah, iri hati,
cemburu, dan perasaan ingin mengalahkan orang lain. Sehingga bagi anak bahwa
mengalahkan orang lain lebih penting dari pada belajar dengan tekun dan sebaik-
baiknya.
Prayitno (1989) mengatakan bahwa kompetisi, termasuk kompetisi dalam
belajar, menimbulkan konflik dalam diri sebahagian anak. Mereka merasa terancam
karena takut kalah, atau di antara mereka timbul ketegangan yang disebabkan oleh
ambisi untuk mengalahkan orang lain. Belajar dengan cara berkompetisi membuat
anak mengejar nilai lebih tinggi dan lupa dengan tujuan belajar yang sebenarnya.
Sehingga ini dapat mendorong mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai
tinggi, termasuk dengan cara mencontek.
Memotivasi anak untuk belajar dengan cara berkompetisi hanya merangsang
siswa-siswa yang pandai. Dengan adanya kompetisi dalam belajar akan menimbulkan
sifat egois atau lebih mementingkan diri sendiri. Siswa yang pandai tidak mau
38. membantu teman-teman mereka yang berkemampuan sedang dan kurang. Oleh karena
itu kompetisi akan menghilangkan atau paling tidak menghalangi berkembangnya
sikap sosial dalam diri siswa atau anak. Dapat dikatakan bahwa membuat anak
bersaing/ berkompetisi dalam belajar bisa mendatangkan pengaruh buruk terhadap
perkembangan pribadinya- mereka mudah jadi sombong dan dengki. Akan lebih baik
jika dibentuk persaingan dengan prestasinya atau persaingan dengan diri sendiri.
Cara lain yang juga dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar
anak adalah, seperti yang telah disinggung di atas, yaitu pemberian hadiah dan
hukuman. Hadiah dan hukuman bentuknya lebih kongkrit dari pada penghargaan dan
pemberiaan celaan. Pemberian hadiah sebagai cara untuk memotivasi anak/siswa
dapat menjadi penguat tingkah laku– reinforcement. Anak-anak yang telah melakukan
pekerjaan/ belajar dengan baik diberi hadiah oleh guru atau orang tua. Hadiah atau
penghargaan ada yang bersifat verbal maupun yang bersifat material. Yang penting
untuk diperhatikan dalam membangun motivasi belajar adalah bentuk hadiah itu
sendiri.
Hadiah dalam bentuk verbal lebih baik daripada dalam bentuk benda atau
angka. Namun bagi orang tua yang bisa menyisakan sedikit uang, tidak ada masalah
kalau sekali-sekali memberi anak anak hadiah dalam bentuk materi atas prestasi nya-
mungkin membelikan sebuah kotak pensil, buku cerita, kamus elektronik sampai
kepada menghadiahkan mereka satu set laptop, bagi yang mampu membelikan. Tidak
semua hadiah verbal (dalam bentuk ucapan atau tulisan) dapat menimbulkan motivasi
di dalam diri untuk belajar secara efektif. Tetapi hadiah verbal yang memberikan
informasi bisa membangkitkan minat anak untuk berhasil dalam belajar. Oleh karena
itu dalam memeriksa tugas-tugas siswa, informasi atau komentar (hadiah verbal)
harus diberikan disamping pemberian nilai.
39. Hukuman sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa lebih banyak
memberikan pengaruh psikologis yang negative dibandingkan motivasi yang
ditimbulkannya. Memang hukuman ada kemungkinan untuk meningkatkan proses
belajar siswa/ anak. Namun mereka akan berhenti belajar jika hukuman ditiadakan
lagi. Hukuman dapat menimbulkan kecemasan, gangguan emosi dan perasaan
bersalah di dalam diri mereka. Di dalam belajar siswa dibayangi oleh ketakutan untuk
berbuat salah.
Perbuatan menghukum, mengancam, dan mencela adalah cirri-ciri guru dan
orang tua yang otoriter- terlalu suka berkuasa. Akibat buruk yang terjadi dalam diri
siswa akibat karakter otoriter mereka adalah anak/siswa menjadi apatis, kehilangan
minat belajar, mengerjakan kegiatan sesuai dengan apa yang disuruh saja, anak
kurang memiliki inisiatif, kemandirian dalam belajar mereka rendah, bersifat patuh
saja, dan tidak berkembang rasa percaya diri mereka. Selanjutnya sikap otoriter yang
diterapkan oleh guru dan orang tua berpotensi dalam mematikan kreatifitas dan daya
spontanitas anak, sehingga mereka tidak mampu dalam mengambil keputusan-
padahal kemampuan ini amat penting kelak bila mereka tumbuh dewasa.
Anak yang besar dalam suasana otoriter akan tumbuh menjadi orang yang
agresif, berkarakter kasar dan kurang ramah dan kurang mampu bertegur sapa.
Saatnya kini kita harus punya pradigma baru dalam membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak dan siswa kita. Kita tidak sudi lagi bila mereka tumbuh menjadi
pribadi yang berkualitas hampa. Menumbuh-kembangkan motivasi belajar mereka
adalah tugas kita sebagai orang tua atau guru. Saatnya kita harus membuang cara
banyak mencela, mengancam dan kekerasan- menerapkan karakter otoriter. Salah satu
cara yang tepat adalah dengan memberi mereka penghargaan atas karya dan prestasi
40. kerja/ belajar mereka. Dengan cara ini motivasi belajar mereka akan tetap tumbuh dan
terpelihara.
41. 6. Peduli Pendidikan Gaya Orang Cina
Dari pengalaman hidup diketahui bahwa siswa-siswa yang berasal dari
keturunan Cina lebih sukses dalam pendidikan. Juga sering didengar bahwa sekolah-
sekolah milik keturunan Cina juga lebih berkualitas dan diminati oleh banyak orang.
Sekolah- sekolah mereka ada pada setiap kota besar di dunia dan juga di Indonesia.
Sekolah mereka dapat dikatakan menempati peringkat kualitas papan atas.
Orang yang peduli dalam urusan pendidikan tentu segera bertanya-tanya dan
ingin tahu tentang mengapa ini bisa terjadi. Apa yang membuat siswa mereka unggul
dan bagaimana peran orangtua warga Cina tersebut dalam mendidik mereka.
Tentu saja ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi anak-anak mereka
di sekolah., yaitu seperti harapan orang tua pada anak, tidak hanya sekedar berharap
dan menyuruh namun juga diikuti oleh aksi mereka menyediakan sarana belajar atau
mencarikan tempat belajar yang unggul agar anak mereka bisa berprestasi. Tingkat
pendidikan orangtua warga keturunan Cina (di negara maju seperti di Amerika dan
Eropa) dan harapan mereka pada pendidikan anak menentukan tingkat kesuksesan
pendidikan anak-anak mereka.
Fenomena yang kontra adalah bahwa banyak siswa asli pribumi yang
pendidikan mereka agak rendah. Ini mungkin akibat orangtua mereka kurang
memperlihatkan peran dalam mendidik mereka. Bisa jadi terkesan bahwa mereka
terlalu menyerahkan urusan pendidikan anak anak pada guru di sekolah. Ini terjadi
karena tingkat pendidikan orangtua yang redah, dan harapan yang rendah atas
keberhasilan pendidikan anak.
Ada ungkapan yang berbunyi ―experience is the best teacher- penglaman
adalah guru yang terbaik‖. Maka pengalaman orang tua keturunan Cina dalam
mendidik anak bisa jadi pengalaman warga Indonesia yang lain. Mereka perlu berfikir
42. dan bertanya tentang bagaimana orangtua dari keturunan Cina membangun harapan
pendidikan pada anak dan sekaligus menjadi model bagi mereka.
Pada sebuah artikel “success story” di internet dikatakan bahwa keberhasilan
pendidikan dan ekonomi Cina dan Jepang sebagai bangsa yang suka bekerja keras dan
jarang mengeluh, kemudian di rumah, orang tua, menjadi model atau uswatun
hasanah bagi anak- anak mereka. Menjadi model atau figure bagi anggota keluarga
maka mereka harus rajin dan berprestasi.
Ketidak berhasilan sebahagian anak-anak Indonesia yang lain dalam
pendidikan ketika di SMP dan di SMA atau mahasiswa dapat diperkirakan karena
mereka belum punya karakter- seperti suka bekerja keras, bekerja keras, dan mereka
suka mengeluh, serta tidak memiliki semangat juang yang tinggi- berpribadi rapuh
dan tidak tahan banting. Orangtua tentu tidak perlu menuduh mereka sebagai generasi
yang santai dan pemalas, karena penyebab mereka demikian adalah akibat miskin
model dan dukungan moral dari orang tua dan guru-guru mereka, yang mungkin juga
kurang suka belajar dan bekerja keras dan senang mengeluh, kemudian bekerja tanpa
orientasi untuk berhasil.
Juga dikatakan bahwa anak- anak Cina mampu menjadi siswa yang terbaik
dengan bakat khusus- memenangkan kompetisi olimpiade, computer, robot, juara bulu
tangkis tingkat dunia, atau menonjol dalam bidang sains dan tekhnologi. Keberhasilan
mereka dalam bidang tersebut tentu karena dukungan budaya dan keluarga. Budaya
yang mereka miliki adalah budaya senang bekerja keras dan belajar penuh semangat.
Dalam mencari rezki, orang Cina punya moto- jangan biarkan reski dimakan oleh
ayam terlebih dahulu (maksudnya jangan suka bangun kesiangan) dan ―beri aku ikan
maka aku makan satu kali, tapi beri aku kail- ajari aku memancing- maka aku makan
ikan selamanya‖. Dalam konteks ini keturunan Cina mengajar anak-anak mereka agar
43. memiliki keterampilan hidup dan tidak meminta rezki atau belas kasih dari pihak
family atau orang lain.
Sementara itu budaya warga Indonesia yang lain, sebahagian, suka hidup
santai, membiarkan fikiran, tangan dan kalbu mereka menganggur. Pada hal orang
yang sehat jiwanya adalah orang yang berdiri di atas kaki dan tangan kreatif.
Dukungan orangtua, ayah dan ibu, di rumah sangat menentukan keberhasilan
anak dalam bidang akademik. Rata- rata anak yang cerdas atau terampil berasal dari
keluarga yang sangat mendukung dan mempersiapkan anggota kelouarganya untuk
berhasil. Kalau begitu siswa atau yang cerdas bukanlah semata-mata dicetak oleh
sekolah, seperti anggapan banyak orang. Peran sekolah hanyalah untuk pemantapan.
Atau paling kurang perimbangan rumah dan sekolah dalam mensukseskan pendidikan
anak adalah fifty-fifty percent.
Tidak hanya keturunan Cina di Indonesia, keturunan Cina di berbagai belahan
dunia seperti di Amerika, Kanada dan Australia juga banyak yang sukses dalam
bidang akademik dan pekerjaan. Anak- anak mereka sangat berhasil dalam bidang
akademik, teknologi dan sains. Bisa kita pertanyakan bahwa bagaimana orang-orang
Cina bisa membentuk success-expectation walau mereka hidup sebagai kaum
minoritas.
Seorang teman beragumen bahwa orientasi anak- anak Cina pada sains dan
tekhnologi bukan merupakan refleksi. Banyak orang beranggapan bahwa anak-anak
keturunan Cina bisa sukses di sekolah dan dalam dunia bisnis karena mereka memiliki
otak yang cerdas. Anggapan atau steretipe yang demikian tidak benar, karena
sesungguhnya keberhasilan itu adalah karena hasil dari kerajinan, disiplin diri, dan
pengaturan diri mereka. Kalau hanya kecerdasan, cukup banyak manusia yang cerdas
namun kurang beruntung karena tidak memiliki sikap kerajinan, disiplin diri, dan
44. pengaturan diri. keturunan Cina rata-rata sudah punya standar hidup yang harus
dicapai yaitu mereka harus menjadi orang yang berhasil. Alasan lain yang membuat
mereka berhasil dalam bidang akademik dan bidang pekerjaan adalah agar bisa
bertahan dalam hidup sebagai warga minoritas. Mereka memutuskan harus menjadi
orang yang well-educated , mandiri dan bertanggung jawab.
Untuk menjadi orang yang berpendidikan baik, anak- anak mereka didik
dengan serius, penuh rencana di rumah dan dikirim kemudian ke sekolah yang
berkualitas. Kemandirian anak dilatih tanpa mendikte yang banyak atau terlalu
mencampuri keputusan anak dan rasa tanggungjawab terbentuk melalui pemberian
tugas sesuai dengan usia dan kesanggupan anak- seperti ikut membantu orang tua
dalam menjalankan bisnis.
Dalam belajar orangtua selalu menyampaikan pesan bahwa kalau anak-anak
tidak rajin dalam belajar dan bekerja maka mereka tidak mungkin menjadi bintang
kelas dan sukses dalam bekerja. Maka mereka sangat peduli terhadap PR atau
pekerjaan rumah anak dan mengikuti kursus ekstra yang lain agar bisa memperkaya
wawasan anak.
45. 7. Semangat Kerja Yang Hebat
Empat puluh tahun lalu atau lebih kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
Indonesia masih sejajar dengan Negara Korea (Korea Selatan), Thailand, Taiwan dan
Malaysia. Namun kini setelah empat puluh tahun (di tahun 2000-an ini) pertumbuhan
SDM bangsa tercinta ini terkesan amat lambat. Pada hal penduduk di negara itu sejak
dulu sama karakternya dengan bangsa kita, sama-sama suka makan nasi. Dulu
semangat kerja bangsa kita (para pemuda 40 tahun yang lalu) masih sama dengan
semangat kerja pemuda mereka.
Dalam tahun 1950-an dan 1960-an semangat kerja keras bangsa Indonesia
cukup bagus dan menonjol. Dapat dikatakan bahwa semangat berdagang atau
berwirausaha pemuda Minang, sebagai contoh, menyamai semangat saudara kita dari
etnis Cina. Zoelverdi (1995) menulis tentang beberapa orang yang sejak muda
memiliki etos wirausaha yang sangat bagus. Mereka adalah seperti Hasyim Ning,
Fahmi Idris, Darnis Habib, Baihaki Hakim, Abdul Latif, A.S Datoek Bagindo, A.R
Soehoed, Aminuzal Amin dan masih sejumlah nama lain.
Hasyim Ning di tahun 1950-an terkenal sebagai Raja mobil di Indonesia walau
ia sendiri tidak pernah belajar bisnis secara formal. Namun ia tahu bahwa prinsip
semua bisnis adalah kepercayaan. Ayahnya adalah pedagang kecil dan Hasyim Ning
tidak cengeng, ia sejak kecil sudah terjun dalam bisnis keluarga dan bisnis Belanda
(dalam zaman penjajahan Belanda). Dari sana ia memperoleh pengalaman dan budaya
kerja sebagai importir mobil. Hasyim Merantau ke Jakarta (Batavia), ―ya sempat
nganggur tapi cari kerja sebagai pencuci mobil dan pandai-pandai bergaul, kalau
sebagian pemuda sekarang kan suka jaga gengsi dan pilih-pilih kerja‖.
Hasyim Ning bekerja di usaha importir mobil Veladome, karena karakternya
baik, ia dipercaya menjadi wakil di Tanjung Karang. Ia meluaskan pola berfikir, ia
46. juga bekerja sebagai pemborong tambang batubara di Sumatera Selatan dan bekerja
sebagai administrator kebun teh dan kina di Cianjur. Ia sempat memperoleh latihan
militer dan itu membuat disiplinnya lebih bagus. Disiplin yang mantap menjadi modal
baginya dalam mengelola pabrik dan perusahaan. Kalau ia mencari buruh, ia tidak
suka orang yang cara kerjanya serampangan, harus yang professional, ―tidak ada
istilah hiba-hiba dalam hal keuangan, kalau membeir kawan uang ya pakailah uang
kantong sendiri, jangan pakai uang pabrik‖.
Fahmi Idris, ayahnya berdagang sepatu dan ia mendidik anaknya agar
menghargai waktu, maka Fahmi diberi tanggung jawab untuk menjaga toko. Waktu
kecil Fahmi juga nakal, ia bisa pecak silat dan pandai bergaul. Ketika di SMP ia
dagang kaos. Ayahnya juga membaca Koran dan Fahmi juga suka membaca. Ia
memperoleh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Ia cukup
aktif di kampus, ia mendirikan bursa buku dengan teman-teman dan sempat menjadi
ketua senat FEUI. Ia merintis usaha dengan teman dan mendirikan firma.
Darnis Habib waktu kecil berkarakter pemberani karena benar dan jago
(cerdas) di kelas. Saat di SD ia paling senang matematika dan saat di SMP ia senang
dengan aljabar. Ia tidak punya cita-cita karena anak pertama namun tamat dari SMA
ia cabut ke Jakarta. Ia kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sambil
kuliah ia part time atau kerja sambilan di perusahaan. Tamat kuliah ia menjadi
importir vespa, inspirasi ini terjadi akibat banyak belajar dan diskusi ketika karir saat
aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).
Baihaki Hakim, ketika kecil ia bersekolah di SD yang disiplin, gurunya baik-
baik dan lingkungan yang agamis. ―Soalnya ada juga sekolah karena mengatas
namakan disiplin wajah gurunya banyak yang angker dan bahasanya menakuti
murid-murid‖. Karena ia (dan orang tuanya) sering pindah-pindah ia merasa tidak
47. punya kampung tetapi punya banyak pengalaman. Mobilitas yang tinggi bagus untuk
membangun karakter anak-anak dan cara berfikir mereka, karena bisa mengenal
banyak orang, mengenal banyak latar belakang dan cara berfikir mereka. ―orang
yang tinggi bobilitasnya, mereka tidak menjdi makhluk kuper, kurang pergaulan, dan
statis yang senang mengurung diri di pojok kamar‖.
Baihaki, ayahnya juga senang otodidak dan menjadi koresponden. Untuk
menggenjot kualitas nya, ayahnya mencarikan guru Bahasa Inggris orang Singapura
dan mendorongnya untuk banyak membaca. Sejak kecil orang tua nya ingin anaknya
jadi dokter. Namun Baihaki memilih kuliah di ITB dan memilih berkarir di
perusahaan, Caltex.
Abdul Latih, ayahnya merantau dan berdagang tekstil dan ibunya aktivis di
Aisyisiah Muhammaddiyah. Sejak kecil ia suka membaca dan suka bergaul. Ia
mengenal semua famili dan juga mengenal banyak orang. Dalam masa remaja ia juga
suka menonton, namun juga banyak belajar dan banyak bergaul. Saat kuliah, ia kerja
sambilan, pengalaman kerja ini penting untuk merintis kearah kerja atau wirausaha
―namun mahasiswa sekarang senang pergi mejeng ke Plaza dan Mall, untuk
menghamburkan duit kiriman orang tua dan memupuk nilai konsumerisme”. Setelah
tamat kuliah Abdul Latif membuat usaha seperti tempat ia magang kerja dulu,
kemudian ia membuat ruko (rumah toko) dan gedung di daerah perkotaan, dijadikan
toko atau dikontrakan. Ia mengembangkan usaha ke Singapura dalam bidang
agrobisnis, buku, periklanan, developer, konstruksi dan dagang eceran. Ia sangat anti
dengan gaya hidup santai dan banyak mengelaso- berleha leha.
A.S Datoek Bagindo, ayahnya adalah seorang petani dan ia ikut terjun
mencangkul dan kadang-kadang menerima upah dari ayah ―ya dari pada member
upah pada orang lain, lebih baik mengupah anak sambil melatihnya mengenal arti
48. hidup dan agar tidak bermental cengeng”. Saat remaja ia hidup mandiri guna bisa
meringankan beban hidup orang tua. Sekolahnya jauh dari rumah dan ia mencari
orang tua angkat. Ia membantu teman , berdagang di kaki lima sambil kuliah. Ia juga
mengembangkan human work dan banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh besar
seperti Hatta, Syahrir, Natsir dan Chairul Shaleh dan memetik pengalaman hidup
mereka untuk sukses dan untuk cermin diri.
Banyak pengalaman hidup yang ia tulis dan ini sangat berguna untuk bahan-
bahan ceramahnya, ia diundang untuk memberi ceramah di SPSI (Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia). Ia mengatakan bahwa pola merantau orang Minang harus dikaji
ulang, bukan lagi merantau untuk membuka warung nasi, menjahit, berdagang kaki
lima, karena orang lain juga bisa melakukan hal ini. Apalagi sekarang sudah banyak
usaha garment. Maka merantaulah sebagai orang intelektual yang bisa merintis karir
dan pencipta lapangan kerja, bukan jadi buruh di sana.
A.R Soehoed sejak muda terbiasa senang bekerja keras sampai dini hari. Ia
menjaga stamina dengan senam. Ia punya banyak pengalaman. Zaman dahulu di
tahun 1940-an transportasi sangat sulit dan mahal. Untuk perhubungan pulau Sumatra
dan Jawa tidak ada bus dan pesawat, kecuali menggunakan kapal yang berlayar cukup
lama namun Soehoed dalam usia 19 tahun punya pengalaman berpergian dari pulau
Jawa ke Sumatra, mengunjungi keluarga ayahnya di Maninjau (Sumbar) dan Painan.
Selama di kampung ayahnya ia punya pengalaman menghela pukat dan membagi-bagi
ikan.
Ia mengatakan bahwa untuk berhasil dalam hidup maka setiap orang harus
punya mental yang kuat. Ini diperlukan untuk bisa menjadi pioneer atau perintis. Ia
mampu punya perusahaan dan mengelola proyek-proyek besar.
49. Aminuzal Amin waktu kecil mampu berbicara dan sering menjadi pembawa
acara atau MC (master ceremony). Ia dikenal sebagai pemuda yang panjang akal.
Walau ayahnya Cuma seorang pegawai kecil, ia panjang akal untuk sukses. Ia Kuliah
di Universitas Indonesia dan malam cari duit menjadi sopir oplet. Ia aktif
berorganisasi di kampus, bukan menjadi anggota yang pasif. Ia pun mengembangkan
hobi dalam bidang musik dan nyanyi.
Sambil kuliah ia juga belajar hidup sebagai penjual pupuk dan arloji.
Kemudian ia juga menjadi tukang pakang sebagai pedagang mobil bekas, ini
digunakan untuk mencari modal untuk membuka usaha. Puncaknya dagangnya adalah
menjual pakaian yang ia cari langsung ke Eropa. Ia juga pengusaha di bidang
perminyakan. Aminuzal adalah penguasa nasional yang berada dalam level
internasional.
Dari jalan hidup tokoh-tokoh di atas menunjukan bahwa mereka waktu muda
bukanlah orang-orang yang suka santai dan membuang-buang waktu. Mereka suka
bekerja keras dan belajar serius. Mereka juga orang yang senang mandiri, suka
membantu , bukan dibantu. Sukses bukan jatuh dari langit, namun sukses harus
dirintis dengan semangat menjadi pioneer (perintis) dan memiliki semangat kerja
keras.
Namun bagaimana suasana sekarang. Bagaimana etos pemuda pemudi
sekarang dalam mencari hidup ? laporan Afdal, dkk (dalam Gatra, Januari 2009)
mengatakan bahwa semangat berwirausaha dianggap penting untuk mengurangi
tingkat pengangguran. Barbagai pihak harus berpartisipasi mewujudkannya. Pemuda
Minang, sebagai contoh, sekarang pandangan jiwa wirausaha mereka sudah mulai
pudar. Fahira Fami (dalam Gatra, Januari 2009:5) mengatakan bahwa jiwa wirausaha
orang Minang sekarang sudah mulai pudar. Darah saudagar yang dulunya mengalir
50. dalam tubuh generasi terdahulu perlahan menghilang. Sementara semangat wirausaha
saudara kita dari warga etnis Cina masih sangat kuat sehingga mereka dapat
membangun kekuatan bisnis yang luar biasa. Namun, sekali lagi, generasi muda
Minang banyak yang enggan berwirausaha dan cenderung berharap untuk menjadi
pegawai pemerintah (PNS) dibanding membuka usaha sendiri.
Gamawan Fauzi (http://kalipaksi.multiply.com/journal) mengatakan bahwa
dalam survey yang dilakukan pemerintah daerah Sumatera Barat 2006, bahwa warga
Sumatera Barat 74 persen berkeinginan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. Ini
sebuah indikasi yang menurutnya sebagai turunnya nilai-nilai kemandirian dan spirit.
Pegawai Negeri baginya bukan pekerjaan yang penuh tantangan. Terutama bagi
masyarakat Minang yang punya akar budaya sebagai entrepreneur sejati.
Penyebab memudarnya semangat entreprenursip (berwirausaha) pemuda kita
disebabkan oleh kesalahan memberi motivasi, misgiving motivation, oleh guru-guru,
orang tua, lingkungan dan pemuda itu sendiri, yang menganggap berwirausaha itu
sebagai hal yang sangat susah dan menjadi PNS suatu hal yang enak ―motivasi untuk
membuat pemuda menjadi prkerja malas, suka hidup santai dan takut bersaing‖.
Orang-orang atau motivator yang telah menyebabkan hilangnya semangat
berwirausaha pemuda tersebut perlu untuk beristigfar dan harus mendorong pemuda
untuk bangkit lagi dan belajar dari pengalaman orang-orang sukses atau pengalaman
negara-negara yang empat puluh tahun lalu kualitas SDM mereka sama dengan
kualitas SDM negara kita, misalnya belajar dari Korea.
Pada tahun 1960, pendapatan perkapita Indonesia sama dengan Korea. Kini
pendapatan bangsa ini melompat amat jauh dari negara kita. Sebelum perang dunia
kedua, Korea tidak dikenal dalam pentas dunia. Korea hanyalah sebuah negara
pertanian yang miskin. Perang saudara juga telah meremukan semua sendi kehidupan
51. warga Korea, sampai terbelah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. Miskin dan
sengsara menjadi titik nadir ekonomi mereka. Tetapi bangsa Korea Selatan bukanlah
negara yang dihuni oleh masyarakat yang banyak perangai- banyak tingkah. Mereka
adalah bangsa yang padu dalam memompa tekad dan semangat untuk bangkit menuju
victory atau kejayaan. Tidak sekedar slogan tetapi diterapkan dalam nafas kehidupan
seari-hari. Bangsa Korea pada umumnya adalah bangsa yang rajin. Mereka setiap hari
bekerja keras. Mereka malu pulang terlalu cepat karena tidak mau dianggap sebagai
orang yang tidak berguna.
Aswin Indra (http://aswinindraprastha.wordpress.com) mengatakan bahwa
Prof. Young Hun, dari Program Studi of Foreign Studies, Seoul, menulis tentang
kesamaan antara tradisi Indonesia dan Korea. Jika orang Korea bisa menjadi bangsa
yang maju, mengapa tidak dengan orang Indonesia. Korea dalam kurun waktu relative
singkat telah menjelma menjadi masyarakat modern, yaitu masyarskat yang telah
mampu melepaskan diri dari ketergantungan pada kehidupan agraris.
Pemuda kita, pelajar dan mahasiswa, perlu tahu empat karakter orang Korea
yang harus dicontoh untuk memacu semangat hidup, yaitu seperti; 1) Sikap rajin
bekerja, lebih menghargai bekarja secara tuntas betapapun kecil pekerjaan itu
ketimbang berpidato yang muluk-muluk tetapi tidak pernah terlaksana. 2) Sikap
hemat yang tumbuh sebagai buah dari sikap rajin bekerja. 3) sikap self help yang
didefenisikan sebagai berusaha mengenali diri sendiri dan rasa percaya diri. 4)
Kooperatif atau suka bekerja sama, cara untuk mencapai tujuan secara efektif dan
rasional, mempersatukan individu serta masyarakat.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis, beragama. Untuk maju
agama Islam menganjurkan kita untuk selalu belajar. Berikut ungkapan agama Islam
yang mengajak untuk belajar; ― tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat.
52. Menuntut ilmu wajib bagi laki-laki dan perempuan. Tuntutlah ilmu walau sampai ke
negeri Cina‖. UNESCO juga mengajak warga dunia untuk long life education,
pendidikan seumur hidup. Sekarang artikel ini mengajak pemuda dan pemudi bangsa
ini untuk tumbuh bersemangat dan suka bersaing, banyak pengalaman, banyak belajar
dan banyak bekerja.
53. 8. Harga Kesehatan Tubuh
Saya termasuk orang yang tidak suka melahap semua acara televisi. Bila acara
terasa tidak berguna maka televisi cenderung dimatikan. Namun rasa ingin tahu saya
tergelitik saat melihat sekilas acara Kick Andy di Metro TV. “Wah acara apa ini ,
kok pakai kata kick segala, mungkin acara sepak bola atau acara olah raga yang lain
?”.
Kick Andy bukanlah acara olahraga walau di sana ada kata ―kick‖, namun ia
adalah acara olah rasa atau olah emosi. Acara ini menjadi menarik karena memuat
atau melibatkan unsur emosional. Berisi informasi, pengalaman, liku-liku kehidupan
manusia yang penuh dengan ketegaran dan pencerahan. Jadi acara tersebut terkesan
punya nilai pendidikan dan juga nilai hiburan.
Selanjutnya, bahwa saya bukanlah orang yang cengeng yang mudah menangis,
meneteskan air mata, dan saya sendiri sudah lama tidak menangis lagi. Namun saat
mengikuti alur cerita dalam acara kick andy, tiba-tiba air mata saya meleleh, dan
terasa panah di pipi. Emosi saya terasa diaduk aduk oleh plot-plot dialog oleh
presenter dan tokoh tokoh hebat yang langsung terlibat dalam acara ―Kick Andy Hero‖
di awal bulan Maret (2010) tersebut.
Penyerahan anugerah pada seorang tokoh, pemuda buntung total, jalanya
seperti merangkak, namun sangat kreatif, inspiratif dan inovatif bagi saya dan banyak
penonton. Ia adalah pemuda hebat, walau kedua kaki buntung total ternyata mampu
menghidupi banyak karyawan dari usaha yang ia rintis. Begitu pula dengan tokoh
lain, juga seorang pemuda, namun buta total, jalanya hampir meraba-raba, mampu
menciptakan sound track untuk produk ICT (information communicative technology)
dengan menggunakan komputer, bagaimana ia melihat dan menciptakan dengan
ketajaman syaraf jari dan ketajaman mata hatinya. Kedua tokoh cacat yang sangat
54. hebat tadi pasti telah menjadi motivator dan inspirator yang luar biasa bagi jutaan
penonton metro TV yang memiliki kondisi tubuh yang normal. Kita dan mereka
harus malu dengan dua kaki dan dua mata yang mereka miliki bila ternyata tidak
berdaya dalam hidup ini.
Acara kick Andy berikutnya, masih dalam bulan Maret ini, adalah tentang
transplantasi ginjal atau cangkok ginjal. Betapa amat berharganya sekeping ginjal
apalagi dua keping ginjal dalam rongga tubuh kita yang berguna dalam menyangga
kelangsungan hidup kita, namun banyak orang (kita) kurang menyadari tentang harkat
dan harga sekeping ginjal tersebut bagi kehidupan. Sementara itu betapa orang yang
menderita gangguan ginjal mendambakan kesehatan ginjal, berharap agar mampu
memperoleh tubuh yang segar bugar (fit and fresh) dan ingin merasakan ―betapa
indahnya dan nikmatnya kalau bisa kencing (maaf) secara normal lagi‖.
Betapa gangguan ginjal telah membuat dunia ini terasa dan terlihat tidak indah
dan menarik lagi bagi sang penderita gangguan ginjal. Kemudian betapa mulianya
jiwa seorang bapak yang amat rela untuk mendonorkan sekeping ginjalnya untuk
kelangsungan hidup anak kandungnya dan ia pun ikhlas atas resiko sebagai pendonor
ginjal. Atau betapa tulusnya hati seorang kakak yang telah menyerahkan sekeping
ginjalnya pada adiknya, walau akhirnya tidak lama bisa bertahan hidup dan ia pun
meninggal dunia (setelah bertahan hidup selama lima tahun). ―Sedikitpun aku tidak
menyesal, telah menyerahkankan ginjal saya pada adik sya walau akhirnya ia pun
meninggal, namun ia kan mampu bertahan hidup selama lima tahun dan sekarang
ginjal ku pun ikut pergi bersamanya‖.
Kini bagaimana halnya dengan saya dan kita semua. Kita sering kali tergila
gila mengejar kepuasan dunia dan kepuasan hidup belaka. Kita hanya puas dan
bangga dengan karir yang meningkat, mobil mengkilat dan rumah yang begitu megah.
55. Pergi jalan-jalan keluar negeri yang memberikan kebahagian, sekali lagi, kepuasan
yang semu. Betapa mulianya tokoh tadi yang begitu ikhlas menyerahkan sekeping
organnya (ginjal) pada orang yang sangat mendambakanya demi menyambung
kelangsungan hidupnya. Juga betapa kaya dan bahagianya jiwa tokoh buta dan tokoh
buntung yang bisa hidup dengan penuh arti, sekaligus telah menjadi motivator dan
inspirator bagi jutaan orang dengan tubuh lengkap untuk mempedayakan diri mereka.
Ada pelajaran tersirat dari tayangan televisi tadi, yaitu bagaimana agar kita
bisa berbagi dengan sesame, menyayangi dan mencintai organ tubuh kita. Mengajak
banyak orang untuk bisa memelihara tubuh dan oragan tubuh mereka, seperti mata,
paru-paru, jantung, rambut, ginjal dan kulit. Betapa banyak orang kurang peduli
dalam memelihara dan menyayangi mata. Lihatlah bahwa banyak buruh las karbit di
bengkel yang bekerja tanpa menggunakan masker mata.
Atas nama gaya hidup moderen, banyak orang yang tergiur oleh tipuan iklan
bahwa yang hebat dan moderen itu adalah kalau seseorang selalu mengkonsumsi
rokok, minuman bir/ minuman keras, sampai kepada minuman dan makanan yang
kaya dengan zat pewarna dan penyedap rasa (sebagaimana dianjurkan iklan oleh
belasan stasiun televisi di Indonesia ini). Kurikulum di berbagai sekolah tidak pernah
mengajarkan tentang tekhnik merokok yang hebat. Namun konser dan ivent olah raga
yang disponsori oleh industry rokok sangat sukses dalam membujuk dan menciptakan
ribuan pelajar untuk menjadi pencandu rokok. Coba lihat sekarang bahwa dimana ada
keramaian- konser music atau acara olah raga, maga disana spanduk iklan rokok
menyambut mereka dengan semarak. .
Percuma saja pada beberapa tempat mangklnya para remaja dibuat semboyan
dan ajakan seindah mungkin ―jauhi narkoba dan say no to drug‖, kalau pintu untuk
mengkunsi rokok dibuka lebar-lebar. Karena merokok itu sendiri adalah pintu untuk
56. memasuki dunia narkoba. Omong kosong kalau tiba-tiba saja seorang siswa bisa
menjadi pengguna narkoba. Hampir dipastikan bahwa mereka menyentuh benda
haram (narkba) ini setelah terlebih dahulu sukses sebagai perok- pelajar pria atau
pelajar wanita. Merokok, apalagi mengkonsumsi narkoba, sungguh membahayakan
paru-paru, otak, dan jantung.
Media massa- cetak dan elektronik- sangat efektif dalam membius dan
mengobah pola fikir bangsa Indonesia. ―wah kamu kuno kalau tidak mencoba fast
food ini, wah kamu kampungan kalau tidak mengkonsumsi makanan bermerek ini‖.
Kini bangsa kita telah menjadi bangsa yang paling gemar menonton dan hampir malas
untuk berolah raga. Bagi yang memiliki sarana transport- sepeda motor dan mobil-
telah menjadi pemalas untuk bergerak dan berjalan kaki. Yang lain mungkin juga
kurang tahu bagaimana kiat hidup segar dan bugar- fit and fresh- itu.
Di suatu tempat ada pemuda yang maniak dalam mengkonsumsi minuman
berlabel, cuci muka dengan air mineral, dan selanjutnya untuk minuman saat sarapan
pagi, makan siang dan makan malam adalah minuman berlabel (mengandung zat
pengawet, penyedap dan pewarna) yang dikemas dalam botol atau kaleng. Setelah
mengkonsumsinya dalam rentang waktu agak lama maka ia mengalami gangguan
empedu dan ginjal. Gaya hidup dan pola makan dan minum yang salah telah
mendatangkan resiko bagi kesehatan tubuh dan jiwa mereka. Badan yang sakit telah
membuat dunia ini tidak indah lagi untuk di jalani. ―Sayangilah tubuh, lakukan pola
makan dan hidup yang sehat dan cintailah organ tubuh mu‖. Mungkin demikianlah
anjuran dan nasehat orang yang sedang dilanda penyakit serta gangguan organ tubuh
terhadap orang lain.
Untuk hidup sehat, kita pemeluk Islam sangat tepat bila mengikuti anjuran dan
cara hidup Rasullullah SAW. Dalam sejarah nbi diketahui bahwa Nabi selalu tidur
57. lebih awal, tidak menyukai aktifitas begadang. Dan bangun malam untuk beribadah
pada Sang Pencipta langit dan bumi- shalat tahajjud dan inipun dilaksanakan untuk
mencapai kesucian dan kebersihan jiwa. Rasullulah, para ahabat dan banyak orang
sholeh menghindari (mengharamkan) khamar- minuman keras- menjauhi rokok,
melaksanakan puasa sunat dan kalau makan maka berhenti sebelum kenyang.
Banyak minum air putih, mengkonsumsi makanan berserat, kaya vitamin dan
protein bisa membuat tubuh sehat. Cukup olah raga, cukup istirahat dan cukup tidur
adalah anjuran cara hidup sehat dari dunia kesehatan yang selalu up to date. Bila kita
telah melaksanakan pola dan cara hidup sehat yang demikian, namun tiba-tiba kita
sakit- mengalami gangguan organ, barangkali inilah yang dikatakan sebagai takdir
yang harus kita terima dengan sabar dan tawakal. Namun secara umum bahwa pola
hidup yang sehat akan mendatangkan berkah kesehatan bagi kita, merasa bugar dan
sehat selalu. Kini lakukanlah pola hidup sehat karena harga kesehatan tubuh itu sangat
mahal.
58. 9. Semangat Eksplorasi
Kata lain dari ―eksplorasi‖ adalah menjelajah. Kegiatan eksplorasi tentu saja
banyak dilakukan oleh petualang dan pengembara. Kisah –kisah mereka sangat
menarik untuk dibaca dan didengar. Dalam pelajaran sejarah dan pelajaran ilmu sosial
lain, kita telah mengenal berbagai ―eksplorator hebat‖ melakukan petualangan atau
pengembaraan keliling dunia. Vasco Da Gama, Magelhein dan Ferdinan De Lessep
menjelajah lautan luas untuk memenuhi rasa ingin tahunya yang kemudian sangat
bermanfaat bagi pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Yang lain seperti
Ibnu Batutah menjelajah dan menemui negeri-negeri di benua Asia lewat jalan sutera.
Imam Al Gazali juga melakukan penjelajahan, penjelajahan spiritual. Saat senggang
ia melakukan perenungan dan menulis hingga melahirkan buku-buku, yang paling
terkenal adalah seperti buku ―Ihya Ulummiddin, Alcemy of Happiness, Ketajaman
Mata Hati‖, dan lain-lain. Kemudian Arkeolog Belanda, Dubois, juga melakukan
penjelajahan hingga menemukan fossil-fossil manusia purba Indonesia di desa Trinil,
Jawa Timur.
Bagaimana kira-kira karakter dan pribadi dari penjelajah ulung seperti ―Vasco
Da Gamma, Ferdinan De Lessep, Magelhein, Ibnu Batutah, Imam Al Gazali dan
Dubois ? Apakah mereka mempunyai karakter yang cengeng, manja, mudah putus
asa, suka mengeluh, suka membuang-buang waktu dan suka hidup dengan jalan pintas
dengan motto ―hidup santai masa depan cerah‖?. Tentu saja tidak, karena pasti
mereka mempunyai karakter yang positif, seperti suka bekerja keras, mempunyai
pendirian yang teguh, percaya diri yang mantap, banyak wawasan dan pergaulan,
serta semangat pantang mundur dan berjiwa besar.
Kemudian bagaimana dengan karakter orang tua mereka sendiri ? Mereka
pasti mempunyai orang tua yang juga mempunyai peran dan pengaruh besar terhadap
59. perkembangan pribadi mereka- mengembangkan semangat percaya diri dan berjiwa
besar. Karakter penjelajah yang telah menjadikannya sebagai orang hebat adalah
karena karakternya yang kontras dengan karakter sebahagian anak-anak muda yang
hidup di seputar kita, atau mungkin karakter kita sendiri. Bagaimana karakter tersebut
? Karakter seperti senang memanjakan diri dan menghibur diri.
Misalnya, kita sering malas berjalan kaki. Menempuh jarak setengah kilometer
saja untuk pergi ke sekolah, ke kampus dan ke pasar, kita selalu mengandalkan sarana
transport umum, seperti ojek. ―wah aku letih kalau jalan kaki sendirian…, wah aku
malu dilihat orang kalau berjalan sendirian..!‖ Kalau makan dalam suatu pesta,
sebahagian masyarakat kita cenderung memperlihatkan karakter boros, mengambil
semua hidangan dan kemudian separoh jalan, berhenti makan dan membiarkan
makanan yang dipersiapkan oleh tuan rumah dengan harga mahal terbuang sia-sia,
pada hal mereka mengaku sebagai orang Islam dan sangat tahu bahwa ―almubazirun
ikhwanusy syaitan- sikap hidup mubazir adalah sahabat syeitan‖. Lagi lagi mereka
merasa malu kalau dalam pesta menghabiskan hidangan yang ada dalam piring.
Karakter negative sebahagian masyarakat kita yang lain adalah merasa takut
kalau berbeda dengan kebiasaan orang lain. Misal, risih dan malu kalau membaca di
tempat umum, malu kalau disebut sebagai orang yang sok rajin- pokoknya malu kalau
tampil berbeda dari yang lain. Karakter malu yang begini adalah sebagai karakter
yang salah tempat. Yaitu rasa malu yang menghalangi diri untuk maju.
Kemudian , karakter-karakter negative lain yang juga berkembang dalam
masyarakat kita adalah seperti karakter terlalu betah banyak menonton hingga
menghabiskan waktu selama berjam-jam di depan layar kaca untuk menonton
sinetron, iklan sampai kepada hiburan musik. Juga karakter yang mudah puas menjadi
konsumen dan karakter terlalu suka membalut diri dengan penuh kepalsuan. Sebagian
60. orang suka pamer kemewahan lewat property yang disewa atau dipinjam dari orang
lain ―hidup susah tetapi penampilan seperti toko mas berjalan‖..
Diperkirakan bahwa karakter negative yang berkembang dalam masyarakat
kita bisa jadi tumbuh sebagai dampak dari cara mendidik orang tua kita. Misalnya
akibat dari kebiasaan orang tua yang miskin dengan nilai pendidikan. Tidak
mengkondisikan anak untuk banyak melakukan hal-hal positif- pengalaman berkarya
dan berorganisasi/ bersosial di rumah hingga akibatnya anak miskin dengan life skill.
Begitu pula dengan pola mendidik orang tua yang tidak menumbuhkan budaya
berdialog atau berkomunikasi di rumah. Dimana orang tua cuma pintar menyuruh dan
memerintah sang anak semata. Karakter orang tua yang lain adalah sikap masa bodoh-
laizzes faire- atas perkembangan kognitif, sikap dan keterampilan anak-anak mereka,
dan tidak mewariskan semangat gemar bekerja keras dan sabar dalam menghadapi
lika-liku kehidupan ini.
Suatu ketika dalam tahun 1990-an, penulis berkenalan dengan teman-teman
dari Perancis (Francoise Brouquisse, Louis Deharven, dan Anne Bedos). Buat apa
mereka susah payah, berjalan jauh, menghabiskan waktu dan dana yang banyak ?.
Mereka mengatakan bahwa mereka melakukan eksplorasi sambil holiday untuk tujuan
sains dan ilmu pengetahuan. Untuk melakukan perjalanan jauh dari Perancis menuju
pedalaman Sumatera (Sijunjung, Lintau dan Halaban) mereka melengkapi diri dengan
peta topografi yang diperoleh dari museum Belanda tentang Indonesia, kemampuan
berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia- mereka juga mengenal dasar-dasar bahasa
Cina dan bahasa negara lain yang berguna saat mengunjungi negara-negara tersebut.
Juga mempersiapkan diri dalam bentuk menjaga kesehatan badan dan keuangan yang
cukup.
61. Di sela-sela waktu istirahat mereka melakukan dialog, membaca dan menulis
tentang informasi dan pengalaman yang mereka peroleh dalam perjalanan. Waktu
mereka sangat teragenda- terjadwal. Walau berasal dari negara moderen dan dari
pusat fashion di dunia, Perancis, namun mereka tampil sangat sederhana dan sangat
alami. Cara makan sangat Islami (walau mereka bukan beragama Islam)- makan tidak
mubazir (menyisakan makanan). Mereka menyukai kulit orang Indonesia sementara
sebagian orang Indonesia merasa minder dengan warna kulit sendiri dan sengaja
mekai whitening untuk memutihkan kulit ―pour quoi les gens ici aimerent a blanchir
leur peau ?- mengapa orang orang disini suka memutihkan kulit ?‖
Tentu saja juga banyak orang-orang Indonesia yang memiliki pribadi kuat dan
semangat eksplorasi yang tinggi dalam berbagai bidang kehidupan- seni, ekonomi,
social, budaya, dan agama. Kisah kisah sukses eksplorasi mereka- para tokoh- tentu
dapat kita baca lewat autobiografi mereka atau cerita dari mulut ke mulut. Lantas
bagaimana implikasi eksplorasi terhadap pendidikan ? Eksplorasi membuat seseorang
lebih cerdas, berwawasan luas dan bermental tangguh. Ekslorasi tidak harus dengan
melakukan perjalanan jauh, melintasi bukit dan gunung, menyeberangi lembah dan
lautan.
Bayi kecil yang merangkak dan mencari sesuatu tanpa henti-hentinya adalah
juga sedang melakukan eksplorasi. Seorang siswa Sekolah Dasar yang asyik
membaca kisah pertualangan tak pernah merasa terusik oleh kehadiran orang sekitar
juga sedang melakukan tamasya jiwa. Seorang remaja yang duduk dan menuliskan
buah fikiran dan pengalaman berarti mencurahkan pengalaman eksplorasinya. Ibu
rumah tangga senang menawar harga di berbagai toko juga berarti sedang melakukan
eksplorasi harga, agar tidak terjebak dalam permainan harga oleh pemilik toko. Begitu
pula dengan seorang calon sarjana (magister dan doctoral) yang bergerak dari satu
62. pustaka ke pustaka yang lain dan mengunjungi berbagai lokasi juga melakukan
eksplorasi atau melakukan pencarian. Bangun di tengah malam- bertahajut dan
bertanya jawab dalam hati tentang bagaimana seorang hamba menjalani waktu dan
mengadukannya pada Ilahi berarti sedang melakukan eksplorasi spiritual.
Pendidikan kita mungkin miskin dengan semangat eksplorasi. Di beberapa
sekolah Dasar ada kalanya para siswa seolah-olah di sekap dari pagi hingga siang dan
disuguhi hafalan- hafalan, tugas-tugas dan larangan-larangan (mengebiri rasa ingin
tahu anak) tanpa mengoptimalkan pengenalan dunia buku. Coba lihat begitu banyak
Sekolah Perpustakaan tanpa Perpustakaan dan sebahagian mereka menganggap
membaca sebagai sesuatu yang membosankan. Di bangku SMP. SMA, MA dan SMK
banyak siswa yang terbelenggu dengan latihan-latihan dan PR-PR, mengolah soal-
soal ujian agar nilai UN (Ujian Nasional) tinggi, tanpa diperkenalkan tentang
pengalaman hidup- bagaimana cara berdagang, bertani, belayar, beternak, memasak
makanan, menjadi pemimpin dalam masyarakat sehingga membuat mereka miskin
dalam life skill (keterampilan nilai hidup).
Kemudian saat studi di universitas para dosen cuma menyuguhi dengan
ratusan teori, tugas-tugas akademik dan hafalan. Malah banyak gaya belajar
mahasiswa ibarat siswa Sekolah dasar dan pelajar yang cuma tahu mencatat dan
menghafal. Hingga mereka mencadi penghafal ulung namun miskin pengalaman
langsung. Begitu tamat dari perguruan tinggi telah menjadikan mereka sebagai
pemimpi ulung yang cuma pintar menunggu seleksi masuk PNS (Pegawai Negeri
Sipil) atau menjadi pegawai rendahan di kantor swasta dan BUMN lain.
Idealnya pendidikan kita tidak harus menghafal, menyelesakan soal soal ujian
dan mengharapkan selembar ijazah atau sertifikat buat mencari kerja. Namun fenoma
adalah banyak orang belajar dan kuliah cuma mengharapkan selembar ijazah. Banyak
63. orang saat kuliah rajin ke perpustakaan, rajin baca buku, pergi kuliah dengan tas yang
penuh berisi buku-buku. Namun begitu wisuda dan selesai kuliah maka semua buku
disingkirkan dan memilih kesibukan dalam mencari gaya hidup yang lain- fashion,
otomotif walau pun otomotif seken. Sehingga banyak yang mengaku sudah sarjana
kembali menjadi melek huruf, melek ilmu pengetahuan dan gagap teknologi (gatek).
Pembodohan diri dan kristalisasi (membekunya) ilmu pengetahuan bisa menjadi
pemandangan.
Para pendidik (guru dan dosen) punya posisi penting untuk mendorong
semangat eksplorasi anak didik mereka. Tentu saja para pendidik harus lebih cerdas-
memiliki kepintaran berganda- lebih dahulu. Mereka harus melowongkan waktu di
luar jam tatap muka untuk melakukan dialog yang berkualitas, mempunyai wawasan
yang luas dan menerapkan metode belajar learning by doing, students centered,
metode inkuiri, metode debat dan metode diskusi. Bukan metode ceramah melulu,
menyuguhi materi hafalan dan menjawab soal soal UN melulu. Pendidik sangat patut
menjadi model (berbuat untuk cerdas terlebih dahulu) dan menjadi fasilitator dan
motivator.
Orang tua harus pula cerdas karena mereka punya peran dalam mendidik
anak- bukan orang tua ideal kalau cuma terlalu menyerahkan pendidikan anak pada
sekolah. Orang tua punya peran strategis dalam mendidik anak dalam memanfaatkan
waktu. Anak harus pintar belanjar dan pintar mengurus sendiri. Anak punya waktu
untuk belajar dan menikmati hiburan dan ikut melakukan aktivitas social di rumah
dan di lingkungan agar tidak kuper (kurang pergaulan) dan miskin pengalaman dan
wawasan.
Bagi mahasiswa, IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tinggi tidak punya arti
kalau sikap mental tidak mendukung (susah berkomunikasi, takut mengambil resiko,