3. Introduction
Al-Quran menggambarkan, ada 2 cara Allah SWT
mengajar manusia, yaitu:
1. Pengajaran langsung yang disebut wahyu / ilham.
2. Pengajaran tidak langsung. Cara yang terakhir ini
berarti bahwa Allah mengajar manusia melalui
media, yaitu fenomena alam yang Dia ciptakan.
Allah menciptakan alam dan segala isinya serta
hukum yang berlaku padanya. Alam menyimpan
banyak rahasia ilmu pengetahuan. Tugas manusia
untuk mempelajarinya sehingga menemukan sistem
hukum alam tersebut yang selanjutnya dapat
digunakan bagi kepentingan hidup manusia.
4. Sumber Ilmu
Maka pekerjaan ilmuan hanya mencari dan menemukan
hukum atau teori yang Allah telah tentukan berlaku pada
alam, bukan menciptakan hukum atau teori tersebut.
Inilah makna Allah mengajar manusia melalui alam dan
segala isinya.
Bagi kaum sekuler, ilmu itu dibentuk atas dasar fakta
empiris atau indrawi tanpa menghiraukan sumbernya,
yaitu Allah. Sedangkan dalam perspektif Islam, ilmu itu
bersumber dari Allah , maka Dia menjadi pusat utama
dalam pembelajaran dan penelitian. Mencari ilmu atau
pengetahuan berarti mengkaji sifat-sifat Tuhan dan
perbuatan-Nya yang terlukis pada sketsa alam, yang
mesti disingkap oleh manusia dari berbagai rahasia alam.
5. Rasio
Banyak ayat al-Quran yang mendorong manusia agar
mempelajari fenomena alam, seperti unta, angkasa, bumi,
gunung (QS. Al-Ghasyiyah: 17-20).
Mendapat Ilmu MELALUI RASIO, misalnya dapat dilihat
dalam QS. Al-Mu’minun: 12-16 yang berbicara tentang
embriologi dan penjelasan proses kejadian dan perjalanan
hidup manusia. Ayat itu menggambarkan metode analogi
(qiyas) untuk mendapatkan ilmu dan selanjutnya
keyakinan, yaitu dengan membandingkan sesuatu yang
lebih sulit dengan yang lebih mudah (qiyas awlawi). Jika
Allah kuasa mengubah tanah menjadi manusia, maka
tentu Dia lebih kuasa lagi mengumpulkan kembali sesuatu
yang telah ada walaupun telah rusak.
6. Empiris
Mendapatkan ilmu melalui METODE EMPIRIS, dapat
dilihat misalnya dalam berbagai ayat yang mendorong
manusia memperhatikan fenomena alam, seperti QS. Ali
‘Imran: 137 َف ِضْرَ ْاْل يِف واُيرِسَف ٌنَنُس ْمُكِلْبَق ْنِم ْتَلَخ ْدَقِبِِّذَكُمْلا ُةَبِقَاع ََانك َفْيَك واُرُظْناَين
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah;
karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (para Rasul).
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan
konsisten, kajian empiris perlu dianalisis dengan
penalaran rasional, dan penalaran rasional perlu
didasarkan atas pengalaman empiris.
Al-Quran mengajarkan bahwa, empiris dan penalaran
rasional mesti dikombinasikan.
7. Ilham
Menurut perspektif al-Quran, pengetahuan tidak
hanya didapatkan melalui empiris atau pengalaman
indrawi serta penalaran rasional semata, tetapi juga
bisa didapatkan melalui ilham.
Bahkan menurut Imam al-Ghazali, ilham merupakan
jalan pengetahuan yang benar, ia dapat
mengantarkan manusia kepada ‘ilmal yaqin, yaitu
sesuatu yang diketahui yang tidak lagi mengandung
keraguan. Untuk mendapatkan pengetahuan melalui
ilham (al-ta’allum al-rabbani) adalah ditempuh
dengan jalan mujahadah dan riyadhah, yaitu dengan
mendekatkan diri kepada Allah.
8. Prinsip Pembelajaran
Ada 3 prinsip yang mesti diimplementasikan dalam proses
pembelajaran (menurut Ishaq Ahmad Farhan):
Semua ciptaan ini mempunyai tujuan.
Prinsip kesatuan baik alam, manusia, maupun kehidupan.
Prinsip keseimbangan (al-ittizan)
Sepantasnya kurikulum dan silabus disusun berdasarkan
prinsip tersebut. Ia perlu menggambarkan kepada siswa,
bahwa segala yang ada ini diciptakan mempunyai tujuan,
terbentuk dalam suatu kesatuan yang tidak terpisahkan serta
keseimbangan. Ini akan menghasilkan output yang
menghargai lingkungan dan menghormati sesama.
Abduh mengatakan, “Apabila orang sudah terdidik, maka ia akan
mencintai dirinya demi kecintaannya kepada orang lain, dan ia akan
mencintai orang lain demi kecintaannya terhadap dirinya sendiri”.
10. Terjadinya proses belajar tidak selalu harus ada
orang yang mengajar.
Kegiatan belajar tak dapat diwakili orang lain, harus
dialami sendiri oleh si belajar.
Mengajar merupakan upaya untuk membuat orang
lain belajar.
Peran utama (dosen/guru, tutor, Instruktur) adalah
menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar
pada si belajar .
Pendekatan Pembelajaran berpusat pada Dosen
(Teacher Centered Approach)
Pendekatan Pembelajaran berpusat pada Mahasiswa
(Student Centered Approach)
11. Saling Berinteraksi Saling membantu
Semua
saling
berbicara
Asyik dengan
apa yang
dikerjakan
Berbagi materi
Saling bertanya/
menjawab
12. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Pengertian Strategi Pembelajaran PAI adalah suatu strategi
yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum
dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama
dengan bahan-bahan tersebut untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.
Strategi Pembelajaran merupakan bagian dari MODEL
PEMBELAJARAN (yaitu kerangka dasar pembelajaran yang
dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai
karakteristik kerangka dasarnya). Posisi hierarkisnya sbb.
13.
14.
15.
16. Membedakan istilah pendekatan, strategi, metode,
teknik, taktik dan model pembelajaran
PENDEKATAN PEMBELAJARAN :
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
STRATEGI PEMBELAJARAN :
Merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya
bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam
suatu pelaksanaan pembelajaran .
17. Membedakan istilah pendekatan, strategi, metode,
teknik, taktik dan model pembelajaran
METODE PEMBELAJARAN :
Dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Contoh : Ceramah, demonstrasi, diskusi,
simulasi, laboratorium, brainstorming, debat, seminar,
bermain peran (role play), studi kasus, etc.
TEKNIK PEMBELAJARAN :
Dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Contoh: Penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
18. TAKTIK PEMBELAJARAN :
Merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode
atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual
Contoh : Terdapat dua orang sama-sama menggunakan
metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam
taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu
cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang
dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang
satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu.
MODEL PEMBELAJARAN :
Merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
19. Metode Mengajar Perspektif al-Quran
1. Metode al-Hikmah, Maw’idhah al-Hasanah, al-
Mujadalah. QS. al-Nahl: 125.
ِع ْوَمْلاَو ِةَمْك ِحْلاِب َكِِّبَر ِلـــْيِبَس ـىِٰلا ُعْدُاالِب ْمُُْلِداَََو ِةـَنَسَحْلا ِةـــَظَيِه ْيِت
َْنع لَض ْنَمِب ُمَلْعَا َوُه َكبَر ِنا ُـنَسْحَاَتُُْمْلاِب ُمَلْعَا َوُهَو هِلـــْيِبَسَنْيِدـــــ
Ada memahami metode harus disesuaikan dengan sasarn dakwah.
Terhadap CENDIKIAWAN yang memiliki intelektual tinggi
diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni
berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian
mereka.Terhadap kaum AWAM diperintahkan untuk menerapkan
mau’izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang
menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang
sederhana. Sedang, terhadap AHL AL-KITAB dan penganut agama-
agama lain yang diperintahkan menggunakan jidal ahsan/
perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan logika dan
retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.
20. Metode Mengajar Perspektif al-Quran
2. Metode Amtsal (Perumpamaan). QS. al-Nahl: 75-76
َلَع ُِردْقَي ال ًاوكُلْمم ًادْبَع ًالَثَم ُ ِّاّلل َبَرَضًاقْز ِر انِم ُهاَنْقَزر نَمَو ٍءْيَش ىَوَُُف ًانَسَح
ُدْمَحْلا َونُوَتْسَي ْلَه ًارَََُْو ًاِّرِس ُهْنِم ُقِفنُيَونُمَلْعَي َال ْمُهُرَثْكَأ ْلَب ِ ِّ ِّلل
Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang
tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki
yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara
sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji
hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui.
َال ُمَكْبَأ اَمُهُدَحَأ ِنْيَلَُر ًالَثَم ُ ِّاّلل َبَرَضَوَع ٌّلَك َوُهَو ٍءْيَش َىَلَع ُِردْقَياَمَنْيَأ ُهال ْوَم ىَل
نَمَو َوُه يِوَتْسَي ْلَه ٍرْيَخِب ِتْأَي َال ُّهََُِِّوُياَر ِص ىَلَع َوُهَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَيٍيمِقَتْسُّم ٍط
Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu,
tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke
mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan
suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat
keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?
21. Metode Mengajar Perspektif al-Quran
Kedua ayat ini menggambarkan pesan ketauhidan, betapa
indahnya mengesakan Allah, dan betapa jeleknya syirik. Allah
menggambarkan patung yang disembah orang-orang musyrik
bagaikan budak yang tiada berdaya; kehidupannya dikendalikan
dan ia tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan sedikitpun.
Disisi lain, Allah menggambarkan Zat-Nya bagaikan orang
merdeka, Allah bisa berbuat apa saja dan bahkan dapat
membantu siapa saja. Allah Maha Kuasa, sedangkan ptung itu
makhluk yang lemah dan tidak dapat mendatangkan manfaat
serta madharat bagi manusia. Syirik juga bagaikan orang bisu
yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa, bahkan menjadi beban
bagi orang lain. Sedangkan tauhid bagaikan orang yang berada
dalam jalan kebenaran dan berbuat keadilan.
Manfaat metode amtsal bertujuan membuat peserta didik lebih
mudah mencerna pesan-pesan ketauhidan dan mudah paham.
22. Metode Mengajar Perspektif al-Quran
3. Metode Cerita. QS. al-Baqarah: 67-73.
نَأ ْمُكُرُمْأَي َاّلل نِإ ِهِم ْوَقِل ىَسوُم َلاَق ْذِإَوَنُذ ِختَتَأ واُلاَق ًةَرَقَب واُحَبْذَتُذُوعَأ َلاَق اًوُزُه ا
َينِلََُِْلا َنِم َُونكَأ ْنَأ ِاّللِب{67}ل نِِّيَبُي َكبَر اَنَل ُعْدا واُلاَقُقَي ُهنِإ َلاَق َيِهاَم اَنُلو
َذ َنْيَب ٌانََوع ٌرْكِب َالَو ُض ِارَف ال ٌةَرَقَب اَُنِإَونُرَمُْْتاَم واُلَعْافَف َكِل
Kisah di atas merupakan metode penyampaian materi akhlak
dan akidah. Sikap Bani Israil terhadap nabi Musa sepatutnya
jangan ditiru, karena termasuk perilaku tercela. Seharusnya
mereka mempercayai ucapan Rasul, bukan menantangnya
untuk membuktikan.
4. Memulai Pembelajaran dengan Bertanya.
Istifham (bertanya) akan memotivasi pembaca atau
pendengarnya agar berpikir atau mendengarkan apa yang
akan dibicarakannya setelah pertanyaan tersebut. Misalnya
QS. al-Ma’un: 1-3 ا ُّعُدَي ِيذال َكِلَذَف ِِّينِدالِب ُبِِّذَكُي ِيذال َْتيَأَأرْسِمْلا ِامَعَط ىَلَع ُّضُحَي الَو َميِتَيْلينِك
23. Metode Mengajar Perspektif al-Quran
5. Metode Tawshiyah. QS. Al-Baqarah: 132-133
Tawshiyah adalah berjanji atau berwasiat. Jika
dinisbatkan kepada Allah, maka artinya mewajibkan atau
memerintahkan, seperti ayat Yushikumuullahu fi awladikum ...
نِإ يِنَب اَي ُب ْوُقْعَي َو ِهْيِنَب ُمْيِهاَرْبِإ اَُِب ىص َوَونُت ْوُمَت َالَف َنْيِِّدال ُمُكَل ىَفَطْصا َهللَو الَإن ْوُمِلْسُّم مُتْنَأ
َبِل َلاَق ْذِإ ُت ْوَمْلا َب ْوُقْعَي َرَضَح ْذِإ َءَادَُُش ْمُتْنُك ْمَأَن ا ْوُلاَق ِْيدْعَب نِم َن ُْودُبْعَت اَم ِهْيِنِإ ُدُبْعَكِئاَبآ َهَلِإ َو َكََُل
ُهَل ُنْحَن َو ًاد ِاحَو اًَُلِإ َاقَحْسِإَو َلْيِعاَمْسِإ َو َمْيِهاَرْبِإَن ْوُمِلْسُم
Ibrahim dan Ya’qub mengajari anaknya tentang konsisten dalam Islam, dan
kemestian menyembah Allah. Kedua Nabi ini mengajar anak-anaknya
dengan teknik tawshiyah. Menjelang wafatnya, Nabi Ya’qub masih mengajari
anaknya dengan menggunakan teknik tanya jawab, seperti bunyi ayat 133.
Metode tawsiyah ini mirip dengan metode ceramah, tetapi dalam
penggunaannya mesti bernuansa pesan, dengan cara memanggil orang-orang
yang akan diberi pesan. Hal ini penting guna menggugah perhatian dan rasa
ketertarikan peserta didik terhadap isi pesan yang akan disampaikan. Teknik
Tawsiyah juga digunakan oleh Luqmanul Hakim terhadap anak-anaknya.
24. Metode Mengajar Perspektif al-Quran
6. Metode Karya Wisata
Term yang digunakan al-Quran adalah siru fil ardh
(berjalanlah dim uka bumi), dan afalam yasiru fil ardh.
Misal, QS. al-Hajj: 45-46
َُِف ٌةَمِلاَظ َيِهَو اَهاَنْكَلْهَأ ٍةَيْرَق ْنِم ْنِِّيََأكَفَعُم ٍرْئِبَو اَُِشوُُرع ىَلَع ٌةَيِواَخ َيٍْرصَقَو ٍةَلط
ٍديِشَم(٤٥)ُلُق ْمَُُل َُونكَتَف ِضْاْلر يِف واُيرِسَي ْمَلَفَأْسَي ٌانَذآ ْوَأ اَُِب َونُلِقْعَي ٌوبَونُعَم
ُلُقْلا ىَمْعَت ْنِكَلَو ُارَصْباْل ىَمْعَت ال اَُنِإَف اَُِبُِوردُّصال يِف يِتال ُوب(٤٦(
Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena penduduknya dalam
keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunan dan (betapa banyak pula)
sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya),
Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat
memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta,
tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.
Dengan wisata ilmiah diharapkan dapat memberikan pencerahan pada
hati, mata, telinga dan jiwa peserta didik lewat bukti-bukti nyata
peristiwa sejarah , dan tentu kesannya akan sangat kuat.
25. Metode Mengajar Perspektif al-Quran
7. Metode Umpan Balik. QS. al-Baqarah: 31-33
ْلا ىَلَع ْمَُُضََرع مُث اَُُلك َءاَمْساْل َمَدآ َمَلعَوْسَأِب يِنُوئِبْنَأ َلاَقَف ِةَكِئالَمْنِإ ُِالءَْه ِاءَم
َينِقِداَص ْمُتْنُك*َتْمَلع اَم الِإ اَنَل َمْلِع ال َكَناَحْبُس واُلاَقْلا ُميِلَعْلا َتْنَأ َكنِإ اَنُميِكَح*َلاَق
ْمُهَأَبْنَأ امَلَف ْمُِِئاَمْسَأِب ْمُُْئِبْنَأ ُمَدآ اَيِِّنِإ ْمُكَل ْلُقَأ ْمَلَأ َلاَق ْمُِِئاَمْسَأِبَبْيَغ ُمَلْعَأ ي
ُتْنُك اَمَو َُوندْبُت اَم ُمَلْعَأَو ِضْاْلرَو ِتاَاوَمالسَونُمُتْكَت ْم
Ada 4 aspek penting:
a. Pengajaran dari Allah SWT kepada Nabi Adam As. Allah
sebagai pendidik, dan Nabi Adam sebagai peserta didik.
b. Aspek bahan ajar, yaitu nama-nama benda seluruhnya yang
ada di alam raya ini.
c. Bentuk umpan balik, yaitu perintah Allah kepada Adam
agar menginformasikan kembali ilmu yang pernah
diajarkan kepadanya di hadapan para Malaikat. Ini mirip
seperti ujian plus asistensi.
d. Aspek hasil umpan balik. Tampil dalam bentuk penguasaan
Nabi Adam secara prima terhadap pengetahuan yag telah
diajarkan Allah kepadanya.