SlideShare a Scribd company logo
1 of 76
SOSIOLINGUISTIK
Pengertian sosiolinguistik
Language in society
Fishman : who speak, what language, to whom, when, to what
end.
S (settings) P (partisipan) E (ends) A (act) K (key) I
(instrumentalities) N (norm) G (genre)
Ilmu antardisiplin yang mempelajarai bahasa dalam kaitan
penggunaan bahasa tersebut di dalam masyarakat.
MASALAH –MASALAH SOSIOLINGUSITIK
 Nababan (1991:4)
 1.bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bhs.
 2.repertoire bahasa
 3.kedwibahasaan
 4.fungsi masyarakat bhs. Dan profil sosiolinguistik
 5.penggunaan bahasa
 6.sikap bahasa
 7.perencanaan bahasa
 8.interaksi sosiolinguistik
Bahasa dan Budaya
 Sapir-Whorf : Jalan pikiran dan kebudayaan suatu
masyarakat ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur
bahasanya.
 Piaget : Budaya (pikiran-kognisi) akan membentuk
bahasa seseorang (teori pertumbuhan kognisi)
 Vigotsky (sarjana Rusia), berbendapat bahwa
perkembangan bahasa lebih awal satu tahap sebelum
berkembangnya pemikiran (budaya) yang kemudian
keduanya bertemu sehingga melahirkan pikiran
berbasa dan bahasa berpikir.
BUDAYA
 Budaya (Sansekerta) = Budhayah-Buddhi = budi/Akal.
 Budaya (Inggris) = culture-colore = mengolah/mengerjakan
 Budaya = Hasil karya, rasa, dan cipta, hingga keseluruhan sistem gagasan
manusia.
 Edward Burnett Tylor, kebudayaan adalah sistem kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian , moral, hukum, adat
istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
 Dan menurut William H. Haviland, arti budaya merupakan sebuah
seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh sekelompok
anggota maupun para anggota masyarakat. Apabila dikerjakan oleh orang-
orang tersebut, maka akan melahirkan suatu perilaku yang dipandang
layak atau pantas diterima oleh semua masyarakat.
 Menurut Emile Durkheim dalam gagasan kolektifnya, dengan kemampuan
panca inderanya setiap individu mampu menangkap pengalaman, rasa,
atau sensasi yang ada di sekitarnya. Pengalaman, rasa, dan sensasi itu
kemudian diwujudkan (direpresentasikan) dalam bentuk gagasan-gagasan
yang disebut individual representation. Kemudian, seringkali individual
representation ini dijadikan sebagai pedoman hidup untuk segala tingkah
lakunya. Karena manusia hidup bersama, maka gagasan-gagasan individu
tadi dikombinasikan dengan gagasan orang lain, yang disebut sebagai
gagasan kolektif. Gagasan kolektif inilah dalam arti yang lebih luas
menjadi sebuah kebudayaan.
 "Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. Kebudayaan
banyak sekali macamnya. Menjadi pertanyaan apakah agama itu
suatu ciptaan manusia atau bukan. Keduanya bagi saya bukan soal.
Agama adalah juga suatu kebudayaan karena dengan beragama
manusia dapat hidup dengan senang. Karenanya saya katakan
agama adalah bagian daripada kebudayaan...“ (Moh. Hatta)
Budaya (Koentjaraningrat)
Kerangka
Kebudayaan
wujud
Gagasan
Perilaku
Fisik/benda
Isi
Bahasa
Teknologi
Ekonomi
Organisasi
sosial
Pengetahuan
Religi dan
kesenian
Mental menarabas : keinginan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
tanpa keinginan untuk belajar. Ex : Bahasa Indonesia dianggap bisa tanpa
belajar
Tuna harga diri : tidak menghargai milik sendiri, tapi menghargai milik orang
lain. Ex. Welcome, exit, pus, dll.
Menjauhi disiplin : malas mengikuti kaidahbahasa
Sifat latah/ikut-ikutan : mengikuti ucapan orang lain, meski salah.
HAKIKAT BAHASA
 1.Bahasa adalah sebuah sistem
 2.Bahasa berwujud lambang
 3.Bahasa berwujud bunyi
 4.Bahasa bersifat arbitrer
 5.Bahasa bermakna
 6.Bahasa konvensional
 7.Bahasa unik
 8.Bahasa universal
 9.Bahasa produktif
 10.Bahasa dinamis
 11.Bahasa bervariasi
 12. Bahasa manusiawi (Chaer, 1993:33)
BAHASA
 Pengertian
 Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer dipergunakan oleh masyarakat
untuk bekerja sama berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,
1993:12)
KEGUNAAN SOSIOLINGUISTIK
 Untuk berkomunikasi dan berinteraksi
 Dalam pengajaran bahasa di sekolah mempunyai peranan besar
dalam kajian internal bahasa, menjelaskan penggunaan kata ganti.
 Di negara-negara multilingual muncul masalah-masalah politis
sehubungandengan pemakaianbahasa untuk keperluan
menjalankan administrasi negara dan pembinaan bahasa.
FUNGSI BAHASA
 Finochiaro,1974-Halliday, 1973 -Jacobson
 Personal -personal -emotif
 Direktif -instrumental -retorical
 Interpersonal -interaksional -fatik
 Referensial -representasional -kognitif
 Metalingual -imaginatif -metaling.
 Imaginatif -regulatory -poetic
-heuristik
HAKIKAT KOMUNIKASI
 Tiga komponen dalam proses komunikasi
 1.pihak yang berkomunikasi (pengirim dan penerima informasi)
 2.informasi yang dikomunikasikan
 3.alat yang digunakan dalam komunikasi
JENIS KOMUNIKASI
 A.Komunikasi verbal atau komunikasi bahasa adalah komunikasi yan
menggunakan bahasa sebagai alatnya
 B.Komunikasi nonverbal atau komunikasi yang menggunakan alat bukan
bahasa seperti bunyi peluit, cahaya lampu, semafor, alat komunikasi dalam
masyarakat hewan.
ALAT KOMUNIKASI
 Alat komunikasi terdiri dua aspek yaitu aspek linguistik dan aspek
nonlinguistik atau paralinguistik. Aspek linguistik mencakup tataran fonologi,
morfologi, dan sintaksis, semantik. Aspek paralinguistik mencakup kualitas
ujaran, unsur suprasegmental ( tekanan(stress), nada(pitch), dan intonasi,
jarak dan gerak-gerik tubuh, rabaan.
VERBAL REPERTOIRE DAN MASYARAKAT
TUTUR
 Bahasa dan Tutur
 Ferdinand de Sausure (1916) membedakan langage,
langue, dan parole. Langage bahasa sebagai sistem
lambang bunyi. Langue sistem lambang bunyi yang
digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat
tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi.Parole
bersifat konkret pelaksanaan dari langue dalam
bentuk ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh
anggota masyarakat.misalnya, penduduk Garut selatan
di Karawang dan di lereng G.Salak Bogor satu
masyarakat bahasa dalam satu bahasa karena mereka
mengerti alat-alat verbalnya.Sama dengan penduduk
yang ada di Semarang, Sby, Banyumas satu bahasa dan
satu masyarakat bahasa.
 Berbeda kasus ada dua masy. Bhs.yang saling mengerti, tetapi mengaku
menggunakan dua bahasa yang berbeda dengan nama berbeda.Misalnya,
penduduk Malaysia dengan Indonesia saling mngerti karena secara linguistik
ada kesamaan sistem dan sbsistem diantara kedua parole yang digunakan.
Penamaan tidak didasarkan pada linguistik tetapi secara politis.
Pesan
Ujaran
Penerima
Pesan
Dekoding
Gangguan
Enkodin
g
Pengirim
Pesan
Umpan Balik
KOMUNIKASI BAHASA
IDIOLEK DAN VERBAL REPERTOIRE
 Setiap orang secara konkret memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam
bebahasa(volume suara, pilihan kt, penggunaan unsur bahasa yang lain. Ciri
khas bhs. Seseorang disebut idiolek.
 Verbal repertoire dalah kemampuan seseorang menguasai bahasa beserta
ragam-ragamnya.
 Verbal repertoire ada dua jenis verbal repertoire individu dan verbal
repertoire kelompok. Verbal repertoire individu adalah alat-alat verbal yang
dikuasai oleh seorang penutur termasuk memilih norma sosial yang sesuai
dengan situasi dan fungsinya. Verbal repertoire kelompok adalah keseluruhan
alat-alat verbal yang ada dalam suatu masyarakat beserta norma untuk
memilih variasi sesuai dengan konteksnya.
MASYARAKAT TUTUR
 Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat yang mempunyai
verbal repertoire yang relative sama serta mereka mempunyai
penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa
yang digunakan.
 Fishman (1976:28) masyarakat tutur ialah suatu masyarakat yang
anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur
besert norma-norma yang sesuai dengan pemakaiannya.
PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK TUTUR
 Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat
berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung,
maka dalam setiap proses komunikasi terjadilah peristiwa tutur, tindak tutur
dalam satu situasi tutur.
 Peristiwa tutur (Speech Event) terjadinya atau berlangsungnya interaksi
linguiatik dalambentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu
penutur dan lawan tutur, satu pokok tuturan, waktu, tempat, dan situasi
tertentu.
 Dell Hymes (1972) dalam peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen
SPEAKING (setting, participant, ends, act sequence, key, instrumentalitis,
norms, genre).
 Tindak tutur gejala individual bersifat psikologisdan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan
bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Peristiwa tutur dan tindak tutur merupakan dua gejala
yang terdapat pada satu proses yakni proses
komunikasi. Peristiwa tutur termasuk gejala sosial
sedangkan tindak tutur termasuk gejala individual.
Interferensi Leksikon
 Dalam bahasa Indonesia cukup banyak kata-kata yang diserap dalam bahasa
asing maupun bahasa daerah, misalnya: lestari, tunggal, tangguh (Jawa),
heboh, runyam, lamun (Sunda), cengeng, jorok, berengsek (Jakarta), cek,
klop, start (Inggris), doorloop, stang, klakson (Bld)
Interfernsi tatamakna
 Perluasan(ekspansif)
 Penambahan (Aditif) unkel, paman
 Replasif/perubahan nilai makna, sahaya menjadi saya
INTEGRASI
 Haugen(1972:477) integrasi sebagai kebiasaan memakai materi dari suatu
bahasa ke dalam bahasa lain.
 Integrasi cenderung sebagai gejala bahasa, dapat terjadi pada setiap anggota
masyarakat, peristiwanya dianggap bukan sebagai suatu penyimpangan.
Istilah tindak tutur
 Tindak tutur diperkenalkan oleh J.L. Austin (1956) dibukukan oleh J.O.
Urmson (1965) How to do thing with word terkenal dalam studi Searle (1969)
Kasus tindak tutur
 Seorang lelaki tua bertanya kepada penjaga toko peti mati. “ Berapa harga
peti mati yang penuh ukiran ini?” seratus lima puluh ribu, Tuan, jawab si
penjaga toko.” Bukan main mahalnya!” ujar lelaki tua tsb.” tapi, Tuan saya
jamin pasti peti mati ini tidak akan membuat Tuan kecewa, karena sekali
tuan masuk kedalamnya tuan tidak akan punya keinginan untuk keluar lagi,
kilah si penjaga toko”.
Variasi bahasa
 Variasi bahasa ada dua pandangan yaitu:
 Variasi atau ragam dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur
dan fungsi bahasa
 Variasi atau ragam bahasa itu sudah memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masya. Beragam
 Hartman dan Strok (1972) Latar belakang geografis dan sosial penutur,
medium yang digunakan, pokok pembicaraan
 Preston dan Shuy (1979) penutur, interaksi, kode, realisasi
 Halliday (1990) dialeg dan register
 Mac David (1969) dimensi regional,dimensi sosial, dimensi temporal
 Chaer (2003) Variasi berdasarkan penutur dan penggunaannya
Variasi dari segi penutur
 Idiolek
 Dialek
 Kronolek/dialek temporal
 Sosiolek/dialek sosial
Dialek sosial/sosiolek
 Akrolek adalah var sosial yang lebih bergengsi dari var sosial lain
 Basilek adl var sosial yang dianggap paling rendah (kromo ndeso)
 Vulgar Adl var sosial yang digunakan kalangan yang tidak berpendidikan.
 Slang adl Var sosial yang bersifat khusus dan rahasia
 Kolokial adl var sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari
 Jargon variasi sosial yang digunakan sevara terbatas oleh kelompok-kelompok
tertentu, tidak rahasia
 Argot adl var sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi tertentu
bersifat rahasia (copet, pencuri)
 Ken adl var sosial yang bernada memelas (pengemis)
Variasi dari segi pemakaian,keformalan,
sarana
 Fungsiolek/register adl menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan
atau bidang apa (Jurnalistik, militer)
 Martin Josh Membagi 5 macam variasi, Frozen(Beku), Resmi(Formal),
Konsultatif (Usaha), Casual (santai), dan intimate(akrab)
 Variasi bahasa dilihat dari segi sarana atau jalur ada 2 yaitu lisan dan tulis
Jenis bahasa
 Berdasarkan sosiologis (Fishman, 1968) standardisasi, otonomi, historisitas,
vitalitas
 Berdasarkan sikap politik, bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan
bahasa persatuan.
 Berdasarkan tahap pemerolehan, bahasa ibu, bahasa pertama, bahasa kedua,
dan bahasa asing.
Bilingulisme dan diglosial
 Apabila dua bahasa atau lebih dipergunakan secara bergantian
oleh penutur yang sama, maka bahasa-bahasa tsb dalam keadaan
saling kontak
 Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual
 Individu-individu tempat terjadinya kontak bahasa disebut
dwibahasawan
 Peristiwa pemakaian 2 bahasa atau lebih secara bergantian oleh
seorang penutur disebut kedwibahasaan
Kedwibhasaan dan Dwibahasawan
 Kedwibahasaan dartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan 2 bahasa yang sama baiknya oleh
seorang penutur (Bloomfield)
 Mackey, 1962, Fishman, 1975, penggunaan 2 bahasa
oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan
orang lain secara pergantian.
 Haugen (1968) kedwibahasaan sebagai tahu 2 bahasa
artinya seorang dwibahasawan tidak harus menguasai
secara aktif 2 bahasa
 Mackey, Wolff (1974) ciri utama kedwibahasa adl
dipergunakannya 2 bahasa atau lebih oleh seorang
atau kelompok, tetapi kedua bahasa itu tidak
mempunyai peranan sendiri-sendiri di dalam masy.
Pemakai bahasa. Di Montreal Canada disana bahasa
Inggris dan Perancis di pergunakan secara
berdampingan dan sejajar.
Diglosia
 Gambaran peristiwa dimana 2 variasi dari 1 bahasa hidup berdampingan
didalam suatu msya. Dan masing-masing mempunyai peranan tertentu
(Ferguson, 1972)
 Fishman, 1975, Diglosia adl suatu masy. Yang mengenal 2 bahasa atau lebih
untuk berkomunikasi diantara anggota-anggotanya
 Ferguson mengambil kasus yang terjadi di Haiti dan Arab.
 Haiti adl slh satu neg di Pasifik bekas jajahan Perancis disana terdapat 2
bahasa: Kreole Haiti sebagai bahasa ibu penduduk asli dan Bahasa Perancis
sebagai bahasa warisan penjajahnya
 Arab terdapat 2 var bahasa yaitu bahasa Arab klasik (standar) dan bahasa Arab
pergaulan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Hubungan timbal balik anatara
kedwibahasaan dan diglosia
 Fishman (1975) menyebut 4 jenis masy tutur. Masy yang diglosik dan
dwibahasawan (Paraguay). Masy yang diglosik tetapi tak dwibahasawan, cont:
di Eropa sebelum PD I. Msy tutur yang dwibahasawan tetapi tak diglosik
(Montreal Canada). Masy yang dwibahasawan dan yang diglosik
Interferensi dan integrasi
 Interferensi adl adanya perubahan sistem bahasa sehubungan
dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur
bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
 Dalam proses interferensi terdapat 3 unsur yang mengambil
peranan yaitu bahsa sumber/ bahasa donor, bahasa penyerap atau
resipien dan unsur serapan atau importasi
Jenis-jenis interferensi
 Tata bunyi : (Jawa, Bali, Batak, Malaysia, Singapura, dan Jepang)
 Tata bentuk : (Penambahan afik-afik dari bahasa daerah dan bahasa asing)
 Tata kalimat
 Tata kata
 Tata makna : (Perluasan/expansif, penambahan/aditif, perubahan nilai makna
replasif)
AKIBAT INTERFERNSI DAN INTEGRASI
 Jacobson (1972:49) berpengaruh terhadap sistem bahasa penerima sepanjang
ada kemungkinan pembaruan dalam sistem bahasa penerima.
 Weinrech interferensi mengandung pengertian penyusunan kembali pola-pola
dasar donor dasar-dasar menurut sistem bahasa penyerap memberikan
penegasan bagaimanapun juga sedikit banyak.
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
 Kode ialah alat komunikasi yang merupa-kan varian dari bahasa.
Dalam bahasa terkandung bermacam-macam kode. Misal, bahasa
Inggris, bahasa Indonesia terkandung bermacam-macam kode.
Perbedaan bahasa Inggris Wales dan bahasa Inggris London, Bahasa
Cina Peking dengan bahasa Cina Kanton, bahasa Indonesia Jakarta
dengan bahasa Indonesia Jawa Tengah disebut varian resional.
ALIH KODE
 Dalam bahasa Inggris Wales maupun London, bahasa Cina Peking maupun
Kanton terdapat pemakaian karena perbedaan klas sosial penutur, perbedaan
demikian menimbulkan bahasa rendah, menengah, dan bahasa tinggi disebut
varian klas sosial. Di samping itu ada bahasa Inggris standar dan nonstandar,
bahasa Cina resmi dan tak resmi, bahasa indonesia baku dan tak baku
perbedaan ragam, didalam ragam terdapat bermacam-macam gaya
misalnya,gaya sopan, gaya hormat, gaya santai, gaya serius. Apabila ada
bahasa pidato, bahasa ceramah, bahasa tajuk, bahasa iklan perbedaan ini
berupa register.
ALIH KODE
 Appel (1976:79) gejala peralihan pemakaian bahasa karena
berubahnya situasi. Didalam kode terdapat berbagai macam varian
(resional, sosial, ragam, gaya, ataupun register) maka alih kode
mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya, atau alih
register (Hymes, 1975). Alih kode merupakan aspek
ketergantungan bahasa pada masyarakat yang multilingual artinya
didalam masyarakat lingual hampir takmungkin penutur
menggunakan satu bahasa mutlak.
ALIH KODE
 Didalam alih kode penggunaan dua bahasa ditandai oleh (a) masing-masing
bahasa masih mendukung fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (b)
fungsi masing=masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan
konteksnya.
JENIS ALIH KODE
 1.Alih kode intern ialah alih kode yang terjadi antarbahasa daerah dalam satu
bahasa nasional, antar beberapa gaya dalam satu ragam, antar beberapa
dialek dalam satu bahasa daerah.
 2.Alih kode ekstern ialah alih kode yang terjadi antara bahasa asli dengan
bahasa asing.
FAKTOR PENYEBAB ALIH KODE
 Siapa yang berbicara (penutur0
 Kepada siapa (lawan tutur)
 Dengan bahasa apa
 Kapan
 Tujuan apa
 Suwito (1983:73) penyebab alih kode ialah penutur, lawan tutur, hadirnya
penutur ketiga, pokok pembicaraan, untuk membengkitkan rasa humor, dan
untuk sekedar bergengsi.
 Dalam peristiwa alih kode mungkin terjadi kontinum yaitu peralihan antara
dari kode yang satu ke kode yang lain. Kontinum sering terjadi pada alih kode
intern (antara bahasa daerah, varian, ragam, gaya, register maupunundo-
usuk. Kontinum dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan situasi sehingga
peralihan kode tidak terasa mengejutkan. Kontinum alih kode biasanya
disertai dengan peralihan kata sapaan tertentu thd interleutornya.
CAMPUR KODE
 Kachru (1978:38) pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling
memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara
konsisten.
LATAR BELAKANG CAMPUR KODE
 Berlatar belakang sikap (attitudinal type)
 Berlatar belakang kebahasaan (linguistic type). Kedua tipe saling
bergantung dan tidak jarang tumpang tindih. Atas dasar latar
belakang sikap dan kebahasaan yang saling bergantung dan
tumpang tindih dapat diidentifikasikan beberapa alasan atau
penyebab, (a) identifikasi peranan, (b) identifikasi ragam, (c)
keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Ketiga inipun saling
tumpang tindih.
 Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional.
Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa di mana penutur melakukan
campur kode yg menempatkan penutur didalam hirarkis status
sosialnya.Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan nampak karena
campur kode menandai sikap dan hubungannya thd. Orang lain dan sikap
orang lain terhadapnya.
JENIS CAMPUR KODE
 Campur kode kedalam nampak apabila seorang penutur menyisipkan unsur-
unsur bahasa daerah ke dalam bahasa nasional, unsur-unsur dialek ke dalam
bahasa daerah,atau unsur-unsur ragam dan gaya ke dalam dialeknya.
 Campur kode keluar nampak dalam unsur-unsur bahasa Belanda ke dalam
bahasa Indonesia.
BEBERAPA MACAM WUJUD CAMPUR KODE
 Penyisipan unsur berwujud kata
 Penyisipan unsur berwujud frasa
 Penyisipan unsur-unsur berwujud baster
 Penyisipan unsur-unsur berwujud perulangan
 Penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom
 Penyisipan yang berwujud klausa
BEDA ALIH KODE, CAMPUR KODE, DAN
INTERFERENSI
 Alih kode adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam oleh seorang
penutur karena sebab tertentu dan dilakukan secara sadar.
 Campur kode adalah digunakan serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam
menggunakansuatu bahasa yg mungkin memang diperlukan sehingga tidak
dianggap sebagai suatu kesalahan atau penyimpangan.
 Interferensi juga menggunakan unsur-unsur bahasa lain dalam menggunakan
suatu bahasa yg dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari
kaidah suatu bahasa yg digunakan.
SIKAP BAHASA
 Sikap (atitude) dalam bahasa Indonesia mengacu pada bentuk tubuh, posisi
berdiri yg tegap, perilaku atau gerak-gerik dan perbuatan atau tindakan
sebagai reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian.
 Sikap adalah fenomena kejiwaan, yg biasanya termanifestasi dalam bentuk
tindakan atau perilaku.
 Sikap dikaitkan dengan psikologi sosial adalahkesiapan berreaksi terhadap
keadaan atau kejadian yang dihadapi (Triandis, 1972)
 Sikap adalah kesiapan mental dan saraf, yg terbentuk melalui pengalaman yg
memberikan arah atau pengaruh yg dinamis .
SIKAP
 Lambert (1967) sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen
kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen
kofnitif berhubungan dengan pengetahuan yg merupakan kategori
yang digunakan dalam proses berpikir. Komponen afektif
menyangkut masalah penilaian baik, suka dan tidak suka.
Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai
putusan akhir kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan.
SIKAP
 Sugar (1967) perilaku ditentukan empat faktor yakni:sikap, norma sosial,
kebiasan,dan akibat yg mungkin terjadi.Dari keempat faktor kebiasaan adalah
yang paling kuat, sedangkan sikap adalah faktor yg paling lemah.
SIKAP BAHASA
 Sikap bahasa merupakan peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati
secara langsung. Sikap bahasa bisa diamati melalui perilaku berbahasa atau
perilaku tutur. Sikap bahasa cenderung mengacu bahasa sebagai sistem
(langue) sedangkan perilaku tuur lebih cenderug merujuk kepada pemakaian
bahasa secara konkret (parole),
SIKAP POSITIF DAN NEGATIF
 Dittmar (1976) pengertian sikap bahasa ditandai oleh sejunlah ciri-ciri yg
antara lain meliputi: pemilihan bahasa dalam masyarakat bilingual, distribusi
perbendaharaan bahasa, perbedaan-perbedan dialektikal dan problem-
problem yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antar individu.
 Sikap positif akan mendorongpenutur untuk sejauh mungkin mengurangi atau
menghilangkan sama sekali warna daerah atau dialeknya.
 Sebaliknya jika seorang penutur tidak pernah berusaha mengurangi apalagi
menghilangkan warna daerah atau dialek maka sikap positif belum nampak
atau sikap negatif.
SIKAP POSITIF DAN NEGATIF
 Garvin dan Mathiot (1968) sikap bahasa mengandung tiga ciri
pokok yakni, kesetian bahasa (language loyality), kebanggaan
bahasa (language pride), dan kesadaran akan adanya norma
bahasa (awareness of the norm).
 Untuk menanamkan sikap setia bahasa Halim,1975) dengan
pendidikan bahasa yang pelaksanaannya didasarkan atas asas-asas
pembinaan kaidah dan norma bahasa disamping norma-norma
sosiolinguistik dan norma-norma budaya yang hidup didalam
masyarakat bahasa yang bersangkutan.
 Lambert (1967) keberhasilan belajar bahasa sebagaisalah satu usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa sangat bergantung kepada motivasi
pelajar yang sedang berusahamenguasai bahasa tertentu.
PERUBAHAN, PERGESERAN, DAN
PEMERTAHANAN BAHASA
 Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, sesuai
dengan sifatnya dinamis, sebagai akibat persentuhan dengan kode-
kode lain.
 Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobilitas penutur sebagai
akibat perpindahan penutur atau para penutur yang menyebabkan
terjadinya pergeseran.
 Pemertahan bahasa menyangkut masalah sikap atau penilaian
bahasa untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-
tengah bahasa lain.
PERUBAHAN BAHASA
 Perubahan bahasa tidak diamati sebab perubahan sudah menjadi
sifat hakiki bahasa, berlangsung waktu yang relatif lama, sehingga
tidak mungkin diobservasi oleh seseorang yang mempunyai waktu
yang terbatas. Namun, yang dapat diketahui adalah bukti
perubahan dan terbatas pada bahasa- bahasa yang mempunyai
tradisi tulis dan mempunyai dokumen tulis seperti bahasa Inggris,
Arab, Jawa, dan bahasa lain.
 Pembagian bahasa Inggris menjadi bahasa Inggris kuno, pertengahan, dan
modern penentuan masanya relatif sebab bagaimana telah disebutkan
perubahan tidak terjadi pada satu titik tertentu, melainkan proses yg
panjang. Sama halnya proses penamaan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia.
 Perubahan bahasa lazim diartikan adanya perubahan kaidah dan
dapat terjadi pada semua tataran linguistik: fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, maupun leksikon.
 Perubahan fonologi. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi bahasa
Indonesia sebelum berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /S/ belum
dimasukkan dalam khasanah fonem bahasa Indonesia; tetapi kini
ketiga fonem itu telah dimasukkan. Bahasa Indonesia lama hanya
mengenal empat silabel, yaitu V, VK, KV, KVK, tetapi kini menjadi
KKV, KKVK, KVKK, KKKVK.
PERUBAHAN MORFOLOGI
 Prefiks me-, pe- .Kaidahnya adalah 1. apabila diikuti kata yg
dimulai dengan konsonan /l/, /r/, /w, dan /y/ tdk terjadi
penasalan; 2. kalau diikuti kata yang dimulai konsonan /p/, /b/
diberi nasal /m/; 3. bila diikuti kata yg dimulai konsonan /d/, /t/
diberi nasal /n/; 4.bila diikuti kata yang dimulai konsonan /s/
diberi nasal /ny/, dan bila diikuti kata yang dimulai konsonan /g/,
/k/, /h/, dan semua vokal diberi konsonan /ng/. Misalnya kata
nyah, bom, tik, cat.
PERUBAHAN SINTAKSIS
 Menurut kaidah sintaktik yang berlaku sebuah kalimat aktif
transitif mempunyai objek; atau dengan rumusan setiap verba
transitif diikuti oleh objek.Tetapi dewasa ini kalimat aktif transitif
banyak yang tidak dilengkapi objek,
 Reporter Anda melaporkan dari tempat kejadian.
 Sekretaris itu sedang mengetik di ruangannya.
 Dia mulai menulis sejak duduk di bangku SMP.
PERUBAHAN KOSA KATA
 Perubahan bahasa yang mudah terlihat adalah bidang kosakata. Perubahan
kosa kata dapat berarti bertambahnya kosakata baru. Penambahan kata-kata
baru dapat dengan menyerap atau penciptaan kata-kata. Dalam bahasa
Indonesia banyak dijumpai akronim ABRI, hankam, tilang, tabanas, menwa,
hulubalang, matahari, kakilima, matasapi.
PERUBAHAN SEMANTIK
 Perubahan semantik yang umum adalah perubahan pada maknabutir-butir
leksikal, berubah total, meluas, atau menyempit. Misalnya, kata pena dulu
bermakna bulu, sekarang alt tulis bertinta, kata ceramah dulu bermakna
cerewet, banyak cakap, sekarang bermakna uraian mengenai satu bidang ilmu
(berubah total; meluas pada kata papan dulu bermakna lembaran kayu tipis,
sekarang bermakna rumah, kata saudara dulu bermakna orang yang lahir dari
ibu yang sama, sekarang bisa bermakna kamu. Menyempit kata sarjana dulu
bermakna orang pandai dalam segala bidang, sekarang bermakna lulusan
perguruan tinggi.
PERGESERAN BAHASA
 Pergeseran bahasa menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh
seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi
sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke
masyarakat tutur lain.Kalau seorang penutur pindah ke tempat
lain yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan
mereka, maka akan terjadilah pergeseran bahasa. Pergeseran
bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah yang
memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik,
sehingga mengundang imigran untuk mendatanginya.
Pergeseran Bahasa
Monolingual
(B-ib)
Bilingual bawahan
(B-ib - B-in)
Bilingual setara
(B-ib - B-in)
Bilingual bawahan
(B-in – B-ib)
Monolingual
(B-in)
PEMERTAHANAN BAHASA
 Penggunaan bahasa pertama oleh sejumlah penutur dari suatu
masyarakat yang bilingual atau multilingual cenderung menurun
akibat adanya B2 yg mempunyai fungsi superior.
 Sumarsono (1990) pemertahanan penggunaan bahasa Melayu
Loloan di desa Loloan, Nagara, Bali. Penduduk loloan yg berjumlah
tiga ribu orang dan beragama Islam tidak menggunakan bahasa Bali
melainkan menggunakan menggunakan bahasa Melayu yg disebut
Melayu Loloan sebagai B1 , di tengah-tengah B2 yg lebih dominan,
bahasa Bali.
FAKTOR PENYEBAB
 Wilayah pemukiman mereka terkonsentrasi pada satu tempat yg terpisah dari
pemukiman rakyat Bali
 Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas Bali yg mau menggunakan bahasa
Melayu Loloan dalam berinteraksi golongan minoritas loloan
 Anggota masyarakat Loloan mempunyai sikap keislaman yg tidak akomodatif
terhadap masyarakat budaya dan bahasa Bali
 Adanya loyalitas yang tinggi dari anggota kelompok masyarakat loloan
terhadap bahasa Melayu Loloan sebagi konsekuensi kedudukan menjadi
lambang identitas diri masyarakat Loloan yg beragama Islam, Bli sebagai
masyarakayt yg beragama Hindu.
 Adanya kesinambungan pengalihan bahasa Melayu Loloan dari generasi
terdahulu ke generas berikutnya.

More Related Content

Similar to SOSIOLINGUISTIK

BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdfBAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdfzulaikha zubir
 
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA.pptx
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA.pptxMATA KULIAH BAHASA INDONESIA.pptx
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA.pptxAinurRofiqHafsi
 
Linguistik pembentangan
Linguistik pembentanganLinguistik pembentangan
Linguistik pembentanganWatak Bulat
 
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikKelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikRicky Subagya
 
4. ciri dan ragam bahasa.pptx
4. ciri dan ragam bahasa.pptx4. ciri dan ragam bahasa.pptx
4. ciri dan ragam bahasa.pptxQurrotaAyuNeina
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikDiana NakEmak
 
Bahasa dan fungsi bahasa 1,2.pptx
Bahasa dan fungsi bahasa 1,2.pptxBahasa dan fungsi bahasa 1,2.pptx
Bahasa dan fungsi bahasa 1,2.pptxwebotrenet
 
BAHASA DAN PIKIRAN.pptx
BAHASA DAN PIKIRAN.pptxBAHASA DAN PIKIRAN.pptx
BAHASA DAN PIKIRAN.pptxPGMIIIQ2020
 
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAUAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAMETA GUNAWAN
 
Bahasa Indonesia, Pengertian, Tujuan, Fungsi.pdf
Bahasa Indonesia, Pengertian, Tujuan, Fungsi.pdfBahasa Indonesia, Pengertian, Tujuan, Fungsi.pdf
Bahasa Indonesia, Pengertian, Tujuan, Fungsi.pdfSriUtami488326
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysisjuniato
 

Similar to SOSIOLINGUISTIK (20)

Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdfBAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
 
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA.pptx
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA.pptxMATA KULIAH BAHASA INDONESIA.pptx
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA.pptx
 
Linguistik pembentangan
Linguistik pembentanganLinguistik pembentangan
Linguistik pembentangan
 
Kajian linguistik-umum-bab-3
Kajian linguistik-umum-bab-3Kajian linguistik-umum-bab-3
Kajian linguistik-umum-bab-3
 
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikKelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori Psikolinguistik
 
Pengertian bahasa
Pengertian bahasaPengertian bahasa
Pengertian bahasa
 
4. ciri dan ragam bahasa.pptx
4. ciri dan ragam bahasa.pptx4. ciri dan ragam bahasa.pptx
4. ciri dan ragam bahasa.pptx
 
Bahasa indonesia 1
Bahasa indonesia 1Bahasa indonesia 1
Bahasa indonesia 1
 
B1
B1B1
B1
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
 
Bahasa dan fungsi bahasa 1,2.pptx
Bahasa dan fungsi bahasa 1,2.pptxBahasa dan fungsi bahasa 1,2.pptx
Bahasa dan fungsi bahasa 1,2.pptx
 
BAHASA DAN PIKIRAN.pptx
BAHASA DAN PIKIRAN.pptxBAHASA DAN PIKIRAN.pptx
BAHASA DAN PIKIRAN.pptx
 
Semiotika yohan
Semiotika yohanSemiotika yohan
Semiotika yohan
 
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKAUAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
UAS FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
 
Bahasa Indonesia, Pengertian, Tujuan, Fungsi.pdf
Bahasa Indonesia, Pengertian, Tujuan, Fungsi.pdfBahasa Indonesia, Pengertian, Tujuan, Fungsi.pdf
Bahasa Indonesia, Pengertian, Tujuan, Fungsi.pdf
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysis
 

SOSIOLINGUISTIK

  • 2. Pengertian sosiolinguistik Language in society Fishman : who speak, what language, to whom, when, to what end. S (settings) P (partisipan) E (ends) A (act) K (key) I (instrumentalities) N (norm) G (genre) Ilmu antardisiplin yang mempelajarai bahasa dalam kaitan penggunaan bahasa tersebut di dalam masyarakat.
  • 3. MASALAH –MASALAH SOSIOLINGUSITIK  Nababan (1991:4)  1.bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bhs.  2.repertoire bahasa  3.kedwibahasaan  4.fungsi masyarakat bhs. Dan profil sosiolinguistik  5.penggunaan bahasa  6.sikap bahasa  7.perencanaan bahasa  8.interaksi sosiolinguistik
  • 4. Bahasa dan Budaya  Sapir-Whorf : Jalan pikiran dan kebudayaan suatu masyarakat ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur bahasanya.  Piaget : Budaya (pikiran-kognisi) akan membentuk bahasa seseorang (teori pertumbuhan kognisi)  Vigotsky (sarjana Rusia), berbendapat bahwa perkembangan bahasa lebih awal satu tahap sebelum berkembangnya pemikiran (budaya) yang kemudian keduanya bertemu sehingga melahirkan pikiran berbasa dan bahasa berpikir.
  • 5. BUDAYA  Budaya (Sansekerta) = Budhayah-Buddhi = budi/Akal.  Budaya (Inggris) = culture-colore = mengolah/mengerjakan  Budaya = Hasil karya, rasa, dan cipta, hingga keseluruhan sistem gagasan manusia.  Edward Burnett Tylor, kebudayaan adalah sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian , moral, hukum, adat istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.  Dan menurut William H. Haviland, arti budaya merupakan sebuah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh sekelompok anggota maupun para anggota masyarakat. Apabila dikerjakan oleh orang- orang tersebut, maka akan melahirkan suatu perilaku yang dipandang layak atau pantas diterima oleh semua masyarakat.
  • 6.  Menurut Emile Durkheim dalam gagasan kolektifnya, dengan kemampuan panca inderanya setiap individu mampu menangkap pengalaman, rasa, atau sensasi yang ada di sekitarnya. Pengalaman, rasa, dan sensasi itu kemudian diwujudkan (direpresentasikan) dalam bentuk gagasan-gagasan yang disebut individual representation. Kemudian, seringkali individual representation ini dijadikan sebagai pedoman hidup untuk segala tingkah lakunya. Karena manusia hidup bersama, maka gagasan-gagasan individu tadi dikombinasikan dengan gagasan orang lain, yang disebut sebagai gagasan kolektif. Gagasan kolektif inilah dalam arti yang lebih luas menjadi sebuah kebudayaan.  "Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. Kebudayaan banyak sekali macamnya. Menjadi pertanyaan apakah agama itu suatu ciptaan manusia atau bukan. Keduanya bagi saya bukan soal. Agama adalah juga suatu kebudayaan karena dengan beragama manusia dapat hidup dengan senang. Karenanya saya katakan agama adalah bagian daripada kebudayaan...“ (Moh. Hatta)
  • 7.
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 12. Mental menarabas : keinginan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik tanpa keinginan untuk belajar. Ex : Bahasa Indonesia dianggap bisa tanpa belajar Tuna harga diri : tidak menghargai milik sendiri, tapi menghargai milik orang lain. Ex. Welcome, exit, pus, dll. Menjauhi disiplin : malas mengikuti kaidahbahasa Sifat latah/ikut-ikutan : mengikuti ucapan orang lain, meski salah.
  • 13.
  • 14.
  • 15. HAKIKAT BAHASA  1.Bahasa adalah sebuah sistem  2.Bahasa berwujud lambang  3.Bahasa berwujud bunyi  4.Bahasa bersifat arbitrer  5.Bahasa bermakna  6.Bahasa konvensional  7.Bahasa unik  8.Bahasa universal  9.Bahasa produktif  10.Bahasa dinamis  11.Bahasa bervariasi  12. Bahasa manusiawi (Chaer, 1993:33)
  • 16. BAHASA  Pengertian  Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993:12)
  • 17. KEGUNAAN SOSIOLINGUISTIK  Untuk berkomunikasi dan berinteraksi  Dalam pengajaran bahasa di sekolah mempunyai peranan besar dalam kajian internal bahasa, menjelaskan penggunaan kata ganti.  Di negara-negara multilingual muncul masalah-masalah politis sehubungandengan pemakaianbahasa untuk keperluan menjalankan administrasi negara dan pembinaan bahasa.
  • 18. FUNGSI BAHASA  Finochiaro,1974-Halliday, 1973 -Jacobson  Personal -personal -emotif  Direktif -instrumental -retorical  Interpersonal -interaksional -fatik  Referensial -representasional -kognitif  Metalingual -imaginatif -metaling.  Imaginatif -regulatory -poetic -heuristik
  • 19. HAKIKAT KOMUNIKASI  Tiga komponen dalam proses komunikasi  1.pihak yang berkomunikasi (pengirim dan penerima informasi)  2.informasi yang dikomunikasikan  3.alat yang digunakan dalam komunikasi
  • 20. JENIS KOMUNIKASI  A.Komunikasi verbal atau komunikasi bahasa adalah komunikasi yan menggunakan bahasa sebagai alatnya  B.Komunikasi nonverbal atau komunikasi yang menggunakan alat bukan bahasa seperti bunyi peluit, cahaya lampu, semafor, alat komunikasi dalam masyarakat hewan.
  • 21. ALAT KOMUNIKASI  Alat komunikasi terdiri dua aspek yaitu aspek linguistik dan aspek nonlinguistik atau paralinguistik. Aspek linguistik mencakup tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis, semantik. Aspek paralinguistik mencakup kualitas ujaran, unsur suprasegmental ( tekanan(stress), nada(pitch), dan intonasi, jarak dan gerak-gerik tubuh, rabaan.
  • 22. VERBAL REPERTOIRE DAN MASYARAKAT TUTUR  Bahasa dan Tutur  Ferdinand de Sausure (1916) membedakan langage, langue, dan parole. Langage bahasa sebagai sistem lambang bunyi. Langue sistem lambang bunyi yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi.Parole bersifat konkret pelaksanaan dari langue dalam bentuk ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh anggota masyarakat.misalnya, penduduk Garut selatan di Karawang dan di lereng G.Salak Bogor satu masyarakat bahasa dalam satu bahasa karena mereka mengerti alat-alat verbalnya.Sama dengan penduduk yang ada di Semarang, Sby, Banyumas satu bahasa dan satu masyarakat bahasa.
  • 23.  Berbeda kasus ada dua masy. Bhs.yang saling mengerti, tetapi mengaku menggunakan dua bahasa yang berbeda dengan nama berbeda.Misalnya, penduduk Malaysia dengan Indonesia saling mngerti karena secara linguistik ada kesamaan sistem dan sbsistem diantara kedua parole yang digunakan. Penamaan tidak didasarkan pada linguistik tetapi secara politis.
  • 25. IDIOLEK DAN VERBAL REPERTOIRE  Setiap orang secara konkret memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam bebahasa(volume suara, pilihan kt, penggunaan unsur bahasa yang lain. Ciri khas bhs. Seseorang disebut idiolek.  Verbal repertoire dalah kemampuan seseorang menguasai bahasa beserta ragam-ragamnya.  Verbal repertoire ada dua jenis verbal repertoire individu dan verbal repertoire kelompok. Verbal repertoire individu adalah alat-alat verbal yang dikuasai oleh seorang penutur termasuk memilih norma sosial yang sesuai dengan situasi dan fungsinya. Verbal repertoire kelompok adalah keseluruhan alat-alat verbal yang ada dalam suatu masyarakat beserta norma untuk memilih variasi sesuai dengan konteksnya.
  • 26. MASYARAKAT TUTUR  Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat yang mempunyai verbal repertoire yang relative sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan.  Fishman (1976:28) masyarakat tutur ialah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur besert norma-norma yang sesuai dengan pemakaiannya.
  • 27. PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK TUTUR  Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung, maka dalam setiap proses komunikasi terjadilah peristiwa tutur, tindak tutur dalam satu situasi tutur.  Peristiwa tutur (Speech Event) terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguiatik dalambentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, satu pokok tuturan, waktu, tempat, dan situasi tertentu.  Dell Hymes (1972) dalam peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen SPEAKING (setting, participant, ends, act sequence, key, instrumentalitis, norms, genre).
  • 28.  Tindak tutur gejala individual bersifat psikologisdan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Peristiwa tutur dan tindak tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses yakni proses komunikasi. Peristiwa tutur termasuk gejala sosial sedangkan tindak tutur termasuk gejala individual.
  • 29. Interferensi Leksikon  Dalam bahasa Indonesia cukup banyak kata-kata yang diserap dalam bahasa asing maupun bahasa daerah, misalnya: lestari, tunggal, tangguh (Jawa), heboh, runyam, lamun (Sunda), cengeng, jorok, berengsek (Jakarta), cek, klop, start (Inggris), doorloop, stang, klakson (Bld)
  • 30. Interfernsi tatamakna  Perluasan(ekspansif)  Penambahan (Aditif) unkel, paman  Replasif/perubahan nilai makna, sahaya menjadi saya
  • 31. INTEGRASI  Haugen(1972:477) integrasi sebagai kebiasaan memakai materi dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain.  Integrasi cenderung sebagai gejala bahasa, dapat terjadi pada setiap anggota masyarakat, peristiwanya dianggap bukan sebagai suatu penyimpangan.
  • 32. Istilah tindak tutur  Tindak tutur diperkenalkan oleh J.L. Austin (1956) dibukukan oleh J.O. Urmson (1965) How to do thing with word terkenal dalam studi Searle (1969)
  • 33. Kasus tindak tutur  Seorang lelaki tua bertanya kepada penjaga toko peti mati. “ Berapa harga peti mati yang penuh ukiran ini?” seratus lima puluh ribu, Tuan, jawab si penjaga toko.” Bukan main mahalnya!” ujar lelaki tua tsb.” tapi, Tuan saya jamin pasti peti mati ini tidak akan membuat Tuan kecewa, karena sekali tuan masuk kedalamnya tuan tidak akan punya keinginan untuk keluar lagi, kilah si penjaga toko”.
  • 34. Variasi bahasa  Variasi bahasa ada dua pandangan yaitu:  Variasi atau ragam dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur dan fungsi bahasa  Variasi atau ragam bahasa itu sudah memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masya. Beragam  Hartman dan Strok (1972) Latar belakang geografis dan sosial penutur, medium yang digunakan, pokok pembicaraan  Preston dan Shuy (1979) penutur, interaksi, kode, realisasi  Halliday (1990) dialeg dan register  Mac David (1969) dimensi regional,dimensi sosial, dimensi temporal  Chaer (2003) Variasi berdasarkan penutur dan penggunaannya
  • 35. Variasi dari segi penutur  Idiolek  Dialek  Kronolek/dialek temporal  Sosiolek/dialek sosial
  • 36. Dialek sosial/sosiolek  Akrolek adalah var sosial yang lebih bergengsi dari var sosial lain  Basilek adl var sosial yang dianggap paling rendah (kromo ndeso)  Vulgar Adl var sosial yang digunakan kalangan yang tidak berpendidikan.  Slang adl Var sosial yang bersifat khusus dan rahasia  Kolokial adl var sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari  Jargon variasi sosial yang digunakan sevara terbatas oleh kelompok-kelompok tertentu, tidak rahasia  Argot adl var sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi tertentu bersifat rahasia (copet, pencuri)  Ken adl var sosial yang bernada memelas (pengemis)
  • 37. Variasi dari segi pemakaian,keformalan, sarana  Fungsiolek/register adl menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa (Jurnalistik, militer)  Martin Josh Membagi 5 macam variasi, Frozen(Beku), Resmi(Formal), Konsultatif (Usaha), Casual (santai), dan intimate(akrab)  Variasi bahasa dilihat dari segi sarana atau jalur ada 2 yaitu lisan dan tulis
  • 38. Jenis bahasa  Berdasarkan sosiologis (Fishman, 1968) standardisasi, otonomi, historisitas, vitalitas  Berdasarkan sikap politik, bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa persatuan.  Berdasarkan tahap pemerolehan, bahasa ibu, bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing.
  • 39. Bilingulisme dan diglosial  Apabila dua bahasa atau lebih dipergunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, maka bahasa-bahasa tsb dalam keadaan saling kontak  Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual  Individu-individu tempat terjadinya kontak bahasa disebut dwibahasawan  Peristiwa pemakaian 2 bahasa atau lebih secara bergantian oleh seorang penutur disebut kedwibahasaan
  • 40. Kedwibhasaan dan Dwibahasawan  Kedwibahasaan dartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan 2 bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur (Bloomfield)  Mackey, 1962, Fishman, 1975, penggunaan 2 bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara pergantian.  Haugen (1968) kedwibahasaan sebagai tahu 2 bahasa artinya seorang dwibahasawan tidak harus menguasai secara aktif 2 bahasa  Mackey, Wolff (1974) ciri utama kedwibahasa adl dipergunakannya 2 bahasa atau lebih oleh seorang atau kelompok, tetapi kedua bahasa itu tidak mempunyai peranan sendiri-sendiri di dalam masy. Pemakai bahasa. Di Montreal Canada disana bahasa Inggris dan Perancis di pergunakan secara berdampingan dan sejajar.
  • 41. Diglosia  Gambaran peristiwa dimana 2 variasi dari 1 bahasa hidup berdampingan didalam suatu msya. Dan masing-masing mempunyai peranan tertentu (Ferguson, 1972)  Fishman, 1975, Diglosia adl suatu masy. Yang mengenal 2 bahasa atau lebih untuk berkomunikasi diantara anggota-anggotanya  Ferguson mengambil kasus yang terjadi di Haiti dan Arab.  Haiti adl slh satu neg di Pasifik bekas jajahan Perancis disana terdapat 2 bahasa: Kreole Haiti sebagai bahasa ibu penduduk asli dan Bahasa Perancis sebagai bahasa warisan penjajahnya  Arab terdapat 2 var bahasa yaitu bahasa Arab klasik (standar) dan bahasa Arab pergaulan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
  • 42. Hubungan timbal balik anatara kedwibahasaan dan diglosia  Fishman (1975) menyebut 4 jenis masy tutur. Masy yang diglosik dan dwibahasawan (Paraguay). Masy yang diglosik tetapi tak dwibahasawan, cont: di Eropa sebelum PD I. Msy tutur yang dwibahasawan tetapi tak diglosik (Montreal Canada). Masy yang dwibahasawan dan yang diglosik
  • 43. Interferensi dan integrasi  Interferensi adl adanya perubahan sistem bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.  Dalam proses interferensi terdapat 3 unsur yang mengambil peranan yaitu bahsa sumber/ bahasa donor, bahasa penyerap atau resipien dan unsur serapan atau importasi
  • 44. Jenis-jenis interferensi  Tata bunyi : (Jawa, Bali, Batak, Malaysia, Singapura, dan Jepang)  Tata bentuk : (Penambahan afik-afik dari bahasa daerah dan bahasa asing)  Tata kalimat  Tata kata  Tata makna : (Perluasan/expansif, penambahan/aditif, perubahan nilai makna replasif)
  • 45. AKIBAT INTERFERNSI DAN INTEGRASI  Jacobson (1972:49) berpengaruh terhadap sistem bahasa penerima sepanjang ada kemungkinan pembaruan dalam sistem bahasa penerima.  Weinrech interferensi mengandung pengertian penyusunan kembali pola-pola dasar donor dasar-dasar menurut sistem bahasa penyerap memberikan penegasan bagaimanapun juga sedikit banyak.
  • 46. ALIH KODE DAN CAMPUR KODE  Kode ialah alat komunikasi yang merupa-kan varian dari bahasa. Dalam bahasa terkandung bermacam-macam kode. Misal, bahasa Inggris, bahasa Indonesia terkandung bermacam-macam kode. Perbedaan bahasa Inggris Wales dan bahasa Inggris London, Bahasa Cina Peking dengan bahasa Cina Kanton, bahasa Indonesia Jakarta dengan bahasa Indonesia Jawa Tengah disebut varian resional.
  • 47. ALIH KODE  Dalam bahasa Inggris Wales maupun London, bahasa Cina Peking maupun Kanton terdapat pemakaian karena perbedaan klas sosial penutur, perbedaan demikian menimbulkan bahasa rendah, menengah, dan bahasa tinggi disebut varian klas sosial. Di samping itu ada bahasa Inggris standar dan nonstandar, bahasa Cina resmi dan tak resmi, bahasa indonesia baku dan tak baku perbedaan ragam, didalam ragam terdapat bermacam-macam gaya misalnya,gaya sopan, gaya hormat, gaya santai, gaya serius. Apabila ada bahasa pidato, bahasa ceramah, bahasa tajuk, bahasa iklan perbedaan ini berupa register.
  • 48. ALIH KODE  Appel (1976:79) gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Didalam kode terdapat berbagai macam varian (resional, sosial, ragam, gaya, ataupun register) maka alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya, atau alih register (Hymes, 1975). Alih kode merupakan aspek ketergantungan bahasa pada masyarakat yang multilingual artinya didalam masyarakat lingual hampir takmungkin penutur menggunakan satu bahasa mutlak.
  • 49. ALIH KODE  Didalam alih kode penggunaan dua bahasa ditandai oleh (a) masing-masing bahasa masih mendukung fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (b) fungsi masing=masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan konteksnya.
  • 50. JENIS ALIH KODE  1.Alih kode intern ialah alih kode yang terjadi antarbahasa daerah dalam satu bahasa nasional, antar beberapa gaya dalam satu ragam, antar beberapa dialek dalam satu bahasa daerah.  2.Alih kode ekstern ialah alih kode yang terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing.
  • 51. FAKTOR PENYEBAB ALIH KODE  Siapa yang berbicara (penutur0  Kepada siapa (lawan tutur)  Dengan bahasa apa  Kapan  Tujuan apa  Suwito (1983:73) penyebab alih kode ialah penutur, lawan tutur, hadirnya penutur ketiga, pokok pembicaraan, untuk membengkitkan rasa humor, dan untuk sekedar bergengsi.  Dalam peristiwa alih kode mungkin terjadi kontinum yaitu peralihan antara dari kode yang satu ke kode yang lain. Kontinum sering terjadi pada alih kode intern (antara bahasa daerah, varian, ragam, gaya, register maupunundo- usuk. Kontinum dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan situasi sehingga peralihan kode tidak terasa mengejutkan. Kontinum alih kode biasanya disertai dengan peralihan kata sapaan tertentu thd interleutornya.
  • 52. CAMPUR KODE  Kachru (1978:38) pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten.
  • 53. LATAR BELAKANG CAMPUR KODE  Berlatar belakang sikap (attitudinal type)  Berlatar belakang kebahasaan (linguistic type). Kedua tipe saling bergantung dan tidak jarang tumpang tindih. Atas dasar latar belakang sikap dan kebahasaan yang saling bergantung dan tumpang tindih dapat diidentifikasikan beberapa alasan atau penyebab, (a) identifikasi peranan, (b) identifikasi ragam, (c) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Ketiga inipun saling tumpang tindih.
  • 54.  Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional. Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa di mana penutur melakukan campur kode yg menempatkan penutur didalam hirarkis status sosialnya.Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan nampak karena campur kode menandai sikap dan hubungannya thd. Orang lain dan sikap orang lain terhadapnya.
  • 55. JENIS CAMPUR KODE  Campur kode kedalam nampak apabila seorang penutur menyisipkan unsur- unsur bahasa daerah ke dalam bahasa nasional, unsur-unsur dialek ke dalam bahasa daerah,atau unsur-unsur ragam dan gaya ke dalam dialeknya.  Campur kode keluar nampak dalam unsur-unsur bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia.
  • 56. BEBERAPA MACAM WUJUD CAMPUR KODE  Penyisipan unsur berwujud kata  Penyisipan unsur berwujud frasa  Penyisipan unsur-unsur berwujud baster  Penyisipan unsur-unsur berwujud perulangan  Penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom  Penyisipan yang berwujud klausa
  • 57. BEDA ALIH KODE, CAMPUR KODE, DAN INTERFERENSI  Alih kode adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam oleh seorang penutur karena sebab tertentu dan dilakukan secara sadar.  Campur kode adalah digunakan serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam menggunakansuatu bahasa yg mungkin memang diperlukan sehingga tidak dianggap sebagai suatu kesalahan atau penyimpangan.  Interferensi juga menggunakan unsur-unsur bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa yg dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari kaidah suatu bahasa yg digunakan.
  • 58. SIKAP BAHASA  Sikap (atitude) dalam bahasa Indonesia mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yg tegap, perilaku atau gerak-gerik dan perbuatan atau tindakan sebagai reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian.  Sikap adalah fenomena kejiwaan, yg biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku.  Sikap dikaitkan dengan psikologi sosial adalahkesiapan berreaksi terhadap keadaan atau kejadian yang dihadapi (Triandis, 1972)  Sikap adalah kesiapan mental dan saraf, yg terbentuk melalui pengalaman yg memberikan arah atau pengaruh yg dinamis .
  • 59. SIKAP  Lambert (1967) sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen kofnitif berhubungan dengan pengetahuan yg merupakan kategori yang digunakan dalam proses berpikir. Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik, suka dan tidak suka. Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan.
  • 60. SIKAP  Sugar (1967) perilaku ditentukan empat faktor yakni:sikap, norma sosial, kebiasan,dan akibat yg mungkin terjadi.Dari keempat faktor kebiasaan adalah yang paling kuat, sedangkan sikap adalah faktor yg paling lemah.
  • 61. SIKAP BAHASA  Sikap bahasa merupakan peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Sikap bahasa bisa diamati melalui perilaku berbahasa atau perilaku tutur. Sikap bahasa cenderung mengacu bahasa sebagai sistem (langue) sedangkan perilaku tuur lebih cenderug merujuk kepada pemakaian bahasa secara konkret (parole),
  • 62. SIKAP POSITIF DAN NEGATIF  Dittmar (1976) pengertian sikap bahasa ditandai oleh sejunlah ciri-ciri yg antara lain meliputi: pemilihan bahasa dalam masyarakat bilingual, distribusi perbendaharaan bahasa, perbedaan-perbedan dialektikal dan problem- problem yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antar individu.  Sikap positif akan mendorongpenutur untuk sejauh mungkin mengurangi atau menghilangkan sama sekali warna daerah atau dialeknya.  Sebaliknya jika seorang penutur tidak pernah berusaha mengurangi apalagi menghilangkan warna daerah atau dialek maka sikap positif belum nampak atau sikap negatif.
  • 63. SIKAP POSITIF DAN NEGATIF  Garvin dan Mathiot (1968) sikap bahasa mengandung tiga ciri pokok yakni, kesetian bahasa (language loyality), kebanggaan bahasa (language pride), dan kesadaran akan adanya norma bahasa (awareness of the norm).  Untuk menanamkan sikap setia bahasa Halim,1975) dengan pendidikan bahasa yang pelaksanaannya didasarkan atas asas-asas pembinaan kaidah dan norma bahasa disamping norma-norma sosiolinguistik dan norma-norma budaya yang hidup didalam masyarakat bahasa yang bersangkutan.
  • 64.  Lambert (1967) keberhasilan belajar bahasa sebagaisalah satu usaha pembinaan dan pengembangan bahasa sangat bergantung kepada motivasi pelajar yang sedang berusahamenguasai bahasa tertentu.
  • 65. PERUBAHAN, PERGESERAN, DAN PEMERTAHANAN BAHASA  Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, sesuai dengan sifatnya dinamis, sebagai akibat persentuhan dengan kode- kode lain.  Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobilitas penutur sebagai akibat perpindahan penutur atau para penutur yang menyebabkan terjadinya pergeseran.  Pemertahan bahasa menyangkut masalah sikap atau penilaian bahasa untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah- tengah bahasa lain.
  • 66. PERUBAHAN BAHASA  Perubahan bahasa tidak diamati sebab perubahan sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung waktu yang relatif lama, sehingga tidak mungkin diobservasi oleh seseorang yang mempunyai waktu yang terbatas. Namun, yang dapat diketahui adalah bukti perubahan dan terbatas pada bahasa- bahasa yang mempunyai tradisi tulis dan mempunyai dokumen tulis seperti bahasa Inggris, Arab, Jawa, dan bahasa lain.
  • 67.  Pembagian bahasa Inggris menjadi bahasa Inggris kuno, pertengahan, dan modern penentuan masanya relatif sebab bagaimana telah disebutkan perubahan tidak terjadi pada satu titik tertentu, melainkan proses yg panjang. Sama halnya proses penamaan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
  • 68.  Perubahan bahasa lazim diartikan adanya perubahan kaidah dan dapat terjadi pada semua tataran linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon.  Perubahan fonologi. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi bahasa Indonesia sebelum berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /S/ belum dimasukkan dalam khasanah fonem bahasa Indonesia; tetapi kini ketiga fonem itu telah dimasukkan. Bahasa Indonesia lama hanya mengenal empat silabel, yaitu V, VK, KV, KVK, tetapi kini menjadi KKV, KKVK, KVKK, KKKVK.
  • 69. PERUBAHAN MORFOLOGI  Prefiks me-, pe- .Kaidahnya adalah 1. apabila diikuti kata yg dimulai dengan konsonan /l/, /r/, /w, dan /y/ tdk terjadi penasalan; 2. kalau diikuti kata yang dimulai konsonan /p/, /b/ diberi nasal /m/; 3. bila diikuti kata yg dimulai konsonan /d/, /t/ diberi nasal /n/; 4.bila diikuti kata yang dimulai konsonan /s/ diberi nasal /ny/, dan bila diikuti kata yang dimulai konsonan /g/, /k/, /h/, dan semua vokal diberi konsonan /ng/. Misalnya kata nyah, bom, tik, cat.
  • 70. PERUBAHAN SINTAKSIS  Menurut kaidah sintaktik yang berlaku sebuah kalimat aktif transitif mempunyai objek; atau dengan rumusan setiap verba transitif diikuti oleh objek.Tetapi dewasa ini kalimat aktif transitif banyak yang tidak dilengkapi objek,  Reporter Anda melaporkan dari tempat kejadian.  Sekretaris itu sedang mengetik di ruangannya.  Dia mulai menulis sejak duduk di bangku SMP.
  • 71. PERUBAHAN KOSA KATA  Perubahan bahasa yang mudah terlihat adalah bidang kosakata. Perubahan kosa kata dapat berarti bertambahnya kosakata baru. Penambahan kata-kata baru dapat dengan menyerap atau penciptaan kata-kata. Dalam bahasa Indonesia banyak dijumpai akronim ABRI, hankam, tilang, tabanas, menwa, hulubalang, matahari, kakilima, matasapi.
  • 72. PERUBAHAN SEMANTIK  Perubahan semantik yang umum adalah perubahan pada maknabutir-butir leksikal, berubah total, meluas, atau menyempit. Misalnya, kata pena dulu bermakna bulu, sekarang alt tulis bertinta, kata ceramah dulu bermakna cerewet, banyak cakap, sekarang bermakna uraian mengenai satu bidang ilmu (berubah total; meluas pada kata papan dulu bermakna lembaran kayu tipis, sekarang bermakna rumah, kata saudara dulu bermakna orang yang lahir dari ibu yang sama, sekarang bisa bermakna kamu. Menyempit kata sarjana dulu bermakna orang pandai dalam segala bidang, sekarang bermakna lulusan perguruan tinggi.
  • 73. PERGESERAN BAHASA  Pergeseran bahasa menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain.Kalau seorang penutur pindah ke tempat lain yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan mereka, maka akan terjadilah pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah yang memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik, sehingga mengundang imigran untuk mendatanginya.
  • 74. Pergeseran Bahasa Monolingual (B-ib) Bilingual bawahan (B-ib - B-in) Bilingual setara (B-ib - B-in) Bilingual bawahan (B-in – B-ib) Monolingual (B-in)
  • 75. PEMERTAHANAN BAHASA  Penggunaan bahasa pertama oleh sejumlah penutur dari suatu masyarakat yang bilingual atau multilingual cenderung menurun akibat adanya B2 yg mempunyai fungsi superior.  Sumarsono (1990) pemertahanan penggunaan bahasa Melayu Loloan di desa Loloan, Nagara, Bali. Penduduk loloan yg berjumlah tiga ribu orang dan beragama Islam tidak menggunakan bahasa Bali melainkan menggunakan menggunakan bahasa Melayu yg disebut Melayu Loloan sebagai B1 , di tengah-tengah B2 yg lebih dominan, bahasa Bali.
  • 76. FAKTOR PENYEBAB  Wilayah pemukiman mereka terkonsentrasi pada satu tempat yg terpisah dari pemukiman rakyat Bali  Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas Bali yg mau menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam berinteraksi golongan minoritas loloan  Anggota masyarakat Loloan mempunyai sikap keislaman yg tidak akomodatif terhadap masyarakat budaya dan bahasa Bali  Adanya loyalitas yang tinggi dari anggota kelompok masyarakat loloan terhadap bahasa Melayu Loloan sebagi konsekuensi kedudukan menjadi lambang identitas diri masyarakat Loloan yg beragama Islam, Bli sebagai masyarakayt yg beragama Hindu.  Adanya kesinambungan pengalihan bahasa Melayu Loloan dari generasi terdahulu ke generas berikutnya.