Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
Â
1. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN (ScoPE)
2. HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN EVALUASI ATAS
3 BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN PENGENDALIAN INTERN
4. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Â
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
Â
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
Â
1. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN (ScoPE)
2. HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN EVALUASI ATAS
3 BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN PENGENDALIAN INTERN
4. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Â
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
Â
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Tugas Pengauditan 1 oleh kelompok 4. Ayun Sri Rezkiana (Akuntansi 2013 - A31113040) dan Anna Fauziyah (Akuntansi 2013 - A31113303) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin 2015
Setiap perusahaan atau lembaga pasti membutuhkan proses auditing. Karena dengan proses auditing perusahaan tersebut dapat mengevaluasi tanggung jawab keuangan dengan benar dan tidak memihak. Dalam laporan keuangan harus melalui proses auditing. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif dan tidak memihak yang disebut sebagai auditor.
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab auditIlham Sousuke
Â
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Dalam menjalankan bisnis sering kali ditemukan adanya kekeliruan informasi dalam suatu data yang dapat menyebabkan masalah baru dalam suatu proses pengambilan keputusan. Kesalahan tersebut akan berimbas pada bisnis yang sedang dijalankan, seperti bisnisnya tidak berkembang bahkan akan menyebabkan kerugian berskala besar.
Kekeliruan informasi tersebut bisa dicegah oleh perusahaan dengan melakukan audit. Biasanya data yang di audit adalah laporan keuangan perusahaan. Tujuan data harus di audit terutama laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk meninjau kembali segala bentuk data dan informasi yang akan dikelola oleh perusahaan demi menghindari kekeliruan yang dapat terjadi.
Pengertian secara luas, audit adalah kegiatan evaluasi terhadap suatu organisasi, mulai dari system, proses, hingga produknya. Seorang auditor adalah orang yang kompoten di bidangnya, bersifat objektif, dan tidak memihak siapapun. Tujuan audit secara umum adalah memverifikasi bahwa data yang dievaluasi oleh audit telah berjalan sesuai standar, regulasi, dan praktik yang berlaku. Peran audit secara umum adalah menilai layak tidaknya suatu penyajian laporan keuangn yang telah dibuat oleh akuntan perusahaan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku secara sah.
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah.
Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
3. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit. Pekerjaan
auditor ini bertujuan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai apakah laporan keuangan klien yang
diaudit bebas dari salah saji material
4. Tanggung Jawab Manajemen
ï‚—Manajemen perusahaan (klien) bertanggung jawab atas
laporan keuangan perusahaannya. Manajemen
bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan
akuntansi yang sehat, membangun dan memelihara
pengendalian intern, serta melaksanakan kewajiban
mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan transaksi
yang konsisten dalam laporan keuangan.
5. Tanggung Jawab Auditor
1. Independensi Auditor
2. Keyakinan yang Memadai (Reasonable Assurance)
3. Tanggung jawab Terhadap Fraud dan Illegal Acts
4. Tanggung jawab Terhadap Masalah Going Concern
5. Membuat Laporan Auditor Independen
ï‚—
6. 1. Independensi Auditor
Independen artinya tidak mudah dipengaruhi, netral, karena
auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada
kepentingan siapa pun.
Sikap mental independensi yang merupakan persyaratan
wajib dalam pelaksanaan penugasan, meliputi independen
dalam fakta (in fact) dan dalam penampilan (in
appearance).
7. 2. Reasonable Assurance (Keyakinan Memadai)
Memadai)
a. Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan terbebas dari salah
saji material.
Laporan auditor yang berisi tentang pendapat auditor
atas laporan keuangan didasarkan pada konsep
pemerolehan keyakinan memadai.
b. Suatu audit tidak memberikan jaminan atas akurasi
laporan keuangan.
8. Alasan mengapa suatu audit tidak memberikan jaminan bahwa laporan
keuangan dapat memberikan keyakinan mutlak adalah karena :
ï‚— Laporan keuangan yang dibuat manajemen (klien) tidak diharapkan
dapat memberikan keyakinan absolute.
ï‚— Kesimpulan yang dihasilkan dari pelaksanaan audit hanya berdasarkan
pada fakta-fakta yang diperoleh dari hasil pengujian-pengujian atas
laporan keuangan
ï‚— Kebutuhan untuk menerapkan pertimbangan professional dalam
mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risiko kecurangan dan
kondisi lain
9. 3. Pendeteksian Errors & Fraud
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Salah saji
dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan maupun karena
kecurangan.
10. ï‚— ERROR (KEKELIRUAN) meliputi
Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data akuntansi yang
menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.
Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari
kecerobohan atau salah tafsir fakta.
Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan
11. •FRAUD (KECURANGAN)
ï‚— Pengertian Fraud (dalam KUHP) :
ï‚— Mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum
ï‚— Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagaian adalah
kepunyaan orang lain. Atau supaya membuat utang maupun piutang
terhapus
ï‚— Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang kepunyaan
orang lain tapi dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
ï‚— Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya atau supaya memberi utang maupun menghapus
piutangnya.
ï‚— Merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit.
12. Cabang- cabang Fraud :
- Corruption
- Asset Misappropiation
- Fraudulent Statements
Mencegah Fraud
ï‚— Tingkatkan Pengendalian intern
ï‚— Menanamkan kesadaran tentang adanya fraud (fraud awareness)
ï‚— Upaya menilai resiko terjadinya fraud (fraud risk assesment)
ï‚— Lakukan seleksi pegawai secara ketat, gunakan tenaga psikolog dan
hindari katebelece dalam penerimaan pegawai.
ï‚— Berikan imbalan yang memadai untuk seluruh pegawai dan timbulkan
sense of belonging
ï‚— Lakukan pembinaan rohani
ï‚— Berikan sanksi yang tegas bagi yang melakukan kecurangan dan
berikan prestasi bagi pegawai yang berprestasi
13. Jenis kecurangan (fraud) dalam audit laporan keuangan
1. Fraudulent Financial Reporting
Salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan
2. Misappropiation of Assets
Salah saji yang timbul dari pencurian assets entitas yang
mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Kecurangan ini mencakup tindakan:
- Penggelapan tanda terima barang/uang
- Pencurian assets
- Tindakan yang menyebabkan entitas harus membayar atas
harga barang yang tidak diterima.
14. Kecurangan (Fraud) lebih sulit dideteksi oleh auditor dibandingkan
dengan error. Karena Fraud seringkali mencakup unsur kolusi dan
pemalsuan dokumen.
Auditor terikat kode etik untuk tidak mengungkapkan fraud kepada
pihak entitas luar, kecuali untuk memenuhi peraturan, diminta oleh
pengadilan, atau ditanyakan oleh successor auditor.
15. Pendeteksian Illegal Client Acts
Illegal Client Acts merupakan tindakan melanggar hukum
atau peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.
Tanggungjawab Auditor dalam Mendeteksi Illegal Acts :
ï‚—Penentuan apakah suatu tindakan klien itu dipandang
sebagai pelanggaran hukum, biasanya hal tersebut berada
diluar kompetensi profesional auditor.
ï‚—Auditor harus mendeteksi dan melaporkan salah saji akibat
tindakan melanggar hukum yang berdampak langsung dan
material terhadap jumlah-jumlah dalam laporan keuangan.
16. 5 Tanggungjawab Terhadap Masalah Going Concern
Kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan
keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang
menunjukkan hal yang berlawanan
Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan keangsungan hidupnya
dalam jangka waktu yang pantas dengan cara :
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang
dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian maka
- Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen
- Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut
dapat secara efektif dilaksanakan
c. mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan
apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas
17. Signifikan tidaknya kondisi atau peristiwa akan tergantung
atas keadaan dan beberapa diantaranya kemungkinan
hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama
dengan kondisi atau peristiwa yang lain.
Peristiwa atau kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Trend negatif
2. Petunjuk lain tentang kesulitan keuangan
3. Masalah intern
4. Masalah ekstern yang telah terjadi
18. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana
manajemen dapat berupa:
1. Rencana menjual aktiva
2. Rencana rekstrukturisasi utang
3. Rencana untuk mengurangi pengeluaran
4. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
19. Pertimbangan dampak informasi kelangsungan hidup entitas
terhadap laporan auditor
ï‚— Bila auditor tidak menyangsikan, maka auditor memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian
ï‚— Apabila auditor menyangsikan maka auditor wajib mengevaluasi rencana
manajemen atau auditor berkesimpulan tidak dapat secara efektif mengurangi
dampak negatif maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.
ï‚— Apabila auditor telah berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara
efektif dilaksanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai
kecukupan pengungkapan Apabila auditor berkesimpulan bahwa
pengungkapan tersebut memadai maka ia akan memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemapuan satuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
ï‚— Jika auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut tidak memadai
maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar karena terdapat terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
20. Laporan Auditor
Auditor dapat menyatakan pendapat-pendapat dalam
laporan auditor sebagai berikut:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
2. Pendapat wajar dengan pengecualian
3. Tidak memberikan pendapat
4. Pendapat tidak wajar
21. Wajar tanpa Syarat (Unqualified Opinion)
Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Kondisi Yang Harus Dipenuhi Untuk Standard Unqualified
1. Laporan keuangan lengkap
2. Ketiga standar umum dalam standar auditing dipenuhi
3. Ketiga standar pelaksanaan dipenuhi
4. Laporan keuangan disajikan sesuai prinsip akuntansi yang
berlaku umum
22. Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal yang
berkaitan dengan yang dikecualikan.
Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia
harus :
1. Menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih
paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat.
2. Mencantumkan juga bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk
ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat.
3. Berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa.
23. Pendapat wajar dengan pengecualian ini dinyatakan bilamana:
1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya
pembatasan terhadap lingkup audit
2. Laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berdampak material.
24. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan
keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar auditor harus
menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf
pendapat dalam laporannya yaitu:
ï‚—Semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar
ï‚—Dampak utama hal yang menyebabkan pemberian
pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas, jika secara praktis untuk
dilaksanakan
25. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of
Opinion)
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan
bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.
Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat,
laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif
yang mendukung pernyataan tersebut.
Pernyataan tidak memberikan pendapat harus tidak
diberikan karena auditor yakin, atas dasar auditnya bahwa
terdapat penyimpangan material dari prisnip akuntansi.
26. Terdapat tiga tingkatan materialitas dalam mempertimbangkan
jenis laporan auditor yang harus dibuat:
1. Jumlah tidak Material (Immaterial)
2. Jumlah material tetapi tidak mengganggu laporan
keuangan secara keseluruhan
3. Sangat material sehingga kewajaran laporan keuangan
diragukan
27. Cara lazim untuk mengukur materialitas, jika manajemen
menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum :
1. Jumlah rupiah dan tolok ukurnya
2. Daya ukur
3. Sifat salah saji