2. CV
• Tempat tgl lahir : samarinda 16 Maret 1979
• Pendidikan : SD,SMP,dan SMA di Purworejo
S 1 Kedokteran FKUGM lulus 2004
Pendidikan Dokter Spesialis FKUGM lulus
2018
• Pekerjaan : RSUD Prembun, RS Permata Medika,RS
Purbowangi
3. • BPJS Kesehatan memiliki Program Pengelolaan Penyakit
Kronis (Prolanis) yang bertujuan mendorong peserta
Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS) yang menyandang penyakit kronis
seperti hipertensi dan diabetes melitus bisa mencapai
kualitas hidup optimal dan dapat mencegah timbulnya
komplikasi penyakit
4. Upaya ditengah Pandemi
• Sebagai upaya memberikan kepastian layanan kesehatan
kepada Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di
tengah kondisi pandemi Covid-19 dengan mengutamakan
pencegahan penyebaran Covid-19 di FKTP
• Sebagai upaya dukungan kepada Pemerintah dalam
memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di fasilitas
kesehatan dilakukan penyesuaian berbagai bentuk
layanan yang diutamakan dalam bentuk pelayanan
kontak tidak langsung (telekonsultasi)
5. Prolanis menggunakan sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi.
Kegiatan Prolanis meliputi :
• Konsultasi medis atau edukasi kesehatan,
• Home Visit atau kunjungan tenaga kesehatan ke rumah,
• Reminder atau pengingat kepada peserta Prolanis untuk
melakukan kunjungan kesehatan secara rutin,
• Klub Prolanis
• Pemantauan status kesehatan.
6. Program pencegahan dan pengelolaan penyakit kronis yang
dilakukan di FKTP antara lain promosi kesehatan secara langsung
melalui :
• Edukasi kesehatan
• Penyuluhan kesehatan
• Olahraga bersama.
Promosi kesehatan juga dilakukan secara tidak langsung
melalui :
• Media cetak dan media elektronik
• Platform digital seperti aplikasi Mobile JKN
• Website BPJS Kesehatan
7. skrining
• Selanjutnya screening riwayat kesehatan (primary
prevention) melalui self assessment dengan mengisi
pertanyaan tentang riwayat kesehatan peserta dan
keluarga serta pola konsumsi makan melalui aplikasi
Mobile JKN, website BPJS Kesehatan dan chat
assistanceBPJS Kesehatan (Chika).
• Screening riwayat kesehatan juga dilakukan melalui
anamnesa dan pemeriksaan fisikoleh FKTP (pemeriksaan
IMT dan lingkar perut).
• Tujuan dari kegiatan tersebut untuk mengetahui risiko
penyakit diabetes melitus, hipertensi, ginjal kronik, dan
jantung
8. • Berikutnya adalah penapisan atau skrining kesehatan
(secondary prevention), seperti screening diabetes
melitus melalui pemeriksaan GDP dan GDPP;
• screening kanker serviks melalui pemeriksaan IVA,
papsmear dan krioterapi sebagai tindak lanjut IVA positif;
• screening kanker payudara melalui pemeriksaan
payudara secara klinis (Sadanis).
9. • Program selanjutnya yang dilakukan di FKTP adalah
Prolanis (tertiary prevention) yang fokus pada penyakit
diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi.
• Program Rujuk Balik atau PRB (tertiary prevention), yaitu
pelayanan obat kronis di FKTP.
10. Pelayanan Sebelum Pandemi
• Sebelum pandemi, aktivitas klub Prolanis di FKTP banyak
dilakukan secara tatap muka, seperti konsultasi medis
atau edukasi hidup sehat, home visit ke rumah pasien,
senam bersama, hingga reminder lewat SMS atau
WhatsApp dalam pengobatan atau berkunjung
kePuskesmas/klinik untuk pemeriksaan gula darah dan
tekanan darah rutin.
11. Pelayanan Saat Pandemi
• Pada masa pandemi Covid-19 ini, berbagai penyesuaian
dilakukan dengan memprioritaskan pelayanan kontak tidak
langsung atau secara daring.
• Pelayanan melalui aplikasi Mobile JKN, melalui telepon,
berbagai platform pesan singkat seperti WhatsApp
danTelegram, serta melalui media telekonsultasi lainnya atau
aplikasi yang sudah disediakan BPJS Kesehatan.
• Dalam pelayanan kontak tidak langsung ini, dokter di FKTP
akan memberikan konsultasi sesuai keluhan peserta dan
memberikan rekomendasi sesuai kebutuhan peserta.
• Kontak antara dokter dan pasien secara daring ini juga dicatat
sebagai angka kontak yang diperhitungkan sebagai penilaian
kinerja FKTP,
12. Pelayanan Saat Pandemi
• Untuk aktivitas klub seperti edukasi gaya hidup sehat dan
senam Prolanis, kegiatan tersebut di masa pandemi ini
juga tetap bisa dilakukan bersama-sama dengan
memanfaatkan aplikasi telekonferensi.
• FKTP dapat berinovasi dengan memberikan video senam
yang bisa dipraktikkan peserta Prolanis dari rumah
masing-masing yang selama ini dilakukan melalui senam
rutin secara tatap muka,
• FKTP berinovasi melakukan teleconference dengan
peserta Prolanis melalui media Zoom sehingga peserta
Prolanis dapat mempraktekkan senam Prolanis di rumah
13. Pelayanan Saat Pandemi
• Untuk peserta yang tidak sempat atau masih khawatir datang ke klinik
karena memang punya penyakit komorbid, kalau ada alat pemeriksaan
gula darah dan tekanan darah di rumah, kita minta dilakukan
pemeriksaan sendiri dan hasilnya dilaporkan ke kita. Ini penting supaya
gula darah dan tekanan darahnya bisa tetap terkontrol.
• Program Rujuk Balik (PRB), BPJS Kesehatan di masa pandemi Covid-
19 ini juga menerapkan kebijakan khusus terkait iterasi obat.Pelayanan
ini diberikan untuk pasien penderita penyakit kronis seperti diabetes
melitus tipe 2 dan hipertensi dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhankeperawatan jangka panjang
yang dilaksanakan di FKTP atas rekomendasi atau rujukan dari Dokter
Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
14. Pelayanan Saat Pandemi di daerah dengan kasus aktif
Covid-19 yang rendah atau terkendali
• Pelayanan Prolanis sudah mulai dilakukan secara tatap
muka dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
• Untuk kegiatan senam Prolanis, dilakukan di ruang
terbuka dengan menerapkan protokol kesehatan secara
ketat.
• Pemeriksaan gula darah dan tekanan darah rutin,
kegiatan tersebut juga bisa dilakukan secara
langsung,tentunya dengan menerapkan protokol
kesehatan secara ketat.
15. Upaya Puskesmas Untuk Prolanis di tengah Pandemi
• Program penyuluhan kesehatan dan kunjungan ke rumah yang biasa
dilakukan pada Prolanis tetap dilakukan oleh Puskesmas meski di
masa pandemi Covid-19 Puskesmas tetap memberikan
• Pelayanan Prolanis dengan penyesuaian waktu
• pelayanan yang dibatasi untuk mencegah kerumunan dan jam
berkunjung berjenjang,
• konsultasi kesehatan lewat SMS WhatsApp, atau video call,
• Peserta sakit bisa mengambil obat dengan diwakilkan,
• Kontrol ke rumah sakit rujukan dibuatkan dan kirim via WhatsApp
• Home visit ke rumah apabila peserta sakit
16. Contoh Bentuk telekonferensi
• Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti menggunakan aplikasi
telekonferensi untuk menyampaikan edukasi gaya hidup sehat.
• Kedisiplinan minum obat ini penting sekali untuk peserta Prolanis,
sehingga harus terus diingatkan. Kemudian untuk peserta yang punya
keluhan khusus, kita juga berikan pemantauan dan panduan klinis
secara personal lewat telepon atau WhatsApp,
• Edukasi tersebut juga disampaikan melalui grup WhatsApp peserta
klub Prolanis .Misalnya pola makannya harus seperti apa, jam tidurnya
bagaimana, dan juga kita ajari cara minum obat. Misalnya untuk yang
hipertensi, kalau malamnya dia lupa minum obat, besok paginya ketika
ingat harus langsung diminum dan malam berikutnya tetap minum lagi.
17. Kebijakan khusus PRB di Masa covid 19
• Ketentuan khususnya, Dokter FKTP meresepkan obat PRB
untuk kebutuhan 30 hari. Selanjutnya Dokter FKTP dapat
memberikan tanda “iter” (iteratie) pada resep yang berlaku
untuk paling banyak 2 (dua) kali iterasi.
• Peserta mengambil obat iter ke-1 atau ke-2 sesuai dengan
resep sebelumnya pada Apotek PRB tanpa harus melakukan
kontak langsung dengan dokter FKTP kecuali ada terdapat
keluhan, atau menggunakan mekanisme pengiriman obat yang
dapat dikoordinasikan antara FKTP, Apotek, dan peserta.
• Pengambilan obat tersebut juga tetap harus memperhatikan
eligibilitas peserta, khususnya bagi peserta Pekerja Bukan
Penerima Upah (PBPU) atau Bukan Pekerja (BP).
19. Prinsip Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penurunan tekanan darah sangat penting dalam menurunkan risiko mayor kejadian kardiovaskuler pada
pasien hipertensi, jadi prioritas utama dalam terapi hipertensi adalah mengontrol tekanan darah
2. Penelitian pendahuluan memfokuskan pada pengobatan tekanan darah diastolik tetapi tekanan darah
sistolik lebih sulit dikontrol dan lebih berpengaruh pada outcome kardiovaskuler.
3. Monoterapi jarang bisa mengontrol tekanan darah, dan banyak pasien memerlukan lebih dari 1 obat anti
hipertensi
4. Respon terhadap berbagai klas anti hipertensi adalah heterogen, beberapa pasien mungkin akan
berespon lebih baik dari pasien yang lain.
5. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa penyakit komorbiditas seperti diabetes, dan kerusakan
target organ seperti LVH dan CKD mengindikasikan pemilihan klas obat yang spesifik dalam terapi
hipertensi tetapi hal ini jangan sampai menyampingkan pentingnya kontrol tekanan darah.
6. Penurunan tekanan darah 20/10 mmHg pada pasien hipertensi akan menurunkan 50% risiko kejadian
kardiovaskuler.
20. Pilihan Terapi Inisial
• Terapi farmakologi hipertensi diawali dengan pemakaian
obat tunggal. Tergantung level TD awal, rata-rata
monoterapi menurunkan TD sistole sekitar 7-13 mm Hg
dan diastole sekitar 4-8 mmHg
• Terdapat beberapa variasi dalam pemilihan terapi awal
pada hipertensi primer. Sebelumnya guideline JNC VII
merekomendasikan thiazide dosis rendah. JNC VIII saat
ini merekomendasikan ACE-inhibitor, ARB, diuretic
thiazide dosis rendah, atau CCB untuk pasien yang bukan
ras kulit hitam
21.
22.
23. CERDIK
• Hipertensi sangat mungkin dicegah dengan perilaku
CERDIK. Masa pandemi bukan berarti penderita
hipertensi tidak bisa berolahraga dan menjaga kondisi
tubuh. Mengaplikasikan perilaku CERDIK yang dapat
dilakukan mandiri di rumah merupakan cara yang tepat
untuk dilakukan di masa pandemi ini, dimana kita harus
berhati-hati dan tetap menerapkan protokol kesehatan
yang ketat untuk mencegah COVID-19.
24.
25. Terdapat 5 perilaku yang termasuk dalam CERDIK diantaranya adalah:
1.Cek Kesehatan Secara Rutin
• Bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko hipertensi maka deteksi dini berupa pengukuran
tekanan darah hendaknya dilakukan secara rutin/teratur, baik di rumah, puskesmas maupun
fasilitas kesehatan terdekat. Rutin mengukur tekanan darah di rumah bermanfaat untuk
menghindari stroke dan serangan jantung. Kepatuhan terhadap pengobatan juga sangat penting,
sebab tanpa ada kepatuhan, obat terbaik pun takkan ada hasilnya.
2.Enyahkan Asap Rokok
• Merokok dapat menyebabkan penyakit hipertensi dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
jantung maupun penyakit paru. Merokok tidak hanya berdampak buruk terhadap kesehatan diri
sendiri, namun juga berdampak negatif pada orang-orang di sekitar kita. Keadaan finansial pun
ikut terkena dampak buruk lainnya dari merokok. Jadi, berhenti merokok merupakan langkah tepat
demi kesehatan dan kehidupan kita yang lebih baik lagi.
26. 3.Rajin Olahraga/Aktivitas Fisik
• Olahraga tetap merupakan hal yang penting dan dapat dilakukan terutama pada
pasien hipertensi pada era COVID-19 walaupun dengan pembatasan “physical
distancing”. Olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu 30 – 60 menit di
lingkungan dengan ventilasi yang baik dan sendirian (seperti di rumah) dapat
dilakukan selama era pandemi. Berolahraga sendiri di rumah serta mengutamakan
penggunaan barang-barang olahraga pribadi lebih direkomendasikan untuk
membantu kita tetap berolahraga seraya menghindari kontak dengan orang lain.
Manfaat olahraga teratur, terjadwal, tepat intensitas dan tipenya, tidak hanya
ditujukan sebagai tatalaksana hipertensi, melainkan juga untuk meningkatkan
imunitas tubuh.
4.Diet Sehat dan Seimbang
• Imbangi aktivitas olahraga dengan melakukan diet sehat penderita hipertensi dan
diet seimbang yakni mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang
dibutuhkan tubuh (karbohidat, protein, lemak, vitamin dan mineral). Pola makan
dengan diet rendah garam dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
27. 5.Istirahat Cukup
• Istirahat yang cukup diperlukan untuk menunjang
metabolisme tubuh kita berjalan dengan baik. Istirahat
bukan hanya berupa tidur, relaksasi pasca beraktifitas
seperti menonton televisi dan membaca buku juga dapat
dikategorikan sebagai istirahat. Bagi orang dewasa,
dianjurkan untuk memiliki waktu tidur sebanyak 7-8 jam
perharinya.
6.Kelola Stres
• Tekanan darah tinggi dapat diakibatkan oleh stres yang
diderita individu, Setiap orang memiliki kemampuan untuk
mengendalikan respon dengan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan dan bernapas secara teratur sehingga
stress dapat teratasi.
32. Langkah-Langkah Pencegahan bagi Penyandang Diabetes
Melitus di Masa Pandemi Covid-19
• Tetap jaga kondisi tubuh dengan teratur minum obat dan
jaga pola makan
• Lakukan physical distancing (bekerjalah dari rumah)
manfaatkan teknologi & media sosial untuk berkomunikasi
dan hindari kontak dengan orang sakit
• Sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir selama 20 detik atau lebih. Jika tidak
memungkinkan gunakan hand sanitizer yang
mengandung 60% alkohol
• Hindari menyentuh wajah, hidung, mata, dan lainnya
sebelum mencuci tangan
33. Langkah-Langkah Pencegahan bagi Penyandang Diabetes
Melitus di Masa Pandemi Covid-19
• Hindari menyentuh permukaan yang sering disentuh di tempat umum
(seperti : tombol lift, gagang pintu, pegangan pintu) atau gunakan tisu
• Rutin membersihkan dan disinfeksi rumah terutama pada permukaan
yang sering disentuh (misalnya: meja, gagang pintu, saklar lampu,
meja belajar, toilet, keran air, wastafel, dan telepon seluler)
• Rutin periksa gula darah di rumah. Jika tidak, perhatikan tanda-tanda
gula darah yang meningkat, seperti: sering buang air kecil (terutama
malam hari), merasa sangat kehausan, sakit kepala, lelah, dan lesu
• Perbanyak minum air putih bila tidak dibatasi oleh Dokter
• Bila sakit atau ada tanda-tanda gula darah meningkat, segera
konsultasi dengan Dokter . Simpan nomer kontak Dokter atau fasilitas
kesehatan yang bisa dihubungi dalam kondisi gawat darurat
34. Kesimpulan
• Pada masa pandemi Covid-19 ini, berbagai penyesuaian
dilakukan dengan memprioritaskan pelayanan kontak
tidak langsung atau secara daring.
• Diharapkan melalui program ini, penyandang penyakit
kronis seperti bisa mengelola kesehatannya dengan baik,
serta kualitas hidup peserta tersebut tetap optimal,
meskipun sedang menderita penyakit diabetes melitus
ataupun hipertensi di masa pandemi Covid 19