Pandu PTM di FKTP bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular secara terpadu melalui deteksi dini, penanganan kasus, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam Posbindu PTM.
1. PEREMUAN KOORDINASI PANDU PTM DI FKTP
KERINCI, 30 JUNI 2022
MUHAMMAD, SKM, MSi.
DINASKESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2022
2.
3. KONSEP DASAR PANDUPTM DIFKTP
• Pengertian
Pandu PTM di FKTP adalah penyelenggaraan
pencegahan dan pengendalian PTM yang dilaksanakan
secara komprehensif dan terintegrasi melalui Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP).
• Tujuan
Pencegahan dan pengendalian PTM adalah upaya
kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan
preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan
rehabilitatif serta paliatif yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan, dan kematian.
• Sasaran
Sasaran Pandu PTM di FKTP meliputi individu dan/atau
kelompok masyarakat baik yang berisiko PTM maupun
yang tidak berisiko.
4. PELAYANAN TERPADU PANDU (PTM)
• Diadop dari WHO-PEN yang disesuaikan kebutuhan program di Indonesia
• Bertujuan memperkuat sistem kesehatan dan fungsi layanan primer
• Setting intervensi prioritas yang cost effective untuk pelayanan berkualitas
sesuai dengan kemampuan daerah
• Paket intervensi essensial minimal dalam JKN
• Dititik beratkan pada manajemen Hipertensi dan DM dengan penambahan
pelayanan kanker, thalassemia, glukoma, gangguan pendengaran dan
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
• Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (Posbindu PTM) dikembangkan
sebagai bagian dari Pandu PTM yang memungkinkan rujukan ke
Puskesmas untuk penanganan lebih lanjut.
5. PENGEMBANGAN
PELAYANAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR
(PANDU PTM) DI INDONESIA
2011
2012
2013
2014 2016
2015 2017
2018
2019
• Penyusunan
Pedoman Pandu
PTM
• Piloting
Pandu PTM di
5 Provinsi
• TOT
Pandu PTM untuk
21 Provinsi
• Pelatihan Pandu
PTM di
18 Provinsi
Workshop
WHO-PEN
• Pelatihan Pandu
PTM di
34 Provinsi
• Evaluasi
penerapan Pandu
PTM di 14 Provinsi
Piloting
Pandu PTM di
26 Provinsi
Penilaian kesaiapan
penerapan Pandu
PTM di 2 Provinsi
• Pelatihan Nasional
untuk penerapan
WHO-PEN (3)
• TOT
Pandu PTM untuk 13
Provinsi
• Pelatihan Pandu PTM
di
4 Provinsi
• 50% Puskesmas
melaksanakan
PANDU PTM
Penilaian kesiapan
penerapan Pandu
PTM di 2 Provinsi
2011
2012
2013
2014 2016
2015 2017
2018
2019
• Penyusunan
Pedoman Pandu
PTM
• Piloting
Pandu PTM di
5 Provinsi
• TOT
Pandu PTM untuk
21 Provinsi
• Pelatihan Pandu
PTM di
18 Provinsi
Workshop
WHO-PEN
• Pelatihan Pandu
PTM di
34 Provinsi
• Evaluasi
penerapan Pandu
PTM di 14 Provinsi
Piloting
Pandu PTM di
26 Provinsi
Penilaian kesaiapan
penerapan Pandu
PTM di 2 Provinsi
• Pelatihan Nasional
untuk penerapan
WHO-PEN (3)
• TOT
Pandu PTM untuk
13 Provinsi
• Pelatihan Pandu
PTM di
4 Provinsi
• 50% Puskesmas
melaksanakan
PANDU PTM
Penilaian kesiapan
penerapan Pandu
PTM di 2 Provinsi
6. PELAYANAN
TERPADU PTM
(PANDU PTM)
Ruang Lingkup
Upaya pencegahan, pengendalian, dan tata
laksana yang terintegrasi untuk tindak lanjut
faktor risiko dan penyakit tidak menular
(penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus,
penyakit paru kronis, dan kanker) serta PTM
lainnya di Puskesmas dan FKTP
Sasaran
Penduduk usia 15 tahun ke atas yang datang ke
Puskesmas/FKTP untuk kunjungan sakit
maupun kunjungan sehat
7. RUANG LINGKUP PANDU PTM DI FKTP
1
.
2
.
3
.
4
.
5
.
6
.
7
.
Promosi Kesehatan
Deteksi Dini Faktor Risiko PTM
Peningkatan Peran Serta
Masyarakat Penemuan Kasus
PTM
Penanganan Kasus PTM
Pencatatan dan Pelaporan
PTM Surveilans Terpadu PTM
Pemantauan dan Penilaian
Kegiatan
8. Promosi kesehatan
bertujuan untuk
mewujudkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dengan
menciptakan dan
mentradisikan perilaku
CERDIK masyarakat
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar seharusnya memiliki kemampuan
untuk memberikan pendidikan dan koseling terhadap faktor risiko PTM
1. PROMOSI KESEHATAN
9. 2. DETEKSI DINI FR PTM
Deteksi dini dilakukan untuk menemukan faktor risiko PTM sedini mungkin
terhadap individu dan/atau kelompok yang berisiko atau tidak berisiko secara
rutin;
Deteksi Dini
Kegiatan deteksi dini faktor risiko ini dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan atau pada kelompok masyarakat khusus melalui Posbindu.
Skrining/Uji Tapis
Skrining/Uji Tapis bukan untuk diagnosis tetapi untuk menjaring dan
menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak, oleh karena
itu memerlukan follow-up yg cepat dan pengobatan yang tepat pula.
10. WHO/ISH Risk Prediction
Chart
PANDU PTM SEBAGAI PENDEKATAN FAKTOR
RISIKO PTM TERINTEGRASI DI FKTP
Peningkatan tatalaksana faktor risiko
utama (Konseling Upaya Berhenti
Merokok, Hipertensi, Dislipidemia, Obesitas
dll) di fasilitas pelayanan kesehatan dasar
(Puskesmas, Dokter Keluarga,
Klinik/Praktek Swasta).
Peningkatan Respons Cepat
Kegawatdaruratan PTM di masyarakat dan
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Tatalaksana terintegrasi Hipertensi dan
Diabetes melalui pendekatan Faktor Risiko.
Prediksi risiko penyakit Jantung dan Stroke
dengan Charta WHO PEN.
11. 3. PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian PTM, baik secara perorangan maupun kelompok dilakukan
melalui kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dengan
membentuk dan mengembangkan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
PTM.
Pada Posbindu PTM dapat dilaksanakan kegiatan deteksi dini,
monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan
berkesinambungan dibawah pembinaan puskesmas.
12. Monitoring :
• Obesitas
• Hipertensi
• Hiperglikemi
• Hiperkolesterol
• Pem.Klinis Payudara
• Faktor lain
Kegiatan Bersama
• KIE
• Aktifitas Fisik
• Sarasehan
Konseling :
• Diet,
• Stop merokok
• Stress
• Self Care
Sekolah
Tempat Kerja
Jemaah Haji / KBIH
PO Bus /Terminal
Tempat Umum / Mall
Kegiatan
Bindu
PTM
Rumah Sehat
Desa
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MELALUI
POSBINDU
PTM
13. 4. PENEMUAN KASUS PTM
Melakukan penemuan kasus PTM sedini
mungkin (early diagnosis) melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
5. PENANGANAN KASUS PTM
Penanganan kasus PTM sesegera mungkin
(prompt treatment) melalui pelayanan
pengobatan dan perawatan, serta rujukan
ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan bila
diperlukan.
Dalam melakukan penanganan kasus,
tenaga kesehatan di FKTP harus
mempromosikan perilaku ”PATUH”.
P
A
T
U
H
Periksa Kesehatan secara
rutin dan ikuti anjuran
dokter
Atasi Penyakit dengan
pengobatan yang tepat dan
teratur
Tetap diet sehat dengan gizi
seimbang,
Upayakan beraktivitas fisik
dengan aman,
Hindari rokok, alkohol dan zat
karsinogenik lainnya
Program Patuh bagi yang sudah menyandang
PTM diselenggarakan agar mereka rajin kontrol
dan minum obat
14. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan
ALUR PELAYANAN PUSKESMAS
Pasien Pendaftaran
Pengukuran
Antropometri
Ruang Poli Umum
Ruang Pemeriksaan
Kesgimul
KIA/KB, Anak
Ruang PTM,Jiwa,UBM,
Akupresur
Ruang Konseling Terpadu
UGD
Persalinan
Rujukan Pulang
L
A
B
O
R
F
A
R
M
A
S
I
16. PENDEKATAN
FAKTOR
RISIKO
DAN
GEJALA
PTM
- Batuk kronis
berdahak
- Sesak nafas
- Peningkatan
produksi
sputum
- Perubahan
warna dahak
- Batuk dengan
demam
- Sering makan
- Sering merasa
haus
- Sering BAK
- sesak
- Nyeri dada
- kesemutan
- sakit kepala
hebat
- Rasa berdebar-
debar
- sesak
- udem kedua
tungkai
- sakit kepala
hebat atau tidak
biasa
- sakit pada
belakang kepala
- Denyut jantung
bertambah
cepat
- Banyak keringat
- Pernafasan
terganggu
- Otot terasa
tegang
- Sulit tidur
- Gangguan
lambung
- Perubahan
nafsu makan
- Sulit
berkonsentrasi
- Sering BAK
FAKTOR
RESIKO
DENGAN
GEJALA
DIAGNOSA
KERJA
- Gangguan
lambung
- Berkeringat
berlebihan
- Berdebar-
debar
PPOK, ASMA, TB,
Kanker Paru,
Pneumonia
DM- Hipertensi Penyakit Jantung
Infark Miokard
Infark Miokard
Strok
Infark Miokard
Penyakit
Jantung
Infark Miokard
Strok
KONSELING SESUAI FAKTOR RISIKO
ROKOK
OBESITAS, pola
makan, HIPERKOLESTERO
L
HIPERTENSI STRESS ALKOHOL
- Berapa lama
sebagai
perokok
- Usia mulai
merokok
- Banyak batang
rokok yang
dikonsumsi/ hari
- Jenis rokok
- Apakah terpapar
rokok/ perokok
pasif
- Kadar
kolesterol
- Konsumsi
makanan
berlemak
- Stressor
lingkungan
- Stressor
fisiologik
- Stressor
pikiran
- Berapa lama
sebagai
peminum
alkohol
- Usia mulai
minum
alkohol
- Banyak
alkohol yang
dikonsumsi/
hari
- Kadar
alkohol
- Derajat
hipertensi
- Lama menderita
hipertensi
- Riwayat
hipertensi dalam
keluarga
- Konsumsi garam
sehari-hari
- Riwayat
hipertensi dalam
kehamilan
- Derajat obesitas
- Lama menderita
obesitas
- Riwayat obesitas
di keluarga
- Pola makan
(konsumsi
garam, gula,
lemak, buah-
sayuran)
- Aktivitas fisik
terkait pekerjaan
- Olahraga
FAKTOR
RISIKO
A
N
A
M
N
E
S
I
S
Ya Ya
18. RUJUKAN KASUS DI PUSKESMAS (TERINTEGRASI
DENGAN RUJUK BALIK BPJS KESEHATAN)
19. Program Rujuk Balik (PRB) meliputi: penyakit-
penyakit kronis (DM, Hipertensi, Penyakit Jantung,
Asma, PPOK, Epilepsy, Skizofren, Stroke, dan SLE.
Wajib dilakukan bila kondisi pasien sudah dalam
keadaan stabil.
Disertai surat rujuk balik dari dokter spesialis/sub
spesialis.
PROGRAM RUJUK BALIK
(PERMENKES NO. 28 TAHUN 2014)
20. 6. PENCATATAN DAN
PELAPORAN
Setiap penyelenggaraan
kegiatan dalam rangka
pencegahan dan pengendalian
PTM harus dicatat dan
dilaporkan oleh petugas
penanggung jawab sesuai
dengan sistem pelaporan yang
terintegrasi dalam sistem
informasi kesehatan.
Pencatatan dan pelaporan
rutin, merujuk pada sistem
pencatatan dan pelaporan
melalui Sistem informasi dan
Surveilans PTM
PUSKESMAS
Alur-1
PENGENDALIAN PTM MULAI DARI POSBINDU PTM, PUSKESMAS,
DAN RUMAH SAKIT
Hasil
wawancara
dan
pemeriksaan
FR PTM:
-Hipertensi
-Dislipidemia
-Hiperglikemia
-Obesitas
-dan lain-lain
PENYAKIT TIDAK
MENULAR:
- PJK-PD
-Stok
-Diabetes Melitus
-Kanker
-PPOK dan Asma
-Gakti
DIAGNOSIS:
- Pemeriksaan
- Pemeriksaan
penunjang
TATALAKSANA DINI
-Respon cepat
-Pengobatan dini
KONSELING
- Berhenti merokok
- Konsumsi makanan sehat
- Berhenti minum alcohol
- Lakukan aktifitas fisik secara
teratur
- Kendalikan stres
- Taat terhadap pengobatan
KIE
“CERDIK”
POSBINDU
PTM
RUJUKAN:
RUMAH SAKIT
21. 7. SURVEILANS TERPADU PTM
Surveilans PTM adalah kegiatan
pengamatan yang sistematis dan
terus menerus terhadap data dan
informasi tentang kejadian faktor
risiko dan kasus PTM, serta
kondisi yang mempengaruhi
peningkatannya untuk
memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan
tindakan pencegahan dan
pengendalian secara efektif dan
efisien.
22. 8. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN KEGIATAN
• Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
melakukan pemantauan dan penilaian (monitoring dan evaluasi)
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian PTM di FKTP sesuai
dengan kebijakan dan strategi pencegahan dan pengendalian PTM di FKTP.
• Tujuan kegiatan penilaian kinerja pengendalian PTM di puskesmas adalah
untuk mengetahui:
o Tingkat kesadaran masyarakat;
o Tingkat pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat pelayanan pengendalian
PTM di masyarakat dan pusat rujukan antara/rujukan medik spesialistik
terbatas antar puskesmas;
o Tingkat kemampuan menangani kasus emergensi/komplikasi, dalam
batas kewenangan yang boleh dilakukan oleh tim inter-profesi terlatih;
o Mendapatkan data dan informasi untuk perencanaan tahun yang akan
datang;
o Pemanfaatan data dan informasi yang dihasilkan.
23. FKRTL
Melaporkan dan
berkoordinasi
Pembinaan
Tenaga kesehatan
melakukan pemeriksaan
fisik, pemeriksaan
laboratorium sederhana,
penegakkan diagnosis,
serta tatalaksana kasus
PTM, sesuai dengan
kewenangan dan
kompetensinya
Melakukan deteksi dini FR
PTM, monitoring,
penyampaian KIE
Melakukan rujukan kasus
dan menerima rujuk balik
Melakukan upaya
rehabilitatif dan paliatif
berbasis masyarakat
Melakukan pelayanan
spesialistik sesuai
permasalahan
kesehatan
Perilaku
Hidup CERDIK
Perilaku
PATUH
Menjadi
Peserta JKN
FKTP
LAINNYA
PUSKESMAS
Melakukan deteksi
dini FR PTM,
monitoring,
penyampaian KIE
Melakukan rujukan
Puskesmas/FKTP
sesuai kriteria
rujukan
Melakukan
rujuk balik
25. B. TATALAKSANA
• Tatalaksana PTM di puskesmas dilaksanakan secara terpadu
(terintegrasi) mulai saat ditemukan faktor risiko sampai pada
penatalaksanaannya.
Contohnya :
Merokok sebagai suatu faktor risiko bersama PTM, maka jika pasien
dengan riwayat merokok/bekas perokok datang ke puskesmas
dengan gejala pernapasan (asma, PPOK, curiga kanker paru), maka
dokter juga harus memikirkan kemungkinan pasien tersebut juga
memiliki penyakit jantung/kardiovaskular atau metabolik (DM) atau
PTM yang lainnya.
27. • Kartu prediksi risiko PTM
digunakan untuk menilai dan
mengendalikan risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah
berdasarkan faktor risiko seperti
hipertensi, DM dan merokok
sebagai titik awal penilaian (entry
point)
•Digunakan untuk skrining,
terutama pada:
• Usia > 40 tahun
•Perokok
•Lingkar perut > Normal
•Riwayat hipertensi pada keluarga
•Riwayat DM atau penyakit ginjal
pada keluarga
KAPAN KARTU PREDIKSI RISIKO PTM ( CARTA )
DIPERGUNAKAN ?
30. ALUR PANDU PTM DI FKTP
Pasien/ Pengunjung FKTP Loket Pendaftaran
Poli Rawat Jalan (PTM, KB/KIA, Umum, Lansia)
Wawancara Faktor Risiko PTM
Pengukuran antropometri dan Pemeriksaan
Gunakan Carta untuk kondisi:
Usia ≥40 tahun atau usia < 40 tahun yang memiliki ≥3 faktor risiko
Tentukan diagnosis dan nilai FR PTM
PTM Memiliki FR PTM Sehat
Rujuk
FKRTL
KIE dan Konseling
Tidak Rujuk
Rehabilitasi/ Paliatif
Tatalaksana sesuai standar
Rujuk Balik Deteksi dini komplikasi target organ
Monitoring dan evaluasi
Bila ditemukan Komplikasi pada target organ
31. KUNJUNGAN PERTAMA
Langkah 1 :
Tanyakan tentang keluhan, Riwayat
penyakit, Obat-obatan yang di
konsumsi, Faktor Risiko
Langkah 2 :
Lakukan penilailan (pemeriksaan fisik,
tes darah dan tes urin)
Langkah 3 :
Tetapkan risiko pjpd (bagi yang tidak
dirujuk)
Langkah 4 :
Kriteria Rujukan
Langkah 5 :
Lakukan Konseling dan Tatalaksana
KRITERIA RUJUKAN
TDS > 200mmHg, TDD >120 mmHg
TDS > 140 mmHg , TDD > 90 mmHg pada
usia < 40 tahun
Diketahui menderita Penyakit Jantung,
Stroke, TIA , DM, Penyakit Ginjal (Bila
pemeriksaan belum dilakukan)
Angina, klaudikasio perburukan gagal
jantung
Kenaikan TD > 140/90 meski sudah
terapi 2 macam obat
Proteinuria
Kolesterol Total > 300mg/dL
DM tidak terkontrol, Infeksi /ulkus kaki
DM perburukan dengan gangguan tajam
penglihatan
Risiko tinggi PJPD > 30 %
32. KUNJUNGAN KEDUA
Langkah 1 :
Tanyakan
Langkah 2 :
Lakukan penilaian
Langkah 3 :
Estimasi risiko PJPD
• <20% cek ulang tiap 12 bulan
• 20-30% lanjutkan konseling & terapi, cek tiap 3 bulan
• Risiko > 30% setelah kunjungan 3-6 bulan intervensi obat pada kunjungan pertama ,
lanjutkan ke tingkat berikutnya.
Langkah 4 :
Rujuk bila perlu
Langkah 5 :
Konseling dan terapi sesuai protokol
33. STUDI KASUS
Kelompok 1
Seorang laki-laki berusia 70 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan pusing
sejak 3 hari yang lalu. Sesak nafas dan nyeri dada disangkal. Pasien diketahui
memiliki hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, merokok satu bungkus per hari.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/100 mmHg, nadi 90 x/mnt, pernafasan
20x/mnt dan Suhu 37,2°C. Pemeriksaan jantung: terdapat kelainan, paru,
abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium:
Kolesterol total pasien 305 mg/dl, gula darah puasa 180 mg/dl dan gula darah 2
jam PP 250 mg/dl.
Pertanyaan?
a. Apakah faktor risiko Kardiovaskular pada pasien ini?
b. Berapakah resiko kejadian penyakit kardiovaskular pasien tersebut?
c. Apakah tatalaksana yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko kejadian
Kardiovaskular beserta target terapinya?
34. Kelompok 2
Seorang perempuan berusia 47 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri
dada sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dada pasien tidak khas. Sesak disangkal. Pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu, tidak merokok.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan TD 160/90 mmHg, nadi 88 x/mnt, pernafasan
18 x/mnt. Suhu 36,8 °C . Pemeriksaan jantung terdapat kelainan, paru, abdomen
dan ekstremitas dalam batas normal.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil sebagai berikut: Kolesterol total
pasien 280 mg/dl, gula darah puasa 90 mg/dl dan gula darah 2 jam PP 140 mg/dl.
Pertanyaan?
a. Apakah faktor risiko Kardiovaskular pada pasien ini?
b. Berapakah resiko kejadian penyakit kardiovaskular pasien tersebut?
c. Apakah tatalaksana yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko kejadian
Kardiovaskular beserta target terapinya?
STUDI KASUS
35. Kelompok 3
Seorang laki-laki berusia 40 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan berdebar
sejak 3 hari yang lalu, timbul sejak ayahnya meninggal. Ayah pasien seorang
penderita penyakit jantung koroner sejak berusia 42 tahun dan di usianya yang 54
tahun sudah mengalami Bedah Pintas Arteri Koroner. Sesak nafas dan nyeri dada
disangkal. Pasien tidak memiliki hipertensi tetapi ibunya seorang penderita
hipertensi. Tidak merokok.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan TD 130/80 mmHg, nadi 70x/mnt, pernafasan
20x/mnt. Suhu 37°C. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan ekstremitas dalam
batas normal. Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil sebagai berikut:
Kolesterol total pasien 160 mg/dl, gula darah sewaktu 160 mg/dl.
Pertanyaan?
a. Apakah faktor risiko Kardiovaskular pada pasien ini?
b. Berapakah risiko kejadian penyakit kardiovaskular pasien tersebut?
c. Apakah tatalaksana yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko kejadian
Kardiovaskular beserta target terapinya?
STUDI KASUS
36. Kelompok 4
Laki-laki, 64 tahun, datang dengan keluhan sakit kepala sejak beberapa hari yang
lalu. Pasien di ketahui menderita hipertensi sejak 10 tahun lalu dan saat ini pasien
secara rutin mengkonsumsi kaptopril dan amlodipin setiap hari. Ayah pasien
meninggal akibat stroke pada umur 56 tahun akibat hipertensi yang tidak
terkontrol.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/75 mmHg, Pemeriksaan laboratorium:
kolesterol total 300 g/dL, LDL 170 g/dL, HDL 30 g/dL, dan EKG dalam batas normal.
Pertanyaan :
a. Apa saja faktor risiko kardiovaskular pada pasien tersebut ?
b. Bagaimana stratifikasi risiko kardiovaskular pada pasien tersebut?
c. Apakah tatalaksana yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko kejadian
Kardiovaskular beserta target terapinya?
STUDI KASUS
37. Kelompok 5
Laki-Laki berusia 59 tahun, datang ke PKM dengan keluhan sakit
kepala yang hilang timbul sejak 6 bulan terakhir. Pasien sering
meminum obat warung tapi sakit kepalanya tidak sembuh. Pasien
mempunyai kebiasaan merokok 2 bungkus/hari dan masih sering
begadang bersama teman-teman kampung sampai jam 2 pagi. Sejak
3 tahun yang lalu setelah pensiun pasien mengelola dan menjaga
warung yang menjual barang kelontong, mulai dari jam 08.00 sampai
menjelang jam 22.00. Dia pernah dirawat di Rumah Sakit tingkat II
dengan keluhan sakit kepala. Sejak kejadian tersebut, pasien sering
mengeluh sakit dada kiri, namun malas berobat. Pasien sudah
konsultasi beberapa kali ke puskesmas, mendapat saran untuk diet
1700 kalori, olah raga dan menghentikan rokok serta mendapat
pengobatan Amlodipin 1x10mg.
STUDI KASUS
38. Dari pemeriksaan didapatkan tinggi badannya 164 cm, berat
badannya 89 kg, lingkar perut 104 cm dan tekanan darah
150/90mmHg. Hasil pemeriksaan darah: gula darah puasa 210mg/dL
dan gula darah 2 jam setelah makan 251mg/dL, kolestrol total
280mg/dL dan asam urat 11mg/dL.
Pertanyaan :
1. Apa saja faktor risiko kardiovaskular pada pasien tersebut ?
2. Bagaimana stratifikasi risiko kardiovaskular pada pasien
tersebut?
3. Apakah tatalaksana yang harus dilakukan untuk mengurangi
risiko kejadian Kardiovaskular beserta target terapinya?