Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen ini membahas hasil penelitian tentang peningkatan pemahaman siswa terhadap bilangan desimal melalui kegiatan pengukuran berat badan dan volume menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan pengukuran tersebut dapat membantu siswa memahami bilangan desimal dan kerapatannya.
Kondisi Konkrit untuk pembelajaran bilangan desimal
1. 1
Tugas Individu Meringkas Jurnal (Menulis Artikel Ilmiah)
LILIA ISMARTI*
06022681419028**
*Mahasiswa ProgramMagister PPS Unsri
** NIM Mahasiswa
Kondisi Konkrit untuk Pembelajaran Bilangan Desimal
(A Concrete Situation For Learning Decimals)
Jurnal dengan Judul “A Concrete Situation For learning Decimals” ini ditulis oleh Puri
Pramudiani, Zulkardi, Yusuf Hartono, dan Barbara van Ameron yang dipublikasikan pada
IndoMS.J.M.E dengan Volume 2 No. 2 bulan July 2011, pada halaman 95-126. Tujuan Penelitian
ini untuk menginvestigasi salah satu situasi yang memungkinkan para siswa untuk mempelajari
bilangan bilangan desimal dengan cara yang bermakna, seperti p a d a kegiatan pengukuran.
Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode design riset dengan metode pendekatan
PMRI. Adapun metode pendekatan PMRI pada penelitian ini adalah menekankan pada
rancangan konteks dan design tentang pengukuran yang tepat pada kegiatan menimbang berat
badan dan volume. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjawab pertanyaan Peneliti yaitu
“Bagaimana dengan melakukan kegiatan menimbang (mengukur) dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap bilangan desimal?
Untuk membangun pengetahuan konseptual bilangan desimal, masalah yang diberikan
harus bermakna bagi siswa. Dalam penelitian ini, Pendidikan Matematika Realistik (RME)
menjadi dasar konteks desain dan kegiatan. Zulkardi & Ilma (2006) menyatakan bahwa
konteksnya adalah titik utama bagi siswa dalam mengembangkan matematika. Di Indonesia,
RME diadaptasi selama lebih dari sepuluh tahun terakhir, yaitu Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI), dengan dukungan dari sekelompok pendidik matematika Belanda untuk
membuat gambar baru dari pendidikan matematika di sekolah dasar (Sembiring et al, 2010).
Sebagai dasar penelitian ini, pendekatan RME didefinisikan secara mendalam melalui lima
prinsip untuk Realistic Mathematic Education oleh Treffers (1987 di Bakker, 2004): yaitu a).
Eksplorasi fenomenologis. B). Menggunakan model dan simbol untuk mathematization
progresif. c). Menggunakan konstruksi dan produksi siswa sendiri. d). Interaktivitas. e). Antara
Element berpasangan.
Percobaan dilakukan dengan cara mewawancara guru dan siswa untuk menyesuaikan
dengan konsep Hipotesis Belajar lintasan (HLT). Sebanyak 73 siswa yang terlibat dalam kajian
awal (26 siswa di kelas 5A, 23 siswa di kelas 5B, dan 24 siswa di kelas 5C), tetapi hanya 7 siswa
yang terlibat dalam rangkaian kegiatan percobaan percontohan. Untuk menyesuaikan dengan
konsep HLT, maka dibentuklah kelompok kecil. Dengan memilih 7 siswa yang mengandung
kemampuan beragam (2 siswa tingkat tinggi, 3 siswa tingkat rata-rata, dan 2 siswa tingkat
rendah) akan mewakili kemampuan siswa lain di seluruh kelas.
Setelah setiap kegiatan yang dilakukan, guru dan peneliti membuat refleksi dalam rangka
meningkatkan kegiatan dirancang dan juga sebagai umpan balik untuk memperbaiki kelemahan
atau kesulitan dalam proses pembelajaran. Dan sebanyak 26 siswa dan seorang guru di kelas
5A, SDN 21 Palembang terlibat dalam percobaan Pembelajaran.
Temuan dalam penelitian ini adalah: 1) kegiatan pengukuran (berat badan dan volume)
dapat meningkatkan pengertian siswa terhadap bilangan desimal di mana siswa dapat
menemukan bilangan desimal dan menentukan posisinya di antara dua bilangan bulat
berurutan (pada timbangan); 2) berdasarkan pengamatan, visualisasi timbangan yang berisi
2. 2
urutan bilangan dapat memancing pemikiran siswa menggunakan garis bilangan sebagai model
untuk menempatkan besarnya bilangan desimal; 3) garis Bilangan memainkan peran penting
dalam menjembatani kegiatan berbasis pengalaman ke tingkat yang lebih formal dalam
matematika (menempatkan besarnya bilangan desimal.
Dalam kegiatan menimbang duku, para siswa juga menemukan bahwa ada bilangan
desimal satu digit di antara angka dua bilangan bulat berurutan (misalnya antara 0 kg dan 1 kg
ada 0,1 kg, 0,5 kg, 0,8 kg; dll). Mereka menemukan bilangan desimal dengan memperkirakan
timbangan pertama dan setelah itu mereka membuka stiker tertutup untuk melihat berat
aktual pada timbangan.
Dalam Kegiatan menimbang padi, para siswa mulai membuat urutan bilangan desimal
(bilangan desimal satu digit) melalui menghitung garis-garis panjang (timbangan besar)
menggunakan pendekatan ke bilangan bulat berurutan (garis pertama pertama adalah 0,1 kg,
garis kedua adalah 0,2 kg, dan garis ketiga adalah 0,3 kg, ..., garis kesembilan adalah 0,9 kg).
Dari penemuan itu, para siswa dapat menemukan bahwa ada sepuluh bagian yang
mengandung bilangan desimal satu digit di antara dua bilangan bulat berurutan yang akhirnya
bisa membawa siswa ke dalam ide bilangan desimal mengacu pada basis bilangan sepuluh,
yaitu: 0,1 adalah di garis pertama dari sepuluh garis keseluruhan (satu per sepuluh); 0,5 adalah
di garis kelima dari sepuluh garis keseluruhan (lima per sepuluh), dst.
Kegiatan mengukur volume minuman bertujuan untuk mengembangkan penguasaan
siswa pada bilangan desimal dua digit. Dalam kegiatan ini, para siswa mulai membuat
representasi gelas ukur yang berisi garis-garis kecil di antara dua bilangan desimal satu digit
berurutan. Visualisasi gelas ukur dapat mendorong siswa untuk memahami gagasan bahwa ada
bilangan desimal dua digit di antara dua bilangan desimal satu digit berurutan. Melalui
penemuan ini, para siswa mendapat wawasan tentang gagasan kerapatan bilangan (antara dua
bilangan bulat berurutan ada bilangan desimal, dan antara dua bilangan desimal satu digit
berurutan ada bilangan desimal lain, yaitu bilangan desimal dua digit, dll). Selain itu, mereka
juga menemukan gagasan bahwa bilangan desimal dua digit mengacu pada pembagian sepuluh
dari sepuluh (pada garis bilangan), misalnya 0,25 adalah pada dua puluh lima per seratus dari
garis seluruhnya.
Berdasarkan hasil penilaian, 69% siswa menunjukkan kemampuan yang baik dalam
membaca timbangan, 85% siswa memiliki pengetahuan yang baik dari bilangan desimal, dan
77% siswa dapat menguasai gagasan kerapatan bilangan desimal pada garis bilangan.
Berdasarkan hasil wawancara, 92% siswa memilih bilangan baris sebagai alat untuk
menempatkan besarnya bilangan desimal.
Kesimpulan
Melalui kegiatan pengukuran dengan menggunakan timbangan manual dan timbangan
digital, Siswa mengetahui bahwa ada bilangan desimal di antara dua bilangan asli berurutan.
Konteks kegiatan yang dirancang (mengukur berat badan dan volume) dapat menjadi
situasi konkret untuk belajar bilangan desimal. Hal ini dapat membawa siswa belajar
mengembangkan dari tingkat informal ke tingkat pra-formal yang berisikan wawasan ide-ide
matematika.
Penelitian ini merekomendasikan untuk studi lebih lanjut tentang bilangan desimal dalam
penerapan Pendidikan Matematika Realistik sebagai pendekatan dasar pembelajaran bilangan
desimal.
3. 3
Puri Pramudiani
Indonesia University of Education, Bandung, Indonesia
E-mail:pramudiani_p@yahoo.co.id
Zulkardi
Sriwijaya University, Palembang,Indonesia E-mail:zulkardi@yahoo.com
YusufHartono
Sriwijaya University, Palembang,Indonesia
E-mail:yusuf_hartono@fkip.unsri.ac.id
Barbaravan Amerom
Freudenthal Institute, Utrecht University, the Netherlands
References
Bakker, A. (2004). Design Research in Statistics Education. On Symbolizing and Computer
Tools. Amersfoort: Wilco Press.
pdiknas (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Desmet et al. (2010). Developmental Changes In The Comparison of Decimal Fractions, Centre
for Research on The Teaching of Mathematics, Learning and Instruction, 521-532. Belgium:
Centre for Research on The Teaching of Mathematics.
Gravemeijer. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: Freudenthal
Institute.
Gravemeijer. (2004). Local Instruction Theories as Means of Support for Teacher in Reform
Mathematics Education. Utrecht: Freudenthal Institute & Department of Educational Research,
Utrecht University.
Lachance&Confrey (2002). Helping Students Build A Path of Understanding fromRatio and
Proportion to Decimal Notation. Journal of Mathematical Behavior (vol 20 page 503-526).
USA: State University of New York, University of Texas.
Markovits, Z. & Even, R. (1999). The Decimal Point Situation: A Close Look at The Use of
Mathematics-Classroom-Situations In Teacher Education. Teaching and Teacher Education 15,
653-665. Israel: Centre for Mathematics Education,
Oranim School of Education, Tivon, 36006 & Department of Science Teaching, Weizmann
Institute of Science, Rehovot, 76100.
Merenlouto, K. (2003). Abstracting the density of numbers on the number line- a quasi
experimental study. In N. A. Pateman, B. J. Dougherty & J. Zilliox (Eds.),Proceedings of the
2003 Joint Meeting of PME and PMENA (Vol. 3, pp.
285 -292). Honolulu, HI: CRDG, College of Education, the University of
Hawai'i.
Sembiring, R., Hoogland, K., and Dolk, M. A Decade of PMRI in Indonesia.
Bandung, Utrecht: PMRI Team.
4. 4
Van Galen, F.V.,Figuerido, N,and Keijzer, R.(2008).Fractions, Percentages, Decimals, and Proportions,
Freudenthal Institute: SensePublishers.
Vicki et al (1999). Teaching and Learning Decimals. Australia: Department of Science and
Mathematics Education University of Melbourne, University of Melbourne.
Widjaja, W. (2008) Local Instruction Theory on Decimals: The Case of Indonesian Pre-Service
Teachers. Published Dissertation. Australia: University of Melbourne.
Zulkardi. (2002). Developing A Learning Environment on Realistic Mathematics Education For
Indonesian Student Teachers. Enschede: University of Twente.
Zulkardi & Ilma, R. (2006). Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika, Semarang:
Prosiding KNM 13