3. HISTORY
Konsep Pembangunan Berkelanjutan pertama kali diperkenalkan
sebagai tujuan sosial pada Konferensi Lingkungan Hidup Perserikatan
Bangsa-Bangsa pertama di Stockholm pada tahun 1972. Latar belakang
konferensi tersebut dipicu oleh kekhawatiran global tentang kemiskinan
yang berkepanjangan dan meningkatnya ketidakadilan sosial, ditambah
dengan kebutuhan akan pangan dan masalah lingkungan global serta
kesadaran bahwa ketersediaan sumber daya alam untuk mendukung
pembangunan ekonomi sangat terbatas
3
4. Thomas Malthus
An Essay on the Principles of Population (1798)
yang menggambarkan ketakutan akan pertumbuhan populasi
manusia, yaitu pesatnya perkembangan industri pada abad ke-19
disertai polusi dan pusat-pusat pertumbuhan bagi
masyarakat.bekerja dalam kondisi yang buruk di kota-kota besar. Era
perubahan sosial yang bermasalah, kekakuan sosial dan anarkisme,
termasuk tumbuhnya gerakan yang terkait dengan lingkungan dan
kesehatan masyarakat di populasi perkotaan. 4
5. pemahaman ilmiah dan sistematis
tentang keterkaitan antara spesies
alami, populasi dan lingkungannya
seperti dalam Teori Evolusi
Darwin dan asal usul ekologi
—Thomas Malthus
5
6. tahun 1960-an gerakan melawan pencemaran lingkungan industri lebih
memperhatikan hubungan timbal balik antara aktivitas manusia dan lingkungan
alam. Menggunakan pendekatan 'sistem' dan model komputer
tahun 1972 'Limit of Growth' lahir, sebuah proyek Club
of Rome, sebuah organisasi individu yang memiliki
kepedulian yang sama untuk masa depan umat
manusia, yang didanai oleh Volkswagen Foundation.
6
7. Brundtland Report
7
Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Prinsip-prinsip dasar Pembangunan Berkelanjutan dapat dikategorikan sebagai berikut:
• Amanah Umum/Masyarakat: Adanya kewajiban negara untuk mengelola sumber daya alam yang
dipercayakan untuk kepentingan rakyatnya.
• Prinsip kehati-hatian: mengambil tindakan untuk mencegah kerusakan permanen atau permanen dan
pencegahannya tidak dapat ditunda hanya karena pengetahuan ilmiah yang terbatas.
• Keadilan Antargenerasi: Generasi mendatang tidak boleh dirugikan atau terpengaruh secara merugikan oleh
keputusan yang dibuat saat ini.
• Prinsip Subsidiaritas: Keputusan harus diambil atau dilakukan dengan mempertimbangkan keputusan atau
masukan dari lembaga dan pemangku kepentingan pada tingkat yang paling rendah sesuai dengan
kapasitasnya.
• Pencemar Membayar: Biaya kerusakan/gangguan lingkungan harus ditanggung oleh pihak-pihak yang juga
bertanggung jawab atas kerusakan/gangguan tersebut.
8. 8
memperhatikan upaya penyelesaian
kemiskinan dan ketidakadilan sosial yang
sedang berlangsung di antara bangsa-bangsa
di dunia. Kepercayaan masyarakat, partisipasi
pemerintah pusat dan daerah
10. Tahun 1972 pada konferensi PBB tentang
Lingkungan Manusia di Stockholm, disebutkan
tantangan untuk menjaga “keberlanjutan dalam
konteks pertumbuhan dan pembangunan ekonomi”.
Pada momentum ini pertama kali konsep
keberlanjutan diangkat ke permukaan global.
Penerbitan buku Blockbuster Limits to Growth pada
tahun 1972 oleh Club of Rome juga dengan tegas
menyatakan bahwa “pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan” pada ekonomi yang berlaku akan
bertabrakan dengan sumber daya bumi yang
terbatas.
10
11. 11
Pada tahun 1980 frasa berkelanjutan diperkenalkan melalui publikasi berjudul Strategi Konservasi Dunia :
Konservasi Sumber Daya Hidup untuk Pembangunan Berkelanjutan dengan pengantarnya yang
menerangkan bahwa “manusia dalam pembangunan ekonomi dan menikmati kekayaan harus menerima
kenyataan atas keterbatsan sumber daya dan daya dukung ekosistem, dan harus memperhitungkan
kebutuhan generasi mendatang (pencapaian pembangunan berkelanjutan melalui konservasi sumber daya
hayati).
Tahun 1992 pembangunan berkelanjutan diadopsi secara luas pada KTT Bumi Rio dengan salah satu
prinsipnya bahwa pembangunan saat ini tidak boleh mengancam kebutuhan generasi sekarang dan yang
akan datang.
Tahun 2002 pada KTT Dunia PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan (WSSD) di Johannesburg,
membicarakan integrasi tiga komponen pembangunan berkelanjutan : pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan sebagai pilar yang saling bergantung dan saling
menguatkan.
12. Model pembangunan International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN)
12
Tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan perlindungan
lingkungan. Ketiganya menimbulkan hubungan sebab-
akibat.
Hubungan antara ekonomi dan sosial diharapkan
dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable).
Hubungan antara ekonomi dan lingkungan
diharapkan dapat terus berjalan (viable).
Hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan
agar dapat terus bertahan (bearable).
Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan akan menciptakan kondisi berkelanjutan
(sustainable).
13. 13
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Menurut KTT RIO +20
Kebutuhan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan dengan: mempromosikan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif
dan adil, menciptakan peluang yang lebih besar
untuk semua, mengurangi ketidaksetaraan,
meningkatkan standar hidup dasar; mendorong
pembangunan dan inklusi sosial yang adil; dan
mempromosikan pengelolaan sumber daya alam
dan ekosistem yang terintegrasi dan berkelanjutan,
yang mendukung antara lain pembangunan ekonomi,
sosial dan manusia sambil memfasilitasi konservasi
ekosistem, regenerasi dan restorasi dan ketahanan
dalam menghadapi tantangan baru dan yang muncul.
(Majelis Umum PBB 2012, paragraf 4)
14. 14
PENGERTIAN
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Pembangunan berkelanjutan adalah
cara memandang dunia, dengan fokus
pada keterkaitan perubahan mental
ekonomi, sosial, dan lingkungan, dan
cara untuk menggambarkan aspirasi
bersama kita untuk kehidupan yang
layak, menggabungkan pembangunan
ekonomi, inklusi sosial, dan
kelestarian lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan mencoba
memahami interaksi tiga sistem yang
kompleks: ekonomi dunia, masyarakat
global, dan lingkungan fisik bumi.
15. Pembangunan Berkelanjutan
adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri
15
(Brundtland 1987, 41).
16. Konsep “kebutuhan”,
khususnya kebutuhan
kaum miskin di dunia, yang
harus diprioritaskan;
Gagasan keterbatasan yang
dipaksakan (beradaptasi)
dengan keadaan teknologi
dan organisasi sosial pada
kemampuan lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan
sekarang dan masa depan.
Dua Konsep Kunci
Pembangunan Berkelanjutan
(Robinson, 2011:305)
18. Konsep dan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan
Esensi dari pembangunan berkelanjutan adalah internalisasi dampak
setiap tindakan sosial dan ekonomi terhadap lingkungan hidup. Artinya,
setiap kegiatan sosial dan ekonomi perlu menghindari/mencegah atau
memperhitungkan dampaknya terhadap kondisi lingkungan hidup, agar
lingkungan hidup tetap dapat menjalankan fungsinya untuk menopang
kehidupan saat ini dan di masa mendatang.
19. 9 indikator pembatas daya dukung
alam (Jeffry Sachs, 2015)
● Human Induced Climate Changes
● Meningkatnya tingkat keasaman laut (ocean acidification)
● Penurunan lapisan ozone
● ) Polusi dari penggunaan nitrogen dan phosphor
● Penggunaan air tawar (freshwater) yang berlebihan
● Penggunaan lahan
● Keanekaragaman hayati
● Aerosol loading
● Polusi bahan kimia
20. Sustainable Development Goals
(SDGs)
● Pada tanggal 25 September, 2015, komitmen 193 negara di dunia,
termasuk Indonesia terhadap Agenda Pembangunan Global Pasca
2015
● SDGs menekankan pada pemenuhan Hak Asasi Manusia, non-
diskriminasi, perhatian terhadap kaum marjinal dan difabel,
pentingnya partisipasi dan kolaborasi semua pemangku
kepentingan pembangunan: pemerintah, dunia usaha, LSM,
perguruan tinggi dan masyarakat.
22. Kesiapan Negara-Negara dalam
Pelaksanaan SDGs
Hasil kajian SDSN yang dilakukan terhadap 149 negara secara umum
menyimpulkan bahwa semua negara memiliki tantangan dalam
pencapaian SDGs. Tantangan untuk Negara miskin pada umumnya
adalah pada Goal kemiskinan ekstrim, akses terhadap infrastruktur,
kerusakan lingkungan dan inklusi sosial. Sementara itu, tantangan pada
Negara-negara kaya adalah pada ketimpangan, perubahan iklim dan
keanekaragaman hayati
24. PENGERTIAN PEMASARAN KOMUNITAS
● Marketing the community atau biasa disebut pemasaran komunitas adalah
sebuah strategi pemasaran di mana perusahaan atau bisnis tersebut
melakukan interaksi aktif kepada komunitas konsumen tertargetnya.
Tentunya komunitas tersebut memiliki kegemaran, visi serta misi yang
sama.
● Strategi ini berfokus untuk membangun serta mempertahankan hubungan
kepada semua konsumen. Maka dari itu, perusaan harus mendengarkan
serta memberi tanggapan atas apa yang konsumen butuhkan dan inginkan.
● Dengan kata lain, strategi ini sebenarnya adalah sebuah media promosi yang
berfungsi untuk meningkatkan penjualan, meningkatkan konsumen baru
maupun meningkatkan leads.
25. JENIS-JENIS PEMASARAN KOMUNITAS
Organik. Komunitas ini terbentuk atau berinteraksi antara satu
sama lain tanpa adanya campur tangan dari perusahaan atau
brand.
Bersponsor. Komunitas ini terbentuk karena memperoleh
sponsor dari perusahaan atau brand.
26. Manfaat Pemasaran Komunitas
● Mendapatkan kepercayaan konsumen
● Meningkatkan brand awareness
● Memahami kebutuhan konsumen
● Mengenal serta membangun hubungan dengan konsumen
27. Strategi Pemasaran Komunitas
● Bergabung dengan komunitas
● Menghindari hard selling
● Menentukan leads
● Mudah diakses
● Konsisten dalam komunitas
● Optimalkan penggunaan Media Sosial
● Gunakan influencer sebagai ambassador
● Evaluasi secara berkala
29. 29
Cikal bakal munculnya istilah pembangunan masyarakat (community development) secara
global dapat terlihat dari konsekuensi terjadinya kegerakkan pembaharuan sosial di Inggris
dan di Amerika Utara pada sekitar akhir pertengahan abad ke 18.
Pembangunan masyarakat pada awalnya merupakan suatu program pemerintah kolonial
Inggris yang diterapkan pada negara-negara di dunia ketiga sebagai bagian dari proses
dekolonosasi. Barulah sekitar tahun 1950-1960 pembangunan masyarakat (community
development) yang ketika itu masih disebut sebagai “community organization” telah
diterapkan pada daerah-daerah urban dan terpencil (rural) di Amerika Utara (Smith, 1979:
52).
Sebagai konsekuensinya, program-program yang bercirikan dengan pembangunan
masyarakat ini semakin mencuat kepermukaan sejak sekitar tahun 1960-1970 melalui
kegiatan kegiatan pembangunan yang dimotori oleh program-program pemerintahan yang
anti kemiskinan, baik yang ada di negara-negara berkembang maupun di negara-negara
yang sedang berkembang.
—HISTORY
30. Pemakaian istilah pembangunan masyarakat (community
development) mulai dipergunakan pertama kali secara umum di dunia
pembangunan masyarakat sebagai program nasional yang luas dari
pemerintahan kolonial Inggris sebagai pengganti istilah “Mass
Education” (Pendidikan Masal) yang sebelumnya diberlakukan pada
semua negara-negara koloninya pada sekitar tahun 1948.
Pemakluman penggunaan istilah “Pembangunan Masyarakat”
(community development) ini secara resmi dicanangkan sebagai hasil
serangkaian konferensi yang diadakan oleh Kantor Pemerintahan
Kolonial Inggris selama musim panas pada waktu mereka membahas
tentang masalah perbaikan administrasi negara-negara jajahan
mereka di Afrika.
● ISTILAH (COMMUNITY DEVELOPMENT)
31. (Pembangunan Masyarakat adalah suatu
kegerakkan yang direncanakan untuk
meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik
dari segenap anggota masyarakat melalui
partisipasi aktif, dan jika memungkinkan,
merupakan inisiatif dari komunitasnya
—(Brokensha & Hodge,
1969; Adi, 2000)
31
PENGERTIAN (COMMUNITY DEVELOPMENT)
32. PENGERTIAN (COMMUNITY DEVELOPMENT)
Ketika pemerintahan kolonial Inggris
mengimplementasikan pembangunan
masyarakat (community development) di
Malaysia, mereka mempersingkat definisi ini
menjadi (Nasdian, 2014: 29):
(Pembangunan Masyarakat adalah suatu
kegerakkan yang direncanakan untuk
peningkatan taraf kehidupan dari seluruh
anggota masyarakat melalui partisipasi aktif
dan dari inisiatif dari komunitas yang
bersangkutan)
32
33. 33
INDIKATOR PEMBANGUNAN MASYARAKAT
Secara umum, paradigma pendekatan
pembangunan masyarakat
(community development) dapat
dikerucutkan kedalam dua kubu
(Nasdian, 2014: 24), yaitu
Pembangunan yang Berpusatkan
pada Produksi (Production Centered
Development) dan Pembangunan
yang Berpusatkan pada Rakyat
(People Centered Development):