Laporan kasus ini membahas seorang wanita berusia 57 tahun dengan diagnosis hipertensi dan obesitas. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah pasien tercatat 149/91 mmHg dan indeks massa tubuhnya 29,5 yang termasuk kategori obesitas. Pasien saat ini mengkonsumsi obat amlodipine untuk mengontrol hipertensinya."
2. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SS
Usia : 57 tahun 5 bulan 10 hari
Alamat : Nanggulan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status
Menikah
: Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan
: SMP
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 146 cm
3. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien di poli umum pada tanggal 19 September 2023
pukul 08:20 WIB
Keluhan utama : pasien datang dengan keluhan kepala pusing sejak 1 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : badan pegal-pegal dan ingin melakukan control rutin tekanan darah
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke poli umum Puskesmas Sidorejo Kidul, datang dengan keluhan kepala pusing sejak 1 hari
yang lalu. Pasien mengatakan kontrol rutin tekanan darah setiap 1 bulan sekali. Keluhan saat ini tidak
ada, namun pasien mengatakan badan terasa pegal-pegal. Keluhan mual, muntah, nyeri dada, sesak
nafas tidak ada. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien sudah rutin mengkonsumsi amlodipine sejak 3
tahun terakhir setiap hari. Pasien tidak pernah mengalami bengkak pada kaki, nyeri dada dan sesak
nafas. Selama mengkonsumsi obat darah tinggi pasien tidak ada keluhan.
4. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak + 3 tahun yang lalu. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-),
stroke (-), TB (-), asam urat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi pada ayah pasien (+), Dm (-), penyakit jantung (-), stroke (-)
Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pasien merupakan ibu rumah tangga, pekerjaan sehari-hari pasien yaitu beraktivitas dirumah. Pasien
rutin berobat dan kontrol ke puskesmas. Riwayat merokok (-), minum minuman beralkohol (-)
Riwayat Alergi : -
Riwayat Pola makan : Pasien makan 3-4 kali sehari, menu makan kadang bervariasi, Pasien
mengatakan suka makan-makanan yang gurih, asin dan manis
5. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Kepala : normocephali
Mata : konj. anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : normotia, liang telinga lapang (+/+)
Hidung : septum deviasi (-)
Mulut : mukosa hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar KGB
Paru :
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri
- Perkursi : sonor
- Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum: Tampak sakit ringan
Tekanan darah : 149/91 mmHg
Nadi : 91 x/menit, reguler, teraba kuat
Suhu : 36,50C
Pernapasan: 20 x/menit, reguler
SpO2 : 99% RA
Status Gizi :
BB = 63 kg TB = 146 cm
IMT : 29,5 (overweight)
Pemeriksaan Sistem
6. PEMERIKSAAN FISIK
Jantung :
- Inspeksi : ictus kordis tidak nampak
- Palpasi : teraba ictus cordis di ICS V linea midclav
dextra
- Perkursi : tidak dilakukan
- Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
- Inspeksi : cembung
- Palpasi : nyeri tekan (-)
- Perkursi : timpani
- Auskultasi : bising usus (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik,
edema ekstremitas bawah (-/-)
Kulit : sawo matang, pertumbuhan kulit
merata, pigmentasi (-), kulit tampak lembap,
turgor kulit baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tidak dilakukan
7. DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi Grade 1
TATAKSANA
Farmakologis
Non-Farmakologis
• R/ Amlodipine 5 mg tab No. XXX
S 1 dd tab 1
-----------------------------------------------
• R/ Vitamin B komplek tab No. X
S 1 dd tab 1
• Paracetamol 500 mg tablet No X
S 3 dd tab 1
-----------------------------------------------
• Edukasi pasien bahwa pengobatan hipertensi
merupakan pengobatan jangka panjang.
• Modifikasi gaya hidup (pasien diedukasi untuk
menurunkan berat badan, kurangi konsumsi garam,
dan meningkatkan aktivitas fisik).
• Edukasi untuk kontrol tekanan darah setiap bulan.
• Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi apabila
tekanan darah tidak terkontrol, misalnya gagal
jantung, gagal ginjal, stroke
8. DASAR DIAGNOSA
Dari hasil anamnesis didapatkan informasi mengenai identitas seorang pasien
wanita usia 57 tahun dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah yang
tinggi yakni 149/91mmHg, tekanan darah tinggi mulai muncul saat usia kurang lebih 54
tahun. Dari hasil pemeriksaan BB 63 kg, TB 146 cm dengan IMT 29,5. Saat ini pasien
dirumah mengkonsumi obat tekanan darah tinggi Amlodipine 5 mg sejak kurang lebih tiga
tahun yang lalu.
9. DAFTAR MASALAH
BB = 63 kg
TB = 146 cm
IMT : 29,5 (obesitas)
Tekanan darah :
149/91 mmHg
HIPERTENSI OBESITAS
11. Masalah 1 :
HIPERTENSI
Suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg, dan/atau diastolik ≥90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab kematian dini secara global
DEFINISI
KLASIFIKASI
Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran tatalaksana hipertensi
dewasa. Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
Williams B, Mancia G, Spiering W, et al. ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur Heart J. 2018;39:3021-104.
12. EPIDEMIOLOGI
World Health Organization. Hypertension. [homepage on the internet]. WHO 2023; Iqbal AM, Jamal SF. Essential Hypertension. [homepage on the internet].
In StatPearls Publishing 2023; Badan Pusat Statistik. Prevalensi Tekanan Darah Tinggi Menurut Provinsi 2013-2018. Available from
:https://www.bps.go.id/indicator/30/1480/1/prevalensi-tekanan-darah-tinggi-menurut-provinsi.html
Diperkirakan 46% orang dewasa penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap
penyakit tersebut.
Prevalensi hipertensi di Indonesia 34,1% (Badan Pusat Statistik, 2018)
Sebanyak 1,28 miliar orang dewasa (usia 30-79 tahun) di seluruh dunia menderita hipertensi (sebagian
besar tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah).
Di Indonesia estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. (Riskesdas 2018)
13. Laporan Riset Keshatan Daerah, 2018. Gambar tersedia di: https://www.kompas.id/baca/opini/2021/05/19/hipertensi-pembunuh-senyap-di-nadi-kita.
14. • Jumlah estimasi penderita
hipertensi berusia >15 th
tahun 2021 sebanyak
8.700.512 orang (30,4 %
dari seluruh penduduk
berusia >15 tahun.
• Kasus tertinggi Kota
Semarang
• Kasus terendah
Grobokan
15. World Health Organization. Hypertension. [homepage on the internet]. WHO 2023
FAKTOR RISIKO
Pola makanan yang tidak sehat (konsumsi garam berlebihan, tinggi lemak jenuh & lemak
trans, rendahnya asupan buah & sayur), kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan alkohol,
obesitas.
Riwayat hipertensi dalam keluarga, usia di atas 65 tahun, dan penyakit penyerta seperti
diabetes atau penyakit ginjal.
Dapat dimodifikasi
Tidak dapat dimodifikasi
16. ETIOLOGI
• Hipertensi primer/essensial hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
• Hipertensi sekunder hipertensi yang diketahui penyebabnya dan dapat diterapi dengan intervensi
spesifik sesuai penyebabnya, seperti obstruktif sleep apnea, penyakit parenkim ginjal, renovaskular,
endokrin, koarktasio aorta.
• Hipertensi pada kehamilan
The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the management of high blood pressure in adults-Report from the panel members appointed to the eight joint national commitee. 2014
Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran tatalaksana hipertensi dewasa.
Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
18. PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesis Riwayat
dan Faktor Risiko
Williams B, Mancia G, Spiering W, et al. ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur Heart J. 2018;39:3021-104; Menkes RI.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran tatalaksana
hipertensi dewasa. Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
19. Anamnesis Riwayat
dan Faktor Risiko
Anamnesis mengenai kecurigaan atau hipertensi sekunder: riwayat penyakit ginjal, perubahan fisik, kelemahan otot (palpitasi,
keringat berlebih, tremor), tidur tidak teratur, mengorok, mengantuk di siang hari, gejala hipo atau hipertiroidisme, Riwayat
konsumsi obat yang dapat menaikkan tekanan dara.
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Williams B, Mancia G, Spiering W, et al. ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur Heart J. 2018;39:3021-104; Menkes RI.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran tatalaksana
hipertensi dewasa. Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
20. Pemeriksaan Fisik
Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran
tatalaksana hipertensi dewasa. Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
Pengukuran TB dan BB, TTV, lingkar perut, serta tanda/gejala deteksi dini komplikasi kerusakan organ
target akibat hipertensi.
Pemeriksaan Tanda dan Gejala
Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder
• Pemeriksaan neurologis dan status kognitif
• Funduskopi untuk hipertensi retinopati
• Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi jantung
• Palpasi dan auskultasi arteri karotis
• Palpasi arteri perifer
• Perbandingan TD pada kedua lengan atas kanan dan kiri
• Pemeriksaan ABI
• Inspeksi kulit (café-au-lait patches pada neurofibromatosis)
• Palpasi ginjal pada pembesaran ginjal karena penyakit ginjal
polikistik
• Auskultasi murmur atau bruit pada jantung dan arteri renalis
• Tanda dan gejala yang mengarah adanya koarktasio aorta, atau
hipertensi renovascular
• Tanda atau penyakit Cushing’s atau akromegali
• Tanpa penyakit tiroid
21. Pendekatan Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Williams B, Mancia G, Spiering W, et al. ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur Heart J. 2018;39:3021-104.
Penapisan dan diagnosis hipertensi:
22. TATALAKSANA
a. Pembatasan Konsumsi garam
• Natrium ditemukan pada: MSG, makanan olahan, dan makanan kaleng (yang diawetkan)
• Rekomendasi konsumsi natrium: <2 gram per hari (setara 5-6 gram garam dapur atau 3 sendok MSG)
• ½ sendok the NaCl (2,5 g) ½ sendok the MSG (2,0 g) dapat mengurangi konsumsi natrium sekitar 37%.
• Pembatasan konsumsi natrium disesuaikan dengan kondisi klinis pasien (contoh, hiponatremia)
b. Perubahan Pola Makan
• Komsumsi diet seimbang: sayuran dengan berbagai variasi kacang, buah segar, produk susu rendah
lemak, gandum utuh, beras yang tidak di sosoh berlebihan, ikan laut, dan asam lemak tak jenuh (minyak
zaitun, minyak ikan), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
• Rekomendasi diet untuk pasien hipertensi: DASH (Dietary Approches to Stop Hypertension)
• Pola diet DASH: diet kaya akan sayuran, buah-buahan, produk susu rendah lemak (susu skim), unggas,
ikan, berbagai macam variasi kacang, dan minyak sayur nontropis (minyak zaitun), serta kaya akan kalium,
magnesium, kalsium, protein, dan serat.
1. Nutrisi
Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran
tatalaksana hipertensi dewasa. Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
NON FARMAKOLOGIS
23. a. Penurunan Berat Badan dan Menjaga Berat Badan Ideal
Tujuan pengendalian BB: mencegah obesitas (IMT >25 kg/m2), target BB ideal (IMT 18,5-22,9 kg/m2), serta
lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada perempuan.
b. Berhenti merokok
2. Kebiasaan
3. Latihan fisik dan olahraga teratur
• Mengurangi TD sistolik dan diastolik sebesar 5-7 mmHg
• Latihan fisik: aerobik atau latihan beban, dan latihan kelenturan
• Latihan fisik dimulai dengan pemanasan, diakhiri pendingingan, 5-10 menit.
• Latihan aerobik: 5-7x/minggu, intensitas sedang (40-59% heart rate reserve), durasi 30-60 menit
• Latihan beban (sebaga tambahan): 2-3x/minggu dengan intensitas yang sesuai.
• Latihan kelenturan: ≥2-3x/minggu, intensitas yang nyaman, ditahan selama 10-30 detik, 2-4x repetisi untuk
tiap gerakan.
Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran tatalaksana hipertensi dewasa. Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
28. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/waspadai-komplikasi-akibat-hipertensi
Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran tatalaksana hipertensi dewasa. Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
Faktor risiko utama kejadian penyakit ginjal
kronik dan progresifitas, karena berhubungan
dengan laju filtrasi glomerulus yang ↓, ↑
albuminuria, kerusakan organ yang dimediasi
hipertensi.
1. Stroke Hemoragik dan Perdarahan
Subaranoid
Pe↑ TD menyebabkan perluasan hematoma,
perdarahan berulang, dan edema me↑
mortalitas & kecacatan.
2. Stroke Iskemik
• Pasien yang diberi trombolisis, TD harus
segera diturunkan.
• Pasien yang tidak dapat trombolisis dan
terdapat komorbid, TD harus diturunkan
segera mungkin.
• Pasien yang tidak dapat trombolisis dan
tidak ditemukan komorbid, jika TD
>220/120 mmHg, maka diturunkan
sebesar 15-20% dalam 24 jam pertama
awitan stroke.
Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan
kerusakan mikrosirkulasi retina.
29. PROGNOSIS
Adanya kerusakan organ target, terutama jantung
dan pembuluh darah, akan memperburuk prognosis
pada pasien hipertensi.
Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang pedoman Nasional pelayanan kedokteran
tatalaksana hipertensi dewasa. Tersedia diL https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1660186120_529286.pdf.
30. Masalah 2 :
peningkatan berat badan
melebihi batas kebutuhan
skeletal dan fisik sebagai
akibat dari akumulasi
lemak berlebihan dalam
tubuh
merupakan penimbunan
lemak yang berlebihan di
seluruh jaringan tubuh
secara merata yang
mengakibatkan gangguan
kesehatan dan
menimbulkan berbagai
penyakit seperti diabetes,
tekanan darah tinggi,
serangan jantung yang
dapat menyebabkan
kematian
OBESITAS WHO
31. The Relationship of Obesity with Incidence of Hypertension Stage 1 at Integrated
Coaching Post of Non-Communicable Disease (Posbindu PTM) Port Health Office of
Bandung in 2016
● Jurnal epidemiologi Indonesia vol 1, No. 2, juli 2017
32. Edukasi :
● Berdasarkan analisis cox regresi, responden
yang obesitas (IMT e”25) memiliki risiko
sebesar 1,681 kali untuk menderita hipertensi
derajat 1 dibandingkan yang tidak obesitas
setelah dikontrol variabel umur, riwayat
hipertensi keluarga dan aktivitas fisik.
● Pengoptimalan Posbindu PTM, meningkatkan
peran serta masyarakat dan mengaplikasikan
perilaku GERMAS diharapkan dapat
mengendalikan obesitas dan hipertensi.
33. Masukan :
● Mengingat tingginya prevalensi hipertensi, maka perlunya mengoptimalkan kegiatan Posbindu PTM
dengan rutin dilaksanakan sebulan sekali atau minimal setahun 2 kali (maksimal tiap pelaksanaan
berjarak 1 bulan) sebagai salah satu upaya pencegahan dan pengendalian PTM khususnya hipertensi.
● Selain itu mengingat tingginya proporsi obesitas, berdasarkan hasil penelitian ini (The Relationship of
Obesity with Incidence of Hypertension Stage 1 at Integrated Coaching Post of Non-Communicable
Disease (Posbindu PTM) Port Health Office of Bandung in 2016) obesitas dapat dikendalikan, sehingga
perlu peningkatan upaya promosi kesehatan meliputi ditambahkannya penyuluhan dan konseling gizi
serta aktivitas olahraga bersama (senam) dalam kegiatan posbindu tersebut