SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
MAKALAH 
LINEAR SYSTEMS OVER COMMUTATIVE RINGS 
( SISTEM LINEAR ATAS RING KOMUTATIF ) 
JEROL VIDEL LIOW 
12/340197/PPA/04060 
PROGRAM STUDI S2 MATEMATIKA 
JURUSAN MATEMATIKA 
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN 
ALAM 
UNIVERSITAS GADJAH MADA 
YOGYAKARTA 
2014
DAFTAR ISI 
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii 
I Linear Systems Over Commutative Rings . . . . . . . . . . 1 
1.1. Sistem Linear atas Ring Komutatif . . . . . . . . . . . . . . . . 1 
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 
ii
I 
Linear Systems Over Commutative Rings 
Tulisan ini membahas topik mengenai siklisasi ketercapaian sistem li- 
near atas ring komutatif dalam kaitannya dengan ring regular von Neumann. 
Oleh karena itu, perlu untuk dibahas mengenai ketercapaian dari sistem line- 
ar atas ring komutatif serta sifat feedback siklisasi. Kemudian akan diberikan 
beberapa karakteristik utama dari ring regular von Neumann. 
1.1. Sistem Linear atas Ring Komutatif 
Konsep pertama yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah sistem li- 
near atas ring. Sistem linear atas ring komutatif merupakan abstraksi dari 
sistem linear time-invariant atas bilangan real, yang dikenal juga sebagai sis- 
tem linear klasik. Sebagaimana dalam sistem klasik, maka dalam pembahasan 
sistem linear atas ring komutatif diberikan ide mengenai ketercapaian. Da- 
lam sistem klasik berlaku bahwa sistem (A;B) atas lapangan R berdimensi 
n tercapai jika dan hanya jika pemetaan L : Rnm ! Rn dide
nisikan dengan 
L = [BjABj    jAn1B] surjektif. Hasil yang tidak melibatkan elemen invers 
dari lapangan R ini memotivasi untuk mende
nisikan ketercapaian dari sistem 
linear atas ring komutatif. 
De
nisi 1.1.1 (Brewer,1986) Misal ring komutatif R dan sistem berdimensi 
n dengan m  input atas R, dengan A 2 Rnn dan B 2 Rnm. Diberikan 
homomor
sma Rmodul 
 : 
1 
i=0 
Rm ! Rn; 
yaitu 
 ((x1; x2    )) 
def 
= Bx1 + ABx2 +    ; 8(x1; x2;    ) 2 
1 
i=0 
Rm: 
1
2 
Sistem  = (A;B); dikatakan tercapai jika dan hanya jika homomor
sma 
Rmodul  surjektif. 
Matriks ketercapaian dari sistem , dinotasikan dengan A  B, dide
nisikan 
sebagai A  B = [BjABj    jAn1B]. 
De
nisi 1.1.1 memunculkan pertanyaan apakah sistem yang tercapai 
akan mengkarakterisasi Rn melalui matriks ketercapaiannya. Diperhatikan 
bahwa kolom-kolom dari matriks ketercapaian membangun suatu submodul 
dari Rn dan dituliskan dengan N 
n (Hermida-Alonso, et al, 1996). Sebelumnya 
perlu diberikan lemma bahwa kolom-kolom dari [BjABjA2Bj   ] membangun 
Rn merupakan syarat perlu agar sistem  = (A;B); tercapai. 
Lemma 1.1.2 (Brewer,1986) Jika sistem  = (A;B) tercapai maka kolom- 
kolom dari [BjABjA2Bj   ] membangun Rn. 
Bukti. Diketahui sistem  = (A;B) tercapai, yaitu  : 
1 
i=0 
Rm ! Rn 
surjektif. Diambil sebarang y 2 Rn. Karena  surjektif, maka terdapat 
 
x = (x1; x2;    ) 2 
1 
i=0 
Rm, sedemikian hingga ( 
x) = y. Karena  
x 2 
1 
i=0 
Rm, 
maka 9n 2 N sehingga  
x = (x1; x2;    ; xn; 0;    ). Akibatnya, 
y = ( 
x) = Bx1 + ABx2 +    + An1Bxn: 
Misal xj = (x1j; x2j;   ; xmj); (AjB)i = kolom ke-i dari AjB., maka: 
y = 
Xm 
i=1 
xi1(B)i + 
Xm 
i=1 
xi2(AB)i +   + 
Xm 
i=1 
xi2(An1B)i: 
Diperoleh: y merupakan kombinasi linear dari kolom-kolom [BjABjA2Bj   ]. 
Dengan demikian, kolom-kolom dari [BjABjA2Bj   ] membangun Rn.  
Lemma berikut menyatakan bahwa sistem yang tercapai menjadi sya- 
rat cukup sekaligus syarat perlu agar kolom-kolom matriks ketercapaiannya 
membangun Rn. 
Lemma 1.1.3 (Brewer,1986) Diberikan sistem  = (A;B), maka pernyataan- 
pernyataan berikut ekuivalen:

More Related Content

What's hot

Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanNia Matus
 
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems SolutionAdvanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems SolutionJoe Christensen
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanNia Matus
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fixNia Matus
 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi LaplaceFebri Arianti
 
Transformasi laplace
Transformasi laplaceTransformasi laplace
Transformasi laplacedwiprananto
 
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integralFisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integraljayamartha
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Heni Widayani
 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi LaplaceYosefh Gultom
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahNia Matus
 
Transformasi linier " Matematika Geodesi "
Transformasi linier " Matematika Geodesi "Transformasi linier " Matematika Geodesi "
Transformasi linier " Matematika Geodesi "Dedy Kurniawan
 
matematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi liniermatematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi linieraulia rachmawati
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Heni Widayani
 
Pertemuan 04. Diagram Blok
Pertemuan 04. Diagram BlokPertemuan 04. Diagram Blok
Pertemuan 04. Diagram BlokAprianti Putri
 
VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG ( Aljabar Linear Elementer )
VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG ( Aljabar Linear Elementer )VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG ( Aljabar Linear Elementer )
VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanNia Matus
 

What's hot (20)

Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
 
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems SolutionAdvanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi Laplace
 
Transformasi laplace
Transformasi laplaceTransformasi laplace
Transformasi laplace
 
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integralFisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)
 
Analisa respon sistem
Analisa respon sistemAnalisa respon sistem
Analisa respon sistem
 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi Laplace
 
State space
State spaceState space
State space
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarah
 
Transformasi linier " Matematika Geodesi "
Transformasi linier " Matematika Geodesi "Transformasi linier " Matematika Geodesi "
Transformasi linier " Matematika Geodesi "
 
matematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi liniermatematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi linier
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)
 
transformasi
transformasitransformasi
transformasi
 
Pertemuan 04. Diagram Blok
Pertemuan 04. Diagram BlokPertemuan 04. Diagram Blok
Pertemuan 04. Diagram Blok
 
VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG ( Aljabar Linear Elementer )
VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG ( Aljabar Linear Elementer )VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG ( Aljabar Linear Elementer )
VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG ( Aljabar Linear Elementer )
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
 

Similar to SistemLinearRing

Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiRohantizani
 
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)satriahelmy
 
Alin 1.3 1.5, 1.7
Alin 1.3 1.5, 1.7Alin 1.3 1.5, 1.7
Alin 1.3 1.5, 1.7satriahelmy
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017agusroma dhon
 
Pertemuan5 6 relasi_fungsi_mtkdiskrit_saripudin
Pertemuan5 6 relasi_fungsi_mtkdiskrit_saripudinPertemuan5 6 relasi_fungsi_mtkdiskrit_saripudin
Pertemuan5 6 relasi_fungsi_mtkdiskrit_saripudinHaris Supriyanto
 
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple yulisna hambali
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfHamzaHamid27
 
10 matrik & determinan 3
10  matrik & determinan 310  matrik & determinan 3
10 matrik & determinan 3Hamzah Rizal
 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdfGaungPradana2
 

Similar to SistemLinearRing (20)

Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
 
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
 
Alin 1.3 1.5, 1.7
Alin 1.3 1.5, 1.7Alin 1.3 1.5, 1.7
Alin 1.3 1.5, 1.7
 
Analisis Riel 1
Analisis Riel 1Analisis Riel 1
Analisis Riel 1
 
Pertemuan07
Pertemuan07Pertemuan07
Pertemuan07
 
VEKTOR.pptx
VEKTOR.pptxVEKTOR.pptx
VEKTOR.pptx
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017
 
determinan.pptx
determinan.pptxdeterminan.pptx
determinan.pptx
 
Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 
1 analisis vektor
1 analisis vektor1 analisis vektor
1 analisis vektor
 
Analisis Real
Analisis RealAnalisis Real
Analisis Real
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Pertemuan5 6 relasi_fungsi_mtkdiskrit_saripudin
Pertemuan5 6 relasi_fungsi_mtkdiskrit_saripudinPertemuan5 6 relasi_fungsi_mtkdiskrit_saripudin
Pertemuan5 6 relasi_fungsi_mtkdiskrit_saripudin
 
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple
himpunan vektor resiprokal dan hasil kali triple
 
Matriks elementer
Matriks elementerMatriks elementer
Matriks elementer
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
 
10 matrik & determinan 3
10  matrik & determinan 310  matrik & determinan 3
10 matrik & determinan 3
 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
 
Matematika1bangrs
Matematika1bangrsMatematika1bangrs
Matematika1bangrs
 

Recently uploaded

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 

Recently uploaded (7)

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 

SistemLinearRing

  • 1. MAKALAH LINEAR SYSTEMS OVER COMMUTATIVE RINGS ( SISTEM LINEAR ATAS RING KOMUTATIF ) JEROL VIDEL LIOW 12/340197/PPA/04060 PROGRAM STUDI S2 MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
  • 2. DAFTAR ISI DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii I Linear Systems Over Commutative Rings . . . . . . . . . . 1 1.1. Sistem Linear atas Ring Komutatif . . . . . . . . . . . . . . . . 1 DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 ii
  • 3. I Linear Systems Over Commutative Rings Tulisan ini membahas topik mengenai siklisasi ketercapaian sistem li- near atas ring komutatif dalam kaitannya dengan ring regular von Neumann. Oleh karena itu, perlu untuk dibahas mengenai ketercapaian dari sistem line- ar atas ring komutatif serta sifat feedback siklisasi. Kemudian akan diberikan beberapa karakteristik utama dari ring regular von Neumann. 1.1. Sistem Linear atas Ring Komutatif Konsep pertama yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah sistem li- near atas ring. Sistem linear atas ring komutatif merupakan abstraksi dari sistem linear time-invariant atas bilangan real, yang dikenal juga sebagai sis- tem linear klasik. Sebagaimana dalam sistem klasik, maka dalam pembahasan sistem linear atas ring komutatif diberikan ide mengenai ketercapaian. Da- lam sistem klasik berlaku bahwa sistem (A;B) atas lapangan R berdimensi n tercapai jika dan hanya jika pemetaan L : Rnm ! Rn dide
  • 4. nisikan dengan L = [BjABj jAn1B] surjektif. Hasil yang tidak melibatkan elemen invers dari lapangan R ini memotivasi untuk mende
  • 5. nisikan ketercapaian dari sistem linear atas ring komutatif. De
  • 6. nisi 1.1.1 (Brewer,1986) Misal ring komutatif R dan sistem berdimensi n dengan m input atas R, dengan A 2 Rnn dan B 2 Rnm. Diberikan homomor
  • 7. sma Rmodul : 1 i=0 Rm ! Rn; yaitu ((x1; x2 )) def = Bx1 + ABx2 + ; 8(x1; x2; ) 2 1 i=0 Rm: 1
  • 8. 2 Sistem = (A;B); dikatakan tercapai jika dan hanya jika homomor
  • 9. sma Rmodul surjektif. Matriks ketercapaian dari sistem , dinotasikan dengan A B, dide
  • 10. nisikan sebagai A B = [BjABj jAn1B]. De
  • 11. nisi 1.1.1 memunculkan pertanyaan apakah sistem yang tercapai akan mengkarakterisasi Rn melalui matriks ketercapaiannya. Diperhatikan bahwa kolom-kolom dari matriks ketercapaian membangun suatu submodul dari Rn dan dituliskan dengan N n (Hermida-Alonso, et al, 1996). Sebelumnya perlu diberikan lemma bahwa kolom-kolom dari [BjABjA2Bj ] membangun Rn merupakan syarat perlu agar sistem = (A;B); tercapai. Lemma 1.1.2 (Brewer,1986) Jika sistem = (A;B) tercapai maka kolom- kolom dari [BjABjA2Bj ] membangun Rn. Bukti. Diketahui sistem = (A;B) tercapai, yaitu : 1 i=0 Rm ! Rn surjektif. Diambil sebarang y 2 Rn. Karena surjektif, maka terdapat x = (x1; x2; ) 2 1 i=0 Rm, sedemikian hingga ( x) = y. Karena x 2 1 i=0 Rm, maka 9n 2 N sehingga x = (x1; x2; ; xn; 0; ). Akibatnya, y = ( x) = Bx1 + ABx2 + + An1Bxn: Misal xj = (x1j; x2j; ; xmj); (AjB)i = kolom ke-i dari AjB., maka: y = Xm i=1 xi1(B)i + Xm i=1 xi2(AB)i + + Xm i=1 xi2(An1B)i: Diperoleh: y merupakan kombinasi linear dari kolom-kolom [BjABjA2Bj ]. Dengan demikian, kolom-kolom dari [BjABjA2Bj ] membangun Rn. Lemma berikut menyatakan bahwa sistem yang tercapai menjadi sya- rat cukup sekaligus syarat perlu agar kolom-kolom matriks ketercapaiannya membangun Rn. Lemma 1.1.3 (Brewer,1986) Diberikan sistem = (A;B), maka pernyataan- pernyataan berikut ekuivalen:
  • 12. 3 (i) Sistem = (A;B) tercapai. (ii) Kolom-kolom dari [BjABj jAn1B] membangun Rn. Bukti. ())Diketahui sistem = (A;B) tercapai, maka berdasarkan 1.1.2, kolom-kolom dari [BjABjA2Bj ] membangun Rn. Akan ditunjukkan kolom- kolom dari [BjABj jAn1B] membangun Rn. Karena A matriks berukuran n n, maka A memenuhi persamaan karakteristiknya, yaitu: jika jI Aj = n + a1n1 + + an1 + an = 0; untuk a1; ; an 2 R, maka An + a1An1 + + an1A + anI = 0: Dari sini diperoleh: An = a1An1 an1A anI; sehingga kolom-kolom dari An merupakan kombinasi linear dari kolom-kolom I; A;A2; ;An2;An1: Diperhatikan: An+1 = A(An) 21 = A(a1An1 an1A anI) = a1An a2An1 an1A2 anA = a1(a1An1 an1A anI) a2An1 an1A2 anA = (a a2)An1 + + (a1an1 an)A + a1anI: Jadi, kolom-kolom dari An+1 merupakan kombinasi linear dari kolom-kolom dari I; A; ;An1: Secara umum, untuk k n, kolom-kolom Ak merupakan kombinasi linear dari kolom-kolom I; A; ;An1: Akibatnya, untuk k 0, kolom-kolom AkG merupakan kombinasi linear dari [B;AB; ;An1B] : Diambil sebarang y 2 Rn. Karena kolom-kolom dari [BjABjA2Bj ] mem- bangun Rn, maka y merupakan kombinasi linear dari kolom-kolom matriks [BjABjA2Bj ]. Karena setiap kolom dari AkG untuk k 0 merupakan
  • 13. 4 kombinasi linear dari kolom-kolom [B;AB; ;An1B] ; maka y merupakan kombinasi linear dari kolom-kolom [B;AB; ;An1B] : Jadi, kolom-kolom matriks [BjABj jAn1B] membangun Rn. (() Diketahui kolom-kolom dari [BjABj jAn1B] membangun Rn. Akan ditunjukkan : 1 i=0 Rm ! Rn; surjektif. Diambil sebarang y 2 Rn. Karena kolom-kolom dari [BjABj jAn1B] mem- bangun Rn, maka y = Xm i=1 xi1(B)i + Xm i=1 xi2(AB)i + + Xm i=1 xi2(An1B)i: Misalkan xi = (x1i; x2i; ; xmi) untuk i = 1; 2; ; n, maka diperoleh xi 2 Rm; i = 1; 2; ; n, sehingga x = (x1; x2; ; xn; 0; ) 2 1 i=0 Rm, dan ( x) = Bx1 + ABx2 + + An1Bxn = Xm i=1 xi1(B)i + Xm i=1 xi2(AB)i + + Xm i=1 xi2(An1B)i = y: Jadi, surjektif, yang berarti sistem = (A;B) tercapai. Diperhatikan sistem yang diberikan dalam De
  • 14. nisi 1.1.1 merupakan sis- tem berdimensi n dengan minput. Untuk kasus single input, yaitu matriks G hanya terdiri dengan 1 kolom, maka sistem yang diberikan dinamakan sis- tem single input, ditulis dengan (A; g). Karena g berukuran n 1, maka g dapat dipandang sebagai vektor dalam Rn. Dari sini muncul motivasi untuk mende
  • 15. nisikan vektor siklik, seperti halnya dalam sistem klasik atas lapangan. De
  • 16. nisi 1.1.4 (Brewer,1986) Suatu vektor v 2 Rn disebut vektor siklik untuk A jika fv; Av; ;An1vg basis untuk Rn. Berikut diberikan lemma mengenai ketercapaian sistem single input de- ngan vektor input g. Lemma 1.1.5 (Brewer,1986) Diberikan (A; g) sistem single input berdimensi n atas ring komutatif R, maka sistem (A; g) tercapai jika dan hanya jika g vektor siklik untuk A.
  • 17. 5 Bukti. Sistem (A; g) tercapai , kolom-kolom dari [gjAgj jAn1g] membangun Rn dan Det([gjAgj jAn1g]) 2 U(R) , fg;Ag; ;An1gg basis di Rn , g vektor siklik untuk A: Sekarang akan diberikan karakterisasi penting dari ring dalam kaitannya dengan sistem tercapai. Misalkan = (A;B); atas R, jika terdapat matriks K dan vektor u sedemikian hingga Bu vektor siklik untuk ABK, maka sistem baru (ABK;Bu) dinamakan siklisasi sistem . Tidak semua ring komutatif memiliki sifat bahwa setiap sistem tercapainya memiliki sistem siklisasi, mi- salnya ring bilangan bulat Z dan ring polinomial R[x](Brewer, 1986). Hal ini menimbulkan motivasi untuk mende
  • 18. nisikan sifat dari ring yang setiap sistem tercapainya memiliki siklisasi, yaitu sifat feedback siklisasi. De
  • 19. nisi 1.1.6 (Brewer,1986) Suatu ring R dikatakan mempunyai sifat fee- dback siklisasi jika memenuhi kondisi: apabila sistem = (A;B) tercapai atas R, maka terdapat matriks K dan vektor u sedemikian hingga Bu vektor siklik untuk A BK. Contoh 1.1.7 (Brewer,1986) Setiap lapangan F mempunyai sifat feedback si- klisasi. Untuk menjelaskan Contoh 1.1.7, dimisalkan F lapangan dan (A;B) sis- tem tercapai atas F. Dari sini, maka ruang kolom dari ([BjABj jAn1B]) adalah Fn. Misalkan g1 kolom tak nol dari B dan ditinjau kolom-kolom g1; Ag1; ;An11g1, dengan n1 bilangan bulat positif pertama sedemikian hingga An1g1 merupakan kombinasi linear dari fg1; Ag1; ;An11g1g. Misalk- an g2 kolom dari B sedemikian hingga g2 bukan merupakan kombinasi linear dari fg1; Ag1; ;An11g1; g2; Ag2; ;An21g2g: Ditinjau g2; Ag2; ;An21g2
  • 20. 6 dengan n2 bilangan bulat positif pertama sedemikian hingga An2g2 merupak- an kombinasi linear dari fg1; Ag1; ;An11g1; g2; Ag2; ;An21g2g: Proses dilanjutkan dan karena F merupakan lapangan,diperoleh basis: fg1; Ag1; ;An11g1; ; gr; Agr; ;Anr1grg; dengan r 2 N. Selanjutnya, dide
  • 21. nisikan K : Fn ! Fm; dengan aturan: K(Aigj) = 0 jika i nj 1; K(Anj1gj) = c(gj+1) jika j r; K(Anr1gj) = 0 jika j r; dengan c(gi) menotasikan nomor kolom dari B, k vektor ke k dari basis ele- menter. Akan ditunjukkan sistem baru (A+BK;Bc(g1)) tercapai. Diperhatikan bahwa Bc(g1) = g1. Dari sini, diperoleh: Jika n1 = 1, maka (A + BK)g1 = Ag1 + BKg1 = Ag1 + B 0 = Ag1. Jika n16= 1, maka (A + BK)g1 = Ag1 + BKg1 = Ag1 + Bc(g2) = Ag1 + g2. Dari penentuan n1 diperoleh: jika n1 = 1, maka Ag1 merupakan kelipatan dari g1. Akibatnya, (A + BK)2g1 = (A + BK)Ag1 = A2g1 jika n16= 2 (A + BK)3g1 = A3g1 jika n16= 3 ... (A + BK)n1g1 = (A + BK)An11g1 = An1g1 + g2 Dengan demikian, An1g1 merupakan kombinasi linear dari fg1; Ag1; ;An11g1g. Diperhatikan: (A + BK)n1+1g1 = (A + BK)(A + BK)n1g1 = (A + BK)(An1g1 + g2) = (A + BK)An1g1 + (A + BK)g2:
  • 22. 7 Diperoleh: (A + BK)An1g1 merupakan kombinasi linear dari fg1; Ag1; ;An11g1; g2g: Proses perhitungan dilanjutkan, sehingga terlihat bahwa fg1; (A + BK)g1; ; (A + BK)n11g1g merupakan basis untuk Fn. Demikian diperoleh bahwa g1 merupakan vektor siklik untuk (A + BK), sehingga menurut Lemma 1.1.5, sistem (A + BK; g1) tercapai atas F. Lemma 1.1.8 . (Brewer,1986) Jika R mempunyai sifat feedback siklisasi, maka untuk sebarang sistem = (A;B) tercapai atas R, terdapat matriks K dan vektor u sedemikian hingga sistem baru 0 = (A + BK;Bu) tercapai atas R. Bukti. Diketahui R mempunyai sifat feedback siklisasi dan diberikan seba- rang sistem = (A;B) tercapai atas R. Dari De
  • 23. nisi 1.1.6, maka terdapat matriks K dan vektor u sedemikian hingga Bu vektor siklik untuk A BK. Berdasarkan 1.1.5, diperoleh sistem 0 = (A + BK;Bu) tercapai atas R. Berdasarkan Contoh 1.1.7 dan Lemma 1.1.8, diperoleh bahwa jika R merupakan lapangan, maka untuk sebarang sistem = (A;B) tercapai atas R, terdapat matriks K dan vektor u sedemikian hingga sistem baru 0 = (A + BK;Bu) tercapai atas R. Untuk kasus sebarang ring komutatif, jelas syarat perlu dalam Lemma 1.1.8 tidak dipenuhi. Seperti diuraikan dalam bagian pendahuluan, diduga bahwa jika R dalam syarat cukup Lemma 1.1.8 merupakan ring regular, maka syarat perlu tersebut dipenuhi. Lemma 1.1.9 Misal R ring komutatif. Jika R memiliki sifat feedback siklisasi, maka untuk a; b 2 R dengan ha; bi = R, terdapat c; d 2 R dengan d elemen satuan, sedemikian hingga bc2 d(mod a):
  • 24. 8 Contoh 1.1.10 Ring R[x] tidak mempunyai sifat feedback siklisasi. Untuk menjelaskan hal ini, diandaikan R[x] mempunyai sifat feedback siklisasi. Diambil a; b 2 R[x], dengan a = x21 dan b = x. Karena x21 dan x relatif prima, maka hx2 1; xi = R[x]. Dari sini, maka terdapat h(x) 2 R[x] dan d6= 0 2 R sedemikian hingga x (h2(x) d(mod (x2 1)); yaitu g(x) (x2 1) = (h2(x) x) d; dengan g(x) 2 R[x]: Untuk x = 1; maka d = h2(1) 0; dan untuk x = 1; maka d = h2(1) 0: Dari sini diperoleh d adalah bilangan real yang seka- ligus positif dan negatif. Kontradiksi ini mengakibatkan pengandaian ditolak, sehingga terbukti R[x] tidak mempunyai sifat feedback siklisasi. Contoh 1.1.11 Ring Z tidak mempunyai sifat feedback siklisasi. Diandaikan Z tidak mempunyai sifat feedback siklisasi. Diambil a = 5 dan b = 2 di dalam Z: Karena 2 dan 5 relatif prima, maka h2; 5i = Z: Dari sini, maka terdapat c dan d = 1 di dalam Z sedemikian hingga bc2 d(mod 5), yaitu 2c2 1(mod 5) 2c2 5k 1 dengan k 2 Z: Untuk c = 0; maka 5k1 = 0; dan untuk c = 1, maka 5k1 = 2. Jelas tidak ada k 2 Z yang memenuhi. Hal ini berarti 2c26= 5k 1; 8k 2 Z; yaitu 2c26= 1(mod 5). Kontradiksi ini mengakibatkan pengandaian ditolak, sehingga terbukti ring Z tidak mempunyai sifat feedback siklisasi.
  • 25. DAFTAR PUSTAKA Anderson, D. F., Badawi, A., 2010, Von Neumann Regular Rings and Related Elements in Commutative Rings, AMSS CAS and Suzhou Univ. Brewer, J. W., 1986, Linear Systems Over Commutative Rings, Marcel Dekker, Inc., New York and Basel. Cohn, P. M. , 1967, Bezout Rings and their Subrings, Queen Mary College, London. Gillman, L., Henriksen, M. , 1956, Rings of Continuous Functions in Which Every Finitely Generated Ideal is Principal, Claremont Colleges, Claremont. ||||, 1956, Some Remarks about Elementary Divisor Rings, Claremont Colleges, Claremont. Goodearl, K. R., 1979, Von Neumann Regular Rings, Pitman, California. Hermida-Alonso, J. A., Perez, M. P., Sanchez-Giralda, T., 1996, Brunovsky's Canonical Form for Linear Dynamical Systems over Commutative Rings, Journal Algebra and Discrete Mathematics Number 1. pp.151-165. Kaplansky, I., 1948, Elementary Divisors and Modules, Trans. Amer. Math. Soc., 66. 464-491. MR0031470(11,155b). Saez-Schwedt, A., 2010, Cyclic Accessibility of Reachable States Characterizes von Neumann Regular Rings, Elsevier Inc. Zabavsky, B., 2005, Diagonalizability Theorems for Matrices over Rings with Finite Stable Range, Pitman, California. 9