SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
Matriks dan Determinan
Sistem Persamaan Linear
Secara umum, sistem persamaan linear (SPL) dengan m
persamaan dan n variable yang tidak diketahui dapat
dituliskan dalam bentuk:
11 1 12 2 1 1
21 1 22 2 2 2
1 1 2 2
n n
n n
m m mn n m
a x a x a x b
a x a x a x b
a x a x a x b
   
   
   
Atau bentuk matriks:
atau
Ax = b
Dimana A adalah matriks ukuran m  n, x vektor ukuran
n  1 dan b vektor ukuran m  1.
Jika b = 0, SPL di atas disebut SPL homogen
dan jika b  0, disebut SPL Nonhomogen
11 12 1 1 1
21 22 2 2 2
1 2
n
n
m m mn n m
a a a x b
a a a x b
a a a x b
     
     
     

     
     
     
SPL Nonhomogen dengan Dua Persamaan Dua Variabel
11 12 1
21 22 2
a x a y b
a x a y b
 
 
Tepat satu penyelesaian Tidak terdapat penyelesaian Banyak penyelesaian
Kemungkinan penyelesaian SPL Nonhomogen Ax=b
• Tepat satu penyelesaian
• Banyak penyelesaian
• Tidak mempunyai penyelesaian
SPL Nonhomogen disebut konsisten jika mempunyai paling
sedikit satu penyelesaian, jika tidak disebut inkonsisten
Metode Penyelesaian SPL Ax = b
• Eliminasi Gauss
• Eliminasi Gauss-Jordan
• Dengan mencari invers dari A, yaitu A–1 dan x = A–1b
• Aturan Cramer
Eliminasi Gauss – Jordan
Matriks diperbesar (Augmented Matrix)
Operasi Baris Elementer:
• Mengalikan suatu baris dengan konstanta yang tidak
nol
• Menukar dua baris
• Menambah suatu baris dengan kelipatan baris lain.
11 12 1 1
21 22 2 2
1 2
n
n
m m mn m
a a a b
a a a b
a a a b
 
 
 
 
 
 
Contoh:
Selesaikan SPL
Jawab:
Matriks yang diperbesar
1 2 3
1 2 3
1 2 3
2 8
2 3 1
3 7 4 10
x x x
x x x
x x x
  
   
  
1 1 2 8
1 2 3 1
3 7 4 10
 
 
 
 
 

 
1 1 2 8
1 2 3 1
3 7 4 10
 
 
 
 
 

 
1 1 2 8
0 1 5 9
3 7 4 10
 
 

 
 

 
1 1 2 8
0 1 5 9
0 10 2 14
 
 

 
 
  
 
1 1 2 8
0 1 5 9
0 10 2 14
 
 
 
 
 
  
 
1 1 2 8
0 1 5 9
0 0 52 104
 
 
 
 
 
 
 
1
52

1 1 2 8
0 1 5 9
0 0 1 2
 
 
 
 
 
 
B2 + B1

B3 – 3B1

B2(–1 )

B3+10 B2

B3( )

Matriks yang terakhir bersesuaian dengan SPL
1 2 3
2 3
3
2 8
5 9
2
x x x
x x
x
  
  

Dengan melakukan substitusi balik akan
diperoleh
Sampai langkah ini, matriksnya kita sebut
matriks eselon baris (metode Eliminasi
Gauss).
1 2 3
3, 1, 2
x x x
  
Jika dilanjutkan…
1 1 2 8
0 1 5 9
0 0 1 2
 
 
 
 
 
 
1 0 7 17
0 1 5 9
0 0 1 2
 
 
 
 
 
 
1 0 0 3
0 1 5 9
0 0 1 2
 
 
 
 
 
 
1 0 0 3
0 1 0 1
0 0 1 2
 
 
 
 
 
B1 – B2 B1 – 7B3 B2+5B3
.
1 2 3
3, 1, 2
x x x
  
Diperoleh hasil yang sama,
Matriks tersebut dinamakan matriks eselon baris
tereduksi dan metodenya disebut eliminasi Gauss-
Jordan.
Matriks dan Operasi Matriks
Definisi :
Matriks adalah kelompok bilangan yang disusun dalam
suatu jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang yang
terdiri atas baris-baris atau kolom-kolom.
Bilangan-bilangan tersebut disebut entri/elemen dari
matriks
Ukuran/ordo matriks m  n menyatakan bahwa matriks
tersebut mempunyai m baris dan n kolom
Jika m= n, maka disebut matriks bujursangkar/persegi
Penjumlahan Dua Matriks
Definisi :
Misalkan A dan B adalah matriks-matriks berukuran m x n
dengan entri aij dan bij. Jika matriks C adalah jumlah
matriks A dengan matriks B atau C = A+B,
maka matriks C juga berukuran m x n dengan
cij = aij+bij ,untuk semua i dan j.
Sifat-Sifat Penjumlahan Matriks
Misalkan A,B,C dan 0 adalah matriks-matriks yang
berukuran sama, maka dalam penjumlahan matriks :
• Komutatif : A + B = B + A
• Asosiatif : (A + B) + C = A + (B + C)
• Terdapat sebuah matriks identitas, yaitu matriks 0
bersifat
A + 0 = 0 + A = A
• Semua matriks A mempunyai lawan atau negatif –A
bersifat
A + (-A) = 0
Perkalian skalar
Definisi :
Misalkan A adalah suatu matriks berukuran m x n dengan
entri aij dan k adalah suatu bilangan real. Jika
matriks C adalah hasil perkalian bilangan real k terhadap
matriks A, ditulis C = kA, maka matriks C berukuran m x n
dengan entrinya adalah
cij = kaij ,untuk semua i dan j
Sifat-Sifat Perkalian Skalar
Misalkan p dan q adalah bilangan-bilangan real, A dan B
adalah matriks-matriks berukuran m x n, maka perkalian
bilangan real dengan matriks memenuhi sifat-sifat :
(p + q)A = pA + qA
p(A + B) = pA + pB
p(qA) = (pq)A
1A = A
(-1)A = -A
Perkalian Dua Matriks
Definisi :
Misalkan A adalah matriks berukuran m x n dengan
entri aij dan B adalah matriks berukuran n x p dengan
entri bij.
Jika matriks C adalah hasil perkalian matriks A terhadap
matriks B,atau C = AB, maka matriks C berukuran m x p
dan entri matriks C pada baris ke-i dan kolom ke-j (cij)
diperoleh dengan cara mengalikan elemen-elemen baris
ke-i dari matriks A terhadap elemen-elemen kolom ke-j dari
matriks B, kemudian masing-masing dijumlahkan. atau
ditulis
1
n
ij ik kj
k
c a b

 
Catatan :
Jika banyak kolom matriks A sama banyak dengan banyak baris
matriks B, maka matriks A dan B dikatakan dua matriks yang
sepadan untuk dikalikan.
Sifat-Sifat Perkalian Dua Matriks atau lebih yang sepadan
• Pada umumnya tidak komutatif
• Bersifat asosiatif
• Bersifat distributif
• Dalam perkalian matriks yang hanya memuat matriks-matriks
persegi dengan ukuran yang sama, terdapat sebuah matriks
identitas I yang bersifat IA =AI = A
• Jika AB = 0, belum tentu A = 0 atau B = 0
• Jika AB = AC, belum tentu B = C
• Jika p dan q adalah bilangan-bilangan real serta A dan B
adalah matriks-matriks, maka berlaku (pA)(qB)=(pq)(AB)
• Jika AT dan BT berturut-turut adalah transpos dari matriks A
dan B, maka berlaku (AB)T =BTAT.
Invers Matriks
Definisi
Misalkan A dan B masing-masing adalah matriks persegi
berukuran n  n dan
berlaku
AB = BA = I
Maka A adalah invers dari B atau B adalah invers A atau A
dan B merupakan dua matriks yang saling invers.
Invers matriks bujursangkar berukuran 2  2
Jika matriks , maka
invers matriks A adalah
dengan syarat ad – bc ≠ 0
Sifat Invers dari perkalian dua matriks
Misalkan matriks A dan B merupakan matriks-matriks bujursangkar
yang tak singular, A-1 dan B-1 berturut-turut adalah invers dari matriks
A dan B, maka berlaku :
• (AB)-1= B-1A-1
• (BA)-1= A-1B-1
a b
A
c d
 
  
 
1 1 d b
A
c a
ad bc
 
 
  

  
3 4
5 6
 

 
 
2 5 5
1 1 0
2 4 3
 
 
  
 
 
 
-2
- 1
1 3 1 1
2 5 2 2
1 3 8 9
1 3 2 2
 
 
  
 
 
 
?
Determinan
Fungsi Determinan
Definisi
Suatu permutasi dari bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3, …, n}
adalah penyusunan bilangan-bilangan tersebut dengan
urutan tanpa pengulangan
Contoh:
Permutasi dari {1, 2, 3} adalah
(1, 2, 3) (2, 1, 3) (3, 1, 2)
(1, 3, 2) (2, 3, 1) (3, 2, 1)
Secara umum, bilangan-bilangan pada {1, 2, …, n} akan
mempunyai n! permutasi
Suatu permutasi (j1, j2, …, jn) dikatakan mempunyai 1
inversi jika terdapat satu bilangan yang lebih besar
mendahului suatu bilangan yang lebih kecil.
Contoh:
(6, 1, 3, 4, 5, 2)
• 6 mendahului 1, 3, 4, 5, 2 = 5 inversi
• 3 mendahului 2 = 1 inversi
• 4 mendahului 2 = 1 inversi
• 5 mendahului 2 = 1 inversi
Jadi terdapat 8 inversi dalam permutasi di atas
(1, 2, 3, 4) : tidak terdapat inversi
Definisi
• Suatu permutasi dikatakan permutasi genap jika
banyaknya inversinya sejumlah genap dan dikatakan
permutasi ganjil jika banyak inversinya sejumlah ganjil
• Perkalian elementer dari matriks A ukuran nn adalah
perkalian dari n entri dari A dimana tidak ada yang
datang dari baris atau kolom yang sama
Contoh:
maka a11a22 dan a12a21 merupakan perkalian elementer
11 12
21 22
a a
a a
 
 
 
Perkalian elementer dari matriks A adalah dalam bentuk
a1_a2_a3_
dimana bilangan pada kolom diisi dengan permutasi dari
{1, 2, 3}
Jadi perkalian elementer dari A adalah:
a11a22a33 a12a21a33 a13a21a32
a11a23a32 a12a23a31 a13a22a31
11 12 13
21 22 23
31 32 33
a a a
A a a a
a a a
 
 
  
 
 
Jika A adalah matriks berukuran nn maka terdapat n!
perkalian elementer dengan bentuk dimana adalah
permutasi dari {1, 2, ..., n}
Perkalian elementer bertanda dari A adalah perkalian
elementer dikali +1 jika merupakan permutasi genap dan
dikali 1 jika merupakan permutasi ganjil.
Pada Contoh 2 bagian b di atas perkalian bertanda dari A
adalah
a11a22a33 a12a21a33 a13a21a32
a11a23a32 a12a23a31 a13a22a31
Definisi
Jika A adalah matriks bujursangkar. Fungsi determinan dari
A, det(A) didefinisikan sebagai jumlah semua perkalian
elementer bertanda dari A.
det(A) = a11a22a33 + a13a21a32 + a12a23a31  a12a21a31
 a11a23a32  a13a22a31
Reduksi Baris untuk mencari determinan
Teorema
Misalkan A adalah matriks bujursangkar
Jika A memiliki satu baris nol atau kolom nol,maka
• det(A) = 0
• det(A) = det (AT)
Teorema
Jika A adalah matriks segitiga nn (segitiga atas, segitiga
bawah atau diagonal), maka det(A) adalah perkalian entri-
entri pada diagonal utamanya
det(A) = a11a22...ann
Teorema 2.2.3
Misalkan A adalah matriks bujursangkar
• Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari perkalian
suatu baris atau kolom dengan skalar k ≠ 0 maka
det(B) = k det(A)
• Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari pertukaran
dua baris atau kolom dari A maka det(B) = –det(A)
• Jika B adalah matriks yang dihasilkan ketika suatu baris
ditambahkan dengan kelipatan baris lain atau suatu
kolom ditambahkan dengan kelipatan kolom lain dari A,
maka det(B) = det(A).
Contoh:
11 12 13 11 12 13
21 22 23 21 22 23
31 32 33 31 32 33
ka ka ka a a a
a a a k a a a
a a a a a a

11 12 13 11 12 13
31 32 33 21 22 23
21 22 23 31 32 33
a a a a a a
a a a a a a
a a a a a a
 
11 31 12 32 13 33 11 12 13
21 22 23 21 22 23
31 32 33 31 32 33
a ka a ka a ka a a a
a a a a a a
a a a a a a
  

Teorema
Misal E adalah matriks elementer berukuran n  n,
• Jika E dihasilkan dari suatu baris In dikali k, maka
det(E) = k
• Jika E dihasilkan dari pertukaran dua baris pada In,
maka det(E) = 1
• Jika E dihasilkan dari suatu baris ditambah kelipatan
baris lain di In, maka det(E) = 1
1 0 0
0 1 0 2
0 0 2

1 0 0
0 0 1 1
0 1 0
 
1 2 0
0 1 0 1
0 0 1

Contoh:
Teorema
Jika A adalah matriks bujursangkar dimana terdapat dua
baris atau dua kolom yang saling berkelipatan, maka
det(A) = 0
1 3 0
2 4 1
5 2 2
A

 
 
 
 
 

 
1 3 0
2 4 1
5 2 2



2 1
2
B B


1 3 0
0 2 1
5 2 2



3 1
5
B B


1 3 0
0 2 1
0 13 2


1
2
1 3 0
2 0 1
0 13 2

 
3 2
13
B B


17
( 2)(1)(1) 17
2
 
   
 
 
Contoh:
= 1
2
17
2
1 3 0
2 0 1
0 0

 
1 0 0 3
2 7 0 6
0 6 3 0
7 3 1 5
A
 
 
 

 
 

 
1 0 0 3
2 7 0 6
0 6 3 0
7 3 1 5

4 1
3
C C


1 0 0 0
2 7 0 0
(1)(7)(3)( 26) 546
0 6 3 0
7 3 1 26
   

Teorema
Suatu matriks bujursangkar A invertible jika dan hanya jika
det (A) ≠ 0
Teorema
Jika A dan B adalah matriks bujursangkar dengan ukuran
sama, maka
det(AB) = det (A) det(B)
Teorema
Jika A invertible, maka
1 1
det( )
det( )
A
A


Ekspansi Kofaktor dan Aturan Cramer
Definisi
Jika A matriks bujursangkar, maka minor dari entri aij,
dinotasikan dengan Mij adalah determinan dari submatriks
setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan dari A.
Kofaktor dari entri aij adalah bilangan , dinotasikan
dengan Cij.
( 1)i j
ij
M


3 1 4
2 5 6
1 4 8
A

 
 
  
 
 
11
3 1 4
5 6
2 5 6 16
4 8
1 4 8
M

  
Contoh:
C11 = (-1)1+1M11 = M11 = 16
Tanda untuk cij dapat digambarkan dari posisinya
pada matriks berikut
    
 
 
    
 
 
    
 
    
 
 
 
Ekspansi Kofaktor
11 12 13
21 22 23
31 32 33
a a a
A a a a
a a a
 
 
  
 
 
det(A) = a11a22a33 + a13a21a32 + a12a23a31
 a12a21a33  a11a23a32  a13a22a31
det(A) = a11 (a22a33  a23a32)  a12 (a21a33  a23a31)
+ a13 (a21a32  a22a31)
= a11M11 – a12M12 + a13M13
= a11c11 + a12c12 + a13c13
Formula ini menyatakan determinan matriks A ekspansi kofaktor
berdasarkan baris pertama dari A
Teorema
Determinan dari matriks A n  n dengan cara ekspansi
kofaktor
• , i = 1, 2, ..., n : Ekspansi menurut baris i
• , j = 1, 2, ..., n : Ekspansi berdasarkan
kolom j
1
det( )
n
ij ij
j
A a c

 
1
det( )
n
ij ij
i
A a c

 
3 1 0
2 4 3
5 4 2
A
 
 
  
 
 

 
3 1 0
4 3 1 0 1 0
2 4 3 3 2 5
4 2 4 2 4 3
5 4 2
A

     
  

Contoh:
Hitung determinan
Ekspansi berdasarkan kolom 1
= 3(4) + 2(2) + 5(3) = 1
Atau berdasarkan baris pertama
3 1 0
4 3 2 3
2 4 3 3 1
4 2 5 2
5 4 2
A
 
    
 

= 3(4)  (11) = 1
3 5 2 6
1 2 1 1
2 4 1 5
3 7 5 3



3 7 4 6
0 0 0 1
3 6 6 5
0 1 8 3
 

 
3 7 4
3 6 6
0 1 8
 
 
3 7 60
3 6 54
0 1 0
 
   
3 60
18
3 54

  

Definisi
Jika A adalah matriks nn, Cij kofaktor dari aij, maka
11 12 1
21 22
1 2
n
n n nn
C C C
C C
C C C
 
 
 
 
 
 
disebut matriks kofaktor dari A.
Transposenya disebut matriks Adjoin dari A, ditulis Adj(A)
3 2 1
1 6 3
2 4 0
A

 
 
  
 

 
12 6 16
4 2 16
12 10 16

 
 
 
 

 
12 4 12
Adj( ) 6 2 -10
-16 16 16
A
 
 
  
 
 
Contoh:
Kofaktor dari A
C11 = 12, C12 = 6, C13 = 16, C21= 4, C22 = 2,
C23 = 16, C31 = 12, C32 = 10, C33 = 16
Maka matriks kofaktor dari A adalah
Matriks adjoin dari A adalah
Teorema
Jika A adalah matriks invertible, maka
1 1
Adj( )
det( )
A A
A


Teorema (Aturan Cramer)
Jika Ax = b adalah spl dengan n peubah, det (A) ≠ 0 maka
spl mempunyai solusi tunggal
det( )
det( )
i
i
A
x
A

dimana Ai adalah matriks A dengan kolom ke-i diganti
dengan b

More Related Content

Similar to MATRIKS_DETERMINAN

Similar to MATRIKS_DETERMINAN (20)

3 matrik Transpos dan Determinan.ppt
3 matrik Transpos dan Determinan.ppt3 matrik Transpos dan Determinan.ppt
3 matrik Transpos dan Determinan.ppt
 
1. Matriks.ppt
1. Matriks.ppt1. Matriks.ppt
1. Matriks.ppt
 
matrik 1.3 1.5, 1.7
matrik 1.3 1.5, 1.7matrik 1.3 1.5, 1.7
matrik 1.3 1.5, 1.7
 
MATRIKS DAN DETERMINAN
MATRIKS DAN DETERMINANMATRIKS DAN DETERMINAN
MATRIKS DAN DETERMINAN
 
Matriks elementer
Matriks elementerMatriks elementer
Matriks elementer
 
Matriks SMA_SMK_MA Sederajat
Matriks SMA_SMK_MA SederajatMatriks SMA_SMK_MA Sederajat
Matriks SMA_SMK_MA Sederajat
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so funMatriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
 
1. Matriks.ppt
1. Matriks.ppt1. Matriks.ppt
1. Matriks.ppt
 
PPT_MATRIKS.pptx
PPT_MATRIKS.pptxPPT_MATRIKS.pptx
PPT_MATRIKS.pptx
 
Tugas sejarah Moh Nurahmat Hidayatul Karim.pdf
Tugas sejarah Moh Nurahmat Hidayatul Karim.pdfTugas sejarah Moh Nurahmat Hidayatul Karim.pdf
Tugas sejarah Moh Nurahmat Hidayatul Karim.pdf
 
matriks_2.ppt
matriks_2.pptmatriks_2.ppt
matriks_2.ppt
 
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
MATRIKS NEW.pptx
MATRIKS NEW.pptxMATRIKS NEW.pptx
MATRIKS NEW.pptx
 
1. Matriks.ppt
1. Matriks.ppt1. Matriks.ppt
1. Matriks.ppt
 

Recently uploaded

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (9)

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

MATRIKS_DETERMINAN

  • 2. Sistem Persamaan Linear Secara umum, sistem persamaan linear (SPL) dengan m persamaan dan n variable yang tidak diketahui dapat dituliskan dalam bentuk: 11 1 12 2 1 1 21 1 22 2 2 2 1 1 2 2 n n n n m m mn n m a x a x a x b a x a x a x b a x a x a x b            
  • 3. Atau bentuk matriks: atau Ax = b Dimana A adalah matriks ukuran m  n, x vektor ukuran n  1 dan b vektor ukuran m  1. Jika b = 0, SPL di atas disebut SPL homogen dan jika b  0, disebut SPL Nonhomogen 11 12 1 1 1 21 22 2 2 2 1 2 n n m m mn n m a a a x b a a a x b a a a x b                                     
  • 4. SPL Nonhomogen dengan Dua Persamaan Dua Variabel 11 12 1 21 22 2 a x a y b a x a y b     Tepat satu penyelesaian Tidak terdapat penyelesaian Banyak penyelesaian
  • 5. Kemungkinan penyelesaian SPL Nonhomogen Ax=b • Tepat satu penyelesaian • Banyak penyelesaian • Tidak mempunyai penyelesaian SPL Nonhomogen disebut konsisten jika mempunyai paling sedikit satu penyelesaian, jika tidak disebut inkonsisten
  • 6. Metode Penyelesaian SPL Ax = b • Eliminasi Gauss • Eliminasi Gauss-Jordan • Dengan mencari invers dari A, yaitu A–1 dan x = A–1b • Aturan Cramer
  • 7. Eliminasi Gauss – Jordan Matriks diperbesar (Augmented Matrix) Operasi Baris Elementer: • Mengalikan suatu baris dengan konstanta yang tidak nol • Menukar dua baris • Menambah suatu baris dengan kelipatan baris lain. 11 12 1 1 21 22 2 2 1 2 n n m m mn m a a a b a a a b a a a b            
  • 8. Contoh: Selesaikan SPL Jawab: Matriks yang diperbesar 1 2 3 1 2 3 1 2 3 2 8 2 3 1 3 7 4 10 x x x x x x x x x           1 1 2 8 1 2 3 1 3 7 4 10             
  • 9. 1 1 2 8 1 2 3 1 3 7 4 10              1 1 2 8 0 1 5 9 3 7 4 10             1 1 2 8 0 1 5 9 0 10 2 14               1 1 2 8 0 1 5 9 0 10 2 14                1 1 2 8 0 1 5 9 0 0 52 104               1 52  1 1 2 8 0 1 5 9 0 0 1 2             B2 + B1  B3 – 3B1  B2(–1 )  B3+10 B2  B3( )  Matriks yang terakhir bersesuaian dengan SPL 1 2 3 2 3 3 2 8 5 9 2 x x x x x x        Dengan melakukan substitusi balik akan diperoleh Sampai langkah ini, matriksnya kita sebut matriks eselon baris (metode Eliminasi Gauss). 1 2 3 3, 1, 2 x x x   
  • 10. Jika dilanjutkan… 1 1 2 8 0 1 5 9 0 0 1 2             1 0 7 17 0 1 5 9 0 0 1 2             1 0 0 3 0 1 5 9 0 0 1 2             1 0 0 3 0 1 0 1 0 0 1 2           B1 – B2 B1 – 7B3 B2+5B3 . 1 2 3 3, 1, 2 x x x    Diperoleh hasil yang sama, Matriks tersebut dinamakan matriks eselon baris tereduksi dan metodenya disebut eliminasi Gauss- Jordan.
  • 11. Matriks dan Operasi Matriks Definisi : Matriks adalah kelompok bilangan yang disusun dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang yang terdiri atas baris-baris atau kolom-kolom. Bilangan-bilangan tersebut disebut entri/elemen dari matriks Ukuran/ordo matriks m  n menyatakan bahwa matriks tersebut mempunyai m baris dan n kolom Jika m= n, maka disebut matriks bujursangkar/persegi
  • 12. Penjumlahan Dua Matriks Definisi : Misalkan A dan B adalah matriks-matriks berukuran m x n dengan entri aij dan bij. Jika matriks C adalah jumlah matriks A dengan matriks B atau C = A+B, maka matriks C juga berukuran m x n dengan cij = aij+bij ,untuk semua i dan j.
  • 13. Sifat-Sifat Penjumlahan Matriks Misalkan A,B,C dan 0 adalah matriks-matriks yang berukuran sama, maka dalam penjumlahan matriks : • Komutatif : A + B = B + A • Asosiatif : (A + B) + C = A + (B + C) • Terdapat sebuah matriks identitas, yaitu matriks 0 bersifat A + 0 = 0 + A = A • Semua matriks A mempunyai lawan atau negatif –A bersifat A + (-A) = 0
  • 14. Perkalian skalar Definisi : Misalkan A adalah suatu matriks berukuran m x n dengan entri aij dan k adalah suatu bilangan real. Jika matriks C adalah hasil perkalian bilangan real k terhadap matriks A, ditulis C = kA, maka matriks C berukuran m x n dengan entrinya adalah cij = kaij ,untuk semua i dan j
  • 15. Sifat-Sifat Perkalian Skalar Misalkan p dan q adalah bilangan-bilangan real, A dan B adalah matriks-matriks berukuran m x n, maka perkalian bilangan real dengan matriks memenuhi sifat-sifat : (p + q)A = pA + qA p(A + B) = pA + pB p(qA) = (pq)A 1A = A (-1)A = -A
  • 16. Perkalian Dua Matriks Definisi : Misalkan A adalah matriks berukuran m x n dengan entri aij dan B adalah matriks berukuran n x p dengan entri bij. Jika matriks C adalah hasil perkalian matriks A terhadap matriks B,atau C = AB, maka matriks C berukuran m x p dan entri matriks C pada baris ke-i dan kolom ke-j (cij) diperoleh dengan cara mengalikan elemen-elemen baris ke-i dari matriks A terhadap elemen-elemen kolom ke-j dari matriks B, kemudian masing-masing dijumlahkan. atau ditulis 1 n ij ik kj k c a b   
  • 17. Catatan : Jika banyak kolom matriks A sama banyak dengan banyak baris matriks B, maka matriks A dan B dikatakan dua matriks yang sepadan untuk dikalikan. Sifat-Sifat Perkalian Dua Matriks atau lebih yang sepadan • Pada umumnya tidak komutatif • Bersifat asosiatif • Bersifat distributif • Dalam perkalian matriks yang hanya memuat matriks-matriks persegi dengan ukuran yang sama, terdapat sebuah matriks identitas I yang bersifat IA =AI = A • Jika AB = 0, belum tentu A = 0 atau B = 0 • Jika AB = AC, belum tentu B = C • Jika p dan q adalah bilangan-bilangan real serta A dan B adalah matriks-matriks, maka berlaku (pA)(qB)=(pq)(AB) • Jika AT dan BT berturut-turut adalah transpos dari matriks A dan B, maka berlaku (AB)T =BTAT.
  • 18. Invers Matriks Definisi Misalkan A dan B masing-masing adalah matriks persegi berukuran n  n dan berlaku AB = BA = I Maka A adalah invers dari B atau B adalah invers A atau A dan B merupakan dua matriks yang saling invers.
  • 19. Invers matriks bujursangkar berukuran 2  2 Jika matriks , maka invers matriks A adalah dengan syarat ad – bc ≠ 0 Sifat Invers dari perkalian dua matriks Misalkan matriks A dan B merupakan matriks-matriks bujursangkar yang tak singular, A-1 dan B-1 berturut-turut adalah invers dari matriks A dan B, maka berlaku : • (AB)-1= B-1A-1 • (BA)-1= A-1B-1 a b A c d        1 1 d b A c a ad bc           
  • 20. 3 4 5 6        2 5 5 1 1 0 2 4 3              -2 - 1 1 3 1 1 2 5 2 2 1 3 8 9 1 3 2 2              ? Determinan
  • 21. Fungsi Determinan Definisi Suatu permutasi dari bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3, …, n} adalah penyusunan bilangan-bilangan tersebut dengan urutan tanpa pengulangan Contoh: Permutasi dari {1, 2, 3} adalah (1, 2, 3) (2, 1, 3) (3, 1, 2) (1, 3, 2) (2, 3, 1) (3, 2, 1) Secara umum, bilangan-bilangan pada {1, 2, …, n} akan mempunyai n! permutasi
  • 22. Suatu permutasi (j1, j2, …, jn) dikatakan mempunyai 1 inversi jika terdapat satu bilangan yang lebih besar mendahului suatu bilangan yang lebih kecil. Contoh: (6, 1, 3, 4, 5, 2) • 6 mendahului 1, 3, 4, 5, 2 = 5 inversi • 3 mendahului 2 = 1 inversi • 4 mendahului 2 = 1 inversi • 5 mendahului 2 = 1 inversi Jadi terdapat 8 inversi dalam permutasi di atas (1, 2, 3, 4) : tidak terdapat inversi
  • 23. Definisi • Suatu permutasi dikatakan permutasi genap jika banyaknya inversinya sejumlah genap dan dikatakan permutasi ganjil jika banyak inversinya sejumlah ganjil • Perkalian elementer dari matriks A ukuran nn adalah perkalian dari n entri dari A dimana tidak ada yang datang dari baris atau kolom yang sama Contoh: maka a11a22 dan a12a21 merupakan perkalian elementer 11 12 21 22 a a a a      
  • 24. Perkalian elementer dari matriks A adalah dalam bentuk a1_a2_a3_ dimana bilangan pada kolom diisi dengan permutasi dari {1, 2, 3} Jadi perkalian elementer dari A adalah: a11a22a33 a12a21a33 a13a21a32 a11a23a32 a12a23a31 a13a22a31 11 12 13 21 22 23 31 32 33 a a a A a a a a a a           
  • 25. Jika A adalah matriks berukuran nn maka terdapat n! perkalian elementer dengan bentuk dimana adalah permutasi dari {1, 2, ..., n} Perkalian elementer bertanda dari A adalah perkalian elementer dikali +1 jika merupakan permutasi genap dan dikali 1 jika merupakan permutasi ganjil. Pada Contoh 2 bagian b di atas perkalian bertanda dari A adalah a11a22a33 a12a21a33 a13a21a32 a11a23a32 a12a23a31 a13a22a31
  • 26. Definisi Jika A adalah matriks bujursangkar. Fungsi determinan dari A, det(A) didefinisikan sebagai jumlah semua perkalian elementer bertanda dari A. det(A) = a11a22a33 + a13a21a32 + a12a23a31  a12a21a31  a11a23a32  a13a22a31
  • 27. Reduksi Baris untuk mencari determinan Teorema Misalkan A adalah matriks bujursangkar Jika A memiliki satu baris nol atau kolom nol,maka • det(A) = 0 • det(A) = det (AT) Teorema Jika A adalah matriks segitiga nn (segitiga atas, segitiga bawah atau diagonal), maka det(A) adalah perkalian entri- entri pada diagonal utamanya det(A) = a11a22...ann
  • 28. Teorema 2.2.3 Misalkan A adalah matriks bujursangkar • Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari perkalian suatu baris atau kolom dengan skalar k ≠ 0 maka det(B) = k det(A) • Jika B adalah matriks yang dihasilkan dari pertukaran dua baris atau kolom dari A maka det(B) = –det(A) • Jika B adalah matriks yang dihasilkan ketika suatu baris ditambahkan dengan kelipatan baris lain atau suatu kolom ditambahkan dengan kelipatan kolom lain dari A, maka det(B) = det(A).
  • 29. Contoh: 11 12 13 11 12 13 21 22 23 21 22 23 31 32 33 31 32 33 ka ka ka a a a a a a k a a a a a a a a a  11 12 13 11 12 13 31 32 33 21 22 23 21 22 23 31 32 33 a a a a a a a a a a a a a a a a a a   11 31 12 32 13 33 11 12 13 21 22 23 21 22 23 31 32 33 31 32 33 a ka a ka a ka a a a a a a a a a a a a a a a    
  • 30. Teorema Misal E adalah matriks elementer berukuran n  n, • Jika E dihasilkan dari suatu baris In dikali k, maka det(E) = k • Jika E dihasilkan dari pertukaran dua baris pada In, maka det(E) = 1 • Jika E dihasilkan dari suatu baris ditambah kelipatan baris lain di In, maka det(E) = 1
  • 31. 1 0 0 0 1 0 2 0 0 2  1 0 0 0 0 1 1 0 1 0   1 2 0 0 1 0 1 0 0 1  Contoh:
  • 32. Teorema Jika A adalah matriks bujursangkar dimana terdapat dua baris atau dua kolom yang saling berkelipatan, maka det(A) = 0
  • 33. 1 3 0 2 4 1 5 2 2 A               1 3 0 2 4 1 5 2 2    2 1 2 B B   1 3 0 0 2 1 5 2 2    3 1 5 B B   1 3 0 0 2 1 0 13 2   1 2 1 3 0 2 0 1 0 13 2    3 2 13 B B   17 ( 2)(1)(1) 17 2           Contoh: = 1 2 17 2 1 3 0 2 0 1 0 0   
  • 34. 1 0 0 3 2 7 0 6 0 6 3 0 7 3 1 5 A               1 0 0 3 2 7 0 6 0 6 3 0 7 3 1 5  4 1 3 C C   1 0 0 0 2 7 0 0 (1)(7)(3)( 26) 546 0 6 3 0 7 3 1 26     
  • 35. Teorema Suatu matriks bujursangkar A invertible jika dan hanya jika det (A) ≠ 0 Teorema Jika A dan B adalah matriks bujursangkar dengan ukuran sama, maka det(AB) = det (A) det(B) Teorema Jika A invertible, maka 1 1 det( ) det( ) A A  
  • 36. Ekspansi Kofaktor dan Aturan Cramer Definisi Jika A matriks bujursangkar, maka minor dari entri aij, dinotasikan dengan Mij adalah determinan dari submatriks setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan dari A. Kofaktor dari entri aij adalah bilangan , dinotasikan dengan Cij. ( 1)i j ij M  
  • 37. 3 1 4 2 5 6 1 4 8 A             11 3 1 4 5 6 2 5 6 16 4 8 1 4 8 M     Contoh: C11 = (-1)1+1M11 = M11 = 16
  • 38. Tanda untuk cij dapat digambarkan dari posisinya pada matriks berikut                                    
  • 39. Ekspansi Kofaktor 11 12 13 21 22 23 31 32 33 a a a A a a a a a a            det(A) = a11a22a33 + a13a21a32 + a12a23a31  a12a21a33  a11a23a32  a13a22a31 det(A) = a11 (a22a33  a23a32)  a12 (a21a33  a23a31) + a13 (a21a32  a22a31) = a11M11 – a12M12 + a13M13 = a11c11 + a12c12 + a13c13 Formula ini menyatakan determinan matriks A ekspansi kofaktor berdasarkan baris pertama dari A
  • 40. Teorema Determinan dari matriks A n  n dengan cara ekspansi kofaktor • , i = 1, 2, ..., n : Ekspansi menurut baris i • , j = 1, 2, ..., n : Ekspansi berdasarkan kolom j 1 det( ) n ij ij j A a c    1 det( ) n ij ij i A a c   
  • 41. 3 1 0 2 4 3 5 4 2 A               3 1 0 4 3 1 0 1 0 2 4 3 3 2 5 4 2 4 2 4 3 5 4 2 A            Contoh: Hitung determinan Ekspansi berdasarkan kolom 1 = 3(4) + 2(2) + 5(3) = 1
  • 42. Atau berdasarkan baris pertama 3 1 0 4 3 2 3 2 4 3 3 1 4 2 5 2 5 4 2 A           = 3(4)  (11) = 1
  • 43. 3 5 2 6 1 2 1 1 2 4 1 5 3 7 5 3    3 7 4 6 0 0 0 1 3 6 6 5 0 1 8 3      3 7 4 3 6 6 0 1 8     3 7 60 3 6 54 0 1 0       3 60 18 3 54     
  • 44. Definisi Jika A adalah matriks nn, Cij kofaktor dari aij, maka 11 12 1 21 22 1 2 n n n nn C C C C C C C C             disebut matriks kofaktor dari A. Transposenya disebut matriks Adjoin dari A, ditulis Adj(A)
  • 45. 3 2 1 1 6 3 2 4 0 A              12 6 16 4 2 16 12 10 16             12 4 12 Adj( ) 6 2 -10 -16 16 16 A            Contoh: Kofaktor dari A C11 = 12, C12 = 6, C13 = 16, C21= 4, C22 = 2, C23 = 16, C31 = 12, C32 = 10, C33 = 16 Maka matriks kofaktor dari A adalah Matriks adjoin dari A adalah
  • 46. Teorema Jika A adalah matriks invertible, maka 1 1 Adj( ) det( ) A A A   Teorema (Aturan Cramer) Jika Ax = b adalah spl dengan n peubah, det (A) ≠ 0 maka spl mempunyai solusi tunggal det( ) det( ) i i A x A  dimana Ai adalah matriks A dengan kolom ke-i diganti dengan b